Hematuria Hewan

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hematuria adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel darah merah dalam urin. Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia atau kelianan yang berada di luar urogenitalia. Penyebab hematuria ada berbagai macam, antara lain urolithiasis (batu ginjal), tumor atau kanker pada ginjal, adanya penyakit pada ginjal, infeksi atau tingginya kreatinin. Namun penyebab umum yang sering terjadi pada hewan adalah karena urolithiasis. Secara klinis, hematuria dapat dikelompokkan menjadi hematuri makroskopis (gross hematuria) dan hematuri mikroskopis. Hematuria dapat dikelirukan juga dengan Hemoglobinuria yang juga memperlihatkan gejala serupa. 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana etiologi dari hematuria? 2. Bagaimana gejala klinis dari hematuria? 3. Bagaimana patofisiologi dari hematuria? 4. Bagaimana diagnosa dan diagnosa banding hematuria? 5. Bagaimana pencegahan hematuria? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui etiologi hematuria. 2. Untuk mengetahui gejala klinis dari hematuria. 3. Untuk mengetahui patofisiologi dari hematuria. 1

description

Hematuria Hewan

Transcript of Hematuria Hewan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hematuria adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel darah merah dalam urin. Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia atau kelianan yang berada di luar urogenitalia. Penyebab hematuria ada berbagai macam, antara lain urolithiasis (batu ginjal), tumor atau kanker pada ginjal, adanya penyakit pada ginjal, infeksi atau tingginya kreatinin. Namun penyebab umum yang sering terjadi pada hewan adalah karena urolithiasis. Secara klinis, hematuria dapat dikelompokkan menjadi hematuri makroskopis (gross hematuria) dan hematuri mikroskopis. Hematuria dapat dikelirukan juga dengan Hemoglobinuria yang juga memperlihatkan gejala serupa.

1.2 Perumusan Masalah1. Bagaimana etiologi dari hematuria?2. Bagaimana gejala klinis dari hematuria?3. Bagaimana patofisiologi dari hematuria?4. Bagaimana diagnosa dan diagnosa banding hematuria?5. Bagaimana pencegahan hematuria?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui etiologi hematuria.2. Untuk mengetahui gejala klinis dari hematuria.3. Untuk mengetahui patofisiologi dari hematuria.4. Untuk mengetahui diagnosa dan diagnosa hematuria.5. Untuk mengetahui pencegahan hematuria.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Etiologi Hematuria adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel darah merah dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan menjadi: Hematuri makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan urin bercampur darah dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Keadaan ini dapat terjadi bila 1 liter urin bercampur dengan 1 ml darah. Hematuri mikroskopis yaitu hematuri yang hanya dapat diketahui secara mikroskopis atau tes kimiawi (Sunarka, 2002 ; Irwana, 2009).

Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia atau kelianan yang berada di luar urogenitalia. Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain (Purnomo, 2007):a. Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis.b. Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor Wilm, tumor Grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.c. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan ren mobilis.d. Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.e. Batu saluran kemih2.2 Gejala KlinisGejala konstitusional seperti demam dan ruam dapat merujuk pada penyakit glomerulus yang berhubungan dengan penyakit jaringan penghubung lunak seperti systemic lupus erythematosus. Hematuria yang menyertai penyakit saluran nafas atas dapat terlihat pada nefritis IgA. Henoch-Schnlein purpura (HSP), variasi sistematik nefritis IgA, sering berhubungan dengan purpura yang bisa dipalpasi pada kulit dan manifestasi gastrointestinal. Tidak adanya gejala konstitusional tidak menjadikan glomerulonefritis negatif, meskipun demikian, banyak penyakit primer ginjal dapat bermanifestasi dengan hanya hematuria atau proteinuria atau keduanya.Anamnesis mengenai nyeri harus dilakukan. Ketidaknyamanan suprapubik disertai disuria, urgensi, hesitasi dapat ditemukan pada sistitis. Prosatatitis dan uretritis juga dapat mempengaruhi urinasi. Nyeri pinggang yang berat, dengan radiasi pada panggul, ditemukan pada distensi uretral atau iritasi oleh batu, gumpalan darah, atau debris lain, seperti yang ditemukan pada nekrosis papiler. Loin pain merupakan gejala yang jarang, suatu sindrom hematuria dapat memiliki pola yang mirip. Distensi kapsul ginjal karena inflamasi (pyelonefritis) atau hematom (trauma) dapat mengakibatkan nyeri sudut kostovertebral, demikian juga pada perdarahan atau infeksi kista ginjal.Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

