Good Governance
-
Upload
tantyo-subekti -
Category
Documents
-
view
64 -
download
1
description
Transcript of Good Governance
1
“GOOD GOVERNANCE”
Oleh : Tantyo Subekti
Prodi : S-1 Keperawatan
NIM : 108113078
A. Pengertian Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance)
Pengertian istilah Good adalah Pertama; merupakan nilai-nilai yang
sesuai keinginan rakyat atau nilai yang dapat meningkatkan kemampuan
rakyat dalam mencapai tujuan nasional : kemandirian, pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua; aspek-aspek fungsional dari
pemerintah yang efektif dalam pelaksanakaan tugas untuk mencapai tujuan.
Pendapat Pinto (1994), istilah Governance mengandung arti Praktek
Penyelenggaraan Kekuasaan dan Kewenangan oleh Pemerintah dalam
mengelola urusan pemerintahan secara umum, dan pembangunan ekonomi
khususnya.
OECD dan World Bank mensinonimkan Good Governance dengan
penyelenggaraan manajemen yang solid dan bertanggung jawab, sejalan
dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
investasi, menghindarkan korupsi/KKN baik secara politik maupun
administrasi, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaaan legal and
plotical framework bagi tumbuhnya wiraswasta.
Menurut UNDP tentang definisi Good Governance adalah sebagai
hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara Negara, sektor swasta dan
masyarakat, dalam prinsip-prinsip; partisipasi, supremasi hukum,
transparansi, cepat tanggap, membangun konsesus, kesetaraan, efektif dan
efisien, bertanggungjawab serta visi stratejik.
Menurut AKIP (LAN & BPKP, 2000) bahwa proses penyelenggaraan
kekuasaan Negara dalam menyediakan Public Good and Sevices di sebut
Governance (pemerintah atau kepemerintahan), sedang praktek terbaiknya
disebut Good Governance (kepemerintahan yang baik). Dituntut dalam
pelaksanaan yaitu; Koordinasi (aligment) yang baik dan Integrasi,
Profesionalisme serta Etos Kerja dan Moral yang tinggi.
2
Mewujudkan pemerintah yang baik diperlukan komitmen dari semua
pihak (pemerintah dan masyarakat). Sedangkan Wujud Kepemerintahan Yang
Baik (Good Governance) adalah Penyelenggaraan Negara yang solid dan
bertanggung jawab dan efektif dan efisien dengan mensinergikan interaksi
yang konstruktif diantara domein domein Negara.
Good Governance bersenyawa dengan Sistem Administrasi Negara
dengan berupaya menyempurnakan Sistem administrsi Negara tersebut. Oleh
Bagir Manan (1999) menyatakan bahwa Sangat wajar apabila tuntutan
penyelengaraan pemerintahan yang baik terutama ditujukan pada
pembaharuan adinistrasi negara dan penegakan hukum.
J.B.Kristiadi berpendapat bahwa Good Governance dicapai melalui
pengaturan yang tepat diantara dua fungsi pasar dan fungsi organisasi
termasuk organisasi publik, sehingga tercapai transaksi transaksi dengan
biaya rendah.
Mustopadidjaja berpandangan bahwa kridibilitas manajemen
Pemerintahan pada negara-negara Demokratis Konstritusional dimasa
mendatang akan lebih banyak ditentukan oleh kompetensinya dalam
pengelolaan kebijakan publik. Peran pemerintah melalui kebijakan-kebijakan
publiknya sangat penting dalam memfasilitasi terjadinya mekanisme pasar
yang benar sehingga penyimpangan penyimpangan terjadi di dalam pasar
dapat dihindari. Oleh karena itu, upaya-upaya perwujudan kearah Good
Governance dapat dimulai dengan membangun landasan demokratisasi
penyelenggaraan Negara dan bersamaan dengan itu dilakukan upaya
pembenahan terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
Definisi dan konsep good governance menurut para ahli
1. Menurut Effendi dalam Azhri, dkk. (2009 : 187). Di internet, Good
Governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan secara partisipasi,
efektif, jujur, adil, transparan, dan bertanggung jawab kepada semua
pemerintahan.
3
2. Menurut Kooman (1992) bahwa Governance merupakan proses interaksi
social politik antara pemerintahan denga masyarakat dalam berbagai
bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat.
