LP Hematuria

54
TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP MEDIS HEMATURIA 1. Definisi Hematuria adalah kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit) dalam urin. Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine. Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu: Hematuria makroskopik Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010) Hematuria mikroskopik.

description

LP hematuria

Transcript of LP Hematuria

Page 1: LP Hematuria

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS HEMATURIA

1. Definisi

Hematuria adalah kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit) dalam

urin.

Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.

Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan

prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. Secara visual

terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2

keadaan, yaitu:

Hematuria makroskopik

Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata

dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak

pada awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah

posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004)

Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat

mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa:

terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine,

eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan

menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010)

Hematuria mikroskopik.

Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata

tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada

pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah

per lapangan pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010). Meskipun gross

hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam

urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria

mikroskopik. American Urological Association (AUA)

mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena

terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada

lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan

dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun, pasien yang berisiko

Page 2: LP Hematuria

tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk

hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah

merah pada lapangan pandang besar.

2. Klasifikasi

a. Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.

b. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing

yang membuat pembuluh darah kecil melebar.

c. Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal

ini kemungkinanakibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ

seperti ureter atau ginjal.

3. Etiologi

Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di

dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem

urogenitalia. Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang

dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran

prostat jinak, dan keganasan dalam urologi. Namun, diferensial lengkap

sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan

hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau

mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor risiko

keganasan.

Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria

mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria

ditemukan pada neoplasma dari urinary tract. genitourinari. Sebaliknya,

pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria, sulit di

identifikasikan penyebabnya. Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan

hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan

mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan.

Beberapa penyebab terjadinya darah dalam urin (hematuria)

adalah:

a. Batu ginjal (atau kencing batu)

b. Kanker kandung kemih

Page 3: LP Hematuria

c. Karsinoma sel ginjal, kadang-kadang disertai perdarahan

d. Infeksi saluran kemih dengan beberapa spesies termasuk bakteri strain

EPEC dan Staphylococcus saprophyticus.

e. Sifat sel sabit dapat memicu kerusakan sejumlah besar sel darah

merah, tetapi hanya sejumlah kecil individu menanggung masalah ini

f. Varises kandung kemih, yang mungkin jarang mengembangkan

obstruksi sekunder dari vena kava inferior. 

g. Alergi mungkin jarang menyebabkan hematuria gross episodik pada

anak-anak. 

h. Hipertensi vena ginjal kiri, juga disebut "pemecah kacang fenomena"

atau "sindrom alat pemecah buah keras," adalah kelainan vaskular

yang jarang terjadi, yang bertanggung jawab atas gross hematuria.

4. Patofisiologi

Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma,

dibedakan glomerulus dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang

neflogi dan urologi. Darah yang berasal dari nefron disebut hematuria

glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah merah jarang ditemukan pada

urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau

perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal.

Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urine: pada

perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya

menstruasi, adanya laserasi pada organ genitalia, sedangkan pada laki-laki

apakah disirkumsisi atau tidak.

Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit dan silinder

eritrosit, merupakan tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit

ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Diagnosis banding

hematuria persisten antara lain glomerulonefritis, nefritis tubulointerstisial

atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit, leukosituria menandakan

nefritis tubulointerstisial. Bila disertai hematuria juga merupakan variasi

dari glomerulonefritis. Pada kelompok faktor resiko penyakit ginjal

kronik harus di lakukan evaluasi pemeriksaan sedimen urin untuk deteksi

dini.

Page 4: LP Hematuria

Sebagai prosedur diagnostic pada penyakit ginjal salah satunya

adalah uji dipstick untuk mengetahui adanya darah samar merupakan uji

penapisan yang baik untuk hematuria. Uji dipstick mudah dilakukan

sendiri oleh pasien untuk mengikuti perjalanan hematuria selama

pengobatan.

5. Manifestasi Klinik

Terjadi retensi urin akibat sumbatan di vesika urinaria oleh bekuan

darah.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin,

ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam

yang mungkin meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase alkali

yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang. Kadar

kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila

terdapat kemungkinan urolithiasis.

b. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,

bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah

kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun

non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan

proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik,

trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir,

adanya autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif,

adanya antibodi antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem.

Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi

trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit

(SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik,

trombosis vena ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal

pada perdarahan saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan

glomerular, morfologi sel tidak secara pasti berhubungan dengan

lokasi hematuria.

c. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya

infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan

Page 5: LP Hematuria

pH urine yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam

urat.

d. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya

keganasan sel-sel urotelial.

e. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus

hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi

ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari

ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan.

Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan

bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta

beberapa penyakit infeksi saluran kemih.

f. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan

prostat (padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum,

penyakit kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih

dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui

adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih

sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen,

nyeri pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap

normal, disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit

serum.

g. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk

pemeriksaan prostat dan buli-buli

h. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk

menilai vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena

lebih aman dan informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat

dengan cara uretrografi retrograd atau punksi perkutan.

i. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya

setelah obstruksi dihilangkan

j. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan

gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy

k. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan

antara isi dan tekanan di buli-buli

Page 6: LP Hematuria

l. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika

pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab

hematuria. (Wim de Jong, dkk, 2004)

7. Penatalaksanaan

Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan

retensi urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan

memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil,

pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah

transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi

eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian

transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan

antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010). Setelah hematuria dapat

ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan

selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa

C Stoppler, 2010).

Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya

tergantung pada penyebabnya:

a. Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.

b. Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat

dilakukan ESWL atau pembedahan.

c. Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.

d. Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker,

atau kemoterapi.

Page 7: LP Hematuria

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir

bersamaan dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal,

edema terkait dengan sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba

menyarankan ginjal neoplasma, dan adanya nyeri ketok kostovertebral

atau nyeri tekan suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat

atau pembesaran sebagai penyebab potensial.

Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin

merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan

anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar.

Ditemukannya tanda-tanda perdarahan di tempat lain adalah petunjuk

adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik.

1. Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan

anemia.

2. Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan

hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal.

3. Cachexia mungkin menunjukkan keganasan.

4. Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh

pielonefritis atau dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal.

5. Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi,

radiasi, atau obat sitotoksik.

6. Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih

diisi dengan 200 mL urin percussible. Dalam retensi urin akut,

biasanya terlihat dalam kasus-kasus BPH atau obstruksi oleh

bekuan, kandung kemih bisa diraba dan dapat dirasakan hingga

tingkat umbilikus.

7. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya

pembesaran ginjal akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal.

Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan karena retensi

bekuan darah pada buli-buli.

Page 8: LP Hematuria

8. Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai

mengetahui adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma

prostat. Setelah prostatektomi enukleasi maupun endoskopik,

simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan

kesan prostat masih membesar. Lobus medial prostat yang

mungkin menonjol ke kandung kemih umumnya tidak dapat

dicapai dengan jari. Karsinoma prostat menyebabkan asimetri dan

perubahan konsistensi setempat. Diagnosis dipastikan melalui

biopsy jarum transrektal.

9. Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu

dibuat dari karet dan sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung

kateter dibuat dalam berbagai bentuk supaya tidak dapat tercabut;

yang biasa ialah bentuk Foley yang pada ujungnya berbentuk balon

yang dapat dikembangkan. Untuk ukurannya digunakan skala

Charriere, berdasarkan skala Prancis yang menyatakan ukuran

lingkaran di luarnya dan bukan diameternya. Diameter didapat

dengan membagi ukuran Charriere dengan tiga. (Wim de Jong,

dkk, 2004).

Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi

pada saat episode hematuria, antara lain:

1. Bagaimanakah warna urine yang keluar?

2. Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah?

3. Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?

4. Apakah diikuti dengan perasaan sakit ? (Mellisa C Stoppler, 2010)

Perlu ditanyakan juga, beberapa faktor risiko untuk kanker

urothelial pada pasien dengan hematuria mikroskopis

1. Riwayat merokok

2. Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic

amine)

3. Riwayat gross hematuria sebelumnya

4. Usia di atas 40 tahun

5. Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi

Page 9: LP Hematuria

saluran kemih

6. Penyalahgunaan analgetik

7. Riwayat radiasi panggul.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan mekanisme

pertahanan primer

c. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan Hb

d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional

Page 10: LP Hematuria

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan

dengan:

Agen injuri (biologi, kimia,

fisik, psikologis), kerusakan

jaringan

DS:

- Laporan secara verbal

DO:

- Posisi untuk menahan

nyeri

- Tingkah laku berhati-hati

- Gangguan tidur (mata

sayu, tampak capek, sulit

atau gerakan kacau,

menyeringai)

- Terfokus pada diri sendiri

- Fokus menyempit

NOC :

Pain Level,

pain control,

comfort level

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien

tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan

tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

Tidak mengalami gangguan tidur

NIC :

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,

relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...