2.3 Patofisiologi Hematuriaa. Cystitis Infeksi saluran kemih (cystitis), umumnya radang kandung kemih pada pasien dengan saluran kemih normal. Cystitis yang paling sering adalah disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra, hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks utrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter adau stetoskop. Gejala ISK bagian bawah antara lain, sakit dan nyeri menggigit pada perut bagian bawah di atas tulang kemaluan, terasa sakit diakhir kencing, ada darah di dalam urin (hematuria), adanya sel-sel darah putih dalam urin, kondisi parah dapat disertai demam. (Andi, 2009).Obat yang dapat digunakan dalam mengobati cystitis adalah Duphapen Strep BP. Sediaan cair, setiap 100 ml mengandung benzathin penicillin 12.500.000 iu dan streptomycine sulphate 5 gr. Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti pneumonia, bronchopneumonia, luka luka kaki, metritis karena retensi plasenta, metroperitonitis, mastitis, actinogranulomatosis, abses, peradangan, edema dan pyelonephritis pada babi, domba, kambing, aqnjing dan kucing. Peberian secara injeksi IM, dosispada babi, domba kambing 10 ml / 100 kg bb, anjing kucing 0,2 ml / kg bb. Bukan untuk sapi. Kemasan botol 40 ml, 100 ml. Fort Dodge Vet. S.A. Spain / Paeco Agung (Dirjen Peternakan, 2002).

b. PyelonephritisDarah yang diperiksa hanya diambil dari darah perifer hewan hidup. Tetesan darah diletakkan diatas pertengahan kaca ulas I. Dengan bantuan salah satu sudut kaca ulas II, dibentuk lingkaran yang berdiameter lebih kurang 1,25 cm dengan cara membuat gerakan gerkan memutar dengan ujung kaca ulas II tersebut. Preparat kemudian dikeringkan diudara. Selanjutnya eritrosit dalam preparat dilisis dahulu denga larutan asam asetat glacial (2-3 tetes asam asetat glacial dalam 50 ml air suling) sampai preparat darah tersebut menjadi putih abu abu. Preparat dikeringkan dan selanjutnya diwarnai dengan giemsa. Dengan cara ini diperoleh konsentrasi parasit yang lebih tinggi, tetapi dengan mengurangi ketepatan bentuk dan detail yang dapat dilihat (Andi, 2009).Bakteri masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan pembekakan daerah tersebut, dimulai dari papila dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cytitis, prostatitis (asccending) atau karena infeksi steptococcus yang berasal dari darah (descending) (Andi, 2009).Pyelonefritis dibagi menjadi 2 macam yaitu : Pyelonefritis akut. Pyelonefritis kronik. Pyelonefritis akutPyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena tetapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20 % dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau dikaitkan denganselimut.absesdapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi (Andi, 2009).Kronik pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada hewan hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar (Andi, 2009).Obat yang dapat digunakan dalam mengobati pyelonefritis adalah: Pen O Vet. Sediaan cair, setiap ml mengandung procain penicillin g 300.000 iu. Untuk pengobatan terhadap infeksi bakteri gram positip maupun gram negatip seperti pada pneumonia, bronchitis, cystitis, pielonephritis, metritis, mastitis dll. Pemberian secara injeksi im, dosis 4.000 22.000 iu / kg bb.Kemasan 10, 50, 100 ml. Duta Kaisar Pharmacy. Kristapen. Serbuk untuk suspensi injeksir, mengandung prcoin penicillin G. Untuk pengobatan infeksi karena bakteri gram positif maupun gram negatif seperti pneumonia, bronchitis, cystitis, pielonephritis, mastitis. Pemberian secara injeksi IM, dosis 40.000 22.000 iu/ kg bb / 12 jam selama 3 hari. Kemasan vial 3 gr, botol 15 gr. Cara pemakaian lihat brosur. Duta kaisar pharmacy (Dirjen Peternakan, 2002).

