Heni rina setiyawati

12
TUGAS MODERNISASI DI JANTUNG BUDAYA JAWA Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Ekonomi Indonesia Dosen: Prof.Dr.Wasino,M.Hum. Oleh: Heni Rina Setiyawati NIM : S 861402020 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH PROGRAM PASCASARJANA (S-2) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 PENJAJAHAN DAN WESTERNISASI 1

Transcript of Heni rina setiyawati

Page 1: Heni rina setiyawati

TUGAS

MODERNISASI DI JANTUNG BUDAYA JAWA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah Ekonomi Indonesia

Dosen: Prof.Dr.Wasino,M.Hum.

Oleh:

Heni Rina Setiyawati

NIM : S 861402020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

PROGRAM PASCASARJANA (S-2)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

PENJAJAHAN DAN WESTERNISASI

1

Page 2: Heni rina setiyawati

Awal abad ke-20 Jawa mulai terjadi banyak perubahan. Perubahan itu mencakup

banyak aspek kehidupan, baik politik, sosial budaya maupun ekonomi. Faktor-faktor yang

menyebabkan perubahan itu sendiri adalah dari dalam dan luar masyarakat Jawa, tatapi

yang paling domonan adalah faktor dari luar yang disebut Westernisasi ( proses masuknnya

budaya barat). Secara sederhana perembesan kebudayaan Barat ke masyarakat Jawa

melalui tiga tahap, antara lain :

1. Tahap kontrak antara VOC dan para Raja atau Sultan yang terdaji pada abad ke-17.

2. Tahap kontrak VOC dan penguasa Bumi putra yang lebih rendah, yaitu para bupati.

3. Tahap merembesnya kebudayaan Barat sampai pada Masyarakat Jawa, ini berlangsung

awal abad ke-19 sampai akhir abad ke-20.

Sistem sosial dan sistem nilai budaya Jawa mengalami perubahan drastis, yaitu sejak

terjadinya kebijakan tanam Paksa hingga politik Etis. Dampak ini secara tidak langsung

membawa kaum Bumiputra ikut berakulturasi dengan budaya Barat. Dengan masuknya

birokrasi Barat ini, Jawa mulai dikenalkan Budaya barat yang legal, rasional sebagai

penganti birokrasi tradisional yang feodalistik. Dalam bidang ekonomi dampak

westernisasi melahirkan ekonomi dualistic yaitu, suatu tatanan ekonomi yang terpecah

menjadi dua, meliputi; Ekonomi modern yang adat modal dan dikelola sesuai managemen

tradisional. Suatu fenomena baru karena belum pernah ada diperkenalkanya sistim

pendidikan Barat. Dengan diperkenalkanya pendidikan barat itu maka pengaruh budaya

Barat semakin mendalam terhadap budaya Jawa.

Proses modernisasi dan westernisasi ternyata membawa beberapa reaksi, antara lain :

1. Kelompok pertama adalah mereka yang menentang westernisasi dengan segala

dampaknya karena dianggap menguncangkan tatanan lama.

2. Kelompok kedua adalah mereka yang bersifat konformis dengan hadirnya budaya baru

itu, tetapi berprinsip pada gagasan lama.

3. Kelompok ketiga adalah mereka yang cenderung menjadi sama dengan barat dengan

mengikuti saja budaya yang baru masuk tersebut.

Kerajaan Jawa di Surakarta, termasuk Mangkunegaran, juga dihadapkan pilihan untuk

mengahadapi zaman baru yang telah mengalami proses tersebut. Rinkes seorang ahli

2

Page 3: Heni rina setiyawati

kebudayaan Jawa yang hidup pada masa pemerintahan Mangkunegaran VI dan VII,

menyatakan bahwa Mangkunegaran merupakan kerajaan yang memiliki sifat yang khas

Jawa, dalam arti menjunjung tinggi apa yang hidup dalam dalam hati rakyat Jawa, dan

menjalankan hidup tanpa menghilangka pribadi yang dimilikinya

Perubahan Soaial

Perubaha sosial yang terjadi ini bisa bersifat kontektual, perubahan ini juga bisa

bersumber dari faktor biologi, fisik maupun sosial budaya. Dari ketiga faktor tersebut

faktor budayalah yang paling bertaggungjawab untuk sebagian besar perubahan

masyarakat dan untuk perubahan cepat. Sehingga dalam menangapi perubahan sosial ini

sebagai akibat dari modernosasi dan westernisasi itu sendiri, para penggageng Praja

Mangkunegaran lebih bersikap inovatif. Maka dengan demikian mereka tidak akan

menolak kehadiran budaya Barat itu, tapi berusaha untuk mengadopsi mana nilai dari

kebudayan barat itu yang di anggap baik, kemudian di olah sesuai nilai kebudayaan Jawa,

melalui kebijakan yang di keluarkan.

