hematokrit pada ikan mas

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang The hematokrit (Ht atau HCT) atau volume sel dikemas (PCV) atau fraksi volume eritrosit (EVF) adalah proporsi darah volume yang ditempati oleh sel darah merah . Apabila darah disentrifuge maka akan terbagi ke dalam dua bagian besar yaitu sel darah dan plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping darah (trombosit) sedangkan plasma darah merupakan bagian cairan darah terdiri dari air protein, garam anorganik dan substansi organic bukan protein. Nilai hematokrit adalah volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume). Istilah lainnya nilai hematokrit adalah volume sel-sel eritrosit seluruhnya dalam 100ml darah dan dinyatakan dalam %. Penghitungan nilai hematokrit yaitu setelah darah diproses seperti yang akan dijelaskan di dalam percobaan ini, dibaca dalam “Reading Chart Hematocrit . Berdasarkan atas reprodusibilitas dan sederhananya pemeriksaan tersebut merupakan salah satu pemeriksaan yang paling dapat dipercaya di antara parameter lainnya, yaitu kadar Hb dan hitung eritrosit.

description

Fisiologi Hewan Air

Transcript of hematokrit pada ikan mas

Page 1: hematokrit pada ikan mas

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

The hematokrit (Ht atau HCT) atau volume sel dikemas (PCV) atau fraksi

volume eritrosit (EVF) adalah proporsi darah volume yang ditempati oleh sel

darah merah . Apabila darah disentrifuge maka akan terbagi ke dalam dua bagian

besar yaitu sel darah dan plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah

(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping darah (trombosit) sedangkan

plasma darah merupakan bagian cairan darah terdiri dari air protein, garam

anorganik dan substansi organic bukan protein.

Nilai hematokrit adalah volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell

volume). Istilah lainnya nilai hematokrit adalah volume sel-sel eritrosit seluruhnya

dalam 100ml darah dan dinyatakan dalam %. Penghitungan nilai hematokrit yaitu

setelah darah diproses seperti yang akan dijelaskan di dalam percobaan ini, dibaca

dalam “Reading Chart Hematocrit “ . Berdasarkan atas reprodusibilitas dan

sederhananya pemeriksaan tersebut merupakan salah satu pemeriksaan yang

paling dapat dipercaya di antara parameter lainnya, yaitu kadar Hb dan hitung

eritrosit.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat bisa

menghitung nilai hematokrit dari ikan mas.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui nilai

hematokrit dari ikan mas dan dapat memisahkan sel darah merah dengan plasma

darah sehingga dapat diketahui presentasi dari masing-masing sel darah merah

maupun plasma darah.

1

Page 2: hematokrit pada ikan mas

2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ikan

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di

air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling

beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara

taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya

masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas

Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas

Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan

bertulang keras (kelas Osteichthyes).

2.1.1. Klasifikasi

Taksonomi ikan Mas:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Superkelas : Pisces Kelas : Osteichthyes Subkelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Gambar 1. Ikan MasSpesies : Cyprinus carpio L

2.1.2 Morfologi

Secara umum, karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak

memanjang dan sedikit memipih ke samping (compressed). Sebagian besar tubuh

ikan mas ditutupi oleh sisik. Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan

(pharynreal teeth) sebanyak tiga baris berbentuk geraham (Pribadi, 2002).

2

Page 3: hematokrit pada ikan mas

3

Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak

berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip punggungnya

(dorsal) berjari-jari keras, sedangkan di bagian akhir bergerigi. Sirip ekornya

menyerupai cagak memanjang simetris. Sisik ikan mas relatif besar dengan tipe

sisik lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan (Pribadi, 2002).

Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang

dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan.

Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek.

Ikan mas seringkali disebut ikan karper. Ikan mas termasuk jenis ikan

thermophile yang mampu beradaptasi atau toleran terhadap perubahan temperatur

air (lingkungan) antara 4 oC – 30 oC. Ikan ini telah berkembang di daerah

substropis di belahan bumi utara (Eropa) sampai daratan tropis di belahan selatan

(Asia). Ikan mas (Cyprinus carpio Linn) merupakan ikan yang paling banyak

dipelihara para petani di Indonesia. Ikan ini tidak saja disenangi konsumen, tetapi

juga oleh para petani, mengingat ikan memiliki beberapa sifat yang baik sebagai

ikan budidaya. Ikan ini tumbuhnya tergolong cepat, dalam usia setengah tahun

sudah dikonsumsi dan laku di pasaran; makan makanan yang berupa tanaman

maupun hewan, bahkan dapat mencerna karbohidrat dengan baik; serta masa

reproduksinya tergolong cepat dan bertelur banyak, yakni sekitar 100.000-200.000

butir per kg.