c. Hematuria RenalHematuria adalah adanya darah yang keluar bersama urin. Hematuria didefinisikan sebagai adanya sel darah merah dalam urin. Dibagi menjadi 2 yaitu hematuria makroskopis (gross hematuria) jika dapat terlihat secara kasat mata dan hematuria mikroskopik dapat dideteksi menggunakan uji dipstick atau pemeriksaan sedimen urin (Suhendro, 2009).

Penyebab paling umum dari hematuria dari saluran kemih atas adalah: penyakit ginjal pembekuan darah yang abnormal penyakit sel sabit infeksi batu ginjal obstruksi, penyumbatan atau cedera ginjal atau saluran kencingHematuria dapat ditemukan pada berbagai kelainan di ginjal, prostat dan saluran kemih.Ginjal: Kanker ginjal , kanker epitel dinding saluran atau dinding kandung kemih, kelainan lain di ginjal seperti batu, infeksi, gangguan pembuluh darah (nekrosis papilar ginjal), kelainan genetik atau bawaan (penyakit von Hippellindau), kista ginjal, penyempitan piala ginjal, Ureter (saluran kemih atas): ditemukan batu, infeksi, atau trauma pada saluran tersebut.Penyakit Ginjal (renal atau glomerular) merupakan penyebab yang tidak umum tetapi menyebabkan kegagalan ginjal pada beberapa pasien. Ginjal yang sakit dan meradang dapat menyebabkan hematuria. Penyakit ini dapat muncul sendiri dari ginjal atau merupakan komplikasi dari penyakit lain seperti diabetes. Pada anak-anak usia 6-10 tahun, dapat menyebabkan gangguan ginjal poststreptococcal glomerulonephritis (Elizabeth, 2000).Temuan abnormal yang paling sering pada pasien adanya protein yang sangat tinggi dan "gips" (adanya pengelompokkan sel dalam urin dan terlihat di bawah mikroskop). Pada tes lainnya seperti sinar-X dari saluran kemih bagian atas dan cystoscopy, biasanya normal dan pada pemeriksaan urin secara mikroskopis akan menunjukkan tanda-tanda infeksi atau ganas (kanker) sel. Infeksi pada ginjal diakibatkan oleh bakteri yang memasuki ginjal dari aliran darah dan berpindah ke saluran kencing. Biasanya selain terasa sakit, penderita juga akan mengalami demam (Longo, 2012).

d. Ureter CalculliBatu ginjal yang terbentuk karena adanya pengkristalan protein dalam air seni yang menempel pada dinding ginjal maupun kandung kemih. Batu-batu yang mengkristal ini lalu mengeras dan belum terasa sakit selama batunya belum menghalangi saluran kencing. Darah dapat berupagrossmaupunmicroscopic. Adanya Batu dalam saluran ginjal dan bagian lain dari saluran kemih yang menyebabkan penyempitan. Batu ginjal terbentuk dari kalsium,fosfat dan oksalat,batu ginjal dapat menyebabkan sakit yang parah dan kesulitan saat kencing serta dapat menyebabkan urin berdarah. Penyakit ginjal lain sepertiglomerulonephritis yang mengakibatkan peradangan pada sistem filter di ginjal. Adanya infeksi virus, penyakit pembuluh darah, dan masalah dengan sistem imun sepertiimmunoglobulin (Naber, 2009).Pengobatan hematuria tergantung pada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah penyakit ginjal, pengobatan penyakit atau pemulihan dari penyakit ini mungkin akan menghentikan pendarahan. Jika penyebabnya adalah infeksi, pengobatan infeksi mungkin akan memecahkan perdarahan masalah. Dalam kasus lain kelainan mungkin perlu diperbaiki atau batu atau tumor dihapus.Pada penyakit ginjal juga dapat dilakukan dengan mengkonsumsi minum air putih yang banyak, mengurangi konsumsi garam, dan makanan yang mengandung oksalat atau asam urat (seperti bayam dan jeroan).Pengobatanhematuriabiasanya juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi antibiotik untuk membersihkan saluran kencing yang terinfeksi, obat-obatan yang berfungsi untuk mengecilkan prostat yang mengalami pembesaran, hingga terapi untuk memecahkan batu di kandung kemih maupun di ginjal (Naber, 2009).

e. Renal HemangiosarcomaKausa hematuria bisa terjadi dari arteri renal, karena kanker ini menyerang pembuluh darah disekitar organ dan menyerang sel endotel. Karena menyerang arteri renal terjadinya diffuse lesions yang menyebabkan hematuria (Wang, 2001). Pengobatan yang dilakukan pada renal hemangiosarcoma adalah dengan nephrectomy (Tobias, 2012).

f. Kidney InfractionKidney infarction disebabkan karena adanya thrombosis pada pembuluh darah renal. Thrombosis itu sendiri disebabkan oleh agegrasi platelet dan fibrin dari kondisi seblumnya yang terjadi. Karena terjadinya thrombus ini, ada bagian-bagian dari thrombus yang pecah dan mengalir dalam pembuluh darah yang disebut sebagai embolus. Embolus yang ada akan menahan aliran darah yang ada, pada kasus ini terjadi pada pembuluh darah bagian renal yang akhirnya menyebabkan hemorrhagic renal infarction. Karena terjadi kerusakan pada buluh darah ginjal, area yang rusak tidak dapat menahan darah serta darah yang digunakan untuk filtrasi pada ginjal akan masuk ke tahapan selanjutnya sehingga terdapat darah pada urin yang disebut sebagai hematuria. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian analgesik, regulasi tekanan darah dan heparin secara sistemik, dan operasi (Aiello, 2008).

