Hematuria

20
BAB I PENDAHULUAN Hematuria adalah didapatkannya sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram, yaitu keluar darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi; keadaan ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. Harus diyakinkan juga bahwa seseorang pasien menderita hematuria atau pseudo hematuria. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan disebabkan sel darah merah, melainkan oleh zat lain yang mewarnai urine, misalnya pada keadaan hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentasi asam urat yang meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu. Secara visual hematuria dibagi menjadi hematuria makroskopik yaitu hematuria yang secara kasat mata dapat 1

Transcript of Hematuria

Page 1: Hematuria

BAB I

PENDAHULUAN

Hematuria adalah didapatkannya sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu

dibedakan dengan bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram, yaitu keluar

darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi; keadaan ini sering terjadi

pada trauma uretra atau tumor uretra.

Harus diyakinkan juga bahwa seseorang pasien menderita hematuria atau

pseudo hematuria. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau

kecoklatan yang bukan disebabkan sel darah merah, melainkan oleh zat lain yang

mewarnai urine, misalnya pada keadaan hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentasi

asam urat yang meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen

tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-

obatan tertentu.

Secara visual hematuria dibagi menjadi hematuria makroskopik yaitu

hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine berwarna merah dan

hematuria mikroskopik yaitu hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat

sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan

lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang.

BAB II

1

Page 2: Hematuria

HEMATURIA

I. DEFINISI

Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine. Secara

visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2

keadaan, yaitu:

a. H e m a t u r i a m a k r o s k o p i k

Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat

dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi

atau pada akhir miksi yang berasal dari daerah posterior uretra atau

leher kandung kemih.

Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat

mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa terbentuknya

gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga

menimbulkan syok hipovolemik/anemia, dan menimbulkan urosepsis.

b. H e m a t u r i a   m i k r o s k o p i k .

Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak

dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan

mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang.

(Mellisa C Stoppler, 2010).

2

Page 3: Hematuria

II. ETIOLOGI

Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam

sistem urogenitalia atau kelainan yang berada diluar sistem urogenitalia.

Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:

• Infeksi/inflamasi seperti : pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis,

sistitis, dan uretritis.

• Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms),

tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia

prostate jinak (BPH).

• Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal

• Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.

• Batu saluran kemih.

Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah:

Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic)

SLE

3

Page 4: Hematuria

Penggunaan antikoagulan, atauproses emboli pada fibrilasi atrium

jantung maupun endokarditis.

III. DIAGNOSIS

Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria,

pseudohematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria adalah

urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan disebabkan sel-sel darah

merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria,

mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan/minum

bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau

setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin,

piridium, porfirin, rifampisin, dan  fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah

keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini

sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra.

4

Page 5: Hematuria

1. Anamnesis

Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi pada

saat episode hematuria, antara lain:

(a). Bagaimanakah warna urine yang keluar?

(b). Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan darah?

(c). Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?

(d). Apakah diikuti dengan perasaan sakit?

PORSI HEMATURIA PADA SAAT MIKSI

INISIAL TOTAL TERMINAL

Terjadi

pada

Awal miksi Seluruh proses

miksi

Akhir miksi

Tempat

kelainan

Uretra Buli-buli, ureter

atau ginjal

Leher buli-buli

Karakteristik suatu hematuria dapat dipakai sebagai pedoman untuk

memperkirakan lokasi penyakit primernya, yaitu porsi hematuria (warna merah

yang dilihat saat berkemih) terjadi pada saat awal miksi (hematuria inisial),

5

Page 6: Hematuria

seluruh proses miksi ( hematuria total), atau akhir miksi (hematuria terminal).

Dengan memperhatikan porsi hematuria dapat diperkirakan asal perdarahan.

Kualitas warna urine dapat juga menentukan penyebab warna hematuria. Darah

baru yang berasal dari buli-buli, prostat, dan uretra berwarna merah segar

sedangkan darah lama atau yang berasal dari glomerulus berwarna lebih coklat

dengan bentuk seperti cacing (vermiform). Nyeri yang menyertai hematuria

dapat berasal dari nyeri di saluran kemih bagian atas berupa kolik atau gejala

iritasi dari saluran kemih bagian bawah berupa disuria atau stranguria.

2. Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin

merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan

anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar.

Ditemukannya tanda-tanda perdarahan di tempat lain dalah petunjuk adanya

kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik.

• Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal

akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis

mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli.

• Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai

mengetahui adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat.

Setelah prostatektomi enukleasi maupun endoskopik, simpai prostat

dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan kesan prostat masih

membesar. Lobus medial prostat yang mungkin menonjol ke kandung kemih

6

Page 7: Hematuria

umumnya tidak dapat dicapai dengan jari. Karsinoma prostat menyebabkan

asimetri dan perubahan konsistensi setempat. Diagnosis dipastikan melalui

biopsy jarum transrektal.

3. Pemeriksaan penunjang.

A. Pemeriksaan darah

Penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal

ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase prostat, dan

fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang.

Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila

terdapat kemungkinan urolithiasis.

B. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,

bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada

hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler.

C. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya

infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine

yang sangat asam  mungkin berhubungan dengan batu asam urat.

D. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya sel-sel

urotelial.

E. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus

hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal.

7

Page 8: Hematuria

Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai

dengan kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat

menilai adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih,

tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi

saluran kemih.

F. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan

prostat (padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, ureter,

kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pyelum, dan untuk

mengetahui adanya metastasis tumor di hepar.

G. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna

untuk pemeriksaan prostat dan buli-buli.

H. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk

menilai vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih

aman dan informatif. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara

uretrografi retrograd atau punksi perkutan.

I. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya

setelah obstruksi dihilangkan.

J. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan

gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy

8

Page 9: Hematuria

K. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan

perbandingan antara isi dan tekanan di buli-buli

L. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika

pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab

hematuria.

IV. Penatalaksanaan

Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi

urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai

cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya

dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus

menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan

anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi

infeksi harus diberikan antibiotika.

Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah

mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab

hematuria.

9

Page 10: Hematuria

BAB III

PENYAKIT-PENYAKIT DENGAN GEJALA HEMATURIA

1. Pielonefritis

Pielonefritis akut merupakan infeksi saluran kemih asendens, biasanya

terjadinya melalui refluks vesiko-ureter. Selain itu, pielonefritis akut ini

dapatdisebabkan oleh stasis, benda asing, cedera atau instrumentasi.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan demam menggigil, nyeri pinggang, disuria,

polakisuria, piuria, bakteriuria, dan biakan kemih positif.

Gambaran klinis :

- Demam

- Menggigil

- Nyeri pinggang

Laboratorium

- Semua tanda syok dengan bakteriemia dan bakteri yang sama di kemih

Pielonefritis kronis dapat menyebabkan gangguan faal ginjal sampai destruksi

ginjal total. Pielonefritis yang disebabkan obstruksi hubungan uteropelvik

menjadikan ginjal berupa kantung bbesar yang mengandung nanah.

Gejala dan tanda pielonefritis :

- Ketidaknyamanan dan nyeri perut yang tidak khas

- Disuria

- Urin keruh dan berbau

- Demam, takikardi

- Septisemia dsn toksik

10

Page 11: Hematuria

2. Tumor Wilms

Merupakan tumor ginjal padat yang sering dijumpai pada anak dibawah 10

tahun dan merupakan kira-kira 10% keganasan pada anak. Tumor Wilms

berasal dari blatema metanefrik. Oleh karena itu, tumor ini terdiri atas unsure

blastema, epitel, dan stroma denganperbandingan yang berbeda. Kadang tidak

terdapat bunsur epitel dan stroma. Pada sediaan makroskopik tampak sebagai

tumor besar berwarna abu-abu dengan focus perdarahan atau nekrosis.

Penyebaran tumor dapat terjadi melalui hematogen pada v.renalis atau v.cava

atau melalui saluran limfe.

Gambaran klinis, biasanya tumor tidak bergejala atau bertanda sehingga

ditemukan oleh ibu penderita karena teraba massa pada perut. Kadang

ditemukan hematuria yang berate tumor sudah lanjut, hipertensi juga sering

ditemukan.

Pemeriksaan

USG dan Pielogram intravena.

Stadium I : Tumor terbatas pada ginjal dan dapat diangkat seluruhnya,

tidak ada metastasis limfogen(N0).

Stadium II : Tumor melewati batas simpai ginjal tetapi masih dapat

diangkat seluruhnya dan tidak ada sisa tumor pada permukaan tempat tumor

semula dan N0

Stadium III : Tumor tidak dapat diangkat seluruhnya sehingga ada sisa

tumor didalam tubuh, termasuk tumpahan jaringan tumor, dan atau N+

Stadium IV : Tumor sudah mengadakan metastasis hematogen ke paru,

tulang atau otak. (M+)

11

Page 12: Hematuria

Stadium V : Tumor ditemukan bilateral.

3. Tumor Grawitz atau adenokarsinoma ginjal

Merupakan tumor yang berasal dari epitel tubulus proximal dan

merupakan 3% dari tumor ganas pada orang dewasa dan biasanya ditemukan

pada usia 40-70 tahun.Insiden pada laki-laki lebih sering daripada perempuan.

Penampakan makroskopik biasanya berwarna kekuningan karena

mengandung jaringan lemak di daerah korteks sehingga menonjol di

permukaan ginjal. Ukuran tumor biasanya kecil namun bisa juga mengisi

seluruh rongga retroperitoneal. Gambaran mikroskopik dapat terlihat sel jernih,

sel bergranula atau campuran. Penyebarannya bisa langsung menembus simpai

ginjal ke jaringan sekitarnya atau melalui pembuluh limfe dan v.renalis.

Gambaran klinis, trias klasik yaitu hematuria maksoskopik, nyeri

pinggang dan massa di daerah ginjal yang tidak selalu ditemukan. Hematuria

merupakan tanda yang hampir sering ditemukan, nyeri sendiri timbul akibat

peregangan simpai ginjal, adanya bekuan darah yang turun melalui ureter yang

menimbulkan kolik ureter.

Stadium I : Tumor terbatas pada parenkim ginjal

Stadium II : Tumor menjalar ke jaringan perinefrik tetapi tidak menembus

fasia gerota

Stadium III : IIIa tumor menembus fasia Gerota dan masuk ke v.renalis

IIIb kelenjar limfe regional

IIIc pembuluh darah lokal

Stadium IV : IVa dalam organ sekitarnya selain adren

IVb metastasis jauh.

12

Page 13: Hematuria

BAB IV

KESIMPULAN

Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah dalam urine. Hematuria

dapat di temukan pada beberapa penyakit mulai dari infeksi/inflamasi seperti

pielonefritis, glomerulonefritis, keganasan pada ginjal, obstruksi pada saluran kemih

serta pembesaran kelenjar prostat. Pemeriksaan untuk penyakit yang menimbulkan

hematuria dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan.

13

Page 14: Hematuria

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo B. Hematuri. Dasar-dasar urologi. SMF Urologi Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya. CV.Infomedika : Malang. 27-8.

2. Purnomo B. Hematuri. Dasar-dasar urologi. SMF Urologi Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya. CV.Infomedika : Malang. 262.

3. Samsuhidajat R, De jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke2. Penerbit Buku

Kedokteran EGC : Jakarta. 737-39.

14