3. Menurut Word Bank (Dalam Mardiasmo .0. 9001:23)
Suatu penyelenggaraan yang solid dan bertanggungjawab dan sejalan
denga prinsip demokrsai
4. Menurut UNDP dalam kebijakannya yang berjudul Governance for
Surfainable Human Development (1997). Mendefinisikan
pemerintahannya adalah pelaksanaan kewenangan dan atau kekuasaan di
bidang ekonomi. Politik dan administrative, untuk mengelola berbagai
urusan Negara pad setiap tingkatan dan kebijakan negara, yang
mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan, integritas dan kohesivitas
social dalam masyarakat.
5. Menurut (Kurniawan, 2005) sebagai penyelnggaraan pemerintah Negara
yang solid dan bertanggung jawab serta efisien dan efektif dengan
menjaga kesinergian
B. Prinsip-prinsip Pokok Good Governance
Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek
fundamental dalam good governance yang harus diperhatikan yaitu :
1. Partisipasi (participation)
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah
yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun berdasarkan prinsip demokrasi yaitu kebebasan berkumpul
dan mengungkapkan pendapat secara konstruktif.
2. Penegakan Hukum (rule of law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-
perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan
hukum. Tanpa ditopang oleh sebuah aturan hukum dan
penegakannya secara konsekuen, partisipasi publik dapat berubah
menjadi tindakan publik yang anarkis. Santoso menegaskan bahwa
4
proses mewujudkan cita-cita good governance, harus diimbangi
dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-
karakter sebagai berikut :
a. Supremasi hukum
b. Kepastian hukum
c. Hukum yang responsitif
d. Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif
e. Independensi peradilan
3. Transparansi (transparency)
Transparansi (keterbukaan umum) adalah unsur lain yang
menopang terwujudnya good governance. Akibat tidak adanya
prinsip transparansi ini, menurut banyak ahli Indonesia telah
terjerembab dalam kubangan korupsi yang berkepanjangan dan
parah. Untuk itu, pemerintah harus menerapkan transparansi dalam
proses kebijakan publik. Menurut Gaffar, terdapat 8 (delapan) aspek
mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara
transparan, yaitu :
a. Penetapan posisi, jabatan dan kedudukan
b. Kekayaan pejabat publik
c. Pemberian penghargaan
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
e. Kesehatan
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
g. Keamanan dan ketertiban
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat
4. Responsif (responsive)
Affan menegaskan bahwa pemerintah harus memahami
kebutuhan masyarakat-masyarakatnya, jangan menunggu mereka
menyampaikan keinginannya, tetapi mereka secara proaktif
mempelajari dan menganalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat,
untuk kemudian melahirkan berbagai kebijakan strategis guna
memenuhi kepentingan umum.
5
5. Konsesus (consesus)
Prinsip ini menyatakan bahwa keputusan apapun harus
dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsesus. Model
pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan sebagian
besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik
bersama, sehingga akan memiliki kekuatan memaksa bagi
semuakomponen yang terlibat untuk melaksanakan keputusan
tersebut.
6. Kesetaraan (equity)
Clean vand good governance juga harus didukung dengan asa
kesetaraan, yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Asas
ini harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh semua
penyelenggara pemerintahan di Indonesia karena kenyatan sosiologis
bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk, baik etnis, agama, dan
budaya.
7. Efektivitas dan efisiensi
Konsep efektivitas dalam sektor kegiatan-kegiatan publik
memiliki makna ganda, yakni efektivitas dalam pelaksanan proses-
proses pekerjaan, baik oleh pejabat publik maupun partisipasi
masyarakat, dan kedua, efektivitas dalam konteks hasil, yakni
mampu membrikan kesejahteraan pada sebesar-besarnya kelompok
dan lapisan sosial.
8. Akuntabilitas (accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat publik
terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk
mengurusi kepentingan mereka. Secara teoritik, akuntabilitas
menyangkut dua dimensi yakni akuntabilitas vertikal yang memiliki
pengertian bahwa setiap pejabat harus mempertanggung jawabkan
berbagai kebijakan dan pelaksanaan tugas-tugasnya terhadap atasan
yang lebih tinggi, dan yang kedua akuntabilitas horisontal yaitu
pertanggungjawaban pemegang jabatan publik pada lembaga yang
setara.
6
9. Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk
menghadapi masa yang akan datang. Tidak sekedar memiliki agenda
strategis untuk masa yang akan datang, seseorang yang memiliki
jabatan publik atau lembaga profesional lainnya, harus memiliki
kemampuan menganalisa persoalan dan tantangan yang akan
dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) dalam
Depdagri Dirjen Pemerintahan Umum (2006: 2-7) mengemukakan bahwa
tata pemerintahan yang baik memiliki 14 (empat belas) karakteristik,
yaitu sebagai berikut:
1. Tata Pemerintahan yang berwawasan ke depan; wawasan ke depan
mengandung pengertian adanya pemahaman mengenai
permasalahan, tantangan dan potensi yang dimiliki oleh suatu unit
pemerintahan, dan mampu merumuskan gagasan-gagasan dengan
visi dan misi untuk perbaikan maupun pengembangan pelayanan dan
menuangkannya dalam strategi pelaksanaan, rencana kebijakan dan
program-program kerja ke depan berkaitan dengan bidang tugasnya.
2. Tata pemerintahan yang bersifat terbuka; bersifat terbuka dalam
penyelenggaraan pemerintahan di setiap tahap pengambilan
keputusan dapat ditengarai dengan derajat aksesibilitas publik
terhadap informasi terkait dengan suatu kebijakan publik. Setiap
kebijakan publik termasuk kebijakan alokasi anggaran,
pelaksanaannya maupun hasil-hasilnya mutlak harus diinformasikan
kepada publik atau dapat diakses oleh publik selengkap-lengkapnya
melalui berbagai media dan forum untuk mendapat respon.
3. Tata pemerintahan yang cepat tanggap; Kebutuhan akan
karakteristik ini karena selalu adanya kemungkinan munculnya
situasi yang tidak terduga atau adanya perubahan yang cepat dari
kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik ataupun yang
memerlukan suatu kebijakan. Karakteristik ini dibutuhkan karena
7
tidak ada rancangan yang sempurna sehingga berbagai prosedur dan
mekanisme baku dalam rangka pelayanan publik perlu segera
disempurnakan atau diambil langkah-langkah penanganan segera.
Bentuk konkritnya dapat berupa tersedianya mekanisme pengaduan
masyarakat sampai dengan adanya unit yang khusus menangani
krisis, dan pengambilan keputusan serta tindak lanjutnya selalu
dilakukan dengan cepat.
4. Tata pemerintahan yang akuntabel; Akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan dituntut di semua tahap mulai dari
penyusunan program kegiatan dalam rangka pelayanan publik,
pembiayaan, pelaksanaan, dan evaluasinya, maupun hasil dan
dampaknya. Akuntabilitas juga dituntut dalam hubungannya dengan
masyarakat/publik, dengan instansi atau aparat di atas. Secara
substansial, penyelenggaraan pemerintahan harus berdasarkan pada
sistem dan prosedur tertentu, memenuhi ketentuan perundangan,
dapat diterima secara politis, berdasarkan pada metode dan teknik
tertentu maupun nilai-nilai etika tertentu, serta dapat menerima
konsekuensi bila keputusan yang diambil tidak tepat.
5. Tata pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan
kompetensi; Tata pemerintahan dengan karakteristik seperti ini akan
tampak dari upaya-upaya mengorganisasikan kegiatan dengan cara
mengisi posisi-posisi dengan aparat yang sesuai dengan kompetensi,
termasuk di dalamnya kriteria jabatan dan mekanisme
penempatannya. Di samping itu, terdapat upaya-upaya sistematik
untuk mengembangkan profesionalitas sumber daya manusia yang
dimiliki unit yang bersangkutan melalui berbagai kegiatan
pendidikan dan pelatihan.
6. Tata pemerintahan yang menggunakan struktur dan sumber daya
secara efisien dan efektif; Upaya untuk menggunakan struktur dan
sumber daya secara efisien dan efektif merupakan salah satu respon
8
atas tuntutan akuntabilitas. Kinerja penyelenggaraan pemerintahan
perlu secara terus menerus ditingkatkan dan dioptimalkan melalui
pemanfaatan sumber daya dan organisasi yang efektif dan efisien,
termasuk upaya-upaya berkoordinasi untuk menciptakan sinergi
dengan berbagai pihak dan organisasi lain.
7. Tata pemerintahan yang terdesentralisasi; Tata pemerintahan yang
memiliki karakteristik seperti ini tampak dari adanya pendelegasian
wewenang sepenuhnya yang diberikan kepada aparat di bawahnya
sehingga pengambilan keputusan dapat terjadi pada tingkat di bawah
sesuai lingkup tugasnya. Pendelegasian wewenang tersebut semakin
mendekatkan aparat pemerintah kepada masyarakat.
8. Tata pemerintahan yang demokratis dan berorientasi pada
konsensus; Prinsip ini menjunjung tinggi penghormatan hak dan
kewajiban pihak lain. Dalam suatu unit pemerintahan, pengambilan
keputusan yang diambil melalui konsensus perlu dihormati.
9. Tata pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat;
Partisipasi masyarakat pada hakekatnya mengedepankan keterlibatan
aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.
10. Tata pemerintahan yang mendorong kemitraan dengan swasta dan
masyarakat; Pemerintah dan masyarakat saling melengkapi dan
mendukung (mutualisme) dalam penyediaan ”public goods” dan
pemberian pelayanan terhadap publik.
11. Tata pemerintahan yang menjunjung supremasi hukum; Tata
pemerintahan dengan karakter seperti ini tampak dengan praktik-
praktik penyelenggaraan pemerintahan yang selalu mendasarkan diri
pada ketentuan perundangan yang berlaku dalam setiap pengambilan
keputusan, bersih dari unsur ”KKN” dan pelanggaran HAM, serta
ditegakkannya hukum terhadap seseorang atau sekelompok orang
yang melakukan pelanggaran hukum.
9
12. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pengurangan
kesenjangan; Prinsip ini berpihak pada kepentingan masyarakat yang
tidak mampu, tertinggal atau termarjinalkan.
13. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pasar; Prinsip ini
menyatakan dibutuhkannya keterlibatan pemerintah dalam
pemantapan mekanisme pasar.
14. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada lingkungan hidup;
Prinsip ini menegaskan keharusan setiap kegiatan pemerintahan dan
pembangunan untuk memperhatikan aspek lingkungan termasuk
melakukan analisis secara konsisten dampak kegiatan pembangunan
terhadap lingkungan.
Sementara dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, pada Konferensi
Nasional Kepemerintahan Daerah Yang Baik, pada bulan Oktober 2001
telah disepakati Sepuluh Prinsip Kepemerintahan Daerah Yang Baik oleh
seluruh anggota Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia
(APKASI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI),
Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI), dan Asosiasi
DPRD Kota Seluruh Indonesia (ADEKSI) yang mencakup prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Partisipasi
Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang
menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun
tidak langsung;
2. Penegakan Hukum
Mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
3. Transparansi
10
Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
didalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
4. Kesetaraan
Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya
5. Daya Tanggap
Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap
aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
6. Wawasan Kedepan
Membangun daerah berdasarkan visi dan strategi yang jelas dan
mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan,
sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab
terhadap kemajuan daerahnya.
7. Akuntabilitas
Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala
bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas.
8. Pengawasan
Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan
swasta dan masyarakat luas.
9. Efisiensi dan Efektivitas Menjamin terselenggaranya pelayanan
kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara optimal dan bertanggungjawab.
10. Profesionalisme
Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan
agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat, dengan
biaya yang terjangkau.
C. Karakteristik Dasar Good Governance
11
Ada tiga karakteristik dasar good governance:
1. Diakuinya semangat pluralisme
Artinya, pluralitas telah menjadi se-buah keniscayaan yang tidak
dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu
kaidah yang abadi. Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang
kodrati (given) dalam kehidupan. Pluralisme bertujuan mencerdaskan
umat melalui perbedaan konstruktif dan dinamis, dan merupakan sumber
dan motivator terwujudnya kreativitas yang terancam keberadaannya jika
tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita
adalah sebuah peradaban yang kosmopolit akan tercipta apabila manusia
memiliki sikap inklusif dan kemampuan (ability) menyesuaikan diri
terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan, identitas sejati atas
parameter-parameter otentik agama tetap terjaga.
2. Tingginya sikap toleransi
Baik terhadap saudara sesama agama maupun terhadap umat agama
lain. Secara sederhana, Toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka
mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada
dengan hal itu, Quraish Shihab menyatakan bahwa agama tidak semata-
mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama, namun juga
mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup,
berdampingan, dan saling menghormati.
3. Tegaknya prinsip demokrasi
Demokrasi bukan sekadar kebebasan dan persaingan, demokrasi juga
merupakan suatu pilihan untuk bersama-sama membangun dan
memperjuangkan perikehidupan warga dan ma-syarakat yang semakin
sejahtera.
Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan yangtinggi
kepada Tuhan, hidup berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan
tinggi, menga-malkan nilai hidup modern dan progresif, mengamalkan
nilai kewarganega-raan, akhlak, dan moral yang baik, mempunyai
pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, serta menentukan
12
nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga
masyarakat.
Ciri-ciri Good Governance adalah :
1. Penyelenggaraan pemerintahan harus dapat dipertanggungjawabkan.
2. Penyelenggaraan pemerintahan harus transparan.
3. Penyelenggaraan pemerintahan harus terbuka.
4. Pemerintahan diselenggarakan dengan menegakkan peraturan yang ada.
5. Penyelenggaraan pemerintahan harus mengakomodasi kepentingan
bersama
6. Penyelenggaraan pemerintahan harus didudung oleh sumberdaya yang
memiliki kemampuan dan keahlian dalam menjalankan tugas-tugasnya.
7. Penyelenggaraan pemerintahan harus peka terhadap perubahan yang ada
dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan itu.
D. Asas Good Governance
Asas reformasi birokrasi yang dikenal dengan istilah prinsip good
governance, sebagaimana tercantum di dalam Pasal 20 UU No. 32/2004
sebagai berikut:
1. Asas Kepastian Hukum, adalah asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan per-UU-an, kepatuhan dan keadilan dalam
setiap kebijakan Penyelenggara Negara.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian
Penyelenggara Negara;
3. Asas Kepentingan Umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum daripada kepentingan individu atau kelompok dengan cara yang
aspiratif, akomodatif dan selektif.
4. Asas Keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yg benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia
negara.
13
5. Asas Proporsionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
6. Asas Profesionalitas, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kompetensi, kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Asas Akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan peraturan per-
UU-an yang berlakut.
8. Asas Efektifitas, adalah asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat
guna dan berdaya guna
9. Asas Efisiensi, adalah asas yang berorientasi pada minimalisasi
penggunaan sumber daya untuk mencapai hasil kerja yang terbaik
Dalam perubahan tentang pelaksanaa suatu pemerintahan yang baik ada
beberapa pandangan yaitu :
Komisi de Monchy.
Pada tahu 1950 pemerintah Belanda membentuk komisi yang diketuai
oleh Mr. De Monchy yang bertugas menyelidiki cara-cara perlindungan
hukum bagi penduduk/ rakyat. Komisi ini telah berhasil menyusun asas-
asas umum untuk pelaksanaan suatu pemerintahan yang baik yang diberi
nama “ General Principle of Good Government “
Adapun asas-asas umum tersebut adalah :
1. Asas Kepastian Hukum
Artinya didalam pemerintah menjalankan wewenagnya haruslah
sesuai dengan aturan-aturan hukum yang telah ditetapkannya.
Pemerintah harus menghormati hak-hak seseoang yang diperoleh dari
pemerintah dan tidak boleh ditarik kembali. Pemerintah harus
konsekwen atas keputusannya demi terciptanya suatu kepastian
hukum.
2. Asas Keseimbangan
14
Yaitu adanya keseimbangan antara pemberian sanksi terhadap suatu
kesalahan seseorang pegawai, janganlah hukuman bagi seseorang
berlebihan dibandingkan dengan kesalahannya, misalnya seorang
pegawai baru tidak masuk kerja langsung dipecat, hal ini tidak
seimbang dengan hukuman yang diberikan kepadanya. Dengan
adanya asas ini maka lebih menjamin terhadap perlindungan bagi
pegawai negeri.
3. Asas Kesamaan
Artinya pemerintah dalam menghadapi kasus yang sama/ fakta yang
sama, pemerintah harus bertindak yang sama tidak ada perbedaan,
tidak ada pilih kasih dan lain sebagainya.
4. Asas Bertidak Cermat
Artinya pemerintah senantiasa bertindak secara hati-hati agar tidak
menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat, misalnya kewajiban
pemerintah memberi tanda peringatan terhadap jalan yang sedang
diperbaiki, jangan sampai dapat menimbulkan korban akibat jalan
diperbaiki.
5. Asas Motivasi
Artinya setiap keputusan pemerintah harus mempunyai alasan atau
motivasi yang benar dan adil dan jelas. Jadi tindakan-tindakan
pemerintah disertai alasan-alasan yang tepat dan benar.
6. Asas Jangan Mencampuadukan Kewenangan
Artinya pemerintah jangan menggunakan wewenang untuk tujuan
yang lain, selain tujuan yang sudah ditetapkan untuk wewenang itu.
7. Asas Fair Play
Artinya pemerintah harus memberikan kesempatan yang layak kepada
warga masyarakat untuk mencari kebenaran dan keadilan, misalnya
memberi hak banding terhadap keputusan pemerintah yang tidak
diterima.
8. Asas Keadilan dan Kewajaran
15
Artinya pemerintah tidak boleh bertindak sewenang-wenang atau
menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya untuk
kepentingan pribaduinya.
9. Asas Menanggapi Penghargaan Yang Wajar
Artinya agar tindakan pemerintah dapat menimbulkan harapan-
harapan yang wajar bagi yang berkepentingan, misalnya seorang
pegawai negeri minta izin untuk menggunakan kendaraan pribadi pada
waktu dinas, yang kemudian izin yang telah diberikan untuk
menggunakan kendaraan pribadi dicabut, tindakan pemerintah
demikian dianggap salah/ tidak wajar.
10. Asas Meniadakan Akibat-Akibat Suatu Keputusan Yang Batal
Asas ini menghendaki jika terjadi pembatalan atas suatu keputusan,
maka yang bersangkutanharus diberi ganti rugi atau rehabilitasi.
11. Asas Perlindungan Hukum
Artinya bahwa setiap pegawai negeri diberi hak kebebasan untuk
mengatur kehidupan pribadinya sesuai dengan pandangan hidup yang
dianutnya atau sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
12. Asas Kebijaksanaan
Artinya pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
undangundang dan menyelenggarakan kepentingan umum. Unsur
bijaksana harus dimiliki oleh setiap pegawai/ Pemerintah.
13. Asas Penyelenggraan Kepentingan Umum
Artinya tugas pemerintah untuk mendahulukan kepentingan umu
daripada kepentingan pribadi. Pegawai negeri sebagai aparatur
Negara, abdi Negara, dan abdi masyarakat dan Pemerintah
menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.
Azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB) Menurut UU RI
Nomor 28 Tahun 1999.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme, pasal 1 angka 6 menyebutkan bahwa Azas Umum
16
Pemerintahan Negara yang Baik adalah azas yang menjunjung tinggi
norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan
Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Dalam Bab III Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999 menyebutkan Azas-
Azas Umum Penyelenggaraan Negara meliputi :
1. Azas Kepastian Hukum ;
2. Azas Tertib Penyelenggaran Pemerintahan ;
3. Azas Kepentingan Umum ;
4. Azas Keterbukaan ;
5. Azas Proporsionalitas;
6. Azas Profesionalitas;
7. Azas Akuntabilitas.
Dalam penjelasan dari Pasal 3 dijelaskan yang dimaksud dengan :
1. Azas Kepastian Hukum adalah azas dalam Negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara
Pemerintah.
2. Azas Tertib Penyelenggaran Negara adalah azas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan Negara.
3. Azas Kepentingan Umum adalah azas yang mendahulukan
kesejahteraan umum, dengan cara yang aspioratif, akomodatif,
dan selektif.
4. Azas Keterbukaan adalah azas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan,
dan rahasia Negara.
17
5. Azas Proporsionalitas adalah azas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
6. Azas Profesionalitas adalah azas yang mengutamakan keahlian
yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Azas Akuntabilitas adalah azas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut World Bank dan UNDP
Suatu pemerintahan yang baik meliputi :
1. Participation
2. Rule of Law
3. Transparancy
4. Responsiveness
5. Concensus Orientation
6. Equity
7. Effectiveness and Efeciency
8. Acountability
9. Strategy Vision
Dari uraian-uraian di atas maka cirri-ciri Tata Pemerintahan yang
baik antara lain adalah :
1. Mengikutsertakan seluruh masyarakat
2. Transparansi dan bertanggung jawab
3. Adil dan Efektive
4. Menjamin Kepastian Hukum
5. Adanya Konsensus masyarakat dengan Pemerintah dalam segala
bidang
6. Memperhatikan kepentingan orang miskin.