Hasil Notulensi Restu Aida
-
Upload
bannu-indra-setyawan -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of Hasil Notulensi Restu Aida
TEMU KARYA FORUM JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING SE INDONESIA
Hari dan Tanggal : Jum’at, 6 Maret 2015
Tempat : Gedung Sertifikasi Guru Lantai 8, Universitas Negeri Jakarta
Waktu : 10.00 - 11.30 WIB
Narasumber : Prof Dr Sunaryo Kartadinata, M.Pd
Moderator : Moch. Dimyati, M.Pd
Pembahasan : Membelajarkan Calon Konselor Profesional
Jumlah Peserta : 25 Orang
Pelaksanaan Diskusi:
a. PembukaanKegiatan pembukaan dibuka dengan pemaparan mengenai persoalan program
yang dipayungi dengan regulasi dan proses pembelajaran yang sesuai untuk menyelesaikan masalah tersebut untuk calon konselor profesional.
b. Kegiatan Inti Pemaparan materi
Program profesi bertujuan untuk menyiapkan tenaga profesional dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
Sistem yang perlu dirancang untuk membentuk tenaga konselor yang profesional:
1.Early exposure Pengenalan mahasiswa ke lapangan sedini mungkin 2. Coherency conseptual and structural Pengaitan konsep di kelas dengan kenyataan di lapangan. melalui mata kuliah untuk menghindari gap antara teori yang dipelajari dan kenyataan di lapangan3. Pembentukan Jati diri Pembentukan jati diri konselor melalui pembelajaran
Esensi Pendidikan Profesi di Indonesia pada dasarnya untuk penguatan jati diri guru dan kecakapan juga keutuhan jati diri profesional dalam berfikir dan karakter dari kognitif ke afektif yang Mencakup respek, etik, spiritual, keilmuan, sintesis dan kreatif.
Keterampilan profesional bukan agregasi dari keterampilan konseling, komunikasi, empati dan hal lainnya akan tetapi ada hal yang lebih mendalam.
Pembahasan mengenai learning outcome dari pendidikan profesi adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kecakapan dalam kontekstual – Trajektori yang mencakup pada ranah Misi, Identitas, Keyakinan, Kompetensi, Perilaku dan Lingkungan.
PEMODELAN KOMPETENSI DAN STRUKTUR PROGRAM
RANCANGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN GURU (UU NO 25/2005 dan PERMENDIKNAS nomor 16/2007 mengenai standar kompetensi lulusan S1 yang mencakup empat kompetensi yaitu:
1. Pribadi2. Sosial3. Belajar4. Karir
Sebaiknya tidak perlu dipilah-pilihan menjadi 4 kompetensi tersebut akan tetapi lebih mengarah pada satu keutuhan karena mempertimbangkan adanya kompetensi lain yang perlu dimasukan dalam pembelajaran.
Pendidikan profesi berbeda dengan pendidikan akademik karena pada pendidikan profesi yang dikembangkan adalah kompetensi atau unjuk kerja profesional sedangkan dalam pendidikan akademik adalah pengembangan program pendidikan akademik
Beberapa dokumen yang seharusnya di dapatkan oleh para lulusan bidang BK meliputi
1. Ijazah2. Transkrip 3. SKPI (surat Keterangan Pendamping Ijazah) 4. Sertifikat Kompetensi (dari Asosiasi Profesi dari pemerintah) sebagai
ganti AKTA. Sehingga perlu difikirkan oleh Universitas tentang afiliasi dengan Asosiasi Profesi yang dimaksudkan.
Sesi Tanya Jawab atau masukan1. Prof Munir
Pertanyaan dan masukan : - Rancangan Standar Guru mengenai istilah Bimbingan dan Konseling
menjadi satu kesatuan. - Pemaknaan deskripsi generic dan spesifik dalam KKNI - Kritisasi 4 Kompetensi dari Permendikbud no 27 mengenai penajaman di
jenjang S1, S2 dan S3.- Bagaimana Perbedaan sasaran dari pelaksanaan Magister Konselor dengan
PPK sebagai dasar konselor yang profesional dan kaitannya dengan guru Bimbingan dan Konseling ?
- Usulan mengenai kesepakatan nomenklatur mengenai magister Konselor dan Penggelaran M.Pd dan M.Kons.
Jawaban :- Empat kompetensi dimaknai menjadi 1 keutuhan, jadi tidak berarti tidak
mengacu pada kemendikbud akan tetapi bagaimana menerjemahkan kompetensi tersebut mempertimbangkan adanya kompetensi lainnya. Sehingga memang masih mungkin permendikbud tersebut untuk direvisi.
- Kerancuan Magister Konseling dan PPK dikarenakan Persoalan Undang-Undang No 14 yang tidak membahas mengenai konselor yang mengatur mengenai konselor sehingga masih mengacu pada UU tahun 2003 yang didalamnya tertulis guru Bimbingan dan Konseling / Konselor.. PPK tidak bisa dimasuki oleh S1 non BK sedangkan Magister untuk dosen atau supervisor Bimbingan dan Konseling sehingga untuk masuk Magister Konseling harus masuk PPK terlebih dahulu.
-2. Dr Dede Rahmat (Universitas Negeri Jakarta)
Pertanyaan atau masukan:- Bagaimana penajaman profil utuh yang diharaapkan pada setiap jenjang
pendidikan di S1, S2 dan S3?- Perbedaan Magister Konselor dan PPK - Pemetaan Kompetensi di setiap jenjang pendidikan S1, S2 dan S3?Jawaban :- Kontinuitas S1, S2 dan S3 dalam level KKNI sehingga tidak dipertajam
pada satu profil saja di setiap jenjang tetapi bersifat kontinu.- Pendidikan profesi tidak disejajarkan dengan S2 dan S1. Bagi para
mahasiswa yang selanjutnya ingin menjadi guru maka perlu mengambil PPK sedangakan jika ingin menjadi akademisi atau dosen bisa langsung mengambil magister.
3. Abdullah Sinring (UNM-Makasaar)
Pertanyaan atau masukan:- Perbandingan pengemasan ide dengan jurusan lain sehingga bisa menarik
peminat jurusan BK- Peniadaan model-model BK yang terklasifikasi (termadzhab)
Tanggapan:- Penjelasan sejak dini mengenai konselor pada saat penerimaan mahasiswa
baru
4. Muhfarodin (UNY)Pertanyaan atau Masukan:- Penyegeraan penyerahan ide mengenai pendidikan Profesi ke Kementrian
sehingga bisa langsung di Proses.- Penekanan reasoning kaitan level KKNI dengan kerangka fikir mengenai
M.Kons berada di 8. - UU 20, 27, 74, 111 seputar Konselor tapi di Kode etik disiplin tertentu
mengenai penyematan Konselor sehingga tidak adanya Konselor ‘kembar’ di Indonesia.
- Penegasan realisasi perbandingan beban kerja guru BK 1 : 150.
5. Abdul Murad (UNIMED)Masukan:- Kekuatan Forum dan Asosiasi BK di regulasi Kementrian karena
berdampak pada pelaksanaan di lapangan- Kemampuan bersaing para konselor di ranah ASEAN bahkan
Internasional sehingga perlu disiapkan oleh Dosen BK atau Supervisor melalui kebijakan di LPTK.
- Komunikasi yang perlu di sampaikan sampai daerah sehingga lebih merata.
Jawaban :- Usulan Pembuatan forum atau Asosiasi pendidikan konselor ASEAN
untuk standarisasi akreditasi internasional yang dipimpin oleh Indonesia.
6. Dr Aip Badrujaman, M.Pd (Universitas Negeri Jakarta)Masukan:- Identitas yang belum jelas mengenai PPK dan Magister Konseling- Visibilitas dari ABKIN sebagai lembaga yang menjadi penjaga standar
kompetensi.
Jawaban :
- Identitas konselor pada Bimbingan dan Konseling disini lebih pada konselor Pendidikan
-Hal-hal lain:- Dalam kegiatan inti juga dibahas Draft di DIKTI yang akan dibahas pada
sore hari tidak sama sekali membahasa tentang pendidikan konselor. Pembicara mengusulkan pembahasan mengenai pendidikan konselor untuk berdiri sendiri karena berbeda dengan guru mata pelajaran.
- Pembahasan kurikulum untuk disepakati bersama oleh Program Studi Bimbingan dan Konselor di Universitas sehingga tercipta common concern namun tetap disesuaikan dengan otonomi masing-masing Universitas sehingga terdapat keunggulan dari Universitas masing-masing.
c. Rekomendasi
Pada penyelenggaraan Pendidikan Profesi untuk membelajarkan calon konselor profesional diperlukan adanya kerjasama yang baik dan jelas antara penyelenggara pendidikan, Forum dan Asosiasi Bimbingan dan Konseling dan aturan yang jelas dari pemerintah sehingga bisa saja terjadi perubahan peraturan pemerintah
Jakarta, 6 Maret 2015
Notulis
Restu Aida