INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff...

24
1 MASALAH INTEGRASI DI PRANCIS Airin Miranda Program Studi Prancis FIB UI I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena imigran adalah aspek penting dalam sejarah Prancis kontemporer. Dimulai dengan kedatangan imigran yang berasal dari negara-negara tetangga di Eropa, hingga mereka yang berasal dari negara-negara di benua Afrika dan Asia, Prancis mengenal beberapa gelombang kedatangan imigran. Masuknya imigran ke Prancis dilatarbelakangi berbagai motif, terutama ekonomi. Hal ini berkaitan dengan kondisi demografis Prancis dan juga tuntutan suplai tenaga kerja menyusul adanya industrialisasi di Prancis pasca Perang Dunia II. Sebagai negara tujuan migrasi, Prancis terhitung lambat menyadari dan menyikapi keberadaan imigran di negaranya. Masalah mengenai imigran sendiri baru mulai dibicarakan dalam debat politik sekitar tahun 80’an. Selain itu, keberadaan imigran juga hanya dibahas dalam studi demografi, sebelum akhirnya muncul studi yang lebih spesifik meneliti dampak sosial dan politik dari imigran di Prancis, yaitu sosiologi migrasi. Keterlambatan pemerintah Prancis dalam mengantisipasi masalah yang mungkin muncul dengan adanya imigran di negaranya menyebabkan suasana yang tidak kondusif dalam kehidupan bermasyarakat antara pendatang dan warga asli. Istilah “masalah imigran” muncul seiring kedatangan dalam jumlah besar imigran dari negara-negara bekas jajahan Prancis pasca PD II. Padahal sebelumnya Prancis sudah menerima kedatangan imigran dari berbagai negara yang berbatasan dengannya. Kedatangan imigran pada masa

Transcript of INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff...

Page 1: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

1

MASALAH INTEGRASI DI PRANCIS

Airin Miranda – Program Studi Prancis FIB UI

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena imigran adalah aspek penting dalam sejarah

Prancis kontemporer. Dimulai dengan kedatangan imigran

yang berasal dari negara-negara tetangga di Eropa, hingga

mereka yang berasal dari negara-negara di benua Afrika

dan Asia, Prancis mengenal beberapa gelombang kedatangan

imigran. Masuknya imigran ke Prancis dilatarbelakangi

berbagai motif, terutama ekonomi. Hal ini berkaitan

dengan kondisi demografis Prancis dan juga tuntutan

suplai tenaga kerja menyusul adanya industrialisasi di

Prancis pasca Perang Dunia II.

Sebagai negara tujuan migrasi, Prancis terhitung

lambat menyadari dan menyikapi keberadaan imigran di

negaranya. Masalah mengenai imigran sendiri baru mulai

dibicarakan dalam debat politik sekitar tahun 80’an.

Selain itu, keberadaan imigran juga hanya dibahas dalam

studi demografi, sebelum akhirnya muncul studi yang lebih

spesifik meneliti dampak sosial dan politik dari imigran

di Prancis, yaitu sosiologi migrasi. Keterlambatan

pemerintah Prancis dalam mengantisipasi masalah yang

mungkin muncul dengan adanya imigran di negaranya

menyebabkan suasana yang tidak kondusif dalam kehidupan

bermasyarakat antara pendatang dan warga asli.

Istilah “masalah imigran” muncul seiring kedatangan

dalam jumlah besar imigran dari negara-negara bekas

jajahan Prancis pasca PD II. Padahal sebelumnya Prancis

sudah menerima kedatangan imigran dari berbagai negara

yang berbatasan dengannya. Kedatangan imigran pada masa

Page 2: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

2

pasca PD II tersebut membawa dampak sosial yang lebih

besar dari kedatangan imigran sebelumnya karena adanya

perbedaan budaya dan latar belakang sejarah yang terlalu

jauh antara para imigran tersebut dengan masyarakat

Prancis, yang dipercaya oleh banyak pihak sebagai sebab

dari gagalnya usaha pembauran antara pendatang dan warga

asli di Prancis. Kejadian pada bulan November 2005

kemarin menunjukkan bahwa terdapat ketidakpuasan di

kalangan imigran dan anak-anak keturunan imigran mengenai

situasi kehidupan mereka sebagai warga negara Prancis

yang tidak sama dengan orang Prancis asli.

Seiring berjalannya waktu, keberadaan imigran di

Prancis tidak lagi hanya terpusat pada fungsi ekonomi

mereka sebagai tenaga kerja murah yang mendukung

industrialisasi di Prancis, tetapi juga menyinggung

pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas dan permasalahan

ras di dalamnya. Untuk itu, pemerintah Prancis telah

mengusahakan proses integrasi bagi para imigran, yang

dikenal sebagai modèle républicain d’intégration.

1.2 Masalah

Pemerintah Prancis dengan modèle républicain

d’intégration-nya berusaha menyikapi keberadaan imigran

di Prancis dengan tetap mempertahankan identitas negara

mereka sebagai salah satu negara besar di Eropa.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai modèle

républicain d’intégration, penelitian ini mengangkat

permasalahan sebagai berikut :

a.apa yang dimaksud dengan modèle républicain

d’intégration ?

b.apakah proses integrasi imigran mengikuti model

tersebut berhasil mengatasi permasalahan antar etnis

di Prancis saat ini?

Page 3: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

3

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang

disebut sebagai modèle républicain d’integration dan

melihat apakah model tersebut telah berhasil mengatasi

masalah hubungan antar etnis di Prancis saat ini.

1.4 Kemaknawian Penelitian

Selain untuk mencapai tujuan di atas, penulis juga

berharap agar hasil penelitian ini akan menambah wawasan

dan pengetahuan mengenai kondisi imigran di Prancis, yang

hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat di berbagai

media. Pengetahuan yang didapat dari penelitian ini juga

dapat digunakan sebagai modal untuk membentuk mata kuliah

pilihan untuk mahasiswa S1 dari program studi Prancis,

FIB-UI, yang direncanakan berjudul Multikulturalisme di

Prancis. Dan akhirnya, kiranya penelitian ini dapat pula

menjadi bahan pertimbangan dan memberi pandangan kepada

pihak pemerintah Indonesia untuk menyikapi permasalahan

antar etnis di Indonesia yang juga merupakan masyarakat

multikulturalis.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dibatasi dalam periode setelah Perang

Dunia II. Periode tersebut diambil sebagai batasan

mengingat pada masa itulah terjadi gelombang kedatangan

imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas

jajahan Prancis di benua Afrika seperti Aljazair, Tunisia,

dan Maroko.

1.6 Metode Penelitian

Page 4: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

4

Penulisan dan penelitian ini dibuat melalui studi

kepustakaan mengenai imigran dan “masalah imigran” di

Prancis dan model integrasi yang dipakai oleh Pemerintah

Prancis untuk mengatasi masalah tersebut. Penyajian data

statistik dan informasi dari penelitian-penelitian

terdahulu mengenai topik tersebut juga akan menjadi

sumber acuan bagi analisis yang akan dikemukakan dalam

penelitian ini. Selain itu, dengan berupaya untuk tetap

obyektif, Penulis juga memakai pengalaman pribadi sebagai

bukti pelengkap yang terutama akan digunakan sebagai

contoh kasus.

Page 5: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

5

II. KERANGKA KONSEP

Penelitian mengenai hubungan antar etnis, yang

sekarang ini termasuk dalam studi sosiologis, menggunakan

konsep-konsep yang membedakan antara ras, etnis,

kewarganegaraan, identitas, dll. Berikut adalah beberapa

konsep yang digunakan dalam penelitian ini yang berkaitan

dengan hubungan antar etnis.

2.1 Ras

Konsep mengenai ras mengacu pada pengelompokkan

makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri fisik yang didapat

secara turun-temurun sejak kelahiran hingga kematiannya.

Pengklasifikasian seperti itu dipakai juga dalam dunia

flora dan fauna.

Dalam perkembangannya, konsep ras sering disamakan

dengan pengelompokkan berdasarkan warna kulit, putih,

hitam, dan kuning. Hal ini kemudian membawa berpengaruh

pada penentuan hierarki dalam kompetensi dan kelas sosial

dalam peradaban manusia hingga kini.

2.2 Etnisitas

Teori etnisitas seringkali bersinggungan, bahkan

bertumpang tindih, dengan teori ras. Namun bila ras

ditentukan oleh hubungan biologis efektif, maka etnisitas

ditentukan dari interaksi antar kelompok yang kemudian

menjadi media pembeda masing-masing kelompok tersebut.

Page 6: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

6

Artinya, ciri-ciri sebuah kelompok etnis baru terlihat

setelah adanya kontak dengan kelompok etnis lainnya1.

Berikut adalah ciri-ciri sebuah kelompok etnis2 :

a. bertahan lewat reproduksi biologis dalam jumlah yang

cukup banyak

b. memiliki nilai budaya bersama yang direalisasikan

lewat manifestasi kebudayaan yang terpadu

c. membentuk sebuah kesatuan komunikasi dan interaksi

antar anggotanya

d. memiliki anggota yang dapat mengidentifikasi diri

sendiri sekaligus diidentifikasi oleh orang lain sebagai

anggota sebuah kelompok tertentu, lewat pembedaan dengan

kategori-kategori tertentu.

Lebih jauh, batas antara kelompok-kelompok etnis

adalah batas yang bersifat fleksibel. Artinya batas

tersebut bisa dilebarkan atau disempitkan menurut

kebutuhan politik, sosial, atau ekonomi yang ada.

2.3 Kewarganegaraan

Kewarganegaraan adalah status, yang diatur oleh

sebuah keputusan yang diambil berdasarkan undang-undang,

dan sekaligus identitas, bila disandarkan pada rasa

kepemilikan dalam sebuah kolektivitas politik3. Dengan

begitu jelas terlihat bahwa kewarganegaraan tidak

berkaitan dengan ras, karena kewarganegaraan bukanlah

hanya bawaan lahir namun bisa juga didapatkan lewat

proses legal yang sesuai undang-undang.

Kewarganegaraan memberi jaminan atas hak sipil

(kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, dan

1 Fredrik Barth, Les groupes ethniques et leurs frontières, dalam Theories de lÉthnicité. PUF , Paris :

1999 2 Ibid.

3 Jean Étienne, F. Bloess, JP Noreck, JP Roux, Dictionnaire de sociologie, Hatier, Paris : 1999

Page 7: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

7

kebebasan berkumpul) dan hak politik (partisipasi dalam

pembentukan undang-undang lewat hak pilih). Sehingga bisa

dikatakan bahwa kewarganegaraan sejatinya tidak memandang

perbedaan ras dan/atau etnis, tetapi ditentukan oleh

undang-undang yang berlaku.

2.4 Multikulturalisme

Multikulturalisme adalah keadaan di mana terdapat

berbagai macam budaya dalam yang hidup dan bertahan dalam

satu wilayah. Konsep ini muncul sebagai dampak dari

migrasi yang terjadi di seluruh dunia.

Multikulturalisme sering pula dikonsepkan sebagai

keadaan ideal yang harus diupayakan oleh setiap negara

dengan warga negara yang berasal dari budaya yang

berbeda-beda. Dengan begitu, multikulturalisme membawa

semangat toleransi dan keterbukaan dalam menyikapi

perbedaan budaya dan latar belakang dalam masyarakat.

Page 8: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

8

III. IMIGRAN DAN KETURUNAN IMIGRAN

DI PRANCIS : PERBEDAAN SITUASI DAN PERSAMAAN NASIB

Imigran di Prancis, yang merupakan warga minoritas,

tidak seketika mendapatkan status yang jelas mengenai

keberadaan mereka di Prancis. Pada awal kedatangannya,

imigran adalah sekelompok orang yang berfungsi sebagai

pengisi kebutuhan akan tenaga kerja menyusul adanya

industrialisasi dan perbaikan ekonomi di Prancis. Selain

itu, situasi demografis Prancis yang mengalami stagnasi4

juga terbantu dengan adanya kedatangan para imigran

tersebut.

Tak bisa dipungkiri pula krisis yang terjadi dari

negara asal imigran juga menjadi latar belakang

kedatangan mereka ke tanah Prancis. Prancis dikenal

sebagai negara yang cukup terbuka menerima pendatang

dengan tujuan meminta suaka hukum karena situasi negara

asal mereka yang tidak aman, terutama mereka yang berasal

dari negara-negara Eropa Timur. Prancis menebarkan harum

kemerdekaan dan keadilan bagi semua orang. Ditambah lagi

dengan reputasinya sebagai negara yang melahirkan banyak

pemikir yang terkenal di seluruh dunia, Prancis menjadi

sebuah negara impian yang terletak cukup dekat

dibandingkan tanah Amerika yang berada di seberang

4 Schor, Ralph, Histoire de l’immigration en France de la fin du XIXè siècle à nos jours, Armand

Collin, Paris : 1996. Prancis yang awalnya menduduki peringkat teratas di antara negara-negara Eropa

dalam jumlah penduduk pada tahun 1800, mengalami penurunan sedikit demi sedikit hingga akhirnya

berada di urutan ke-5 di bawah Rusia, Jerman, Austria-Hongaria, dan Inggris. Angka kelahiran sangat

rendah dengan rata-rata jumlah anak per keluarga adalah 2,2. Sebaliknya angka kematian Prancis lebih

tinggi daripada angka kelahiran.

Page 9: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

9

Samudera Atlantik5. Hal-hal seperti itulah yang membuat

Prancis menjadi negara tujuan migrasi yang cukup populer,

terutama bagi negara-negara tetangganya di Eropa.

3.1 Imigran di Prancis : Sebelum dan Sesudah Perang Dunia

II

Dengan mengikuti ruang lingkup yang telah ditentukan,

berikut pemaparan secara garis besar dua periode

kedatangan imigran ke Prancis sebelum dan sesudah Perang

Dunia II.

3.1.1 Imigran di Prancis Sebelum Perang Dunia II

Sebelum revolusi industri, imigrasi ke Prancis

umumnya dilakukan oleh orang-orang dari kelas atas yang

datang atas undangan para penguasa saat itu. Baru pada

pertengahan abad ke-19 hingga tahun 1914 dimulai

kedatangan imigran secara besar-besaran, terutama Belgia

dan Italia yang berjumlah hingga 2/3 dari keseluruhan

imigran yang ada di Prancis saat itu. Selain itu ada pula

yang berasal dari Jerman, Swiss, Spanyol, Inggris, Rusia,

dan Austria-Hongaria, walaupun dalam jumlah yang relatif

kecil.

Pasca PD I sebelum PD II, imigran yang berasal dari

Italia adalah yang terbanyak jumlahnya di Prancis.

Kemudian saat PD II dimulai, banyak imigran yang keluar

dari wilayah Prancis, yaitu sekitar 300.000 ribu orang.

Mereka meninggalkan wilayah Prancis untuk menghindari

perang pada periode antara bulan September 1939 sampai

Juni 1940.

3.1.2 Imigran di Prancis Setelah Perang Dunia II

5 Ibid. hal 10

Page 10: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

10

Imigran yang datang ke Prancis setelah Perang Dunia

II masih didominasi oleh mereka yang berasal dari negara-

negara tetangganya di Eropa. Namun terlihat penurunan

jumlah imigran dari negara Eropa dari tahun ke tahun.

Sebaliknya, walaupun jumlahnya masih lebih kecil

dibanding imigran Eropa, imigran yang berasal dari Afrika

jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Negara-

negara Afrika tersebut adalah Aljazair, Maroko, Tunisia

(negara magribi), dan juga Afrika hitam yang sejak tahun

1999 jumlahnya meningkat hingga 45%6.

Tabel berikut menunjukkan perubahan komposisi dan

jumlah imigran di Prancis sejak tahun 1962 – 1999

berdasarkan negara asalnya.

Jumlah Imigran berdasarkan negara asal (sejak tahun

1962-1999).

1962 1968 1975 1982 1990 1999

Dalam % dalam % dalam % dalam % dalam % dalam % angka

Eropa 78.7 76.4 67.2 57.3 50.4 44.9 1,934,144

Spanyol 18.0 21.0 15.2 11.7 9.5 7.3 316,232

Italia 31.8 23.9 17.2 14.1 11.6 8.8 378,649

Portugal 2.0 8.8 16.9 15.8 14.4 13.3 571,874

Polandia 9.5 6.7 4.8 3.9 3.4 2.3 98,571

Negara eropa lain 17.5 16.1 13.1 11.7 11.4 13.2 568,818

Afrika 14.9 19.9 28.0 33.2 35.9 39.3 1,691,562

Aljazair 11.6 11.7 14.3 14.8 13.3 13.3 574,208

Maroko 1.1 3.3 6.6 9.1 11.0 12.1 522,504

Tunisia 1.5 3.5 4.7 5.0 5.0 4.7 201,561

Negara Eropa lain 0.7 1.4 2.4 4.3 6.6 9.1 393,289

Asia 2.4 2.5 3.6 8.0 11.4 12.8 549,994

Turki 1.4 1.3 1.9 3.0 4.0 4.0 174,160

Kamboja, Laos,

Vietnam 0.4 0.6 0.7 3.0 3.7 3.7 159,750

Negara asia lain 0.6 0.6 1.0 1.9 3.6 5.0 216,084

Amerika, Oseania 3.2 1.1 1.3 1.6 2.3 3.0 130,394

Tidak diketahui 0.8 0.1 /// /// /// /// ///

Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Jumlah dalam angka 2,861,280 3,281,060 3,887,460 4,037,036 4,165,952 4,306,094 4,306,094

Sumber : Insee, Recensements de la population, 1962-1999.

Dari tabel di atas terlihat jelas peningkatan jumlah

pendatang dari Afrika yang cukup signifikan dari awal

tahun 1960-an hingga 1970-an, sebelum terjadi krisis

6Ibid. hal 205

Page 11: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

11

minyak di Prancis yang mempengaruhi keberlangsungan

industri saat itu. Walaupun begitu, semasa krisis dan

pasca krisis jumlah mereka tetap meningkat dari tahun ke

tahun. Hal itu bisa terjadi karena walaupun banyak pabrik

yang tutup dan tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan

semasa krisis, di waktu yang sama muncul model kedatangan

yang dikenal dengan regroupement familial, di mana

imigran yang telah berada di Prancis mengundang

keluarganya yang masih berada di negara asal untuk datang

dan tinggal bersama mereka di Prancis. Sementara itu

penurunan jumlah imigran asal Eropa juga cukup signifikan

dari tahun ke tahun yang digantikan posisinya oleh

pendatang dari Afrika dan Asia.

Motif kedatangan imigran awalnya adalah untuk

bekerja, sehingga sebelum tahun 1970-an para imigran di

Prancis berjenis kelamin pria. Sejak pertengahan tahun

1970-an, dengan motif berkumpul kembali dengan keluarga,

para imigran pria yang telah datang lebih dulu mengundang

anak dan istrinya untuk ikut tinggal bersama mereka,

sehingga kini jumlah imigran pria dan wanita di Prancis

menjadi seimbang.

Dengan melihat tabel dan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa sejak pasca PD II hingga saat ini arus

kedatangan imigran di Prancis didominasi oleh imigran

yang berasal dari Afrika hitam dan juga negara-negara

magribi.

3.2 Imigran dan « Masalah Imigran » : definisi dan

konteksnya

Menurut Le Haut Conseil d’Integration7, imigran

adalah orang yang lahir di luar teritori Prancis dan

7 Le Haut Conseil d’Intégration adalah instansi pemerintah Prancis yang mengurus dan memberikan

pendapat, atas permintaan Perdana Menteri atau Kabinet, mengenai masalah-masalah yang berkaitan

dengan integrasi warga asing dan/atau imigran. http://www.premier-ministre.gouv.fr

Page 12: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

12

masuk ke wilayah Prancis dengan niat untuk tinggal dan

menetap dalam teritori Prancis dalam waktu yang lama.

Imigran dapat menjadi warga negara Prancis dengan cara

naturalisasi.

Yang disebut sebagai « masalah imigran » sebenarnya

adalah masalah-masalah sosial seperti tempat tinggal,

pekerjaan, pendidikan, dll, dan status kewarganegaraan

mereka. Status kewarganegaraan itu lah yang terutama

akhirnya berujung pada masalah yang lebih besar, yaitu

aksi rasisme.

Dewasa ini, keberadaan imigran menjadi topik diskusi

yang hangat dibicarakan. Dan dari forum-forum tersebutlah

penyebutan ini muncul. Sehingga dapat dikatakan bahwa

imigran selalu diasosiasikan dengan kata « masalah ».

Bukan hanya bagi para imigran, namun juga bagi

keturunannya yang telah lahir dan mengenyam pendidikan di

Prancis. Bahkan aksi rasisme di berbagai aspek kehidupan

yang dialami oleh seorang imigran dan/atau keturunannya

juga disebut sebagai « masalah imigran ».

Permasalahan seperti rendahnya pendidikan, rawannya

keamanan di daerah tempat tinggal imigran, dan kemiskinan

merupakan hal-hal yang juga termasuk dalam kategori

« masalah imigran ». Terlihat bahwa walaupun di satu sisi

keberadaan imigran dibutuhkan untuk mengisi sektor-sektor

pekerjaan tertentu atau untuk memperbaiki situasi

demografis Prancis, namun di sisi lain segala

permasalahan sosial yang muncul sebagai dampak logis

proses migrasi sepenuhnya dibebankan kepada para imigran.

3.3 Konsekuensi Keberadaan Imigran di Prancis

3.3.1 Dampak ekonomis dan demografis dari keberadaan

imigran di Prancis.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, kedatangan

imigran umumnya memiliki motif ekonomi. Aspek ekonomi

Page 13: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

13

dari kedatangan imigran ini dapat dilihat dari berbagai

sisi, para imigran, pemilik modal, maupun negara Prancis

sebagai negara tujuan migrasi.

Para imigran umumnya datang ke Prancis dengan tujuan

perbaikan nasib dengan mencari kerja untuk membiayai

kehidupan keluarga yang mereka tinggalkan di negara

asalnya. Sampai tahap ini, imigran yang datang adalah

para pria muda yang siap bekerja tanpa memiliki

ketrampilan yang cukup maupun pendidikan yang memadai

untuk mencapai tingkatan yang cukup tinggi dalam hierarki

kelas pekerja. Kebanyakan dari mereka hanya dapat bekerja

dalam sektor pembangunan dan industri.

Bagi pemilik modal dan usaha, para imigran dengan

kualifikasi lebih rendah dari tenaga kerja Prancis

memberi suatu keuntungan tersendiri. Dengan mempekerjakan

tenaga kerja yang tidak berketerampilan, para pemilik

modal membayar lebih murah. Ditambah lagi, seringkali

para imigran yang masuk dalam pasar tenaga kerja Prancis

memiliki masalah dengan ijin tinggal mereka. Hal itu

akhirnya justru semakin menguntungkan pemilik modal

karena mereka dapat menekan harga hingga serendah mungkin,

bahkan lebih rendah dari tenaga kerja Prancis dengan

kualifikasi yang sama.

Sementara itu, untuk negara Prancis sendiri sulit

diketahui keuntungan ekonomis dari keberadaan imigran. Di

mata hukum Prancis, imigran memiliki kewajiban fiskal

yang sama dengan warga Prancis. Dan melihat kenyataan

bahwa imigran yang datang adalah mereka yang berada dalam

kelompok umur bekerja, seharusnya para imigran memberi

kontribusi fiskal yang cukup besar kepada Prancis. Namun

yang terjadi justru sebaliknya. Hal ini terjadi karena

masalah pengangguran adalah salah satu masalah terbesar

yang dialami oleh imigran. Sebaliknya Prancis harus

menyediakan dana untuk kesejahteraan para imigran dan

Page 14: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

14

juga keluarganya yang diajak bergabung dengan mereka

untuk datang ke Prancis.

Di sisi lain, keberadaan imigran membantu Prancis

dalam mengatasi situasi demografisnya yang

mengkhawatirkan. Bukan saja kedatangan imigran yang

berada dalam kelompok usia kerja yang membantu

kelangsungan industri di Prancis, namun juga diyakini

bahwa imigran asal Afrika hitam maupun negara magribi

memiliki kesuburan yang lebih tinggi dibandingkan orang

Prancis sendiri.

Seperti terlihat dalam tabel di bawah ini, imigran

Afrika hitam dan magribi memiliki tingkat kesuburan lebih

tinggi dibanding imigran dari Eropa dan memang jumlah

wanita imigran saat ini memang lebih banyak dibanding

jumlah prianya.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan indikator

kesuburan menurut asal negara kelahiran para imigran di

Prancis.

Indikator kesuburan menurut asal

negara kelahiran.

Negara tempat lahir Total

Spanyol 1.8

Italia 1.6

Portugal 2.4

Negara Uni Eropa

lainnya 1.9

Negara Eropa lainnya 1.7

Aljazair 2.7

Maroko 2.8

Tunisia 2.8

Negara Afrika

lainnya 2.8

Turki 2.8

Kamboja, Laos,

Vietnam 2.0

Negara Asia lainnya 2.2

Amerika, Oseania 2.0

Tingkat kesuburan

imigran (rata-rata) 2.4

Page 15: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

15

Sumber : Insee, recensement de la population, 1999.

Tingkat kesuburan orang Afrika yang berkisar antara

2,7 – 2,8 adalah yang tertinggi, disusul oleh imigran

asal benua Asia yaitu 2,0, baru kemudian mereka yang

berasal dari Eropa yaitu sekitar 1,6 – 1,9, kecuali orang

Polandia yaitu 2,4.

Selain aspek ekonomis, keberadaan imigran juga

memiliki aspek lain yang akan dibahas lebih lanjut dalam

bagian berikutnya, yaitu masalah identitas dan integrasi

mereka dalam masyarakat Prancis. Dari pembahasan lebih

lanjut ini kita akan melihat pula bagaimana aspek

ekonomis turut mempengaruhi proses integrasi imigran di

Prancis.

3.3.2 Modèle républicain d’integration

Integrasi adalah sebuah proses yang hanya bisa

dibicarakan setelah pelaksanaannya, untuk menentukan

apakah proses itu berhasil atau tidak. Integrasi adalah

proses yang berangkat dari perbedaan paling radikal

menuju persamaan mutlak8.

Modèle républicain d’intégration adalah model

integrasi yang diterapkan oleh Pemerintah Prancis dengan

cara asimilasi budaya asing secara individual ke dalam

nilai-nilai republikan. Untuk melihat lebih jelas, sering

model ini dibandingkan dengan integrasi komunitaris yang

di terapkan di Amerika Serikat atau Inggris9.

Lewat proses integrasi diharapkan nilai-nilai suatu

Negara tertanam kuat pada setiap warga negaranya. Dengan

kata lain, integrasi adalah salah satu cara pembentukan

negara bangsa (l’État-nation)10. Sehingga setiap identitas

8 Abdelmalek Sayad, La double absence. Des illusions de l'émigré aux souffrances de l'immigré. Liber,

Seuil, 1999. 9 Op.cit. Étienne.

10 Dominique Schnapper, La France de l’intégration. Gallimard, Paris : 1991.

Page 16: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

16

kultural yang ada dalam sebuah masyarakat hanya akan

diakui jika dianggap cocok (compatible) dengan nilai-

nilai yang ingin ditanamkan lewat integrasi tersebut.

Dalam hal itu, pendidikan di sekolah adalah aspek

paling penting karena di sekolahlah nilai-nilai

kebangsaan tersebut diajarkan. Selain itu, keikutsertaan

dalam organisasi baik politik maupun non-politik,

angkatan bersenjata, atau klub olah raga juga dianggap

penting dalam mencapai tujuan integrasi.

Dengan demikian, integrasi yang diterapkan di

Prancis tidak mengakui adanya perbedaan identitas

kultural maupun etnis dalam masyarakatnya, karena secara

individual setiap warga negara diharapkan mengerti dan

menerapkan nilai-nilai kebangsaan lewat pendidikan di

sekolah maupun keikutsertaan dalam organisasi-organisasi.

Hal ini berbeda dengan integrasi komunitaris di Amerika

Serikat dan Inggris yang mengakui keberadaan komunitas

dengan identitas kultural yang berbeda dalam proses

penanaman nilai-nilai kebangsaan pada tiap-tiap komunitas

tersebut.

Nilai-nilai kebangsaan Prancis, dalam hal ini

sebagai negara penerima imigran, menjadi titik akhir dari

proses integrasi. Sebagai titik akhir, Prancis bersifat

pasif, karena ia menunggu mereka yang berintegrasi untuk

mencapainya. Sebagai titik akhir dari proses tersebut,

Prancis pula lah yang menentukan keberhasilan atau

kegagalan integrasi imigrannya. Nuansa dominasi sangat

kental dalam proses integrasi sehingga tidak mungkin

seorang imigran, maupun keturunannya, dapat mengatakan

bahwa ia telah berintegrasi dengan nilai-nilai di negara

yang mereka datangi. Sebaliknya, hanya penduduk

« asli »lah yang dapat mengatakan bahwa seorang imigran

telah terintegrasi atau tidak.

Page 17: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

17

3.3.3 Modèle républicain d’intégration dan Potret

Situasi Aktual Imigran dan Keturunan Imigran di Prancis.

3.3.3.1 Integrasi dalam dunia kerja

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, kedatangan

imigran ke Prancis dilatari motivasi ekonomis. Sejalan

dengan itu, keberadaan para imigran juga ditentukan oleh

fungsi ekonomis mereka sendiri. Artinya, kontrak kerja

yang mereka dapatkan sebagai izin untuk masuk dalam

teritori Prancis adalah satu-satunya justifikasi

keberadaan mereka. Akhir masa kontrak adalah akhir masa

tinggal mereka di Prancis. Keberadaan mereka sangat

tergantung pada kebutuhan pemilik modal akan tenaga kerja

murah yang disuplai dari luar Prancis ini.

Selain itu, terlihat pula kecenderungan pemakaian

tenaga kerja imigran untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu.

Misalnya, dapat ditemui di kota Paris terutama di daerah

16, para imigran yang berasal dari Asia (Vietnam, Kamboja,

dan Laos) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga

harian dan penjaga anak. Mereka tinggal di kamar-kamar

pelayan (chambres de bonnes) di lantai paling atas dari

bangunan tempat tinggal yang harus mereka capai dengan

menggunakan tangga khusus yang berbeda dengan tangga yang

digunakan oleh penghuni lainnya.

Sementara di sektor pekerjaan buruh bangunan umumnya

adalah para pria imigran asal Afrika sub-sahara juga

negara-negara magribi. Sedangkan para wanitanya umumnya

bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan penjaga anak

seperti imigran dari Asia. Pekerjaan menjadi buruh pabrik

juga didominasi oleh para imigran, baik pria maupun

wanita.

Diskriminasi dalam dunia kerja yang dialami oleh

para imigran tidak saja dalam hal pembagian sektor kerja,

namun lebih jauh hingga menutup kesempatan kerja bagi

mereka. Seperti yang terjadi di biro pencari kerja

Page 18: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

18

nasional di kota Alsace, di mana ditemukan dua buah iklan

lowongan kerja yang berbau rasisme seperti berikut ini :

« Dicari pegawai untuk layanan kebersihan dengan profil

sebagai berikut : ras kulit putih, berpenampilan menarik,

dinamis, penuh inisiatif, berkemauan keras dan tekun.

Kontrak kerja tetap. Pengalaman kerja tidak diutamakan »11.

Hal seperti itu tidak hanya terjadi pada pekerja

dengan kualifikasi rendah, namun juga pada mereka yang

memiliki ijazah bahkan sampai tingkat Strata 2. Penolakan

oleh pemilik modal/usaha untuk merekrut imigran (terutama

yang berkulit gelap) sering dilatarbelakang usaha menjaga

citra perusahaan, terutama untuk perusahaan-perusahaan

yang bergerak di bidang jasa pelayanan, seperti hotel

maupun pusat kecantikan. Bila pun ada imigran yang

direkrut, terutama yang berkulit gelap, mereka akan

ditempatkan pada pekerjaan yang tidak memiliki kontak

langsung dengan pelanggan mereka. Seperti halnya pelayan

kamar di hotel, atau penjaga gudang, atau pegawai di

dapur12.

Menurut data dari Francoscopie13

, anak-anak

keturunan imigran asal negara magribi adalah kelompok

usia kerja yang paling sulit mendapatkan pekerjaan di

Prancis. Dan dari keseluruhan pengangguran di Prancis,

imigran dan keturunan imigran asal negara magribi adalah

yang paling banyak jumlahnya dibandingkan imigran dari

Eropa dan Asia.

3.3.3.2 Integrasi dan Kewarganegaraan

Pemerintah Prancis, dengan menerbitkan undang-undang

imigrasi yang sering berganti-ganti, tidak memberi

kesempatan pada para imigran maupun keturunannya untuk

11

Diterjemahkan dari bahasa Prancis oleh Penulis dari situs www.afrik.com/article7473.html dalam

artikel « La discrimination des immigrés en France ». 12

Ibid. 13

Gérard Mermet, Francoscopie 2005, Larousse, Paris: 2003

Page 19: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

19

benar-benar mengikuti proses integrasi di Prancis.

Perubahan undang-undang mengenai kewarganegaraan anak-

anak keturunan imigran dilakukan sangat sering, sehingga

seringkali imigran dan keturunannya dirugikan karena

ketidaktahuan mereka mengenai adanya undang-undang yang

baru. Undang-undang terakhir mengenai kewarganegaraan

menggunakan prinsip jus soli, yang memberikan

kewarganegaraan kepada para keturunan imigran yang lahir

di teritori Prancis saat mereka telah berumur 18 tahun

dan telah bersekolah di sekolah Prancis sampai tingkat

lycée (SMA), serta memanifestasikan keinginannya untuk

menjadi warga negara Prancis kepada pihak yang berwenang14.

Sebelumnya, Prancis pun pernah menerapkan prinsip

jus sanguinis. Seringnya berganti-ganti prinsip tersebut

membuat para imigran dan keturunannya lengah terhadap

hak-haknya. Dan walaupun sekarang Prancis menerapkan

prinsip jus soli, namun hal itu juga tidak otomatis

berlaku, melainkan memiliki syarat yaitu memanifestasikan

keinginan untuk menjadi warga negara Prancis. Tanpa

manifestasi keinginan tersebut, anak-anak keturunan

imigran tidak mendapatkan kewarganegaraan Prancis,

walaupun telah lahir dan mengenyam pendidikan di sekolah

Prancis15.

Jika kita kembali ke istilah « masalah imigran »

yang telah dikemukakan sebelumnya, perlu diingat bahwa

istilah tersebut tidak hanya dipakai untuk menunjuk pada

imigran, tapi juga kepada keturunannya. Penyebutan lain

yang lebih populer dalam dunia politik adalah « anak-anak

keturunan imigran » (les enfants issus de l’immigration).

Dapat terlihat dari penyebutan itu bahwa meskipun anak

keturunan imigran tersebut lahir dan bersekolah di

Prancis, identitas « orang asing » tidak otomatis lepas

14

Undang-undang tanggal 22 Juli 1993. 15

Op.cit, Schor. hal. 273

Page 20: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

20

dari dirinya. Dan semakin jelas pula bahwa posisi mereka

tidak sama dengan anak-anak « asli » Prancis. Padahal

pendidikan yang diterima di sekolah adalah salah satu

modal dari keberhasilan penanaman nilai-nilai kebangsaan

dalam proses integrasi mereka. Terbukti di sini bahwa

integrasi tersebut belum mencapai hasil yang diharapkan

oleh pihak penerima imigran, walaupun imigran atau

keturunannya tersebut telah melewati proses yang

ditentukan untuk mencapainya.

3.3.3.3 Integrasi dan Ghetto

Dalam proses integrasi sendiri, pemisahan adalah

tahap pertama yang harus dilalui untuk mencapai tujuan

integrasi. Setelah ada pemisahan oleh pihak mayoritas,

maka pihak minoritas dapat dengan jelas mengetahui tujuan

integrasi mereka. Tanpa adanya pemisahan, tidak akan

diketahui mana pihak yang diintegrasi dan mana yang

mengintegrasi.

Hal ini terlihat dalam pemisahan daerah tempat

tinggal bagi para imigran. Daerah pinggiran kota sering

dicitrakan sebagai tempat tinggal imigran. Daerah

pemukiman imigran, yang biasanya berada di pinggiran

kota-kota besar Prancis, dikenal sebagai daerah yang

« hidup », « ramai » dan « padat »16. Istilah « ghetto »

sering dipakai untuk menyebut daerah pemukiman imigran di

pinggiran kota tersebut. Pemakaian kata ghetto sendiri

menggambarkan suasana yang tidak aman, kumuh, dan

terasing17.

Melihat latar belakang sejarah kedatangan para

imigran saat industrialisasi di Prancis pada awal abad,

daerah pinggiran kota memang merupakan daerah pemukiman

bagi para buruh pabrik. Sayangnya hingga saat ini,

16

Véronique de Rudder, Christian Poiret, François Vourc’h, L’inégalité raciste, l’universalité

républicaine à l’épreuve. PUF, Paris : 2000. 17

Véronique Le Goaziou, Charles Rojzman, Les Banlieues, Le Cavalier Bleu, Paris : 2001. hal. 27

Page 21: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

21

walaupun tidak lagi hanya imigran yang tinggal di

pinggiran kota, citra terasing dan dilupakan masih tetap

dominan pada daerah pinggiran ini. Harga jual dan sewa

rumah yang relatif lebih rendah di daerah pinggiran

daripada di tengah kota sesuai dengan kemampuan finansial

mereka yang rendah karena masalah pengangguran. Masalah

pengangguran juga merupakan salah satu masalah pelik yang

dihadapi imigran dan juga pemerintah Prancis saat ini.

Menurut data terakhir dari Francoscopie, 18% imigran dari

kelompok usia kerja menganggur, sementara orang Prancis

yang menganggur hanya 8%. Masalah pengangguran di

kalangan imigran terutama dialami oleh pria (55%). Lebih

jauh dikatakan pula bahwa hanya 7,4% imigran asal negara

Eropa menganggur, sementara imigran dari negara lain

adalah 25%, dan mereka yang berasal dari negara-negara

magribi sekitar 30%.

Murahnya harga tanah, ketidakamanan lingkungan, dan

ketidaknyamanan fasilitas umum di daerah hunian imigran

ini semakin memperjelas citra kumuh dan terasing bagi

daerah pinggiran kota.

3.3.3.4 Imigran dan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu masalah yang juga

dialami oleh anak-anak imigran. Pemerintah Prancis dengan

program ZEP (Zone d’éducation prioritaire), atau Zona

Pendidikan Prioritas, berusaha menyelesaikan masalah

pendidikan di daerah-daerah padat penduduk, dengan banyak

anak yang tidak bersekolah, dan mengalami masalah dengan

kenakalan remaja.

Walaupun tidak ada hubungan langsung antara program

ZEP dengan anak-anak imigran di Prancis, namun dengan

melihat uraian sebelumnya, daerah yang menjadi target

program ZEP adalah daerah-daerah yang umumnya ditinggali

Page 22: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

22

oleh keluarga imigran. Yaitu daerah yang padat penduduk

dengan tingkat kriminalitas yang tinggi18.

Namun, menurut penelitian yang dilakukan INSEE,

penerapan ZEP tidak berhasil menyelesaikan permasalahan

pendidikan dan remaja di lingkungan tersebut19. Keuntungan

justru dirasakan oleh para pengajar yang menerima

fasilitas dari program ZEP tersebut. Sementara jumlah

siswa di sekolah-sekolah ZEP justru berkurang karena para

orang tua memilih untuk menyekolahkah anaknya di sekolah

lain karena tidak merasakan manfaat dari program tersebut.

Jadi sampai kini, masalah pendidikan di Prancis

untuk anak-anak imgiran masih belum terpecahkan.

Sementara kejahatan dan kenakalan remaja semakin banyak

ditemukan, terutama di lingkungan tempat tinggal para

imigran, yaitu pinggiran kota20.

Perbedaan situasi antara kota besar dan kota-kota

kecil di sekitarnya terlihat sangat jauh. Bahkan setelah

diterapkan program peningkatan mutu daerah-daerah

pinggiran kota. Program tersebut belum berhasil

menyelesaikan masalah-masalah seperti pengangguran, putus

sekolah, kesenjangan ekonomi, dan keamanan lingkungan

yang dikeluhkan warga21.

18

Ibid. hal 57 19

http://www.vie-publique.fr/actualite/alaune/zone-education-prioritaire-quels-resultats.html. Zone

d’éducation prioritaire : quels résultats ? 20

Op. cit 21

http://www.ladocumentationfrancaise.fr/rapports-publics/064000825/index.shtml

Page 23: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

23

III. KESIMPULAN

Dari uraian mengenai situasi imigran saat ini di

Prancis, Penulis menyimpulkan bahwa model integrasi yang

diterapkan di Prancis belum berhasil menyelesaikan

masalah antar etnis di Prancis. Modèle républicain

d’intégration yang menerapkan penanaman nilai-nilai

kebangsaan secara individual kepada imigran justru

membuka kesempatan pada aksi-aksi rasisme terhadap

imigran. Hal ini terjadi karena model integrasi tersebut

bersifat kaku dan anti-perbedaan. Dengan begitu

keberhasilan proses tersebut hanyalah ilusi semata karena

standar keberhasilannya yang ditentukan secara subyektif

oleh komunitas yang menjadi tujuan integrasi tersebut.

Dengan tujuan menegakkan identitas negara bangsa,

Prancis, secara sadar maupun tidak, bersikap

diskriminatif terhadap semua perbedaan yang muncul dan

yang dianggap tidak cocok dengan nilai-nilai kebangsaan

tersebut. Oleh karena itulah sampai saat ini masih

terjadi konflik dalam hubungan antar etnis di Prancis

antara para pendatang dengan warga asli.

Masih banyak permasalahan sosial, ekonomi, dan

politik yang harus dihadapi oleh imigran dan juga

pemerintah Prancis sebagai negara yang menghormati hak-

hak asasi manusia. Oleh karena itu, perbedaan hendaklah

bukan penghalang dari usaha integrasi, melainkan justru

memfasilitasi proses integrasi itu sendiri. Dengan

melakukan pendekatan komunitaris, keberadaan komunitas

etnis yang berbeda dapat dimanfaatkan untuk memudahkan

dialog antar budaya dan penanaman nilai-nilai kebangsaan

yang menjadi tujuan integrasi itu sendiri.

Page 24: INTEGRASI IMIGRAN DI PRANCIS - Website Staff UIstaff.ui.ac.id/system/files/users/airin.miranda/publication/masal... · imigran secara besar-besaran dari negara-negara bekas jajahan

24

DAFTAR PUSTAKA

De Rudder, Véronique en collab. avec M. Guillon, (1987),

Autochtones et immigrés en quartier populaire,

Paris : CIEMI-L’Harmattan.

-, Poiret, Vourc’h, (2000), L’inégalité raciste,

l’universalité républicaine à l’épreuve, Paris :

Presse Universitaire de France.

Étienne, Jean, F. Bloess, J-P Noreck, J-P Roux, (1999),

Dictionnaire de sociologie, Paris : Hatier.

Le Goaziou, Véronique, Rojzman, (2001), Les Banlieues,

Paris : Le Cavalier Bleu.

Mermet, Gérard, (2003), Francoscopie 2005, Paris :

Larousse.

Poutignat, Philippe. et Jocelyn Streiff-Fenart. (1995)

Theories de l’ethnicité. Paris : Presses

Universitaires de France.

Sayad, Abdelmalek (1999), « La double absence », Les

trois âges de l’émigration. Paris : Seuil.

Schnapper, Dominique, (1991), La France de l’intégration,

Paris : Gallimard.

Schor, Ralph, (1996), Histoire de l’immigration en France

de la fin di XIXè siècle à nos jours, Paris : Armand

Collin.

Situs Internet :

www.premier-ministre.gouv.fr diakses tgl. 25 Januari 2007,

pukul 13.00 wib.

www.afrik.com/article7473.html diakses tgl. 20 Desember

2006, pukul 12.15 wib.

www.vie-publique.fr/actualité diakses tgl. 1 Februari

2007, pukul 15.00 wib.

www.ladocumentationfrançaise.fr/rapports-publics diakses

tgl 1 Februari 2007, pukul 15.30 wib.