Tingkatkan istirahat

Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi

Page 11: LP Hematuria

(penurunan persepsi

waktu, kerusakan proses

berpikir, penurunan

interaksi dengan orang

dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi,

contoh : jalan-jalan,

menemui orang lain

dan/atau aktivitas,

aktivitas berulang-ulang)

- Respon autonom (seperti

diaphoresis, perubahan

tekanan darah, perubahan

nafas, nadi dan dilatasi

pupil)

- Perubahan autonomic

dalam tonus otot

(mungkin dalam rentang

dari lemah ke kaku)

ketidaknyamanan dari prosedur

Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

Page 12: LP Hematuria

- Tingkah laku ekspresif

(contoh : gelisah,

merintih, menangis,

waspada, iritabel, nafas

panjang/berkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu

makan dan minum

Page 13: LP Hematuria

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko :

- Prosedur Infasif

- Kerusakan jaringan dan

peningkatan paparan

lingkungan

- Malnutrisi

- Peningkatan paparan

lingkungan patogen

- Imonusupresi

- Tidak adekuat pertahanan

sekunder (penurunan Hb,

Leukopenia, penekanan

respon inflamasi)

- Penyakit kronik

- Imunosupresi

- Malnutrisi

NOC :

Immune Status

Knowledge : Infection control

Risk control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama……

pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya

infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

Menunjukkan perilaku hidup sehat

Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam

batas normal

NIC :

Pertahankan teknik aseptif

Batasi pengunjung bila perlu

Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan

Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan

petunjuk umum

Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi

kandung kencing

Tingkatkan intake nutrisi

Berikan terapi antibiotik:.................................

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Pertahankan teknik isolasi k/p

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

kemerahan, panas, drainase

Monitor adanya luka

Page 14: LP Hematuria

- Pertahan primer tidak

adekuat (kerusakan kulit,

trauma jaringan,

gangguan peristaltik)

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Page 15: LP Hematuria

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko trauma

Faktor-faktor risiko

Internal:

Kelemahan, penglihatan

menurun, penurunan sensasi

taktil, penurunan koordinasi

otot, tangan-mata,

kurangnya edukasi

keamanan, keterbelakangan

mental

Eksternal:

Lingkungan

NOC :

Knowledge : Personal Safety

Safety Behavior : Fall Prevention

Safety Behavior : Fall occurance

Safety Behavior : Physical Injury

Tissue Integrity: Skin and Mucous Membran

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….klien

tidak mengalami trauma dengan kriteria hasil:

- pasien terbebas dari trauma fisik

NIC :

Environmental Management safety

Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai

dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan

riwayat penyakit terdahulu pasien

Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya

memindahkan perabotan)

Memasang side rail tempat tidur

Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

Membatasi pengunjung

Memberikan penerangan yang cukup

Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.

Mengontrol lingkungan dari kebisingan

Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau

pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan

penyebab penyakit.

Page 16: LP Hematuria

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kecemasan berhubungan

dengan

Faktor keturunan, Krisis

situasional, Stress,

perubahan status kesehatan,

ancaman kematian,

perubahan konsep diri,

kurang pengetahuan dan

hospitalisasi

DO/DS:

- Insomnia

- Kontak mata kurang

- Kurang istirahat

- Berfokus pada diri sendiri

- Iritabilitas

- Takut

NOC :

- Kontrol kecemasan

- Koping

Setelah dilakukan asuhan selama ……………klien

kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:

Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan

gejala cemas

Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan

tehnik untuk mengontol cemas

Vital sign dalam batas normal

Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat

aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

Gunakan pendekatan yang menenangkan

Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku

pasien

Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan

selama prosedur

Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

mengurangi takut

Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,

tindakan prognosis

Libatkan keluarga untuk mendampingi klien

Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik

relaksasi

Dengarkan dengan penuh perhatian

Identifikasi tingkat kecemasan

Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

Page 17: LP Hematuria

- Nyeri perut

- Penurunan TD dan denyut

nadi

- Diare, mual, kelelahan

- Gangguan tidur

- Gemetar

- Anoreksia, mulut kering

- Peningkatan TD, denyut

nadi, RR

- Kesulitan bernafas

- Bingung

- Bloking dalam

pembicaraan

- Sulit berkonsentrasi

kecemasan

Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi

Kelola pemberian obat anti cemas:........

Page 18: LP Hematuria

TINJAUAN KASUS

Tgl Masuk RS : 08-11-2015

Tgl Pengkajian : 24-11-2015

No RM : 732259

Tanggal Lahir : 27-09-1980

Ruangan : Lontara 1 Atas Depan

Diagnosa Medis : Hematuria

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas Klien

Nama : Ny. M

Umur : 35 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Menikah

Agama/suku : Islam/Bugis

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Daerah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kolaka Utara

b. Identitas Penanggung

Nama : Mustamin

Hubungan dengan klien sebagai Suami

2. Data Medik

a. Dikirim Oleh : UGD

b. Diagnosa Medik : Hematuria

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1.) Keluhan utama : gelisah & lemah

Page 19: LP Hematuria

2.) Riwayat keluhan utama : hal ini dialami sejak 3 hari sebelum

masuk rumah sakit, terjadi perlaha-lahan awalnya pasien

mengeluhkan kuning pada badan sejak konsumsi OAT selama 1

bulan pertama, kemudian lama-kelamaan pasien gelisah dan tidak

respon diajak komunikasi. Kadang demam, batuk, tidak nyeri dada,

tidak nyeri ulu hati, mual dan muntah, obat OAT stop karena mata

kuning BAK prakateter hematuri kurang lebih 200 cc/8jam. Belum

BAB sejak 12 hari SMRS.

3.) Riwayat penyakit dahulu : Tuberculosis Paru, ginjal (bengkak pada

kedua ginjal, terpasang stent)

4.) Riwayat pengobatan : OAT 3 tablet/24 jam

b. Riwayat kesehatan masa lalu

1.) Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.

2.) Klien pernah menjalani opname di RS sebelumnya dengan sakit

hidronefrosis.

3.) Klien tidak mempunyai riwayat penyakit alergi.

4.) Klien pernah menjalani operasi

c. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram 3 generasi

I

II

III

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Tinggal serumah

Page 20: LP Hematuria

I1,2,3,4 : Meninggal tidak diketahui penyebabnya

II1,2,3 : Meninggal karena penyakit yang tidak diketahui

penyebabnya

Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama dengan

klien.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum lemah, klien nampak sakit berat, klien nampak gelisah

b. Kesadaran composmentis

c. Tanda-tanda vital

TD : 110/80 mmHg

N : 86 x/menit

SB : 37 0 C

P : 20 x/menit

d. Kepala

Inspeksi :

- Warna rambut : Hitam

- Distribusi rambut : Merata

- Kulit kepala : Nampak bersih

- Nampak tidak ada ketombe pada rambut

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan pada kepala

- Tidak ada massa atau benjolan

- Rambut tidak mudah rontok

e. Muka

Inspeksi :

- Muka nampak simetris kiri dan kanan

- Bentuk wajah oval

- Ekspresi wajah nampak mengantuk

- Warna kulit sama sekitarnya

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan

Page 21: LP Hematuria

f. Mata

Inspeksi :

- Mata kuning

- Konjungtiva anemis

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan pada bola mata

- Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler

g. Hidung

Inspeksi :

- Lubang hidung simetris kiri dan kanan

- Tidak ada peradangan atau lesi

- Tidak ada secret/cairan

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan.

h. Telinga

Inspeksi :

- Posisi telinga simetris antara kiri dan kanan.

- Tidak ada pengeluaran cairan pada lubang telinga

- Klien tidak memakai alat bantu pendengaran

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan

i. Rongga mulut

Inspeksi :

Mulut bersih

Bibir kering

j. Leher

Inspeksi :

- Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid

- Tidak ada peradangan atau lesi.

Palpasi :

- Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar tyroid

- Tidak teraba adanya kelenjar atau massa.

Page 22: LP Hematuria

k. Thoraks dan paru

Inspeksi :

- Bentuk dada Skoliosis

- Pergerakan dada mengikuti irama pernafasan

- Irama pernafasan teratur

- Frekuensi pernafasan 20 x/menit

Palpasi :

- Tidak teraba adanya massa atau benjolan

- Tidak ada nyeri tekan pada dada

Auskultasi

- Tidak ada bunyi tambahan

l. Jantung

Inspeksi :

- Ictus cordis tidak nampak.

m. Abdomen

Inspeksi :

- Tidak nampak adanya massa atau benjolan

Auskultasi :

- Peristaltik usus 8 x/menit

Palpasi :

- Tidak teraba adanya massa/benjolan

- Hati dan lympa tidak teraba

- Ginjal bengkak

n. Genetalia dan anus (tidak dilakukan pemeriksaan).

o. Ekstremitas

Ekstrimitas atas

- Merasakan nyeri pada saat distimulasi

2.) Ekstrimitas bawah

- Merasakan nyeri pada saat distimulasi

Page 23: LP Hematuria

5. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil foto thorax menunjukkan TB Paru

Laboratorium tanggal 8-11-2015

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Imunoserologi

- Hbs Ag

- Anti HCV

Kimia Darah

- Glukosa

(GDS)

Hematologi

Koagulasi

PT

INR

APTT

Fungsi ginjal

Ureum

Kreatinin

Fungsi hati

SGOT

SGPT

Albumin

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

0.0 (NoRe)

0.16 (NoRe)

89

13.3

1.28

24.0

299

5.55

252

113

2.9

132

2.9

101

< 0.13

< 1.00

140

10-14

22.0-30.0

10-50

L(<1.3); P(<1.1)

<38

<41

3.5-5.0

136-145

3.5-5.1

97-111

COI

COI

mg/dl

detik

detik

mg/dl

mg/dl

U/L

U/L

Gr/dl

Mmol/l

Mmol/l

Mmol/l

Kesan

Page 24: LP Hematuria

Laboratorium tanggal 10-11-2015

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Kimia darah

Fungsi ginjal

Ureum

Kreatinin

Fungsi hati

Bilirubin total

Bilirubin direk

Alkali fostafase

Gamma_GT

CBC

WBC

RBC

HGB

129

1.30

7.43

7.16

130

267

3.80

3.31

9.1

10-50

L(<1.3); P(<1.1)

< 1.1

< 0.30

L:<270; P:<240

L(11-50); P(7-32)

4.0 – 10.0

3.80-5.80

11.5-16.0

Mg/dl

Mg/dl

Mg/dl

Mg/dl

U/L

U/L

g/dl

Laboratorium tanggal 12-11-2015

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Kimia darah

Fungsi ginjal

Ureum

Kreatinin

Fungsi hati

Bilirubin total

Bilirubin direk

SGOT

SGPT

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

51

0.81

4.52

3.70

92

126

134

3.0

101

10-50

L(<1.3); P(<1.1)

< 1.1

< 0.30

< 38

< 41

136-145

3.5-5.1

97-111

Mg/dl

Mg/dl

Mg/dl

Mg/dl

U/L

U/L

Mmol/l

Mmol/l

Mmol/l

Page 25: LP Hematuria

Laboratorium tanggal 19-11-2015

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Urinalisa

Warna

PH

BJ

Protein

Glukose

Bilirubin

Urobilinogen

Keton

Nitrit

Blood

Lekosit

Vit.c

Sedimen lekosit

Sedimen eritrosit

Sedimen torak

Sedimen kristal

Sedimen epitel sel

Kuning

6.5

1.010

++ / 100

Negatif

Negatif

Normal

Negatif

Negatif

+++ / 200

+++ / 500

Negatif

penuh

> 50

-

-

2

Kuning muda

4.5-8.0

1.005-1.035

Negatif

Negatif

Negatif

Normal

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

<50

<50

Mg/dl

Mg/dl

Mg/dl

Mg/dl

Mg/dl

RBC/ul

WBC/ul

Mg/dl

ipb

ipb

ipk

ipk

ipk

6. Pola Kegiatan Sehari-hari

a. Nutrisi

Kebiasaan

a.) Sebelum sakit

- Pola makan : Nasi,

lauk, sayur-sayuran

- Frekuensi makan : 2 x sehari

- Nafsu makan :

Kurang nafsu makan

- Minuman dalam sehari : 7 gelas/hari

b.) Setelah masuk rumah sakit

Page 26: LP Hematuria

- Pola makan : kurang (stop intake oral)

- Frekuensi :

- Nafsu makan : keluarga klien menyatakan

nafsu makan kurang.

- Minuman dalam sehari : 4 gelas/hari

- Keluarga klien menyatakan porsi makan yang dihabiskan

hanya 1/2 porsi.

- Saat pengkajian Stop intake oral

c.) Pengkuran

Tinggi badan : 150 cm

Berat badan : 34 Kg

Lingkar lengan :

IMT : 15.1 Kg/m2 (underweight)

Gizi buruk

b. Eliminasi

1.) Buang air kecil

Kebiasaan :

a.) Sebelum sakit

- Frekuensi : Normal

- Warna : Merah (bercampr darah)

- Bau : Pesing

- Jumlah : 1400 ml/hari

b.) Setelah masuk rumah sakit

- Frekuensi : Sering

- Warna : Merah (bercampur darah)

- Bau : Pesing

2.) Buang air besar

a. Sebelum sakit

- Frekuensi : 12 hari SMRS tidak pernah

- Warna : -

- Konsistensi : -

b. Setelah masuk rumah sakit

Page 27: LP Hematuria

- Frekuensi : Tidak pernah BAB

3.) Pengukuran Input dan output

Input

- 4 gelas/hari (700 ml)

- Infus NaCl 0.9% 1500/hari

- Jumlah input 2200 ml/hari

Output

- IWL 510 ml/hari

- Kateter 1400/hari

Balance cairan

Input-output (2200-1910) = (290)

c. Olah raga dan aktivitas

- Klien tidak pernah berolahraga

- Klien nampak bed rest total

d. Istirahat dan tidur

Kebiasaan :

- Tidur malam jam 22.00 sering terbangun tengah malam

Perubahan selama di rumah sakit :

- Keluarga klien menyatakan klien susah untuk tidur, baik tidur

siang maupun malam.

- Klien nampak gelisah

e. Personal hygiene

Kebiasaan :

- Mandi 2 x sehari.

- Mencuci rambut 2 x seminggu memakai shampoo

Selama di rumah sakit

- Tidak pernah mandi

7. Pola Interaksi Sosial

- Orang terdekat dengan klien adalah anak perempuannya

- Hubungan dengan keluarga harmonis.

8. Perawatan dan Pengobatan

Page 28: LP Hematuria

Perawatan

- Istirahat

Pengobatan

- Ceftriaxone

- Comafusin hepar

- Aminofusin hepar

- Lactulosa

- Maxiliv

- Methylprednison

- Alinamin f

- Clinoleic

- Clinimix

- N-Ace

- Ambroxol

B. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif

- Klien menyatakan lemah.

- Klien mengatakan nafsu makan menurun

- Keluarga mengatakan nafsu makan klien berkurang

- Keluarga klien mengatakan tidak diberi makanan (stop intake oral)

- Klien menyatakan nyeri saat berkemih

- Klien mengatakan air kencing berwarna merah

- Keluarga mengatakan klien gelisah

- Klien mengatakan tidak pernah BAB

- Keluarga klien menyatakan apabila klien makan porsi yang dihabiskan

hanya ½.

- Klien mengatakan batuk

- Klien mengatakan ada sumbatan ketika batuk

Data Objektif

- Klien Nampak terbaring lemah

- Klien nampak gelisah

- Stop intake oral

Page 29: LP Hematuria

- Tanda-tanda vital :

TD : 110/80 mmHg SB : 37 0 C

N : 86 x/menit P : 20 x.menit

- ADL dibantu di tempat tidur

- IMT 15.1 (underweight)

- Gizi buruk

- Klien nampak batuk

- Hasil foto thorax Tb Paru

- Hasil laboratorium:

Kimia Darah

Ureum 299

Kreatinin 5,55

Hb 10,7

WBC 3.80

RBC 3.31

HGB 9.1

SGOT 252

SGPT 113

Albumin 2.9

Natrium 132

Kalium 2.9

Klorida 101

Bilirubin total 4.52

Billirubin direk 3.70

Hematologi

PT 13.3

INR 1.28

APTT 24.0

Urinalisis

pH 6.5

Protein ++ / 100

Blood +++ / 200

Page 30: LP Hematuria

Lekosit +++ / 500

Sedimen lekosit PENUH

Sedimen eritrosit >50

Page 31: LP Hematuria

C. ANALISA DATA

Page 32: LP Hematuria

No Data Etiologi Masalah

1 Data subjektif

- Klien mengatakan nyeri saat

berkemih

- Klien mengatakan air kencing

berwarna merah

Data objektif

- Klien nampak gelisah

- Klien terlihat merasakan sakit

ketika berkemih

P = kerusakan ginjal

Q = sedang, tertusuk-tusuk

R = pada bagian perut

S = 5

T = hilang timbul

- TTV

TD : 110/80

N : 86 x/menit

P : 20 x/menit

S : 370C

Hasil pemeriksaan

Fungsi ginjal

Ureum (129)

Kreatinin (1.30)

Obstruksi saluran

kemih

Nyeri Kronik

2 Data subjektif

- Klien mengatakan nafsu makan

menurun

- Keluarga mengatakan nafsu

makan klien berkurang

- Keluarga klien menyatakan apabila

klien makan porsi yang dihabiskan

hanya ½

Anoreksia Kekurangan volume

cairan

Page 33: LP Hematuria

Data objektif

- Klien nampak terbaring lemah

- Stop intake oral

- TTV

TD : 110/80

N : 86 x/menit

P : 20 x/menit

S : 370C

- Hasil pemeriksaan lab

PT 13.3

INR 1.28

APTT 24.0

Hb 10,7

WBC 3.80

RBC 3.31

HGB 9.1

Urinalisis

pH 6.5

Protein ++ / 100

Blood +++ / 200

Lekosit +++ / 500

Sedimen lekositPENUH

Sedimen eritrosit >50

Natrium : 132

Kalium : 2.9

Klorida : 101

Page 34: LP Hematuria

3 Data subjektif

- Klien menyatakan lemah.

- Klien mengatakan nafsu makan

menurun

- Keluarga mengatakan nafsu makan

klien berkurang

- Keluarga klien mengatakan tidak

diberi makanan (stop intake oral)

- Keluarga klien menyatakan apabila

klien makan porsi yang dihabiskan

hanya ½.

Data objektif

- Klien nampak terbaring lemah

- IMT 15.1 Kg/m2

- Stop intake oral

- Hasil pemeriksaan elektrolit

Natrium (134)

Kalium (3.0)

Klorida (101)

Albumin (2.9)

SGOT 252

SGPT 113

Bilirubin total 4.52

Billirubin direk 3.70

Anoreksia Nutrisi kurang dari

kebutuhan

4 Data subjektif

- Klien menyatakan lemah.

- Klien mengatakan tidak pernah BAB

- Klien mengatakan nafsu makan

menurun

- Keluarga mengatakan nafsu makan

klien berkurang

Kerusakan pada

pencernaan

Konstipasi

Page 35: LP Hematuria

Data objektif

- Klien Nampak terbaring lemah

- Klien nampak gelisah

- Stop intake oral

- Tanda-tanda vital :

TD : 110/80 mmHg SB : 37 0 C

N : 86 x/menit P : 20 x.menit

- Hasil laboratorium:

Kimia Darah

Ureum 299

Kreatinin 5,55

SGOT 252

SGPT 113

Urinalisis

pH 6.5

Protein ++ / 100

Blood +++ / 200

Lekosit +++ / 500

Sedimen lekosit PENUH

Sedimen eritrosit >50

Page 36: LP Hematuria

5 Data Subjektif

- Klien mengatakan batuk

- Klien mengatakan ada sumbatan

ketika batuk

Data Objektif

- Klien nampak gelisah

- Tanda-tanda vital :

TD : 110/80 mmHg SB : 37 0 C

N : 86 x/menit P : 20 x.menit

- Klien nampak batuk

- Hasil foto thorax Tb Paru

Infeksi virus TB Bersihan jalan napas

tidak

6 Data Subjektif

- Klien menyatakan lemah.

- Klien mengatakan nafsu makan

menurun

- Keluarga mengatakan nafsu makan

klien berkurang

- Klien menyatakan nyeri saat berkemih

- Keluarga mengatakan klien gelisah

- Klien mengatakan batuk

Data Objektif

- Klien Nampak terbaring lemah

- Klien nampak gelisah

- Stop intake oral

- Tanda-tanda vital :

TD : 110/80 mmHg SB : 37 0 C

N : 86 x/menit P : 20 x.menit

- ADL dibantu di tempat tidur

- Hasil laboratorium:

Kimia Darah

Hb 10,7

WBC 3.80

Hb Menurun Intoleransi aktifitas

Page 37: LP Hematuria

RBC 3.31

HGB 9.1

Urinalisis

pH 6.5

Protein ++ / 100

Blood +++ / 200

Lekosit +++ / 500

Sedimen lekosit PENUH

Sedimen eritrosit >50

D. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak

adekuat

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

hilang nafsu makan

4. Konstipasi berhubungan dengan defekasi tidak adekuat

5. Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan dengan adanya

benda asing pada jalan napas.

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan