Hemostatik Lokal
-
Upload
ulyy-yuliastini-wiguna -
Category
Documents
-
view
946 -
download
5
Transcript of Hemostatik Lokal
1. Hemostatik Lokal
Obat hemostatik yang umumnya beraksi di dinding kapiler. Dengan meningkatkan
adesivitas dari platelet dan mengubah resistensi kapiler, sehingga mampu untuk
mengurangi waktu perdarahan dan kehilangan darah. Tidak efektif untuk pendarahan
arteri maupun vena. Obat hemostatik yang mekanisme kerjanya yaitu menghentikan
perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat.
Indikasi : mengatasi perdarahan yang berasal dari pembuluh darah kecil.a. Hemostatik serap
Mekanisme kerja:
Hemostatik serap (absorbable hemostatik) menghentikan perdarahan dengan
pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang
mempermudah bila diletakkan langsung pada pembekuan yang berdarah. Dengan
kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor
yang memulai proses pembekuan darah.
Indikasi:
Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari
pembuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikan
perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar.
Contoh obat:
Antara lain spon, gelatih, oksi sel (seluloisa oksida) dan busa fibrin insani (kuman
fibrin foam). Spon, gelatih, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka
yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan
penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada
penggunaaan kain kasa.
Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1-6 jam.
Selulosa oksida dapat memperngaruhi regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan
pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada patah tulang. Selain itu
karena dapat menghambat epitelisasi, selulosa oksida tidak dianjurkan untuk
digunakan dalam jangka panjang. Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah
dibasahi, dengan tekanan sedikit dapat menutup permukaan yang berdarah.
b. Astringent
Mekanisme kerja:
Zat ini bekerja local dengan mengedepankan protein darah sehingga perdarahan
dapat dihentikan sehubungan dengan cara penggunaannya, zat ini dinamakan juga
styptic.
Contoh Obat:
Antara lain feri kloida, nitras argenti, asam tanat.
Indikasi:
Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang
efektif bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local.
c. Koagulan Mekanisme kerja:
Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatid dengan 2
cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi thrombin dan
secara langsung menggumpalkan fibrinogen. Aktifitor protrombin, ekstrak yang
mengandung aktifator protrombin dapat dibuat antara lain dari jaringan ortak yang
diolah secara kering dengan asetat. Beberapa racun ular memiliki pula aktifitas
tromboplastin yang dapat menimbulkan pembekuan darah. Salah satu contoh
adalah russell’svipervenomn yang sangat efektif sebagai hemostatik local dan
dapat digunakan misalnya untuk alveolus gigi yang berdarah pada pasien
hemofilia.
Cara pemakaian:
Untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1% dan ditekankan pada
alveolus sehabis ekstrasi gigi. Trombin zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau
larutan untuk penggunaaan lokal. Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab
segera menimbulkan bahaya emboli.
d. Vasokonstiktor Indikasi
Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokontriksi, dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.
Cara pemakaian:
Cara penggunaannya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan
larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan yang berdarah. Vasopresin, yang
dihasilkan oleh hipofisis, pernah digunakan untuk mengatasi perdarahan pasca
bedah persalinan. Perkembangan terakhir menunjukkan kemungkinan kegunaanya
kembali bila disuntikkan langsung ke dalam korpus uteri untuk mencegah
perdarahan yang berlebihan selama operasi korektif ginekologi.
2. Hemostatik Sistemik
Obat hemostatik yang mekanisme kerjanya mampu mecakup keseluruhan. Tidak pada
satu daerah yang mengalami perdarahan saja, namun bereaksi pada seluruh pembuluh
darah untuk mengkoagulasi perdarahan.
Indikasi : mengatasi perdarahan secara sistemik
a. Aprotinin
Aprotinin adalah suatu penghambat serine protease alami yang digunakan dalam
prosedur medis guna menurunkan respon inflamasi dan mengurangi kehilangan darah
yang berkaitan dengan pembedahan liver dan kardiak. Senyawa ini juga penting
dalam pencegahan degradasi produk-produk protein dalam riset dan proses
manufaktur serta telah diaplikasikan sebagai sejenis pengobatan bagi penyakit
pankreatitis akut. Aprotinin pertama kali diidentifikasi dalam paru-paru sapi, namun
juga diperoleh dari ragi rekombinan. Hasil riset menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan risiko kematian yang lebih tinggi pada kelompok pasien yang menerima
Aprotinin dibandingkan dengan kelompok pasien yang menerima antifibrinolityc
pembanding.