Terbebtuknya Trah mangkunegaran

Diawali Pura Mangkunegaran didirikan oleh Raden Mas Said atauPangeran Samber

Nyowo yang bergelar Pangeran Adipati Mangkunegaran. Pura ini berdiri sebagai akibat

dari konflik perebutan tahta. Konflik Geger Pacina yaitu pembrontakan orang Cinadi

Batavia tahun 1740, hingga ke utara pantai Jawa dan melibatkan bangsawan Mataram.

Akhirnya tahun 1743 Mataran dan Madura berhasil mengusir pembrontak. Pakubuwana II

dan VOC sangat gerah terhadap Mas Said yang tidak mau menyerah, untuk menangkap

pembrontak ini, Pakubuwana menjanjikan lunggug di daerah Sragen, setelah Raden Said

berhasil mengusir pembrontak, namun janji tersebut tidak ditepatinya, ahkhiryan

pembrontak bersatu dengan Mas said untuk bersatu dan membrontak. Hal ini sangat

merisaukan Pakubuwana II, karena pamor mas Said semakin cermelang. Persekutuan ini

menjadi kuat setelah magkunegaran menikah dengan putri mangkubumi yang bernama

Ratu Bandara.

Tawaran perdamaian melelui perundingan kepada Suna dan Pangeran Timur, dilain

sisi pihak VOC juga mendesak agar diadakan perundidngan untuk mengakhiri perang

saudara yang terus berlarut-larut. Setelah terjadi tawar-menawar ahkhirnya terjadi

kesepakatan antara lain :

3

Page 4: Heni rina setiyawati

1. Mas Said di angkat oleh Susuhunan menjadi Pangeran Miji, yakni Pangeren

Mangkunegaran

2. Sebagai konsekuesi dari jabatanya, ia mendapatkan tanah seluas 4.000 karya.

3. Ia harus tinggal di Surakarta, dan pada hari pisowanan, yakni senin dan kamis, ia harus

hadir menerima perintah Sunan.

Menguatnya posisi tawar

Pada tahun 1772 Magkunegaran mencoba melepaskan ketergantunganya pada Sunan,

dengan cara mengirim surat pada Gurbernur Van der Burgh, isinya tentang tuntutan wilayah

yang lebih luas dan dikembalikanya uang yang telah dikirim ke Pakubuwana III.

Tahun 1774 Mangunegaran minta kepadaKompeni agar Puteranya dijinkan untuk

menggantikanya, akan tetapi permintaan itu ditolaknya. Hal serupa dilakukan kembali tapi Ia

minta agar cucunya dimintakan gelar, karena diharapkan untuk menggantikan dirinya.

Kemudian tgl 28dan 29 September 1790 ditandatangani perjanjian tentang Persetujuan dan

perdamaian antara sultan dengan sunan, dan antara Sultan dengan Mangkunegara. Sejak saat

Mangkunegaran tidak lagi memiliki kekuasaan memerintah, kecuali dilingkungan

keluarganya, yang kemudian bergabung dalam yayasan Surya Sumirat dan hanya bergerak

dalam bidang sosial dan kebudayaan.

Wilayah yang Bertambah

Mangkunegaran menempati wilayah dibagian timur dan utar Karisidenan Surakarta,

tapi daerahnya terpencar menjadi Kasunanan dan Kasultanan. Masa pemerintahan

Mangkunegaran II, wilayah ini mengalami perubahan dua kali. Selain itu wilayah terjadi

perubahan kebijakan sebagai akibat dari tukar menukar tanah antara Mangkunegaran dan

Kasunanan. Pembagian Wilayah Kasunanan dan kasultanan :

1. Sebelah barat terdiri dataran rendah yang membentang sepanjang Bengawan Solo sampai

ujung kaki gunung Marapi dan Merbabu.

2. Sebelah timur dan selatan, wilayahnya sangat subur. Pemisah antara kasunanan dan

Mangkunegaran adalah Jalan slamet Riyadi.

3. Sebelah Utara tanah yang cocok untuk pertanian dan kehutanan.

4

Page 5: Heni rina setiyawati

4. Sebelah Selatan masuk Kab Wonogiri, tanah tidak cocok untuk pertanian lahan basah,

melainkan cocok untuk pertanian lahan basah.

Sebagian Karesidenan Surakarta, daerah ini beriklim tropis, sehingga mengakibatkan

dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau.Dari gambaran tersebut terlihat

keadaan geografis dan tpopgrafis wilayah mangkunegarn tidak meguntungkan bagi sebuan

Negara Tradisional yang bisnis ekonominya pertanian.

Tatanan Masyarakat

Masyarakat Mangkunegaran termasuk masyarakat yag tradisional, karena ciri cultural

pada masyarakat ini adalah teknologinya masih sederhana, pengetahuan kaum elite terbatas,

produksi banyak memakai tenagan manusia dan hewan, tahan tidak produktif, pupuk masih

tradisional. Sebagai pendukung kebudayaan Jawa , Masyarakat Mangkungaran dikenal

hubungan Kawulu-gusti, maka ada dua golongan dalam masyarakat yaitu; Piyayi dan wong

cilik. Posisi dalam masyarakat tradisional diperlukan dua karakter, yaitu :

1. Prinsip kebangsawanan yang ditentukan oleh hubungan daerah sesorang dengan

penguasa.

2. Posisi seseorang dalam birokrasi.

Pembagian Wedana dalan Mangkunegaran , meliputi :

Wedana Hamong Praja, Reksa Praja, Karta Praja, marta Praja,Karti Praja, Reksa Wibawa,

Mantrapura, Pura Beksana, dan Yogiswara. Selain pejabat sipil terdapat pula pejabat

kemiliteran. Diluar Piyayi baik dari sipil, militer, maupun para putra Raja adalah Rakyat

kebanyakanyang disebut Kawulo atau Wong Cilik.

Mangkunegaran VI, Raja Pembongkat Tradisi

G.R.M. Soejito, putra keempat Mangkunegaran VI dari garwa Padmi. Pada masa ini

hidupnya makmur. Lingkungan budaya dan kultur yang membentuk kepribadianya adalah

kultur jawa dan kultur barat, pendidikan yang diajarkan oleh ayahnya mengikuti ajaran

masyarakat Jawa. Ia dididik di sekolah formil Eropa, tapi tidak sampai selesai kemudian

dimasukan ke sekolah Pamong Siswa, yang menggunakan pengantar Bahasa Jawa. Tujuan

ditariknya kebali ini untuk menghindari efek negatif yang makin timbul dari sekolah formal 5

Page 6: Heni rina setiyawati

Barat terhadap kepribadianya. Tampaknya pendidikan yang paling menentukan bagi

kepribadian Mangunegaran VI adalah yang diperolehnya dalam pendidikan militer.

Tahun 1876 Ia bersama kakankya selama empat bulan mengelilingi Pulau Jawa

dengan mengendarai Kereta Pos. Tujuan dari perjalanan ini adalah memperluas pandangan

agar bermanfaat dalam kehidupan yang akan datang. Dengan demikian setelah menduduki

istana Mangkunegran, Ia paham betul apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang

Mangkunegaran untuk memimpin Prajanya. Dan tentu saja pengalaman hidup itulah yang

telah membentuk kepribadianya.

Naik Tahta Dan persoalan yang di hadapi

Tanggal 2 Oktober 1896, Mangkunegara V wafat karena sakit, maka diangkatlah

Mangkunegara VI atas perintah K.B.R. Aryu Mangkunegara. Ketika Beliau naik tahta

kondisi kerajaan sangat buruk, faktor buruknya kondisi itu antara lain :

1. Terjadinya krisis ekonomi dunia.

2. Hama tanaman yang merusak tananman industri milik Praja Mangkunegaran.

3. Kesalahan managemen keuangan Praja oleh Mangkunegaran.

Persoalan-persoalan yang dialami Mangkunegara VI dalam memegang pemerintahan

antara lain :

1. Adanya deficit keuangan praja yang berakibat hilangnya otonomi praja Mangkunegara

dalam mengelola keuangan Negara.

2. Perubahan kebijakan politik colonial adari politik liberak ke politik etis, yang membawa

dampak modernisasi lebih dalam ke kalangan masyarakat jawa.

3. Pilihan antara mengikuti kultur Barat dan kultur Jawa dalam mengelola Prajanya.

Mangkunegaran VII

Nama kecilnya Mangkunegaran VII adalah R.M.Soeryo soeprapto adalah anak ke tiga

dari12 putr laki-laki mangkunegaran V, lahir pada tanggal 15 Agustus 1885 di kota Praja.

Kehidupanya dulu sangatlah sulit, karena ekonomi dan keuangan Praja mengalami defisit. Ia

hanya di batasi sekolah Rendah Eropa, dan pendidikan lebih tinggi tidak bisa ia lakukan.

Kerena itulah Ia mengalami frustasi, dan pada usia 16 tahun akhirnya menikah dengan Mas 6

Page 7: Heni rina setiyawati

Rara Mardewi, dan dikarunia seorang putrid bernama B.R.A. partini. Kemudian Ia

meninggalkan anak dan istrinya dan mengembara , dengan cara berjalan kaki dari wilayah

yang satu ke wilayah yang lain, sehingga Ia tahu kehidupan masyarakat sekitarnya. Setelah

menjadi mangkunegaran ia sangat memikirkan rakyatnya, hal itu dilakukan kerena ia sudah

punya banyak pengalaman dalam mengembara.

Naik Tahta dan Persoalanya

Pada usia 21 tahun Ia naik tahta, yang mengangkat pemerintah Hindia belanda,

tepatnya pada tangggal13 Maret 1916. Keadaan keunagan praja dalam kondisi sehat. Situasi

yang menghadang Mangkunegaran VII ketika memegang pemerintahan adalah terjadinya

perubahan sosial politik dan perubahan sosial budaya di Hindia Belanda, termasuk wilayah

kekuasaanya.

Abad ke-20, ppemerintahan Belanda mulai longgar terhadap daerah jajahanya.

Dengan adanya perubahan sikap pemerintahan belanda itu, mangkunegaran VII mengatur

strategi untuk mengadakan pembaruan-pembaruan dalam praja dan masyarakatnya. Di

wilayah swapraja telah tumbuh organisasi kebangsaan, antara lain Serikat Islam, Budi

Utomo, Indische Partj dan Indische Social Democcratische Vereeniging (ISDV). Lahirnya

organisasi tersebut menandakan kesadaran politik rakyat untuk memperjuangkan tanah

airnya.

Sejalan dengan perubahan sosial politik, di wilayah Hindia belanda pada umumnya

dan swapraja pada khususnya telah terjadi perubahan social budaya. Perubahan ini sebagai

akibat masuknya kebudayaan Barat dalam tatanan masyarakat Jawa melalui perkembangan

birokrasi administrasi, industrialisasi, menciptakan golongan masyarakat terdidik yang mulai

memikirkan kemajuan masyarakat, bangsa dan negaranya.

Pembaharuan Dalam Pemerintah, Etiket Dan Hukum

Mangkuneragan mempunyai tatanan stuktur birokrasi yang baik, maka basis dari praja

ini adalah kerajaan tradisional. Dalam tatanan birokrasi tersebut pengageng pura merupakan

jabatan puncak dan mengendalikan semua aparat yang berada dibawahnya. Sebagai

pemimpin puncak swapraja Mangkunegaran, pegangeng pura memegang sendiri kendali

pemerintahan. Berdasarka sifat kekuasaanyan itu, pangageng pura dapat mengontrol semua

aparat yang ada di bawahnya untuk hanya tunduk kepada dirinya.atau loyalitas aparat

7

Page 8: Heni rina setiyawati

mangkunegaran hanya satu yaitu Adipati Mangkunegaran, dan tidak terjadi loyalitas ganda.

Dibawah pengageng pura ada jabatan Patih Mangkunegaran. Jumlah patih ini berubah-ubah.

Pada tanggal 11 Agustus 1867, Mangkunegaran IV mengadakan pembaharuan

organisasi dalam pemerintahan yaitu adanya departemen dalam pemerintahan praja

Mangkunegaran diluar kesentanaan dan Legiun.

Pembaharuan dalam Etiket kenegaraan.

Dengan berpedoman pada aturan dan sustu kedisiplinan, mangkunegaran VII telah

data menunjukan essistensinya sebagai penguasa swapraja sejati. Senagai penguasa sebuah

kerajaan yang sebenarnya, ia berani menghukum siapa saja , termasuk Sunan, apabila

ternyata melanggar peraturan yang berlaku di prajanya. Hal ini jelas bertentangan dengan

konsepsi kekuasaan Jawa yang mengatur bahwa semua tanah adalah milik raja dan seorang

pangeran Adipati sereti mangkunegaran seharusnya juga tidak akan berani melakukan

tindakan menentang rajanya seperti itu.

Hukum dan Peradilan mangkunegaran.

Dalam hal hukum dan peradilan, semula Kadipaten Mangkunegaran tidak memilki

wewenang membuat hokum secara bebas. Walaupun pihak Mangkunegran memiliki hak

untuk membut peraturan hukumnya sendiri setelah kondifikasi hokum jawa, dalam kenyataan

abad ke-19, banyak pranatan yang digunakan di Mangkunegaran hanyalah pelaksanaan dari

pranata yang berlaku di kasunanan.

Awal abad ke -20 wewang pembuatan hukum dan peraturan di pihak Mangkunegaran

semakin kuat. Selain persoala hokum masalah lain yang dikupas adalah ppengawasan

terhadap pelaksanaan hokum itu. Mulai tahun 1915 di Mangkunegaran diadakan re-organisasi

polisi. Pemerintah Praja Mangkunergaran memiliki polisi dibawah praja, yaitu :

1. Polisi dalam Kota disebut Standpolitie,.

2. Polisi untuk Daerah luar kota, terdiri dari Reksa Praja dan Kajineman.

3. Veld politie, yaitu polisi yng berada diluar kota Afdeeling.

Peraturan tahun 1903, menunjukan adanya pembahruan dalan tata peradilan di

wilayah Mangkunegaran, yaitu dilakuakn menurut standar Eropa, tapi dilain sisi berti

8

Page 9: Heni rina setiyawati

hilangnya peradilan yang berdaarkan hokum jawa dan tidak berdayanya Praja

mangkunegaran dalam pelaksanaan peradilan di wilayahnya.

Sumber Pendapatan Praja

Ketika Mangkunegaran VII memegang tampuk pemeriintahan, tanah apanage

ditarik kembali dan dan dikuasai secara langsung. Diantara perusahaan-perusahan yang

dikelola mangkunegaran, perusahaan kopi dan gulalah yang banyak menyumbang bagi

pendapatan Praja mangkunegaran. Selain perusahaan juga merintis unit ekonomi, diantanya :

1. Perusahaan pengilingan padi di desa-desa Boga

2. Percobaan penanaman tembakau di daerah wonogiri.

3. Penanaman kina di daerah Tawangmanggu

4. Pemeliharaan ulat sutra di Tawangmanggu, tapi gagal.

5. Usaha persawahan di demak.

6. Usaha tambak di terboyo, semarang.

7. Usawa sewa rumah di kampong pindrikan, semarang

Akhirnya kehancuran keuangan praja Mangkunegaran itu, disebabkan karena

faktor resensi ekonomi dunia, serta akibat rusaknya tanaman kopi dan tebu milik

Mangkunegaran karena serangan hama.

Pembaharuan dalam Keuangan dan Perekonomian Praja

Usaha penataan perekonmian kembali dilakukan oleh mangkunegran VI, setelah

mengalami kehancuran, kemudian dilanjutkan Mangkunegaran VII degan mengeluarkan

berbagai kebijakan, antara lain :

1. Pemisahan keuangan Negara dan keuangan pribadi atau keluaraga.

2. Penghematan dan efisiensi

3. Pengelolaan sumber-sumber Negara secara efisien.

9

Page 10: Heni rina setiyawati

4. Pemanfaatan keuanagan Negara untuk kemakmuran Negara secara efektif dan efisien.

Dengan adanya pembaharuan itu, perusahaan gula di Mangkunegaran telah

mendatangkan hasil yang cukup banyak.Maka Praja Mangkunegaran selalu berusaha

memperbarui pengelolaan keuangan dan perekonomian prajanya sesuain dengan tantangan

lingkungan di sekitar yang dihadapinya. Adanya pembaharuan dalam pengelolaan keuangan ,

baik sumber dana maupun managemen penggunaanya, telah menyebabkan Praja

mangkunegaran dapat menjalankan pemerintahanya.

Menghitung sumbangan Dana milik terhadap Praja

Dana sumbangan ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Sumbangan langsung yaitu sejumplah dana yang diberikan kepada praja Mangkunegaran

melalui anggaran setiap tahun.

2. Sumbangan tidak langsung yaitu manfaat dari kehadiran perusahaan itu terhadap wilayah

dan rakyat di praja Mangkunegaran.

Sejak tahun 1918 sumbangan itu dikategorikan luar biasa. Maka dana anggaran praja

mangkunegaran di bagi menjadi 2 , yaitu :

1. Anggaran untuk dinas biasa

2. Anggaran dinas luar biasa.

Dengan demikian sumber penopang praja Mangkunegaran dan sumber pendapatan

lainya, terutama dari pajak dan sewa. Jika berkurangnya satu atau kedua sumber pendapatan

itu berakibat timpangnya roda pemerintahan Praja Mangkunegaran.

Pembangunan Infrastruktur

1. Irigasi

Bangunan ini sejak abad ke-19 sudah ada, berupa waduk yang fungsinya untuk

pengairan sawah atau pertanian.Karena Mangkunegaran VII memendang bahwa irigasi ini

sangat mendesak mengingant keadaan tanah dan topografi daerah Mangkunegaran, yaitu

wilaya selatan Sangat tidak cocok untuk pertanian basah, terutama padi. Dalam rangka

pembangunan ini Ia menggunakan arsitektur dari Belanda, untuk irigasi di wilayahnya.

Pemimpin dari dinas irigasi kerajaan yang semula dipegang pejabat berkebangsaan Belanda 10

Page 11: Heni rina setiyawati

digantikan oleh orang mangkunegaran sendiri yaitu Ir.Sarsito Mangoen Koesoema, setelah

Wolf berhenti dari jabatanya.

2. Jalan dan Jembatan

Selain irigasi yang dianggap penting adalah jalan dan jembatan, ini di anggap

mendesak karena teknik lalu lintas tidak baik. Selain jalan untuk umum juga dibangun jalan

kereta api NIS. Jalan itu meliputi wonogori, karanganyar, kemuning, batujamus, mojogedang

dan lain-lain. Hingga tahun 1940, ketika situasi menjadi panas menjelang Perang Dunia II,

pembangunan jalan di dalam skala besar yang sudan direncanakan sudah tidak ada lagi.

3. Pertanian dan politik agraria

Suatu Negara tradisional, bidang pertanian dan penguasaan tanah merupakan hal

terpenting. Tapi hal ini bukan satu-satunya faktor yang menentukan jalanya roda

perekonomian dan kerajaan itu, karena sumber Praja Mangkunegaran berasal dari sumber-

sumber bidang lain terutama industri.

4. Pendidikan Dan kebudayaan

Mulai abad ke-20, pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan sistim pendidikan

untuk penduduk bumiputra di Tanah air. Hal ini dilaksanakan dengan mengikuti pola Barat

dalam pembangunan pendidikan.

Kebudayaan jawa sangat diperhatikandalam perkembangan di Mangkunegaran , ini

bertujuan untuk memberikan pengajaran yang baik kepada narapraja maupun rakyatnya.

Karya sastra seperti Tripama, saloka Tama, dan sebagainya merupakan contoh karya sastra

yang cukup berbobot pada zamannya dan banyak dijadikan acuan bagi rakyat

Mangkunegaran pada masa selanjutnya bahkan hingga sekarang untuk orang-orang Jawa.

`

11

Page 12: Heni rina setiyawati

12