2.4 Diagnosa dan Diagnosa Banding HematuriaDiagnosa Untuk mengevaluasi adanya darah di dalam urin atau hematuria, pemeriksaan yang dilakukan antara lain anamnesa riwayat penyakit, pemeriksaan fisik urin, evaluasi urin dengan strip uji dan uji lab, serta dilakukan kultur urin untuk mengidentifikasi adanya bakteri di dalam urin.Hematuria didiagnosis dengan urinalisis, yaitu merupakan pengujian sampel urin. Sampel urin diletakkan di dalam wadah khusus untuk kemudian di kirim ke laboraturium untuk di analisa. Pertama yang dilakukan untuk analisa adalah memastikan ada tidaknya darah dalam urin apabila uji pemeriksaan fisik urin tidak dapat memperlihatkan adanya darah dalam urin. Untuk tes ada tidaknya darah di dalam urin, dibutuhkan alat uji berupa kertas strip yang dinamakan dengan dipstick. Alat tersebut kemudian dicelupkan ke dalam sampel urin. Dipstik merupakan kertas yang diisi dengan hydroperoxidase dan tetramethylbenzine. Peroxidase-like activity dari hemoglobin mengkatalisis suatu reaksi sehingga menghasilkan perubahan warna. Apabila kertas tersebut berubah warna, maka mengindikasikan bahwa di dalam urin terdapat darah (Grossfeld, 2001).Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan evaluasi urin dengan strip uji (dipstick), dilakukan pula beberapa uji tambahan untuk membantu dalam menentukan penyebab terjadinya hematuria. Uji-uji tersebut diantaranya (Grossfeld, 2001) :1. Pemeriksaan urin / UrinalysisTest urine merupakan pengujian lebih lanjut dari urin untuk mencari penyebab dari hematuria, seperti infeksi, penyakit ginjal atau adanya kanker.2. Pemeriksaan darahPemeriksaan darah merupakan tes yang dilakukan untuk menunjukkan kadar dari kreatinin, yang merupakan produk limbah dari kerusakan otot normal. Bila kadar dari kreatinin tinggi, maka kemungkinan penyebab hematuria adalah penyakit ginjal.3. BiopsyBiopsy merupakan prosedur pemeriksaan dengan menggunakan irisan jaringan dari ginjal. Potongan jaringan tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengamati ada tidaknya keabnormalan pada ginjal. Tes ini membantu mendiagnosa jenis penyakit ginjal yang menyebabkan hematuria. Biopsy dilakukan dengan menggunakan anestesi local dan dibantu dengan menggunakan teknik pencitraan seperti USG atau Computerized Tomography (CT) Scann untuk memandu jarum biopsy menuju ginjal.4. Cytoscopy / Fiberoptic CameraCytoscopy merupakan prosedur yang menggunakan instrument seperti kamera yang sangat kecil kemudian dimasukkan kedalam uretra menuju kandung kemih untuk langsung mem-visualisasikan lesi atau sumber pendarahan. Cytoscopy ini digunakan untuk mencari sel-sel kanker pada kandung kemih, terutama jika sel-sel kanker sudah ditemukan saat urinalisis.5. Pencitraan GinjalIntravenous pyelogram (IVP) adalah X-ray dari saluran urinasi. Sebuah cairan khusus yang disebut dengan medium kontras disuntikkan ke dalam pembuluh darah hewan. Medium kontras tersebut kemudian akan menuju ginjal dan membuat urin terlihat pada X-ray. Media kontras tersebut menunjukkan adanya setiap penyumbatan yang ada di dalam saluran urinasi. Ketika ada suatu massa yang ditemukan oleh IVP, maka uji pencitraan lain seperti USG, CT Scann atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan untuk lebih mempelajari massa tersebut. Tes ini dapat menunjukkan adanya tumor, batu ginjal, atau penyumbatan lainnya dari aliran normal urin.

Diagnosa Banding Hematuria dapat dikelirukan juga dengan Hemoglobinuria yang juga memperlihatkan gejala serupa. Hemoglobinuria dapat didefinisikan sebagai gejala dari kondisi patologis di mana pada hewan terdapat hemoglobin dalam urin . Dalam kondisi ini urin akan berwarna merah muda sampai coklat kemerahan tergantung pada jumlah hemoglobin. Hematuria merupakan gejala dari kondisi patologis di mana terdapat darah dalam urin. Eritrosit tidak terhemolisis dan urin akan berwarna merah muda sampai kecoklatan - merah tergantung pada jumlah darah. Gejala yang muncul antara hewan yang memiliki hematuria atau hemoglobinuria akan dapat terjadi salah satu atau keduanya pada saat yang sama. Terjadi pembekuan darah dan terdapat banyak eritrosit pada hematuria. Warna urin pada hematuria terlihat pekat sedangkan pada hemoglobinuria ada transparansi. Pembenahan dari eritrosit dengan plasma supernatent relatif jelas pada hematuria sedangkan sampel hemoglobinuria lebih stabil. Faktor etiologi tertentu bertanggung jawab pada hematuria dan hemoglobinuria dan harus diingat bahwa kedua kondisi ini dapat terjadi secara bersamaan . Secara umum, dapat dikatakan hemoglobinuria disebabkan oleh kondisi dalam tubuh yang pre-renal sedangkan hematuria disebabkan oleh lesi ginjal atau lesi post-renal (Nelson, 1955).

2.5 Pencegahan HematuriaPenyebab hematuria ada berbagai macam, antara lain urolithiasis (batu ginjal), tumor atau kanker pada ginjal, adanya penyakit pada ginjal, infeksi atau tingginya kreatinin. Namun penyebab umum yang sering terjadi pada hewan adalah karena urolithiasis. Urolithiasis biasanya ditangani dengan operasi atau dengan pemasangan catheter, tergantung pada spesies, jenis batu, ukuran dan lokasi. Antibiotik, kalium sitrat, dan diet pakan khusus dapat mencegah terjadinya urolithiasis. Prognosis sangat baik untuk kelinci, tapi peru diperhatikan pada marmut karena tingginya tingkat kekambuhan. Tidak ada diet efektif pada marmut atau kelinci untuk pencegahan terbentuknya batu ginjal. Karena mekanisme yang tepat dari pembentukan batu tidak diketahui, pemecahan dan pencegahan terbentuknya batu belum diketahui. Disarankan untuk pengobatan dengan antibiotik untuk mengendalikan atau mencegah infeksi, meminimalisir rasa sakit, dan diet khusus. Diet khusus bertujuan untuk mengurangi kalsium dan oksalat dalam urin. Apabila kalsium berkurang akan membatasi jumlah alfalfa yang dihasilkan (alfalfa tinggi di kalsium). Pakan sebaiknya rendah kalsium dan tinggi serat. Pakan yang tinggi oksalat harus dihindari khususnya pada di guinea pig, kandungan oksalat tinggi dalam suplemen makanan seperti bayam, peterseli, seledri, stroberi, dan vitamin C. Suplemen vitamin C penting namun terbatas 25-100 mg / hari, sehingga tidak mungkin menghasilkan hiperoksaluria. Dibutuhkan 8-10 gram vitamin C per hari untuk menghasilkan hyperoxaluria signifikan. Pada tikus dan kucing, defisiensi piridoksin (vitamin B6) menyebabkan peningkatan ekskresi oksalat. Kalium sitrat berhasil digunakan untuk menghambat kristalisasi batu kalsium. Setiap 150 mg / kg BB yang diberikan dalam sehari (sehari empat kali, 37,5 mg/kg BB tiap pemberian) . Sitrat mengurangi kejenuhan garam kalsium dengan mengikat kalsium, mengurangi aktivitas ion, dan zat basa urin. Jadi untuk pencegahan hematuria akibat urolithiasis perlu diet pakan khusus yang rendah kalsium, tinggi serat, pemberian vitamin C yang tidak berlebihan (25-100 mg / hari), dan pemenuhan vitamin B6 untuk menurunkan kadar oksalat (Hoefer, 2006).Sedangkan hematuria yang disebkan oleh infeksi, bisa dicegah dengan pemberian antibiotik yang sesuai. Pada gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein misal daging sapi (tinggi), unggas, dan ikan (efek minimal) dapat menyebabkan peningkatan kreatinin, kreatinin akan di filtrasi pada glumerolus sehingga apabila kadar kreatinin terlalu tinggi ginjal akan bekerja keras untuk memfiltrasi dan bisa menimbulkan kerusakan yang dapat menimbulkan hematuria. Selain itu perlu dikontrol saat pemberian obat-obatan berikut, karena obat-obatan ini dapat meningkatkan kadar kreatinin : Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa, triamteren (Hoefer, 2006).Hematuria akibat tumor atau kanker dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat sehingga dapat meminimalisir terjadinya kanker. Sebaiknya dilakukan dengan pemberian pakan yang mengandung sedikit pengawet, misalnya pakan yang tidak mengandung formalin dalam jumlah besar, meminimalisir terpaparnya beberapa jenis toksin seperti astrolachia, meminimalisir paparan zat kimia (seperti asbes dan anilin) atau bahan berbahaya lain yang dapat memicu terjadinya kanker (Hoefer, 2006).

