PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

18
LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT (Hct) ATAU PACKED CELL VOLUME (PCV) OLEH : NI WAYAN GEK GITA ULANDARI P07134014025 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

description

PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

Transcript of PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

Page 1: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI

PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT (Hct)

ATAU PACKED CELL VOLUME (PCV)

OLEH :

NI WAYAN GEK GITA ULANDARI

P07134014025

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2015

Page 2: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT (Hct)

ATAU PACKED CELL VOLUME (PCV)

Hari, Tanggal : Rabu, 30 September 2015.

Tempat : Laboratorium Hematologi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik

Kesehatan Denpasar

I. Tujuan

a. Tujuan Umum

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan nilai Hematokrit (Hct) darah

probandus.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct) darah

probandus.

b. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat melakukan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct) darah

probandus.

2. Mahasiswa dapat mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah probandus.

3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil penetapan nilai Hematokrit (Hct)

darah probandus.

II. Metode

Makrometode dan Mikrometode

III. Prinsip

Apabila darah dicentrifuge, sel – sel yang lebih berat (Eritrosit) akan turun kedasar

tabung, sedangkan sel – sel yang lebih ringan (Leukosit dan Trombosit) berada diatas sel –

sel yang berat tadi.

IV. Dasar Teori

Darah adalah media kompleks non-Newtonian yang terdiri dari plasma darah dan sel-

sel darah. Sel darah merah (eritrosit) menempati 30-50% dari volume darah dan memiliki

peran yang sangat penting dalam menentukan sifat mekanik darah sebagai media partikulat.

(Anal Chem, 2012)

Page 3: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

Hematokrit atau bagian volume darah yang ditempati oleh sel darah merah adalah salah

satu penentu utama vsikositas darah. Peningkatan hematokrit dikaitkan dengan peningkatan

vsikositas darah, berkurangnya aliran darah menuju vena, dan peningkatan kerekatan platelet.

Hal ini juga diketahui bahwa orang yang memiliki kadar hematokrit di atas kisaran normal

cenderung memiliki penyakit kardiovaskuler. (Haematologica, 2010)

Hemoglobin dan hematokrit diukur dengan menggunakan darah segar utuh dan sangat

tergantung pada volume plasma. Dengan demikian, faktor-faktor seperti dehidrasi serta

overhydration dapat mempengaruhi hasil tes. Hematokrit adalah parameter pemeriksaan yang

lebih tepat daripada hemoglobin untuk menentukan rasio volume eritrosit dengan volume

total darah. (Masoomeh, 2012)

Deviasi dari tingkat hematokrit normal dapat disebabkan oleh intervensi gaya hidup

(misalnya, merokok atau latihan berkepanjangan), oleh kondisi lingkungan (misalnya,

ketinggian tinggi atau variasi musiman), kondisi demografi (misalnya, usia), dan kondisi

penyakit dan obat-terkait (misalnya, gangguan hematologi, hypermenorrhea, kehamilan, atau

penyakit ginjal). (J Diabetes Sci Technol, 2013)

Hematokrit berkorelasi dengan risiko trombosis. Hematokrit yang tinggi berhubungan

dengan peningkatan kekentalan plasma dan reaktivitas trombosit. (Int J Epidemiol, 2013).

Peningkatan nilai hematokrit yang lebih dari 30% dapat meningkatkan viskositas darah,

yang meningkat seiring dengan meningkatnya nilai hematokrit. Konsentrasi hemoglobin dan

hematocrit pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. (Caspian J Intern Med, 2012)

V. Alat dan Bahan

a. Alat

Centrifuge Mikrohematokrit Readacrit (Ht Reader) Tabung Mikrokapilerb. Bahan

Page 4: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

Sampel darah vena dengan antikoagulan EDTA

Dempul (malam) dan Tissue

VI. Cara Kerja

Mikrometode :

1. Diisi tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikro hematokrit

dengan darah EDTA.

2. Ditutup salah satu ujungnya dengan dempul (malam).

3. Dimasukkan tabung kapiler tersebut kedalam centrifuge khusus (centrifuge

mikrohematokrit) dengan kecepatan 12000 rpm atau lebih.

