Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

29
LAPORAN HASIL DISKUSI PERIODONTI Kelompok 3 Kelas Ganjil Disusun oleh: MAULIDENIL GEBI WINANDA (12-047) REZTU AZWAR (12-039) NIKEN RYEN NOVITA (12-041) NISIA NARTI (12-043) SARTIKA AMELIA PUTRI(12-045) UTARI DWI ASTUTI(12-055) DEBBY ANGGRAINI(12-051) SOMYA NOVERIGA (12-049) Fakultas Kedokteran Gigi PERIODONTI II Page 1

description

kdsksd

Transcript of Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Page 1: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

LAPORAN HASIL DISKUSI PERIODONTI

Kelompok 3 Kelas Ganjil

Disusun oleh:

MAULIDENIL GEBI WINANDA (12-047)

REZTU AZWAR (12-039)

NIKEN RYEN NOVITA (12-041)

NISIA NARTI (12-043)

SARTIKA AMELIA PUTRI(12-045)

UTARI DWI ASTUTI(12-055)

DEBBY ANGGRAINI(12-051)

SOMYA NOVERIGA (12-049)

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Baiturahmah

2015/2016

PERIODONTI II Page 1

Page 2: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan

karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas karya

tulis ini dengan sebaik-baiknya..

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang turut serta dalam membantu menyelesaikan karya tulis ini,

diantaranya :

1. Bapak ibuk dosen yang telah memberikan pemahaman-pemahaman yang

sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

2. Pegawai pustaka, yang telah membantu dalam mencari buku-buku yang

berkaitan dengan indikator yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa bantuan dari semua

pihak karya tulis ini tidak akan selesai. Penulis pun sadar bahwa karya tulis ini

masih jauh dari kesempurnaan dalam penyusunan kata-kata maupun penguasaan

materi atau permasalahan yang diperlukan dalam karya tulis ini.

Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima dan mengharapkan

saran-saran dan kritikan demi kesempurnaan karya tulis yang selanjutnya. Akhir

kata, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat dipergunakan dengan sebaik-

baiknya.

Padang, 11 Mei 2014

Penulis

PERIODONTI II Page 2

Page 3: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Trigger I

KASUS :

Ana berusia 40th berobat ke puskesmas dengan keluhan demam tinggi dan

kehilangan nafsu makan dan OS dirawat selama 2 minggu di puskesmas. Pada

pemeriksaan IO terdapat Pseudo membrane dan Erythema linear, CI = 75% dan

PBI = 80% , jelaskan :

a. Diagnosa

b.Perawatan I

c. Perawatan II

d.Perawatan III

PERIODONTI II Page 3

Page 4: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

PEMBAHASAN KASUS

Definisi

Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) atau gingivitis ulseratif

akut yang ternekrotisasi merupakan keadaan ynag ditandai dengan timbulnya

ulserasi yang cepat dan terasa sakit pada tepi gingiva dan papila interdental.

Penderita biasanya memiliki bau mulut yang tidak sedap (halitosis)

Etiologi dan Patogenesis

Penyebab ANUG belum diketahui tetapi organisme anaerob

terutama spirochaeta dan spesise Fusobacterium umumnya terlibat. Pericoronitis,

margin restorasi berlebih, merokok, malnutrisi, kelelahan dan stress dianggap

sebagai faktor predisposisi

Gambaran Klinis

Lesi ANUG sering didominasi oleh lesi ulseratif yang sangat sakit, nekrotik

dan lesi membranous, sampai ke infeksi kronis dengan sedikit gejala-gejala. Lesi

yang khas berupa ulserasi yang dangkal dan nekrotik, paling sering timbul pada

papila interdental dan gingival marginal (Lynch et al., 1994). Ulserasi jug dapat

timbul di pipi, bibir, lidah, palatum dan daerah faringeal Lesi ulseratif dapat

berkembang meluas dan melibatkan prosesus alveolaris disertai kuestrasi dari

gigi-geligi dan tulang.

Diagnosis ditentukan secara klinis dengan melihat adanya lesi ulseratif pada

mukosa rongga mulut. Pada pemeriksaan tonsil, nodus limfe regional biasanya

sedikit membesar, akan tetapi kadang-kadang ditemukan limfadenopati yang

mencolok pada anak-anak.

PERIODONTI II Page 4

Page 5: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Diagnosa nya adalah GUNA (Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut)

Perawatan I :

1. Pemeriksaan : Pada sesi pertama terlebih dahulu dilakukan anamnesa mengenai

latar belakang pasien secara umum, yang mencakup kondisi penyakit yang

dialami pada saat itu, kondisi kehidupannya, latar belakang diet, bidang pekerjaan,

lama istirahat per hari, dan riwayat stress mental.

Pada pemeriksaan intra oral diperiksa mengenai : lesi khas GUNA ,

distribusinya, dan kemungkina terlibatnya daerah orofarings. Diperiksa pula

keadaan higiena oral, serta keberadaab flep perikoronal, saku periodontal dan

iritan lokal.

Pada sesi ini dilakukan anamnesa guna mengungkapkan riwayat penyakit

akutnya, saat timbulnya pertama kali, dan sudah lama berlangsung. Perlu pula

diungkapkan apakah keadaan ini adalah kambuhan.

2. Pemeriksaan lokal : Perawatan pada sesi pertama ini dibatasi terhadap daerah-

daerah yang terlibat lesi akut saja, dengan ter;lebih dulu mengisolasi daerahnya

dengan gululngan kapas (cotton roll) lalu keringkan. Daerah lesi diberi anastesi

topikal, dan setelah ditunggu 2-3 menit lesi diusap dengan bulatan kapas (cotton

pellet) guna menyingkirkan membran semu dan debris perumkaan yang tidak

melekat.

Setelah pembersihan selesai, dilanjutkan dengan penskeleran sebaikknya

dilakukan dengan skeler ultrasonik, karena selain itu untuk kenyamanan bagi

pasien juga semprotan airnya sekalian dapat mebilas daerah yang dirawat.

Pada sesi ini penskeleran subgingival dan penyerutan akar adalah

dikontraindikasikan guna mencegah :

PERIODONTI II Page 5

Page 6: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Meluasnya infeksi akut ke jaringan yang lebih dalam

Terjadinya bakterekemia

Kecuali karena alasan emerjensi, pencabutan gigi dan bedah periodontal

harus ditunda pelaksanaanya sampai pasien terbebas dari simtom selama 4

minggu guna memperkecil kemungkinan terjadi rekuren/kambuh.

3. Terapi antibiotika : bila keparahan kasus GUNA adalah sedang sampai parah

yang disertai limfadenopati ( pebesaran kelenjar limfe ) atau komplikasi sistemik

lainnya, maka terhadap pasien perlu diberi terapi antibiotika.

4. Terapi sistemik suportif : Disamping pemberian antibiotika perlu dilakukan

terpi sistemik suporatif .berupa konsumsi makana yang lunak dan pemberia

analgetika untuk menghilangkan rasa nyeri.

5. Suplemen Nutrisi : dalam perawatan GUNA dianjurkan pemberian suplemen

nutrisi yang didasarkan pada :

eksperimen pada binatang menunjukkan dapatnya diindukasi lesi yang mirip

GUNA apabila dibuat kondisi defisiensi nutrisi tertentu

timbulnya rasa nyeri pada penderita GUNA apabila mengunyah buah-

buahan dan sayuran mentah, sehingga cenderung memilih makana yang

kurang mengandung vitamin B atau vitamin C

6. Instruksi : sebelum pasien dipulangkan, kepadanya diberikan instruksi agar :

- tidak merokok atau minuman keras.

- berkumur-kumur dirumah dengan campuran air hangat dan

hidrogenperoksida 3% dengan perbandingan 1:1 setiap dua jam, dan

dengan larutan klorheksidin 0,12% dua kali sehari.

- melaksanakan aktivitas sehari-hari, namun menghindari aktivitas fisik yang

terlalu berat atau terlalu lama kena sinar matahari

- penyikatan gigi dilakukan secara hati-hati sekedar untuk membersihkan

debris permukaan. Penyikatan yang berlebihan serta pemakaian benang

gigi atau alat pembersih interdental untuk sementara harus dihindari karena

bisa menimbulkan rasa nyeri.

PERIODONTI II Page 6

Page 7: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Perawatan II :

Pada sesi kedua (satu atau dua hari setelah sesi pertama) biasanya kondisi

pasien sudah membaik, dan nyeri sakit sudah berkurang bahkan bisa hilang sama

sekali. Gingiva bebas pada sisi yang terlibat lesi akut terlihat eritematous, tetapi

tanpa membran semu bila pasien tidak sensitif dilakukan penskeleran terutama

untuk menyingkirkan kalkulus yang sekarang menjadi terpapar setelah terjadinya

penyusutan ginigiva. Instruksi yang sama dengan instruksi pada sesi pertama

diulangi kembali

Perawatan III :

Satu atau dua hari kemudian pasien pada dasarnya sudah bebas simtom.

Beberapa daerah eritematous masih bisa dijumpai dan gingiva bisa sedikit nyeri

apabila diraba. Pada sesi ini dilakukan kembali penskeleran dan dimulai

penyerutan akar. Kepada pasien diinstruksikan untuk mulai melaksanakan

program kontrol plak secara tuntas. Kumur-kumur dengan larutan hidrogen

peroksida dihentikan, tetapi obat kumur klorheksidin untuk sementara dapat

digunakan.

PERIODONTI II Page 7

Page 8: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

TRIGGER 2

KASUS :

Seorang pasien perempuan berusia 43 tahun dokter gigi dengan datang ke

praktek dokter gigi dengan keluhan giginya mulai terasa goyang dan bau mulut.

Anamnesis pasien mempunyai riwayat penyakit gula dan slalu rutin melakukan

pemeriksaan gula darah.

Pemeriksaan intra oral terlihat regio 46 inflamasi dengan kedalaman saku 4

mm pada daerah vestibular. Dengan pemeriksaan lesi furkasi derajat II, OH

sedang, gigi 35 dan 36 missing, 16 dan 17 karies media. Radiografi terlihat

radiolusen di daerah bifurkasi setinggi tulang, tulang alveolar bagian interdental

Normal.

Tentukan diagnosanya?

1. Buat rencana perawatan pada kasus di atas?

2. Apa rencana tindakan kuratif yang paling tepat dilakukan dan jelaskan tindakan

tersebut?

PERIODONTI II Page 8

Page 9: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

PEMBAHASAN KASUS

Diagnosa

Dari gejala klinis yang di dapatkan melalui pemeriksaaan intra oral maka di

dapatkan diagnosa pada kasus ini adalah: PERIODONTITIS KRONIS

MODERETE DENGAN LESI FURKASI DERAJAT II.

Hal ini didasarkan atas :

1. Keluhan utama

Keluhan utama pasien giginya mulai teras goyang dan bau mulut

2. Anamnesis

Pasien memiliku riwayat gula darah dan sampai sekarang terkontrol.

3. Pemeriksaan Intra Oral

Regio 46 : Inflamasi dengan kedalaman saku 4 mm pada daerah vestibular

dengan lesi furkasi derajat 2

Missing : 35 dan 36

KM : 16 dan 17

4. Pemeriksaan Ektra Oral

Radiolusen di daerah bifurkasi seringgi tulang dan tulang alveolar bagian

interdental normal.

PERIODONTI II Page 9

Page 10: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Periodontitis kronis adalah periodontitis yang paling umum terjadi.

Biasanya terjadi pada orang dewasa, namun dapat pula ditemukan pada anak-

anak. Tipe ini adalah tipe periodontitis yang berjalan lambat, terjadi pada 35 tahun

keatas. Periodontitis kronis disebabkan oleh akumulasi plak dan kalkulus dan

kebanyakan peerkembangan penyakitnya tergolong lamban, namun dapat pula

ditemukan dengan perkembangan cepat. Kecepatan perkembangan penyakit dapat

disebabkan oleh faktor local, sistemik dan faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi interaksi host-bakteri.

Faktor local dapat mempengaruhi akumulasi plak. Faktor sistemik missal

Diabetes Mellitus dan HIV dapat mempengaruhi kemampuan pertahanan host,

faktor lingkungan missal kebiasaan merokok dan stress dapat juga mempengaruhi

respon host terhadap akumulasi plak. Kehilangan tulang berkembang lambat dan

didominansi oleh bentuk horizontal.

Faktor etiologi utama adalah faktor lokal terutama bakteri gram negatif.

Tidak ditemukan kelainan sel darah dan disertai kehilangan tulang.

Karakteristik periodontitis kronis :

Terjadi pada orang dewasa namun dapat pula terjadi pada anak-anak.

Kalkulus subgingival sering ditemukan

Disebabkan oleh bermacam bentuk mikroba.

Kecepatan perkembangan penyakit tergolong lamban hingga sedang dan

ada kemungkinan menjadi cepat.

Dapat dipengaruhi oleh faktor local, sistemik, dan faktor lingkungan.

Etiologi

Faktor etiologi utama disebabkan karena plak yang menempel pada gigi

dan gingiva.

Faktor predisposisi yang berkontribusi dalam peningkatan resiko terjadinya

penyakit :

1. Riwayat Periodontitis sebelumnya

PERIODONTI II Page 10

Page 11: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Seorang pasien yang pernah menderita periodontitis kronis cenderung

beresiko bagi terjadinya kembali kehilangan perlekatan dan kehilangan

tulang apabila terjadi kembali penumpukan plak.

2. Faktor lokal

a. Akumulasi plak yang lama kelamaan menjadi kalkulus pada

dentogingival junction merupakan awal inisiasi agen pada etiologi

periodontitis Kronis.

b. Bakteri - Phorporymonas gingivalis, Tannerella forsytha, treponema

denticola. memberi efek lokal pada sel dan jaringan sehingga

menyebabkan terjadinya inflamasi.

c. Tepi restorasi yang mengemper (overhanging)

d. Lesi karies yang meluas ke subgingival

e. Furkasi akar yang tersingkap karena kehilangan perlekatan dan tulang

f. Gigi berjejal (crowded)

3. Faktor Sistemik

Kebanyakan periodontitis kronis terjadi pada pasien yang memiliki

penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi keefektivan respon host.

Diabetes merupakan contoh penyakit penyakit yang dapat meningkatkan

keganasan penyakit ini.

4. Faktor Lingkungan dan perilaku

a. Kebiasaan merokok – diduga mempengaruhi respon pejamu

danmikroflora subgingiva, mengakibatkan :

Laju destruksi periodontal meningkat

Kehilangan perlekatan dan tulang, lesi furkasi,

pembentukan kalkulus supragingival lebih banyak.

Pembentukan kalkulus subgingival dan perdarahan probing

lebih sedikit.

PERIODONTI II Page 11

Page 12: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Saku periodontal lebih dalam.

b. Stress – diduga dapat mempengaruhi perluasan dan keparahan karena

menekan fungsi imunitas

5. Faktor Genetik

Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu keluarga, hal

ini kemungkinan menunjukkan adanya faktor genetik yang mempengaruhi

periodontitis kronis ini.

Tanda Klinis dari Periodontitis Kronis:

a. Inflamasi gingiva dna pendarahan

b.Poket

c. Resesi gingiva

d.Mobiliti gigi

e. Migrasi gigi

f. Nyeri

g.Kerusakkan tulang alveolar

h.Halitosis dan rasa tidak enak

Klasifikasi kronis periodontitis dibagi menjadi 2 macam :

1. Klasifikasi berdasarkan distribusi penyakit

a. Periodontitis Kronis Lokalisata

Dikatakan periodontitis kronis lokalisata apabila jumlah gigi yang

terkena kurang dari 30% atau kurang dari 30% dari seluruh sisi di

mulut yang terlibat.

b. Periodontitis Kronis Generalisata

Apabila lebih dari 30% dari seluruh sisi mulut yang terlibat.

2. Klasifikasi berdasarkan keparahan penyakit

a. Taraf Ringan

Taraf ringan ini ditandai oleh adanya kehilangan perlekatan yang hanya

berkisar 1-2 mm.

PERIODONTI II Page 12

Page 13: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

b. Taraf Sedang

Taraf sedang ditandai oleh adanya kehilangan perlekatan sebesar 3-4

mm.

c. Taraf Parah

Ditandai dengan hilangnya perlekatan 5 mm atau lebih.

1. Buat rencana perawatan pada kasus di atas?

Rencana perawatan yang akan dilakukan pada gigi pasien tersebut adalah :

LOKASI KASUS RENCANA PERAWATAN

16 dan 17 Karies Media Restorasi

35 dan 36 Missing Pembuatan Bridge

Regio 46 Inflamasi dengan kedalaman

saku 4 mm pada daerah

vestibular dengan lesi furkasi

derajat 2

Bedah Flep

Pemeriksaan poket periodontal

Pemeriksaan poket periodontal harus mempertimbangkan: keberadaan dan

distribusi pada semua permukaan gigi, kedalaman poket, batas perlekatan pada

akar gigi, dan tipe poket (supraboni atau infaboni; simple,compound atau

kompleks). Metode satu-satunya yang paling akurat untuk mendeteksi poket

peridontal adalah eksplorasi menggunakan probe peridontal. Poket tidak terdeteksi

oleh pemeriksaan radiografi. Periodontal poket adalah perubahan jaringan lunak.

Radiografi menunjukkan area yang kehilangan tulang dimana dicurigai adanya

poket. Radiografi tidak menunjukkan kedalaman poket sehingga radiografi tidak

menunjukkan perbedaan antara sebelum dan sesudah penyisihan poket kecuali

kalau tulangnya suda diperbaiki.

Ujung gutta percha atau ujung perak yang terkalibrasi dapat digunakan

dengan radiografi untuk menentukan tingkat perlekatan poket peridontal.

PERIODONTI II Page 13

Page 14: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Menurut Carranza (1990), kedalaman poket dibedakan menjadi dua jenis, antara

lain:

1. Kedalaman biologis

Kedalaman biologis adalah jarak antara margin gingiva dengan dasar

poket (ujung koronal dari junctional epithelium).

2. Kedalaman klinis atau kedalaman probing

Kedalaman klinis adalah jarak dimana sebuah instrumen ad hoc (probe)

masuk kedalam poket. Kedalaman penetrasi probe tergantung pada ukurang

probe, gaya yang diberikan, arah penetrasi, resistansi jaringan, dan kecembungan

mahkota.

Kedalaman penetrasi probe dari apeks jaringan ikat kejunctional

epithelium adalah ± 0.3 mm. Gaya tekan pada probe yang dapat ditoleransi dan

akurat adalah 0.75 N. Teknik probing yang benar adalah probe dimasukkan

pararel dengan aksis vertikal gigi dan “berjalan” secara sirkum ferensial

mengelilingi permukaan setiap gigi untuk mendeteksi daerah dengan penetrasi

terdalam (Carranza, 1990). Jika terdapat banyak kalkulus, biasanya sulit untuk

mengukur kedalaman poket karena kalkulus menghalangi masuknya probe. Maka,

dilakukan pembuangan kalkulus terlebih dahulu secara kasar (gross scaling)

sebelum dilakukan pengukuran poket (Fedidkk, 2004).

Untuk mendeteksi adanya interdental craters, maka probe diletakkan

secara oblique baik dari permukaan fasial dan lingual sehingga dapat

mengekplorasi titik terdalam pada poket yang terletak dibawah titik kontak

(Carranza, 1990).

PERIODONTI II Page 14

Page 15: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Pada gigi berakar jamak harus diperiksa dengan teliti adanya keterlibatan

furkasi. Probe dengan desain khusus (Nabers probe) memudahkan dan lebih

akurat untuk mengekplorasi komponen horizontal pada lesi furkasi (Carranza,

1990).

Selain kedalaman poket, hal lain yang penting dalam diagnostik adalah

penentuan tingkat perlekatan (level of attachment). Kedalaman poket adalah jarak

antara dasar poket dan margin gingiva. Kedalaman poket dapat berubah dari

waktu ke waktu walaupun pada kasus yang tidak dirawat sehingga posisi margin

gingiva pun berubah. Poket yang dangkal pada 1/3 apikal akar memiliki

kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan poket dalam yang melekat pada

1/3 koronal akar. Cara untuk menentukan tingkat perlekatan adalah pada saat

margin gingiva berada pada mahkota anatomis, tingkat perlekatan ditentukan

dengan mengurangi kedalaman poket dengan jarak antara margin gingiva hingga

cemento-enamel junction (Carranza, 1990).

Insersi probe pada dasar poket akan mengeluarkan darah apabila gingiva

mengalami inflamasi dan epithelium poket atrofi atau terulserasi. Untuk

mengecek perdarahan setelah probing, probe perlahan-lahan dumasukkan ke dasar

poket dan dengan berpindah sepanjang dinding poket. Perdarahan seringkali

PERIODONTI II Page 15

Page 16: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

muncul segera setelah penarikan probe, namun perdarahan juga sering tertunda

hingga 30-60 detik setelah probing (Carranza, 1990).

Perawatan pertama yang dilakukan pada keadaan periodontitis kronis :

Skaling:

Supragingiva

Subgingiva

Root planing

Semua pasien, selain yang menderita masalah akut, harus dirawat pertama-

tama dengan skaling supragingiva untuk mengurangi gingivitis dan perubahan.

Harus dibuat catatan tentang poket sebelum melakukan skaling subgingiva.

Skaling subgingiva adalah metode paling konservatif dari reduksi poket

dan bila poket dangkal, merupakan satu-satunya perawatan yangn perlu dilakukan.

Meskipun demikian, bila kedalaman poket 4 mm atau lebih, diperlukan perawatan

tambahan. Yang paling sering adalah root planing dengan atau tanpa kuretase

subgingiva.

Tujuan root planing adalah untuk membersihkan sementum nekrosis dan

kalkulus serta menghaluskan permukaan akar. Juga berhubungan dengan

membersihkan sementum yang terinfiltrasi oleh bahan toksik bakteri seperti

endotoksin (LPS).

Tujuan skaling dan root planing adalah untuk mendapat permukaan akar

yang halus, bebas deposit dengan sesedikit mungkin menghilangkan sementum.

Kuretase subgingiva yang berhubungan dengan pembersihan permukaan

dalam dinding jaringan lunak poket yang terdiri dari epithelium dan jaringan ikat

yang terinflamasi. Penyusutan jaringan yang terjadi setelah prosedur ini

menyebabkan poket berkurang kedalamannya.

PERIODONTI II Page 16

Page 17: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Ketiga komponen pembersihan subgingiva - skaling, root planing dari

kuretase, biasanya dilakukan bersamaan karena selama skaling subgingiva sulit

untuk mencegah tidak terjadinya kuretase jaringan lunak.

Skaling subgingiva dan root planing dapat merubah komposisi bakterial

dari poket. Laju rekolonisasi dipengaruhi oleh standar kebersihan mulut karena

untuk pertumbuhan ulang plak supragingiva diperlukan rekolonisasi dari poket

(Magnusson dkk., 1984).

Waktu yang diperlukan untuk skaling dan root planing berkisar antara 5-8

jam dan pasien perlu dipanggil kembali untukn perawatan pengkontrolan setiap 2-

4 bulan sekali. Relaps dapat terjadi pada beberapa pasien walaupun upaya ini

dilakukan dengan akurat.

Perawatan pada poket akan dilakukan bedah flep (surgikal pocket therapy) :

Tujuan terapi bedah saku adalah untuk menyingkirkan perubahan patologis

yang terjadi pada dinding saku, menciptakan kondisi yang stabil dan mudah

dipelihara dan bila memungkinkan untuk meningktkan regenerasi periodontal.

Tujuan tersebut tercapai karena teknik-teknik bedah akan (1) memperbaiki

aksesibilitas ke permukaan akar, sehingga memungkinkan penyingkiran iritan

secara tuntas (2) mengurangi atau menyingkirkan kedalaman saku, sehingga

memungkinkan bagi pasien memlihara permukaan akar gigi terbebas dari

penumpukan plak dan (3) membentuk kembali jaringan lunak dan jaringan keras

periodonsium untuk mendapatkan topograsi yang harmonis.

Bedah flap adalah istilah umum bagi semua prosedur bedah yang berkaitan

dengan perawatan saku periodontal dimana dilakukan pembukaan flep

periodontal. Dengan flep periodontal dimaksudkan bagian gingiva atau mukosa

yang dengan prosedur bedah dipisahkan dengan jaringan di bawahnya untuk

mendapatkan visibilitas dan aksesibilitas ke permukaan akar gigi dan tulang

alveolar.

Flep periodontal dapat diklasifikasikan berdasarkan atas beberapa kategori

yang digunakan pada kasu ini adalah full thickness flap atau flap ketebalan

PERIODONTI II Page 17

Page 18: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

penuh. Hal ini dilakukan karna pada kasus ini poket dengan kedalaman 4 mm

terdapat lesi furkasi dengan derajat 2 makanya dilakukan full thickness flap .

Penjelasan Lesi Furkasi Derajat II. (Prob Nebers)

Derajat II : Lesi derajat II termasuk kategori sedang. Lesi jaringan lunak telah

diserti kehilangan tulng yang memungkinkan prob bisa dimasukkan ke daerah

furkasi dari salah satu sisi (bukal/oral) lebih dari 1 mm tapi belum tembus ke sisi

lainnya.

Perwatannya Lesi Furkasi derajat II.

Ketika terdapat perkembangan komponen horizontal dari furkasi (derajat II),

perawatan dapat menjadi lebih rumit. Keterlibatan tulang horizontal yang dangkal

tanpa kehilangan tulang vertikal yang signifikan biasanya memberikan respon

yang baik untuk prosedur flep lokal dengan odontoplasti dan osteoplasti. Isolasi

furkasi kelas II yang parah mungkin memberikan respon terhadap prosedur bedah

flep dengan osteoplasti dan odontoplasti. Perlakuan ini menurunkan puncak

furkasi dan mengubah kontur gingival untuk memfasilitasi kontrol plak pasien.

Desain flap

Desain flap yang digunakan pada kasus ini adalah KONVENSIONAL

FLAP/TRADISONAL karena pas pada kasus dan tidak terlula banyak

memeerlukan tempat yang luas dan di dukung dengan tulang pada bagian

interdental yang masih baik dan normal.

PERIODONTI II Page 18

Page 19: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

Flap Konvensional Insisi pada flep sebelah vestibular dan flep sebelah oral

sampai ke atau mendekati puncak papila interdental sehingga papilla interdental

terpotong 2 atas bagian vestibular dan bagian oral.

Indikasi:

Ruang interdental terlalu sempit, sehingga keutuhan papilla interdental tidak

mungkin di pertahankan

Flepnya hendak diposisikan ke posisi yang baru

Tipe flep ini dibuat dengan menggunakan insisi bevel kedalam(Internal

bevel incision) dan terpotongnya papilla interdental di tengah. Dengan insisi bevel

ke dalam sisi interproksimal tidak sepenuhnya tertutup kembali oleh flep pada

waktu dijahit.

Keuntungan dari insisi bevel ke dalam adalah:

Epitel saku tersingkir dengan tuntas

Permukaan luar ginggiva yang relatif tidak terinflamasi dipertahankan

sebanyak mungkin

Menghasilkan tepi flep yang runcing dan tipis sehingga mudah di

adaptasikan ke batas tulang-gigi

Teknik jahitan yang digunakn adalah jahitan lansung

Jahitan yang digunakan merupakan jahitan interdental tepatnya pada

jahitan lansung/simpul (direct/loop suture), dimana kedua bagian papilla

PERIODONTI II Page 19

Page 20: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

interdental dapat dipertemukan dengan rapat. Tipe jahitan ini di indikasikan pada

bedah flep ini dimana diharapkan agar flep vestibular dengan flep oral berbaut

rapat di interproksimal.

PERIODONTI II Page 20

Page 21: Cover Laporan Hasil Diskusi Perio 2

DAFTAR PUSTAKA

Michael G. Newman., Henry H. Takei., Fermin A. Carranza. (2002 ).

Clinical periodontolgy.9th edition,P:389-501

Color Atlas of periodontololgy,KH & edith.M.Pateitschak,Herbert

F.wolf,Thomas m.Hassel Georg Theime vertag sttutlgart,New York

F.Fedi.Peterl.2005 Silabus Periodonti.edisi 4:Jakarta.EGC

J.D Manson. Buku Ajar Periodonti;Jakarta

PERIODONTI II Page 21