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanHematuria adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel darah merah dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan menjadi: Hematuri makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan urin bercampur darah dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia atau kelianan yang berada di luar urogenitalia. Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain infeksi/inflamasi, tumor jinak/ganas, kelainan bawaan, trauma, dan batu saluran kemih. Infeksi/inflamasi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis. Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor Wilm, tumor Grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan ren mobilis.Hematuria didiagnosis dengan urinalisis, yaitu merupakan pengujian sampel urin. Sampel urin diletakkan di dalam wadah khusus untuk kemudian di kirim ke laboraturium untuk di analisa. Pertama yang dilakukan untuk analisa adalah memastikan ada tidaknya darah dalam urin apabila uji pemeriksaan fisik urin tidak dapat memperlihatkan adanya darah dalam urin. Hematuria dapat dikelirukan juga dengan Hemoglobinuria yang juga memperlihatkan gejala serupa. Secara umum, dapat dikatakan hemoglobinuria disebabkan oleh kondisi dalam tubuh yang pre-renal sedangkan hematuria disebabkan oleh lesi ginjal atau lesi post-renal. Urolithiasis biasanya ditangani dengan operasi atau dengan pemasangan catheter, tergantung pada spesies, jenis batu, ukuran dan lokasi. Antibiotik, kalium sitrat, dan diet pakan khusus dapat mencegah terjadinya urolithiasis. Hematuria yang disebkan oleh infeksi, bisa dicegah dengan pemberian antibiotik yang sesuai. Hematuria akibat tumor atau kanker dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat sehingga dapat meminimalisir terjadinya kanker. Sebaiknya dilakukan dengan pemberian pakan yang mengandung sedikit pengawet, misalnya pakan yang tidak mengandung formalin dalam jumlah besar, meminimalisir terpaparnya beberapa jenis toksin seperti astrolachia, meminimalisir paparan zat kimia (seperti asbes dan anilin) atau bahan berbahaya lain yang dapat memicu terjadinya kanker.

Daftar PustakaAiello, Susan. 2008. The Merck Veterinary Manual 8th Edition. New Jersey: Merck Inc., Andi, Tulus, 2009. Asuhan Keperawatan Pielonefritis (Pyelonefritis). Universitas Brawijaya. Malang.Direktorat Kesehatan Hewan dan Direktorat Jenderal Peternakan. 2002. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Departemen Pertanian : Jakarta.Elizabeth J.Corwin. 2000.Buku Saku Patofisiologi.Penerbit Buku Kedokteran EGC: JakartaGrossfeld, Gary, Et Al . 2001 . Asymptomatic Microscopic Hematuria In Adults: Summary Of The Aua Best Practice Policy Recommendations . San Fransisco : University Of California.Hoefer, Heidi, L. 2006. Urolithiasis in Rabbits and Guinea Pigs. New York: ABVP Island Exotic Veterinary Care Huntington.Irwana, Olva. 2009. Hematuria Pada Karsinoma Buli. Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J. 2012, Azotemia and urinary abnormalities Harrisons principles of internal medicine. 18th ed. McGraw-Hill: New YorkNaber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H. 2001. guidelines on urinary and Male genital Tract Infections. European Association of urology Nelson, R. L. 1955. A Discussion of Hemoglobinuria and Hematuria. Iowa State University Veterinarian: Vol. 17: Iss. 3, Article 7.Purnomo, BB. 2007. Dasar-dasar Urologi edisi ke-2. Jakarta : Sagung Seto.170-175.Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. . 2009. Ilmu penyakit dalam Edisi V. Interna publishing: JakartaSunarka, N. 2002. Hematuria pada anak. Cermin Dunia Kedokteran no.134. 27-31.Tobias, Karen M & Johnston, Spencer A. 2012. Veterinary Surgery: Small Animal. St. Louis, Missouri: Saunders, Elsevier Inc.Wang, Fi & HL, Su. 2001. A Renal Hemangiosarcoma Causing Hematuria in A Dog. Proc Natl Sci Counc Repub China B. Jul: 25(3): 187-92.1