HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data...

98

Transcript of HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data...

Page 1: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga
Page 2: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga
Page 3: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Pencegahan Potensi Konflik Imigran Dengan Masyarakat Lokal di Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat

2. Kode/Nama rumpun ilmu : 3. Ketua Peneliti:

a. Nama Lengkap : Dr. Bambang Wahyudi MM, M.Si b. NIDN : 4702076101 c. Jabatan Fungsional : Sesprodi Damai dan Resolusi Konflik d. Program studi : Damai dan Resolusi Konflik e. Nomor Telepon/HP/FaX : 0812 81763762 f. Alamat surel (E-mail) : [email protected]

4. Anggota Peneliti (1): a. Nama Lengkap : Dr. Priza Audermando Purba, M.Si. b. NIDN : 4730116201 c. Perguruan Tinggi : Universitas Pertahanan 5 Anggota Peneliti (2): a. Nama Lengkap : Ningsih Susilawati, S.Sos, M.Si (Han) b. NIDN : - c. Perguruan Tinggi : Universitas Pertahanan 6. Lama penelitian keseluruhan : 3 bulan 7. Penelitian tahun ke : 1 8. Biaya Penelitian keseluruhan : Rp 30.000.000,- a. Internal Unhan : Rp 30.000.000,- b. Sumber Lain (tuliskan) : Rp 0

Mengetahui: Bogor, Oktober 2017

Ketua LPPM Unhan

Tjuk Agus Minahasa, S.IP

Mayor Jenderal TNI

Kapuslit Strategi Pertahanan,

G. Eko Sunarto, S.Pd., M.Si Kolonel Czi 1920044710870

Page 4: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 iii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat rahmat dan karuniaNya, Laporan Hasil Penelitian ini

Dosen Program Studi Damai dan Resolusi Konflik dengan judul “Pencegahan

Potensi Konflik Imigran Dengan Masyarakat Lokal di Cisarua, Kab.

Bogor, Jawa Barat” ini telah dapat dilaksanakan dan diselesaikan pada

waktunya.

Oleh karenanya pada kesempatan yang baik ini, dengan segala

kerendahan hati peneliti menghaturkan penghargaan dan ucapan terima

kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Letnan Jenderal TNI Dr. I Wayan Midhio, M.Phil selaku Rektor

Universitas Pertahanan.

2. Mayjen TNI Tjuk Minahasa, S.IP selaku Kepala Lembaga Penelitian

dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pertahanan.

3. Laksda TNI Dr. Siswo Hadi Sumantri, S.T., M.MT selaku Dekan

Fakultas Keamanan Nasional Universitas Pertahanan.

4. Para narasumber yang telah turut berkontribusi dalam penelitian ini.

Peneliti sangat menyadari bahwa dalam Laporan Hasil Penelitian ini

masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu demi kesempurnaan penelitian

ini, diharapkan adanya kritik yang membangun untuk penyempurnaan

penelitian selanjutnya. Akhirnya tim peneliti berharap semoga penelitian ini

dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu damai dan resolusi konflik.

Tim Peneliti

Page 5: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 iv

ABSTRAK

Pencegahan Potensi Konflik Imigran Dengan Masyaraka t Lokal di

Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pencegahan potensi

konflik antara imigran dengan masyarakat lokal di Cisarua, Kab. Bogor, Jawa

Barat. Peningkatan jumlah imigran yang semakin meningkat sebagaimana

data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah

Indonesia hingga dengan bulan Maret 2014 kurang lebih sekitar 10.623 orang

yang terdiri dari 7.218 orang pencari suaka dan sisanya 3.405 berstatus

pengungsi. Di Cisarua Jawa Barat, telah terdapat imigran yang menikah

dengan penduduk lokal dan membuka usaha mandiri. Sementara itu, data

menyebutkan sepanjang 2016 tercatat 1.776 warga negara asing (WNA)

masuk ke wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Kemudian, fenomena

mengenai pernikahan silang antara warga negara asing yang merupakan

imigran illegal dengan masyarakat lokal juga menjadi persoalan yang harus di

atas oleh pemerintah setempat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

dengan analisis deksriptif. Pengumpulan data dilaksanakan dengan

melakukan wawancara kepada para stakeholders setempat di Cisarua dan

masyarakat lokal. Setelah itu data akan dianalisis menggunakan teori Deteksi

Dini dan Pencegahan Konflik, tinjauan mengenai pengungsi dan imigran, dan

konsep keamanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Di Kecamatan

Cisarua Kab. Bogor terdapat potensi konflik antara imigran dengan

masyarakat lokal. Sumber dari potensi konflik tersebut terdiri dari aspek sosial

budaya, hukum, ideologi. Perbedaan budaya antara masyarakat lokal dengan

imigran tersebut tentu saja dapat memicu gesekan dalam kehidupan sosial

masyarakat. Kemudian Proses mediasi dan negosiasi yang sudah dilakukan

dalam penanganan potensi konflik imigran di Cisarua, masih belum maksimal

dikarenakan belum adanya aturan pelaksanaan yang secara teknis mengatur

tentang penanganan masalah imigran.

Keyword: Pencegahan Konflik, CEWERS, Cisarua, Imigran, UNHCR, Potensi Konflik, Pengungsi

Page 6: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 v

ABSTRACT

This study aims to analyze how the prevention of potential conflicts between

immigrants with local communities in Cisarua, Bogor, West Java. An

increasing number of immigrants as data obtained from UNHCR, total illegal

immigrants located in Indonesian territory up to March 2014 are approximately

10,623 people consisting of 7,218 asylum seekers and the remaining 3,405

are IDPs. In Cisarua, West Java, there are immigrants who marry local

residents and open independent businesses. Meanwhile, data mention

throughout 2016 recorded 1,776 foreign nationals (foreigners) into the area of

the City and Bogor District. Then, the phenomenon of cross-breeding between

foreign citizens who are illegal immigrants with local communities is also an

issue that should be overrun by the local government. This research uses

qualitative method with descriptive analysis. Data collection was conducted by

interviewing local stakeholders in Cisarua and local communities. After that

the data will be analyzed using Early Detection and Conflict Prevention, a

review of refugees and immigrants, and the concept of security. The results

showed that In District Cisarua Kab. Bogor there is a potential conflict

between immigrants and local communities. The source of potential conflict

consists of social-cultural, legal, ideological aspects. Cultural differences

between local communities and immigrants can certainly lead to friction in the

social life of the community. Then the mediation and negotiation process that

has been done in handling the potential of immigrant conflict in Cisarua, still

not maximal because there is no implementation rule that technically regulate

about handling of immigrant problem.

Keyword: Conflict Prevention, CEWERS, Cisarua, Immigrants, UNHCR, Potential Conflict, Refugees

Page 7: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................... ......................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................. .................................. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ........................... ............................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......... .......... iv

KATA PENGANTAR .................................... ....................................... v

ABSTRAK ........................................... ................................................ vi i

ABSTRACT ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................ ................................................. x

DAFTAR GAMBAR ..................................... ........................................ xii

DAFTAR TABEL ...................................... ........................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................... ....................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM ...................... ....................... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ................................ .................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 7

1.3 Tujuan dan Signifikansi Penelitian ...................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 9

1.5 Ruang Lingkup dan Gambaran Desain Penelitian ............. 11

1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 11

1.5.2 Gambaran Desain Penelitian ............................................. 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .... .... 13

2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................... 13

2.1.1 Tinjauan Mengenai Pengungsi dan Imigran ................. 13

2.1.2 Teori Deteksi Dini dan Pencegahan Konflik ................. 21

2.1.3 Kerangka Dinamis Pencegahan dan

Resolusi Konflik............................................................ 24

2.1.4 Konsep Keamanan....................................................... 28

2.1.5 Penelitian Terdahulu .................................................... 31

2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN........................... ................................ 41

3.1 Desain Penelitian ......................................................... 41

3.2 Sumber Data/Subjek/ Objek Penelitian ........................ 42

Page 8: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 vii

3.2.1 Sumber Data ................................................................ 42

3.2.2 Subjek Penelitian ......................................................... 42

3.2.3 Objek Penelitian ........................................................... 43

3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 43

3.4 Teknik Analisis Data ..................................................... 45

3.5 Prosedur Penelitian ...................................................... 46

3.5.1 Instrumen Penelitian .................................................... 46

3.5.2 Data Primer .................................................................. 46

3.5.3 Data Sekunder ............................................................. 46

3.5.4 Pengujian Keabsahan dan Keterandalan Data ............ 47

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 48

BAB 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............... .................. 50

4.1 Gambaran Sebaran Data/Subjek Penelitian ................ 50

4.1.1 Gambaran Umum Cisarua, Kab.Bogor ........................ 50

4.1.2 Gambaran Umum Pengungsi di Indonesia .................. 52

4.2 Analisis Data dan Interpretasi Hasil ............................. 58

4.2.1 Potensi Konflik antara Imigran dengan

Masyarakat Lokal di Cisarua, Kab. Bogor .................... 58

4.2.1.1 Data Pengungsi di Cisarua .......................................... 58

4.2.1.2 Potensi Konflik antara Imigran dengan

Masyarakat Lokal di Cisarua, Kab. Bogor .................... 60

4.2.2 Pencegahan Konflik antara Imigran dengan

Masyarakat Lokal di Cisarua, Kab.Bogor ..................... 64

4.3 Pembahasan ................................................................ 68

4.3.1 Potensi Konflik antara Imigran dengan

Masyarakat Lokal di Cisarua, Kab. Bogor .................... 68

4.3.2 Pencegahan Konflik antara Imigran dengan

Masyarakat Lokal di Cisarua, Kab.Bogor ..................... 71

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ......................... .............................. 76

5.1 Simpulan ..................................................................... 76

5.2 Saran .......................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA .................................... ........................................ 79

Page 9: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alur Masuk Imigran dan Pengungsi

Menuju Indonesia ....................................................... 5

Gambar 2.1.2 Proses Kegiatan CEWERS Berbasis Jaringan .......... 23

Gambar 2.2.1 Kerangka Pemikiran ................................................... 40

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Cisarua ........................................... 51

Gambar 4.2 Proses Singkat Penanganan Pengungsi .................... 54

Gambar 4.3 Pengelompokan Pengungsi Secara Kompleks .......... 55

Gambar 4.4 Pengelompokan Pengungsi Secara Sederhana ........ 56

Gambar 4.5 Proses Penanganan Pengungsi di Lapangan ............ 57

Page 10: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................... 32

Tabel 3.6 Rencana Jadwal Penelitian ........................................ 48

Page 11: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kaum Migran menjadi topik permasalahan antara negara penerima

dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)

sebagai mandat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk

melindungi pengungsi dan membantu pengungsi mencari solusi atas

keadaan para pengungsi tersebut dan terkadang menjadi permasalahan

utama dalam penetapan status mereka. Hal ini menjadi permasalahan

karena tidak semua negara penerima merupakan peratifikasi The 1951

Convention relating to the International Status of Refugees (Konvensi

1951) dan The 1967, Protocol Relating to the International Status of

Refugees (Protokol 1967).

Kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia merupakan tujuan

utama para kaum migran. Hal ini dikarenakan posisi strategis Indonesia

yang berada diantara dua benua (Benua Asia dan Benua Australia) dan

dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik). Selain itu, faktor

penyebab lainnya adalah karena wilayah Indonesia yang berbatasan

langsung dengan negara luar seperti, Malaysia, Timor Leste, Singapura,

dan negara–negara lain. Wilayah perbatasan ini rentan untuk menjadi

pintu keluar masuknya oleh Warga Negara Asing (WNA) yang masuk

wilayah Indonesia termasuk imigran.

Permasalahan mengenai kaum imigran merupakan isu yang krusial

saat ini. Beberapa konflik di negara-negara Asia menjadi salah satu

penyebab meningkatnya jumlah imigran yang datang ke Indonesia. Konflik

dan situasi di negara asal yang kurang mendukung, seperti konflik

Rohingya di Maymar beberapa tahun lalu tentu saja mendorong warga

Rohingya masuk ke wilayah Indonesia melalui perairan di Aceh. Selain itu,

minimnya pertahanan di kawasan perbatasan juga menjadi penyebab

mudahnya akses keluar masuk imigran ke Indonesia.

Page 12: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 2

Permasalahan ini tidak hanya menjadi tanggungan bagi negara yang

telah meratifikasi Konvensi tentang Status Pengungsi tahun 1951 beserta

Protokolnya, yaitu Protokol tahun 1967, tapi juga dunia internasional.

Terlebih lagi Indonesia yang sama sekali tidak dibebani tanggung jawab

konvensi tersebut, artinya Indonesia sampai saat ini belum meratifikasi

Konvensi 1951 dan Protokol 1967 turut menanggung juga terkait masalah

imigran dan pengungsi tersebut.

Meskipun Indonesia belum menandatangani Konvensi 1951 dan

Protokol 1967, namun Indonesia masih mempunyai aturan hukum yang

terkait masalah pengaturan orang asing dalam Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Pada Pasal 8 ayat (2) UU No. 9 Tahun

1992 tentang Keimigrasian telah ditentukan bahwa setiap orang asing

yang masuk dan keluar wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah

dan masih berlaku kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-Undang ini

dan perjanjian internasional. Pasal 9 juga menegaskan bahwa setiap

orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib melalui

pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat

Pemeriksaan Imigrasi.

Atas dasar hukum tersebut, maka setiap imigran yang masuk

wilayah Indonesia tidak berdasarkan aturan dimaksud, disebut sebagai

imigran ilegal, sehingga dapat dikenakan sanksi pidana. Dalam Pasal 113

UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian disebutkan juga bahwa setiap

orang yang dengan sengaja masuk atau keluar wilayah Indonesia yang

tidak melalui pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan

Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dipidana dengan

pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana paling banyak

Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Namun dalam implementasi

peraturan tersebut, akan terlihat adanya perlakuan yang berbeda ketika

pihak Imigrasi Indonesia berhadapan dengan pencari suaka dan

pengungsi yang dalam perjalananya hendak ke negara tujuan, yaitu

Australia.

Page 13: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 3

Meskipun telah memiliki instrument hukum yang mengatur terkait

keberadaan orang asing melalui UU No 6 Tahun 2011 sebagaimana

disebutkan sebelumnya, namun demikian Indonesia tetap memiliki

kewajiban mengenai penanganan imigran ilegal karena alasan

kemanusiaan dan HAM. Terlebih lagi isu mengenai human security telah

diangkat oleh organisasi-organisasi Internasional sebagai concern. Hal ini

kemudian diperkuat dengan ditetapkannya hukum lokal dan diratifikasinya

International Human Right Treaties, seperti Perdirjenim No.IMI-

1489.UM.08.05 Tahun 2010 tentang Penanganan Imigran Ilegal, TAP

MPR No.XVII/MPR/1998 yang berisikan Piagam Hak Asasi Manusia, UUD

1945 (Amandemen) yang berorientasi pada HAM, UU No. 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan

Luar Negeri, UU No. 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi, dan CEDAW

(Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against

Women), CRC (Convention on the Rights of the Child), ICCPR

(International Convenant on Civil and Political Rights), ICESCR

(International Convenant on Economic, Social, and Cultural Rights), CAT

(Convenant Against Torture), (ICERD (International Convention on the

Elimination of All Forms of Racial Discrimination), dan CRPD (Convention

on the Rights of Persons with Disability). Instrumen hukum baik nasional

dan internasional tersebut, tentu menjadi permasalahan bagi Indonesia

dalam penanganan imigran illegal mengingat terdapat pertimbangan

prinsip kemanusiaan dan HAM yang harus di taati oleh sebuah negara.

Sementara itu, dalam proses penanganan pengungsi dan imigran

terdapat beberapa tahap yang dilakukan oleh berbagai stakeholders dan

pihak yang bersangkutan, yaitu TNI, POLRI, Kantor Imigrasi, Kementerian

Luar Negeri, UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugee),

IOM (International Ornagization of Migration), dan lain sebagainya. Tahap

pertama, yaitu dari proses penangkapan atau ditemukannya para

pengungsi dan imigran yang sedang transit di Indonesia. Para imigran

tersebut kemudian ditempatkan di RUDENIM (Rumah Detensi Imigrasi)

dibawah naungan Kantor imigrasi setempat sehingga pada proses

Page 14: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 4

penentuan status oleh UNHCR dan pada proses akhir setelah penentuan

status pengungsi tersebut dipindahkan ke negara ke-3 atau dikembalikan

ke negara asal mereka. Proses penentuan status oleh UNHCR para

pengungsi dan imigran tersebut membutuhkan waktu selama kurun waktu

1 - 2 tahun bahkan bisa lebih. Dalam kurun waktu tersebut dikahwatirkan

kehadiran para pengungsi dan imigran tersebut menimbulkan dampak

negative bagi stabilitas kegiatan keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan

berbagai aspek lainnya bagi Indonesia.

Berdasarkan data dari UNHCR hingga dengan Februari 2016

terdapat total 13,829 yang terdiri dari 7,560 pencari suaka dan 6,269

pengungsi yang berada di Indonesia dan berasal dari 44 negara. Dari

jumlah di atas, terdapat sekitar 1.030 pengungsi dan pencari suaka

berasal dari Myanmar, termasuk yang tiba di Aceh pada bulan Mei 2015.

Penampungan pencari suaka dan pengungsi dilakukan di 13 (tiga belas)

rudenim/ rumah detensi imigrasi yang tersebar di seluruh Indonesia

(Kementerian Luar Negeri RI : 2016). Sementara itu di Cisarua Jawa

Barat, telah terdapat imigran yang menikah dengan penduduk lokal dan

membuka usaha mandiri. Sementara itu, data menyebutkan sepanjang

2016 tercatat 1.776 warga negara asing (WNA) masuk ke wilayah Kota

dan Kabupaten Bogor. Dengan rincian 611 ITK (Izin Tinggal Kunjungan),

1.126 ITAS (Izin Tinggal Terbatas), dan 39 ITAP (Izin Tinggal Tetap)

(Awasi Orang Asing…. : 2016).

Pada umumnya para imigran tersebut memasuki wilayah Indonesia

melalui Provinsi Banten, yaitu daerah yang bersentuhan dengan Selat

Sunda. Banten juga merupakan daerah yang bersinggungan dengan Alur

Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang dilewati kapal berbendera

Internasional. Para imigran tersebut bergerak dari wilayah Banten menuju

ke Selatan, yaitu Sukabumi, Jawa Barat. Melalui pelabuhan yang ada di

Sukabumi mereka berlayar lagi ke arah selatan yang merupakan tempat

tujuan utama, yaitu Christmas Island, Australia. Dari jalur tersebut

mayoritas keberadaan mereka sebagian besar terpusat di wilayah seputar

Jakarta dan Jawa Barat.

Page 15: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 5

Terdapat beberapa alasan mengapa imigran ini terpusat di wilayah

tersebut, yaitu pertama untuk memudahkan koordinasi dengan beberapa

lembaga seperti UNHCR dan IOM dalam pengurusan status mereka

sebagai pengungsi. Alasan yang kedua, yaitu supaya lebih dekat jarak

menuju wilayah pantai selatan seperti Sukabumi dengan tujuan utama

yaitu Christmas Island, Australia. Dari kedua hal tersebut yang menjadikan

terjadinya penumpukan imigran di seputar Cisarua Jawa Barat, ditambah

dengan proses penentuan pengungsi tersebut yang memakan waktu

lama, sehingga para imgran ini lebih memilih bermukim di daerah

tersebut.

Gambar 1.1 Alur Masuk Imigran dan Pengungsi Menuju Indonesia Sumber: UNHCR, 2010

Keberadaan warga negara asing sebagai imigran ini menjadi

permasalahan dan menimbulkan dampak bagi ideologi, politik, ekonomi,

sosial budaya, keamanan nasional, dan kerawanan imigrasi di Indonesia.

Fenomena penumpukan imigran tersebut dikhawatirkan juga bisa

mempengaruhi sistem pertahanan Negara Indonesia, banyak pengungsi

dan imigran yang sudah menduduki wilayah territorial NKRI dan

Page 16: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 6

berinteraksi dengan masyarakat lokal, tak jarang dari pengungsi dan

imigran tersebut melakukan melakukan pernikahan dengan masyarakat

lokal hingga mempunyai keturunan, fenomena tersebut bisa dijumpai di

wilayah Cisarua. Fenomena atas penolakan sebagian warga Bogor

terhadap keberadaan para imigran yang tinggal di sekitar Cisarua, Bogor,

konon berawal dari ketidaknyamanan warga yang mulai terganggu

dengan keberadaan para imigran. Menurut masyarakat setempat,

perilaku imigran semakin seenaknya, bahkan mulai mengabaikan masalah

hukum di Indonesia (Alvi, 2013). Secara tidak langsung kejadian tersebut

juga dapat menjadi pemicu sengketa antar negara maupun konflik antar

etnis, ditambah dengan adanya perbedaan budaya antara para imigran

dengan masyarakat lokal.

Di salah satu desa, yaitu Batu Layang, terdapat berbagai imigran

yang berasal dari berbagai negara yang membuka usah dan menikah

dengan warga sekitar atau penduduk lokal. Menghadapi hal ini,

stakeholders setempat melakukan pendataan dan upaya penindakan

(Imigran Gelap di Cisarua..., 2015). Mayoritas orang Afghanistan dan

Pakistan tersebut menyewa rumah dengan harga rata-rata satu juta,

setelah kontrak tersebut habis mereka terus pergi ke daerah lain. Terlebih

lagi jika diketahui oleh petugas yang akan mendata mereka (Rudi, dalam

peristiwa di puncak…, 2014). Menurut Rudi yang juga merupakan ketua

binmas di daerah tersebut, mereka pindah ke tempat lain bersama

makelar yang sulit dilacak, kebanyakan para imigran tersebut kemudian

pergi mencari suaka ke Australia.

Fenomena mengenai imigran tersebut di atas, dapat memotivasi

timbulnya potensi konflik antara warga asing yang merupakan imigran

illegal dengan masyarakat lokal. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia

melalui stakeholders terkait selain melalui penetapan UU No. 6 Tahun

2011 juga perlu melakukan upaya pencegahan konflik antara merupakan

imigran illegal dengan masyarakat lokal di Cisarua, Jawa Barat agar tidak

tercipta ekskalasi konflik yang terbuka.

Page 17: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 7

Hal ini menjadi isu yang penting untuk didalami karena memiliki

dampak bagi sistem pertahanan negara. Dibutuhkan penanganan lebih

lanjut mengingat dampak dari keberadaan pengungsi dan imigran tersebut

dapat menimbulkan konflik antar bangsa, yang secara langsung

memepengaruhi sistem pertahanan Negara Indonesia. Dalam pasal 1

ayat (2) dan (3) UU Nomor 7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik

Sosial dijelaskan mengenai penanganan konflik yaitu serangkaian

kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam situasi

dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik

yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik, dan pemulihan

pasca konflik. Kegiatan Pencegahan konflik dilakukan dengan

peningkatan kapasitas kelembagaan dan sistem peringatan dini atau

Conflict Early Warning Systems (CEWERS). Untuk itu, penelitian ini

dilakukan untuk menganalisis upaya pencegahan konflik melalui sistem

peringatan dini terhadap pengungsi dan imigran di Cisarua. Kegiatan

pencegahan konflik tersebut juga melibatkan banyak pihak dalam proses

penanganannya.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang hendak diangkat dan menjadi fokus dalam penelitian

ini adalah upaya pencegahan potensi konflik antara warga negara asing

yang menjadi imigran illegal dengan masyarakat lokal di Cisarua, Jawa

Barat. Upaya pemerintah Indonesia dan stakeholders setempat beserta

political will yang kuat dan koordinasi antar lembaga institusional terkait

merupakan suatu hal yang penting untuk dilaksanakannya pencegahan

potensi konflik mengenai imigran ini sejak dini.

Selain itu, peningkatan jumlah imigran yang semakin meningkat

sebagaimana data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang

berada di wilayah Indonesia hingga dengan bulan Maret 2014 kurang

lebih sekitar 10.623 orang yang terdiri dari 7.218 orang pencari suaka dan

sisanya 3.405 berstatus pengungsi. Di Cisarua Jawa Barat, telah terdapat

imigran yang menikah dengan penduduk lokal dan membuka usaha

Page 18: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 8

mandiri. Sementara itu, data menyebutkan sepanjang 2016 tercatat 1.776

warga negara asing (WNA) masuk ke wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.

Dengan rincian 611 ITK (Izin Tinggal Kunjungan), 1.126 ITAS (Izin Tinggal

Terbatas), dan 39 ITAP (Izin Tinggal Tetap) (Awasi Orang Asing…. :

2016). Kemudian, fenomena mengenai pernikahan silang antara warga

negara asing yang merupakan imigran illegal dengan masyarakat lokal

juga menjadi persoalan yang harus di atas oleh pemerintah setempat.

Berdasarkan rumusan masalah penelitian sebagaimana diuraina di

atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana Potensi Konflik antara imigran dengan masyarakat lokal

di Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat?

2) Bagaimana Pencegahan Konflik antara imigran dengan masyarakat

lokal di Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat?

1.3 Tujuan dan Signifikansi Penelitian

Berdasarkan fenomena dan rumusan masalah yang diuraikan di atas

maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ha-hal berikut:

1) Untuk Menganalisis Potensi Konflik antara imigran dengan

masyarakat lokal di Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat.

2) Untuk mengidentifikasi upaya Pemerintah Indonesia dan

stakeholders terkait dalam pencegahan konflik antara imigran

dengan masyarakat lokal di Cisarua, Jawa Barat. Hal ini dilakukan

untuk mencegah ekskalasi konflik terbuka antara kedua pihak dan

dampaknya bagi sistem pertahanan negara. Hal ini dikarenakan

keberadaan imigran ini merupakan ancaman bagi keamanan

nasional Indonesia. Dalam hal ini akan diidentifikasi mengenai

bagaimana sistem penanganan potensi konflik dan upaya

pencegahan apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah

Indonesia dan stakeholders terkait dalam menangani konflik antara

imigran dengan masyarakat lokal di Cisarua, Jawa Barat.

Namun demikian, signifikansi implementasi rekomendasi KKP bagi

keberlanjutan dan perdamaian bilateral masih perlu diteliti lebih lanjut,

Page 19: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 9

terutama dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang menghambat dan

mendorong terimplementasinya rekomendasi komisi tersebut. Kemauan

politik penguasa yang kuat dan koordinasi antar lembaga yang baik akan

menjadi penentu terlaksananya upaya pencegahan konflik antara imigran

dengan masyarakat lokal di Cisarua, Jawa Barat.

Selain itu, dalam konteks geografis, penelitian ini menjadi sangat

krusial karena letak wilayah Cisarua yang berada di Provinsi Jawa Barat

berdekatan dengan Ibu Kota yang kemudian mengarah kepada pelabuhan

di Banten dan di sisi lain berdekatan dengan pelabuhan yang ada di

Sukabumi. Dengan letak yang strategis ini para imigran illegal dapat

berlayar ke Christmas Island, Australia melalui pelabuhan di Sukabumi.

Sementara itu, Banten merupakan daerah yang bersinggungan dengan

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang dilalui oleh kapal-kapal

berbendera Internasional. Mengingat hal ini maka, keberadaan imigran di

Indonesia merupakan ancaman yang serius bagi sistem pertahanan

negara dan keamanan nasional Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu

bentuk penerapan teori-teori dan konsep-konsep pada Program Studi

Damai dan Resolusi Konflik di Universitas Pertahanan. Dengan demikian,

penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian mengenai upaya

pencegahan konflik dan sistem penanganan potensi konflik antara imigran

dengan masyarakat lokal di Indonesia.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

kontribusi yang positif bagi ilmu pertahanan di Indonesia, mengingat ilmu

ini semakin berkembang dari waktu ke waktu dalam menghadapi

perubahan dalam lingkungan strategis. Semakin meningkatnya jumlah

imigran dari tahun ke tahun, sebagaimana data dari UNHCR disebutkan

bahwa hingga dengan Februari 2016 terdapat total 13,829 yang terdiri dari

7,560 pencari suaka dan 6,269 pengungsi yang berada di Indonesia dan

Page 20: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 10

berasal dari 44 negara (Kementerian Luar Negeri RI : 2016). Bahkan di

Cisarua Jawa Barat, telah terdapat imigran yang menikah dengan

penduduk lokal dan membuka usaha mandiri. Hal ini tentu saja menjadi

ancaman bagi pertahanan dan keamanan nasional Indonesia mengingat

bahwa bentuk ancaman saat ini tidak hanya sesuatu yang bersifat militer

saja.

Berdasarkan dua hal pokok yang diuraikan di atas maka penelitian

ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya

khususnya penelitian dengan tema terkait, yaitu damai dan resolusi konflik

serta ilmu pertahanan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsih pemikiran mengenai suatu upaya pencegahan konflik dan

sistem penanganan potensi konflik.

2) Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

rekomendasi kepada Pemerintah Indonesia dan stakeholders terkait

mengenai upaya pencegahan konflik dan sistem penanganan potensi

konflik antara imigran dengan masyarakat lokal di Indonesia. Secara

spesifik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada

Pemerintah dan stakeholders Bogor yang terlibat aktif dalam upaya

pencegahan konflik akibat keberadaan imigran, antara lain Pemerintah

Kabupaten Bogor, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Bogor,

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Bogor,

Dinas Imigrasi Kabupaten Bogor, Polres Bogor dan Kodim 0621/

Kabupaten Bogor untuk memiliki political will yang kuat dan koordinasi

antar lembaga yang terjalin baik yang didukung dengan dukungan

Regulasi yang telah dibuat oleh Pemerintah Pusat. Hal tersebut perlu

karena dapat mendorong terlaksananya upaya pencegahan dan Conflict

Early Warning Systems (CEWERS) antara imigran dengan penduduk lokal

guna menjaga pertahanan dan keamanan nasional Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup dan Gambaran Desain Penelitian

1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian

Page 21: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 11

Ruang lingkup penelitian ini merupakan ilmu perdamaian dan

resolusi konflik yang kemudian akan dikaitkan dengan ilmu pertahanan.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam ilmu pertahanan disebutkan bahwa

ancaman bagi keamanan nasional negara bukan hanya sesuatu yang

bersifat militer saja namun juga dafat datang dari ancaman nir militer.

Dengan demikian untuk menjaga keamanan nasional maka ancaman nir

militer seperti keberadan imigran yang sedang transit di wilayah

Indonesia, khususnya di Cisarua, Bogor, Jawa Barat penting untuk di

atasi.

Sesuai dengan rumusan masalah serta pertanyaan penelitian yang

telah dideskripsikan pada bagian 1.2 Rumusan Masalah maka ruang

lingkup penelitian ini adalah sebaga berikut:

1) Potensi Konflik antara imigran dengan masyarakat lokal di Cisarua,

Kab. Bogor, Jawa Barat

2) Pencegahan Konflik antara imigran dengan masyarakat lokal di

Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat.

1.5.2 Gambaran Desain Penelitian

Penelitian ini akan dibuat menjadi lima bagian yang terdiri dari :

BAB 1 PENDAHULUAN

Menjelaskan mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan signifikansi

penelitian, manfaat akademis dan praktis penelitian, ruang lingkup dan

gambaran desain penelitian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang terdiri dari kerangka

pemikiran, teori yang mendukung pernelitian, penelitian terdahulu yang

relevan, kajian-kajian yang relevan dengan penelitian, dan pelaksanaan

penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Page 22: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 12

Menjelaskan tentang metode penlitian yang digunakan untuk

penelitian dan pencarian data dalam rangka menjawab pertanyaan

penelitian. Desain penelitian, sumber data primer dan sekunder yang

digunakan dalam penelitian, teknik penentuan informan, teknik

pengolahan dan analisis data, serta semua yang berkaitan dengan

metode bagi penelitian ini akan dipaparkan dalam bab ini.

BAB 4 DATA PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Membahas dan menganalisis temuan di lapangan yang telah

dikumpulkan melalui penentuan metode penelitian. Data-data penelitian

lainnya, seperti hasil desk review yang mendukung diharapkan dapat

membantu untuk menganalisis temuan penelitian tersebut dengan

mengaitkannya dengan konsep atau teori yang relevan dengan tema

penelitian.

BAB 5 PENUTUP

Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, serta kritik dan

saran untuk kebaikan dan kesempurnaan penelitian. Selain itu, bab ini

juga berisi rekomendasi yang dihasilkan dari pengolahan dan analisis data

bagi institusi dan lembaga terkait sebagai bentuk dari manfat dan tujuan

dari dilakukannya penelitian ini.

Page 23: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Tinjauan Mengenai Pengungsi dan Imigran

Penelitian ini membahasa tentang imigran, imigran ilegal, pengungsi,

orang yang tidak memiliki kewarganegaraan (stateless person), maupun

pencari suaka. Berikut beberapa definisi yang membedakan antar

kelompok tersebut.

Didalam Pasal 1.A (2) Konvensi Mengenai Status Pengungsi 1951

dijelaskan bahwa istilah “pengungsi” yaitu :

“As a result of events occurring before 1 January 1951 and owing to well founded fear of being persecuted for reasons of race, religion, nationality, membership of a particular social group or political opinion, is outside the country of his nationality and is unable or, owing to such fear, is unwilling to avail himself of the protection of that country; or who, not having a nationality and being outside the country of his former habitual residence as a result of such events, is unable or, owing to such fear, is unwilling to return to it.” Pada pasal tersebut dijelaskan mengenai orang yang berada di luar

negara asalnya atau domisili aslinya. Hal tersebut merupakan dasar

fenomena yang kerap terjadi dalam masyarakat internasional, yaitu

ketakutan yang sah akan gangguan pada keselamatan diri dan

keluarganya sebagai akibat kesukuan, agama, kewarganegaraan, dan

keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu atau pendapat politik yang

dianutnya. Serta yang bersangkutan tidak mampu atau tidak ingin

memperoleh perlindungan bagi dirinya dari negara asal tersebut, ataupun

kembali ke negara asal karena mengkhawatirkan keselamatan dirinya.

Pada intinya didalam Konvensi 1951 Mengenai Status Pengungsi

menjabarkan definisi pengungsi sebagai seseorang yang dikarenakan

oleh ketakutan yang beralasan akan penganiayaan, yang disebabkan oleh

alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan kelompok sosial tertentu

dan keanggotaan partai politik tertentu, berada diluar Negara

Page 24: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 14

kebangsaannya dan tidak menginginkan perlindungan dari Negara

teresebut karena mengkhawatirkan keselamatan pengungsi tersebut.

Pengertian atau istilah “pengungsi” mengalami perkembangannya

sendiri. Pada kamus Bahasa Indonesia pengungsi diartikan sebagai

“orang yang mencari tempat yang aman ketika daerahnya ada bahaya

yang mengancam” (Badudu, 1994). Jika diuraikan bahwa akar kata dari

istilah pengungsi adalah ‘ungsi’ dan kata kerjanya adalah ‘mengungsi’,

yaitu pergi mengungsi (menyingkirkan) diri dari bahaya atau

menyelamatkan diri (ke tempat yang memberikan rasa aman).

Dalam terminologi bahasa Indonesia pengungsi tidak mencakup baik

geografisnya maupun prasyarat penyebabnya. Hal lain yang perlu

mendapat catatan dalam konteks Indonesia, pengungsi sering disebut

dengan “imigran ilegal” atau “imigran gelap”. Penyebutan imigran ilegal

atau imigran gelap di Indonesia ditujukan terhadap mereka yang tidak

memiliki identitas resmi berupa paspor dan visa (“Pengungsi Bukan

Imigran, dalam Wagiman, 2012:97).

Sementara itu, Pietro Verri (sebagaimana dikutip dalam Romsan,

2003:36-37) dalam mendefinisikan pengungsi merujuk pada Pasal 1

Konvensi 1951 khususnya pada kalimat “applies to many person who has

fled the country of his nationality to avoid persecution or the threat

persecution”. Pandangan Pietro Verri tersebut menjelaskan bahwa

pengungsi merupakan seseorang atau sekelompok orang yang

meninggalkan negaranya karena adanya ketakutan yang tidak terhingga

serta adanya kemungkinan atau potensi terjadinya penyiksaan. Dalam

pengertian umum pengungsi adalah orang yang dipaksa keluar dari

wilayah negaranya, karena disebabkan oleh paksaan yang dialami, dan

memungkinkan timbul rasa tidak aman atau jaminan atas keamanan dari

pemerintah tersebut.

Para ahli lain yaitu Malcolm Proudfoot (sebagaimana dikutip dalam

Wagiman, 2012) memberikan pengertian pengungsi dengan melihat

keadaan para pengungsi akibat Perang Dunia II. Walaupun tidak secara

Page 25: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 15

jelas dia memberikan pengertian tentang pengungsi, namun dari

komentarnya dapat ditarik suatu gambaran sebagai berikut:

‘These forced movement, …were the result of the persecution, forcible deportation, or flight of Jews and the political opponents of the authoritarians governments; the transference of ethnic populations back to their homeland or to the newly created provinces acquired by war or treaty; the arbitrary rearrangement of prewar boundaries of sovereign states; the mass flight of civilians under the terror of bombarment from the air and under the threat or pressure of the advance or retreat of armies over immense areas of Europe; the forced removal of populations from coastal or defense areas under military dictation; and the deportations for forced labour to bolster the German war effort.’ Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada saat

terjadinya Perang Dunia II, pengungsi merupakan orang-orang yang

terpaksa berpindah ke tempat lain akibat adanya penganiayaan, deportasi

secara paksa, atau pengusiran orang-orang Yahudi dan perlawanan politik

pemerintah yang berkuasa, pengembalian etnik tertentu ke tempat tinggal

negara asal mereka atau provinsi baru yang timbul akibat perang atau

perjanjian, penentu tapal batas secara sepihak sebelum perang terjadi;

perpindahan penduduk sipil secara besar-besaran akibat adanya

serangan udara dan adanya tekanan atau ancaman dari para militer di

beberapa wilayah di Eropa; perpindahan secara paksa penduduk dari

wilayah negara pantai atau daerah pertahanan berdasarkan perintah

militer, serta pemulangan tenaga kerja paksa untuk ikut dalam perang

Jerman.

Menurut Statuta UNHCR, yaitu instrumen yang disahkan oleh Majelis

Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam Resolusi 428 (V), bulan

Desember 1959. United Nation High Commissioner for Refugees (Komisi

Tinggi Perserikatan Bangsa untuk Urusan Pengungsi) dibentuk pada

bulan Januari 1951. Secara garis besar Statuta UNHCR ini terdiri dari 3

(tiga) bab, yaitu: 1. Ketentuan-Ketentuan Umum; 2. Fungsi UNHCR; 3.

Organisasi dan Keuangan. Definisi tentang pengungsi disebutkan

tepatnya pada Pasal 6B Statuta UNHCR, pengungsi diartikan sebagai:

Page 26: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 16

“Any person who is outside the country of his nationality or, if he has no nationality, the country of his former habitual residence, because he has or had well-founded fear of persecution by reasons of his race, religion, nationality or political opinion and is unable or, because of such fear, is enwilling to avail himself of the protection of the government of the country of his nationality, to return to the country of his former habitual residence” Pada pasal tersebut pengungsi didefinisikan sebagai orang yang

berada di luar negara asalnya atau tempat tinggal aslinya. Dengan

demikian batasan pengungsi berhubungan dengan lintas batas negara.

Adapun alasan untuk dapat disebut pengungsi haruslah mempunyai dasar

ketakutan yang sah akan diganggu keselamatannya sebagai akibat

kesukuan, agama, kewarganegaraan, keanggotaan dalam kelompok

sosial tertentu atau pendapat politik yang dianutnya. Di samping itu, harus

bisa dibuktikan kemudian bahwa mereka tidak memperoleh perlindungan

bagi dirinya dari negara asalnya. Apabila kembali ke negara asalnya pun

maka keselamatan terhadap pengungsi tersebut akan terancam

(Wagiman, 2012:104).

Definisi menegnai pengungsi selanjutnya diatur dalam Protokol

Tanggal 31 Januari 1967 tentang Status Pengungsi (Protocol Relating to

the Status of Refugees of 31 January 1967) atau biasa disebut dengan

Protokol Pengungsi 1967, pengertian pengungsi sudah diperluas. Terlihat

dalam pasal 1 ayat (2), pengungsi diartikan sebagai berikut:

‘For the purposes of the present Protocol, the term ”refugee” shall, except as regards the application of paragraph 3 of this Article, mean any person within the definition of Article 1 of the Convention as if the words “As a result of events occurring before 1 January 1951 …”and the words”… a result of such events: in Article 1 A (2) were committed.’ Adanya perluasan mengenai definisi pengungsi seperti yang dimuat

dalam Konvensi tahun 1951 sebagai akibat adanya kelompok pengungsi

baru yang terjadi pada sepanjang tahun 1950 hingga dengan tahun 1960,

khususnya di Afrika. Oleh karena itu, negara-negara yang menjadi pihak

Page 27: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 17

dari protokol ini menerapkan definisi pengungsi menurut Konvensi tahun

1951, namun tanpa adanya batasan waktu. Jika negara-negara hanya

terikat pada Protokol tahun 1967 saja, maka tidak mungkin untuk

memasukkan batasan geografis untuk masalah pengungsi.

Pandangan lain mengenai pengungsi juga terungkap dalam

Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1967 tentang Asilum

Teritorial (UN. Declaration on Territorial Asylum 1967). Deklarasi ini

memperluas efektifitas perlindungan internasional terhadap para

pengungsi, deklarasi tersebut juga lebih menekankan hak-hak dan

perlindungan bagi para pengungsi. Perlindungan itu dimaksudkan untuk

mengembangkan instrumen hukum internasional untuk para pengungsi

dan juga untuk memastikan bahwa mereka diperlakukan sesuai dengan

instrumen-instrumen khususnya yang berkaitan dengan hak untuk

bekerja, jaminan sosial, serta akses terhadap dokumen perjalanan. UN.

Declaration on Territorial Asylum 1967 ini hanya terdiri dari 4 (empat)

pasal. Pada bagian Pembukaan, Deklarasi ini merujuk pada pasal 14 dari

Universal Declaration of Human Rights yang menyatakan bahwa:

1) ‘Everyone has the right to seek and enjoy in other countries asylum

from presecution;

2) The right may not be revoked in the case of prosecutions genuinely

arising from non-political crimes or acts contrary to the purposes and

principles of the United Nations.’

Deklarasi tahun 1967 juga merujuk kepada pasal 13 ayat (2) dari

Universal Declaration of Human Rights yang menyatakan, ‘Everyone has

the right to leave any country, including his own, and to return to his

country.’ Menurut Romsan (2003:29) dalam Hukum Pengungsi

Internasional selain istilah pengungsi (refugee), juga dikenal istilah-istilah

lain yang berkaitan dengan pengungsi, antara lain:

a. Pengungsi Dalam Negeri ( Internally Displaced Persons/IDPs)

Istilah Displaced Person (DPs) digunakan oleh Persrikatan Bangsa-

Bangsa dan UNHCR pertama kali pada tahun 1972 dan tetap dipakai

Page 28: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 18

sampai tahun 1974. UNHCR mengartikan istilah Displaced Persons (DPs)

sebagai orang-orang yang karena konflik bersenjata internal terpaksa

meninggalkan kampung halamannya untuk pergi ke tempat lain yang

lebihh aman tetapi masih berada di dalam wilayah negara mereka sendiri.

Sejak tahun 1975, UNHCR dan Perserikatan Bangsa-Bangsa memakai

istilah Displaced Persons (DPs) untuk menunjuk pada orang-orang yang

meninggalkan kampung halamannya untuk pergi ke tempat lain yang

dirasanya lebih aman, sebagai akibat terjadinya konflik bersenjata di

negara asalanya, tetapi yang (sudah) berada di luar perbatasan negara

asalnya. Untuk displaced persons dalam pengertian semula (tetap masih

berada dalam wilayah negara yang sama), dan untuk itu UNHCR

memakai istilah Internally Displaced Persons (IDPs).

Istilah displaced persons (DPs) dalam berbagai resolusi Majelis

Umum tahun 1975 yang memberikan hak kepada UNHCR untuk

memberikan bantuan dan perlindungan kepada orang-orang terlantar

(persons displaced) di luar negara asal yang tidak dimasukkan dalam

pengertian pengungsi, tetapi mereka ditemukan dalam ‘kondisi seperti

pengungsi’, akibat kejadian-kejadian (terkadang sebagai ‘bencana buatan

manusia’) yang timbul dalam negara asal mereka (UNHCR, Training

Modul RLD, 1992:35).

Dalam Guiding Principles on Internal Displacement angka 2:

pengantar, memuat pengertian dan istilah Internally Displaced Persons

(IDPs) sebagai berikut:

‘…internally displaced persons are persons or groups of persons who have been forced or obliged to flee or to leave their homes or places of habitual residence, in particular as a result of or in order to avoid the effects of armed conflict, situations of generalized violence, violation of human rights or natural or humanmade disasters, and who have not crossed an internationally recognized state border.’

Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud dengan Internally

Displaced Persons (IDPs) adalah orang-orang atau sekelompok orang

yang dipaksa atau diharuskan meninggalakan rumah atau tempat tinggal

Page 29: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 19

mereka, terutama sebagai akibat atau disebabkan konflik bersenjata,

dalam situasi terjadi pelanggaran, pelanggaran hak asasi manusia, atau

peristiwa alam, atau karena pebuatan manusia, dan tidak menyeberang

perbatasan negara yang diakui secara internasional.

Dalam hal ini, terlihat bahwa istilah Internally Displaced Persons

(IDPs) timbul karena adanya bahaya yang mengancam keselamatan

penduduk. Misalnya: adanya pertikaian bersenjata, atau karena

banyaknya pelanggaran, pelanggaran hak asasi manusia, atau karena

terjadinya bencana alam (natural disaster) seperti banjir, gempa, gunung

meletus, kekeringan. Juga karena bencana buatan manusia (man-made

disaster). Terlihat perkembangan penggunaan kata atau istilah ‘persons’

dalam Displaced Persons (DPs) dan Internally Displaced Persons (IDPs),

yaitu menjadi ‘people’, sehingga istilah-istilah yang kini dipakai oleh

UNHCR adalah Displaced People (DPs) atau Internally Displaced People

(IDPs).

b. Orang-Orang Tanpa Warga Negara ( Stateless Persons)

Orang-Orang Tanpa Warga Negara atau Stateless Persons adalah

setiap orang yang baik karena kelahiran atau akibat perubahan di dalam

negara asalnya menjadi tanpa kewarganegaraan (persons who either

feom birth or as result of subsequent changes in their country of origin are

without citizenship) (UNHCR, Training Modul RLD, 1992:36).

Seseorang yang tidak dianggap sebagai warga negara oleh negara

manapun (de jure stateless) atau seseorang yang tidak dapat menikmati

hak-hak fundamental seperti warga lainnya di negara tempat tinggalanya

(de facto stateless), dapat menjadi musibah bagi mereka karena mereka

dianggap tidak ada dan tidak mempunyai hak sama sekali. Tidak seperti

kelompok-kelompok lain yang telah disebutkan sebelumnya, orang yang

tidak memiliki kewarganegaraan kemungkinan tidak pernah berpindah dari

tempat mereka dilahirkan. Namu beberapa dari mereka juga merupakan

pengungsi (UNHCR, Media Relation and Information, 2007:10).

Terdapat 2 (dua) hal yang menyebabkan seseorang menjadi tidak

berkewarganegaraan, yaitu: karena kelahiran atau akibat dari perubahan

Page 30: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 20

yang terjadi di dalam negara asalnya. Selain beberapa istilah yang terkait

dengan pengungsi tersebut di atas, UNHCR (2007:10) menjabarkan

beberapa istilah lain yang juga berkaitan erat dengan istilah pengungsi,

yaitu:

i. Pencari Suaka

Adalah seseorang yang telah mengajukan klaim bahwa dia adalah

seorang pengungsi dan sedang menunggu apakah klaim yang

diajukannya tersebut diterima atau ditolak. Istilah ini tidak mengandung

asumsi apa pun, istilah ini hanya sekedar menyatakan fakta bahwa

seseoarang telah mengajukan permohonan sebagai pengungsi. Beberapa

pencari suaka dapat diputuskan sebagai pengungsi dan lainnya tidak.

ii. Migran

Istilah yang mencakup sebagian besar orang yang berpindah ke

negara asing untuk berbagai alasan dan untuk waktu tertentu (biasanya

sekrangnya 1 (satu) tahun supaya tidak termasuk pengunjung sementara

seperti wisatawan atau orang yang melakukan kunjungan bisnis, dan lain

sebagainya). Istilah ini berbeda dengan istilah ‘imigran’ yang berarti

seseorang yang menetap secara permanen di suatu negara selain negara

asalnya.

Berdasarkan beberapa pengertian pengungsi yang diuraikan di atas,

maka definisi dari pengungsi sesuai dengan pengertian pengungsi yang

diberikan oleh ketentuan Pasal I A ayat (2) Konvensi Tahun 1951

Mengenai Status Pengungsi (The 1951 Convention Relating to the Status

of Refugees) dan juga pengertian pengungsi yang diberikan oleh Pasal 1

ayat 2 Protokol Tanggal 31 Januari 1967 mengenai Status Pengungsi

(Protocol Relating to the Status of Refugees of 31 January 1967), yaitu

bahwa ‘pengungsi’ adalah orang-orang yang berada di luar negaranya

dan terpaksa meninggalkan negara mereka karena adanya rasa takut

yang sangat akan persekusi karena alasan ras, agama, dan kebangsaan,

keanggotaan pada kelompok sosial tertentu ataupun karena pendapat

politik yang dianut mereka.

Page 31: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 21

Unsur yang sering disebutkan dari berbagai definisi mengenai

pengungsi yaitu adanya ancaman baik dari dalam atau luar negaranya,

sehingga mayoritas dari mereka lebih memilih untuk meninggalkan

negaranya tersebut. Bagi yang tidak memiliki warga negara, mereka

berada di luar negara dimana mereka bertempat tinggal sebelumnya,

sebagai akibat dari suatu peristiwa, dan tidak dapat, atau karena adanya

rasa takut yang sedemikian rupa dan tidak bermaksud untuk kembali ke

negara tersebut.

2.1.2 Teori Deteksi Dini dan Pencegahan Konflik

Menurut Ganson & Wennman (2013) pencegahan konflik adalah,

“A focus on a strength and resilience of social and political networks and institutions that identify and mobilise responses to known tensions and stress factors”.

Stress factors dalam hal ini adalah akar penyebab konflik yang telah

lama ada dan menekan di sistem sosial sehingga mengurangi tingkat

stabilitas dan meningkatkan vulnerabilitas. Maka secara singkat

pencegahan konflik adalah ketahanan sistem untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan konflik dari akar atau sumber penyebab yang telah lama

ada di masyarakat.

Lebih lanjut, Burton (1990) mengenalkan teori provensi konflik, yang

membedakan antara conflict prevention dan conflict provention

“The term prevention has the connotation of containment. The term provention has been introduced to signify taking steps to remove sources of conflict, and more positively to promote conditions in which collaborative and valued relationships control behaviours.”

Istilah prevention memiliki konotasi pembatasan dan hanya bertujuan

untuk menghentikan kemungkinan terjadinya konflik dan tidak sampai

pada pencegahan dari sumber konflik yang telah lama ada. Oleh sebab itu

istilah provention diperkenalkan untuk memperlihatkan langkah-langkah

nyata untuk menyingkirkan sumber-sumber konflik dan secara lebih positif

mempromosikan kondisi kohesi masyarakat yang baik dan bernilai

Page 32: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 22

sehingga dapat mengendalikan perilaku yang menimbulkan konflik. Pada

tingkat global, pencegahan konflik yang paling penting dikenal dengan

sebutan Responsibility to Protect atau R2P yaitu:

“explicitly obliges states to protect their populations from

genocide, war crimes, ethnic cleansing, and crime against

humanity, and moreover, calls on the international community to

take collective action if states fail to do so” (Stanes, et al. 2011).

Namun pencegahan konflik pada tingkat mikro bergantung pada

usaha dari masyarakat lokal itu sendiri. Maka diperlukan sistem yang

resilience untuk mencegah konflik terjadi, dimana perencanaan dan early

warning system dapat segera dilakukan oleh pemerintah lokal.

Definisi mengenai CEWERS berdasarkan Forum on Early Warning

and Early Response - FEWER (sebagaimana dikutip dalam Institut Titian

Perdamaian, 2005:7) yaitu:

“The systemic collection and analysis of information coming from areas of crises for the purpose of (a) anticipating the escalation of violent conflict; (b) the development of strategic response to these crises; and (c) the presentation of options to critical actors for the purpose of decision making.” Bisa diartikan sebagai kumpulan sistem dan analisis informasi yang

berasal dari daerah krisis untuk tujuan mengantisipasi eskalasi konflik

dengan kekerasan; pengembangan respon strategi terhadap krisis yang

ada; dan memberikan pandangan opsional terhadap aktor penting untuk

tujuan pengambilan keputusan.

Definisi lain juga diungkapan oleh West Africa Network for

Peacebuilding – WANEP (dalam Institut Titian Perdamaian, 2005:8) :

“the collection and analysis of information about potential and or actual conflict situations, and the provision of policy options to influential actors at the national, regional and international level that may promote peace” Yaitu kumpulan dan analisis informasi tentang situasi konflik baik

yang masih merupakan potensi konflik, maupun konflik pada situasi yang

aktual, serta ketetapan pilihan kebijakan untuk aktor yang berpengaruh

Page 33: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 23

pada tingkat nasional, regional, maupun internasional yang dapat

mempromosikan perdamaian.

Pada dasarnya, CEWERS dibuat bertujuan untuk mengidentifikasi

dan menilai indikator-indikator konflik yang paling menonjol, menilai

kemungkinan kecenderungan dan skenario konflik (Institut Titian

Perdamaian 2005:9). Hasil laporan CEWERS dapat bervariasi, tergantung

pada sumber data, pelaku, dan metodologi yang digunakan untuk

melakukan analisis tren.

Gambar 2.1.2 Proses Kegiatan CEWERS Berbasis Jaring an Sumber: Institut Titian Perdamaian (2005:19)

Menurut Christie (2001), terdapat empat prinsip dalam resolusi

konflik, salah satunya yaitu resolusi konflik merupakan upaya kerja sama.

Institut Titian Perdamaian (2005:18) juga mengungkapkan bahwa jaringan

merupakan sumber informasi sekaligus area pertukaran gagasan dan

tindakan bersama dalam rangka pencegahan konflik. Dalam hal ini

adanya sistem antar institusi, serta adanya koordinasi yang tergabung

Page 34: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 24

dalam suatau jaringan sangat menentukan hasil keluaran dari CEWERS.

Salah satu komponen vital adalah adanya kerja sama dengan pemangku

kebijakan, dalam suatu jaringan posisi pemangku kebijakan juga dianggap

penting.

Jaringan haruslah terdiri dari sekelompok orang terpilih yang

bertindak secara kolektif, dan dengan menggunakan jaringan yang ada,

secara bersama-sama dapat mencegah konflik kekerasan di suatu daerah

(Institut Titian Perdamaian 2005:63).

Tema yang akan dianalisis dalam penelitian ini, diharapkan teori

CEWERS dapat membantu untuk mengetahui seberapa besar upaya

pencegahan konflik antara imigran dengan masyarakat lokal di Cisarua,

Jawa Barat dan seberapa jauh sistem jaringan yang selama ini bekerja

dalam deteksi dini pencegahan konflik terhadap imigran dan pengungsi.

2.1.3 Kerangka Dinamis Pencegahan dan Resolusi Konf lik

Dalam hal ciri dinamis dari kerangka ini lahir karena meliputi dua hal

mendasar: pertama, analisis situasi dan kondisi konflik dan pascakonflik

Page 35: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 25

haruslah analisis yang bersifat dinamis sebagaimana yang diraikan pada

awal kerangka teori; kedua, melalui pengalaman empiris Ichsan Malik

menjadi mediator konflik, konflik dapat muncul dari kelima komponen

tersebut. konflik dapat muncul dari eskalasi konflik yag dibiarkan terus

meningkat, namun juga dapat muncul dari dari faktor pemicu konflik yang

telah mumpuni, atau juga dapat muncul akibat dari efektifnya provokator

konflik yang memengaruhi kelompok rentan menjadi agresif dan mudah

dimobolisasi. Oleh karena itu perspektif yang digunakan dalam melihat

kondisi dan situasi konflik harus holistik dan terintegrasi dalam melihat

kelima komponen yang ada dalam kaerangka ini, karena semua

komponen tersebut semuanya saling kait-mengait, saling berkontribusi

dan saling memberikan pengaruh dalam terjadinya kondisi konfil dan juga

peramaian (Malik : 2014).

Komponen pertama adalah tingkat eskalasi dan de-eskalasi. Tingkat

eskalasi akan memberikan kontribusi bagi konflik dan perdamaian. Jika

eskalasi konflik meningkat dalam bentuk ketegangan dan mobilisasi

massa, kemudia diikuti terjadinya krisis pada seluruh pihak yang

berkepentingan untuk menyelesaikan konflik, hingga berlanjut dalam

bentuk aksi kekerasan baik yang bersifat terbatas atau massal yang

menyebabkan korban, maka eskalasi tersebut akan memberikan

pengaruh terhadap terjadinya pembangunan konflik. Begitu juga

sebaliknya, jika eskalasi telah dapat dideteksi dan dikendalikan, dilakukan

musyawarah atau pertemuan untuk menyelesaikan konflik sehingga

ketegangan dan krisis dapat diredam. Maka kondisi yang disebut de-

eskalasi konflik dapat mendorong terjadinya pembangunan perdamaian.

Akan tetapi, menurunnya eskalasi tidak serta merta akan menjadikan

permasalahan suatu konflik selesai. Masih ada beberapa komponen

lainnya yang dapat mendorong terjadinya konflik.

Komponen kedua disebut faktor konflik. ada tiga elemen dalam factor

konflik yaitu: 1) Elemen pemicu konflik adalah faktor yang muncul tiba-tiba

dalam kejadian konflik, bisa pembunuhan, perkelahian, ataupun tidak

kekerasan. Elemen pemicu ini dapat dianalogikan sebagai api yang

Page 36: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 26

menyambar dan dapat langsung membakar rumput yang kering. 2)

Elemen akselerator konflik adalah reaksi-reaksi yang muncul sebagai

akibat dari terjadinya konflik, reaksi ini apabila dibiarkan akan terus

meluas dan semakin mendalam. Akselerator adalah katalisatir yang dapat

menyebarkan konflik ke segala arah. Hal ini dapat dianalogikan dengan

angin panas yang menyebarkan api sehingga kebakaran semakin meluas.

3) Elemen akar konflik. Penyebab struktural adalah sumber konflik yang

sebenarnya paling mendasar berkaitan dengan kebijakan negara maupun

kebijakan global dalam akses dan kontrol terhadap sumber daya yang

menyangkut kehidupan. Adanya diskriminasi dan perlakuan yang tidak

adil. Kekacauan suatu pemerintah dalam pengelolaan masyarakat dan

sumber daya. Ataupun terjadinya kejahatan kemanusiaan dan korupsi. Hal

ini dapat dianalogikan sebagai hamparan rumput kering yang mudah

terbakar. Ketiga elemen ini akan menjadi prakondisi yang mendorong

meningkatnya eskalasi konflik.

Komponen ketiga adalah aktor konflik, suatu komponen yang

berkontribusi sangat besar untuk meningkatkan eskalasi konflik. ada tiga

kategori dari aktor-aktor konflik yang perlu diperhatikan dalam

pencegahan dan penyelesaian konflik yaitu: kategori pertama adalah aktor

provokator, yaitu aktor-aktor utama yang terlibat dalam konflik. aktor ini

kadang kala memiliki logika yang abnormal tentang peristiwa yang terjadi

atau faktor-faktor dalam konflik. logikanya yang abnormal ini biasa

disebarkan dalam bentuk informasi yang distortif. Logika yang abnormal

tentang situasi yang disebarkan bulat-bulat oleh provokator biasanya

diterima secara bulat-bulat oleh kelompok rentan yang merupakan aktor

dalam kategori kedua. Persepsi dari kelompok rentan dan pernyataan dari

provokator akan menyebabkan semakin meningkatnya eskalasi konflik.

kategori ketiga dari aktor-aktor konflik adalah kelompok fungsional, yaitu

kelompol yang tanggung jawab utamanya adalah menghentikan

kekerasan dan mencegah meluasnya konflik. berdasarkan undang-

undang, aktor fungsional untuk pencegahan dan penyelesaian konflik

adalah polisi dan pemerintah daerah atau pusat. Biaanya aktor fungsional

Page 37: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 27

gagal memotong pengaruh dari provokator kepada kelompok-kelompok

rentan, dan terlambat atau tidak mampu berkoordinasi dengan pihak-pihak

yang berkepentingan (stakeholder) untuk menghentikan konflik.

Pemangku kepentingan (stakeholders) merupakan komponen

keempat dari kerangka dinamis pencegahan dan resolusi konflik.

pemangku kepenttingan adalah elemen-elemen yang berkepentngan

untuk menghentikan konflik serta mencegah meluasnya konflik. Elemen

pemangku kepentingan terdiri dari; kelompok polisi, militer, kelompok tooh

masyarakat (Tomas), tokoh agama (Toga) dan tokoh adat (Toda),

kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kelompok peneliti, serta

kelompok media massa. Oleh kelompok fungsional, komponen pemangku

kepentingan ini diharapkan untuk dapat berkomunikasi, member

kontribusi, bekerja sama, dan saling berkoordinasi dengan mereka untuk

mencegah terjadinya konflik dan menghentikan konflik jika sudah terjadi.

Selain itu, kelompok pemangku kepentingan ini diharapkan dapat menjadi

pihak-pihak yang proaktif dalam pencegahan dan penyelesaian konflik;

jemput bola, tidak hanya menunggu bola; menjadi bagian dari solusi,

bukan menjadi bagian dari masalah.

Komponen kelima adalah kemauan politik dari penguasa. Kemauan

politik ini terrefleksi dalam dua hal. Pertama terlihat dari inisiatif dan

kepemimpinan dari para penguasa untuk menyelesaikan konflik-konflik

yang terjadi secara tuntas. Tidak membiarkan konflik terus membara dan

bahkan menyebar ke segala arah. Kedua adalah adanya produk-produk

hukum atau kebijakan yang dapat mencegah dan menyelesaikan konflik.

pada konteks Indonesia, secara normatif telah ada Undang-Undang

Penanganan Konflik Sosial No. 7 Tahun 2012, serta adanya Instruksi

Presiden No. 1 Tahun 2014 tentang penanganan gangguan keamanan

dalam negeri, serta berbagai keputusan menteri terkait dengan

pengelolaan dan penyelamatan sumber daya. Namun persoalannya

adalah bagaimana UU dan peraturan ini diinterpretasikan dan ditegakkan

agar dapat digunakan untuk mencegah dan menyelesaikan konflik.

Page 38: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 28

Kelima komponen utama kerangka dinamis pencegahan dan resolusi

konflik ini akan saling berpengaruh, berinteraksi, dan saling memberikan

kontribusi untuk mencegah konflik. untuk itu, kunci utama dalam

mencegah dan menangani konflik terletak pada kecermatan dalam

mendeteksi eskalasi konflik kemudiann melakukan upaya untuk

deeskalasi konflik. Selanjutnya dibutuhkan adanya ketajaman analisis dari

faktor penyebab konflik untuk dilanjutkan dengan kemampuan untuk

memperkuat aktor fungsional, meredam provokatorm dan mengontrol

kelompok-kelompok rentan. Hal berikutnya adalah kemampuan di dalam

menjalin koordinasi yang efektif dengan seluruh elemen pemangku

kepentingan supaya konflik dapat dihentikan. Pada akhirnya adalah

bagaimana berdasarkan regulasi yang ada para pemimpin mampu

melakukan manuver, inisiatif dan melakukan suatu keputusan untuk

menghentikan konflik dan mencegah konflik secara menyeluruh.

2.1.3 Konsep Keamanan

Secara etimologis, konsep keamanan (security) berasal dari bahasa

latin “secures” (se+cura), yang meiliki makna bebas dari bahaya, terlepas

dari ketakutan (freedom of danger; freedom of fear). Kata tersebut

memiliki arti kebebasan dari kesulitan, atau sebuah situasi damai tanpa

bahaya atau ancaman apapun (Prihatono, Hari T., et al, dalam Supriyatno,

2014:41).

Dari uraian diatas, keamanan nasional tidak hanya menjadi

keamanan terhadap negara saja, keamanan nasional secara kontemporer

mempunyai pengertian yang lebih luas tidak hanya segi ancaman militer

saja, tetapi juga ancaman-ancaman yang bersifat non-militer. Dalam Buku

Putih Pertahanan disebutkan adanya ancaman militer berupa ancaman

yang menggunakan kekuatan bersenjata dan terorganisir yang dinilai

mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan

wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Sedangkan ancaman non-

militer berupa ancaman yang menggunakan faktor nir-militer yang

Page 39: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 29

berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan

informasi, serta keselamatan umum. Pada dasarnya penelitian yang akan

dilakukan ini terkait dengan masalah keamanan, karena aspek non militer

salah satunya sosial-budaya masuk dalam kajian pokok penelitian ini.

Menurut Supriyatno (2014:43), konsep keamanan nasional meiliki

empat dimensi antara lain: dimensi pertahanan negara; dimensi stabilitas

dalam negeri; dimensi ketertiban publik; dan dimensi keamanan insani.

Dengan demikian pertahanan merupakan salah satu dimensi dari

keamanan nasional.

1) Aturan yang mendasar mengenai pertahanan negara telah diatur

dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada Bab XII Pasal 30 yang

berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam

usaha pertahanan dan keamanan negara.

2) Untuk pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui

sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara

Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,

sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan

Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas

mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan

kedaulatan negara.

4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang

menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,

mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

Peraturan yang lebih spesifik juga diatur dalam Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, ada beberapa poin

penting yang tertulis pada pasal 1 yang berbunyi:

1) Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan

kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan

gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Page 40: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 30

2) Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat

semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan

sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh

pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan

berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah,

dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.

3) Penyelenggaraan pertahanan negara adalah segala kegiatan untuk

melaksanakan kebijakan pertahanan negara.

4) Pengelolaan pertahanan negara adalah segala kegiatan pada

tingkat strategis dan kebijakan yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian pertahanan negara.

5) Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap

digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan.

6) Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah

disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar

dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.

7) Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan

komponen utama dan komponen cadangan.

Untuk mewujudkan penyelenggaraan pertahanan negara, peraturan

pelaksanaannya juga diatur di dalam undang-undang yang sama pada

Bab III pasal:

Pasal 6 yang berbunyi “Pertahanan negara diselenggarakan melalui

usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan

bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman.” dan; Pasal 7 yang

berbunyi:

1) Pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,

diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini

dengan sistem pertahanan negara.

2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer

menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen

Page 41: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 31

utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen

pendukung.

3) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter

menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan

sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman

yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari

kekuatan bangsa.

Dengan demikian, ketentuan pertahanan menurut beberapa pasal

yang diatur di dalam Undang-Undang Dasar maupun dalam Undang-

Undang pelaksana, bahwa dengan adanya penelitian ini dapat

memberikan kontribusi terhadap negara mengenai seberapa besar

ancaman non militer dari luar yang akan dihadapi. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat mendukung sistem pertahanan negara untuk

mendukung tugas dari komponen utama.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah ilmu yang dalam cara berpikir

menghasilkan kesimpulan berupa ilmu pengetahuan yang dapat

diandalkan, dalam proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang

logis dan didukung oleh fakta empiris. Penelitian ini dilakukan tidak

terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan

sebagai bahan perbandingan dan kajian sebagaimana diuraikan dalam

tabel berikut :

Page 42: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 32

No Peneliti Judul Penelitian Fenomena Rumusan Masalah Metode

Penelitian Hasil Penelitian

1 Atik Krustiyati (2012)

Kebijakan Penanganan Pengungsi di Indonesia: Kajian Dari Konvensi Pengungsi tahun 1951 dan Protokol 1967

Para pengungsi yang menghadapi berbagai permasalahan tentang HAM, Indonesia belum menjadi pihak pada Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang pengungsi.

Penanganan Pengungsi yang ada di Indonesia menurut perspektif Konvensi 1951 dan Protokol 1967 mengenai pengungsi, dan urgensi meratifikasi konvensi tersebut

Metode Penelitian Yuridis Normatif

Penanganan pengungsi dapat dilakukan dengan memberikan bantuan dan pertolongan (assistance & relief) dan kewarganegaraan menjadi faktor penting. Urgensi meratifikasi juga harus dilakukan karena relevan dengan kondisi Indonesia yang sudah meratifikasi konvensi

2 Dindya S Prahenti (2013)

Dampak Singgahnya Pencari Suaka ke Australia terhadap Peningkatan Kejahatan Transnasional di

Pencari suaka yang memasuki wilayah Indonesia tak kunjung reda dan berbagai kasus yang ditimbulkan oleh para pencari suaka.

Digolongkannya para pencari suaka tersebut sebagai bentuk ancaman non-tradisional.

Kualitatif Ancaman keamanan non-tradisional meningkat apabila negara memiliki banyak akses yang memudahkan bagi pencari suaka, serta tidak memiliki kapabilitas yang baik dalam penanganannya.

3 Herman Suryokumoro,

Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran

Pesisir Malang menjadi

Penanganan Pengungsi/Migran

Kualitatif Penanganan terhadap pengungsi di Indonesia

Page 43: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 33

Nurdin, I Kaningtyas (2013)

Ilegal Di Indonesia Sebagai Negara Transit Berdasarkan Konvensi Tentang Status Pengungsi 1951 Studi Di Kantor Imigrasi Kota Malang)

salah satu pintu penyeberangan imigran secara ilegal, yang bertujuan ke Australia. Terbukti Kepolisian dan Imigrasi Malang kembali menang kap 77 imigran gelap di wilayah pesisir Malang pada awal bulan Juli 2012.

Illegal yang Diterapkan di Kantor Imigrasi Kota Malang

sebagaimana di Kantor Imigrasi Kelas I Kota Malang masih sebatas penegakan peraturan keimigrasian untuk menjaga kepentingan Indonesia saja, sehingga substansi dan tekhnis penanganan terhadap pengungsi masih terbat as bahkan serupa pada penanganan terhadap imigran gelap.

Tabel 2.1.4 Penelitian Terdahulu

Sumber: Diolah Peneliti

Page 44: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 34

1) Kebijakan Penanganan Pengungsi di Indonesia: Kaj ian Dari

Konvensi Pengungsi tahun 1951 dan Protokol 1967

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Krustiyati (2012),

dimulai dari fenomena para pengungsi Rohingnya yang menjadi sasaran dari

berbagai bentuk kekerasan dan tindakan lain yang melanggar HAM. Banyak

diantara mereka yang diperkejakan secara paksa untuk membangun jalan

dan kamp militer, dianiaya dan kaum perempuan menjadi korban perkosaan

(Tentang Rohingya,…, dalam Krustiyati, 2012). Sehingga mereka memilih

meninggalkan daerah asal dan mencari suaka ke daerah lain yang dianggap

lebih menjamin keamanan mereka, salah satunya wilayah Indonesia yang

dijadikan sebagai tempat transit yang dapat diambil manfaatnya, mengingat

sampai saat ini Indonesia belum menjadi pihak pada Konvensi Jenewa Tahun

1951 tentang Pengungsi dan Protokol 1967. Padahal dari hari kehari jumlah

pengungsi yang masuk ke Indonesia semakin banyak yang mau tidak mau

akan menjadi beban dari Pemerintah Indonesia (“Puluhan Imigran Gelap”,

dalam Krustiyati 2012).

Hasil yang didapatkan dari penelitian (Krustiyati, 2012) bahwa

penanganan persoalan pengungsi dapat dilakukan dengan cara memberikan

bantuan (assistance) dan pertolongan (relief). Pemberian bantuan berupa

penampungan dan fasilitas makanan serta kesehatan. Pemberian

pertolongan dapat berupa pemberian status yang jelas tentang identitas

pengungsi, misalnya dengan membantu persoalan kewarganegaraan.

Mengenai urgensi meratifikasi Konvensi 1951 dan Protokol 1967,

sebagai suatu negara hukum yang berpangkal pada paham penghargaan

terhadap HAM, maka Indonesia sesegera mungkin meratifikasi Konvensi

1951 dan Protokol 1967. Hal ini disebabkan bahwa Konvensi tersebut

memberikan pengakuan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari

semua anggota masyarakat yang memberikan penghargaan kepada martabat

manusia. Selain itu isi ketentuan dalam Konvensi 1951 dan Protokol 1967

tidak akan mempengaruhi asas dan ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan nasional yang mengandung asas menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia. Dengan meratifikasi Konvensi ini asas dan prinsip yang

terkandung dalam peraturan perundangundangan nasional tersebut menjadi

Page 45: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 35

jelas dan dapat ditegakkan. Begitu pula dalam hal pelaksanaannya,

ketentuan-ketentuan dalam Konvensi ini tidak akan merusak tatanan nilai-nilai

budaya, adat istiadat, serta norma-norma keagamaan yang masih berlaku

dan diikuti secara luas oleh masyarakat Indonesia.

2) Dampak Singgahnya Pencari Suaka ke Australia ter hadap

Peningkatan Kejahatan Transnasional di Indonesia

Pandangan yang berbeda diungkapkan oleh Prahenti (2013), dalam

penelitian prahenti para pencari suaka maupun pengungsi yang transit di

wilayah Indonesia dianggap sebagai ancaman non-militer. Penelitian yang

dilakukan oleh Prahenti berawal dari fenomena mengenai arus pencari suaka

yang memasuki wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tak

kunjung mereda, bahkan jumlah pencari suaka kini kian meningkat. Tercatat

di United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) di Jakarta,

jumlah pencari suaka di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 3.905 orang.

Jumlah tersebut terus meningkat di tahun 2011 menjadi 4052 orang. Sampai

dengan akhir Oktober 2012 terdapat 6.995 pencari suaka terdaftar di UNHCR

Jakarta secara kumulatif. Mereka berasal dari Afghanistan (56%), Iran (11%)

dan Pakistan (7%), sisanya berasal dari Irak, Myanmar, Sri Lanka dan

Somalia (Ribuan Imigran…, dalam Prahenti, 2013).

Menurut Sumardi (sebagaimana dikutip dalam Prahenti, 2013) bahwa

para pencari suaka yang singgah di Indonesia rawan menjadi kurir kejahatan

transnasional seperti kejahatan perdagangan narkotika dan terorisme. Saat

ini penanganan masalah pencari suaka masih sangat parsial dan terbatas.

Keterbatasan itu termasuk dalam hal sumber daya manusia, anggaran,

sarana dan prasarana pada lembaga-lembaga terkait, melemahnya

pengawasan pada jalur darat, laut dan udara, kendala dalam bidang

teknologi, serta lemahnya hukum secara yuridik dan diplomatik.

Hipotesis yang akan diambil oleh Prahenti (2013) dengan menggunakan

metode kualitatif, bahwa keberadaan pencari suaka tersebut sebagai bentuk

ancaman non-tradisional dan dapat menimbulkan peningkatan kejahatan

transnasional di Indonesia. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut

bahwa kasus fenomena bsinggahnya para pencari suaka di Indonesia yang

terjadi selama tahun 2009 hingga 2012 mengancam keamanan non-

tradisional Indonesia. Ancaman keamanan non-tradisional meningkat apabila

Page 46: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 36

suatu negara memiliki banyak akses yang memudahkan para pencari suaka

bisa memasuki wilayah territory dengan mudah, terlebih lagi suatu negara

tidak memiliki kapabilitas yang memadai untuk penanganan para pencari

suaka tersebut. Kapabilitas tersebut berisi daya tangkal yang handal serta

kebijakan penanganan yang strategis.

3) Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal Di I ndonesia

Sebagai Negara Transit Berdasarkan Konvensi Tentan g Status

Pengungsi 1951 Studi Di Kantor Imigrasi Kota Malang ),

Dari penelitian Suryokumoro et al (2013) didapatkan bahwa untuk Kota

Malang sendiri terdapat kantor imigrasi kelas II. Kantor imigrasi ini tentunya

mempunyai fungsi strategis dalam mengatur lalu lintas warga negara

Indonesia maupun asing yang keluar maupun masuk ke wilayah Indonesia,

terutama yang terkait persoalan imigran illegal. Pesisir Malang menjadi salah

satu pintu penyeberangan imigran secara ilegal, yang bertujuan ke Australia.

Terbukti Kepolisian dan Imigrasi Malang kembali menangkap 77 imigran

gelap di wilayah pesisir Malang pada awal bulan Juli 2012. Terdiri dari 14

warga negara Afghanistan, Sudan 2 orang, 34 imigran asal Pakistan, Iran 9

orang dan 18 warga Srilanka. Tujuh orang di antaranya adalah perempuan,

empat anak-anak, dan 66 lelaki dewasa. Kemudian pada 11 Juli lalu petugas

keamanan juga mengamankan sedikitnya 25 imigran yang masuk secara

ilegal di Malang. Mereka ditangkap di Singosari, Malang dengan

menggunakan dua kendaraan. Selain itu, April silam juga diamankan 43

imigran gelap dari berbagai negara. Mereka ditangkap setelah kapal yang

mereka tumpangi terdampar di kawasan Pantai Gedangan.

Hasil dari penelitian Suryokumoro et al (2013) menunjukkan bahwa

penanganan terhadap pengungsi di Indonesia sebagaimana di Kantor

Imigrasi Kelas I Kota Malang masih sebatas penegakan peraturan

keimigrasian untuk menjaga kepentingan Indonesia saja, sehingga substansi

dan teknis penanganan terhadap pengungsi masih terbatas bahkan serupa

pada penanganan terhadap imigran gelap. Sebagai negara kepulauan yang

letaknya sangat strategis, dan tak jarang menjadi tempat singgah (transit)

bagi para imigran dengan berbagai tujuan, seharusnya pemerintah Indonesia

hendaknya segera menandatangani dan meratifikasi Konvensi Geneva 1951

dan Protokol 1967. Konvensi Geneva 1951 dan Protokol 1967 secara

Page 47: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 37

substansial menempatkan perlindungan dan jaminan Hak Asasi Manusia

pengungsi lebih utama, dengan tidak mengesampingkan kepentingan suatu

negara untuk menjaga stabilitas dan kepentingan nasionalnya. Tentunya

dengan meratifikasi Konvensi Geneva 1951 dan Protokol 1967 ini, akan

menambah bargaining position di percaturan internasional, sebagaimana

yang kita ketahui HAM menjadi perhatian penting di komunitas Internasional.

2.2 Kerangka Pemikiran

Keberadaan imigran di Indonesia menjadi isu yang krusial saat ini

karena dapat menimbulkan potensi konflik dan mengancam keamanan

nasional. Beberapa konflik di negara-negara Asia menjadi salah satu

penyebab meningkatnya jumlah imigran yang datang ke Indonesia. Konflik

dan situasi di negara asal yang kurang mendukung, seperti konflik Rohingya

di Maymar beberapa tahun lalu tentu saja mendorong warga Rohingya masuk

ke wilayah Indonesia melalui perairan di Aceh. Selain itu, minimnya

pertahanan di kawasan perbatasan juga menjadi penyebab mudahnya akses

keluar masuk imigran ke Indonesia. UNHCR menyebutkan bahwa hingga

dengan Februari 2016 terdapat total 13,829 yang terdiri dari 7,560 pencari

suaka dan 6,269 pengungsi yang berada di Indonesia dan berasal dari 44

negara (Kementerian Luar Negeri RI : 2016). Bahkan di Cisarua Jawa Barat,

telah terdapat imigran yang menikah dengan penduduk lokal dan membuka

usaha mandiri. Sementara itu, data menyebutkan sepanjang 2016 tercatat

1.776 warga negara asing (WNA) masuk ke wilayah Kota dan Kabupaten

Bogor. Dengan rincian 611 ITK (Izin Tinggal Kunjungan), 1.126 ITAS (Izin

Tinggal Terbatas), dan 39 ITAP (Izin Tinggal Tetap) (Awasi Orang Asing…. :

2016).

Minimnya regulasi di Indonesia meskipun telah ada Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian terkait masalah pengaturan orang

asing, namun UU ini masih terkendala dengan ditetapkannya hukum lokal

terkait HAM dan diratifikasinya International Human Right Treaties. Dengan

demikian, diperlukan upaya pencegahan yang rigit dari pemerintah pusat dan

lokal dalam menangani permsalahan imigran ini.

Berdasarkan fenomena tersebut maka dalam prosesnya penelitian ini

akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif sebagai

Page 48: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 38

metode penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui desk

review dari sumber-sumber sekunder seperti buku, jurnal, majalah, laporan,

media massa dan online mengenai potensi konflik yang ditimbulkan oleh

keberadaan imigran di Indonesia dan upaya pencegahan konflik antara

imigran dengan masyarakat lokal di Cisarua Jawa Barat. Untuk memperkuat

data awal tersebut maka akan didukung dengan kegiatan wawancara dengan

informan yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan kriteria tertentu yang

terkait dengan tema penelitian. Setelah data terkumpul kemudian akan

dilakukan veriifkasi data melalui triangulasi, checking member, dan expert

opinion agar diperoleh hasil penelitian yang valid. Data yang diperoleh

tersebut akan dianalisis dengan melalui tahapan reduksi data, penyajian data,

penyimpulan dan verifikasi, serta pembuatan kesimpulan akhir. Untuk

memperkuat analisis dari data yang diperoleh maka penelitian ini

menggunakan tinjauan mengenai pengungsi dan imigran, teori deteksi dini

dan pencegahan konflik, kerangka dinamis pencegahan dan resolusi konflik,

dan konsep keamanan agar dapat menjawab rumusan permasalahan secara

mendalam dan mencapai tujuan penelitian.

Dengan demikian, setelah proses analisis data dilakukan diharapkan

penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah pusat dan

lokal untuk solusi sistem pencegahan konflik antara imigran dan masyarakat

lokal di Cisarua Jawa Barat dalam rangka untuk menjaga pertahanan dan

keamanan negara. Oleh karena itu, output dari penelitian ini adalah upaya

pencegahan konflik antara imigran dan masyarakat lokal di Cisarua Jawa

Barat dalam rangka menjaga pertahanan dan keamanan negara. Adapun

kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana gambar

berikut:

Page 49: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 39

Keberadaan Imigran Di Cisarua, Jawa Barat Dan

Regulasi Pemerintah Terkait Pengaturan Orang Asing

1) Bagaimana upaya Pemerintah Indonesia dan stakeholders terkait dalam pencegahan konflik antara imigran dengan masyarakat lokal di Cisarua, Jawa Barat?

2) Bagaimana faktor-faktor yang menjadi pendorong dan penghambat uipaya pencegahan pencegahan konflik antara imigran dengan masyarakat lokal di Cisarua, Jawa Barat?

1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian terkait masalah pengaturan orang asing,

2) Pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing (Tim PORA) tingkat kecamatan kota dan kabupaten Bogor

Sistem Pencegahan Konflik Antara Imigran Dan Masyarakat Lokal Di Cisarua Jawa

Barat Dalam Rangka Untuk Menjaga Pertahanan Dan Keamanan Negara

Saran dan Rekomendasi: 1) Adanya Sistem Pencegahan Konflik yang Dibentuk Oleh

Pemerintah Pusat dan Lokal 2) Koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat dan Lokal Dalam

Melakukan Pencegahan Konflik 3) Political will yang kuat antara Pemerintah Pusat dan Lokal Dalam

Melakukan Pencegahan Konflik

Input

Proses

Output

Gambar 2.2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Data Olahan Penulis

Page 50: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 40

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Berdasarkan klasifikasi jenis dan analisisnya, penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif. Strauss dan Corbin dalam Sujarweni (2014 : 6)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan

menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi.

Secara umum, penelitian ini dapat digunakan untuk meneliti mengenai

kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,

aktivitas sosial, dan lain-lain. Sementara itu, Moleong (2006 : 5)

mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu jenis penelitian yang

menekankan pada penarikan kesimpulan berdasarkan interpretasi terhadap

suatu fenomena maupun fakta.

Dalam mengumpulkan dan mengungkapkan permasalahan dan tujuan

yang hendak dicapai maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

deskriptif analitis, Sugiyono (1994 : 73) mendefinisikan penelitian kualitatif

deskriptif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post

positivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif

alamiah dengan peneliti berperan sebagai instrumen kunci.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena yang timbul

karena keberadaan imigran di Indonesia khususnya di Cisarua, Jawa Barat.

Hal ini berkaitan dengan fenomena yang timbul di lapangan dengan semakin

meningkatnya imigran yang datang dan tinggal di wilayah tersebut. Kehadiran

imigran ini dapat memotivasi timbulnya konflik di wilayah tersebut karena

fakta di lapangan menunjukkan bahwa terdapat imigran yang menikah

dengan penduduk lokal, menetap dengan menyewa rumah penduduk, dan

membuka usaha mandiri. Dengan demikian, fenomena tersebut akan

dikaitkan dengan rumusan permasalahan agar tujuan penelitian dapat

terpenuhi.

Proses yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan upaya

pencegahan konflik antara imigran dengan masyarakat lokal sebagai tindak

lanjut dari munculnya fenomena akan keberadaan orang asing dan potensi

Page 51: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 41

konflik yang ditimbulkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah melalui

dibentuknya Tim Pora. Hal tersebut akan dianalisis dengan menggunakan

tinjauan mengenai pengungsi dan imigran untuk mengetahui definitive dan

mengidentifikasi imigran dan pengungsi di Indonesia, teori deteksi dini dan

pencegahan konflik dan kerangka dinamis pencegahan dan resolusi konflik

untuk menganalisis sistem dan upaya pencegahan yang dilakukan oleh

pemerintah dan koordinasi antara K/L terkait, serta konsep keamanan dan

pertahanan negara untuk menjelaskan bahwa keberadaan imigran dapat

menjadi potensi konflik dan ancaman bagi keamanan nasional.

3.2 Sumber Data/Subjek/Objek Penelitian

3.2.1 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua sumber data penelitian, yaitu data

primer dan data sekunder. Bungin (2001 : 129) mendefinisikan sumber data

primer sebagai sumber pertama data dihasilkan oleh pengumpul data.

Sementara itu, sebaliknya dengan sumber data sekunder yang merupakan

sumber data kedua sesudah sumber data primer atau sumber data yang tidak

langsung.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari informan yang

merupakan objek penelitian dengan melaksanakan depth interview bersama

informan yang terlibat dalam proses implementasi kebijakan Pemerintah

Indonesia. Di sisi lain, penelitian ini juga dilaksanakan melalui desk review

dari laporan yang diperoleh dari Imigrasi pusat maupun daerah, buku, jurnal,

artikel, dan media massa.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu hal yang memiliki kedudukan yang

penting di dalam penelitian yang harus ditata sebelum peneliti siap untuk

mengumpulkan data. Subjek penelitian ini dapat berupa benda, hal, ataupun

orang. Dengan demikian, secara umum subjek penelitian merupakan manusia

atau hal-hal yang menjadi urusan manusia itu sendiri (Arikunto, 2007 : 152).

Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian ini adalah

Kementerian Dalam Negeri, Kementerioan Ketenagakerjaan, Kementerian

Hukum dan HAM, UNHCR, IOM, Pemerintah Kabupaten Bogor, Dinas

Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Bogor, Badan Kesatuan Bangsa dan

Page 52: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 42

Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Bogor, Dinas Imigrasi Kabupaten Bogor,

Polres Bogor dan Kodim 0621/ Kabupaten Bogor.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pemusatan dalam

kegiatan penelitian atau sasaran penelitian (Sugiyono, 2002). Oleh karena itu

yang menjadi objek dalam kegiatan penelitian ini adalah upaya pencegahan

konflik antara imigran dengan masyarakat lokal di Cisarua, Jawa Barat.

Dengan demikian, termasuk di dalamnya akan diteliti mengenai faktor-faktor

yang menghambat dan mendukung upaya dalam mewujudkan hal tersebut

serta koordinasi antar lembaga dalam upaya mendukung implementasi

tersebut mengingat beberapa instansi terlibat dalam upaya pencegahan

konflik ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan teknik

observasi langsung, wawancara, dan studi literatur. Observasi merupakan

unsur penting dalam penelitian kualitatif. Observasi adalah proses kegiatan

awal yang dilakukan oleh peneliti untuk dapat mengetahui kondisi dan realitas

yang sebenarnya di lapangan penelitian. Sugiyono (2007 : 67) menyatakan

bahwa tujuan dari dilaksanakannya observasi dalam kegiatan penelitian

adalah untuk memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial agar

mendapatkan pandangan yang holistik atau menyeluruh. Dengan observasi

maka akan diketahui hal-hal yang tidak dapat diungkap oleh responden dalam

wawancara karena bersifat tertutup dan dapat merugikan lembaga misalnya.

Dalam penelitian ini akan dilakukan observasi dengan pengamatan pada

data-data yang didapatkan mengenai potensi konflik yang ditimbulkan oleh

keberadaan imigran dan upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah,

seperti dengan dibentuknya Tim Pora.

Selanjutnya, penelitian ini juga akan menggunakan teknik pengumpulan

data melalui wawancara dengan informan terkait topik penelitian. Sujarweni

(2014 : 31) menyatakan bahwa wawancara merupakan proses untuk

mendapatkan penjelasan dengan tujuan mengumpulkan informasi dengan

menggunakan tanya jawab melalui tatap muka ataupun media telekomunikasi

antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman. Pada hakikatnya, wawancara merupakan kegiatan untuk

Page 53: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 43

memperoleh informasi mendalam mengenai tema penelitian dan proses

pembuktian terhadap informasi yang telah diperoleh melalui teknik

pengumpulan data sebelumnya.

Informasi yang hendak didapatkan melalui wawancara ini adalah

mengenai potensi konflik yang ditimbulkan oleh keberadaan imigran dan

upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah. Wawancara tersebut

akan menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteri-kriteria tertentu. Dengan

demikian, informan dalam penelitian ini telah ditentukan berdasarkan kepada

kriteria-kriteria tersendiri. Kriteria-kriteria tersebut ditentukan dengan indikator

yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Untuk membantu kegiatan penelitian dan memperkuat analisis hasil

penelitian maka kegiatan penelitian ini juga menggunakan studi literatur

dalam mencari referensi terkait dan relevan dengan fenomena dan

permasalahan yang akan diteliti. Data tersebut dapat dikumpulkan melalui

bahan yang berbentuk dokumentasi, seperti jurnal kegiatan, hasil kegiatan,

arsip foto, surat, buku, otobiografi, dokumen, dan informasi dari media massa

baik cetak maupun online. Data-data tersebut mempunyai sifat utama yang

tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga dapat digunakan untuk

menggali informasi yang terjadi di masa lampau (Sujarweni, 2014 : 33). Oleh

karena itu, kegiatan penelitian ini akan diperkuat dengan data-data yang

bersumber dari studi dokumen agar didapatkan data yang komprehensif

terkait subjek dan objek penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Mudjiarahrdjo dalam (Sujarweni, 2014 : 34) menyatakan bahwa analisis

data merupakan sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya

sehingga memperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau permasalahan

yang hendak dijawab. Melalui serangkaian aktivitas kegiatan tersebut, maka

data-data yang telah diperoleh dan dikumpulkan sebelumnya dapat

disederhanakan sehingga dapat dipahami dengan mudah. Setelah seluruh

data yang dibutuhkan terkumpul maka dilakukan analisis data. Miles dan

Faisal dalam (Sujarweni, 2014 : 34), analisis data dilakukan pada saat

Page 54: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 44

pengumpulan data di lapangan dan setelah semua data terkumpul dengan

teknik model interaktif, sebagai berikut:

1) Reduksi Data. Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau

data yang terperinci kemudian disusun berdasarkan data yang diperoleh

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, dan difokuskan pada hal-hal

yang penting. Hal ini akan memberikan gambaran yang tajam mengenai hasil

pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data

tambahan jika diperlukan.

2) Penyajian Data. Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut

pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga

memudahkan untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data

lainnya.

3) Penyimpulan dan verifikasi. Kegiatan ini merupakan langkah lebih

lanjut dari kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi

dan disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan

sementara tersebut perlu diverifikasi. Teknik yang digunakan untuk

memverifikasi adalah triangulasi sumber data, metode, diskusi teman sejawat,

dan pengecekan anggota.

4) Kesimpulan Akhir. Kesimpulan akhir diperoleh berdasarkan

kesimpulan sementara yang telah diverifikasi. Kesimpulan tersebut

diharapkan dapat diperoleh setelah pengumpulan data selesai.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data dengan tujuan agar dapat memudahkan

pekerjaannya serta memiliki hasil yang cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga dapat dengan mudah diolah. Arikunto (2006) menyatakan bahwa

bentuk dari variasi instrumen penelitian ini dapat berupa daftar checklist,

pedoman wawancara, angket, dan pedoman pengamatan. Di dalam

instrumen penelitian ini sendiri terdapat variabel, sub variabel, beserta

dengan indikatornya. Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan adalah

pedoman wawancara karena menyesuaikan dengan salah satu teknik

pengumpulan data yang digunakan.

Page 55: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 45

3.5.2 Data Primer

Data primer dalam kegiatan penelitian merupakan data yang diperoleh

dari responden melalui kuisioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data

yang didapatkan dari hasil wawancara dengan informan. Setelah data ini

diperoleh maka akan dilakukan pengolahan terhadap data primer ini

(Sujarweni, 2014 : 73). Dalam kegiatan penelitian ini, data primer didapatkan

dari hasil wawancara dengan informan terkait tema penelitian, seperti

Kementerian Dalam Negeri, Kementerioan Ketenagakerjaan, Kementerian

Hukum dan HAM, UNHCR, IOM, Pemerintah Kabupaten Bogor, Dinas

Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Bogor, Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Bogor, Dinas Imigrasi Kabupaten Bogor,

Polres Bogor dan Kodim 0621/ Kabupaten Bogor.

3.5.3 Data Sekunder

Data sekunder dalam suatu kegiatan penelitian merupakan data yang

didapatkan dari catatan, buku, jurnal, laporan pemerintah, artikel, buku teori,

majalah, pidato resmi pemimpin, dokumen resmi seperti minute of meetings

para pengambil kebijakan dan otobiografi (Nazir 2005 : 93). Dalam kaitannya

dengan kegiatan penelitian ini, data sekunder diperoleh dari laporan, buku-

buku teori, buku, jurnal, artikel, majalah, media massa dan online, serta

dokumen resmi pemerintah yang berkaitan dengan subjek dan objek

penelitian.

3.5.4 Pengujian Keabsahan dan Keterandalan Data

Pengujian keabsahan dan keterandalan data dalam penelitian kualitatif

sangat diperlukan untuk menguji ataupun memeriksa akurasi data yang telah

dikumpulkan dari proses penelitian berlangsung. Nasution (2003 : 105)

mengemukakan bahwa pengujian keabsahan dan keterandalan data

diperlukan untuk membuktikan kesesuaian hasil yang sudah diamati dengan

fakta dan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Untuk menuju keabsahan dan

keterandalan data maka diperlukan strategi sebagai berikut:

1) Triangulasi. Menurut Creswell (2010 : 286), triangulasi merupakan

teknik mengumpulkan sumber-sumber data yang berbeda dengan

memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan

menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara

koheren.

Page 56: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 46

2) Member Checking. Sugiyono (2007 : 129) menyatakan bahwa member

checking merupakan proses pengecekan data yang diperoleh dalam

penelitian. Proses ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian data

yang diperoleh dengan data yang diberikan oleh pemberi data. Proses

ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau

deskripsi dalam penelitian pada informan untuk melakukan konfirmasi

keakuratan laporan atau deksripsi tesebut.

3) Expert Opinion. Tahap ini merupakan tahan pemantapan hasil akhir

dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan di lapangan kepada

para ahli di bidangnya termasuk pembimbing dalam penelitian.

Dengan demikian, untuk menguji keabsahan dan keterandalan data

dalam penelitian ini maka akan dilakukan triangulasi dengan mengumpulkan

data mengenai keberadaan imigran di Cisarua, Jawa Barat dan upaya

pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah dari berbagai sumber dan

informan. Kemudian, juga akan dilakukan member checking dengan

menyesuaikan data yang diperoleh terkait tema penelitian kepada orang-

orang atau instansi yang terlibat dalam upaya pencegahan konflik antara

imigran dengan masyarakat lokal di Cisarua, Jawa Barat. Proses terakhir

adalah berkonsultasi dengan orang yang ahli di bidangnya terkait hasil dari

upaya Pemerintah dalam melakukan pencegahan konflik antara imigran

dengan masyarakat lokal di Cisarua, Jawa Barat untuk memantapkan hasil

akhir penelitian.

3.6 Rencana Jadwal Penelitian

Penelitian mengenai upaya pencegahan konflik antara imigran dengan

masyarakat lokal di Cisarua, Jawa barat akan berlokasi di Cisarua, Kab.

Bogor, Jawa Barat. Adapun rencana jadwal kegiatan utama dalam penelitian

ini akan dikalkulasikan sesuai tabel berikut:

NO

Kegiatan Utama

2017

Juni Juli Ags-

sept

Okt-

Nov

Des

Page 57: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 47

1 Desk Review Tema Proposal �

2 Penulisan Naskah Proposal �

3 Perbaikan Naskah Proposal �

4 Pengumpulan Data � �

5 Verifikasi Data �

6 Penulisan dan Pengolahan Hasil Pengumpulan Data

� �

7 Presentasi Hasil Penelitian �

Page 58: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 48

BAB 4

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Sebaran Data/Subjek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Cisarua, Kab. Bogor

Kecamatan Cisarua merupakan wilayah Kecamatan di Kabupaten Bogor

yang letaknya paling timur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten

Cianjur, di sebelah barat dan timur Kecamatan Cisarua berbatasan langsung

dengan Kecamatan Ciawi, dan di sebelah utaranya berbatasan langsung

dengan Kecamatan Megamendung. Kecamatan memiliki luas sebesar 7.378

Ha, yang terdiri dari satu Kelurahan dan sembilan Desa diantaranya:

Kelurahan Cisarua, Desa Batulayang, Desa Jogjogan, Desa Cibereum, Desa

Cilember, Desa Kopo, Desa Tugu Utara, Desa Tugu Selatan, Desa

Leuwimalang, dan Desa Citeko.

Data terakhir menunjukkan komposisi penduduk di Kecamatan Cisarua

didominasi oleh golongan laki-laki dengan perbandingan 59.717 jiwa untuk

golongan laki-laki dan 55.284 jiwa untuk golongan perempuan, dengan selisih

lebih banyak 4.433 jiwa dari golongan laki-laki. Mayoritas penduduk di

Kecamatan Cisarua 95% adalah beragama Islam, sisanya adalah Kristen

Protestan, Katolik, dan Hindu. Lokasi Kecamatan Cisarua yang berada di

daerah dataran tinggi membuat hasil pertanian di daerah tersebut didominasi

dengan hasil berupa talas, jagung dan ubi, dari pada padi sawah.

Potensi lainnya yang dimiliki oleh Kecamatan Cisarua adalah potensi

pariwisatanya, wilayah yang terkenal dengan nama wisata Puncak Bogor ini

terkenal dengan objek pariwisata yang berupa perkebunan teh, wisata petik

buah, air terjun, pemandian air panas, dan juga objek wisata lainnya. Selain

itu, suhu udara di wilayah tersebut terbilang cukup sejuk yakni antara 18º-24º

C, hal tersebut yang menjadi daya tarik para wisatawan yang datang dari

berbagai daerah untuk menikmati tempat partiwisata dengan didukung udara

yang sejuk. Bukan hanya turis domestik saja yang berbondong-bondong

mengunjungi objek wisata Puncak Bogor, turis mancanegara juga

mendominasi. Ketika akhir pekan atau memasuki musim libur sekolah dan

libur akhir tahun, kawasan wisata Puncak Bogor Kecamatan Cisarua ini pasti

ramai karena menjadi rujukan untuk menghabiskan waktu hari libur. Tidak

Page 59: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 49

hanya pada musim liburan atau akhir pekan saja, pada hari biasa Kecamatan

Cisarua juga lumayan ramai pengunjungnya, banyak instansi atau lembaga

yang memanfaatkan suasana kenyamanan di Kecamatan Cisarua untuk

mengadakan, diklat, outbond, rapat, dan kegiatan lainnya.

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Cisarua

Page 60: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 50

Untuk memenuhi fasilitas para wisatawan tersebut, di Kecamatan

Cisarua banyak bermunculan tempat-tempat yang memfasilitasi para

wisatawan, mulai dari kelas menengah ke atas yang berupa villa, hotel,

cottage, wisma, hingga rumah warga yang disewakan. Selain itu wahana

hiburan seperti taman safari dan juga berbagai rumah makan juga

bermunculan.

Dari kondisi tersebut, sebagian besar penduduk di Kecamatan Cisarua

banyak yang menginvestasikan hartanya maupun menawarkan jasanya di

bidang pariwisata. Sering dijumpai bahwa pariwisata membawa banyak

perubahan bagi masyarakat Kecamatan Cisarua, terutama adanya perubahan

dari segi peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Dengan berkembangnya

aspek pariwisata di Kecamatan Cisarua, membuat warga sering berinteraksi

dengan para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan dari

luar negeri.

4.1.2 Gambaran Umum Pengungsi di Indonesia

Pada akhir Januari 2012, menurut data UNHCR terdapat 3275 pencari

suaka dan 1052 pengungsi yang terdaftar di UNHCR Jakarta. Selama Januari

terdapat 315 orang terdaftar dengan jumlah pencari suaka terbesar berasal

dari Afghanistan (66,6%), diikuti dengan Iran (9,8%), dan Somalia (6,7%).

Indonesia sendiri masih merupakan negara transit dan hingga saat ini belum

menjadi negara pihak dalam Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol

Opsional 1967.

Banyaknya pengungsi yang masuk di Indonesia sangat logis, karena

lokasi geografis Indonesia yang sangat strategis. Para Pengungsi tersebut

sebagian besarnya hendak menuju Australia, Canada, Amerika Serikat,

Selandia Baru, dan Norwegia. Motif terbesar dari para pengungsi tersebut

adalah menghindar presekusi, atau menghindari perang yang terjadi di

negaranya.

Sistem hukum Indonesia, karena belum meratifikasi Kovensi Pengungsi

dan Protokol Opsionalnya, berdasarkan UU No 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian, masih mengkategorikan pengungsi sebagai imigran illegal atau

imigran yang memasuki wilayah Indonesia tanpa dokumen keimigrasian yang

resmi. Untuk itu para pengungsi yang masuk ke wilayah Indonesia selalu

Page 61: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 51

dikenakan tindakan keimigrasian dalam bentuk penahanan selama jangka

waktu maksimum 10 tahun di rumah detensi imigrasi yang tersebar di 13

lokasi di seluruh Indonesia

Situasi ini tentu buruk, karena pengungsi tidak pernah bermaksud untuk

memasuki wilayah suatu negara tanpa ada dokumen resmi, karena pada

dasarnya adalah sulit untuk para pengungsi untuk memperoleh dokumen

imigrasi yang resmi. Oleh sebab itu pengungsi tidak dapat disamakan dengan

imigran illegal, meski tidak semua imigran illegal adalah pengungsi dan

pencari suaka. Pengungsi dan pencari suaka adalah setiap orang yang

meninggalkan negerinya karena ”ketakutan yang beralasan” akan ancaman

pengusiran dan pengejaran (persecution). Adapun istilah pengungsi dapat

dipertukarkan dengan istilah pencari suaka dengan makna yang berimpitan.

Para pencari suaka adalah orang yang mencari perlindungan internasional,

namun klaim dan status mereka sebagai pengungsi belum mereka dapatkan

dari otoritas internasional, yaitu United Nations High Commissioner for

Refugees (UNHCR). Status pengungsi ini penting untuk didapatkan karena

dengan status pengungsi maka hukum internasional akan bekerja dengan

segala sistem dan mekanisme perlindungannya

Pada level kebijakan mekanisme untuk penanganan pengungsi dapat

diketemukan dalam Peraturan Dirjend Imigrasi No IMI-1489.UM.08.05 Tahun

2010 tentang Penanganan Imigran Ilegal, dimana setiap pengungsi yang

masuk ke Indonesia akan dikenakan tindakan keimigrasian dalam bentuk

penahanan sampai status pengungsinya ditetapkan oleh UNHCR. Namun

penentuan status oleh UNHCR dapat memakan waktu sangat lama. Hal Ini

berimbas pada munculnya pelanggaran HAM, karena pengungsi bukanlah

pelaku kriminal namun ditempatkan pada situasi yang mirip dengan

penahanan. Tak heran jika banyak di antara pengungsi yang mengalami

tekanan psikologis dan berkeinginan kuat untuk bunuh diri atau kabur dari

rumah detensi imigrasi tersebut.

Page 62: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 52

Langkah konkret penangan permasalahan pengungsi yang terjadi di

Indonesia adalah dilakukan dengan cara resettlement, dalam proses

resettlement tersebut ada beberapa tahapan. Berdasarkan definisi pengungsi

yang terdapat dalam konvensi 1951 dilakukan beberapa tahap-tahap dalam

bentuk bagan yang secara general digambarkan sebagai berikut:

Digambarkan bahwa dalam penanganan pengungsi pada intinya dilakukan

penangkapan pengungsi dari para pihak terkait, setelah proses penangkapan

dan langsung diserahkan kepada UNHCR mekanisme skrining yang

dilakukan seperti pada bagan diatas. Tetapi fakta dilapangan menunjukkan

bahwa berjalannya proses tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama,

untuk menentukan status diterima atau tidaknya imigran atau pencari suaka

yang masuk di Indonesia dibutuhkan waktu sekitar satu atau dua tahun

bahkan bisa lebih. Pada saat menunggu proses skrining yang dilakukan oleh

UNHCR, pengungsi ditempatkan pada RUDENIM yaitu singkatan dari Rumah

Detensi Imigrasi.

Setelah proses skrining dilakukan oleh pihak UNHCR ada dua

kemungkinan yang dihadapi oleh pengungsi tersebut yaitu diterima atau

ditolak, jika diterima, barulah para pengungsi ditempatkan kepada negara

tujuan mereka atau biasa disebut negara ke 3. Apabila calon pengungsi

tersebut ditolak setelah skrining status penentuan pengungsi tersebut, maka

Gambar 4.2 Proses Singkat Penanganan Pengungsi

Page 63: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 53

ada beberapa kemungkinan yang akan dilakukan. Kemungkinan pertama

yaitu calon pengungsi dapat melakukan banding ke UNHCR dengan alasan-

alasan tertentu, jika calon pengungsi dalam proses banding tersebut diterima,

maka calon pengungsi tersebut berhak untuk ditempatkan pada negara ke-3.

Kemungkinan yang kedua jika calon pengungsi tersebut tetap ditolak dalam

proses banding, maka pilihan satu-satunya adalah dideportasi dari negara

tempat mereka transit.

Secara umum pembedaan tersebut bisa dilihat dari cara kedatangan

mereka di Indonesia, untuk para pendatang biasa bisa dilihat dari passport

yang mereka miliki. Tetapi untuk para pengungsi asli bisa biasanya

menggunakan jalur laut dengan menggunakan alat transportasi kapal. Tetapi

pada kasus dilapangan banyak juga ditemukan para pencari suaka maupun

pengungsi datang dengan cara yang legal dengan menggunakan passport

resmi dan mereka memanfaatkan celah tersebut dan menetap lama di negara

transit atau negara tujuan. Kasus tersebut juga menjadi salah satu faktor

penghambat dalam penanganan pengungsi.

Ada beberapa pengelompokan pengungsi yang lebih kompleks dan

menunjukkan bahwa pendatang atau imigran memiliki bermacam-macam tipe

yang bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.3 Pengelompokan Pengungsi Secara Kompleks (UNHCR : 2013)

Dari pembagian beragam tipe imigran tersebut, ada pembedaan yang

lebih sederhana dalam pengelompokan pengungsi, Direktorat HAM dan

Page 64: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 54

Multilateral Kementerian Luar Negeri RI menggolongkan pengungsi secara

sederhana yaitu :

Gambar 4.4 Pengelompokan Pengungsi Secara Sederhana (Kemlu : 2013)

Status pertama yang ditangani yaitu imigran, pada intinya imigran

masuk ke Indonesia ada 2 macam cara yaitu legal dan illegal. Setelah itu para

imigran tersebut bisa berganti status menjadi pencari suaka jika ada suatu

unsur bahwa mereka sedang dalam tekanan atau ancaman baik itu dari

dalam atau luar negaranya. Setelah itu barulah status menjadi seorang

pengungsi, untuk status pengung yang berhak memberikan status tersebut

adalah UNHCR dikarenakan Indonesia masih belum meratifikasi Konvensi

Pengungsi 1951 beserta protocol 1967 sehingga tidak mempunyai

kewenangan dalam penanganannya, istilah tersebut bisa disebut dengan

“Refugee Status Determination”(RSD).

Untuk tahapan penangan pengungsi di Indonesia yang ditangani oleh

para pihak terkait dan proses dimulainya penanganan tersebut bisa

digambarkan secara umum yaitu:

Gambar 4.5 Proses Penanganan Pengungsi di Lapangan

IMIGRANPENCARI

SUAKAPENGUNGSI

Page 65: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 55

Proses tersebut diatas digambarkan dari awal penemuan pengungsi

atau pencari suaka yang ditemukan oleh warga atau para pihak yang

megetahui kejadian yang ada ditempat, biasanya kejadian penemuan

pengungsi dan pencari suaka terjadi di sekitar daerah pesisir pantai. Setelah

itu para pengungsi atau pencari suaka tersebut dilaporkan kepada

Pemerintah Daerah maupun pihak aparat setempat yaitu Kepolisian dan TNI

setempat karena terkait masalah keamanan maupun batas wilayah NKRI.

Setelah itu Pemda, Kepolisian, maupun TNI yang ada di lokasi tempat

tersebut mereka melakukan koordinasi dengan pihak keimigrasian, karena

terkait dengan masalah dokumen dan kelengkapan mereka. Setelah itu, para

aparat yang berwenang tersebut melaporkan kepada Pemerintah Pusat,

dalam hal ini bisa merujuk kepada Kementerian Luar Negeri RI.

Disinilah letak peranan Kementerian Luar Negeri RI yaitu pada saat

menerima laporan dari para pihak terkait mengenai pengungsi atau pencari

suaka, setelah itu Kementerian Luar Negeri RI melakukan koordinasi kepada

pihak perwakilan UNHCR yang ada di Jakarta guna mencari solusi masalah

penanganan pencari suaka dan pengungsi.

Setelah melakukan koordinasi, Kementrian Luar Negeri RI melakukan

koordinasi dengan para pihak yang terkait, terutama negara-negara yang

terlibat pada proses pengungsian tersebut. Kementerian Luar Negeri lebih

bertanggung jawab pada tataran kebijakan dan kerjasama internasional,

terutama dalam hal hubungan bilateral dan multilateral yang dilakukan oleh

Kementerian Luar Negeri RI demi menjaga hubungan baik antar negara dan

juga menjalin kerjasama antar negara. Upaya koordinasi yang dilakukan oleh

Kementerian Luar Negeri RI ini mempengaruhi proses selanjutnya dalam

penanganan pengungsi dan pencari suaka, yaitu proses penempatan

selanjutnya ke negara ketiga atau negara yang bersedia menerima

keberadaan para pengungsi dan pencari suaka tersebut. Apabila proses

koordinasi tersebut berjalan lancar, para pengungsi mendapat suatu

kepastian penempatan ke wilayah selanjutnya, hal tersebut juga dapat

mengurangi jumlah para pengungsi dan pencari suaka yang sedang transit di

Indonesia.

Page 66: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 56

4.2 Analisis data dan Inetrpretasi Hasil

4.2.1 Potensi Konflik Antara Imigran Dengan Masyara kat Lokal Di

Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat

4.2.1.1 Data Pengungsi di Cisarua

Dari temuan di lapangan, ada tiga golongan besar untuk klasifikasi

imigran yang bermukim di Kecamatan Cisarua. Pertama adalah turis asing

yang memang memiliki tujuan utama untuk berlibur, dan mereka masuk ke

wilayah Indonesia dengan menggunakan dokumen resmi. Golongan

berikutnya yaitu ada pengungsi dan pencari suaka, untuk golongan ini cara

masuknya beragam. Ada yang melalui jalur laut dengan menembus wilayah

teritorial perairan Indonesia, ada juga yang masuk melalui jalur resmi, bisa

juga dibawa melalui proses oleh organisasi internasional. Menurut data yang

diperoleh dari desk Penanganan Penyelundupan Manusia, Pengungsi dan

Pencari Suaka (P2MP2S) Kementerian Koordinator Politik Hukum dan

Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), setiap tahunnya jumlah pengungsi dan

pencari suaka cenderung naik, data yang diperoleh dari tahun 2013 sampai

september 2015 jumlah pengungsi selalu mengalami kenaikan. Sedangkan

jumlah pencari suaka cenderung fluktuatif, karena mengalami penurunan dan

kenaikan.

Menurut Dr. Tri Nuke Pujiastuti M.A., selaku pengamat migrasi

internasional dan regional ASEAN dari LIPI (komunikasi personal, 3

November 2015), sejak tahun 2008 Indonesia mengalami kondisi yang

memuncak dalam kasus force migration ini, dan khususnya masalah pencari

suaka dan pengungsi. Persoalannya adalah mereka tidak bisa sepenuhnya

kita kategorikan sebagai pengungsi dan pencari suaka, karena prosesnya

adalah banyak yang masuk pada proses penyelundupan migran. Berbeda

dengan pengungsi yang masuk wilayah dengan jalan kaki seperti di eropa, itu

murni sebagai pengungsi, atau manusia perahu pada masa Indochina. Kalau

yang masuk pada periode ini berbeda sekali, pengungsi tersebut ada

kecenderungan pada suatu jaringan. Apakah jaringan tersebut dari keluarga,

teman, atau jaringan tersebut yang murni dibayar. Ada suatu jaringan yang

memang terorganisir, tetapi bukan dalam bentuk organisasi. Jika anda

melihat trend yang ada di Indonesia, kita lihat pada data tahun 2013 saja

Page 67: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 57

jumlah mereka sudah mencapai 7.000 lebih, 2014 sudah diatas angka

10.000, dan tahun 2015 sudah lebih dari 13.000, dari trend data tersebut

menunjukkan adanya sebuah jaringan, tidak mungkin mereka masuk tanpa

adanya jaringan. Secara kasat mata jika dilihat dari data tersebut, logikanya

orang masuk setiap tahunnya bertambah banyak, padahal stakeholder yang

ada berupaya untuk meminimalisir masuknya mereka ke wilayah teritorial

Indonesia.

Dari jumlah polulasi yang sama, yaitu 13.405 per September 2015.

Bagan di atas dapat dilihat bahwa pengungsi dan pencari suaka yang masuk

ke wilayah Indonesia didominasi oleh warga negara Afghanistan, yaitu

sebanyak 47% hampir dari separuh populasi, kemudian disusul oleh

Myanmar, Somalia, dst. Pada saat pengambilan data penelitian ini di

Kecamatan Cisarua, pengungsi dan pencari suaka yang banyak dijumpai.

adalah warga negara Afghanistan, Myanmar, dan sebagian kecil berasal dari

Pakistan.

Dari data periode September 2015, jika dibagi menurut jenis kelamin

bahwa populasi sejumlah 13.405 orang tersebut terbagi antara 10.055 orang

laki-laki dan 3.350 orang perempuan. Populasi tersebut sudah termasuk

3.775 orang anak-anak, 1.132 orang anak-anak diantaranya tanpa

pendamping dan anak-anak yang terpisah.

4.2.1.2 Potensi Konflik Antara Imigran Dengan Masya rakat Lokal Di

Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat

Dibalik perkembangan aspek pariwisata Kecamatan Cisarua yang

sangat pesat dengan datangnya para wisatawan ke tempat tersebut, serta

munculnya tempat-tempat penginapan untuk para wisatawan, wilayah

Kecamatan Cisarua juga difungsikan untuk kepentingan lainnya. Temuan

dalam penelitian ini yaitu ada beberapa wilayah di Kecamatan Cisarua yang

dijadikan sebagai tempat penampungan atau housing bagi para pengungsi

dan juga pencari suaka yang sedang dalam proses, hal tersebut juga menarik

untuk diteliti, karena jumlah pengungsi dan pencari suaka tersebut tidak

sedikit. Selain itu mereka ditempatkan tidak jauh dari lokasi wisata, sekaligus

memanfaatkan tempat penginapan-penginapan wisatawan baik secara

kelompok maupun personal.

Page 68: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 58

Dari sembilan desa dan satu keluahan, tidak semua daerah di

Kecamatan Cisarua dijadikan tempat penampungan bagi pengungsi dan

pencari suaka, tetapi ada beberapa titik di beberapa desa yang didominasi

oleh para pengungsi dan pencari suaka tersebut, daerah tersebut yaitu Desa

Batulayang, Desa Kopo, Desa Tugu Utara, dan Desa Tugu Selatan. Dalam

penelitian ini keempat daerah tersebut yang dijadikan sampling untuk

menentukan seberapa besar pengaruh keberadaan para pengungsi dan

pencari suaka terhadap masyarakat sekitar ditinjau dari segi potensi konflik.

Dalam temuan penelitian ini banyak hal yang dapat dijadikan suatu

indikator bahwa potensi konflik antara kelompok pengungsi dengan

masyarakat di Kecamatan Cisarua memang benar adanya. Dari beberapa

sumber yang didapat pada saat penelitian berlangsung, hal yang dapat dilihat

sebagai suatu potensi konflik yaitu melalui kasus atau fenomena-fenomena

yang terjadi antara imigran dan masyarakat Cisarua.

Secara garis besar, dalam penelitian ini digambarkan indikator potensi

konflik yang diakibatkan oleh pengungsi di Kecamatan Cisarua terbagi dalam

tiga aspek yang meliputi aspek hukum, sosial budaya, dan ideologi, masalah

tersebut juga berdampak terhadap keamanan yaitu mengakibatkan ancaman

nir-militer.

Menurut Karom, Sekertaris Desa Batulayang di Kecamatan Cisarua

(komunikasi personal 27 Oktober, 2015), adanya perbedaan faham agama

antara imigran dengan masyarakat lokal bisa menyebabkan suatu

perpecahan. Pada kasus di Desa Batulayang kondisi yang terjadi adalah

penduduk kita sama-sama beragama islam dengan para pengungsi, tetapi

yang membedakan adalah paham atau aqidahnya. Kalau mayoritas

masyarakat disini kebanyakan mengkuti ahlussunnah wal jamaah, atau garis

besarnya ikut kaum sunni, sedangkan para pengungsi kebanyakan mengikuti

syiah. Contoh kasus yang dapat mengakibatkan suatu perpecahan ketika

salah satu dari mereka ada yang meninggal, secara adab yang kita biasa

lakukan adalah mensholatkan jenazah yang meninggal tersebut, tiba-tiba

mereka menolak secara frontal agar tidak usah disholatkan jenazah itu.

Secara enteng kerabat dari imigran tersebut menanggapi “gak usah

disholatkan, orang itu setiap hari juga sudah sholat”, perbedaan-perbedaan

seperti itu lah yang bisa juga mengakibatkan konflik. Jika kondisi tersebut

Page 69: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 59

terus-terusan terjadi di masyarakat, saya rasa kemarahan dari masyarakat

kita juga tidak terhindarkan.

Karom juga mengungkapkan, selain adanya perbedaan faham aqidah

agama antara masyarakat dengan pengungsi, terjadinya pelanggaran

terhadap kearifan lokal oleh para imigran juga dapat mengakibatkan konflik.

Masalah etika budaya sudah pasti berbeda antara warga kita dengan imigran

tersebut, sangat jauh sekali tingkat sopan santunya, unggah-ungguhnya

sudah tidak ada kalau mereka. Kalau kita lewat bilang permisi, mereka ya

lewat aja. Karena kita di desa sini punya tata tertib, ada etikanya, bagaimana

menjalin hubungan dengan orang-orang desa, jangan sampai hal-hal seperti

itu dilanggar. Kalau mereka enggak ada tata krama sama sekali, etika

tersebut sering dilanggar waktu ketika mereka menggoda perempuan disini

salah satunya yang bisa memancing keributan warga. Ya kalau mereka

membawa perempuan dari luar ya nggak masalah entah mereka taro di hotel,

di villa, itu terserah mereka, yang bermasalah adalah ketika yang menjadi

korban perempuan-perempuan warga desa sini dan mereka menggunakan

tempat-tempat penduduk. .

Di lain sisi adanya perbedaan kultur dan kebiasaan sehari-hari yang

membuat penduduk merasa terganggu dengan keberadaan mereka, serta

berujung pada terjadinya keributan. Menurut Nandar Winandar, kadang

permasalahan berawal dari perbedaan waktu dengan negara asal mereka,

intinya warga kita banyak yang beraktifitas di pagi hari, tetapi para imigran

tersebut malah sebaliknya aktif di malam hari pada saat warga sedang

beristirahat. Hal seperti itu yang membuat warga agak kurang respect dengan

mereka, begitupun sebaliknya. Karom juga menambahkan, bermula dari

kebiasaan awal di negaranya, di negaranya siang tapi disini malam. Jadi

mereka bangunnya siang, dan malam hari mereka aktifnya, hal itu juga

sangat mengganggu sekali, mereka menelpon, mengobrol dengan sesama di

community house atau di vila tersebut, yah pokonya aktifitas sehari-hari

mereka lakukan di malam hari. Agus Kurniawan salah satu staf dari Desa

Tugu Selatan (komunikasi personal 28 Oktober, 2015) juga menuturkan,

menurutnya belum ada konflik yang terlihat sangat serius dan perlu ditangani

oleh aparat, kadang kita melihat adanya masalah diantara mereka, mereka

malam-malam ribut-ribut karena berisik, mengganggu jam istirahat warga

Page 70: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 60

disini kadang hingga terjadi pertengkaran, tetapi juga tidak mutlak salah

mereka karena mereka rata-rata masih belum terbiasa untuk tidur malam dan

masih menyesuaikan jam di negara asalnya. Masalah etika sopan santun

ketika mereka berbicara terdengar sangat keras sekali, mungkin yang sering

terjadi ya masalah-masalah seperti itu saja.

Menurut Kombespol Puja Laksana, pelanggaran hukum yang sering

dilakukan oleh para pengungsi dikarenakan para pengungsi merasa bahwa

keberadaan mereka dilindungi oleh suatu konvensi, jadi mereka merasa kebal

hukum dan bisa berbuat semena-mena, termasuk melanggar aturan hukum di

negara kita. Contoh kasus yang sering terjadi bahwa mereka melakukan

pengrusakan, pelecehan seksual, pencurian. Yang pernah saya temui

beberapa pengungsi juga pernah mengambil rokok dan barang lainnya di

minimarket tanpa mau membayar. Ketika mereka dimarahi oleh warga

sekitar, pengungsi tersebut berargumen bahwa dirinya dilindungi oleh

konvensi, karena statusnya di Cisarua adalah pengungsi hak nya patut untuk

dilindungi. Karena kesalah pahaman seperti itu salah satunya mendorong ke

arah perpecahan dengan warga.

Karom juga menuturkan justru potensi konflik yang lebih terlihat itu antar

warga kita sendiri, warga yang punya villa sama yang gak punya usaha villa,

malah hampir bentrok. Salah satu pihak meminta keberadaan imigran untuk

tetap dipertahankan karena dapat menambah penghasilan warga sekitar,

salah satu pihak lagi minta imigran diusir dari situ karena mengganggu

keberadaan warga. Pada waktu itu permasalahan disleseikan di tingkat RT-

RW, tetapi masih tidak terseleseikan, hingga ke tingkat kelurahan, itu potensi

konflik yang memang terlihat.

Kanit Intelkam Polres Bogor Ipda Nimrot (komunikasi personal 22

Oktober, 2015) juga mengungkapkan, para pengungsi tersebut tidak terlalu

membahayakan, tetapi potensi konfliknya tetap ada, bisa disebut masih di

taraf kerawanan, belum membahayakan hingga menjadi ancaman besar.

Justru potensi konflik yang ada, yaitu antara penduduk lokal itu sendiri.

Penduduk lokal di Cisarua mereka malah menjadi dua kubu, yang pertama

yaitu para penduduk yang memiliki usaha kontrakan, mereka pro dan

mendukung keberadaan imigran tersebut, karena mereka mendapatkan

keuntungan. Yang kedua yaitu para penduduk dan tokoh masyarakat yang

Page 71: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 61

tidak memiliki usaha rumah kontrakan, mereka sebagian menolak

keberadaan imigran tersebut yang dirasa mengganggu aktifitas mereka

sehari-hari, bisa dibilang adanya faktor ekonomi.

4.2.2 Pencegahan Konflik antara imigran dengan masy arakat lokal di

Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat

Dari potensi konflik yang telah muncul akibat dari adanya imigran di

beberapa Desa di Kecamatan Cisarua, bahwa permasalahan memang

terbilang ada meskipun belum terlalu besar dampak yang ditimbulkan. Ada

beberapa solusi maupun gambaran perencaan dari beberapa pihak yang

telah menjadi informan. Ketika berbicara mengenai penanganan, menurut

Agus Kurniawan, untuk masalah-masalah kecil seperti percekcokan dan

pertengkaran antar warga dengan imigran masih bisa ditangani, dengan

melibatkan kamtibmas, babinsa, dan tokoh masyarakat yang berpengaruh

disini Selain itu, pihak desa melakukan musyawarah dengan orang-orang

yang sekiranya terlibat, ketika ada percekcokan dengan warga, kadang kita

juga bikin semacam rapat bagaimana caranya masalah tersebut bisa selesai.

Nandar juga menambahkan, bahwa penanganan bisa dilakukan melalui

musyawarah dulu dengan tokoh masyarakat daerah sini, dengan cara damai

terlebih dahulu. Jika merasa kesulitan kita dibantu sama babinsa,

babinkamtibmas, sampai ke polsek.

Menurut Karom, mengingat Desa Batu Layang sebagai daerah yang

paling terkena dampak dalam permasalahan imigran ini, saya rasa hal yang

perlu dilakukan untuk mencegah potensi konflik tersebut, yaitu harus ada

seperti pembinaan dan penyuluhan kepada mereka, terutama pengasuh atau

yang membawa mereka kesini, seperti UNHCR, IOM, CWS, atau JRS.

Mungkin kalau mereka lebih mengerti tentang teknis, entah itu dari bahasa

dan pendekatan lain, dan kemungkinan besar imigran tersebut lebih bisa

nurut, daripada kita pihak desa ya gak ngerti apa-apa mengenai teknis

tersebut, ditakutkan kondisinya malah lebih parah.

Menganai penanganan pada tingkat pengambil kebijakan, Masni Eriza

selaku Kasubdit Kemanusiaan Dirjen Multilateral KEMENLU RI (komunikasi

personal, 26 November 2013), bahwa secara undang-undang pengawasan

Page 72: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 62

orang asing itu ada dalam pengawasan dirjen imigrasi, KEMENLU itu

berperan sebagai communication harp saja, jadi berperan sebagai pihak yang

berada di tengah sebagai penjuru dari pemerintah RI halam hal komunikasi

internasional atau hubungan luar negeri jadi hanya sebatas communication

harp nya saja, dan kewenangan untuk penanganan dan pengawasan para

pengungsi tetap dirjen keimigrasian yang berhak.

Mitra S. Suryono selaku Associate External Relations of UNHCR

(komunikasi personal, 28 November 2013), bahwa UNHCR mendukung

dikembangkannya kerangka perlindungan nasional untuk membantu

pemerintah Indonesia mengatur kedatangan orang yang mencari suaka.

Dalam hal ini, UNHCR terus menerus secara aktif mempromosikan aksesi

terhadap dua instrumen hukum internasional: Konvensi 1951 tentang Status

Pengungsi dan Protokol 1967. Kedua instrumen ini telah dimasukan dalam

Rencana Aksi Nasional (RANHAM) pemerintah tahun 2010-2014, yang

mengkonfirmasi rencana pemerintah untuk mengaksesi Konvensi 1951 pada

tahun 2013, lalu selanjutnya Protokol 1976 pada tahun 2014.

Kombespol Puja Laksana juga menuturkan adanya instrumen hukum

yang berbeda, bahwa desk P2MP2S juga sudah melakukan rapat dengan

berbagai kementerian untuk penyusunan perpres dalam penanganan dan

penanggulangan pengungsi. Tetapi perpres hanya suatu SOP saja, bukan

suatu solusi yang utama, tujuannya agar yang kita lakukan sesuai dengan

aturan hukum yang berlaku, secara spesifik jelas arahnya, tidak gamang, dan

yakin dalam melakukan tugas karena adanya payung hukum tersebut.

Misalkan dalam permasalahan anggaran, kalau ada pengaturannya kan enak

kita mengalokasikan dana jelas diperuntukan kepada siapa, tujuannya

bagaimana. Sedangkan masalah pengungsi masih belum jelas siapa yang

menangani, kemudian kita keluarkan dana untuk bantuan mereka, tetapi dana

tersebut tidak masuk dalam tupoksi anggaran, ya sama saja nanti kita

diperiksa KPK.

Dr. Tri Nuke Pudjiastuti M.A., menambahkan bahwa, jangan harap

pemerintah melakukan upaya atau kebijakan dalam bentuk apapun, kalau

masih belum ada payung hukumnya, hal tersebut sangat struktural sekali di

pemerintah kita. Kalau bisa payung hukum tersebut diatur dan melibatkan

seluruh stakeholder, jadi sejauh mana peran-peran stakeholder yang ada itu

Page 73: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 63

berperan secara aktif, serta bagaimana upaya meminimalisir peran dari

lembaga Internasional agar kita tidak terus menerus bergantung kepada

organisasi tersebut. Itu yang saya sebut sebagai hegemoni kultural, tanpa

sadar mereka menghegemoni kita, dan kita cederung tunduk pada sistem

organisasi internasional sehingga kita tidak bisa berbuat sesuatu dalam

penanganan pengungsi, padahal kita berdiri sebagai negara yang berdaulat.

Dr. Tri Nuke juga menyarankan mengenai konten dari payung hukum itu

juga harus spesifik dan jelas isinya, karena dari payung hukum tersebut para

stakeholder akan tahu apa yang harusnya mereka kerjakan, selain itu aturan

hukum juga harus memperhatikan karakteristik persoalan. Misalkan dalam

penanganan teknis, ketika ada pengungsi sebagai smuggler atau kriminal

penanganannya atau sanksinya seperti apa, ketika murni pengungsi juga

seperti apa penanganannnya, jangan terus disamaratakan dengan merujuk

dari konvensi.

Mengenai keberlangsungan suatu aturan hukum bagi pengungsi, Dr. Tri

Nuke juga mencontohkan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan yang

sudah terbentuk aturan hukumnya, kita lihat tentang penanganan masalah

human trafficking, perpresnya sudah ada, begitu juga UU nya, diperkuat lagi

Indonesia juga ratifikasi konvensi, sekaligus ada peraturan pembentukan

kelembagaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang langsung

dibawah Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

(PMK). Artinya dalam penanganan masalah trafficking ini sudah ada posisi

secara structural, sampai lembaga tersebut membuat rencana aksi, tetapi

sampai sekarangpun juga belum terlihat di setiap level dari pusat hingga

daerah itu mempunyai fungsi masing-masing. Jadi berhasil atau tidaknya

aturan hukum tersebut semua itu bergantung dari pelaksanaannya.

Kombespol Puja Laksana juga mengatakan hal yang sama, jika aturan

hukum sudah ada dan disahkan, selesai atau tidaknya permasalahan tersebut

juga tergantung dari proses implementasi aturan hukum tersebut, bukan

berarti terbentuknya aturan hukum, semua masalah menjadi selesai. Kita

sebisa mungkin juga memberlakukan sangksi kepada smuggler juga, untuk

menghindari banyaknya penyelundupan ke Indonesia. Rekomendasi dari

P2MP2S, kita harus tetap memperlakukan mereka sesuai dengan amanat

konstitusi, karena mereka korban dari konflik yang ada di negara mereka. Kita

Page 74: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 64

tetap berusaha menolong semampu kita, sekaligus kita juga butuh respon

dari masyarakat untuk terlaksananya penanganan ini. P2MP2S dengan pihak

lainnya juga tetap waspada dan tidak asal menerima pengungsi, kita seleksi

dulu bagaimana latar belakang mereka, takutnya keberadaan mereka dapat

mempengaruhi ideologi dan kedaulatan kita juga.

Selain di daerah Kecamatan Cisarua, banyak daerah provinsi lain yang

ditempati oleh pengungsi dan imigran dari luar Indonesia, penelitian ini juga

membandingkan contoh penanganan kasus di wilayah Kota Langsa Provinsi

Aceh yang menjadi jalur masuk pengungsi rohingya, dan wilayah pantai

selatan Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur yang menjadi jalur imigran

menuju Australia.

Untuk wilayah Aceh, Yusra Aprilla SH, MH, unit Reskrim TPPO Polda

Aceh (komunikasi personal, 25 februari 2016) mengatakan bahwa wilayah

Aceh memang banyak terdapat pantai serta pelabuhan untuk disinggahi,

tahun 2015 kemarin banyak para pengungsi rohingya terdampar tepatnya di

wilayah pemukiman penduduk di tepi pantai Kota Langsa, karena lemahnya

fisik dan agama para pengungsi rohingya tersebut sama-sama islam akhirnya

para penduduk menolong mereka. Untuk masalah penanganan, pemerintah

Kota Langsa juga menyediakan logistik beserta camp khusus untuk

pengungsi yaitu di kebun sawit yang diberi pembatas pagar dan agak jauh

dari pemukiman penduduk. Permasalahan yang timbul hanya dari kelompok

pengungsi saja yaitu kasus kriminal seperti pencabulan, dan 3 orang yang

tertangkap menggunakan ganja. Untuk permasalahan dengan penduduk

sekitar hampir tidak ada, karena di wilayah aceh ada kearifan lokal yang

bernama ”pemulia jamee” yang artinya tamu adalah raja, penduduk

memperlakukan mereka dengan sangat baik dan mengesampingkan status

mereka sebagai pengungsi, terlebih lagi agama mereka sama-sama islam.

Sedangkan di wilayah Jawa Timur, Soleh Masudi SH, MH, unit Reskrim

TPPO Polda Jatim (komunikasi personal, 25 februari 2016), bahwa sampai

sekarang wilayah pantai selatan Kabupaten Malang masih juga dibuat jalur

keluar para imigran untuk menuju wilayah Australi, karena jaraknya yang

sangat efisien untuk ditempuh menuju Australi, temuan yang paling banyak

yaitu sekitar tahun 2010. Untuk masalah yang

Page 75: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 65

ditimbulkan hampir tidak kami jumpai, karena begitu mereka tertangkap

kita langsung koordinasi dengan pihak imigrasi dan mereka langsung dibawa

ke rudenim, jadi kita tidak bisa melihat seberapa besar dampak yang

ditimbulkan oleh imigran jika hidup berdampingan dengan masyarakat seperti

di Cisarua ini.

4.3. Pembahasan

4.3.1 Potensi Konflik Antara Imigran Dengan Masyara kat Lokal Di

Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat

Imigrasi yang dilakukan oleh imigran asing yang berasal dari negara-

negara Asia Selatan seperti Afganistan, Pakistan, Srilanka, Irak, Iran

merupakan tindakan untuk mencari suaka atau perlindungan ke negara lain

dan tujuannya yaitu masuk ke pulau Christmas yang merupakan pulau di

Australia. Untuk menuju Australia, para imigran masuk melalui Indonesia.

Kehadiran para imigran gelap di Indonesia yang bertujuan untuk transit ke

negara lain ini menjadi ancaman bagi Indonesia dikarenakan beberapa

oknum imigran ini yang melakukan tindakan kejahatan seperti peredaran

narkoba, senjata api, terorisme dan trafficking in person. Menyangkut hal ini,

Indonesia memiliki kepentingan nasional yang harus dikedepankan. Menurut

pendapat Morgenthauyaitu interest atau kepentingan yang sifatnya relatif

permanen yang meliputi tiga faktor yaitu sifat dasar dari kepentingan nasional

yang dilindungi, lingkungan politik dalam kaitannya dengan pelaksanaan

kepentingan tersebut, dan kepentingan yang rasional. Kepentingan nasional

merupakan pilar utama tentang politik luar negeri dan politik internasional

yang realistis karena kepentingan nasional menentukan tindakan politik suatu

negara.

“Ada kepentingan nasional yang bersifat vital bagi suatu

negara karena terkait dengan eksistensinya. Kepentingan nasional

yang bersifat vital biasanya berkaitan dengan kelangsungan hidup

negara tersebut serta nilai-nilai inti (core values) yang menjadi

identitas kebijakan luar negerinya. Kalau kepentingan vital atau

strategis suatu negara menjaditaruhan dalam interaksinya dengan

aktor lain, maka negara tersebut akan menggunakan segala

Page 76: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 66

instrumen yang dimilikinya termasukkekuatan militer untuk

mempertahankannya.”

Mengingat setiap negara memiliki kepentingan nasional, maka

kepentingan Indonesia dalam hal ini adalah menjaga wilayah Indonesia tetap

dalam kondisi aman, meskipun Indonesia merupakan target para imigran

gelap. Karena kasus imigran gelap bukanlah satu-satunya kasus yang harus

diwaspadai oleh Indonesia. Posisi Indonesia yang strategis sebagai negara

kepulauan yang memiliki banyak pelabuhan yang tetap harus di pantau

menjadi tanggung jawab besar bagi semua aktor Indonesia.

Fenomena yang terjadi di Kecamatan Cisarua, sejauh ini ada korelasi

antara temuan penelitian di lapangan dengan teori dari Kevin Avruch

mengenani ethnic communal conflict, Avruch (1998) mengungkapkan bahwa

implikasi perubahan budaya terhadap konflik ada beberapa kemungkinan. Di

satu sisi, kepekaan perubahan budaya dapat mendorong ke arah

ketidakstabilan sosial, dan hal tersebut mungkin mendorong ke arah konflik.

Pada sisi lain, kemungkinan perubahan nilai budaya dapat membuktikan

penyesuaian terhadap situasi yang baru, dan para individu yang membawa

budaya lokal dapat menggunakan sumber budaya untuk mengakomodasi.

Koentjaraningrat mengungkapkan (2005) ada tujuh unsur kebudayaan

universal yaitu Bahasa; Sistem Pengetahuan; Sistem Kemasyarakatan atau

Organisasi Sosial; Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi; Sistem Mata

Pencaharian Hidup; Sistem Religi; dan Kesenian. Poetra (2001) juga

menambahkan bahwa sebagian ahli antropologi menganggap ada tiga hasil

dari sebuah proses akulturasi, yakni: (1) penerimaan (acceptance); (2)

penyesuaian (adaptation); (3) reaksi (reaction).

Dari praktik yang terjadi di Kecamatan Cisarua bahwa kedua

kemungkinan dari teori avruch memang terjadi, yaitu adanya perbedaan

budaya dapat mendorong ke arah konflik, sekaligus dengan adanya

perbedaan budaya dapat mengakibatkan adanya penyesuaian budaya yang

baru.

Untuk kemungkinan yang pertama, yaitu mengenai aspek perbedaan

budaya sebagai akibat dari potensi konflik, telah diungkapkan pada paragraf

awal sub bab 4.2.2.1 oleh beberapa informan diantaranya dari Desa

Page 77: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 67

Batulayang, Desa Tugu Utara, dan Desa Tugu Selatan, bahwa potensi konflik

disini dapat dipicu karena adanya perbedaan budaya. Secara teknis temuan

yang ada di lapangan sebagian besar pertengkaran atau keributan warga

dengan para pengungsi seringkali disebabkan karena masalah perbedaan

etika, dan juga paham agama. Mengenai tahapan-tahapan yang terjadi di

lapangan, Ipda Nimrot selaku Kanit Intelkam Polres Bogor mengungkapkan,

bahwa tahapan konflik yang biasa terjadi karena pengungsi di Cisarua pada

awalnya berangkat dari norma etika dan susila, hingga pada akhirnya

berujung pada tindakan pidana.

Untuk kemungkinan yang kedua dari teori Avruch yaitu dengan adanya

perbedaan budaya dapat mengakibatkan adanya penyesuaian budaya yang

baru. Koentjaraningrat (2005) juga menambahkan mengenai akulturasi

budaya, disebutkan bahwa proses sosial yang timbul apabila sekelompok

manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur dari

suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima

dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian kebudayaan tersebut.

Menurut Ipda Nimrot, selain ada potensi kerawanan, tetapi beberapa

imigran belakangan ini sudah lumayan banyak yang bisa berbahasa

Indonesia meskipun tidak lancar, sudah ada beberapa interaksi antara para

imigran dan warga lokal, terlebih lagi para imigran yang sudah memiliki

keluarga, berbeda dengan para imigran yang memang usianya masih muda,

emosi mereka masih labil.

Selain itu bentuk akulturasi budaya di Kecamatan Cisarua banyak

dijumpai tempat-tempat yang bernuansa timur tengah, karena sampai saat ini

Kecamatan Cisarua banyak dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan dari

beberapa negara dari Timur Tengah. Ada salah satu tempat di Kecamatan

Cisarua yang terkenal dengan julukan kampong arab atau warung kaleng,

tepatnya yaitu di Desa Tugu Utara.

4.3.2 Pencegahan Konflik antara imigran dengan masy arakat lokal di

Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat

Indonesia sampai saat ini belum menjadi anggota dari Konvensi

Pengungsi 1951 maupun Protokol 1967 dan juga tidak mempunyai

Page 78: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 68

mekanisme penentuan status pengungsi. Oleh karena itu, selama ini Badan

PBB yang mengurusi pengungsi United Nations High Commissioner for

Refugees (UNHCR) yang memproses sendiri setiap permohonan status

pengungsi di Indonesia dengan dibantu badan internasional lain seperti

International Organization for Migration (IOM).

Bagi mereka yang ternyata memang pengungsi, UNHCR berupaya

mencarikan solusi yang berkelanjutan baginya, yang biasanya berupa

pemukiman kembali ke negara lain untuk mana UNHCR bekerja sama erat

dengan negara-negara tujuan. Per tanggal 1 Mei 2009 terdapat sekitar 439

orang yang diakui sebagai pengungsi, 821 orang pencari suaka dan 26 orang

lainnya yang menjadi perhatian UNHCR di Indonesia.

Kendati belum menjadi pihak dari Konvensi Pengungsi 1951,

pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah selama ini telah mendukung

proses-proses suaka tersebut dengan mengijinkan pencari suaka masuk ke

wilayah Indonesia, merujuk para pencari suaka ke UNHCR, dan mengijinkan

para pengungsi untuk tinggal di Indonesia sementara menunggu diperolehnya

solusi yang berkelanjutan. Contoh terakhir adalah bagaimana rakyat Aceh

dan pemerintah Indonesia bersedia menampung sementara pencari suaka

Rohingya dari Myanmar yang terusir oleh rezim junta militer Myanmar dan

dianggap sebagai tak punya kewarganegaraan

(stateless person).Tindakan pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah ini

patut dipuji. Ini adalah implementasi dari asas non refoulement dalam

Konvensi Pengungsi 1951 (tidak mengusir / memulangkan kembali ke negeri

asalapabila kondisi negerinya masih tidak kondusif). Langkah berikutnya

adalah membantu pemprosesan status para pengungsi tersebut dan tidak

sekali-sekali melakukan kekerasan terhadap mereka dalam segala

bentuknya.

Pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah dengan dukungan TNI /

POLRI juga harus mencegah dan menindak keras para penyelundup manusia

asal Indonesia yang mengambil keuntungan dari penderitaan para pencari

suaka dengan cara memfasilitasi, memberikan transportasi, dengan

sembunyi-sembunyi maupun dengan cara menipu,mengantarkan orang ke

negeri lain melalui cara tidak resmi yang sekaligus melanggar hukum.

Apalagi, Indonesia telah menjadi pihak (party) dari Konvensi PBB tentang Anti

Page 79: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 69

Kejahatan Transnasional yang Terorganisasi (UN Convention Against

Transnational Organized Crime2000) dengan meratifikasinya sejak April 2009

melalui UU No. 5 tahun 2009.

Berdasarkan data yang kami dapatkan, bahwa sejauh ini Indonesia

belum mengaksesi konvensi genewa tahun 1951 dan protokol tambahan

tahun 1967 tentang pengungsi, sehingga Indonesia tidak dapat melakukan

pengusiran dan exstradisi. Selanjutnya, sesuai dengan Prinsip Non-

Refoulement dalam Hukum Hak Asasi Manusia tentang Convention Against

Torture (CAT) pasal 3 disebutkan bahwa "tidak ada Negara / pihak yang

boleh mengusir, mengembalikan atau mengekstradisi seseorang ke negara

lain apabila ada alasan yang cukup kuat untuk menduga bahwa orang itu

dalam bahaya karena menjadi sasaran penyiksaan". Dengan kata lain, bahwa

Indonesia sebagai bagian dari dunia Internasional wajib menjunjung tinggi

prinsip-prinsip HAM tersebut.

Illegal migration merupakan suatu usaha untuk memasuki suatu wilayah

tanpa izin. Imigran gelap dapat pula berarti bahwa menetap di suatu wilayah

melebihi batas waktu berlakunya izin tinggal yang sahatau melanggar atau

tidak memenuhi persyaratan untuk masuk ke suatu wilayah secara sah.

Terdapat tiga bentuk dasardari imigran gelap, yaitu:

1. Yang melintasi perbatasan secara ilegal (tidak resmi).

2. Yang melintasi perbatasan dengan cara, yang secara sepintas adalah

resmi (dengan cara yang resmi), tetapi sesungguhnya menggunakan

dokumen yang dipalsukan atau menggunakan dokumen resmi milik

seseorang yang bukan haknya, atau dengan menggunakan dokumen

remsi dengan tujuan yang ilegal.

3. Yang tetap tinggal setelah habis masa berlakunya status resmi sebagai

imigran resmi.

Dalam menanggulangi terjadinya kejahatan imigrasi, para petugas yang

terkait dalam menjalankan kewajibannya harus mempunyai dasar

pengetahuan tentang masalah keimigrasian. Tetapi dalam praktiknya, masih

banyak petugas yang kurang memahami masalah imigrasi sehingga

penyidikan terhadap kejahatan imigrasi kurang begitu efektif.

Oleh karena itu, perlu diambil langkah-langkah untuk meningkatkan

pengetahuan para petugas yang bersangkutan dengan jalan memberikan

Page 80: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 70

upgrading atau pelatihan/pendidikan agar pengetahuan yang dimilikinya bisa

membuat para petugas melaksanakan tugasnya dengan baik.

Dalam penelitian ini, penekanan kerjasama antar institusi dalam

menangani permasalahan pengungsian di Kecamatan Cisarua mejadi

indikator seberapa jauh deteksi dini pencegahan konflik terhadap pengungsi

ini berjalan. Menurut Institut Titian Perdamaian (2005:18) mengungkapkan

bahwa jaringan merupakan sumber informasi sekaligus area pertukaran

gagasan dan tindakan bersama dalam rangka pencegahan konflik. Penelitian

ini juga mengungkapkan bagaimana suatu jaringan saling berhubungan satu

sama lain dalam suatu sistem.

Sistem deteksi dini jua diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) UU nomer 7

tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, bahwa pencegahan konflik

dilakukan dengan upaya memelihara kondisi damai dalam masyarakat;

membangun sistem penyelesaian perselisihan secara damai; meredam

potensi konflik; dan membangun sistem peringatan dini. Pada ayat (2) juga

ditegaskan bahwa pencegahan tersebut dilakukan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

Ekspektasi dari penelitian ini yaitu adanya sistem jaringan yang saling

berhubungan dengan berbagai pihak, misalkan dari level para pengambil

kebijakan hingga level pelaksana, atau dari level pemerintah pusat hingga ke

daerah. Tetapi ada perbedaan dari hasil yang telah diperoleh dilapangan, dari

info beberapa informan yang ada, telah menunjukkan hasil bahwa sistem

peringatan dini dalam pencegahan konflik di tingkat lokal khususnya di

Kecamatan Cisarua sudah mulai bekerja, tetapi masih belum secara

maksimal hingga keseluruhan.

Dari informasi yang disampaikan oleh Karom, bahwa tingkat lokal masih

bisa ada koordinasi antar pihak desa, tetapi kalau cakupan yang lebih besar

hingga ke pemerintah pusat hampir tidak pernah. Pernah ada satu kali

pertemuan mengenai penanganan pengungsi kebetulan saya mengikutinya,

yang dibahas dalam rapat itu ya sama saja seperti pertanyaan yang diajukan

tadi, masalah peranan, bagaimana peran IOM, UNHCR, JRS, bagaimana

ketentuan di dalam konvensi, seperti itu saja. Menurut saya peran mereka

masih di belakang layar saja. Contoh kasus pernah ada pengungsi yang

Page 81: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 71

meninggal di Desa Batulayang, ketika dihubungi pengurusannya lama, hingga

pihak desa sendiri yang menangani.

Edi Sutisna juga menambahkan, adanya kerjasama Desa Kopo dengan

pihak lain semisal dengan kantor imigrasi pada saat proses pendataan saja.

Kadang organisasi dari pusat seperti UNHCR, IOM juga datang untuk

membantu dan memantau jalannya pendataan tersebut. Untuk pemantauan

secara rutin memang jarang karena belum ada permasalahan yang cukup

serius hingga membutuhkan penanganan mereka.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Agus Kurnawan, bahwa

organisasorganisasi internasional pernah juga datang kesini sewaktu-waktu,

itupun hanya proses pendataan saja, serta pengecekan distribusi bantuan

dan semacamnya, karena pengungsi dan imigran tersebut merupakan

tanggungan mereka. Ketika ada permasalahan yang melibatkan para

pengungsi, kami selaku pihak desa Tugu Selatan tetap mencoba

menghubungi mereka, dan upaya yang sering mereka lakukan hanya

melakukan kontrol jarak jauh saja, menanyakan kondisi sehari-hari saja.

Nandar juga mengatakan hal yang sama, bahwa menurut undang-undang

pengungsi dilindungi oleh UNHCR, pemerintah desa Tugu Utara secara

otomatis dalam penanganan tidak bisa berbuat cukup banyak, kita pasrahkan

kepada mereka. Tetapi ada UNHCR dan beberapa organisasi lain sesekali

kesini untuk mengontrol dan mendata pengungsi yang ada di desa tugu utara.

Temuan dari penelitian ini sebetulnya sudah mengungkapkan bahwa

sistem peringatan dini pencegahan konflik yang ada di daerah sudah mulai

berjalan, indikatornya yaitu dilihat dari terhubungnya jaringan yang ada pada

tingkat lokal seperti kepolisian, TNI, kecamatan hingga desa sudah ada sitem

koordinasi. Indikator lainnya bahwa ketika ada kasus mengenai pengungsi di

tingkat lokal, para pihak yang ada bisa menyelesaikannya. Ketika di tingkat

desa tidak bisa mengatasi permasaahan tersebut, ada kepolisian (polsek) dan

dibantu TNI (Koramil) yang membantu. Dari pendapat beberapa informan,

terlihat ada kesenjangan antara para pihak yang melakukan penanganan di

tingkat daerah, dengan para pihak atau organisasi dari pusat.

Page 82: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 72

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Di Kecamatan Cisarua Kab. Bogor terdapat potensi konflik antara

imigran dengan masyarakat lokal. Sumber dari potensi konflik

tersebut terdiri dari aspek sosial budaya, hukum, ideologi.

Perbedaan budaya antara masyarakat lokal dengan imigran

tersebut tentu saja dapat memicu gesekan dalam kehidupan

sosial masyarakat. Di Kecamatan Cisarua ini terdapat imigran

yang menikah dengan penduduk lokal dan membuka usaha

mandiri. Hal ini menjadi polemik bagi pemerintah setempat

mengingat bahwa Indonesia hingga saat ini masih belum menjadi

anggota dari Konvensi Pengungsi 1951 maupun Protokol 1967

dan juga tidak mempunyai mekanisme penentuan status

pengungsi .

2. Penanganan potensi konflik antara imigran dan masyarakat lokal

di Cisarua dilakukan dengan cara mediasi, negosiasi, dan sistem

deteksi dini pencegahan konflik. Proses mediasi dan negosiasi

yang sudah dilakukan dalam penanganan potensi konflik imigran

di Cisarua, masih belum maksimal dikarenakan belum adanya

aturan pelaksanaan yang secara teknis mengatur tentang

penanganan masalah imigran. Sistem deteksi dini pencegahan

konflik dalam hal ini hanya berjalan di tingkat Kecamatan saja,

sedangkan di tingkat pusat dalam hal ini KEMENKOPOLHUKAM,

KEMENKUMHAM, KEMENLU, UNHCR, IOM, dan JRS tidak

berjalan sebagaimana yang diharapkan sehingga sistem deteksi

dini pencegahan konflik tersebut masih belum maksimal.

Page 83: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 73

5.2 Saran

1. Pemerintah Pusat

a. Desk P2MP2S KEMENKOPOLHUKAM, diharapkan adanya

komunikasi dan koordinasi dengan Kementerian yang dinaungi

oleh KEMENKOPOLHUKAM, dan juga melibatkan pemerintah

daerah, TNI, Kepolisian, serta BINDA dalam penanganan para

imigran yang ada di daerah khususnya di Kecamatan Cisarua.

b. Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, adanya

pembentukan aturan hukum yang secara spesifik mengatur

mengenai penanganan masalah pengungsi dan imigran, agar para

stakeholder mengetahui secara teknis bagaimana mengatasi

permasalahan tentang pengungsi dan imigran yang masuk ke

wilayah Indonesia.

c. Direktorat HAM dan Multilateral, Dirjen Multilateral Kementerian

Luar Negeri RI, melakukan koordinasi dengan UNHCR terkait

kebijakan dan kerjasama internasional, terutama dalam hal

hubungan bilateral dan multilateral terhadap negara-negara yang

terlibat pada proses pengungsian.

2. Organisasi Internasional khusunya UNHCR, IOM, JR S, dan CRS .

Agar melakukan koordinasi dengan pemerintah terkait di daerah

secara periodik untuk penanganan imigran. Memantau kondisi tempat

- tempat penampungan imigran di daerah-daerah terutama

community house dan melakukan evaluasi terhadap aktivitas para

imigran terkait dengan kearifan lokal, sosial budaya, dan hukum agar

tidak terjadi konflik dengan masyarakat. Melakukan sosialisasi dan

memberi pemahaman kepada masyarakat lokal terkait dengan

keberadaan imigran dan pengungsi, bagaimana ciri identitas

pengungsi, serta hak dan kewajiban yang didapat oleh pengungsi,

agar tidak terjadi penyalahgunaan identitas yang sering dilakukan

oleh pengungsi.

3. Pemerintah Daerah

Page 84: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 74

a. Pemerintah Kecamatan Cisarua, Pemerintah Desa, Polsek, dan

Koramil, diharapkan membangun kerjasama dengan masyarakat

lokal di sekitar tempat penampungan imigran terkait dengan

sistem peringatan dini pencegahan konflik, masalah keamanan,

dan penanganan imigran.

b. Pemerintah Kabupaten Bogor dan Pemerintah Provinsi Jawa

Barat, melakukan evaluasi secara periodik terhadap daerah-

daerah yang ditempati oleh imigran dan pengungsi. Melakukan

koordinasi dengan pemerintah di tingkat Kecamatan hingga Desa,

serta melakukan sosialisasi terhadap masyarakat terkait

keberadaan imigran dan pengungsi beserta penanganannya.

Page 85: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 75

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Avruch, Kevin, 1998, Culture & Conflict Resolution, Washington DC: United

States Institute of Peace Press.

Badudu, Yus, 1994, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan.

Bungin, M. Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo

Persada

Christie, D.J., Wagner, R.V., & Winter, D.A. (Eds), 2001, Peace, Conflict, and

Violence: Peace Psychology for the 21st Century, Englewood Cliffs,

New Jersey: Prentice-Hall.

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan. Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Institut Titian Perdamaian, 2005, MariMencegah Konflik: Memahami Sistem

Peringatan Dini Berbasis Jaringan Komunitas, Jakarta: Tim CEWERS &

Yayasan TIFA.

Ismayawati, Isye, 2013, Manusia Perahu: Tragedi Kemanusiaan di Pulau

Galang, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Poetra, Heddy Sri Ahimsa 2001, Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya

Sastra, Yogyakarta: Galang Press.

Romsan, Ahmad, (Eds), 2003, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional:

Hukum Internasional dan Prinsip-Prinsip Perlindungan Internasional,

UNHCR Perwakilan Regional Jakarta, Republik Indonesia, Bandung:

Percetakan Sanic Offset.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sujarweni, V.W., 2014, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah

Dipahami, Yogyakarta: Pustaka Buku.

Supriyatno, Makmur, 2014, Tentang Ilmu Pertahanan, Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia.

Tan, Mely G, 2004, The Case Of The Ethnic Chinese, Ethnic Relations And

Nation Building In Southeast Asia, Singapore: ISEAS

UNHCR, 1992, An Introduction to the International Protection of Refugees,

Training Modul RLD I Juni.

Page 86: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 76

UNHCR, 2007, Melindungi Pengungsi & Peran UNHCR, Geneva: UNHCR

Media Relation and Public Information Service

Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Jakarta: Sinar Grafika.

Artikel dan Jurnal

Krustiyati, Atik, 2012, Kebijakan Penanganan Pengungsi di Indonesia: Kajian

Dari Konvensi Pengungsi tahun 1951 dan Protokol 1967, UBAYA.

Prahenti, D.S., 2013, Dampak Singgahnya Pencari Suaka ke Australia

terhadap Peningkatan Kejahatan Transnasional di Indonesia,

Universitas Airlangga.

Suryokumoro et al. 2013. Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal Di

Indonesia Sebagai Negara Transit Berdasarkan Konvensi Tentang

Status Pengungsi 1951 (Studi Di Kantor Imigrasi Kota Malang). Fakultas

Hukum Universitas Brawijaya.

Perundang-undangan

Convention Relating to the Status of Refugees (Konvensi Mengenai Status

Pengungsi) 1951.

Protocol Relating to the Status of Refugees (Protokol Mengenai Status

Pengungsi) 1967.

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial

Page 87: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 77

Dst s.d. Hal 4...

Page 88: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 78

Page 89: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 79

Page 90: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 80

Page 91: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 81

Page 92: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 82

Page 93: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 83

Page 94: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 84

Page 95: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 85

Page 96: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 86

Dst s.d. Hal 10...

Page 97: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 87

Page 98: HALAMAN PENGESAHAN - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/... · data yang diperoleh dari UNHCR, total imigran ilegal yang berada di wilayah Indonesia hingga

Laporan Hasil Penelitian Dosen Unhan 2017 88