4. Dipusingkan selama 10 menit.

5. Dibaca nilai hematokrit dengan menggunakan readcrit.

VII. Nilai Rujukan

Pria dewasa : 40 – 48 vol %

Wanita dewasa : 37 – 43 vol %

Bayi baru lahir : 44 – 72 vol%

Anak usia 1 – 3 tahun : 35 – 43 vol%

Anak usia 4 – 5 tahun : 31 – 43 vol%

Anak usia 6 – 10 tahun : 33 – 45 vol%

(Riswanto, 2013)

VIII. Hasil Pengamatan

a. Data Probandus dan Hasil

Page 5: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

Nama : Rebeca Valentina Mau

Umur : 18 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Nilai Hematokrit : 36 vol%

b. Foto pengamatan praktikum

Proses memasukkan darah ke dalam tabung mikrokapiler.

Tabung mikrokapiler yang telah berisi darah vena hingga

2/3 bagian.

Proses menutup salah satu bagian tabung mikrokapiler

dengan dempul.

Proses meletakkan tabung mikrokapiler pada centrifuge

mikrokapiler

Proses centrifugeProses pembacaan nilai

hematokrit dengan readacrit

IX. Pembahasan

Pada praktikum Rabu, 30 September 2015 dilakukan praktikum mengenai penetapan

nilai hematokrit (Hct) atau packed cell volume (PCV). Hematokrit adalah volume sel darah

merah (eritrosit) yang mengendap dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen (%).

Menurut Riswanto, 2013, tujuan dari penetapan nilai hematocrit adalah untuk memantau

volume eritrosit dalam darah selama terjadi suatu penyakit yang melemahkan, membantu

menegakkan diagnosis anemia dan polisitemia, atau hemokonsentrasi serta monitor

perjalanan penyakit dan pengobatan. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah

Page 6: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

mikrometode, yaitu metode penetapan nilai hematokrit yang menggunakan pipet

mikrokapiler dan alat centrifuge mikrohematokrit.

Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah darah vena dengan antikoagulan

EDTA dari probandus perempuan dewasa yang berumur 18 tahun. Digunakan antikoagulan

EDTA (ethylene diamine tetra acetate) karena, sebagai garam natrium atau kaliumnya, garam

– garam tersebut dapat mengubah ion kalsium (Ca2+) dari darah menjadi bentuk yang bukan

ion sehingga mencegah terjadinya penggumpalan. Tiap 1 mg EDTA dapat mencegah

membekunya 1 ml darah. Antikoagulan ini sangat cocok digunakan untuk pemeriksaan

hematologi seperti penetapan nilai hematocrit pada darah manusia. Pemeriksaan sampel

dengan antikoagulan EDTA harus dilakukan segera setelah darah dimasukkan ke dalam

tabung, namun jika pemeriksaan terpaksa harus ditunda, maka sampel dapat diletakkan pada

lemari es dengan suhu 4oC dalam waktu 24 jam. Jika tidak, maka akan mempengaruhi hasil

pemeriksaan. Namun dalam penetapan nilai hematokrit, sampel tidak boleh diperiksa lebih

dari 2 jam setelah pengambilan karena setelah 2 jam fibrinogen yang ada dalam darah akan

bekerja untuk pembekuan darah sehingga akan terbentuk sferik dan menyulitkan

pembentukan rouleoux yang dapat menyebabkan eritrosit sulit mengendap. Hal ini dapat

menyebabkan nilai hematokrit tinggi palsu.

Penetapan nilai hematokrit dengan mikrometode dilakukan dengan menggunakan

tabung mikrokapiler, dempul (malam), centrifuge mikrohematokrit, dan readacrit. Dalam

mikrometode dapat menggunakan darah kapiler langsung (tanpa antikoagulan) atau darah

vena (dengan antikoagulan). Pemakaian sampel disesuaikan dengan penggunaan tabung

mikrokapiler. Tabung mikrokapiler berukuran panjang 75 mm dan diameter 1 mm. Tabung

ini terdiri dari 2 macam, yaitu bergaris biru (tanpa antikoagulan) dan bergaris merah (dengan

antikoagulan). Pada praktikum ini digunakan tabung mikrokapiler bergaris biru (tanpa

antikoagulan) karena sampel yang digunakan adalah darah vena yang telah dicampur dengan

antikoagulan EDTA. Jika digunakan tabung bergaris merah yang berisi antikoagulan heparin,

maka akan terjadi pengenceran darah berlebih akibat penambahan antikoagulan yang

berlebihan sehingga dapat mempengaruhi hasil penetapan nilai hematokrit. Tabung bergaris

merah ini biasanya digunakan jika menggunakan sampel darah kapiler langsung.

Darah vena yang telah dicampur dengan antikoagulan EDTA dimasukkan ke dalam

tabung mikrokapiler dengan menempelkan tabung pada tabung sampel dan dimiringkan.

Akibat adanya daya kapilaritas, darah akan naik dengan sendirinya ke dalam tabung. Darah

disedot sampai 2/3 bagian tabung, karena jika disedot hingga penuh maka akan menyulitkan

dalam pembacaan hasil yaitu kesulitan dalam menepatkan batas darah dengan skala 0 dan

Page 7: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

100. Tabung mikrokapiler yang telah berisi darah kemudian ditambahkan dempul (malam)

pada bagian bawah untuk mencegah darah keluar dan kemudian dimasukkan ke dalam

centrifuge mikrohematokrit dan dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 1200 rpm.

Pada saat menambahkan dempul, harus dipastikan dempul (malam) menempel dan

menyumbat tabung dengan baik sehingga tidak lepas pada saat dipusingkan dengan

centrifuge dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Setelah dicentrifuge darah di dalam tabung mikrokapiler akan membentuk 3 lapisan,

yaitu lapisan eritrosit (paling bawah), lapisan buffy coat yaitu lapisan yang berisi leukosit dan

trombosit (berada di atas lapisan eritrosit), dan lapisan plasma (paling atas). Untuk

menentuka nilai hematokrit, yang dibaca adalah ketinggian lapisan eritrosit yang terbentuk

dengan menggunakan alat khusus yang disebut readacrit (Ht reader).

Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan nilai hematokrit dari darah probandus

perempuan dewasa berusia 18 tahun ini adalah 36 vol% yang artinya dalam 100 ml darahnya

terdapat 36 mm eritrosit. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai hematocrit probandus berada

dibawah batas normal jika dibandingkan dengan nilai rujukan yaitu 37 – 43 vol%.

Nilai hematokrit rendah dapat terjadi pada keadaan kehilangan darah akut, anemia

(aplastik, hemolitik, defisiensi asam folat, pernisiosa, sideroblastik, sel sabit), leukemia

(limfositik, mielositik, monositik), penyakit Hodgkin, limfosarkoma, malignansi organ,

mieloma multiple, sirosis hati, malnutrisi protein, defisiensi vitamin (tiamin, vitamin C),

fistula lambung atau duodenum, ulkus peptikum, gagal ginjal kronis, kehamilan, dll. Selain

itu keadaan ini juga dapat terjadi akibat konsumsi obat antineoplastik, antibiotik

(kloramfenikol, peisilin), dan obat radioaktif. Sedangkan kadar hematokrit yang tinggi dapat

terjadi pada keadaan dehidrasi/hipovolemia, diare berat, polisitemia vera, eritrisitosis,

diabetes asidosis, emfisema pulmonar tahap akhir, iskemia serebrum sementara, eklampsia,

pembedahan, dan luka bakar. (Riswanto, 2013)

Berdasarkan hasil anamnesis dengan probandus, didapatkan keterangan bahwa

seminggu sebelum dilakukannya pengambilan sampel darah untuk praktikum ini probandus

mengalami sakit tipes. Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan

terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella

paratyphi A, B, dan C. Adanya bakteri ini di dalam pembuluh darah dapat mengakibatkan

timbulnya efek pendarahan gastrointestinal yang dapat menyebabkan penderita kehilangan

banyak zat besi sehingga akan mudah lelah karena kurangnya produksi eritrosit dan dapat

menyebabkan anemia. Keadaan inilah yang menyebabkan kadar hematocrit dari probandus

rendah. Hal ini juga dibandingkan dengan keadaan probandus saat ini yang terlihat lesu dan

Page 8: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

agak pucat. Selain itu pengaruh obat dari penyakit tipes seperti Chloramphenicol juga dapat

mengakibatkan kadar hematokrit menjadi rendah.

Penetapan nilai hemtokrit dengan mikrometode memiliki beberapa kelebihan jika

dibandingkan dengan makrometode sehingga lebih banyak digunakan. Kelebihan tersebut

diantaranya adalah memerlukan sampel darah yang sedikit dan dapat menggunakan darah

dengan antikoagulan ataupun tanpa antikoagulan sesuai dengan tabung mikrokapiler yang

digunakan, dan memerlukan waktu yang sedikit yaitu 10 menit sehingga hasil yang

didapatkan lebih cepat. Namun mikrometode ini juga memiliki kelemahan diantaranya adalah

lapisan buffy coatnya susah dilihat karena ukuran tabung mikrokapiler yang sangat kecil,

selain itu intensitas warna kuning plasma juga kurang nyata. Setiap 1 mm buffy coat secara

kasar sesuai dengan 10.000 leukosit per µl darah.