2.1.3 Biologi Ikan Mas

1. Sifat reproduksi induk:

Kematangan induk : betina : umur 1,5 – 2 tahun, dengan bobot 2-3

kg; jantan : umur 0,5 -1 tahun dengan bobot 0,6 - 1 kg.

Diameter telur :1,3 – 1,6 mm

Fekunditas/ kg induk: 148.000 151.000 butir.

Derajat penetasan : 85 – 93 %

Panjang larva : 4 – 7 mm.

Page 4: hematokrit pada ikan mas

4

2. Habitat

Ikan mas berasal dari daratan Asia dan telah lama dibudidayakan sebagai

ikan konsumsi oleh bangsa Cina sejak 400 tahun SM. Penyebarannya merata di

daratan Asia juga Eropa sebagian Amerika Utara dan Australia. Pembudidayaan

ikan mas di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatra dalam bentuk

empang, balong maupun keramba terapung yang di letakan di danau atau waduk

besar. Budidaya modern di Jawa Barat menggunakan sistem air deras untuk

mempercepat pertumbuhannnya.

Habitat aslinya yang di alam meliputi sungai berarus tenang sampai

sedang dan di area dangkal danau. Perairan yang disukai tentunya yang banyak

menyediakan pakan alaminya. Ceruk atau area kecil yang terdalam pada suatu

dasar perairan adalah tempat yang sangat ideal untuknya. Bagian-bagian sungai

yang terlindungi rindangmya pepohonan dan tepi sungai dimana terdapat

runtuhan pohon yang tumbang dapat menjadi tempat favoritnya.

3. Kebiasaan makan

Ikan mas termasuk pemakan segala (omnivora). Makanannya berupa jasad

hewan atau tumbuhan yang biasanya hidup didasar perairan. Hewan dasar

tersebut seperti Cacing, Siput, dll. Ikan mas Rajadanu makan dengan cara

mengambil lumpur, menghisap bagian-bagian yang dapat dicerna dan sisanya

akan dikeluarkan. Ikan mas memberikan daya adaptasi dan laju pertumbuhan

yang tinggi dengan pemberian pakan buatan.

4. Perkembangbiakan

Ikan Mas berkembang biak dengan bertelur, masa kawinnya pada daerah

tropis pada saat awal musim hujan. Ikan Mas betina biasanya bertelur di dekat

tumbuhan di dalam air di perairan dangkal yang tembus sinar matahari, telur-telur

tersebut kemudian menempel pada dedaunan. Pada suhu yang hangat dan kondisi

yang ideal telurnya akan menetas dalam 5 sampai 8 hari. Karena malasnya sang

induk betina maupun jantan maka hasil yang menetas sangat sedikit dibanding

telurnya. Para petani yang membudidayakan ikan ini biasanya memindahkan

telur-telur yang telah menempel pada medianya ke kolam lain agar didapat hasil

Page 5: hematokrit pada ikan mas

5

yang maksimal. Beberapa bulan kemudian ikan mas sudah layak dikonsumsi

beratnya lebih kurang 250 gram. Untuk pancingan biasanya adalah ikan mas yang

telah mencapai berat 500 gram ke atas.

2.2 HEMATOKRIT

2.2.1 Definisi

Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell

volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan

dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan

dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.

Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat

dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung

eritrosit.

2.2.2 Metode Pengukuran Hematokrit

Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik

menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran

hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu :

1. Metode makrohematokrit

Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin)

dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan

diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama

30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai

hematokrit yang dinyatakan dalam %.

2. Metode mikrohematokrit

Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau

darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang

mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang

Page 6: hematokrit pada ikan mas

6

digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel

darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah

EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.

Prosedur pemeriksaannya adalah sampel darah dimasukkan ke dalam

tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan

dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm.

Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya

dinyatakan dalam %.

Metode mikrohematokrit lebih banyak digunakan karena selain waktunya

cukup singkat, sampel darah yang dibutuhkan juga sedikit dan dapat dipergunakan

untuk sampel tanpa antikoagulan yang dapat diperoleh secara langsung.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hemotokrit

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan hematokrit:

1. Jumlah eritrosit --- Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak

(polisitemia) maka nilai hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit

sedikit (dalam keadaan anemia) maka nilai hematokrit akan menurun (Dep

Kes RI, 1989). 

2. Bentuk eritrosit --- Apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka

akan terjadi trapped plasma (plasma yang terperangkap) sehingga nilai

hematokrit akan meningkat (Maxwell M. Wintrobe, 1974). 

3. Ukuran eritrosit --- Faktor terpenting pada pengukuran hematokrit adalah

ukuran sel darah merah dimana dapat mempengaruhi viskositas darah.

Viskositas yang tinggi maka nilai hematokrit juga akan tinggi. (Frances K,

Widmann, 1989). 

4. Diameter tabung --- Diameter tabung yang bervariasi dapat menyebabkan

kesalahan pembacaan sehingga tabung untuk pengukuran hematokrit

distandarkan dari Inggris dengan diameter tabung 2,5 mm. Semakin besar

diameter tabung, maka hasil nilai hematokrit akan rendah (Sir John V.

D,1991). 

Page 7: hematokrit pada ikan mas

7

5. Sentrifuge --- Pemusingan yang kurang kuat akan mendapatkan endapan

sel darah merah yang tidak maksimal. Pemusingan yang terlalu cepat juga

dapat menyebabkan berkurangnya sel darah merah (Maxwell M. Wintrobe,

1974).

Faktor-faktor lainnya:

1. Perbandingan antikoagulan dengan darah. Jika antikoagulan yang dipakai

berlebihan akan mengakibatkan eritrosit mengerut, sehingga nilai hematokrit

menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya (Gandasoebrata, 2007). 

2. Adanya gelembung udara. Adanya gelembung udara akan mengakibatkan

kesalahanpada pembacaaan nilai hematokrit (Sir John V.D, S.m, Lewis,

1991).

3. Sumber-sumber kesalahan dalam pemeriksaan Hematokrit (mikro):

4. Penggunaan antikoagulan EDTA yang lebih dari kadar 1,5 mg/ml darah

mengakibatkan eritrosit mengerut sehingga nilai hematokrit akan turun. 

5. Bahan pemeriksaan yang ditunda lebih dari 6 jam akan meningkatkan

hematokrit. 

6. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan

dilakukan. 

7. Darah yang digunakan untuk pemeriksaan tidak boleh mengandung bekuan. 

8. Kecepatan dan lamanya pemusingan harus sesuai. 

9. Pemakaian mikro sentrifuge dalam waktu yang lama mengakibatkan alat

menjadi panas sehingga dapat mengkibatkan hemolisis. 

10. Lapisan buffy coat tidak turut dibaca tetapi hal ini sulit diatasi. 

11. Endapan atau lisis dari eritrosit dapat terjadi bila salah satu ujung pipet kapiler

disumbat dengan cara dibakar. 

12. Penguapan plasma dapat terjadi selama pemusingan atau bila pipet kapiler

yang akan dibaca dibiarkan terlalu lama. 

13. Pembacaan yang salah. (Wirawan dkk, 1996)

Page 8: hematokrit pada ikan mas

8

2.3 Sel Darah Merah

Inti darah yaitu erythrocyte yang berwarna merah kekuningan ditemui

dalam darah dari semua jenis ikan kecuali dalam tiga spesies antartika kecil dan

larva Leptocephalus bentuk pita dari belut ( Anguilla) dan beberapa ikan laut

dalam tertentu. Bentuk – bentuk kekecualian ini dapat melakukan pertukaran

udara dengan jalan difusi. Sel – sel darah merah dewasa berbentuk oval, kecil dan

berdiameter antara 7 mikron (pada Crenilabus) sampai 36 mikron (dalam ikan

paru – paru Afrika – Protopterus); diameter erithrocyt manusia adalah 7,9 mikron.

Darah ikan hiu (Squaliformes) seperti juga belut (Anguilidae) dan

Scrombidae mungkin mengandung 20% sel-sel yang Immature (belum dewasa)

sedang dalam bonyfishes lainnya mungkin lebih rendah persentasinya, sepert

Echenis dan Sygnatus.

Transpor oksigen dalam darah tergantung dari senyawa besinya, yaitu

hemoglobin, pigmen respiratori darah. Kandungan hemoglobin darah pada semua

ikan bervariasi, sesuai dengan jumlah eritrositnya ; persentase berat kering

eritrosit diketahui 19-14% dalam Mustelus canis (smooth dogfish shark) dan 37-

79% dalam teleostei air tawar dan laut.

Kapsitas-bawa oksigen pada kejenuhan 95 %, kandungan besi darah, dan

jumlah sel darah merah pada ikan seringkali berhubungan erat dan bervariasi

dengan sifat hidup dan tingkat aktivitasnya.

Variasi cicardia juga terdapat dalam eritrosit, seperti pada Blennius dan

Crenilabrus. Ikan beraksi terhadap ‘shock’ dengan menurunnya jumlah sel-sel

darah merah, disamping reaksi-reaksi lainnya, Meskipun demikian, mereka dapat

dengan cepat menambah jumlah eritrosit muda dalam darahnya pada saat

menyadari kehilangan darahnya, suatu reaksi yang sebanding dengan efek

ketinggian pada mamalia.

2.4 Sel-Sel Darah Putih

Selain eritrosit dengan pigmen respiratornya, darah ikan mengandung sel-

sel darah putih (leukosit) yang berbentuk Ovoid atau spheroid. Sementara sel-sel

Page 9: hematokrit pada ikan mas

9

darah merah banyaknya 20.000 sampai 380.000 per mm³, sel-sel darah putih

bervariasi antara 20.000 sampai 150.000 per mm³ darah dalam kelompok ikan

yang berebeda. Diantara sel-sel darah putih terdapat granulosit sekitar 4-40% dari

jumlah seluruh sel-sel darah putih dengan ukuran sekitar 10 mikron tapi pada ikan

paru-paru Afrika (Protopterus) ukurannya mencapai 24 sampai 33 mikron.

Granulosit terbagi menurut reaksi perubahannya ke dalam netrophil,

acidophil, dan sel basophil. Terdapat juga limposit dan monositagranular yang

berbentuk oval, kecil yang disebut trombosit. Leukosit agranular merupakan

komponen terbesar dari sel darah putih ikan. Monosit agranular melakukan fungsi

macrophage, dan limposit agaknya menghasilkan antibodi. Trombosit juga

jumlahnya relatif banyak dan merupakan alat dalam penggumpalan darah.

Diantara granulosit, neutrophil mencernakan (membasmi) bakteri yang

masuk dan acidophil menelannya(sifat phagocytik). Sel darah basophilik didapati

dalam jumlah kecil pada jumlah ikan yang terbatas (kegunaanya pada darah ikan

tidak diketahui.

Page 10: hematokrit pada ikan mas

10

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu Praktikum

Hari : Senin

Tanggal : 2 November 2015

Jam : 08.00-10.00 WIB

Tempat : Labolatorium Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNPAD

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

Timbangan, untuk menimbang bobot tubuh ikan uji

Diseccting Kit, untuk mmbedah ikan uji

Penjepit arteri, untuk menjepit bagian saluran darah aorta

ventralis

Pipa kapiler heparinized, untuk memampung sampel darah

segar

Sentrifuge hematokrit

Wax/malam lilin untuk menyumbat salah satu ujung pipa

kapiler yang telah berisi darah segar

“Hematocrit reading chart” papan pembaca nilai hematokrit

(%)

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan mas

ukuran konsumsi (± 100 g)

3.3PROSEDUR KERJA

1. Diambil salah satu ikan uji dari akuarium stok, ikan ditimbang lalu

dicatat bobotnya

10

Page 11: hematokrit pada ikan mas

11

2. Dipegang ikan uji dengan tangan kiri (kepala menghadap ke arah muka

kita), tusuk bagian anterior kepala ikan dengan sonde tepat di bagian

otak depan, hingga terasa ada rongga, diputar sonde perlahan-lahan

sehingga otaknya rusak dan ikan akan pingsan

3. Dibedah ikan pada bagian dekat insang dan sebagian perut bagian

anterior, hingga terlihat organ jantung yang berdenyut secara teratur

(exposed organ jantung dengan sinus venosus yang terlihat pucat)

4. Dengan menggunakan penjepit arteri, jepit aorta ventralis lalu

dibiarkan beberapa saat hingga sinus venosus terisi penuh oleh darah

5. Diputuskan dengan menggunakan gunting, lalu disiapkan dan

didekatkan salah satu ujung pipa kapiler sambil dibuka penjepit arteri

secara perlahan-lahan dan hati-hati tampung darah dalam pipa kapiler

tersebut sampai ± ¾ volumenya.

6. Agar heparin yang terdapat dalam dinding sebelah dalam pipa kapiler

tercampur secara homogen, maka pipa kapiler yang telah berisi darah

segar tersebut digoyang dengan hati-hati ke kiri dan kanan serta

diputar. Tanda bahwa darah sudah tercampur secara homogen dengan

heparin, darah tidak membeku, bisa bergerak disepanjang kolom pipa

kapiler.

7. Ditutup salah satu ujungnya dengan menancapkan secara tegak lurus

pada lapisan malam lilin/wax yang telah disediakan

8. Disiapkan sentrifuge hematokrit, lalu diletakkan secara seimbang

antara masing-masing pipa kapiler (jangan terbalik meletakkan ujung

pipa kapiler yang bertutup)

9. Disentrifuge selama 4 menit pada kecepatan 12.000 rpm

10. Setelah selesai disentrifuge, diletakkan pipa kapiler yang sudah terbagi

dua bagian besar darah tersebut (plasma dan sel darah) pada “

Hematocrit Reading Chart” lalu disesuaikan ketinggian plasma

sebagai batas atas dan dasar sel darah sebagai batas bawah, lalu

ditentukan dan baca nilai hematokrit pada batas atas dari sel darah

(dalam %)

Page 12: hematokrit pada ikan mas

12

11. Setelah selesai dibaca, dikumpulkan pipa kapiler bekas tersebut dalam

wadah terpisah agar tidak membahayakan, diserahkan kepada laboran

agar bisa dibuang pada tempat yang semestinya.

Page 13: hematokrit pada ikan mas

13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

4.1.1. Data Kelompok

Tabel 1. Nilai Hematokrit Pada Ikan Mas

KelompokBobot Ikan

(g)

Nilai Hematokrit

(%)

9-10 182,45 g 43 %

40 %

30 %

27 %

Rata-rata 35 %

4.1.2 Data Kelas

Tabel 2. Hasil Pengamatan Konsumsi O2 Kelas A

KelompokBobot Ikan

(g)

Nilai Hematokrit

(%)

1 dan 2 76 53

3 dan 4 118 48

5 dan 6 70 45,5

7 dan 8 98 0

9 dan 10 182,45 35

11 dan 12 108 27

13 dan 14 173,51 49,5

16 dan 18 95 36,3

15 dan 20 111 30

17 dan 19 67 46,5

4.2 Pembahasan

13

Page 14: hematokrit pada ikan mas

14

Praktikum ini mengamati perbandingan antara sel darah merah dengan

plasma darah pada ikan mas. Untuk mengetahui nilai hematokrit dalam percobaan

ini digunakan dengan menggunakan Sentrifugasi Hematokrit, yang kemudian

hasil dari sentrifugasi tersebut dibandingkan dengan nilai pada Hematokrit

Reading Chart. Hasil dari sentrifugasi akan tampak susunan pada pipa kapiler

sebagai berikut :

→ Plasma darah

→ Sel darah putih

→ Sel darah merah

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan didapatkan bahwa hasil dari

persentase hematokrit yang menunjukkan nilai persentase sel darah merah yang

kami lakukan pada 4 buah pipa kapiler pada ikan Mas (Cyprinus carpio),

didapatkan rata-rata nilai hematokritnya 35% dari berat tubuh ikan 182,45 gram.

Hal ini berarti darah terdiri dari 35% sel darah merah dan 65% terdiri dari plasma.

Berarti ikan tersebut tidak mengalami anemia atau kekurangan darah.

Pada percobaan yang kami lakukan terhadap sel darah dari ikan Mas

(Cyprinus carpio), hal tersebut menunjukan laju metabolisme mempengaruhi nilai

hematokrit dari suatu individu dengan cara hidup ikan, jenis kelamin ikan dan

spesies ikan tersebut. Kesalahan juga tidak menutupi kemungkinan baik dari alat

maupun praktikan dalam melakukan pengamatan ini seperti belum homogennya

darah pada pipa kapiler karena kurangnya atau tidak kita goyang -goyangkan pipa

kapiler ke kiri dan ke kanan secara horizontal sambil diputar-putar.

Abdullah (2008) menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit ikan pada

kondisi normal sebesar 30,8 - 45,5. Nilai 35,7% merupakan normal sedangkan

Gambar 2. Pipa Kapiler

Page 15: hematokrit pada ikan mas

15

23% menunjukkan ikan tidak normal, hal tersebut bisa terjadi karena ikan stress

atau terserang penyakit.

Pengukuran hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu parameter untuk

mengetahui kesahatan ikan. Kuswardani (2006) mengungkapkan bahwa kadar

hematokrit ini dapatbervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur, jenis kelamin,

ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Nilai hematokrit yang kurang dari 22% akan

menunjukan terjadinya anemia. Sedangkan nilai hematokrit ikan – ikan teleost

yang normal berkisar antara 20 – 30 % dan untuk beberapa spesies laut berkisar

42 % (Bond, 1979).

Nilai hematokrit yang kurang dari 22% menunjukan ikan mengalami

anemia (Gallaugher et al, 1995 dalam Abdullah, 2008), sedangkan menurut Nabib

dan Pasaribu (1989) dalam Prasetyo (2008) bahwa nilai hematokrit darah ikan

berkisar 5 – 60%, hematokrit di bawah 30% menunjukan defisiensi eritrosit.

Apabila ikan terkena penyakit atau nafsu makan menurun maka nilai hematokrit

darah menjadi lebih rendah (Delman and Brown, 1989 dalam Prasetyo 2008).

Maka dapat dinyatakan ikan mas hasil uji kelompok kami termasuk ke kategori

yang normal.

Bila dibandingkan dengan data kelas, nilai hematokrit di kelas A berada

pada kisaran yang normal yaitu berkisar antara 27-53 %. Namun pada data hasil

pengamatan kelompok 7 dan 8 hasilnya 0 atau tidak memiliki nilai hematokrit

atau kegagalan dalam praktikum. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya adalah, terdapat gelembung pada pipa kapiler darah, darah yang

terlalu lama didiamkan sehingga menggumpal dan tidak bisa disentrifugasi,

pemasangan plastisin yang kurang tepat sehingga saat disentrifugasi plastisin

terlepas, atau pemasangan pipa kapiler yang tidak bener sebelum dilakukannya

sentrifugasi dan kurang seimbangnya penempatan pipa kapiler.

Page 16: hematokrit pada ikan mas

16

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Nilai hematokrit pada ikan menunjukkan persen sel darah merah dari

sejumlah darah. Pada ikan yang memiliki nilai hematokrit tinggi berarti memiliki

banyak sel darah merah, atau ikan yang memiliki laju metabolisme yang tinggi.

Pengukuran hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu parameter untuk

mengetahui kesahatan ikan. Kuswardani (2006) mengungkapkan bahwa kadar

hematokrit ini dapatbervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur, jenis kelamin,

ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Nilai hematokrit yang kurang dari 22% akan

menunjukan terjadinya anemia. Sedangkan nilai hematokrit ikan – ikan teleost

yang normal berkisar antara 20 – 30 % dan untuk beberapa spesies laut berkisar

42 % (Bond, 1979).

Sedangkan menurut Nabib dan Pasaribu (1989) dalam Prasetyo (2008)

bahwa nilai hematokrit darah ikan berkisar 5 – 60%, hematokrit di bawah 30%

menunjukan defisiensi eritrosit. Apabila ikan terkena penyakit atau nafsu makan

menurun maka nilai hematokrit darah menjadi lebih rendah (Delman and Brown,

1989 dalam Prasetyo 2008).

5.2 Saran

Pada praktikum kali ini sebaiknya menggunakan gunting yang tajam

sehingga pada saat pembedahan kulit ikan mudah untuk di bedah, kemudian pada

saat praktikan sudah mengambil darah dan dimasukan kedalam pipa kapiler

asisten lab segera mengumpulkannya dan cepat dimasukan kedalam mesin

sentrifuge agar darah yang terdapat didalam pipa kapiler tidak membeku.

16

Page 17: hematokrit pada ikan mas

17

DAFTAR PUSTAKA

Alamanda et al, 2007. Penggunaan metode hematologi dan pengamatan endoparasit darah untuk penetapan kesehatan ikan lele dumbo ( Clarias gariepinus) di kolam budidaya desa mangkubumen boyolali. Jurnal Boidiversitas. 8 : 34 – 38. Simmons A, 1989. Hematologi A Combined Theoritical and Technical Upproach. W.B. sounders Company.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29068/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 10 November 15 pada pukul 20:00 WIB)

http://www.psychologymania.com/2012/10/pemeriksaan-hematokrit.html (diakses pada tanggal 10 November 2015 pada pukul 20:00WIB)

http://www.pusluh.kkp.go.id/index.../1- ikan - mas .pdf/ (diakses pada tanggal 10 November 2015 pada pukul 20:15WIB)

Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambarab Darah Maskoki Carassius auratus Yang TerinfeksiBakteri Aeromonas hydrophila. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Purwanto, A. 2006. Gambaran Darah Ikan Mas Cyprinus carpio Yang Terinfeksi Koi Herpes Virus. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1. Penerbit Binacipta. Bogor.

Page 18: hematokrit pada ikan mas

18

LAMPIRAN

Gambar 1. Penimbangan Ikan Mas Gambar 2. Ikan Mas Ketika Dipingsankan

Gambar 3. Pembeladahan Ikan Mas Gambar 4. Pencarian Pembuluh Darah

Gambar 5. Pengambilan Darah dengan Pipa Kapiler

Gambar 6. Penutupan Pipa Kapiler dengan Plastisin

Page 19: hematokrit pada ikan mas

19

Gambar 7. Tabung Sentrifugasi Gambar 8. Darah Sebelum Disentrifugasi

Gambar 9. Darah Setelah Disentrifugasi

Gambar10. Darah Setelah Disentrifugasi

Gambar 11. Reading Chart Hematokrit

Gambar 12. Reading Chart Hematokrit

Page 20: hematokrit pada ikan mas

20

Gambar 13. Reading Chart Hematokrit

Gambar 14. Reading Chart Hematokrit

Gambar 15. Reading Chart Hematokrit

Page 21: hematokrit pada ikan mas

21

PERHITUNGAN NILAI HEMATOKRIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

Kelompok 9 dan 10Kelas Perikanan A

ISNAENI FAIZAH 230110140006HILYA ANDIANI 230110140007REIFOLNANDA HUTAGALUNG 230110140044M. JULIAN ALFATH 230110140051TANTI YUNITA L. 230110140059M. AGUNG MEIDITO 230110140138

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR

2015

Page 22: hematokrit pada ikan mas

22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas

berkat rahmatnya kami dapat melaksanakan praktikum dan menyelesaikan

laporan praktikum ini mengenai “PENGHITUNGAN NILAI

HEMATOKRIT PADA IKAN MAS “ dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini

masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bentuk maupun isinya.

Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang

sifatnya membangun.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum dan

penyelesaian laporan praktikum ini.

Akhirnya, tiada kata yang dapat kami sampaikan selain

mengharapkan agar laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak di masa sekarang maupun yang akan datang.

Jatinangor , November 2015

Penulis

i

Page 23: hematokrit pada ikan mas

23

DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN............................................................................. 11.1 Latar Belakang.............................................................................. 11.2 Tujuan........................................................................................... 11.3 Manfaat......................................................................................... 1

II. LANDASAN TEORI........................................................................2.1Ikan................................................................................................ 22.1.1 Klasifikasi.................................................................................. 22.1.2 Morfologi................................................................................... 22.1.3 Biologi Ikan Mas....................................................................... 32.2 Hematokrit.................................................................................... 52.2.1 Definisi...................................................................................... 52.2.2 Metode Pengukuran Hematokrit................................................ 52.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hematokrit........................ 62.3 Sel Darah Merah........................................................................... 82.4 Sel Darah Putih............................................................................. 8

III. BAHAN DAN METODE................................................................. 93.1 Waktu dan Tempat........................................................................ 103.2 Alat dan Bahan.............................................................................. 103.3 Prosedur........................................................................................ 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 114.1 Hasil.............................................................................................. 134.1.1 Data Kelompok.......................................................................... 134.1.2 Data Kelas.................................................................................. 134.2 Pembahasan.................................................................................. 14

V. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................155.1 Kesimpulan................................................................................... 165.2 Saran............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 17

LAMPIRAN...................................................................................... 18

ii