Hasil Diskusi

download Hasil Diskusi

of 129

Transcript of Hasil Diskusi

1

HASIL DISKUSI SKENARIO 5 TUTORIAL BLOK SISTEM GASTROINTESTINALKELOMPOK 8 SCENARIO KASUS Melena Ibu suryati berusia 60 tahun, akhir-akhir ini tampak pucat dan lemah. Beliau hanya mengeluhkan sering pusing kepada anaknya, kemudian ibunya di bawa ke dokter. Ternyata dari anamnesis yang dilakukan, ibu suryati mengatakan sejak 6 bulan ini sering susah Buang Air Besar (BAB) dan setiap BAB selalu berdarah. BABnya sedikit-sedikit seperti tahi kambing kadang-kadang keras kadang lunak. Beliau tidak pernah mengeluhkan nyeri saat BAB. Tapi beliau merasakan nyeri di perut kiri bawah. Dari riwayat makan, ibu suryati dari kecilnya tidak suka makan sayur. Pemeriksaan fisik : Vital sign = Tekanan Darah : 100/70 mmHg, Nadi : 110x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 37,50 C. Mata = konjungtiva anemis Abdomen = tidak ditemukan kelainan Pemeriksaan rectal touche = didapatkan darah pada handschoen, tidak teraba massa. Dokter pun merujuk ke rumah sakit agar dilakukan pemeriksaan colonoskopi, pemeriksaan histopatologi, dan pemeriksaan lainnya untuk memastikan adakah keganasan atau polip. Di Rumah Sakit didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium : Hb = 6 gr/dl, leukosit = 7000/mm 3, LED = 20 mm/jam, trombosit : 250.000, Ht = 37%. Pemeriksaan feses : leukosit +, eritrosit +, parasite -.

2

STEP 1 - 7A. STEP I Klasifikasi Terminologi yang Tidak Diketahui

1. Colonoskopi : Pemeriksaan yang dilakukan melalui alat berupa tabung dengan

lensa yang dilengkapi dengan kamera TV kecil dengan lampu pada ujungnya. Pada alat ini terdapat fiber optic dan chip komputer video yang dapat mengambil gambar kolon dan menstransmisi gambaran ke dalam layar video. Untuk mendapatkan hasil yang bagus, kolon harus bersih dan bebas dari feses. Pasien dapat meminum obat laxan namun biasanya pasien hanya meminum air putih dan tidak memakan apapun sehari-hari sebelum dilakukan pemeriksaan. Prosedur ini hanya memakan waktu 15-30 menit dan pada saat dilakukan pemeriksaan pasien dalam keadaan tersedasi ringan. Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi kelainan yang ada di colon. Serta apabila dicurigai adanya massa (bagian mukosa) pada colon.2. Polip : tonjolan di atas permukaan mukosa lumen, tonjolan dapat berasal dari

kelenjar permukaan mukosa atau epitel yang ada di mukosa. Tonjolan ini dapat meluas ke daerah lain.3. Melena : feses berwarna hitam yang di warnai oleh pigment darah. Terjadinya

melena dikarenakan adanya pendarahan pada saluran cerna bagian atas, yang menyebabkan darah yang melalui lambung akan berubah warna menjadi hitam karena terpapar oleh HCl, enzim pepsinogen, dan pigment profirin.4. Rectal touche : pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat adanya tonjolan

dan peradangan di sekitar anus, juga untuk mendeteksi nyeri tekan, massa, dan pembesaran prostat. Prosedurnya dengan memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang anus dengan posisi pasien miring dan kedua kakinya menekuk.

3

B. STEP II Definisi MasalahSetelah mempelajari skenario, peserta tutorial mendefinisikan masalah yang harus dibahas adalah sebagai berikut: 1. Jelaskan penyakit apa saja yang dapat terjadi pada colon dan anus ! 2. Bagaimanakah patofisiologi dan patogenesis dari gejala pada kasus? a. Tampak Hb menurun, konjungtiva pucat, pucat dan lemah ? b. Susah Buang Air Besar (BAB) dan sedikit seperti tahi kambing berbentuk kadang besar kadang lunak ? c. Setiap BAB selalu berdarah ? d. Nyeri di perut kiri bawah ? e. Pada pemeriksaan rectal touche didapatkan darah pada handschoen ? 3. Apakah hubungan antara memakan sayur (serat) dan munculnya gejala? 4. Apakah indikasi colonoskopi dan rectal touche? 5. Jelaskan apa differential diagnosis dan diagnosis klinis pasien pada kasus! 6. Bagaimanakah penegakkan diagnosis (interprestasi hasil lab pada pasien di kasus) ?

4

C. STEP III Curah Pendapat1. Jelaskan penyakit apa saja yang dapat terjadi pada colon dan anus! Secara patogenesisinya, penyakit pada colon dapat dibagi atas : Peradangan : Inflamatory Bowel Disease (IBS) yang terdiri atas crohn disease dan kolitis ulseratif serta Irritable Bowel Syndrome (IBS) Tumor : Polip dan Carcinoma kolorektal Pendarahan (Hemorroid) Divertikulitis (Herniasi pada mukosa dan submukosa dinding kolon/defisiensi serat)

2. Bagaimanakah patofisiologi dan patogenesis dari gejala pada kasus? Tampak Hb menurun, konjungtiva pucat, pucat dan lemah: Pendarahan pada saat defekasi, anemia defisiensi besi. Susah Buang Air Besar (BAB) dan sedikit seperti tahi kambing berbentuk kadang besar kadang lunak: Kurang selulosa dalam makanan, karena adanya penyempitan pada colon. Setiap BAB selalu berdarah: Hemmoroid interna, tumor, tekanan meningkat pada colon menyebabkan penekanan pembuluh darah di daerah colon, pembuluh darah pecah. Nyeri di perut kiri bawah: Kelainan pada colon distal yang mengarah pada colon dessenden / sigmoid / rektum. Pada pemeriksaan rectal touche didapatkan darah pada handschoen:

5

Adanya

feckal

leede

diakibatkan

degenerasi

struktur

lapisan

mukosa

menyebabkan penurunan motilitas colon.

3. Apakah hubungan antara memakan sayur dan munculnya gejala? Konsumsi serat pangan akan mempengaruhi rnikroflora usus. Demikian juga telah diketahui bahwa serat pangan akan mengurangi waktu transit makanan dalam usus. Apabila kita menerima fakta bahwa karsinognesis adalah sebagai hasil dari kontak antara sel yang mudah terserang dengan karsinogen yang terdapat dalam konsentrasi tinggi serta dalam waktu yang lebih lama, rnaka hipotesis yanng lebih rasional dapat diutarakan. Telah diduga bahwa komponen tertentu dari makanan dapat menrpakan karsinogen, atau mikroflora usus dapat bereaksi pada residu makanan yang sampai ke usus dan mengubahnya rnenjadi senyawa karsinogenik. Senyawa ini apabila kontak dengan sel-sel rnukosa usus besar selama p e r i d waktu tertentu, akan menimbulkan tumbuhnya sel-sel kanker. Banyak hipotesa dikemukakan mengenai mekanisrne serat pangan dalam rnencegah timbulnya kanker usus besar. Pertama, kmungkinan serat pangan dapat mempengaruhi rnikroflora usus sedemikian rupa sehingga senyawa karsinogenik tidak terbentuk. Kedua, serat pangan bersifat dapat mengikat air, sehingga dapat rneningkatkan kandungan air dalam usus besar; dengan demikian konsentrasi senyawa karsinogenik menjadi rendah dan tidak efektif lagi untuk rnembentuk sel kanker. Ketiga, serat pangan dapat mempercepat waktu transit residu makanan di dalarn usus besar, sehingga tidak terdapat cukup waktu bagi senyawa karsinogen untuk melakukan kontak dengan sel-sel mukosa usus. 4. Apakah indikasi colonoskopi dan rectal touche? Indikasi colonoskopi : Mengevaluasi hasil pemeriksaan radiologi Adanya keluhan BAB dengn disertai darah (Hematokezia/melena) Perdarahan per anus/rektum Dugaan adanya radang pada kolon,divertikel kolitis ulseratif

6

Dugaan adanya keganasan kolon Evaluasi setelah pembedahan kolon dan atau suatu polip Anemia defisiensi zat besiyang tidak diketahui penyebabnya Indikasi rectal toucher : Diagnosis tumor rektal dan bentuk lain dari kanker; Diagnosis gangguan prostat, (Ca prostat/BPH) Diagnosis usus buntu atau contoh lain dari perut akut (yaitu perut akut menunjukkan gejala penyakit yang mendasari serius), Untuk mengetahui tonus dari sphincter anal, (kasus fecal incontinence atau penyakit neurologis, termasuk trauma cedera tulang belakang),

5. Jelaskan apa differential diagnosis dan diagnosis klinis pasien pada kasus! Berdasarkan gejala klinis yang terjadi di kasus, maka dapat didapatkan differensial diagnosis berupa : Divertikulitis dengan perforasi Polip Kolon IBD : Kolitis Ulseratif dan Crohn Disease IBS Keganasan kolorektal Hemoroid Diagnosis sementara : Carsinoma Colorektal dan Hemoroid 6. Bagaimanakah penegakkan diagnosis (interprestasi hasil lab pada pasien di kasus)? Pemeriksaan fisik : anemia Pemeriksaan rectal touche : divertikulitis, keganasan kolon. Hemoroid, dan peradangan.

7

Pemeriksaan laboratorium : Hb = 6 gr/dl (Anemia berat) WBC = 7000/mm3 (normal) LED = 20 mm/jam (normal) Trombosit = 250.000 / mm3 (normal) Hematokrit = 37% (normal) Feses : tidak normal (di karenakan ditemukan adanya leukosit dan eritrosit. Hal ini mengindikasikan hemorroid interna dan keganasan ).

8

D. STEP IV Analisis Masalah1. Jelaskan penyakit apa saja yang dapat terjadi pada colon! Secara patogenesisinya, penyakit pada colon dapat dibagi atas : PENYAKIT DIVERTIKULAR Pendahuluan: penyakit divertikular terjadi ketika kantong (diverticula) dalam usus, biasanya usus besar atau usus besar, menjadi meradang. diverticula Kebanyakan terjadi pada kolon sigmoid, bagian melengkung dari usus besar terdekat dengan rektum, dan mereka cenderung menjadi lebih banyak seperti yang kita usia. Diverticulosis adalah adanya diverticula banyak sepanjang dinding usus. Hal ini terjadi lebih umum di negara-negara seperti Amerika Serikat di mana diet umumnya rendah serat. Lebih dari 50% dari orang dewasa di atas usia 70 memiliki diverticula, dan 80% tidak menunjukkan gejala. Diverticulitis terjadi ketika satu atau lebih diverticula menjadi meradang. peradangan ini dapat lokal (hanya di daerah divertikulum), atau dapat menyebar ke lapisan perut (peritoneum), yang disebut peritonitis. Kecil (mikroskopis) atau perforasi besar (lubang di dinding usus) terjadi pada 15 - 20% dari orang-orang yang telah diverticula. Tanda dan Gejala: Seringkali diverticula tidak menimbulkan gejala, meskipun Anda mungkin mengalami penyimpangan dalam kebiasaan buang air besar. Jika gejala muncul, mereka mungkin termasuk yang berikut:

Perut sakit, terutama nyeri di sisi kiri perut setelah makan Entah pendarahan anus tanpa rasa sakit atau lewat darah dalam tinja Demam Mual

9

Muntah Irregular gerakan usus, termasuk sembelit atau diare Gas Kembung

Beberapa orang dengan diverticulitis mengembangkan fistula, atau lorong-lorong abnormal dari usus ke dalam perut atau organ lain seperti kandung kemih. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, gas dalam urin, nyeri saat kencing, atau kebutuhan yang lebih sering untuk buang air kecil. Beberapa orang mengembangkan peritonitis, suatu peradangan pada selaput perut. Gejala peritonitis mungkin termasuk sakit perut tiba-tiba, kejang otot, menjaga (disengaja kontraksi otot untuk melindungi daerah yang terkena), dan mungkin sepsis, istilah untuk infeksi yang telah menyebar ke darah. Peritonitis dapat mengancam jiwa bila tidak diobati. Apa Penyebab ini?: Penyebab penyakit divertikular tidak diketahui, tetapi beberapa faktor dapat menyebabkan perubahan dalam dinding usus besar. Ini termasuk penuaan, gerakan limbah melalui usus besar, perubahan tekanan usus, diet rendah serat, dan kelainan fisik. Siapa yang Paling Beresiko?: Faktor-faktor ini meningkatkan risiko pengembangan penyakit divertikular:

Rendah serat diet Lanjut usia (lebih dari separuh orang di atas usia 70 memiliki kondisi Kegemukan Male gender, untuk diverticulitis Asupan lemak tinggi Kurangnya aktivitas fisik secara teratur

tersebut)

Berikut ini dapat memberikan kontribusi juga:

Apa yang Diharapkan di Kantor Penyedia Anda: Dokter akan memeriksa perut Anda untuk nyeri, bengkak, dan menjaga dan mungkin mencoba untuk mendeteksi setiap massa yang tidak biasa di sekitar usus. Dokter mungkin juga tes darah, urine, dan feses untuk tanda-tanda infeksi atau

10

darah. A computed tomography (CT) scan, ultrasound, dan teknik pencitraan lain dapat membantu menemukan diverticula dan peradangan apapun, fistula, abses, atau kelainan lainnya. Pengobatan Pilihan: Pencegahan Untuk membantu mencegah penyakit diverticular:

Makan tinggi serat (25 - 35 g serat per hari), diet rendah lemak yang

mengandung banyak sayuran. Seperti diet juga bermanfaat untuk kesehatan secara keseluruhan, dan dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan kanker.

Hindari daging merah. Hindari makanan yang dapat menghalangi pembukaan divertikulum dan Latihan teratur.

menyebabkan peradangan, seperti benih.

Rencana Perawatan Untuk gejala ringan, dokter mungkin merekomendasikan diet cairan bening dan meresepkan antibiotik. Kasus yang lebih serius mungkin memerlukan rawat inap, intravena (IV) makan untuk beristirahat IV usus, antibiotik, dan antispasmodic IV, yang rileks usus. Makan makanan tinggi serat dan suplemen psyllium dapat mengambil bantuan berikut serangan. Terapi Narkoba Dokter mungkin meresepkan antibiotik untuk melawan infeksi, antispasmodic untuk menghilangkan kram, dan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Bedah dan Prosedur Lainnya Jika Anda telah mengulangi episode diverticulitis, respon yang buruk terhadap terapi medis, atau komplikasi lain, dokter anda dapat merekomendasikan menghapus bagian dari usus besar. Jika Anda memiliki komplikasi parah, atau jika kondisi Anda memburuk dalam 1 - 2 hari serangan, Anda mungkin memerlukan pembedahan segera. Komplementer dan Terapi Alternatif Nutrisi memainkan peranan penting dalam mencegah dan mengobati penyakit gastrointestinal, terutama diverticulosis. Anda dapat membantu meminimalkan

11

serangan dan meningkatkan hasil perawatan dengan mengikuti rekomendasi makanan tertentu. Nutrisi dan Suplemen Makan diet yang tinggi serat (25 - 35 g per hari). Makanan adalah sumber terbaik serat. Satu studi menunjukkan bahwa makanan berikut ini dikaitkan dengan rendahnya risiko penyakit divertikular: mentimun, selada, bayam, dan roti coklat. Makanan adalah sumber terbaik serat, namun Anda juga dapat menggunakan suplemen serat untuk meningkatkan jumlah serat Anda ambil di setiap hari. umum jenis suplemen serat termasuk serat larut suplemen seperti psyllium dan glukomanan (3 - 5 g per hari suplemen baik). Dokter mungkin juga menyarankan serat larut suplemen seperti biji rami dan dedak gandum, yang bisa kurang iritasi dari suplemen larut. Berbicara dengan dokter Anda untuk menemukan kombinasi yang tepat untuk Anda. Glutamin (400 mg 4 kali per hari, antara waktu makan) adalah asam amino yang ditemukan dalam tubuh yang membantu fungsi usus dengan baik. Meskipun tidak ada bukti bahwa glutamin membantu mengurangi gejala penyakit divertikular, mungkin bermanfaat bagi kesehatan usus secara keseluruhan. Jangan mengambil glutamin jika Anda diabetes atau kejang. Asam lemak Omega-3, seperti yang ditemukan dalam minyak ikan, dapat membantu melawan peradangan. (Di sisi lain, asam lemak omega-6, ditemukan dalam daging dan produk susu, cenderung meningkat peradangan.) Jika Anda memiliki diverticulitis, makan makanan yang kaya omega-3 asam lemak, atau mengambil suplemen (1.000 mg 1 - 2 kali per hari). Jenis diet juga dapat membantu mencegah kanker usus besar. Jangan mengambil dosis tinggi suplemen minyak ikan jika Anda berada di obat pengencer darah. Probiotik, seperti Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus plantarum, boulardii Saccharomyces (250 mg, diminum setiap hari di antara waktu makan) dan bifido, membantu menjaga kesehatan usus. Dalam sebuah penelitian, orang-orang yang diverticulitis lebih cenderung tetap gejala-bebas setelah 1 tahun ketika mereka diperlakukan dengan casei Lactobacillus dan mesalazine.

12

Herbal Herbal umumnya cara yang aman untuk memperkuat dan nada sistem tubuh. Seperti dengan terapi apapun, Anda harus bekerja dengan penyedia layanan kesehatan Anda untuk mendiagnosa masalah Anda sebelum melakukan perawatan apapun. Anda dapat menggunakan tumbuhan sebagai ekstrak kering (kapsul, bubuk, teh), glycerites (ekstrak gliserin), atau tincture (ekstrak alkohol). Kecuali dinyatakan lain, membuat teh dengan 1 sdt. ramuan per cangkir air panas. Curam ditutupi 5 - 10 menit untuk daun atau bunga, dan 10 - 20 menit untuk akar. Minum 2 - 4 cangkir per hari. Anda dapat menggunakan tincture sendiri atau dalam kombinasi seperti dicatat. Ramuan berikut ini sering digunakan untuk mengobati penyakit pencernaan:

Flaxseed (Linum usitatissimum) dapat membantu dalam mengobati

diverticulosis. Mengandung serat dan bekerja sebagai pencahar bulk-forming, kotoran lembek dan waktu transit ngebut melalui usus. Gunakan tanah flaxseed, 15 g per hari.

Slippery elm (Ulmus fulva) adalah suatu yg menawar rasa sakit

(melindungi jaringan jengkel dan mempromosikan penyembuhan). Ambil 60320 mg per hari. Atau campuran 1 sdt. bubuk dengan air dan minum 3 - 4 kali sehari.

Cat's cakar (Uncaria tomentosa, 250 mg per hari) adalah anti inflamasi. Wild yam (Dioscorea villosa, 2 - 4 g per hari dalam 2 - 3 dosis terbagi).

Berbicara dengan dokter Anda sebelum mengambil ubi liar jika Anda memiliki atau berisiko menderita kanker payudara, kanker prostat atau kondisi hormon dipengaruhi.

Marshmallow (Althaea officinalis) adalah yg menawar rasa sakit dan

emolien. Minum 1 cangkir teh 3 kali per hari. Untuk membuat teh, curam 2 5 g daun kering atau 5 g akar kering dalam satu cangkir air mendidih, saring, dan sejuk. marshmallow Hindari jika Anda memiliki diabetes.

Chamomile (Matricaria recutita), 1 - 3 cangkir teh per hari. Untuk

membuat teh, curam 3 bunga g kepala dalam 1 cangkir air mendidih, saring, dan sejuk.

13

Licorice (Glycyrrhiza glabra, 380 - 1.140 g per hari) dapat mengurangi

kejang dan peradangan pada saluran pencernaan. Jangan mengambil licorice untuk jangka waktu yang panjang, atau jika Anda memiliki tekanan darah tinggi atau gagal jantung. Carilah produk yang mengandung kebanyakan DGL, yang berarti mayoritas tekanan-darah meningkatkan komponen licorice telah dihapus. Homoeopati Sementara beberapa studi telah menguji efektivitas dari obat homeopati yang spesifik, homeopaths profesional mungkin merekomendasikan satu atau lebih dari pengobatan berikut untuk penyakit divertikular berdasarkan pengetahuan dan pengalaman klinis. Sebelum resep obat, homeopaths memperhatikan jenis konstitusional seseorang - makeup Anda fisik, emosional, dan intelektual. Sebuah homoeopat mengalami mengkaji semua faktor ketika menentukan obat yang paling tepat bagi seseorang.

Belladonna - digunakan untuk nyeri perut dan kram yang datang tiba-tiba

dan merasa lebih baik dengan tekanan kuat. Hal ini terutama bermanfaat jika sembelit menyertai rasa sakit.

Bryonia - digunakan untuk sakit perut yang memburuk dengan gerakan

dan lega oleh panas. Hal ini sangat berguna jika muntah atau sembelit dengan kering, bangku keras menyertai rasa sakit.

Colocynthis - digunakan untuk tajam, sakit kram perut yang

meningkatkan dengan tekanan. Hal ini sangat berguna jika nyeri disertai dengan kegelisahan dan diare. Akupunktur Akupunktur dapat membantu mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya. Akupunktur mengobati orang dengan penyakit divertikular berdasarkan penilaian individual ekses-ekses dan kekurangan qi (atau energi) yang terletak di berbagai meridian. Akupunktur dan pengobatan Cina pada umumnya dapat meningkatkan kesehatan pencernaan. Follow Up: Jika Anda mengembangkan demam, nyeri di perut, atau perdarahan dari dubur atau pada tinja, memberitahu penyedia layanan kesehatan Anda segera. Anda

14

mungkin rumah sakit karena demam tinggi dari 101 F, memburuk gejala, tandatanda peritonitis, atau meningkat jumlah sel darah putih yang ditemukan dalam tes laboratorium. Prognosis / Kemungkinan Komplikasi: Kebanyakan pasien dengan diverticulitis merespon dengan baik terhadap antibiotik dan istirahat usus. Sekitar sepertiga orang yang mengembangkan diverticulitis memiliki episode kedua, dan kelompok ini, setengah umumnya memiliki serangan ketiga. Sekitar 20% pasien mengalami komplikasi setelah serangan pertama, 60% setelah serangan kedua. Komplikasi bisa meliputi:

Suatu abses (kantong nanah) Diblokir usus Sebuah perforasi (lubang) dalam usus sepsis menyebabkan peritonitis,, Fistulas, yang juga dapat menyebabkan sepsis Perdarahan

dan bahkan shock

Peradangan : Inflamatory Bowel Disease (IBS) yang terdiri atas crohn disease dan kolitis ulseratif. Irritable Bowel Syndrome (IBS). PENYAKIT CROHN Penyakit Crohn (juga dikenal sebagai radang granulomatosa dan enteritis regional) adalah penyakit peradangan usus yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari saluran pencernaan dari anus ke mulut, menyebabkan berbagai gejala. Hal ini terutama menyebabkan sakit perut, diare (yang mungkin berdarah), muntah, atau penurunan berat badan, tetapi juga dapat menyebabkan komplikasi di luar saluran pencernaan seperti ruam kulit, rematik dan radang mata. Hal ini dipahami memiliki komponen lingkungan yang besar sebagai dibuktikan dengan meningkatnya jumlah kasus di negara-negara industri barat. Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh. Perokok tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit Crohn. penyakit Crohn mempengaruhi antara 400.000 dan 600.000 orang di Amerika Utara. Prevalensi

15

perkiraan untuk Eropa Utara telah berkisar 27-48 per 100.000. penyakit Crohn cenderung untuk menyajikan awalnya di remaja dan dua puluhan, dengan yang lain kejadian puncak pada tahun lima puluhan untuk tujuh puluhan, walaupun penyakit ini dapat terjadi pada semua usia. Pilihan pengobatan dibatasi untuk mengendalikan gejala, mempertahankan remisi dan mencegah kambuh. Epidemiologi Insiden penyakit Crohn sudah dipastikan dari studi populasi di Norwegia dan Amerika Serikat dan mirip pada 6 sampai 7.1:100,000. penyakit Crohn lebih umum di negara-negara utara, dan menunjukkan peristiwa yang lebih tinggi di daerah utara negara yang sama. Insiden penyakit Crohn diduga serupa di Eropa tetapi lebih rendah di Asia dan Afrika. Namun, perempuan hanya sedikit lebih dari laki-laki memiliki penyakit Crohn. Orang tua, saudara kandung atau anak orang dengan penyakit Crohn 3 sampai 20 kali lebih mungkin mengembangkan penyakit. Twin studi menunjukkan konkordansi lebih besar dari 55% untuk penyakit Crohn. Penyakit ini dinamai untuk pencernaan Amerika Burrill Bernard Crohn, yang pada tahun 1932, bersama dengan dua rekannya, dijelaskan serangkaian pasien dengan peradangan pada ileum terminal, daerah yang paling sering terkena penyakit. Untuk alasan ini, penyakit ini juga disebut ileitis regional Ada tiga kategori presentasi penyakit di Penyakit Crohn: stricturing, menembus, dan inflamasi. ''''Penyakit Stricturing menyebabkan penyempitan dari usus yang dapat menyebabkan obstruksi usus atau perubahan kaliber feses. Menembus''penyakit''menciptakan lorong-lorong yang abnormal (fistula) antara usus dan struktur lain seperti kulit. Penyakit inflamasi''''(atau non-stricturing, non-menembus penyakit) menyebabkan peradangan tanpa menyebabkan penyempitan atau fistula. penyakit usus inflamasi digambarkan oleh Giovanni Battista Morgagni (16821771), oleh dokter bedah Polandia Antoni Leniowski tahun 1904 (yang

16

mengarah ke penggunaan "eponym Leniowski-Crohn" penyakit di Polandia) dan oleh dokter Skotlandia T. Kennedy Dalziel pada tahun 1913. Burrill Bernard Crohn, seorang pencernaan Amerika di New York City's Mount Sinai Hospital, dijelaskan empat belas kasus pada tahun 1932, dan menyerahkan mereka kepada American Medical Association di bawah rubrik "Terminal ileitis: Sebuah entitas klinis baru". Belakangan tahun itu, ia, bersama dengan rekan Leon Ginzburg dan Gordon Oppenheimer menerbitkan serangkaian kasus ini sebagai "Daerah ileitis: patologi dan entitas klinis". Banyak orang dengan penyakit Crohn memiliki gejala selama bertahun-tahun sebelum diagnosis. Onset biasanya adalah antara 15 dan 30 tahun tetapi dapat terjadi pada semua usia. Karena sifat 'tambal sulam' penyakit gastrointestinal dan kedalaman keterlibatan jaringan, gejala awal dapat lebih jelas daripada dengan kolitis ulseratif. Orang dengan penyakit Crohn akan melalui periode flare-up dan remisi. Gejala gastrointestinal Nyeri perut mungkin gejala awal penyakit Crohn. Hal ini sering disertai dengan diare, khususnya pada mereka yang telah menjalani operasi. diare mungkin atau mungkin tidak berdarah. Orang yang telah menjalani operasi atau beberapa operasi sering berakhir dengan sindrom usus pendek dari saluran pencernaan. Sifat dari diare pada penyakit Crohn bergantung pada bagian dari usus kecil atau usus besar yang terlibat. Ileitis biasanya hasil besar volume tinja berair. Radang usus dapat mengakibatkan volume yang lebih kecil dari tinja frekuensi yang lebih tinggi. konsistensi tinja bisa berkisar dari padat ke berair. Pada kasus yang parah, seorang individu mungkin memiliki buang air besar lebih dari 20 per hari dan mungkin perlu terbangun di malam hari untuk buang air besar. Terlihat perdarahan dalam tinja kurang umum pada penyakit Crohn daripada kolitis ulseratif, tetapi dapat dilihat dalam pengaturan kolitis Crohn. penyakit Crohn mungkin berkaitan dengan primary sclerosing primer, jenis peradangan pada saluran empedu. perianal ketidaknyamanan mungkin juga

17

menonjol dalam penyakit Crohn. Gatal atau sakit di sekitar anus mungkin sugestif peradangan, fistulization atau abses di sekitar daerah dubur inkontinensia tinja dapat menyertai penyakit Crohn's peri-anal. Pada ujung saluran pencernaan, mulut dapat terpengaruh oleh luka non-penyembuhan (ulkus aphthous). Jarang, kerongkongan, dan perut mungkin terlibat dalam penyakit Crohn. Ini dapat menyebabkan gejala termasuk kesulitan menelan (disfagia), nyeri perut bagian atas, dan muntah. Gejala sistemik penyakit Crohn, seperti kronis lainnya, penyakit radang, dapat menyebabkan berbagai gejala sistemik. Demam juga dapat hadir, walaupun demam lebih dari 38,5 C (101.3 F) jarang terjadi kecuali ada komplikasi seperti abses Orang dengan penyakit usus yang luas kecil juga mungkin memiliki malabsorpsi karbohidrat atau lemak, yang selanjutnya dapat memperburuk penurunan berat badan . Ekstraintestinal gejala Selain keterlibatan sistemik dan gastrointestinal, penyakit Crohn dapat mempengaruhi banyak sistem organ lain. Peradangan bagian interior mata, yang dikenal sebagai uveitis, dapat menyebabkan rasa sakit mata, terutama bila terkena cahaya (fotofobia). Peradangan juga mungkin melibatkan bagian putih mata (sclera), suatu kondisi yang disebut episkleritis. Baik episkleritis dan uveitis dapat menyebabkan kehilangan penglihatan jika tidak diobati. Penyakit Crohn dikaitkan dengan jenis penyakit rheumatologic dikenal sebagai spondyloarthropathy seronegatif. Kelompok penyakit ini ditandai oleh peradangan dari satu atau lebih sendi (arthritis) atau insersi otot (enthesitis). arthritis ini dapat mempengaruhi sendi besar seperti lutut atau bahu atau eksklusif mungkin melibatkan sendi kecil dari tangan dan kaki. arthritis mungkin juga melibatkan tulang belakang, mengarah ke ankylosing spondylitis jika seluruh tulang belakang yang terlibat atau hanya sakroiliitis jika hanya tulang belakang bawah terlibat. Gejala-gejala arthritis termasuk menyakitkan, hangat, bengkak, sendi kaku dan kehilangan mobilitas sendi atau fungsi.

18

Penyebab pasti penyakit Crohn masih belum diketahui, walaupun lebih detail dan lebih banyak muncul dan telah menjadi jelas bahwa interaksi faktor lingkungan dan dalam penyakit genetik cenderung menyatu host. Faktor risiko genetik sekarang kurang lebih telah secara komprehensif dijelaskan, membuat penyakit Crohn penyakit genetik kompleks pertama yang latar belakang genetik telah diatasi .. Resiko relatif tertular penyakit ketika seseorang memiliki mutasi di salah satu gen risiko, bagaimanapun, adalah sebenarnya sangat rendah (sekitar 1:200). Secara umum, data genetik menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh bawaan pada pasien dengan kerusakan penyakit Crohn, dan penilaian langsung dari kekebalan pasien menegaskan gagasan ini .. Hal ini telah menyebabkan anggapan bahwa penyakit Crohn harus dipandang sebagai defisiensi imun bawaan, peradangan kronis yang disebabkan oleh kekebalan adaptif mencoba untuk mengkompensasi penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh bawaan. Genetika Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penyakit Crohn mungkin memiliki link genetik. Penyakit ini berjalan dalam keluarga dan mereka yang memiliki saudara dengan penyakit tersebut adalah 30 kali lebih mungkin untuk mengembangkannya daripada populasi normal. latar belakang etnis juga merupakan faktor risiko. Mutasi pada gen CARD15 (juga dikenal sebagai gen NOD2) berhubungan dengan penyakit Crohn dan dengan kerentanan terhadap fenotip tertentu dari lokasi penyakit dan aktivitas. Dalam studi sebelumnya, hanya dua gen terkait dengan Crohn, tetapi para ilmuwan sekarang percaya ada lebih dari tiga puluh gen yang menunjukkan genetika berperan dalam penyakit ini, baik secara langsung atau tidak langsung melalui sebab-akibat sebagai dengan variabel mediator. Anomali pada gen XBP1 baru-baru ini telah diidentifikasi sebagai faktor, menunjuk ke arah peranan untuk dilipat protein jalur respon dari retikulum endoplasmatic dalam penyakit usus inflamasi.

19

Faktor-faktor lingkungan Diet ini diyakini terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi di bagian dunia industri. Merokok telah terbukti dapat meningkatkan risiko kembalinya penyakit aktif, atau "flare". Pengenalan kontrasepsi hormonal di Amerika Serikat pada tahun 1960 terkait dengan peningkatan dramatis dalam angka kejadian penyakit Crohn. Meskipun hubungan kausal belum efektif ditampilkan, masih ada kekhawatiran bahwa obat-obatan ini bekerja pada sistem pencernaan dengan cara yang mirip dengan merokok. Sistem kekebalan Kelainan pada sistem kekebalan tubuh sering dipanggil sebagai penyebab penyakit Crohn. Penyakit Crohn dianggap penyakit autoimun, dengan peradangan dirangsang oleh T-aktif selama jam 1 respon sitokin. Namun, barubaru ini lebih banyak bukti menunjukkan bahwa T h 17 adalah lebih penting dalam penyakit. Gen terbaru akan terlibat dalam penyakit Crohn adalah ATG16L1, yang dapat menyebabkan autophagy dan menghalangi kemampuan tubuh untuk menyerang bakteri invasif. Bertentangan dengan pandangan yang berlaku bahwa penyakit Crohn adalah sel T utama gangguan autoimun, ada sebuah badan peningkatan bukti yang mendukung hipotesis bahwa penyakit Crohn hasil dari gangguan imunitas bawaan. The imunodefisiensi, yang telah terbukti karena (setidaknya sebagian) sekresi sitokin dirugikan oleh makrofag, diperkirakan mengakibatkan respons inflamasi berkelanjutan mikroba-induced, khususnya di usus besar di mana beban bakteri sangat tinggi. Mikroba Berbagai bakteri patogen pada awalnya dicurigai sebagai agen penyebab penyakit Crohn. Namun, profesional kesehatan yang paling perawatan sekarang percaya bahwa berbagai mikroorganisme mengambil keuntungan dari lapisan mukosa melemah tuan rumah mereka dan ketidakmampuan untuk bakteri jelas dari dinding usus, baik gejala penyakit. Beberapa studi telah

20

menyarankan

bahwa''''Mycobacterium

avium

subsp.

Paratuberculosis''''memainkan peran dalam penyakit Crohn, sebagian karena menyebabkan penyakit yang sangat mirip, penyakit Johne, dalam ternak. Antigen bantalan mannose (mannins) dari ragi juga dapat menimbulkan respons antibodi. Penelitian lain terkait jenis spesifik enteroadherent''E. coli''pada penyakit. Namun, hubungan antara jenis-jenis bakteri dan penyakit Crohn masih belum jelas. Beberapa studi telah menyarankan bahwa beberapa gejala penyakit Crohn, kolitis ulserativa dan irritable bowel syndrome memiliki penyebab yang sama. Biopsi sampel yang diambil dari titik dua dari ketiga kelompok pasien ditemukan untuk menghasilkan peningkatan kadar protease serin. Eksperimental pengenalan protease serin ke tikus telah ditemukan untuk menghasilkan nyeri luas yang berhubungan dengan sindrom iritasi usus serta colitis, yang berhubungan dengan ketiga penyakit. Para penulis studi yang tidak dapat mengidentifikasi sumber protease, tapi review terpisah mencatat bahwa variasi regional dan temporal pada mereka yang mengikuti penyakit yang terkait dengan infeksi dengan protozoa kurang dipahami, Blastocystis. Sebuah penelitian pada tahun 2003 dikemukakan sebuah "rantai dingin" hipotesis, bahwa bakteri psychrotrophic seperti Yersinia spp dan Listeria spp berkontribusi terhadap penyakit. Sebuah statistik korelasi ditemukan antara munculnya penggunaan pendinginan di Amerika Serikat dan berbagai bagian Eropa dan munculnya penyakit. Kemudian penelitian telah memberikan dukungan untuk hipotesis ini. Studi yang dilakukan di University of Liverpool telah menawarkan ide-ide yang akan menjelaskan hubungan nyata antara penyakit Crohn, tuberculosis, bakteri patogen lainnya, dan spidol genetik. Dalam banyak individu faktor genetik mempengaruhi individu untuk Mycobacterium avium subsp. paratuberculosis infeksi. Bakteri ini kemudian menghasilkan mannins yang melindungi baik itu sendiri dan berbagai bakteri dari fagositosis, yang

21

menyebabkan berbagai infeksi sekunder. mikobakteri penyakit lain, seperti kusta dan TBC dapat dianggap sama dalam bahwa mereka memiliki komponen genetik yang kuat.

Diagnosis Diagnosis penyakit Crohn kadang-kadang dapat menantang, membantu dalam diagnosis endoskopik. Endoskopi colonoscopy adalah tes terbaik untuk membuat diagnosis penyakit Crohn karena memungkinkan visualisasi langsung dari usus besar dan ileum terminal, mengidentifikasi pola keterlibatan penyakit. Kadang-kadang, kolonoskop bisa melakukan perjalanan masa lalu ileum terminal tetapi bervariasi dari pasien ke pasien. Selama prosedur, pencernaan juga dapat melakukan biopsi, mengambil sampel kecil jaringan untuk analisis laboratorium yang dapat membantu mengkonfirmasikan diagnosis. Pada 30% dari penyakit Crohn hanya melibatkan ileum, Tes radiologis Sebuah usus kecil tindak lanjut mungkin menyarankan diagnosis penyakit Crohn dan berguna bila penyakit hanya melibatkan usus kecil. Karena colonoscopy dan gastroskopi memungkinkan visualisasi langsung hanya ileum terminal dan awal duodenum, mereka tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi sisa dari usus kecil. Akibatnya, barium tindak melalui x-ray, dimana suspensi barium sulfat yang tertelan dan gambar fluoroscopic dari usus yang diambil dari waktu ke waktu, berguna untuk mencari peradangan dan penyempitan dari usus kecil. Barium enema, dimana barium dimasukkan ke dalam rektum dan fluoroskopi digunakan untuk gambar usus, jarang digunakan dalam-up penyakit Crohn bekerja karena munculnya kolonoskopi. Mereka tetap berguna untuk mengidentifikasi kelainan anatomi ketika penyempitan dari usus besar terlalu kecil untuk kolonoskop melewati, atau dalam deteksi fistula kolon.

22

CT dan MRI scan berguna untuk mengevaluasi usus kecil dengan enteroclysis protocols.They adalah tambahan berguna untuk mencari komplikasi intraabdomen penyakit Crohn seperti abses, obstruksi usus kecil, atau fistula. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah pilihan lain untuk pencitraan usus kecil serta mencari komplikasi, meskipun itu lebih mahal dan kurang tersedia Tes darah Hitung darah lengkap dapat mengungkapkan anemia, yang mungkin disebabkan baik oleh kehilangan darah atau kekurangan vitamin B. Yang terakhir ini dapat dilihat dengan ileitis karena vitamin B diserap di ileum. Tingkat sedimentasi eritrosit, atau ESR, dan pengukuran protein C-reaktif juga dapat berguna untuk mengukur tingkat peradangan. Hal ini juga berlaku pada pasien dengan ilectomy dilakukan dalam menanggapi komplikasi. Penyebab lain anemia adalah anemia penyakit kronis, ditandai oleh anemia yang mikrositik dan hipokrom. Ada bisa berbagai alasan untuk anemia, termasuk obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan penyakit radang usus seperti azathioprine yang dapat menyebabkan sitopenia dan sulfasalazine yang juga dapat mengakibatkan malabsorpsi folat, dll Pengujian untuk cerevisiae anti-''Saccharomyces''antibodi (Asca) dan antibodi anti-sitoplasma neutrofil (Anca) telah dievaluasi untuk mengidentifikasi penyakit radang dari usus dan untuk membedakan penyakit Crohn dari kolitis ulserativa. Selanjutnya, peningkatan jumlah dan tingkat antibodi serologi seperti Asca, ALCA antilaminaribioside, anti-chitobioside (GlcNAc, (1 4) GlcNAc (); ACCA], antimannobioside anti-Laminarin [GLC (1, 3)) 3n (GLC (1, 6)) n; anti-L dan anti-kitin asosiasi anti-C dengan perilaku penyakit dan operasi, dan dapat membantu dalam prognosis penyakit Crohn. Perbandingan dengan KOLITIS ULSERATIF Penyakit yang paling umum yang meniru gejala penyakit Crohn adalah ulcerative colitis, karena keduanya merupakan penyakit radang usus yang dapat

23

mempengaruhi usus besar dengan gejala yang sama. Adalah penting untuk membedakan penyakit ini, karena perjalanan penyakit dan perawatan mungkin berbeda. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, tidak mungkin untuk membedakan, dalam hal penyakit itu diklasifikasikan sebagai kolitis tak tentu. Keterlibatan sekitar keterlibatan saluran anus Common Jarang Empedu Tidak ada peningkatan tingkat primer primary sclerosing Tingkat Tinggi Pembagian wilayah Patchy Penyakit peradangan (Skip lesi) daerah terus menerus peradangan Dalam kasus-kasus di mana pengampunan mungkin, kambuh dapat dicegah dan gejala dikendalikan dengan pengobatan , perubahan gaya hidup dan dalam beberapa kasus, pembedahan. Dikendalikan secara memadai, penyakit Crohn tidak mungkin secara signifikan membatasi kehidupan seharihari. Pengobatan untuk penyakit Crohn hanya bila gejala yang aktif dan melibatkan pertama mengobati masalah akut, kemudian mempertahankan remisi. penyakit Crohn adalah kondisi kronis yang ada saat ini tidak ada obatnya. Hal ini ditandai dengan periode peningkatan diikuti oleh episode ketika gejala menyala. Dengan pengobatan, kebanyakan orang mencapai ketinggian sehat dan berat badan, dan tingkat kematian penyakit ini relatif rendah. Namun, penyakit Crohn dihubungkan dengan peningkatan risiko usus kecil dan karsinoma kolorektal, termasuk kanker usus. Terapi pengobatan akut menggunakan obat untuk mengobati infeksi apapun (biasanya antibiotik) dan untuk mengurangi peradangan (obat aminosalicylate biasanya anti-inflamasi dan kortikosteroid). Ketika gejala berada dalam pengampunan, pengobatan memasuki pemeliharaan dengan tujuan menghindari terulangnya gejala. penggunaan kortikosteroid jangka panjang memiliki efek samping yang signifikan-, sebagai akibatnya mereka umumnya tidak digunakan untuk pengobatan jangka panjang. Alternatif termasuk aminosalicylates sendiri, walaupun hanya minoritas mampu menjaga pengobatan, dan banyak

24

memerlukan

obat

imunosupresif.,

Certolizumab

dan

natalizumab.

Hidrokortison harus digunakan dalam serangan parah penyakit Crohn. Perubahan gaya hidup perubahan gaya hidup tertentu dapat mengurangi gejala, termasuk pengaturan pola makan, hidrasi yang tepat dan berhenti merokok. Makan makanan kecil sering bukan makan besar juga dapat membantu dengan nafsu makan rendah. Untuk mengelola gejala memiliki diet yang seimbang dengan kontrol porsi yang tepat. Kelelahan bisa dibantu dengan olahraga teratur, diet sehat dan tidur yang cukup. Sebuah buku harian makanan dapat membantu dengan mengidentifikasi makanan yang memicu gejala. Beberapa pasien harus mengikuti diet rendah serat untuk mengendalikan gejala terutama jika makanan fiberous menimbulkan gejala. Untuk pasien dengan obstruksi karena striktur, dua pilihan untuk perawatan strictureplasty dan reseksi dari bagian usus. Tidak ada signifikansi statistik antara strictureplasty sendirian versus strictureplasty dan reseksi dalam kasus keterlibatan duodenum. Dalam kasus ini, kembali operasi tarif adalah 31% dan 27%, masing-masing, menunjukkan strictureplasty itu adalah pengobatan yang aman dan efektif bagi pasien yang dipilih dengan keterlibatan duodenum. Dalam beberapa kasus SBS, operasi transplantasi usus dapat dipertimbangkan, meskipun jumlah pusat transplantasi menawarkan prosedur ini cukup kecil dan dilengkapi dengan risiko tinggi karena kemungkinan infeksi dan penolakan transplantasi usus. Para peneliti di University College London telah mempertanyakan kebijaksanaan menekan sistem kekebalan tubuh dalam Crohn, sebagai masalah, mungkin timbul satu-bawah aktif daripada sistem kekebalan over-aktif: studi mereka menemukan bahwa pasien Crohn menunjukkan respons abnormal rendah untuk infeksi yang diperkenalkan , ditandai dengan aliran miskin darah ke luka, dan meningkatkan respon ketika pasien diberi sildenafil citrate.

25

Studi terbaru menggunakan terapi obat cacing atau cacing kait untuk mengobati Crohn's Disease dan lainnya (non-load) penyakit auto-imun tampaknya hasil yang menjanjikan. Komplementer dan pengobatan alternatif Lebih dari separuh penderita penyakit Crohn telah mencoba terapi komplementer atau alternatif. Ini termasuk diet, probiotik, minyak ikan dan suplemen herbal dan nutrisi lainnya. Manfaat obat ini tidak pasti. * Akupunktur digunakan untuk mengobati penyakit usus inflamasi di Cina, dan sedang digunakan lebih sering di masyarakat Barat. Namun, ada sedikit bukti bahwa akupunktur memiliki manfaat luar efek plasebo, meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan umum dan penurunan kecil di tanda peradangan darah-terikat. * Metronidazole dan ciprofloxacin antibiotik yang digunakan untuk mengobati Crohn yang memiliki keterlibatan kolon atau perianal, walaupun menggunakan ini belum disetujui oleh Food and Drug Administration. Mereka juga digunakan untuk pengobatan komplikasi, termasuk abses dan infeksi lain yang menyertai penyakit Crohn. * Ganja dapat digunakan untuk mengobati Crohn's Disease dengan sifat antiinflamasi. Ganja dan obat ganja yang diturunkan juga dapat membantu untuk menyembuhkan lapisan usus. Komplikasi penyakit Crohn dapat mengakibatkan komplikasi beberapa mekanik dalam usus, termasuk obstruksi, fistula, dan abses. Obstruksi biasanya terjadi dari penyempitan atau adhesi yang mempersempit lumen, menghalangi bagian dari isi usus. Fistula dapat berkembang antara dua loop dari usus, antara usus dan kandung kemih, antara usus dan vagina, dan antara usus dan kulit. Abses yang berdinding off koleksi infeksi, yang dapat terjadi pada perut atau di daerah perianal pada penderita penyakit Crohn. penyakit Crohn juga meningkatkan risiko kanker di daerah peradangan. Misalnya, orang dengan penyakit Crohn melibatkan usus kecil berada pada

26

risiko tinggi untuk kanker usus kecil. Demikian pula, orang dengan kolitis Crohn memiliki resiko relatif 5,6 untuk mengembangkan kanker usus besar. Skrining untuk kanker usus besar dengan kolonoskopi direkomendasikan bagi siapa saja yang memiliki kolitis Crohn setidaknya selama delapan tahun. Beberapa studi menunjukkan bahwa ada peran untuk chimioprotection dalam pencegahan kanker kolorektal di Crohn melibatkan usus besar, dua agen telah diusulkan, folat dan preparat mesalamine. Individu dengan penyakit Crohn beresiko gizi buruk karena berbagai alasan, termasuk asupan makanan menurun dan malabsorpsi. Meningkatkan risiko berikut reseksi dari usus kecil. individu tersebut mungkin memerlukan suplemen oral untuk meningkatkan asupan kalori mereka, atau dalam kasus yang parah, nutrisi parenteral total (TPN). Kebanyakan orang dengan penyakit Crohn sedang atau berat adalah dirujuk ke ahli gizi untuk bantuan di bidang nutrisi. penyakit Crohn dapat menimbulkan komplikasi yang signifikan termasuk obstruksi usus, abses, perforasi bebas dan perdarahan. penyakit Crohn dapat menjadi masalah selama kehamilan, dan beberapa obat dapat menyebabkan hasil yang merugikan untuk janin atau ibu. Konsultasi dengan dokter kandungan dan pencernaan tentang penyakit Crohn dan semua obat-obatan memungkinkan tindakan pencegahan yang harus diambil. Dalam beberapa kasus, remisi dapat terjadi selama kehamilan. obat tertentu juga dapat mempengaruhi jumlah sperma atau sebaliknya mungkin mempengaruhi kemampuan pria untuk hamil IBS (IRRITABLE BOWEL DISEASE) Irritable bowel syndrome merupakan suatu gangguan fungsional dari gatrointestinal yang ditandai oleh rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut dan perubahan kebiasaan defekasi tanpa penyebab organik. Walaupun setelah dilakukan test darah, X- ray dan colonoscopy tidak akan ditemukan kelainan yang dapat menjelaskan timbulnya gejala-gejala tersebut diatas.

27

Irritable Bowel Syndrome merupakan penyakit yang umum diderita oleh 912% dari populasi di dunia Sekitar 15% populasi orang dewasa di Amerika mengeluhkan gejala-gejala yang sesuai dengan IBS, dimana 12% mencari pertolongan dokter serta sekitar 25-50% dikonsulkan ke Gastroenterologik, merupakan jumlah yang menonjol dalam kunjungan puskesmas dan merupakan kedua tertinggi penyebab tidak masuk kerja setelah influensa. Sementara kekerapannya di Asia Tenggara lebih jarang yaitu sekitar kurang dari 5%. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan metode survey, kriteria yang digunakan ataupun jumlah populasi yang diteliti. Penyakit ini diderita pada semua jenis usia dan juga pada kedua jenis kelamin. Namun lebih sering terjadi pada orang dewasa yang berusia 30-40 tahun, jarang terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Wanita lebih sering menderita IBS dibandingkan dengan pria dengan ratio wanita banding pria yaitu 2:1. Walaupun belum dapat dibuktikan namum IBS cenderung menurun dalam keluarga. Beberapa ahli sedang melakukan penelitian untuk mengetahui apakah perbedaan etnik mempengaruhi gejala terjadinya IBS. Sekitar 8-20% populasi di dunia menderita IBS dan sekitar 60-70% diantaranya adalah wanita, namun di India dan Srilangka IBS lebih sering terjadi pada pria. IBS lebih sering muncul di Jepang dibandingkan dengan Belanda dengan perbandingan persentase (25% : 9%). Prevalensi terjadinya IBS sangat tinggi di Negeria dan sekitar 48%nya adalah wanita. Orang kulit putih di Amerika lebih sering menderita IBS dibandingkan orang Hispanik (21,8% : 16,9%). Prevalnsi terjadinya IBS di Thailand sangat rendah. Faktor budaya seperti pola makan dan sosial ekonomi memegang peranan penting dalam terjadinya IBS. Pada kota El-Paso yaitu kota perbatasan antara Amerika Serikat dengan Mexico dimana terdapat 2 budaya yang berbeda, orang kulit putih lebih sering melaporkan timbulnya gejala IBS dibandingkan Hispanik namun setelah

28

dilakukan pengontrolan perbedaan sosial ekonomi dan pola makan, perbedaan etnik ini tidak lagi menujukkan perbedaan yang berarti. Irritable Bowel Syndrom adalah suatu kondisi kronik dari saluran cerna bagian bawah. Gejala IBS meliputi nyeri abdomen, perut terasa meregang, kembung dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perubahan kebiasaan defekasi. Terdapat 3 sub kategori dari IBS bila dilihat dari 3 gejala utama yaitu nyeri yang berhubungan diare, nyeri yang berhubungan dengan konstipasi dan nyeri yang disertai diare dan konstipasi. (Gambar 1).

Gambar. Tiga subkategori gejala dari IBS Setiap pasien memiliki gejala yang unik, ada yang gejalanya hilang timbul namun ada juga yang menetap bahkan sampai menggangu kehidupan. IBS bukan penyakit yang akan menjadi serius, dan tidak akan memperpendek waktu hidup seseorang yang terkena penyakit ini. IBS bukan merupakan penyakit inflamasi, infeksi atau suatu keganasan, lebih lanjut lagi IBS bukan merupakan gangguan psikis walaupun sangat berkaitan dengan emosional dan sosial stres yang dapat mempengaruhi onset dan beratnya gejala. Gambaran utama dari sindrom ini meliputi disfungsi motilitas, sensasi dan SSP. Disfungsi motilitas dapat bermanifestasi berupa spasme otot. Otot dapat berkontraksi secara lambat atau bahkan bertambah cepat. Peningkatan sensitifitas atau stimulasi dapat menyebabkan nyeri atau rasa tidak nyaman pada abdomen2.

29

Etiologi Penyebab dari IBS tidak diketahui secara pasti. Dokter mengatakan bahwa penyakit ini merupakan gangguan fungsional karena tidak akan ditemukan kelainan ketika kolon diperiksa. Para peneliti telah menyimpulkan bahwa penyebab dari IBS adalah gabungan dari beberapa faktor yang akan mengakibatkan gangguan fungsional dari usus. Faktor-faktor yang dapat mengganggu kerja dari usus adalah sebagai berikut : 1. Faktor psikologis Stress dan emosi dapat secara kuat mempengaruhi kerja kolon. Kolon memiliki banyak saraf yang berhubungan dengan otak. Seperti jantung dan paru, sebagian kolon dikontol oleh SSO, yang berespon terhadap stress. Sebagai comtoh pada saat kita takut detak jantung kita akan bertambah cepat dan tekanan darah akan naik. Begitu pula dengan kolon, kolon dapat berkontraksi secara cepat atau sebaliknya. Para peneliti percaya bahwa sistim limbik ikut terlibat. Pada percobaan dengan binatang, perangsangan stress akan menyebabkan pelepasan faktor kortikotropin. 2. Sensitivitas terhadap makanan Gejala IBS dapat ditimbulkan oleh beberapa jenis makanan seperti kafein, coklat, produ-produk susus, makanan berlemak, alkohol, sayur-sayuran yang dapat memproduksi gas ( kol dan brokoli) dan minuman bersoda 3. Genetik Beberapa penelitian menyatakan bahwa ada kemungkinan IBS diturunkan dalam keluarga. 4. Peneliti menemukan bahwa gejala IBS sering muncul pada wanita yang sedang menstruasi, mengemukakan bahwa hormon reproduksi dapat meningkatkan gejala dari IBS

30

5. Obat obatan konvensional Banyak pasien yang menderita IBS melaporkan bertambah beratnya gejala setelah menggunakan obat-obatan konvensional seperti antibiotik, steroid dan obat anti inflamasi. Patofisiologi Traktus gastrointestinal bagian bawah dibagi menjadi 5 bagian yaitu : saekum, kolon asenden, kolon transversum kolon desenden dan rectum. Usus besar dimulai dari saekum yang memiliki panjang 2-3 inci. Ileum mengosongkan isisnya kedalam saekum melalui katup iliosekal. Apendiks berada dibawah sekum. Kolon asenden memanjang dari saekum sepanjang dinding posterior kanan abdomen. Dibawah rusuk menuju pemukaan bawah dari liver. Kemudian ia berubah menjadi kolon transversum. Bagian tranversum berjalan melintang rongga abdomen menuju limpa dan naik keatas dada dibawah rusuk dan kemudian menuju kebawah melaui fleksura splenic. Berlanjut pada sisi kiri abdomen ialah kolon desenden dan akan berjalan ke medial bawah membentuk sigmoid dan kemudian rektum dan anus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Usus besar mmemiliki panjang kira-kira 5 6 kaki dan diameter 2 inchi. Kelenjar memproduksi sejumlah besar mucus alkaline ke dalam usus besar dan mucus ini akan melumasi isi dari usus dan akan menetralisir asam yang dibentuk oleh bakteri dalam usus. Bakteri usus besar mensintesis vitamin K dan beberapa vitamin B. Bakteri ini membantu dekomposisi makanan yang tidak tercerna, karbohidrat yang tidak diabsorpsi, sel debris, asam amino dan bakteri yang mati melalui proses segmentasi dan dekomposisis bahan bahan yang beracun yang dihasilkan oleh bakteri atau jamur. .Asam lemak rantai pendek dibentuk oleh bakteria dari karbohidrat komplek yang tidak diabsorpsi.

31

Menghasilkan energi untuk sel kolon sebelah kiri. Pembentukan beberapa gas seperti NH3, CO2, H2, H2S dan CH4 membantu pembentukan flatus di kolon. System enterik terutama terdiri dari 2 pleksus yaitu pleksus mienterikus atau usus aurbach yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkuler dan pleksus submukosa atau meissner yang terletak di submukosa. Pleksus mienterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal dan pleksus submukosa terutam,a mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal. Bila pleksus dirangsang efeknya yang utama adalah peningkatankontraksi tonik dinding usus, peningkatan intensitas kontraksi ritmis, peningkatan kecepatan irama kontraksi, peningkatan kece[atan konduksi gelombang eksitatoris di sepanjang dinding usus, menyebabkan pergerakan gelombang peristaltic yang lebih cepat. Terdapat 2 jenis peristaltic yaitu peristaltic propulsive yaitu kontraksi yang lamban dan tidak teratur yang berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan menyumbat beberapa haustra. Peristaltic massa merupakan kontrajsi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltic ini menggerakan massa feses ke depan dan akhirnya merangsang defekasi. Patofisiologi terjadinya IBS merupakan kombinasi dari beberapa faktor yaitu hipersensitivitas visceral, gangguan motilitas usus, ketidakseimbangan neurotransmitter, infeksi dan faktor psikososial. Disfungsi motorik juga berperan dalam terjadinya beberapa gejala dari IBS seperti nyeri abdomen, Keinginan defekasi yang segera, pergerakan usus postprandial. Pengosongan kolon dan usus kecil yang cepat dilaporkan terjadi pada beberapa pasien yang gejala utamanya adalah diare. Pasien yang gejala utamanya adalah konstipasi dapat terjadi gangguan defekasi. Hipersensitifitas dari kolon dan rektal yang disebut juga dengan hyperalgesia viseral juga merupakan faktor yang sangat penting dalam timbulnya gejala. Dapat terjadi peningkatan rangsangan dari saraf dorsal horn pada cornu dorsalis, suatu area yang kaya akan neurotransmitar seperti katekolamin dan serotinin. Sel enteroendokrin menstransmisi pesan mekanilk dan kimiawi. Komunikasi antara usus dan otak menghasilkan respon refleks yang dimediasi dalam tiga tingkat yaitu ganglia prevertebral, kord spinal dan batang otak. 5-HT, substansi P, CGRP, norephineprin, opiat kappa dan nitrat oksida semuanya terlibat dalam

32

persepsi dan respon otonom terhadap stimulasi viseral. Sensasi disalurkan dari viskus ke persepsi sadar melalui serat saraf vagal dan parasimpatik. Serat aferen pada akar dorsal ganglion bersinap dengan saraf dorsal horn. Sinyal ini menghasilkan refleks yang mengontrol motorik dan fungsi sekretorik saat mereka bersinap melalui jalur eferen pada ganglia prevertebral dan korda spinal. Gejala klinis Keluhan IBS dapat dibagi atas keluhan intestinal dan ekstraintestinal. Karakteristik dari IBS adalah rasa tidak nyaman atau nyeri perut bisa disertai atau tidak disertai oleh perubahan kebiasaaan defekasi atau gangguan defekasi. Nyeri abdomen kronis dengan lokasi abdomen bagian bawah umumnya sisi kiri dan sifatnya kolik disertai rasa kram dan kambuh secara berkala. Rasa nyeri biasanya timbul setelah bangun pada pagi hari, sarapan, pada saat stress atau pada saat menstruasi pada wanita dan akan mereda setelah defekasi. Gejala lain yang menyertai biasanya perubahan kebiasaan defekasi dapat berupa diare, konstipasi atau diarea yang diikuti dengan konstipasi. Diare terjadi dengan karakteristik feses yang lunak dengan volume yang bervariasi. Biasanya terjadi pada waktu bangun tidur pagi hari atau setelah makan. Konstipasi dapat terjadi beberapa hari sampai bulan dengan diselingi diare atau defekasi yang normal. Bentuk feses keras dapat seperti tahi kambing. Selain itu pasien juga sering mengeluh perutnya terasa kembung dengan produksi gas yang berlebihan dan melar, feses disertai mucus, keinginan defekasi yang tidak bisa ditahan dan perasaan defekasi tidak sempurna. Gejala gangguan fungsional gastrointestinal lain yang sering menyertai adalah nyeri dada, dada seperti terbakar, nausea, dispepsia, kesulitan menelan dan rasa mengganjal pada tenggorokan. Gejala-gejala intestinal dari IBS dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1: Gejala intraintestinal IBS

Rasa mengganjal pada tenggorokan Nyeriperut, kembung dan membengkak Susah menelan Nyeri pd daerah pelvis, rektum dan anus

33

Nyeri dada Konstipasi Mual Diare Muntah Perasaan tidak lampias pada saat Defekasi Perasaan terbakar pada dada Terdapat mukus pada feses Rasa penuh pada epigastrium

Selain gejala intestinal juga terdapat gejala-gejala ekstraintestinal yang meliputi nyeri kepala, gangguan tidur, gangguan stress yang disebabkan oleh trauma, nyeri pelvis atau pinggang dan anxietas. Fibriomialgia dan sistitis intestinal juga sering timbul pada pasien denga IBS. Gejala ekstraintestinal lain yang dapat ditemukan pada pasien IBS dibawah ini. Gejala Ekstraintestinal pada IBS

Fibromialqia Bernafas pendek Lemas dan kekurangan energi Nyeri dada Insomnia Nyeri perut Nyeri Kepala Sakit bagian belakang Nyeri pada rahang Nyeri Pelvis Perasaan tidak sehat Nyeri pada saat menstruasi Susah konsentrasi Menurunnya kemampuan seksual Gangguan miksi

34

Pada beberapa keadaan, gejala IBS ini harus dibedakan dengan penyakit kolon inflamasi yaitu kolik ulseratif atau penyakit chron. Kedua kelainan ini sangat berbeda baik dari gejala klinis maupun pengobatannya. Akan tetapi kedua jenis kelainan ini juga bisa didapatkan bersama sama. Pada tabel 3. Dapat dilihat perbedaan antara irritable bowel syndrome dengan irritable bowel disease. Tabel . Perbedaan antara IBS dengan IBD Patologi IBS IBS merupakan IBD gangguanIBD adalah suatu kondisi yang sebagai suatu

fungsional tanpa disertai adanyadigambarkan

inflamasi atau ulseratif padainflamasi dal ulserasi pada saluran Gejala saluran cerna cerna Pasien dengan IBS dapat disertaiPasien dengan IBD biasanya lendir pada fesesnya tapi tidakmenderita diare yang disertai darah ada darah Pasien IBS menderita lebih konstipasi banyakPasien biasanya lebih banyak ataumenderita diare dibandingkan

konstipasi yang diselingi dengandengan konstipasi Pemeriksaan Prognosis diare Tes feses, X-ray dan endoskopiTampak kelainan pada X-ray dan tidak menunjukan kelainan endoskopi IBS tidak berbahaya dan tidakIBD adalah penyakit serius dengan menimbulkan komplikasi kanker efek samping yang besar dan dapat berkembang menjadi kanker Frekuensi terjadinya IBS bervariasi pada tiap orang, ada yang sering mengalami episode dari IBS namun ada juga yang mengalami bebas gejala selama beberapa periode. Beberapa pasien gejala utamanya adalah diarea sementara yang lainnya gejala utamanya ialah konstipasi.

Diagnosis

35

Karena tidak ada marker diagnosa yang dapat digunakan untuk menegakkan IBS, diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang timbul dan dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang dapat memiliki gejala yang sama seperti kolitis ulseratif, kanker kolon, divertikulosis, parasit, disentri dan penyakit infeksi lainnya. Untuk dapat memastikan diagnosa IBS, biasanya dokter melakukan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Meneliti Riwayat Penyakit Dokter sebaiknya meneliti riwayat penyakit yang meliputi gambaran dari gejala yang dirasakan oleh pasien dengan hati-hati. Gejala-gejala yang biasanya mendukung diagnosa IBS adalah : - Nyeri abdomen yang berkurang dengan defekasi - Lebih seringnya pergerakan usus yang seiring dengan timbulnya nyeri - Distensi atau kembung pada abdomen - Rasa tidak puas saat BAB - Terdapat mucus pada rectum. 2. Pemeriksaan Fisik Walau bagaimanapun pemeriksaan fisik harus dilakukan pada semua pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan sementara untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Pasien IBS memiliki penampilan seperti orang sehat pada umumnya, tidak ada kelainan yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik pada pasien IBS. 3. Test Laboratorium Test laboratorium meliputi hitung darah lengkap, test kimia darah, test fungsi liver dan pengukuran thyrotropin. Feses juga akan ditest untuk mengetahui apakah ada perdarahan dengan menggunakan test kimia khusus yang dinamakan slides hemoecult test. Hal ini sangat penting karena pada pasien dengan IBS tidak ditemukan adanya perdarahan. Pada feses juga diperiksa apakah ada mikroorganisme patologis yang menyebabkan terjadinya diare atau konstipasi. 4. X-ray

36

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti X-ray. X-ray dari gastrointestinal bagian bawah yang dikenal dengan nama enema barium. Enema barium merupakan X-ray khusus yang menggunakan barium sulfat untuk mempertegas garis dari kolon dan rektum. Barium sulfat merupakan zat kimia seperti kapur yang terlihat sebagai gambaran putih pada film X-ray. Pasien akan diberikan cairan barium enema melalui tabung yang dimasukkan ke dalam rektum. Pasien akan diinstruksikan untuk menahan cairan didalam sementara teknisi X-ray akan mengambil seri X-ray. Prosedur ini tidak menyakitkan. X-ray ini dilakukan untuk membantu dokter menyingkirkan kondisi seperti tumor, inflamasi, obstruksi dan penyakit chron. 5. Endoscopy atau colonoscopy Gambar. Colonoscope

Colonoscopy adalah pemeriksaan visual dari kolon dengan menggunakan fiber optic yang elastis atau video endoskopi. Alat colonoscope bersifat fleksibel dan dapat digerakkan sesuai dengan bentuk kolon. Gambar. Colonoscope

Alat ini berupa tabung dengan lensa yang dilengkapi dengan kamera TV kecil dengan lampu pada ujungnya. Pada alat ini terdapat fiber optic dan chip komputer video yang dapat mengambil gambar kolon dan menstransmisi gambaran ke

37

dalam layar video (Gambar 4). Untuk mendapatkan hasil yang bagus, kolon harus bersih dan bebas dari feses. Pasien dapat meminum obat laxan namun biasanya pasien hanya meminum air putih dan tidak memakan apapun sehari-hari sebelum dilakukan pemeriksaan. Prosedur ini hanya memakan waktu 15-30 menit dan pada saat dilakukan pemeriksaan pasien dalam keadaan tersedasi ringan. Selain cara cara yang telah disebutkan diatas, diagnosis IBS dapat ditegakkan berdasarkan 2 kriteria yaitu kriteria Manning dan kriteria Rome II Kriteria Manning : 1. nyeri perut hilang setelah defekasi 2. jumlah feses lebih banyak saat timbul nyeri 3. konsistensi feses lebih lunak saat timbul nyeri 4. perut tampak kembung 5. terdapat lendir pada feses 6. perasaan defekasi tidak tuntas Kriteria Rome II : Perasaan tidak nyaman atau nyeri pada perut selama 12 minggu atau lebih selama 1 tahun yang memiliki 2 dari 3 gejala berikut ini : 1. menghilang dengan defekasi 2. Timbulnya nyeri (onset) berhubungan dengan perubahan frekuensi dari BAB. 3. Timbulnya nyeri (onset) berhubungan dengan perubahan pada bentuk maupun konsistensi feses. Gejala gejala berikut ini tidak essensial untuk diagnosis namun kehadiran gejala ini meningkatkan keyakinan dalam mendiagnosa : 1. Frekuensi BAB yang abnornal (lebih dari 3x/hari atau kurang dari 3x/hari selama 3 minggu) 2. Bentuk feses yang abnormal (lembek atau cair atau keras) 3. Perasaan tidak tuntas setelah BAB, perasaan tidak dapat menahan BAB atau perasaan ingin BAB tapi tidak bisa. 4. Terdapatnya lendir pada feses

38

5. Rasa kembung atau rasa melar pada perut

Terapi Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk IBS, pengobatan yang diberikan semata mata bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala yang timbul, mencegah bertambah beratnya gejala dan mengurangi frekuensi timbulnya gejala-gejala. agar tidak menggangu kualitas hidup sehari-hari. Terapi meliputi: 1. Terapi non farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup, konseling, stress manajemen dan perubahan pola makan. 2. Terapi farmakologis yaitu terapi dengan menggunakan obat-obatan. Terapi non farmakologis Stress manajemen Emosional stress tidak akan menyebabkan seseorang menderita IBS namun stress dapat menimbulkan gejala-gejala, stress dapat menambah frekuensi dan beratnya gejala. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres seperti olah raga, meditasi, tekhnik pernafasan dan konsul ke psikiater. Perubahan pola makan Seperti yang telah disebutkan diatas ada beberapa makanan yang dapat menimbulkan gejala IBS seperti kafein, coklat, alkohol, minuman bersoda dan makanan berlemak, maka pencegahannya adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan tersebut. Ada juga beberapa jenis makanan yang dapat mengurangi gejala terutama gejala konstipasi yaitu dengan mengkonsumsi banyak serat yang dapat berupa suplemen serat, minuman berserat ataupun makanan yang mengandung banyak serat seperti wortel, kentang, roti, sereal, apel, jeruk, pisang dan strawbery. Terapi farmakologis Terapi konstipasi Konstipasi merupakan gejala nonspesifik yang sering dilaporkan oleh pasien yang menderita IBS. Suplemen serat seperti biji psyllium, metilsesulosa dan

39

polycarbhopil dapat meredakan konstipasi dengan mempercepat perpindahan feses dan memudahkan defekasi. Serat juga berguna untuk konstipasi dimana terjadi perlambatan pergerakan colon. Pada situasi ini penggunaan osmotic laxative sangat efektif dan aman Laksan karbohidrat seperti sorbitol dan laktulosa juga efektif tetapi mahal dan dapat menyebabkan terbentuknya gas, yang dirasakan tidak nyaman oleh pasien. Stimulasi Cathartic seperti Bisacodyl dan Senna sering menimbulkan kram, tachypilaksis dan ketergantungan. Percobaan pada binatang, cathartics merangsang terjadinya pembengkakan dan fragmentasi dari saraf usus. Obat antispasmodik Beberapa penelitian terbaru menunjukan bahwa antikolinergik dan anti spasmodik lebih efektif dibandingkan plasebo dalam mengurangi gejala-gejala yang timbul pada IBS. Obat antispasmodik merelaksasikan otot polos usus dan mengurangi kontaksi usus. Obat antikolinergik, calcium chanel bolcker dan antagonis opiat dapat bekerja sebagai antispasmodik walaupun di Amerika Serikat hanya obat antikolinergik yang digunakan untuk efek antispasmodik. Obat obat ini hanya digunakan bila dibutuhkan dengan dosis 2 kali/hari untuk kembung, distensi dan serangan nyeri akut. Obat antispasmodik bila diminum 30 menit sebelum makan dapat menghambat terjadinya reflek gastrokolik dan mengurangi kram. Antikolinergik dapat mengurangi kontraktilitas postprandial yang berlebihan. Jenis obat antikolinergik yang sering digunakan di Amerika Serikat ialah dicyclomin, hyoscyamin dan clidinium (dikombinasikan dengan cholrdiazepoxid hidroklorida). Mebeverine dan dicyclomin berkurang keefektifannya bila digunakan lama. Efek samping antikolinergik meliputi mulut kering, penglihatan buram, lemas dan keinginan bak yang tidak tertahankan. Glaukoma sudut sempit dan retensi urin merupakan kontraindikasi. Kemungkinan resiko ketergantungan rendah, karena antikolinergik menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan pada dosis yang tinggi. Beberapa formulasi telah mengkombinasikan benzodiazepin atau barbiturat dengan antikolinergik. Anxietas meningkatkan respon motilitas usus sebagai

40

bagian dari respon stress dan respon ini dapat dikurangi dengan pemberian benzodiazepin. Sedatif dapat mengurangi kontraksi usus. Penggunaan alkohol dan sedatif lain harus dihindari bila meminum obat ini. Mengemudi dan aktivitas lain yang memerlukan kewaspadaan harus dihindari hingga pasien dapat mentoleransi efek dari obat ini. Obat ini sangat baik digunakan untuk gejala episodik yang berat yang tidak berespon terhadap obat obatan antokolinergik. Terapi diare Obat obatan anti diare juga digunakan untuk mengobati diare yang disertai oleh terapi rehidrasi untuk mengkoreksi banyaknya cairan yang keluar dan elektrolit yang hilang. Opiat dan opioid analogs diphenoxylate atropine dan loperamid menstimulasi reseptor pda sistem saraf usus yang dapat menghambat peristaltik dan sekresi cairan. Loperamide 2 4 mg 4 kali/hari memperlambat waktu pengosongan usus, meningkatkan absorpi asam empedu, meningkatkan tonus sphingter anus dan mengurangi nyeri. Loperamide telah terbukti efektif terhadap diare Loperamide dapat digunakan untuk penggunaan jangka lama karena dapat dibeli tanpa resep dari dokter, tidak mempunyai komponen antikolinergik dan tidak menyebabkan euphoria pada semua dosis. Cholestyramin juga berguna sebagai pengobatan second atau third line untuk malabsorpsi asam empedu. Pengikat asam empedu seperti cholestyramin dapat ditambahkan pada terapi untuk mencegah terjadinya diare refrakter. Penggunaan obat ini pada malam hari seringkali sangat efektif pada pasien IBS yang gejala utamanya diare. Antidepresan trisiklik Antidepresan trisiklik pada dosis rendah nampaknya efektif untuk IBS dan kondisi yang tidak menyenangkan lainnya seperti migrain, nyeri neuropati, nyeri yang disebabkan oleh kanker, nyeri yang bukan berasal dari jantung dan dispepsia fungsional. Terapi ini biasanya digunakan pada pasien dengan gejala yang berat

41

dan pada pasien yang resisten terhadap pengobatan tingkat pertama, disebabkan karena efek sampingnya. Mekanismenya tidak diketahui secara pasti, namun bisa disebabkan oleh pengurangan sensitifitas dari saraf perifer. Diduga obat trisiklik antidepresan secara langsung mempengaruhi Walaupun pada pasien sehat antidepresan trisiklik meningkatkan ambang dan toleransi nyeri permukaan kulit namun efek ini belum dapat dibuktikan sama efeknya terhadap usus. Secara teori keuntungan dari antidepresan trisiklik disebabkan oleh sifat antikolinergiknya. Banyak penelitian telah membuktikan berkurangnya gejala-gejala yang dialami pada pasien yang mengkonsusmsi dosis rendah dari anti depressan trisiklik seperti amitriptilin, desipramine, doxepin, clomipramine dan trimipramine. Amitriptilin dapat dimulai dari dosis 10 25 mg perharinya atau impiramin 25 50 mg perharinya. Beberapa obat trisiklik seperti amytriptilin juga berguna dalam mengobati insomnia, depresi atau panik. Penelitian lain menyatakan keuntungan obat ini lebih banyak dirasakan pada pasien yang gejala utamanya adalah diare. Karena efek sampignya meliputi konstipasi, terapi antisipasi untuk efek konstipasi disarankan jika antidepresan trisiklik digunakan untuk pasien yang gejala utamanya adalah konstipasi. Efek samping lain meliputi lemas, mengantuk, mulut kering dan retensi urin. Pada dosis untuk antidepresi, antidepresi trisiklik dapat menyebabkan aritmia jantung. Efek ini jarang timbul pada dosis rendah. Antidepresan trisiklik dapat dikombinasikan dengan obat antispasmodik jika efek dari kedua obat tiudak bisa dicapai dengan sempurna. Karena dapat menimbulkan kantuk jadi sebaiknya obat ini digunakan pada saat mau tidur. Dosis awal berkisar dari 10 25 mg untuk semua jenis antidepresan trisiklik. Dosis dapat ditingkatkan hingga 100 mg. Penghambat pengambilan serotinin dan obat antidepresant baru lainnya telah digunakan secara luas untuk pengobatan IBS, karena kecilnya efek samping. Obat obat ini tidak memiliki efek anti nosiseptive yang sama seperti antidepresan trisiklik dan juga belum terbukti efektif untuk IBS atau untuk gangguan gastrointestinal lainnya. Penghambat selektif reuptake serotinin sangat berguna jika IBS disertai dan dicetuskan oleh gangguan mood.

42

Antagonis reseptor serotinin 3 Reseptor serotinin 3 terdapat pada sistem saraf sensorik usus. Serotinin dilepaskan oleh sel gastrointestinal enteroendokrin setelah terjadi stimulasi mukosa, berdifusi pada saraf akhir dan menstimulasi terjadinya peristaltik dengan cara mengikat serotinin 3 dan serotinin 4 yang terdapat pada saraf usus. Aktivasi reseptor serotinin 3 mengstimulasi motilitas usus, sekresi dan sensasi. Efek motorik dari antagonis reseptor serotinin 3 meliputi pengurangan waktu perpindahan kolon, mengurangi refleks gastrokolik dan peningkatan kelenturan usus. Obat ini mengurangi sensitifitas usus terhadap regangan baik pada manusia maupun hewan. Antagonis reseptor serotinin 3 seperti alosteron meningkatkan kelenturan usus pada pasien dengan IBS dan mengurangi sensitifitas terhadap peregangan. Hasil klinik dari alosteron yaitu pengurangan terjadinya diare dan keinginan BAB. Alosteron (1 mg 2 kali sehari) sangat berguna pada wanita yang menderita IBS tanpa gejala konstipasi. Alosteron dilaporkan lebih bermanfaat dibandingkan mebeverin suatu obat antispasmodik dalam mengurangi nyeri yang disebabkan oleh IBS. Reseptor agonist serotinin 4 Tegaserod, obat yang menyerupai obat prokinetik cisapride, merupakan parsial reseptor agonis serotinin 4. Gerak peristaltik dikoordinasi oleh saraf dari sistem saraf usus yang melepaskan mediator-mediator lain setelah aktifasi reseptor serotinin 4. Pada pasien yang sehat, 6 mg tegaserod sehari 2 kali mempercepat pengosongan lambung dan usus kecil. Pada pasien yang gejala utamanya adalah konstipasi , 2 mg dosis dari tegaserod sehari 2 kali mempercepat pengosongan usus kecil dan pengisian sekum namun tidak memiliki efek pengosongan lambung atau pengosongan total colon. Tegaserod telah disetujui oleh FDA penggunaannya hingga 12 minggu pada wanita yang gejala utamanya adalah konstipasi yang tidak berespon terhadap

43

pemberian suplemen serat, laksan atau antispasmodik. Efek samping dari tegaserod biasanya ringan. Pemilihan obat pada IBS dikategorikan menurut gejala yang timbul. Pada gambar 6. Pengobatan IBS diberikan berdasarkan 3 gejala utama yang sering timbul yaitu konstipasi, diare dan nyeri. Pada tabel 5 terdapat macam macam jenis obat berdasarkan golongannya yang sering digunakan untuk pengobatan IBS beserta dosis dan efek sampingnya. Gambar . Strategi pengobatan pada irritable bowel syndrom3

Tabel . Obat-obatan yang digunakan pada IBS

44

Tumor : Polip dan Carcinoma kolorektal

45

POLIP DI USUS BESAR & REKTUM DEFINISI Polip adalah pertumbuhan jaringan dari dinding usus yang menonjol ke dalam usus dan biasanya tidak ganas. Polip bisa tumbuh dengan atau tanpa tangkai dan ukurannya bervariasi. Polip paling sering ditemukan di rektum dan bagian bawah usus besar (kolon), dan jarang ditemukan di kolon bagian atas. Sekitar 25% penderita kanker usus besar juga memiliki polip di tempat lain di usus besar. Jika polip adenomatosa di kolon tidak diangkat, kemungkinan akan menjadi ganas. Makin besar ukurannya, makin besar resiko terjadinya keganasan. GEJALA Kebanyakan polip tidak menyebabkan gejala, tapi gejala paling sering terjadi adalah perdarahan dari rektum. Polip yang besar bisa menyebabkan kram, nyeri perut atau penyumbatan usus. Polip yang bertangkai panjang jarang turun ke bawah melalui anus. Polip besar dengan bentuk seperti jari (adenoma vilus) bisa mengeluarkan air dan garam, menyebabkan diare cair yang bisa menyebabkan menurunnya kadar kalium darah (hipokalemia). Jenis polip ini lebih sering berkembang menjadi keganasan (kanker). DIAGNOSA Pada pemeriksaan colok dubur akan dapat dirasakan oleh jari tangan adanya polip di rektum. Selain itu, polip biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin sigmoidoskopi. Bila pada sigmoidoskopi ditemukan polip, maka dilakukan kolonoskopi untuk memeriksa keseluruhan usus besar. Pemeriksaan ini dilakukan, karena seseorang

46

sering memiliki polip lebih dari satu dan karena polip bisa bersifat ganas. Pada kolonoskopi juga dilakukan pengambilan contoh jaringan untuk biopsi dari daerah yang kelihatannya ganas. PENGOBATAN Penderita diberi obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus. Lalu polip diangkat selama kolonoskopi dengan menggunakan pisau bedah atau lingkaran kawat yang dialiri arus listrik. Bila polip tidak memiliki tangkai atau tidak dapat diambil selama kolonoskopi, mungkin perlu dilakukan pembedahan perut. Ahli patologi memeriksa polip yang telah diambil. Bila polip bersifat ganas, pengobatan tergantung kepada faktor-faktor tertentu. Contohnya, resiko penyebaran kanker lebih tinggi jika kanker sudah mencapai tangkai polip atau lebih dekat ke tempat pemotongan. Resiko penyebaran kanker juga bisa didasarkan pada hasil pemeriksaan ahli patologi terhadap penampakan polip di bawah mikroskop. Bila resikonya rendah, tidak diperlukan pengobatan lebih lanjut. Bila resikonya tinggi, bagian usus besar yang terkena diangkat melalui pembedahan dan potongannya disambungkan lagi. Jika polipnya sudah diangkat, setahun kemudian dan dalam selang waktu yang ditentukan oleh dokternya, seluruh usus besar diperiksa dengan kolonoskopi. Bila pemeriksaan tidak mungkin dilakukan karena telah terjadi penyempitan usus besar, maka digunakan barium enema. Setiap polip yang baru harus diangkat. Kepentingan utama dari polip bahwa telah diketahui potensial untuk menjadi kanker kolorektal. Evolusi dari kanker itu sendiri merupakan sebuah proses yang bertahap, dimana proses dimulai dari hiperplasia sel mukosa, adenoma formation, perkembangan dari displasia menuju transformasi maligna dan invasif kanker. Aktifasi onkogen, inaktifasi tumor supresi gen, dan kromosomal deletion memungkinkan perkembangan dari formasi adenoma, perkembangan dan peningkatan displasia dan invasif karsinoma.

47

Ada tiga kelompok utama gen yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel yaitu proto-onkogen, gen penekan tumor (Tumor Suppresor Gene = TSG), dan gen gatekeeper. Proto-onkogen menstimulasi dan meregulasi pertumbuhan dan pembelahan sel. TSG menghambat pertumbuhan sel atau menginduksi apoptosis (kematian sel yang terprogram). Kelompok gen ini dikenal sebagai anti-onkogen, karena berfungsi melakukan kontrol negatif (penekanan) pada pertumbuhan sel. Gen p53 merupakan salah satu dari TSG yang menyandi protein dengan berat molekul 53 kDa. Gen p53 juga berfungsi mendeteksi kerusakan DNA, menginduksi reparasi DNA. Gen gatekeeper berfungsi mempertahankan integritas genomik dengan mendeteksi kesalahan pada genom dan memperbaikinya. Mutasi pada gen-gen ini karena berbagai faktor membuka peluang terbentuknya kanker. Pada keadaan normal, pertumbuhan sel akan terjadi sesuai dengan kebutuhan melalui siklus sel normal yang dikendalikan secara terpadu oleh fungsi protoonkogen, TSG, dan gen gatekeeper secara seimbang. Jika terjadi ketidakseimbangan fungsi ketiga gen ini, atau salah satu tidak berfungsi dengan baik karena mutasi, maka keadaan ini akan menyebabkan penyimpangan siklus sel. Pertumbuhan sel tidak normal pada proses terbentuknya kanker dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu perpendekan waktu siklus sel, sehingga akan menghasilkan lebih banyak sel dalam satuan waktu, penurunan jumlah kematian sel akibat gangguan proses apoptosis, dan masuknya kembali populasi sel yang tidak aktif berproliferasi ke dalam siklus proliferasi. Gabungan mutasi dari ketiga kelompok gen ini akan menyebabkan kelainan siklus sel, yang sering terjadi adalah mutasi gen yang berperan dalam mekanisme kontrol sehingga tidak berfungsi baik, akibatnya sel akan berkembang tanpa kontrol (yang sering terjadi pada manusia adalah mutasi gen p53). Akhirnya akan terjadi pertumbuhan sel yang tidak diperlukan, tanpa kendali dan karsinogenesis dimulai. Secara histologi polip diklasifikasikan sebagai neoplastik dan non neoplastik. Non neoplastik polip tidak berpotensi maligna, yang termasuk polip non neoplastik yaitu polip hiperplastik, mukous retention polip, hamartoma (juvenile polip), limfoid aggregate dan inflamatory polip.

48

Gambar Adenoma Carcinoma Sequences

Neoplastik polip atau adenomatous polip berpotensial berdegenerasi maligna; dan berdasarkan WHO diklasifikasikan sebagai tubular adenoma, tubulovillous adenoma dan villous adenoma.Tujuh puluh persen dari polip berupa adenomatous, dimana 75%-85% tubular adenoma, 10%-25% tubulovillous adenoma dan villous adenoma dibawah 5%.

Gambar Adenomatous Polip Displasia dapat dikategorikan menjadi low atau high grade. Enam persen dari adenomatous polip berupa high grade displasia dan 5% didalamnya berupa invasif karsinoma pada saat terdiagnosa.Potensi malignansi dari adenoma berkorelasi dengan besarnya polip, tingkat displasia, dan umur. Polip yang diameternya lebih

49

besar dari 1 cm, berdisplasia berat dan secara histologi tergolong sebagai villous adenoma dihubungkan dengan risiko tinggi untuk menjadi kanker kolorektal. Polip yang berukuran kecil ( 60% kanker kolorektal hanya terdapat pada rektum. Pada penelitian selama 14 tahun (1982-1995) di Australia yang melibatkan 9673 kasus kanker kolorektal, didapatkan suatu pola hubungan antara lokasi kanker dengan jenis kelamin, yaitu kanker yang terdapat pada rektum frekuensinya lebih banyak terdapat pada pria dibandingkan wanita (4:1). Pola seperti ini juga didapatkan di Indonesia, data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker menunjukkan bahwa kanker yang terdapat pada rektum frekuensinya lebih banyak terdapat pada pria dibandingkan wanita, dengan perbandingan sebesar 2:1.14

52

Gambar Letak Kanker Kolorektal. Gejala Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan dengan suplai darah yang diterima. Arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan (caecum, kolon ascendens dan duapertiga proksimal kolon transversum), dan arteri mesenterika inferior yang memperdarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor. Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga lanjut sekali. Sedikit kecenderungan menyebabkan obstruksi karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Gejala klinis sering berupa rasa penuh, nyeri abdomen, perdarahan dan symptomatic anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan berat badan). Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan, mengecilnya ukuran feses, dan konstipasi karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi. Gejala Subakut

53

Tumor yang berada di kolon kanan seringkali tidak menyebabkan perubahan pada pola buang air besar (meskipun besar). Tumor yang memproduksi mukus dapat menyebabkan diare. Pasien mungkin memperhatikan perubahan warna feses menjadi gelap, tetapi tumor seringkali menyebabkan perdarahan samar yang tidak disadari oleh pasien. Kehilangan darah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Ketika seorang wanita post menopouse atau seorang pria dewasa mengalami anemia defisiensi besi, maka kemungkinan kanker kolon harus dipikirkan dan pemeriksaan yang tepat harus dilakukan. Karena perdarahan yang disebabkan oleh tumor biasanya bersifat intermitten, hasil negatif dari tes occult blood tidak dapat menyingkirkan kemungkinan adanya kanker kolon. Sakit perut bagian bawah biasanya berhubungan dengan tumor yang berada pada kolon kiri, yang mereda setelah buang air besar. Pasien ini biasanya menyadari adanya perubahan pada pola buang air besar serta adanya darah yang berwarna merah keluar bersamaan dengan buang air besar. Gejala lain yang jarang adalah penurunan berat badan dan demam. Meskipun kemungkinannya kecil tetapi kanker kolon dapat menjadi tempat utama intususepsi, sehingga jika ditemukan orang dewasa yang mempunyai gejala obstruksi total atau parsial dengan intususepsi, kolonoskopi dan double kontras barium enema harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kanker kolon. Gejala akut Gejala akut dari pasien biasanya adalah obstruksi atau perforasi, sehingga jika ditemukan pasien usia lanjut dengan gejala obstruksi, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah kanker. Obstruksi total muncul pada < 10% pasien dengan kanker kolon, tetapi hal ini adalah sebuah keadaan darurat yang membutuhkan penegakan diagnosis secara cepat dan penanganan bedah. Pasien dengan total obstruksi mungkin mengeluh tidak bisa flatus atau buang air besar, kram perut dan perut yang menegang. Jika obstruksi tersebut tidak mendapat terapi maka akan terjadi iskemia dan nekrosis kolon, lebih jauh lagi nekrosis akan menyebabkan peritonitis dan sepsis. Perforasi juga dapat terjadi pada tumor primer, dan hal ini dapat disalah artikan sebagai akut divertikulosis. Perforasi juga bisa terjadi pada vesika urinaria atau vagina dan dapat menunjukkan tanda tanda

54

pneumaturia dan fecaluria. Metastasis ke hepar dapat menyebabkan pruritus dan jaundice, dan yang sangat disayangkan hal ini biasanya merupakan gejala pertama kali yang muncul dari kanker kolon. Metastase Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus. Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik dan vena dari rektum menuju vena cava inferior, maka metastase kanker rektum lebih sering muncul pertama kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon dimana jalur limfatik dan vena menuju vena porta, maka metastase kanker kolon pertama kali paling sering di hepar.

Pemeriksaan Penunjang Biopsi Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsi maka sikat sitologi akan sangat berguna.

55

Carcinoembrionik Antigen (CEA) Screening CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum, bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan kehadiran metastase ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik independen. Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.2 Meskipun keterbatasan spesifitas dan sensifitas dari tes CEA, namun tes ini sering diusulkan untuk mengenali adanya rekurensi dini. Tes CEA sebelum operasi sangat berguna sebagai faktor prognosa dan apakah tumor primer berhubungan dengan meningkatnya nilai CEA. Peningkatan nilai CEA preoperatif berguna untuk identifikasi awal dari metatase karena sel tumor yang bermetastase sering mengakibatkan naiknya nilai CEA. Tes Occult Blood Phenol yang tidak berwarna di dalam guaic gum akan dirubah menjadi berwarna biru oleh oksidasi. Reaksi ini menandakan adanya peroksidase katalis, oksidase menjadi sempurna dengan adanya katalis, contohnya hemoglobin. Tetapi sayangnya terdapat berbagai katalis di dalam diet. Seperti contohnya daging merah, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus untuk menghindari hal ini. Tes ini akan mendeteksi 20 mg hb/gr feses. Tes imunofluorosensi dari occult blood mengubah hb menjadi porphirin berfluorosensi, yang akan mendeteksi 5-10 mg hb/gr feses, Hasil false negatif dari tes ini sangat tinggi. Terdapat berbagai masalah yang perlu dicermati dalam menggunakan tes occult blood untuk screening, karena semua sumber perdarahan akan menghasilkan hasil positif. Kanker mungkin hanya akan berdarah secara intermitten atau tidak berdarah sama sekali, dan akan menghasilkan tes yang false negatif. Proses pengolahan,

56

manipulasi diet, aspirin, jumlah tes, interval tes adalah faktor yang akan mempengaruhi keakuratan dari tes occult blood tersebut.19Efek langsung dari tes occult blood dalam menurunkan mortalitas dari berbagai sebab masih belum jelas dan efikasi dari tes ini sebagai screening kanker kolorektal masih memerlukan evaluasi lebih lanjut. Digital Rectal Examination Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior; serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa kanker kolon yang tidak dapat begitu saja diabaikan. Barium Enema Tehnik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Tehnik ini jika digunakan bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %. Jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air harus digunakan daripada barium enema. Barium peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius yang dapat mengakibatkan berbagai infeksi dan peritoneal fibrosis. Tetapi sayangnya sebuah kontras larut air tidak dapat menunjukkan detail yang penting untuk menunjukkan lesi kecil pada mukosa kolon.

57

Endoskopi Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari pasien mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna.

Proktosigmoidoskopi Pemeriksaan ini dapat menjangkau 20-25 cm dari linea dentata, tapi akut angulasi dari rektosigmoid junction akan dapat menghalangi masuknya instrumen. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 20-25% dari kanker kolon. Rigid proctosigmoidoskopi aman dan efektif untuk digunakan sebagai evaluasi seseorang dengan risiko rendah dibawah usia 40 tahun jika digunakan bersama sama dengan occult blood test. Flexible Sigmoidoskopi Flexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 60 cm kedalam lumen kolon dan dapat mencapai bagian proksimal dari kolon kiri. Lima puluh persen dari kanker kolon

58

dapat terdeteksi dengan menggunakan alat ini. Flexible sigmoidoscopi tidak dianjurkan digunakan untuk indikasi terapeutik polipektomi, kauterisasi dan semacamnya; kecuali pada keadaan khusus, seperti pada ileorektal anastomosis. Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada umur 50 tahun merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening seseorang yang asimptomatik yang berada pada tingkatan risiko menengah untuk menderita kanker kolon. Sebuah polip adenomatous yang ditemukan pada flexible sigmoidoscopi merupakan indikasi untuk dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun kecil (1 cm pada 75% pasien. Penggunaan CT dengan kontras dari abdomen dan pelvis dapat mengidentifikasi metastase pada hepar dan daerah intraperitoneal. MRI MRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar daripada CT scan dan sering digunakan pada klarifikasi lesi yang tak teridentifikasi dengan menggunakan CT scan. Karena sensifitasnya yang lebih tinggi daripada CT scan, MRI dipergunakan untuk mengidentifikasikan metastasis ke hepar. Endoskopi UltraSound (EUS) EUS secara signifikan menguatkan penilaian preoperatif dari kedalaman invasi tumor, terlebih untuk tumor rektal. Keakurasian dari EUS sebesar 95%