Hasil penetapan nilai hematocrit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Radius centrifuge (jari – jari centrifuge). Semakin kecil radius centrifuge maka akan

semakin cepat terjadi pengendapan eritrosit, begitu pula sebaliknya.

2. Kecepatan centrifuge. Semakin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat terjadinya

pengendapan eritrosit dan sebaliknya.

3. Waktu centrifuge. Semakin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat terjadinya

pengendapan eritrosit dan sebaliknya.

4. Perbandingan antara antikoagulan dengan darah. Perbandingan antara antikoagulan

dengan darah harus tepat dan bercampur secara homogen. Jika antikoagulan yang

digunakan terlalu banyak maka darah akan encer sehingga nilai hematokritnya akan

rendah, begitu juga sebaliknya jika antikoagulan yang digunakan terlalu sedikit maka

vsikositas darah akan meningkat sehingga nilai hematocrit akan tinggi.

5. Penyimpanan sampel. Pemeriksaan hematokrit harus dikerjakan dalam waktu kurang dari

2 jam setelah pengambilan sampel/darah. Sampel darah yang dibiarkan terlalu lama akan

berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan hematokrit

menjadi lebih lambat.

6. Jumlah Eritrosit. Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak (polisitemia) maka

nilai hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit sedikit (dalam keadaan anemia) maka

nilai hematokrit akan menurun.

7. Bentuk Eritrosit. Apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka akan terjadi

trapped plasma (plasma yang terperangkap) sehingga nilai hematokrit akan meningkat.

8. Ukuran Eritrosit. Semakin besar ukuran eritrosit maka semakin tinggi nilai hematokritnya,

begitu juga sebaliknya.

Page 9: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

X. Simpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa nilai hematokrit probandus yang diukur

menggunakan mikrometode kurang dari nilai normal. Hal ini sangat dipengaruhi oleh

keadaan probandus sebelum atau pada saat pengambilan darah.

Pemeriksaan nilai hematokrit paling dipercaya di antara pemeriksaan lainnya

(hemoglobin dan hitung eritrosit) dan sering digunakan sebagai tes penyaring. Penetapan nilai

hematokrit dengan menggunakan mikrometode memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan

makrometode sehingga lebih banyak digunakan.

Page 10: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

Daftar Pustaka

Anal Chem. 2012. Computational Analysis of Microfluidic Immunomagnetic Rare Cell Separation from a Particulate Blood Flow. [online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3359653/. [diakses : 04 Oktober 2015, 17.00 wita]

Caspian J Intern Med. 2012. Steady State Hemoglobin Concentration and Packed Cell Volume in Homozygous Sickle Cell Disease Patients in Lagos, Nigeria. [online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3861903/. [diakses : 4 Oktober 2015, 21.12 wita]

Haematologica. 2010. Hematocrit and Risk of Venous Thromboembolism in a General Population. [online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2817030/. [diakses : 4 Oktober 2015, 21.00 wita]

Int J Epidemiol. 2013. A U-Shaped Relationship Between Haematocrit and Mortality in a Large Prospective Cohort Study. [online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3619954/ . [diakses : 4 Oktober 2015, 20.59 wita]

J Diabetes Sci Technol. 2013. Hematocrit Interference of Blood Glucose Meters for Patient Self-Measurement. [online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3692232/. [diakses : 4 oktober 2015, 21.09 wita]

Khoigani, Masoomeh Goodarzi, Shadi Goli, dan Akbar HasanZadeh. 2012. The Relationship of Hemoglobin and Hematocrit in the First and Second Half of Pregnancy with Pregnancy Outcome. [online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3696966/. [diakses : 5 Oktober 2015, 01.17 wita]

R. Gandasoebrata. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfa Media dan Kanal Media.

Sianny, dkk. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Denpasar : Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Analis Kesehatan.

Page 11: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT

Denpasar, 05 Oktober 2015

Praktikan

(Ni Wayan Gek Gita Ulandari)

Lembar Pengesahan

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(DR. dr. Sianny Herawati, Sp.PK) (Rini Riowati, B.Sc)

Pembimbing III Pembimbing IV

(I Ketut Adi Santika, A. Md. AK) (Luh Putu Rinawati, A.Md.AK)

Pembimbing V

(Surya Bayu Kurniawan, S.Si)

Page 12: PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT