Hemostatik Lokal

22
1. Hemostatik Lokal Obat hemostatik yang umumnya beraksi di dinding kapiler. Dengan meningkatkan adesivitas dari platelet dan mengubah resistensi kapiler, sehingga mampu untuk mengurangi waktu perdarahan dan kehilangan darah. Tidak efektif untuk pendarahan arteri maupun vena. Obat hemostatik yang mekanisme kerjanya yaitu menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat- serat. Indikasi : mengatasi perdarahan yang berasal dari pembuluh darah kecil. a. Hemostatik serap Mekanisme kerja: Hemostatik serap (absorbable hemostatik) menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang mempermudah bila diletakkan langsung pada pembekuan yang berdarah. Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor yang memulai proses pembekuan darah. Indikasi: Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari pembuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar. Contoh obat:

Transcript of Hemostatik Lokal

Page 1: Hemostatik Lokal

1. Hemostatik Lokal

Obat hemostatik yang umumnya beraksi di dinding kapiler. Dengan meningkatkan

adesivitas dari platelet dan mengubah resistensi kapiler, sehingga mampu untuk

mengurangi waktu perdarahan dan kehilangan darah. Tidak efektif untuk pendarahan

arteri maupun vena. Obat hemostatik yang mekanisme kerjanya yaitu menghentikan

perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat.

Indikasi : mengatasi perdarahan yang berasal dari pembuluh darah kecil.a. Hemostatik serap

Mekanisme kerja:

Hemostatik serap (absorbable hemostatik) menghentikan perdarahan dengan

pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang

mempermudah bila diletakkan langsung pada pembekuan yang berdarah. Dengan

kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor

yang memulai proses pembekuan darah.

Indikasi:

Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari

pembuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikan

perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar.

Contoh obat:

Antara lain spon, gelatih, oksi sel (seluloisa oksida) dan busa fibrin insani (kuman

fibrin foam). Spon, gelatih, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka

yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan

penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada

penggunaaan kain kasa.

Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1-6 jam.

Selulosa oksida dapat memperngaruhi regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan

pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada patah tulang. Selain itu

karena dapat menghambat epitelisasi, selulosa oksida tidak dianjurkan untuk

digunakan dalam jangka panjang. Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah

dibasahi, dengan tekanan sedikit dapat menutup permukaan yang berdarah.

b. Astringent

Page 2: Hemostatik Lokal

Mekanisme kerja:

Zat ini bekerja local dengan mengedepankan protein darah sehingga perdarahan

dapat dihentikan sehubungan dengan cara penggunaannya, zat ini dinamakan juga

styptic.

Contoh Obat:

Antara lain feri kloida, nitras argenti, asam tanat.

Indikasi:

Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang

efektif bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local.

c. Koagulan Mekanisme kerja:

Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatid dengan 2

cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi thrombin dan

secara langsung menggumpalkan fibrinogen. Aktifitor protrombin, ekstrak yang

mengandung aktifator protrombin dapat dibuat antara lain dari jaringan ortak yang

diolah secara kering dengan asetat. Beberapa racun ular memiliki pula aktifitas

tromboplastin yang dapat menimbulkan pembekuan darah. Salah satu contoh

adalah russell’svipervenomn yang sangat efektif sebagai hemostatik local dan

dapat digunakan misalnya untuk alveolus gigi yang berdarah pada pasien

hemofilia.

Cara pemakaian:

Untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1% dan ditekankan pada

alveolus sehabis ekstrasi gigi. Trombin zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau

larutan untuk penggunaaan lokal. Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab

segera menimbulkan bahaya emboli.

d. Vasokonstiktor Indikasi

Page 3: Hemostatik Lokal

Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokontriksi, dapat digunakan untuk

menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.

Cara pemakaian:

Cara penggunaannya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan

larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan yang berdarah. Vasopresin, yang

dihasilkan oleh hipofisis, pernah digunakan untuk mengatasi perdarahan pasca

bedah persalinan. Perkembangan terakhir menunjukkan kemungkinan kegunaanya

kembali bila disuntikkan langsung ke dalam korpus uteri untuk mencegah

perdarahan yang berlebihan selama operasi korektif ginekologi.

2. Hemostatik Sistemik

Obat hemostatik yang mekanisme kerjanya mampu mecakup keseluruhan. Tidak pada

satu daerah yang mengalami perdarahan saja, namun bereaksi pada seluruh pembuluh

darah untuk mengkoagulasi perdarahan.

Indikasi : mengatasi perdarahan secara sistemik

a. Aprotinin

Aprotinin adalah suatu penghambat serine protease alami yang digunakan dalam

prosedur medis guna menurunkan respon inflamasi dan mengurangi kehilangan darah

yang berkaitan dengan pembedahan liver dan kardiak. Senyawa ini juga penting

dalam pencegahan degradasi produk-produk protein dalam riset dan proses

manufaktur serta telah diaplikasikan sebagai sejenis pengobatan bagi penyakit

pankreatitis akut. Aprotinin pertama kali diidentifikasi dalam paru-paru sapi, namun

juga diperoleh dari ragi rekombinan. Hasil riset menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan risiko kematian yang lebih tinggi pada kelompok pasien yang menerima

Aprotinin dibandingkan dengan kelompok pasien yang menerima antifibrinolityc

pembanding.

Aprotinin sebagai antihemostatik diindikasikan untuk :

- Pengobatan pasien dengan resiko tinggi kehilangan banyak darah selama

bedah buka jantung dengan sirkulasi ekstrakorporal.

- Pengobatan pasien yang konservasi darah optimal selama bedah buka jantung

merupakan prioritas absolut.

Page 4: Hemostatik Lokal

Selain itu indikasinya : coronary artery bypass grafting, total hip replacement,

transplantasi liver, operasi prostat, operasi ginekologi

Cara pemberian : Intravena dan external use

Bentuk sediaan obat :

Trasylol produksi Bayer vial : berisi 100 ml dan 200 mL ; 10.000 unit/mL atau 1.4

mg/ml, Beriplast P Combi set

Efek samping : Reaksi-reaksi hipersensitivitas, Asma traneksamat, Mual, muntah,

Diare, Stroke, Gagal ginjal dan jantung, nyeri otot, hipotensi

Kontra indikasi : Alergi terhadap aprotinin, Kehamilan muda, Insuflsiensi ginjal

b. Carbazochrome

Merupakan obat hemostatik yang diindikasikan untuk

- Perdarahan karena penurunan resistensi kapiler dan meningkatnya

permeabilitas kapiler.

- Perdarahan dari kulit, membran mukosa dan internal.

- Perdarahan sekitar mata, perdarahan nefrotik dan metroragia.

- Perdarahan abnormal selama dan setelah pembedahan karena menurunnya

resistensi kapiler.

Cara kerja : Menurunkan permiabilitas kapiler, untuk perdarahan kecil – kapiler.

Efektifitas belum terbukti

Kontra indikasi : Pada pasien hipersensitif salisilat.

Dosis :

Carbazochrome salicylate : 5 – 10 mg IM.

Carbazochrome sodium sulfonat (Adona Ac – 17 ) = Carbazochrome salisilat. Dosis :

10 – 50 mg IV.

c. Asam traneksamat Merupakan obat hemostatik yang merupakan penghambat bersaing dari aktivator

plasminogen dan penghambat plasmin. Oleh karena itu dapat membantu mengatasi

perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan. Obat ini mempunyai indikasi dan

mekanisme kerja yang sama dengan asam aminokoproat tetapi 10 kali lebih poten

Page 5: Hemostatik Lokal

dengan efek samping yang lebih ringan. Asam traneksamat cepat diabsorsi dari

saluran cerna, sampai 40% dari 1 dosis oral dan 90% dari 1 dosis IV diekskresi

melalui urin dalam 24 jam.

Dosis : Dosis yang dianjurkan 0,5-1 gram diberikan 2-3 kali sehari secara IV lambat

sekurang-kurangnya dalam waktu 5 menit. Cara pemberian lain peroral 1-1,5 gram, 2-

3 kali/ perhari. Pada pasien gagal ginjal dosis dikurangi.

Cara kerja :

Aktivitas antiplasminik :

Asam Traneksamat menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen dan plasmin.

Aktivitas plasminik dari Asam Traneksamat telah dibuktikan dengan berbagai

percobaan 'In vitro' penentuan aktivitas plasmin dalam darah dan aktivitas plasma

setempat, setelah diberikan pada tubuh manusia.

Aktivitas hemostatis :

Asam Traneksamat mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan

kerapuhan vaskular dan pemecahan faktor koagulasi. Efek ini terlihat secara klinis

dengan berkurangnya jumlah perdarahan, berkurangnya waktu perdarahan dan lama

perdarahan.

Aktivitas anti alergi dan anti peradangan :

Asam Traneksamat bekerja dengan cara menghambat produksi Kinin dan senyawa

peptida aktif lainnya yang berperan dalam proses inflamasi dan reaksi-reaksi alergi.

Indikasi

• Untuk fibrinolisis lokal seperti: epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks.

• Edema angioneurotik herediter

• Perdarahan abnormal sesudah operasi.

• Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemophilia

Kontraindikasi

• Penderita subarachnoid hemorrhage dan penderita dengan riwayat tromboembolik

• Penderita dengan kelainan pada penglihatan warna.

• Penderita yang hipersensitif terhadap Asam Traneksamat.

Efek samping

Page 6: Hemostatik Lokal

• Gangguan-gangguan gastrointestinal : mual, muntah-muntah, anorexia, eksantema

dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini

menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya

• Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi.

Untuk menghindari hal tersebut maka pemberian dapat dilakukan dengan

kecepatan tidak lebih dari 1 ml/menit

• Sakit dada, vasospasmus, syok hemoragi, demam, sakit kepala, kedinginan,

urtikaria, alopesia, dysesthesia pedis, purpura, ekzema, nekrosis kutan, plak

erithemathosus, hiperkalemia, hiperlipidemia, mual, muntah, konstipasi,

hemorage, ditemukan darah pada urin, epistaksis, hemoragi adrenal, hemoragi

retriperitonial, trombositopenia, peningkatan enzim SGOT, SGPT, ulserasi,

nekrosis kutan yang disebabkan oleh injeksi sub kutan, neuropati perifer,

osteoporosis, konjungtivitis, hemoptisis, hemoragi pulmonari, asma, artritis,

rinitis, bronkospasma, reaksi alergi, reaksi anafilaktik.

d. Kompleks faktor IX Indikasi

Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX, X serta sejumlah kecil protein plasma lain

dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila diperlukan faktor-faktor yang

terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi ada

kemungkinan timbulnya hepatitis.

Efek samping : Sakit kepala , mual, flushing , sakit dan pembengkakan pada tempat

suntikan, juga dilaporkan terjadinya peningkatan tekanan darah  yang ringan dan

harus hati- hati penggunaanya pada pasien hipertensi dan penyakit ateri koronarian.

Kontra indikasi : Antara lain trombosis, demam, menggigil, sakit kepala dan reaksi

hipersensivitas berat (shok anafilaksis).

Dosis

Obat ini sering digunakan IV dengan dosis 0,3 mikrogram secara infuse dalam waktu

15-30 menit. fibrinogen insani Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan

kadar fibrinogen dalam darah  penderita, dan adanya pembekuan yang sebenarnya

Page 7: Hemostatik Lokal

e. Vitamin K Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek,

sebab vitamin K harus merangsang pembentukan faktor-faktor pembekuan darah

lebih dahulu.

Indikasi : Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi

vitamin K.

Efek samping :

Pemberian parenteral pada bayi premature kurang dari 2,5 kg resiko terkena ikterus

meningkat. Pemberian preparat vitamin K IV yang terlalu cepat menyebabkan

kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme, sianosis, sakit pada dada sampai

kematian.

Kontra indikasi : Neonatus, Bayi, Wanita yang sedang hamil tua

Cara pakai : Diberikan melalui oral, injeksi intramuscular atau IV

Contoh obat : Namageneric : fitomenadion

Nama dagang: kaywan, phytomenadion, phytomenadion injeksi.

f. Faktor anti hemofIlik (faktor VIII) dan crypoprecipitated anti hemophilic factor

Indikasi

Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada penderita

hemofilia A (defisienxi faktor VIII) dan pada penderita yang darahnya mengandung

faktor didapat dari plasma donor tunggal dan kaya akan factor VIII dalam jumlah

baku. Selain itu, pada penderita hemofilia A, crypoprecipitates antihemofilik faktor

juga dapat digunakan untuk pasien dengan penyakit von Willebrand.

Efek samping

Crypoprecipitatefanti hemofilik factor mengandung fibrinogen dan protein plasma

laindalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan konsentrat faktor VIII,sehingga

kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besarpula. Efek samping lain yang

dapat timbul pada penggunaan kedua jenissediaan ini adalah hepatitis virus, anemi

hemolitik,hiperfibrinogenemia menggigil dan demam.

Cara pemakaian

Page 8: Hemostatik Lokal

Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanya digunakan

untuk mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia. Biasanya hemostatik dicapai

dengan dosis tunggal 15-20 unit/kg BB.Untuk perdarahan ringan pada otot dan

jaringan lunak, diberikan dosis tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia

sebelum dioperasi diperlukan kadar anti hemofilik sekurang – kurangnya 50% dari

normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25 % dari normal untuk7-10 hari.

g. Desmopresin Desmopresin (nama dagang : DDAVP, Stimate, Minirin) merupakan obat sintetik

sebagai pengganti untuk vasopressin (hormone yang menurunkan produksi urin).

Desmopressin (1-desamino-8-D-arginine vasopressin) dibuat dari hormone normal

manusia arginine vasopressin, yang merupakan golongan peptida yang terdiri dari

sembilan asam amino. Desmopresin merupakan vasopresin sintetik yang dapat

meningkatkan faktor VIII dan vWf untuk sementara. Peningkatan kadar faktor

pembekuan tersebut paling besar terjadi pada 1-2 jam. Dan menetap sampai dengan 6

jam. Pemberian lebih sering dari tiap 2 atau 3 hari, dapat menurunkan respons

terapeutik.

Farmakokinetik

Desmopressin bekerja dengan membatasi air yang terbatas dengan sejumlah air yang

dieleminasi dalam urine. Desmopressin merangsang V2 receptors di duktus

pengumpul ginjal, meningkatkan reabsorpsi air. Ini juga menstimulasi factor VIII dari

sel endothelial juga menstimulasi reseptor V1a. Desmopressin diserap dengan lambat

yang kemudian berperan sebagai vasopressin, dan memiliki sedikit efek pengaturan

tekanan darah, dimana vasopressin tersebut dapat menyebabkan hipertensi arterial.

Indikasi

Desmopressin dapat digunakan untuk membantu menurunkan von willebrand factor

(dengan subsequent peningkatan factor VIII untuk mengatasi kompleks vWF) pada

pasien dengan gangguan pembekuan darah seperti penyakit Willebrand, Haemophilia

A ringan (penurunan factor VIII), dan trombositopenia.

Kontraindikasi

Page 9: Hemostatik Lokal

Tidak baik digunakan bagi pasien yang mengalami gangguan dengan factor IX atau

Haemophilia tipe B.

Efek samping

Sakit kepala, mual, sakit dan pembengkakan pada tempat suntikan, juga dilaporkan

terjadinya peningkatan tekanan darah yang ringan dan harus hati- hati penggunaanya

pada pasien hipertensi dan penyakit ateri koronari.

Cara pakai

Desmopressin dapat diberikan melalui IV, IM, SC, intranasal maupun oral. Obat ini

sering digunakan IV dengan dosis 0,3 mikrogram secara infuse dalam waktu 15-30

menit.

h. Asam aminokaproat Mekanisme kerja

Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator plasminogen dan

penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen/fibrin dan

faktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam amino kaproat dapat mengatasi

perdarahan berat akibat fibrinolysis yang berlebihan. Dugaan akan adanya fibrinolisis

yang berlebihan dapat didasarkan atas hasil tes laboratorium berupa waktu trombin

dan protombin yang memanjang, hipofibrinogenemia atau kadar plasminogen yang

menurun. Akan tetapi beberapa dari hasil laboratorium di atas biasanya didapatkan

pula pada penderita DIC.

Kontraindikasi

Pemberian asam aminokaproat dapat menyebabkan pembentukan thrombus yang

mungkin bersifat fatal. Oleh karena itu asam aminokaproat hanya digunakan untuk

mengatasi perdarahan fibrinolisis berlebihan yang bukan disebabkan oleh DIC. Bila

terdapat keraguan, criteria untuk membedakan kedua keadaan tersebut adalah dengan

menghitung trombosit, tes para koagulasi protamin dan lisis bekuan euglobulin. Pada

DIC hitung trombosit menurun, tes parakoagulasi protamin positif danlisis bekuan

euglobin normal. Pada fibrinolisis primer hitung trombosit normal, tes parakoagulasi

protamin negatif dan lisis beku aneuglobulin berkurang. Tetapi fibrinolisis jarang

terjadi tersendiri,biasanya terjadi sekunder akibat DIC.

Page 10: Hemostatik Lokal

Cara pemakaian : Dapat diberikan secara peroral dan IV

Indikasi

Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari kandung

kemih. Prostate atau uretra pada penderita yang mengalami prostatektomi

transurethral atau suprapublik, asam aminokaproat mengurangi hematuria pasca

bedah secara bermakna. Akan tetapi penggunanya harus dibatasi pada penderita

dengan perdarahan berat dan yang penyebab perdarahannya tidak dapat diperbaiki.

Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek

trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen.

Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dan

sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain karena trauma didalam mulut.

Efek samping

Asam aminokaproat dapat menyebabkan prutius, eriterna konjungtiva, dan hidung

tersumbat. Efek samping yang paling berbahaya ialah trombosisumum, karena itu

penderita yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme hemostatik.

Dosis

Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 gram per oral atau infuse IV, secara lambat, lalu 1

gram tiap jam atau 6 gram tiap 6 jam bila fungsi ginjal normal, dengan dosis tersebut

dihasilkan kadar terapi efektif 13 mg/dl plasma. Pada pasien penyakit ginjal atau

oliguri diperlukan dosis lebih kecil. Anak-anak 100 mg/kg BB tiap 6 jam untuk 6

hari. Bila digunakan IV asam aminokaproat harus dilarutkan dengan ringer laktat.

Namun masih diperlukan bukti lebih lanjut mengenai keamanan penggunaan obat ini

untuk jangka panjang dengan dosis diatas.

A. HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN OBAT

a. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan

harus tepat, adapun yang harus diperhatikan sebelum dan selama pemberian obat

hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan

prinsip 12 benar, yaitu:

1. Benar Klien

Page 11: Hemostatik Lokal

Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa

gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri.

Klien berhak untuk mengetahui alasan obat

Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat

Membedakan klien dengan dua nama yang sama

2. Benar Obat

Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan

Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat

Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat

minimal tiga kali:

1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat,

2. Sebelum menuang/menghisap obat

3. Setelah menuang/ mengisap obat

Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah

Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut

Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa

3. Benar Dosis Obat

Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.

Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang

bersangkutan.

Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan

diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya

obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan klien

(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan

diperiksa oleh perawat lain.

Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Benar Waktu Pemberian

Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya

seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari

sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.

Page 12: Hemostatik Lokal

Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang

mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang

memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang

waktu tertentu.

Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan

atau bersama makanan

Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi

mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.

Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah

dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang

merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.

5. Benar Cara Pemberian (rute)

Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.

Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-

obat peroral

Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute

parenteral

Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien

sampai obat oral telah ditelan.

rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :

1. oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul

2. sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;

3. bukal (diantara gusi dan pipi)

4. topikal ( dipakai pada kulit ) ;

5. inhalasi ( semprot aerosol ) ;

6. instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;

7. parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.

6. Benar Dokumentasi

Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.

Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah

diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.

Page 13: Hemostatik Lokal

7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien

Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan

pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan

obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan

benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang

diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan

dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-

perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama

sakit, dsb.

8. Hak klien untuk menolak

Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus

memberikan Inform consent dalam pemberian obat.

9. Benar pengkajia dan selalu memeriksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian

obat.

10. Benar evaluasi, Perawat selalu melihat maupun memantau efek kerja dari obat setelah

pemberiannya.

11. Benar reaksi terhadap makanan, Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu

yang tepat. Jika obat itu harus diminum sebelum makan untuk memperoleh kadar

yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan

sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.

12. Benar reaksi dengan obat lain, Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol

diberikan dengan omeprazol penggunaan pada penyakit kronis

b. Adapun hal-hal yang diperhatikan setelah pemberian obat :

- Respon klien terhadap reaksi obat yang diberikan. Perawat hendaknya senantiasa

mengobservasi keadaan klien setelah diberikan obat, apakah tampak tanda-tanda

kemerahan, sesak nafas, gatal ataupun respon alergi lain yang ditunjukkan.

Page 14: Hemostatik Lokal

- Reaksi obat yang diberikan pada klien, apakah setelah pemberian obat klien merasa

keadaannya lebih baik dan tubuh merespon obat yang diberikan dengan baik sehingga

proses penyembuhan klien dapat berjalan dengan baik.

- Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan kepada pasien,

misalnya waktu pemberian obat selanjutnya, efek samping obat yang harus

dilaporkan pada tim medis dan lain sebagainya.

Risiko utama obat hemostatik menyebabkan koagulasi berlebihan yang membentuk trombosis

pada system vena dan arteri. Meta-analisis oleh Zufferey et Al tidak menunjukkan peningkatan

statsistik yang signifikan dalam risiko tromboemboli vena baik pada penggunaan aprotinin, asam

traneksamat, atau asam e-aminokaproat. Haas juga tidak menemukan hubungan antara

penggunaan aprotinin dan prevalensi thrombosis vena dalam.

Aprotinin dapat menyebabkan anafilaksis pada beberapa pasien. Kejadian hipersensitivitas lebih

tinggi (5%) jika terjadi pemaparan ulang dalam waktu 6 bulan dari pemberian aprotinin

sebelumnya, dan mengalami penurunan (menjadi 0,9%) untuk pemberian ulang setelah 6 bulan.

The Perioperative Ischemia Research Group and the Ischemia Research and Education

Foundation melaporkan sebuah studi observasional prospektif multicentered internasional dari

4.374 pasien yang menyatakan bahwa jika aprotinin diberikan selama operasi bypass arteri

koroner . Kelompok yang sama juga telah mengikuti percobaan ini dan ditemukan bahwa tingkat

kematian dalam 5 tahun dalam kelompok aprotinin secara signifikan lebih tinggi daripada

kelompok kontrol. Kedua studi tidak menemukan adanya kegagalan organ akhir atau

peningkatan kematian untuk asam traneksamat dan asam aminocaproic.

Aprotinin terbukti dapat membeantu dalam keberhasilan operasi bedah jantung

, tetapi dapat menyebabkan efek samping meningkatkan risiko kerusakan ginjal, infark miokard,

atau gagal jantung, dan stroke