Aprotinin sebagai antihemostatik diindikasikan untuk :
- Pengobatan pasien dengan resiko tinggi kehilangan banyak darah selama
bedah buka jantung dengan sirkulasi ekstrakorporal.
- Pengobatan pasien yang konservasi darah optimal selama bedah buka jantung
merupakan prioritas absolut.
Selain itu indikasinya : coronary artery bypass grafting, total hip replacement,
transplantasi liver, operasi prostat, operasi ginekologi
Cara pemberian : Intravena dan external use
Bentuk sediaan obat :
Trasylol produksi Bayer vial : berisi 100 ml dan 200 mL ; 10.000 unit/mL atau 1.4
mg/ml, Beriplast P Combi set
Efek samping : Reaksi-reaksi hipersensitivitas, Asma traneksamat, Mual, muntah,
Diare, Stroke, Gagal ginjal dan jantung, nyeri otot, hipotensi
Kontra indikasi : Alergi terhadap aprotinin, Kehamilan muda, Insuflsiensi ginjal
b. Carbazochrome
Merupakan obat hemostatik yang diindikasikan untuk
- Perdarahan karena penurunan resistensi kapiler dan meningkatnya
permeabilitas kapiler.
- Perdarahan dari kulit, membran mukosa dan internal.
- Perdarahan sekitar mata, perdarahan nefrotik dan metroragia.
- Perdarahan abnormal selama dan setelah pembedahan karena menurunnya
resistensi kapiler.
Cara kerja : Menurunkan permiabilitas kapiler, untuk perdarahan kecil – kapiler.
Efektifitas belum terbukti
Kontra indikasi : Pada pasien hipersensitif salisilat.
Dosis :
Carbazochrome salicylate : 5 – 10 mg IM.
Carbazochrome sodium sulfonat (Adona Ac – 17 ) = Carbazochrome salisilat. Dosis :
10 – 50 mg IV.
c. Asam traneksamat Merupakan obat hemostatik yang merupakan penghambat bersaing dari aktivator
plasminogen dan penghambat plasmin. Oleh karena itu dapat membantu mengatasi
perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan. Obat ini mempunyai indikasi dan
mekanisme kerja yang sama dengan asam aminokoproat tetapi 10 kali lebih poten
dengan efek samping yang lebih ringan. Asam traneksamat cepat diabsorsi dari
saluran cerna, sampai 40% dari 1 dosis oral dan 90% dari 1 dosis IV diekskresi
melalui urin dalam 24 jam.
Dosis : Dosis yang dianjurkan 0,5-1 gram diberikan 2-3 kali sehari secara IV lambat
sekurang-kurangnya dalam waktu 5 menit. Cara pemberian lain peroral 1-1,5 gram, 2-
3 kali/ perhari. Pada pasien gagal ginjal dosis dikurangi.
Cara kerja :
Aktivitas antiplasminik :
Asam Traneksamat menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen dan plasmin.
Aktivitas plasminik dari Asam Traneksamat telah dibuktikan dengan berbagai
percobaan 'In vitro' penentuan aktivitas plasmin dalam darah dan aktivitas plasma
setempat, setelah diberikan pada tubuh manusia.
Aktivitas hemostatis :
Asam Traneksamat mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan
kerapuhan vaskular dan pemecahan faktor koagulasi. Efek ini terlihat secara klinis
dengan berkurangnya jumlah perdarahan, berkurangnya waktu perdarahan dan lama
perdarahan.
Aktivitas anti alergi dan anti peradangan :
Asam Traneksamat bekerja dengan cara menghambat produksi Kinin dan senyawa
peptida aktif lainnya yang berperan dalam proses inflamasi dan reaksi-reaksi alergi.
Indikasi
• Untuk fibrinolisis lokal seperti: epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks.
• Edema angioneurotik herediter
• Perdarahan abnormal sesudah operasi.
• Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemophilia
Kontraindikasi
• Penderita subarachnoid hemorrhage dan penderita dengan riwayat tromboembolik
• Penderita dengan kelainan pada penglihatan warna.
• Penderita yang hipersensitif terhadap Asam Traneksamat.
Efek samping
• Gangguan-gangguan gastrointestinal : mual, muntah-muntah, anorexia, eksantema
dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini
menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya
• Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi.
Untuk menghindari hal tersebut maka pemberian dapat dilakukan dengan
kecepatan tidak lebih dari 1 ml/menit
• Sakit dada, vasospasmus, syok hemoragi, demam, sakit kepala, kedinginan,
urtikaria, alopesia, dysesthesia pedis, purpura, ekzema, nekrosis kutan, plak
erithemathosus, hiperkalemia, hiperlipidemia, mual, muntah, konstipasi,
hemorage, ditemukan darah pada urin, epistaksis, hemoragi adrenal, hemoragi
retriperitonial, trombositopenia, peningkatan enzim SGOT, SGPT, ulserasi,
nekrosis kutan yang disebabkan oleh injeksi sub kutan, neuropati perifer,
osteoporosis, konjungtivitis, hemoptisis, hemoragi pulmonari, asma, artritis,
rinitis, bronkospasma, reaksi alergi, reaksi anafilaktik.
d. Kompleks faktor IX Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX, X serta sejumlah kecil protein plasma lain
dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila diperlukan faktor-faktor yang
terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi ada
kemungkinan timbulnya hepatitis.
Efek samping : Sakit kepala , mual, flushing , sakit dan pembengkakan pada tempat
suntikan, juga dilaporkan terjadinya peningkatan tekanan darah yang ringan dan
harus hati- hati penggunaanya pada pasien hipertensi dan penyakit ateri koronarian.
Kontra indikasi : Antara lain trombosis, demam, menggigil, sakit kepala dan reaksi
hipersensivitas berat (shok anafilaksis).
Dosis
Obat ini sering digunakan IV dengan dosis 0,3 mikrogram secara infuse dalam waktu
15-30 menit. fibrinogen insani Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan
kadar fibrinogen dalam darah penderita, dan adanya pembekuan yang sebenarnya
e. Vitamin K Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek,
sebab vitamin K harus merangsang pembentukan faktor-faktor pembekuan darah
lebih dahulu.
Indikasi : Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi
vitamin K.
Efek samping :
Pemberian parenteral pada bayi premature kurang dari 2,5 kg resiko terkena ikterus
meningkat. Pemberian preparat vitamin K IV yang terlalu cepat menyebabkan
kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme, sianosis, sakit pada dada sampai
kematian.
Kontra indikasi : Neonatus, Bayi, Wanita yang sedang hamil tua
Cara pakai : Diberikan melalui oral, injeksi intramuscular atau IV
Contoh obat : Namageneric : fitomenadion
Nama dagang: kaywan, phytomenadion, phytomenadion injeksi.
f. Faktor anti hemofIlik (faktor VIII) dan crypoprecipitated anti hemophilic factor
Indikasi
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada penderita
hemofilia A (defisienxi faktor VIII) dan pada penderita yang darahnya mengandung
faktor didapat dari plasma donor tunggal dan kaya akan factor VIII dalam jumlah
baku. Selain itu, pada penderita hemofilia A, crypoprecipitates antihemofilik faktor
juga dapat digunakan untuk pasien dengan penyakit von Willebrand.
Efek samping
Crypoprecipitatefanti hemofilik factor mengandung fibrinogen dan protein plasma
laindalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan konsentrat faktor VIII,sehingga
kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besarpula. Efek samping lain yang
dapat timbul pada penggunaan kedua jenissediaan ini adalah hepatitis virus, anemi
hemolitik,hiperfibrinogenemia menggigil dan demam.
Cara pemakaian
Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanya digunakan
untuk mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia. Biasanya hemostatik dicapai
dengan dosis tunggal 15-20 unit/kg BB.Untuk perdarahan ringan pada otot dan
jaringan lunak, diberikan dosis tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia
sebelum dioperasi diperlukan kadar anti hemofilik sekurang – kurangnya 50% dari
normal, dan pasca bedah diperlukan kadar 20-25 % dari normal untuk7-10 hari.
g. Desmopresin Desmopresin (nama dagang : DDAVP, Stimate, Minirin) merupakan obat sintetik
sebagai pengganti untuk vasopressin (hormone yang menurunkan produksi urin).
Desmopressin (1-desamino-8-D-arginine vasopressin) dibuat dari hormone normal
manusia arginine vasopressin, yang merupakan golongan peptida yang terdiri dari
sembilan asam amino. Desmopresin merupakan vasopresin sintetik yang dapat
meningkatkan faktor VIII dan vWf untuk sementara. Peningkatan kadar faktor
pembekuan tersebut paling besar terjadi pada 1-2 jam. Dan menetap sampai dengan 6
jam. Pemberian lebih sering dari tiap 2 atau 3 hari, dapat menurunkan respons
terapeutik.
Farmakokinetik
Desmopressin bekerja dengan membatasi air yang terbatas dengan sejumlah air yang
dieleminasi dalam urine. Desmopressin merangsang V2 receptors di duktus
pengumpul ginjal, meningkatkan reabsorpsi air. Ini juga menstimulasi factor VIII dari
sel endothelial juga menstimulasi reseptor V1a. Desmopressin diserap dengan lambat
yang kemudian berperan sebagai vasopressin, dan memiliki sedikit efek pengaturan
tekanan darah, dimana vasopressin tersebut dapat menyebabkan hipertensi arterial.
Indikasi
Desmopressin dapat digunakan untuk membantu menurunkan von willebrand factor
(dengan subsequent peningkatan factor VIII untuk mengatasi kompleks vWF) pada
pasien dengan gangguan pembekuan darah seperti penyakit Willebrand, Haemophilia
A ringan (penurunan factor VIII), dan trombositopenia.
Kontraindikasi
Tidak baik digunakan bagi pasien yang mengalami gangguan dengan factor IX atau
Haemophilia tipe B.
Efek samping
Sakit kepala, mual, sakit dan pembengkakan pada tempat suntikan, juga dilaporkan
terjadinya peningkatan tekanan darah yang ringan dan harus hati- hati penggunaanya
pada pasien hipertensi dan penyakit ateri koronari.
Cara pakai
Desmopressin dapat diberikan melalui IV, IM, SC, intranasal maupun oral. Obat ini
sering digunakan IV dengan dosis 0,3 mikrogram secara infuse dalam waktu 15-30
menit.
h. Asam aminokaproat Mekanisme kerja
Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator plasminogen dan
penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen/fibrin dan
faktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam amino kaproat dapat mengatasi
perdarahan berat akibat fibrinolysis yang berlebihan. Dugaan akan adanya fibrinolisis
yang berlebihan dapat didasarkan atas hasil tes laboratorium berupa waktu trombin
dan protombin yang memanjang, hipofibrinogenemia atau kadar plasminogen yang
menurun. Akan tetapi beberapa dari hasil laboratorium di atas biasanya didapatkan
pula pada penderita DIC.
Kontraindikasi
Pemberian asam aminokaproat dapat menyebabkan pembentukan thrombus yang
mungkin bersifat fatal. Oleh karena itu asam aminokaproat hanya digunakan untuk
mengatasi perdarahan fibrinolisis berlebihan yang bukan disebabkan oleh DIC. Bila
terdapat keraguan, criteria untuk membedakan kedua keadaan tersebut adalah dengan
menghitung trombosit, tes para koagulasi protamin dan lisis bekuan euglobulin. Pada
DIC hitung trombosit menurun, tes parakoagulasi protamin positif danlisis bekuan
euglobin normal. Pada fibrinolisis primer hitung trombosit normal, tes parakoagulasi
protamin negatif dan lisis beku aneuglobulin berkurang. Tetapi fibrinolisis jarang
terjadi tersendiri,biasanya terjadi sekunder akibat DIC.
Cara pemakaian : Dapat diberikan secara peroral dan IV
Indikasi
Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari kandung
kemih. Prostate atau uretra pada penderita yang mengalami prostatektomi
transurethral atau suprapublik, asam aminokaproat mengurangi hematuria pasca
bedah secara bermakna. Akan tetapi penggunanya harus dibatasi pada penderita
dengan perdarahan berat dan yang penyebab perdarahannya tidak dapat diperbaiki.
Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek
trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen.
Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dan
sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain karena trauma didalam mulut.
Efek samping
Asam aminokaproat dapat menyebabkan prutius, eriterna konjungtiva, dan hidung
tersumbat. Efek samping yang paling berbahaya ialah trombosisumum, karena itu
penderita yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme hemostatik.
Dosis
Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 gram per oral atau infuse IV, secara lambat, lalu 1
gram tiap jam atau 6 gram tiap 6 jam bila fungsi ginjal normal, dengan dosis tersebut
dihasilkan kadar terapi efektif 13 mg/dl plasma. Pada pasien penyakit ginjal atau
oliguri diperlukan dosis lebih kecil. Anak-anak 100 mg/kg BB tiap 6 jam untuk 6
hari. Bila digunakan IV asam aminokaproat harus dilarutkan dengan ringer laktat.
Namun masih diperlukan bukti lebih lanjut mengenai keamanan penggunaan obat ini
untuk jangka panjang dengan dosis diatas.
A. HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN OBAT
a. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan
harus tepat, adapun yang harus diperhatikan sebelum dan selama pemberian obat
hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan
prinsip 12 benar, yaitu:
1. Benar Klien
Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa
gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri.
Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
Membedakan klien dengan dua nama yang sama
2. Benar Obat
Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan
Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat
minimal tiga kali:
1. Pada saat melihat botol atau kemasan obat,
2. Sebelum menuang/menghisap obat
3. Setelah menuang/ mengisap obat
Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
3. Benar Dosis Obat
Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan.
Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya
obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain.
Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
4. Benar Waktu Pemberian
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya
seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari
sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang
waktu tertentu.
Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau bersama makanan
Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi
mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
5. Benar Cara Pemberian (rute)
Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-
obat peroral
Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute
parenteral
Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien
sampai obat oral telah ditelan.
rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
1. oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul
2. sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;
3. bukal (diantara gusi dan pipi)
4. topikal ( dipakai pada kulit ) ;
5. inhalasi ( semprot aerosol ) ;
6. instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;
7. parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
6. Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.
Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah
diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien
Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan
pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan
obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan
benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang
diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan
dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-
perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama
sakit, dsb.
8. Hak klien untuk menolak
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus
memberikan Inform consent dalam pemberian obat.
9. Benar pengkajia dan selalu memeriksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian
obat.
10. Benar evaluasi, Perawat selalu melihat maupun memantau efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.
11. Benar reaksi terhadap makanan, Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu
yang tepat. Jika obat itu harus diminum sebelum makan untuk memperoleh kadar
yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan
sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.
12. Benar reaksi dengan obat lain, Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol
diberikan dengan omeprazol penggunaan pada penyakit kronis
b. Adapun hal-hal yang diperhatikan setelah pemberian obat :
- Respon klien terhadap reaksi obat yang diberikan. Perawat hendaknya senantiasa
mengobservasi keadaan klien setelah diberikan obat, apakah tampak tanda-tanda
kemerahan, sesak nafas, gatal ataupun respon alergi lain yang ditunjukkan.
- Reaksi obat yang diberikan pada klien, apakah setelah pemberian obat klien merasa
keadaannya lebih baik dan tubuh merespon obat yang diberikan dengan baik sehingga
proses penyembuhan klien dapat berjalan dengan baik.
- Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan kepada pasien,
misalnya waktu pemberian obat selanjutnya, efek samping obat yang harus
dilaporkan pada tim medis dan lain sebagainya.
Risiko utama obat hemostatik menyebabkan koagulasi berlebihan yang membentuk trombosis
pada system vena dan arteri. Meta-analisis oleh Zufferey et Al tidak menunjukkan peningkatan
statsistik yang signifikan dalam risiko tromboemboli vena baik pada penggunaan aprotinin, asam
traneksamat, atau asam e-aminokaproat. Haas juga tidak menemukan hubungan antara
penggunaan aprotinin dan prevalensi thrombosis vena dalam.
Aprotinin dapat menyebabkan anafilaksis pada beberapa pasien. Kejadian hipersensitivitas lebih
tinggi (5%) jika terjadi pemaparan ulang dalam waktu 6 bulan dari pemberian aprotinin
sebelumnya, dan mengalami penurunan (menjadi 0,9%) untuk pemberian ulang setelah 6 bulan.
The Perioperative Ischemia Research Group and the Ischemia Research and Education
Foundation melaporkan sebuah studi observasional prospektif multicentered internasional dari
4.374 pasien yang menyatakan bahwa jika aprotinin diberikan selama operasi bypass arteri
koroner . Kelompok yang sama juga telah mengikuti percobaan ini dan ditemukan bahwa tingkat
kematian dalam 5 tahun dalam kelompok aprotinin secara signifikan lebih tinggi daripada
kelompok kontrol. Kedua studi tidak menemukan adanya kegagalan organ akhir atau
peningkatan kematian untuk asam traneksamat dan asam aminocaproic.
Aprotinin terbukti dapat membeantu dalam keberhasilan operasi bedah jantung
, tetapi dapat menyebabkan efek samping meningkatkan risiko kerusakan ginjal, infark miokard,
atau gagal jantung, dan stroke