Nadis Good Governance

117
Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance SCBD Kota Meda n BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjamin terciptanya Pemerintahan yang bersih, jujur dan transparan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, diperlukan program Pembinaan Produk Hukum Daerah yang dapat menjadi media kontrol & akses masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kota termasuk terwujudnya pemerintahan yang amanah. Hal ini diwujudkan melalui kegiatan menyusun Kerangka Kebijakan Penyelenggaraan pemerintah yang bersih sesuai prinsip-prinsip clean government yang melibatkan SKPD terkait secara terkoordinasi. Undang- Undang Dasar 1945 menurut para penyusunnya mengandung perintah yang mewajibkan pemerintah/penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Ketenteraman tersebut sebagai konsekuensi dari pokok-pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan UUD itu, ialah negara berdasarkan atas asas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sejak diberlakukannya UUD 1945 sampai terjadinya gerakan reformasi telah ada beberapa ketetapan MPR dan peraturan perundang-undangan lain yang dapat dianggap sebagai aturan pelaksanaan dari ketentuan konstitusional itu, seperti perundang-undangan Pidana Umum, Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, TAP MPR tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Undang-undang Pokok Kepegawaian, Peraturan Pemerintah tentang Disiplin Pegawai Negeri dan lain-lain, tetap pelaksanaannya tidak mencapai sasaran secara optimal, malah korupsi dan penyalahgunaan wewenang terus meluas sehingga akhimya timbul gerakan rakyat berupa reformasi total yang sampai saat ini awal tahun 2000 belum tuntas. 1

Transcript of Nadis Good Governance

Page 1: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam rangka menjamin terciptanya Pemerintahan yang bersih, jujur dan transparan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, diperlukan program Pembinaan Produk Hukum Daerah yang dapat menjadi media kontrol & akses masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kota termasuk terwujudnya pemerintahan yang amanah. Hal ini diwujudkan melalui kegiatan menyusun Kerangka Kebijakan Penyelenggaraan pemerintah yang bersih sesuai prinsip-prinsip clean government yang melibatkan SKPD terkait secara terkoordinasi.

Undang- Undang Dasar 1945 menurut para penyusunnya mengandung perintah yang mewajibkan pemerintah/penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Ketenteraman tersebut sebagai konsekuensi dari pokok-pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan UUD itu, ialah negara berdasarkan atas asas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sejak diberlakukannya UUD 1945 sampai terjadinya gerakan reformasi telah ada beberapa ketetapan MPR dan peraturan perundang-undangan lain yang dapat dianggap sebagai aturan pelaksanaan dari ketentuan konstitusional itu, seperti perundang-undangan Pidana Umum, Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, TAP MPR tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Undang-undang Pokok Kepegawaian, Peraturan Pemerintah tentang Disiplin Pegawai Negeri dan lain-lain, tetap pelaksanaannya tidak mencapai sasaran secara optimal, malah korupsi dan penyalahgunaan wewenang terus meluas sehingga akhimya timbul gerakan rakyat berupa reformasi total yang sampai saat ini awal tahun 2000 belum tuntas.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hasil awal reformasi telah menetapkan Kebijakan Nasional tentang upaya mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN):

a. Dalam konsiderans Tap MPR No. XI/MPR/1998 ditentukan bahwa MPR mengkonstatir terjadinya penyelenggaraan negara dengan pemutusan kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab pada Presiden Mandataris MPR yang berakibat tidak berfungsinya lembaga-lembaga tinggi negara serta tidak berkembangnya partisipasi masyarakat dalam memberikan kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara. MPR juga berpendapat bahwa tuntutan hati nurani rakyat menghendaki adanya penyelenggara negara yang mampu menjalankan fungsi dan

1

Page 2: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

tugasnya secara bersungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab agar reformasi pembangunan dapat berdayaguna dan berhasilguna.

b. Di samping itu MPR menyatakan keyakinannya bahwa dalam penyelenggaraan negara telah terjadi praktik usaha yang lebih menguntungkan sekelompok tertentu yang menyuburkan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang melibatkan para pejabat negara dengan para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi penyelenggaraan negara dalam berbagai aspek kehidupan nasional. Dalam rangka merehabilitasi seluruh kehidupan nasional yang berkeadilan, dibutuhkan penyelenggaraan negara yang dapat dipercaya, melalui usaha pemeriksaan harta kekayaan para pejabat negara dan mantan pejabat negara serta keluarganya yang diduga berasal dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Sidang tahunan MPR yang diselenggarakan tanggal 10 sampai dengan 13 Nopember 1998, telah membahas masalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, yang bahan-bahannya disiapkan oleh Badan Pekerja MPR dan pada hari itu juga ditetapkan Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998. Berdasarkan TAP MPR tersebut, penyelenggaraan negara pada lembaga-lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif, harus melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam menjalankan fungsi dan tugas, penyelenggara negara harus jujur, adil, terbuka dan terpercaya serta mampu membebaskan dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Menghindarkan praktik-praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, seseorang yang terpercaya menjabat suatu jabatan dalam penyelenggaraan negara, harus bersumpah sesuai dengan agamanya, harus mengumumkan dan bersedia diperiksa kekayaannya sebelum dan setelah menjabat. Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, dilakukan secara tugas dengan melaksanakan secara konsisten undang-undang tindak pidana korupsi. Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme harus dilakukan secara tegas terhadap siapapun juga, baik pejabat negara, mantan pejabat negara, kelompok dan kroninya maupun pihak swasta/konglomerat dengan tetap memperhatikan prinsip praduga tak bersalah dan hak-hak asasi manusia.

Penyelenggara negara mempunyai peran penting dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang menentukan bahwa yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat para penyelenggara negara dan pemimpin pemerintahan. Dalam kenyataannya, penyelenggara negara tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal, sehingga penyelenggara negara tidak berjalan sebagaimana mestinya, hal itu terjadi karena adanya pemusatan kekuasaan, wewenang dan tanggungjawab pada Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Di samping itu, masyarakat pun belum sepenuhnya berperan

2

Page 3: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

serta dalam menjalankan fungsi kontrol sosial yang efektif terhadap penyelenggaraan negara.

Pemusatan kekuasaan, wewenang dan tanggungjawab tanpa memerhtikan kepentingan para pemangku kepentingan akan berdampak negatif pada seluruh sendi-sendi pemerintahan, baik di bidang politik, maupun di bidang ekonomi dan moneter. Pengaruh negatif ini tentunya akan menguntungkan bagi penyelenggara negara dan kelompoknya dan memberi peluang terhadap tumbuhnya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Wewenang yang tanpa batas itu akhirnya akan merugikan masyarakat dan Negara dan merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara, serta membahayakan eksistensi negara.

Dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sesuai tuntutan reformasi, diperlukan kesamaan visi, persepsi, dan misi dari seluruh penyelenggara negara dan masyarakat. Kesamaan visi, persepsi, dan misi tersebut harus sejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendaki terwujudnya penyelenggara negara yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara sungguh-sungguh, penuh rasa tanggung jawab yang dilaksanakan secara efektif, efisien bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, sebagaimana diamanatkan oleh Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/ 1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Ketentuan tersebut di atas memuat ketentuan yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang khusus ditunjukan kepada para penyelenggara negara dan pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggara negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 itu, merupakan bagian atau sub-sistem dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penegakan hukum terhadap perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sasaran pokok undang-undang ini meliputi para penyelenggara negara, pejabat negara pada lembaga tertinggi negara dan atau pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dalam undang-undang ini, ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.

Pengaturan tentang peran serta masyarakat dalam undang-undang ini dimaksud untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Berdasarkan hak dan kewajiban yang dimiliki, masyarakat diharapkan dapat lebih bergairah melaksanakan kontrol sosial secara optimal terhadap penyelenggaraan negara dengan tetap menaati rambu-rambu hukum yang berlaku. Agar undang-undang

3

Page 4: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

termaksud dapat mencapai sasaran secara efektif maka diatur pembentukan Komisi Pemeriksa yang bertugas dan berwenang melakukan pemeriksaan harta kekayaan pejabat negara, sebelum, selama dan setelah menjabat, termasuk meminta keterangan, baik dari mantan pejabat negara, keluarga dan kroninya maupun para pengusaha, dengan tetap memperhatikan prinsip praduga tak bersalah dan hak asasi manusia. Susunan keanggotaan Komisi Pemeriksa terdiri atas unsur pemerintah dan masyarakat mencerminkan independensi atau kemandirian dari lembaga ini. Dalam undang-undang diatur tentang kewajiban para penyelenggara negara, antara lain menggumumkan dan melaporkan harta kekayaannya sebelum dan setelah menjabat ketentuan tentang sanksi dalam undang-undang ini berlaku bagi penyelenggara negara, masyarakat dan Komisi Pemeriksa sebagian upaya prepentif dan refresif serta berfungsi sebagai jaminan atas ditaatinya ketentuan tentang asas umum penyelenggara negara, hak dan kewajiban penyelenggara negara dan ketentuan lainnya, sehingga dapat diharapkan memperkuat norma kelembagaan moralitas dan sosial.

Mengabaikan asas-asas moral dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur seperti diperintahkan oleh UUD 45, akan berarti tidak "bersih" dilihat dari segi moral dan atau etika. Keharusan untuk mewujudkan pemerintah yang "bersih" merupakan kaidah yang normatif konstitusional. Sifat bersih akan mempunyai daya tarik yang simpatik, mengandung sikap berpartisipasi. Sebaliknya sifat kotor, menimbulkan sifat negatif, karena akan menjauhkan sikap simpati, malah mengundang sikap masa bodoh dari pihak-pihak yang seharusnya berpartisipasi.

Pemerintah yang bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme menjadi idaman setiap warga Negara. Untuk menanggapi keinginan itu, maka Pemerintah didorong untuk melaksanakan prinsip-prinsip atau asas-asas yang dianggap mampu mendorong Pemerintah menjadi institusi yang tanggap terhadap kepentingan rakyatnya. Prinsip-prinsip Good Governance dalam organisasi publik menurut Komisi Nasional Kebijakan Governance/KNKG (2008, 13-18) adalah prinsip demokrasi, prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas, prinsip budaya hukum, prinsip kewajaran dan kesetaraan. Prinsip-prinsip ini selaras dengan amanah UU No. 28/1999.

Meskipun konsep Good Governance di Pemerintahan masih tergolong muda, namun dorongan kuat masyarakat dan Peraturan Perundang-undangan mendorong Pemerintah harus melakukan prinsip-prinsip Good Governance di setiap level Institusi Pemerintah, baik Pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah. Pemerintah Kota Medan juga turut berpartisipasi dalam mempercepat adopsi dan implementasi prinsip-prinsip good governance, hal ini dapat dilihat dari agenda pembangunan Kota Medan 2006- 2010 dimana salah satu adalah Menciptakan Tata Pemerintahan yang Baik dan Efektif dan keikutsertaan Pemerintah Kota Medan dalam proyek SCBD.

Peningkatan Kapasitas bagi Desentralisasi atau Sustainable Capacity Building for Decentralization (SCBD) merupakan kegiatan pengembangan kapasitas bagi pemerintah daerah, untuk meningkatkan kemampuan operasional pemerintah daerah dalam : penyediaan pelayanan masyarakat sesuai dengan standar

4

Page 5: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

pelayanan minimum; pemeliharaan fasilitas-fasilitas umum yang penting; pengenalan pengembangan ekonomi yang adil; dan pengelolaan program pengurangan kemiskinan.

1.2 Permasalahan yang DihadapiUU & PP yang berkaitan dengan penyelenggaraan good governance belum

dapat diimplementasikan secara optimal karena ketiadaan petunjuk yang menjadi pedoman pelaksanaan

Bagaimana prosedur dan mekanisme yang implementatif dalam penyelenggaraan good governance dan pemerintahan yang baik?

Apa usaha-usaha yang harus dilakukan dalam meningkatkan pemahaman seluruh komponen stake holders tentang good governance?

1.3 Tujuan Kegiatan: Memberikan acuan/pedoman kebijakan bagi Penyelenggaraan good

governance (terutama pelaksanaan atas UU No. 28/99)

Untuk memahami prosedur dan mekanisme yang implementatif dalam penyelenggaraan good governance dan pemerintahan yang baik.

Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan pemahaman seluruh komponen stake holders tentang good governance dan pemerintahan yang baik

1.4 Output Kegiatan:Draft Perwal Kerangka Kebijakan implementasi Undang-Undang dan

Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan pelaksanaan good governance

1.5 Outcome Kegiatan:Perwal Kerangka Kebijakan good Governance agar mekanisme

pelaksanaan serta penerapan tentang penyelenggaraan good governance dapat segera terealisasikan di Pemko Medan.

1.6 Tenaga AhliTenaga ahli dalam implementasi kegiatan ini adalah:

Ahli Hukum Tata Negara,Kualifikasi S3, Pengalaman 8 tahun.

5

Page 6: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Ahli Administrasi Negara, Kualifikasi S2, Pengalaman 8 tahun.

Ahli Ekonomi Pembangunan dan Keuangan, Kualifikasi S2, Exp 8 tahun.

1.7 Waktu KegiatanKegiatan Penyusunan Kerangka Kebijakan Penyelenggaraan

Pemerintahan Yang Bersih direncanakan selama 4 bulan.

6

Page 7: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

BAB II

HARMONISASI PERUNDANG-UNDANGAN

2.1 Dasar Hukum kerangka kebijakan Good Governance

Pelaksanaan kebijakan good governance mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dasar hukum kerangka kebijakan Good governance adalah:

1. Undang-Undang Nomor 8 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bebas Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973 tentang Perluasan Daerah Kotamadya Medan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3005);

7

Page 8: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pelaksaanaan Peran Serta Masyarakat Dalam penyelenggaraan Negara;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;

13. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Kota Medan (Lembaran Daerah Kota Medan Tahun 2009 Nomor 2);

14. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan (Lembaran Daerah Kota Medan Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Medan Nomor 2);

15. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Medan tahun 2006-2025 (Lembaran Daerah Kota Medan Tahun 2009 Nomor 8);

2.2 Good Governance dan Pemerintahan yang bersihKetetapan Majelis Permusyawaratan rakyat (MPR) No. XI/MPR/1998 telah mengamanatkan Penyelenggaraan Negara yang bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme. Hal ini dilanjutkan dengan mengeluarkan Undang-Undang no. 28/1999 tentang hal yang sama. Dari kedua peraturan itu jelas terlihat bahwa masyarakat melihat perlu pembenahan penyelenggaraan Negara terutama untuk menghindari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN). Penyakit ini sudah lama menjadi penyakit kronis bangsa Indonesia Karena tidak ada payung hukum untuk memberantasnya.

Undang-Undang No. 28/1999 dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan merupakan payung hukum untuk memberantas Korupsi Kolusi dan Nepotisme yang sudah mewabah di Indonesia. Undang-Undang ini menetapkan pemangku kepentingan (stakeholders) dalam mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang

8

Page 9: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

bebas KKN, yaitu Penyelenggara Negara, Masyarakat dan Komisi Pemeriksa. Karena sasarannya adalah penyelenggara Negara, maka Undang-Undang ini dimulai dengan Penyelenggara Negara. Penyelenggara Negara yang dimaksud Undang-Undang ini adalah:

1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara.2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara.3. Menteri.4. Gubernur.5. Hakim.6. Pejabat Negara lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.7. Pejabat lain yang memiliki fungsi yang strategis dalam kaitannya dengan

penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Semua penyelenggara Negara itu diharapkan menjadi pelaksana Undang-Undang sehingga bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Untuk itu, setiap Penyelenggara Negara tersebut diharapkan melaksanakan tugas penyelenggaraan Negara dengan memerhatikan asas-asas:

1. Asas Kepastian hukum, yaitu pelaksanaan fungsi-fungsi kenegaraan harus dilandasi peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan,terutama ketika melakukan kebijakan-kebijakan.

2. Asas tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan Negara

3. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memeroleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negaradengan tetap memerhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia Negara.

4. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan Negara.

5. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara.

Selain menetapkan asas-asas penyelenggaraan Negara, UU No. 28/1999 juga mengatur hak dan kewajiban penyelenggara Negara serta hubungan antara lembaga penyelenggara negara. Stakeholder yang lain adalah masyarakat. Undang-undang ini mengatur bagaimana peran serta masyarakat dalam mewujudkan penyelenggaraan Negara yang bebas KKN. Hak warga Negara

9

Page 10: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

mencakup hak memeroleh dan memberikan informasi, memeroleh pelayanan, menyampaikan saran, dan memeroleh perlindungan hukum terkait penyelenggaraan Negara oleh penyelenggara Negara. Komisi Pemeriksa juga menjadi bagian penting dalam penyelenggaraan Negara yang bersih dari KKN. Komisi Pemeriksa merupakan lembaga yang independen yang langsung bertanggungjawab kepada Presiden. Fungsi utama Komisi Pemeriksa, menurut Undang-Undang, adalah memeriksa harta kekayaan penyelenggara Negara dan menerima serta meneliti pengaduan masyarakat tentang adanya tindak KKN pada penyelenggara Negara, melakukan penyelidikan dan penyidikan atas informasi dari masyarakat. Komisi Pemeriksa merupakan pemantau penyelenggara Negara agar tidak melakukan Korupsi, Kolusi dan nepotisme.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 juga mengemukakan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas:

a) Asas kepastian hukum.b) Asas tertib penyelenggara Negara.c) Asas kepentingan umum.d) Asas keterbukaan.e) Asas proporsionalitas.f) Asas profesionalitas.g) Asas akuntabilitas.h) Asas efisiensi, dani) Asas efektivitas.

Kemunculan TAP MPR, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang penyelenggaraan Negara yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dan tentang pemerintahan daerah merupakan momentum Governance di Indonesia. Semangat peraturan perundang-undangan itu selaras dengan semangat penegakan Good Governance. Tujuan dari Good Governance adalah suatu institusi Negara yang melakukan fungsi-fungsinya dengan baik dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku sekaligus bisa dimonitor oleh semua pihak dalam melakukan fungsinya. Tujuan yang lebih besar dari penerapan Good governance, dengan dilandasi etika dan moralitas pelaksananya, adalah kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Kemakmuran dan kesejahteraan rakyat merupakan cita-cita luhur bangsa Indonesia yang tercantum di pembukaan UUD 1945, namun sangat sulit dicapai karena praktik Kolusi, korupsi dan nepotisme.

2.2 Etika dalam penyelenggaraan Negara yang bebas KKNEtika dalam penyelenggaraan Negara diatur melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu Undang-Undang yang mengatur etika dalam penyelenggaraan Negara adalah Undang-Undang Nomor. 28 Tahun1999, dimana Undang-undang ini mengatur hak dan kewajiban penyelenggara Negara dan sanksi yang diberikan apabila melanggar aturan yang sudah ditulis di

10

Page 11: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Undang-undang itu. Hak penyelenggara Negara menurut Undang-undang adalah:

1. menerima gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan dari atasannya, ancaman hukuman, dan kritik masyarakat;

3. menyampaikan pendapat di muka umum secara bertanggungjawab sesuai dengan wewenangnya; dan

4. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sementara kewajiban setiap penyelenggara Negara adalah:

1. mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum memangku jabatannya.

2. bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan setelah menjabat.

3. melaporkan dan mengumumkan kekayaan sebelum dan setelah menjabat.

4. tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme.5. melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, tas, dan

golongan.6. melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggungjawab dan tidak

melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

7. bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan nepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Aturan hak dan kewajiban penyelenggara Negara ini juga dilengkapi dengan sanksi apabila tidak melaksanakan hak dan kewajiban seperti tertera dalam Undang-undang itu. Sanksi diberikan dalam bentuk sanksi administrasi, sanksi pidana dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000 dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.

Meskipun Undang-undang telah merumuskan etika yang harus diikuti penyelenggara Negara, namun sampai saat ini masih juga berlangsung Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dalam penyelengaraan Negara di Pusat maupun di daerah. Hal ini bisa dijelaskan dari sisi etika professional dan etika individual yang sama sekali tidak mendukung (tidak selaras) dengan etika dalam organisasi. Etika individual dibentuk dari keluarga, pekerjaan, organisasi sosial atupun organisasi keagamaan. Agar etika individual selaras dengan etika sosial yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku maka etika individu pemimpin organisasi sangat memengaruhi etika organisasi secara

11

Page 12: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

keseluruhan. Proses rekrutmen yang baik terhadap pejabat publik yang memiliki filosofi dan gaya operasi yang selaras dengan peraturan perundang-undangan akan membuat seluruh unsur organisasi akan melaksanakan aturan etika itu dengan baik.

Dalam rangka pengelolaan keuangan Negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004, maka Pemerintah mengeluarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern dimaksudkan untuk mendorong pengelolaan keuangan Negara sehingga bisa mendorong ketaatan terhadap peraturan, menjaga aset pemerintah, mendorong keandalan pelaporan keuangan, dan mendorong efisiensi dan efektifitas operasi. Dengan demikian, sistem pengendalian intern diharapkan bisa menciptakan pemerintah yang bersih dan beretika serta mendorong good governance.

12

Page 13: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

BAB III

LANDASAN KONSEPTUAL

3.1 Pengertian Good GovernanceGovernance adalah sebuah kata benda yang sangat diminati dan menjadi pusat perhatian para pembuat kebijakan di institusi privat maupun publik dan para akademisi. Sudah banyak kajian yang dilakukan para ahli kebijakan publik, ahli manajemen, ahli hukum, badan pengatur atau komisi-komisi bentukan Negara atau lembaga-lembaga internasional untuk mendefenisikan kata benda yang bernama Governance. Tidak begitu jelas awal pemakaian kata governance dalam sektor privat atau sektor publik, namun menurut catatan ensiklopedia Wikipedia, Richard Eells pada tahun 1960 menggunakan kata Coorporate Governance untuk pertama sekali.

Istilah Governance semakin menjadi pembahasan karena banyak skandal-skandal korporasi dan skandal-skandal publik terjadi dan berdampak pada penurunan kondisi perekonomian. Skandal-skandal publik mencakup kejadian-kejadian korupsi, kolusi dan nepotisme yang menyebabkan kerugian Negara, perlambatan proses pembangunan, terjadinya bencana alam dan peningkatan angka kemiskinan. Kesadaran terhadap Governance seolah-olah menyingkap kebobrokan yang selama ini tertutupi karena kekuasaan digunakan tidak mempertimbangkan kepentingan pihak-pihak lain. Sebelumnya, Kekuasaan dianggap sebagai sarana untuk memperkaya diri sendiri dan pihaknya dan seolah-oleh mengganggap Negara adalah pemimpinnya. Pelaksanaan governance secara konsisten dan berkesinambungan diharapkan semakin meningkatkan keperdulian terhadap kepentingan para pemangku kepentingan dan di sisi lain akan menurunkan kecenderungan penyalahgunaan wewenang (abuse of power) oleh pihak-pihak yang memiliki wewenang.

Beberapa institusi mengajukan pengertian Governance dari sudut pandang masing-masing. Bank Dunia (Wikipedia, 2008) mendefenisikan governance sebagai berikut:

“the exercise of political authority and the use of institutional resources to manage society's problems and affairs”

Bank dunia mengartikan governance sebagai pelaksanaan otoritas politik dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mengelola/mengatasi masalah-masalah masyarakat. Sedangkan UNDP (Loina, 2003) mendefenisikan Governance sebagai “penggunaan wewenang ekonomi politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat’. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka,

13

Page 14: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka. Bank Dunia mengartikan Governance sebagai penggunaan otoritas/wewenang politik dan pemanfaatan sumberdaya institusional untuk mengatasi masalah-masalah publik, sedangkan UNDP memandang Governance sebagai penggunaan wewenang ekonomi, politik, dan administrasi.

UNDP's Regional Project on Local Governance for Latin America (Wikipedia, 2008) mendefenisikan Governance sebagai berikut:

“Governance has been defined as the rules of the political system to solve conflicts between actors and adopt decision (legality). It has also been used to describe the "proper functioning of institutions and their acceptance by the public" (legitimacy). And it has been used to invoke the efficacy of government and the achievement of consensus by democratic means (participation)”.

Defenisi ini memandang governance sebagai aturan- aturan dari suatu sistem politik yang digunakan untuk mengatasi konflik antara para pelaku dalam sistem politik dan keputusan yang diadopsi. Governance juga digunakan untuk pelaksanaan fungsi-fungsi institusi publik secara baik dan penerimaan publik atas fungsi yang dijalankan institusi publik (legitimasi). Governance juga digunakan untuk menuntut keberhasilan pemerintah dan pencapaian konsensus dengan cara-cara yang demokratis (partisipasi).

Dari beberapa defenisi itu bisa disimpulkan bahwa Governance merupakan aturan-aturan (sistem dan prosedur) dalam suatu sistem politik, ekonomi dan administrasi yang dapat digunakan untuk: (1) mengatasi masalah-masalah publik, (2) mengatasi konflik antara pemerintah, publik, dan peraturan-peraturan perundang-undangan, (3) pelaksanaan fungsi-fungsi atau aktivitas lembaga Negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif) sehingga publik bisa menerima kinerja dari setiap lembaga Negara, (4) mengawasi pelaksanaan fungsi-fungsi lembaga Negara apakah sesuai dengan consensus yang sudah disepakati.

Agar Governance bisa berjalan dengan baik (Good Governance) maka interaksi dari beberapa pemangku kepentingan publik (Stakeholder) sangat diperlukan. Rerangka Good Governance bisa digambarkan dengan skema sebagai berikut:

14

Page 15: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Gambar 1: Skema Good Publik Governance

Setiap institusi (Eksekutif, legislative, dan Yudikatif) harus melakukan Good Governance dengan diliputi etika dan nilai-nilai kejujuran dalam melakukan fungsi masing-masing. Tanpa etika mustahil prinsip-prinsip good governance bisa dilaksanakan. Masing-masing lembaga publik ini juga saling berhubungan dalam hal kewenangan mereka oleh undang-undang diharuskan saling bekerjasama. Hubungan antar ketiga lembaga publik harus dilandasi prinsip transparansi dan ketaatan terhadap hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Hubungan ketiga lembaga publik ini kepada masyarakat adalah wujud dari akuntabilitas publik dan transparansi. Masyarakat juga harus tetap melakukan pemantauan terhadap aktivitas atau fungsi dari masing-masing lembaga ini. Publik diwakili oleh masyarakat individual ataupun lembaga-lembaga non pemerintah (Ornop/LSM) dan dunia usaha. Mekanisme ini, apabila berlangsung dengan baik, membawa perubahan dalam mekanisme kerja internal masing-masing lembaga publik. Mentalitas dilayani akan berubah menjadi pelayan publik, sehingga hantaran pelayanan kepada publik dapat berlangsung baik.

Banyak istilah dan pengertian yang dikemukakan oleh para pakar, dari kalangan akademis, birokrat sampai dengan praktisi bisnis. Kata governance ini sering digabungkan dengan ungkapan lain seperti :

o Good Publik Governance;o Good Government Governance;o Good Nation Governance;o Good Corporate Governance;o Good Civil Governance;o Good Local Governance.

Tiga elemen governance yang terkait dan tidak terpisahkan dalam satu sistem negara adalah elemen penyelenggara negara, elemen pelaku bisnis, dan elemen masyarakat. Ketiga elemen tersebut dapat kita sebut sebagai suatu trilogi. Masing-masing elemen memiliki karakter tersendiri tetapi ketiganya tidak akan

15

Page 16: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

mampu berdiri dan berkembang sendiri-sendiri. Mereka mengarah pada satu tujuan yaitu kehidupan yang lebih baik bagi setiap insan.

1. Elemen Penyelenggara Negara

Governance dari sudut penyelenggara negara diartikan sebagai pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administratif untuk mengelola urusan-urusan bangsa, mengelola mekanisme, proses, dan hubungan yang kompleks antar warga negara dan kelompok-kelompok yang mengartikulasikan kepentingannya (yang menghendaki agar hak dan kewajibannya terlaksana) dan menengahi atau memfasilitasi perbedaan-perbedaan di antara mereka. Ada tiga pilar atau kaki dari “good government governance” (atau good governance) ini, yaitu “economic governance, political governance, dan administrative governance“.

Economic governance ini mencakup proses pembuatan keputusan yang mempengaruhi langsung atau tidak langsung aktivitas ekonomi negara.

Political governance mengacu pada proses pembuatan keputusan dan implementasi kebijakan negara secara legitimate dan authoritative. Ini terdiri dari elemen legislatif, eksekutif, dan judikatif.

Administrative governance adalah sistem implementasi kebijakan yang memungkinkan sektor publik berjalan secara efisien, tidak memihak, akuntabel, dan terbuka. Seringkali orang mengutip kata good government governance (good governance) tetapi hal tersebut sebenarnya hanya mengacu pada pengertian sempit administrative governance.Hal ini dapat dimengerti karena elemen tersebut bersinggungan sangat erat dengan kehidupan bisnis dan masyarakat luas dimana komunitas bisnis dan masyarakat akan langsung merasakan dampaknya bila kebijakan sektor publik di suatu negara penuh dengan ketidak terbukaan, tidak efisien, dan tidak akuntabel.

2. Elemen Pelaku Bisnis

Pelaku bisnis dimaksud dalam hal ini adalah kumpulan perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, baik bidang industri barang maupun jasa. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki pengaruh terhadap kebijakan-kebijakan sosial, politik, dan ekonomi yang dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pasar dan perusahaan-perusahaan itu sendiri. Sejalan dengan globalisasi dimana setiap perusahaan tidak lagi kebal terhadap batasan-batasan tradisional geografis dan negara. Tuntutan dan tanggung jawab perusahaan tidak lagi pada penciptaan keuntungan bagi pemilik modal saja, tetapi meluas pada bagaimana perusahaan secara seimbang memberikan nilai tambah yang berkesinambungan bagi pemegang saham dan stakeholders-nya.

16

Page 17: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Governance dari sudut pelaku bisnis sering juga disebut sebagai good corporate governance (GCG) diartikan secara lengkap sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan. Ini untuk memberikan nilai tambah perusahaan yang berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan stakeholders lainnya berdasarkan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Mengapa GCG didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses? Karena sebagai struktur GCG itu berperan mengatur hubungan antara Dewan Komisaris, Direksi, Pemegang Saham, dan Stakeholders lainnya. Sementara sebagai sistem, GCG menjadi dasar mekanisme pengecekan dan perimbangan (check and balances) kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi peluang pengelolaan yang salah, dan peluang penyalahgunaan aset perusahaan. Dan sebagai proses, GCG memastikan tranparansi dalam proses perusahaan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, dan pengukuran kinerjanya.

3. Elemen Masyarakat

Governance dari sudut masyarakat kadang-kadang disebut societal governance atau society saja. Masyarakat atau society terdiri atas individual maupun kelompok (baik teroganisir maupun tidak) yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi dengan aturan formal maupun informal. Society meliputi lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan lain-lain. Terwujudnya pembangunan manusia yang berkelanjutan bukan hanya tergantung pada negara yang mampu memerintah dengan baik dan komunitas bisnis yang mampu menyediakan pekerjaan dan penghasilan. Tetapi juga tergantung pada organisasi masyarakat sipil (civil society organizations) yang memfasilitasi interaksi sosial dan politik dan yang memobilisasi berbagai kelompok di dalam masyarakat untuk terlibat dalam aktivitas sosial, ekonomi, dan politik. Organisasi masyarakat sipil tidak hanya melakukan check and balances terhadap kewenangan kekuasaan pemerintah dan komunitas bisnis. Tetapi, mereka juga dapat memberikan kontribusi dan memperkuat kedua unsur utama yang lain tersebut.

3.2 Prinsip-prinsip (Asas-asas) Good Publik GovernanceAgar Good Governance bisa diterapkan, maka salah satu pilar utama adalah prinsip-prinsip dasar (asas). Prinsip-prinsip dasar berguna sebagai landasan atau pijakan bagi institusi dalam memilih aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan dalam penerapan Good governance. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip Good Governance di sektor publik maka berbagai aktivitas yang dilakukan institusi dapat bersinergi untuk mencapai tujuan Good Governance. Selain itu, Prinsip-Prinsip Dasar bisa menjadi sarana komunikasi bagi unsur Governance di sektor publik.

Setiap lembaga yang mengembangkan kebijakan Governance membuat prinsip-prinsip dasar pelaksanaan Governance supaya bisa berlangsung dengan baik. Beberapa prinsip-prinsip yang melandasi Good Governance ditawarkan oleh

17

Page 18: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

World bank, Masyarakat Transparansi Indonesia, Asian Development Bank, The Independent Commision on Good Governance in Public Services, FIRST INTERNASIONAL CONFERENCE OF NEW RESTORED DEMOCRATIES (MANILA, JUNI 1998), Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).

1. World BankWorld bank (Loina, 2003) mengajukan prinsip-prinsip dasar Good Governance di sektor publik adalah:

a. Masyarakat sipil yang kuat dan parsipatoris, terbukab. Pembuatan Kebijakan yang bisa diprediksic. Eksekutif yang bertanggungjawabd. Birokrasi yang professionale. Aturan hukum

2. Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI)Menurut MTI (Loina, 2003), prinsip-prinsip dasar Good Governance di sektor publik adalah:1. Transparansi2. Akuntabilitas3. Kewajaran dan kesetaraan4. Kesinambungan

3. Asian Development Bank (ADB)

Asian Development Bank mengemukakan prinsip-prinsip dasar Good Governance di sektor publik (Loina, 2003):

1. Accountability2. Transparency3. Predictability4. Participation

4. The Independent Commision on Good Governance in Publik Services

The Independent Commision on Good Governance in Publik Services mengemukakan prinsip-prinsip dasar Good Governance di sektor publik (Cipfa, 2008):

1. Focusing on the purpose of the authority and on outcomes for the community including citizens and services users and creating and implementing a vision for the local area

2. Members and Officers working together to achieve a common purpose with clearly definen function and roles

3. Promoting the values of the authority and demonstrating the values of good governance through behavior

18

Page 19: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

4. Taking informed and transparent decisions which are subject to effective scrutiny and managing risk

5. Developing the capacity and capability of members to be effective and ensuring that officersalso have the capability and capacity to deliver effectively

6. Engaging with local people an other stakeholders to ensure robust local publik accountability.

5. FIRST INTERNASIONAL CONFERENCE OF NEW RESTORED DEMOCRATIES (MANILA, JUNI 1998)FIRST INTERNASIONAL CONFERENCE OF NEW RESTORED DEMOCRATIES (MANILA, JUNI 1998) mengemukakan prinsip-prinsip dasar Good Governance di sektor publik (Nazar, 2007):

1. Transparancy (Keterbukaan)2. Accountability (Bertanggung jawab)3. Eguity (Adil)4. Responsiveness (Cepat dan Tanggap )5. Civil Society Role (Peran dan Partipasi Masyarakat )6. Rule of Law ( Penegakan Hukum )

6. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)

Pada tahun 1999 didirikan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) dan pada tahun 2004 diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. KNKCG telah menerbitkan Pedoman Umum Good Corporate Governance (Pedoman Umum GCG) pada tahun 1999. Pedoman tersebut telah beberapa kali disempurnakan, terakhir oleh KNKG pada tahun 2006. Sejak Pedoman Umum GCG diterbitkan pada tahun 1999, semangat menerapkan GCG di kalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan. Namun, peningkatan tersebut belum efektif mengingat ketiga pilar yaitu negara, dunia usaha dan masyarakat belum menjalankan good governance sebagaimana yang diharapkan. Sementara itu secara internasional, penerapan good publik governance (GPG) merupakan salah satu prasyarat dalam rangka meningkatkan daya saing Indonesia secara global. Oleh karena itu, peningkatan pelaksanaan good publik governance merupakan hal yang sangat penting. Untuk dapat melaksanakan good governance sebagaimana diharapkan, dipandang perlu untuk melengkapi pedoman yang dapat dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan good governance di sektor publik.

Asas Good Public Governance menurut KNKG (KNKG, 2008) adalah:

19

Page 20: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

1. DemokrasiDemokrasi mengandung tiga unsur pokok yaitu partisipasi, pengakuan adanya perbedaan pendapat dan perwujudan kepentingan umum. Asas demokrasi harus diterapkan baik dalam proses memilih dan dipilih sebagai penyelenggara Negara maupun dalam proses penyelenggaraan negara.Pedoman Pelaksanaan1.1. Pemilihan penyelenggara negara oleh rakyat dilakukan

secara bertanggungjawab berdasarkan kesadaran dan pemahaman politik masyarakat.

1.2. Pemilihan penyelenggara negara oleh penyelenggara negara yang dipilih oleh rakyat, dilakukan atas dasar kepentingan negara dan masyarakat.

1.3. Penyelenggara negara harus mampu mendengar, memilah, memilih dan menyalurkan aspirasi rakyat dengan berpegang pada kepentingan negara dan masyarakat.

1.4. Penyusunan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat dan dunia usaha secara bertanggungjawab (rule-making rules).

1.5 Peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik harus disusun dalam rangka mewujudkan kepentingan umum.

1.6 Penyelenggara negara harus menerapkan prinsip partisipasi dalam melaksanakan fungsi, tugas dan kewenangannya.

2. TransparansiTranparansi mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi yang memadai dan mudah diakses oleh pemangku kepentingan. Transparansi diperlukan agar pengawasan oleh masyarakat dan dunia usaha terhadap penyelenggaraan negara dapat dilakukan secara obyektif. Untuk itu, diperlukan penyediaan informasi melalui sistem informasi dan dokumentasi yang dapat diakses dengan mudah tentang pola perumusan dan isi peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik serta pelaksanaannya oleh masing-masing lembaga negara. Transparansi juga diperlukan dalam rangka penyusunan dan penggunaan anggaran. Asas transparansi ini tidak mengurangi kewajiban lembaga negara serta penyelenggara negara untuk merahasiakan kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan harus menolak memberikan informasi yang berkaitan dengan keselamatan negara, hak-hak pribadi dan rahasia jabatan.

Pedoman Pelaksanaan

20

Page 21: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

2.1 Lembaga negara harus menyediakan informasi proses penyusunan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik agar masyarakat dan dunia usaha dapat berpartisipasi dalam proses penyusunannya.

2.2 Lembaga negara harus mengumumkan secara terbuka peraturan perundangundangan dan kebijakan publik agar pemangku kepentingan dapat memahami dan melaksanakannya.

2.3 Lembaga negara harus menyediakan informasi yang mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat dan dunia usaha mengenai proses penetapan perundang-undangan dan kebijakan publik serta pelaksanaannya.

2.4 Lembaga negara juga harus menyediakan informasi mengenai penyusunan rencana strategis, program kerja dan anggaran serta pelaksanaannya.

2.5 Kelengkapan penyediaan informasi oleh lembaga negara dinilai dan diawasi oleh masyarakat sebagai bagian dari kontrol sosial.

3. AkuntabilitasAkuntabilitas mengandung unsur kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya. Akuntabilitas diperlukan agar setiap lembaga Negara dan penyelenggara negara melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab. Untuk itu, setiap penyelenggara negara harus melaksanakan tugasnya secara jujur dan terukur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan kebijakan publik yang berlaku serta menghindarkan penyalahgunaan wewenang.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

3.1 Lembaga negara harus menetapkan rincian fungsi, tugas serta wewenang dan tanggungjawab masing-masing penyelenggara negara yang selaras dengan visi, misi dan tujuan lembaga negara yang bersangkutan.

3.2 Lembaga negara maupun individu penyelenggara negara harus memiliki ukuran kinerja serta memastikan tercapainya kinerja tersebut.

1.3 Dalam rangka mempertanggungjawabkan kinerjanya, setiap penyelenggara negara harus melaksanakan tugasnya secara jujur serta memenuhi prinsip akuntabilitas baik yang terkait dengan kepatuhan terhadap hukum, proses pengambilan keputusan atau penetapan kebijakan maupun penyusunan dan pelaksanaan program

1.4 Pertanggungjawaban harus disampaikan secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

21

Page 22: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

berlaku. Untuk itu, masing-masing lembaga Negara harus memastikan adanya periode waktu pertanggungjawaban.

1.5 Lembaga negara harus menindak-lanjuti setiap keluhan atau pengaduan yang disampaikan oleh pemangku kepentingan yang disertai identitas, mengenai penyelenggaraan pelayanan kepada publik. Untuk itu, lembaga negara harus menyusun tata cara pengelolaan keluhan dan pengaduan berdasarkan prinsip penyelesaian yang cepat, tuntas dan transparan.

1.6 Lembaga negara harus melakukan evaluasi terhadap kinerja setiap penyelenggara negara secara berkala.

1.7 Pertanggungjawaban lembaga negara dan penyelenggara negara diawasi oleh masyarakat dan lembaga yang diberikan kewenangan melakukan pengawasan.

4. Budaya Hukum

Budaya hukum mengandung unsur penegakan hukum (law inforcement) secara tegas tanpa pandang bulu dan ketaatan terhadap hukum oleh masyarakat berdasarkan kesadaran. Budaya Hukum harus dibangun agar lembaga negara dan penyelenggara negara dalam melaksanakan tugasnya selalu didasarkan pada keyakinan untuk berpegang teguh pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu, setiap lembaga negara dan penyelenggara negara berkewajiban untuk membangun sistim dan budaya hukum secara berkelanjutan baik dalam proses penyusunan dan penetapan perundang-undangan serta kebijakan publik maupun dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Penetapan perundang-undangan dan kebijakan publik harus dilakukan atas dasar kepentingan umum dan dilaksanakan secara konsekuen.

Pedoman Pelaksanaan

4.1 Penyusunan serta penetapan perundang-undangan dan kebijakan publik harus dilakukan secara terkoordinasi, dengan mengedepankan asas-asas transparansi, akuntabilitas dan perlindungan hak asasi manusia.

4.2 Peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik harus mengandung nilai-nilai yang mendukung terwujudnya supremasi hukum demi terciptanya kepastian hukum bagi dunia usaha dan masyarakat.

4.3 Dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik, setiap penyelenggara negara harus menjalankan tugas dan kewajibannya secara profesional ,

22

Page 23: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

jujur dan taat asas, sehingga terhindar dari praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme.

4.4 Lembaga negara harus memastikan berfungsinya lembaga hukum, sumberdaya manusia dan perangkat hukum agar menjamin terwujudnya penyelenggaraan negara yang bersih dan sesuai dengan prinsip-prinsip negara hukum. Sanksi terhadap pelanggaran perundang-undangan dan kebijakan publik harus dilaksanakan secara taat asas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Kewajaran dan Kesetaraan

Kewajaran dan kesetaraan mengandung unsur keadilan dan kejujuran sehingga dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan perlakuan setara terhadap pemangku kepentingan secara bertanggungjawab. Kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk dapat mewujudkan pola kerja lembaga negara dan penyelenggara negara yang lebih adil dan bertanggungjawab. Kewajaran dan kesetaraan juga diperlukan agar pemangku kepentingan dan masyarakat menjadi lebih mentaati hukum dan dihindari terjadinya benturan kepentingan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya lembaga negara dan penyelenggara negara harus senantiasa memperhatikan kepentingan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Pedoman Pelaksanaan

5.1 Setiap lembaga negara yang memiliki kewenangan untuk menetapkan dan atau melaksanakan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik harus mengutamakan dan melindungi hak-hak masyarakat dengan berbasis kewajaran dan kesetaraan.

5.2 Untuk melaksanakan pelayanan kepada publik dengan berbasis kewajaran dan kesetaraan, lembaga negara beserta perangkatnya harus menerapkan standar pelayanan yang berkualitas.

5.3 Standar pelayanan yang berkualitas disusun sesuai dengan sifat dan jenis pelayanan yang diselenggarakan dengan memperhatikan lingkungan, kepentingan dan masukan dari masyarakat.

5.4 Pelaksanaan standar pelayanan yang berkualitas oleh lembaga negara dan penyelenggara negara diawasi masyarakat serta lembaga yang diberikan kewenangan melakukan pengawasan.

5.5 Setiap lembaga negara harus menerapkan kebijakan rekruitmen dan karier penyelenggara negara serta pegawai dan

23

Page 24: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

prajurit dalam lingkungannya, atas dasar kewajaran dan kesetaraan, tanpa membedakan agama, suku, kelompok dan golongan yang bersangkutan.

3.3 Peranan Etika Dalam Mewujudkan Good Publik Governance3.3.1 Pengertian etika

Etika merupakan suatu sistem nilai atau kode yang mengarahkan perilaku individual (Gibson, 2003). Dalam konteks organisasi, etika dibutuhkan ketika individu dihadapkan pada situasi pengambilan keputusan. Etika dalam organisasi terbentuk atau produk dari etika sosial, etika professional dan etika individual (Jones, 2001). Etika sosial merupakan etika dari masyarakat dimana organisasi berada. Etika masyarakat merupakan nilai-nilai moral yang diformalkan dalam sistem hukum masyarakat, kebiasaan-kebiasaan, atau norma-norma tidak tertulis. Kebanyakan orang secara otomatis mengikuti norma dan nilai etika dimana dia tinggal karena interaksi dengan anggota masyarakat lainnya. Ketika etika sosial dikodifikasi menjadi sistem hukum, maka organisasi yang berada di masyarakat itu harus mematuhinya dan berhubungan dengan masyarakat dalam koridor hukum yang berlaku.

Etika Profesional merupakan nilai-nilai moral yang dikembangkan sekelompok orang-orang terlatih sama untuk mengendalikan kinerja pekerjaan atau kinerja penggunaan sumberdaya. Orang-orang menginternalisasi aturan dan nilai-nilai profesionalnya ketika melakukan pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Beberapa organisasi memiliki beberapa kelompok karyawan professional sesuai dengan bidangnya, misalnya perawat, akuntan, peneliti, ahli hukum yang mana perilaku mereka diarahkan oleh etika professional. Biasanya, organisasi profesi membuat kode perilaku etik (ethical conduct) untuk ditaati masing-masing anggota profesi.

Etika Individual merupakan nilai moral pribadi yang digunakan masing-masing orang untuk mengatur hubungannya dengan orang lain. Etika individual diperoleh melalui pendidikan sejak kecil dan berpangkal dari keluarga, teman, keanggotaan keagamaan, atau organisasi social lainnya. Perilaku etis bagi seseorang mungkin bukan perilaku etis bagi orang lain. Sepanjang perilaku seseorang tidak melanggar aturan atau tidak illegal, maka orang-orang bisa saja setuju atau tidak setuju terhadap keyakinan etikanya. Individu-individu pada umumnya akan berusaha membuat keyakinan etikanya menjadi aturan dalam organisasi, sehingga apabila seseorang melanggar aturan itu akan dikenai sanksi. Karena etika individu sangat memengaruhi tindakan seseorang dalam organisasi, maka kultur organisasi sangat dipengaruhi oleh orang yang menduduki posisi untuk menetapkan nilai-nilai etika organisasi.

Etika sangat berperan dalam perjalanan organisasi sektor privat maupun sektor publik. Setiap organisasi akan selalu membuat keputusan berkaitan dengan

24

Page 25: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

alokasi sumberdaya organisasi sehingga mencapai tujuan organisasi. Kualitas pembuatan keputusan dalam suatu organisasi tergantung pada pemilihan tujuan dan mengidentifikasi bagaimana cara mencapai tujuan itu (Gibson, 2003). Setiap pembuatan keputusan selalu menyangkut kepentingan banyak pihak, sehingga etika sangat penting dalam pembuatan keputusan terutama ketika dihadapkan pada beberapa masalah, situasi atau kesempatan-kesempatan yang membutuhkan pilihan dari beberapa alternatif. Pembuatan keputusan manajerial menyerap beberapa isu-isu terkait dengan etika. Manajer memiliki kekuasaan dan otoritas dan ketika factor-faktor ini ada maka terjadi kecenderungan untuk salah atau benar, baik atau buruk. Beberapa indikasi yang menunjukkan keputusan manajerial terkait dengan etika adalah (Anderson, 1997 dalam Gibson, 2003):

a. Pembuatan keputusan yang memengaruhi hidup, karir, dan kenyamanan orang

b. Pembuatan keputusan yang melibatkan alokasi sumberdaya yang terbatas

c. Perancangan, implementasi, dan evaluasi aturan, kebijakan, program dan prosedur

d. Pembuat keputusan menunjukkan kepada pihak lain moral dan nilai pribadinya ketika membuat keputusan.

3.3.2 Masalah-masalah Etika yang Berkembang Saat ini1

Unsur-unsur etika seperti bersikap jujur, sifat tanpa pamrih dalam saling menghargai, saling mencintai, dan saling menolong, budaya malu, kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, kerja keras, kesadaran menghargai dan melestarikan lingkungan hidup, dan lain-lain selalu muncul dalam uraian mengenai etika pemerintahan. Sebagaimana pelaksanaan dari prinsip-prinsip good governance, pelaksanaan unsur etika pemerintahan ini nampaknya masih sulit untuk diterapkan, mengingat resistensi para penyelenggara negara dan pemerintahan dewasa ini boleh dikatakan sudah membudaya. Dikatakan membudaya, karena sudah bukan merupakan barang baru lagi apabila ”pungli” sebagai salah satu contoh perilaku etika diluar prinsip etika, masih merebak dan dianggap biasa oleh masyarakat.

Hal bahwa ”pungli” dianggap biasa oleh masyarakat dikuatkan oleh hasil survey yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada (PSKK UGM), dimana kebanyakan pengguna layanan publik justru merasa lega ketika diminta membayar ”pungli” dan mereka kebanyakannya (lebih dari 80 %) membayar sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini:

1 Bagian ini dikutip seluruhnya dari Depdagri & LAN, Diklat Teknis KepemerintahanDiklat Teknis Kepemerintahan yang Baik dan Et ika Pemerintah, Juni 2007yang Baik dan Et ika Pemerintah, Juni 2007

25

Page 26: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Gambaran diatas menunjukan bahwa prinsip-prinsip etika seperti budaya malu sudah dikesampingkan; kepedulian dalam kewajiban melayani publik diabaikan; baru mau kerja ”keras” bila ada pamrih; tidak adanya keseimbangan dalam pelaksanaan kewajiban warga (yang cenderung transparan) dengan pelaksanaan hak warga (yang cenderung tidak transparan); dan begitu seterusnya yang kesemuanya merupakan potret ”budaya kerja” yang menyimpang dari prinsip-prinsip etika pemerintahan yang secara normatif telah disepakati bersama. Secara konsep, etika pemerintahan, demokrasi dan good governance sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan tentang kesusilaan atau moral. Sedangkan moral itu sendiri adalah hal-hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma dan sebagai sarana untuk mengukur benar tidaknya tindakan manusia.

Ilmu pengetahuan tentang kesusilaan atau moral juga berkaitan dengan ilmu yang mempelajari nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya serta nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Moral (yang artinya cara hidup atau kebiasaan) dalam pengertiannya yang umum menaruh penekanan pada karakter dan sifat-sifat individu yang khusus di luar ketaatan pada peraturan, maka moral merujuk pada tingkah laku yang bersifat spontan, seperti rasa kasih, kemurahan hati, kebesaran jiwa, dan lain-lain. Etika berkenaan dengan moralitas yang mengandung pertimbangan-pertimbangan yang jauh lebih tinggi tentang kebenaran dan keharusan yang mempunyai sanksi-sanksi hukum yang bersifat internal seperti isyarat-isyarat verbal, rasa bersalah, sentimen atau rasa malu.

Etika tidak berhenti pada tataran konsep-konsep dasar moral tetapi juga berlanjut pada bagaimana kita mengimplementasikannya. Implementasi dalam sistem politik atau organisasi publik selalu berhubungan dengan apa yang menurut mereka benar atau salah sehingga moral dalam mengekspresikan nilai-nilai tertentu yang mengekspresikan komitmen mereka terhadap mana yang benar dan mana yang salah.Dengan demikian etika adalah suatu usaha untuk menjadikan pengalaman moral individu dan masyarakat tertentu dengan cara tertentu untuk menentukan aturan-aturan yang mengatur perilaku manusia.

Lembaga eksekutif sebagai institusi administrasi negara merupakan lembaga pelaksana salah satu fungsi administrasi negara. Dengan demikian pelaksanaan etika dalam pemerintahan sangat ditentuhan oleh adanya niat baik pemerintah untuk melaksanakan amanat undang-undang dan

26

Reaksi masyarakatProsentase (%)

Desa Kota TotalMenganggap ”pungli” sebagai hal yang wajar tetapi tidak mau bayar 4,5 4,9 4,7Marah dan menolak utk membayar 12,1 15,7 13,9Merasa lega karena dengan demikian pekerjaan akan cepat selesai 15,7 15,3 15,5Merasa keberatan tetapi tetap membayar 21 18,7 19,9Menganggap “pungli” sebagai hal yang wajar sehingga membayarnya

46,8 46,5 46,1

Sumber: Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Public, Gajah Mada University Press, 2006

Page 27: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

menciptakan kondisi good governance, yang diwujudkan melalui berbagai tindakan hukum di bidang administrasi negara.

3.3.3 Standar Etika Pemerintahan

Untuk memberikan bobot moral pada pelaksanaan hukum perlu dibarengi dengan strategi pengembangan etika pemerintahan dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan antara lain melalui:

a. Penyusunan standar etika pemerintahan yang jelas dimana para aparat pemerintahan perlu mengetahui standar dan prinsip dasar yang harus mereka terapkan dalam pelaksanaan tugas mereka.

b. Pencantuman standar etika dalam peraturan perundang- undangan.

c. Pensosialisasian etika pemerintahan secara teratur oleh tenaga-tenaga profesional untuk membantu aparat pemerintah menerapkannya dalam situasi konkrit.

d. Perlindungan kepada aparat pemerintah atas hak dan hewajibannya Adanya komitmen politik akan memperkuat pelaksanaan etika di kalangan aparat pemerintah.

e. Pengambilan keputusan berdasar prinsip transparansi yang sejalan dengan hak publik untuk mengetahui bagaimana lembaga-lembaga publik melaksanakan kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka. Selain itu harus difasilitasi proses-proses demokratis untuk terlaksananya sosial kontrol dan pengawasan legislatif.

f. Penyediaan pedoman yang jelas untuk interaksi antara sektor publik dengan sektor swasta.

g. Pelaksanaan keteladanan dari para pernimpin dalam melaksanakan etika pemerintahan.

h. Pelaksanaan komitmen dari instansi pemerintah untuk menegakkan etika dan sanksi, baik dalam kebijakan,prosedur dan tindakan.

i. Pelaksanaan mekanisme akuntabilitas yang memadai yang difokuskan kepada kepatuhan pada peraturan dan prinsip-prinsip etika serta pada pencapaian hasil.

3.3.2 Nilai-nilai etika dan pedoman perilaku

Untuk mewujudkan dan menjaga kredibilitas negara dan lembaga negara, pelaksanaan Good Public Governance harus dilandasi oleh nilai-nilai sebagai pegangan moral bagi penyelenggara negara, pegawai dan prajurit. Untuk itu, diperlukan etika dan pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi penyelenggara Negara dan pegawai dalam menerapkan nilai-nilai yang

27

Page 28: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

disepakati. Etika penyelenggara negara harus diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan agar dapat menjadi bagian dari budaya penyelenggaraan Negara (KNKG,2008).

a. Nilai-nilai menggambarkan sikap moral penyelenggara negara, pegawai dan prajurit dalam menjalankan amanah serta tanggung jawabnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Etika merupakan acuan bagi penyelengara negara dalam melaksanakan tugasnya termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan dan masyarakat.

c. Nilai-nilai dan etika dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku sehingga menjadi panduan bagi penyelenggara negara, pegawai dan prajurit dalam melaksanakan tugasnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Nilai-nilaiNilai-nilai bermakna sebagai perilaku yang dijunjung tinggi dan merupakan kekuatan organisasi mencapai tujuannya. Nilai-nilai yang menjadi pegangan moral penyelenggara negara, pegawai dan prajurit adalah integritas, professional, mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara serta berwawasan kedepan.1.1. IntegritasBerpikir, berkata dan berperilaku yang didasari oleh kejujuran, keadilan dan disiplin.1.2. Professional.

Berkomitmen untuk menyelesaikan tugasnya secara tuntas dan akurat atas dasar kompetensi yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

1.3. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara.

Bekerja atas dasar semangat untuk melayani kepentingan masyarakat dan Negara diatas kepentingan pribadi, kelompok atau golongan.1.4. Berwawasan kedepan.Berpikir kedepan untuk selalu menyempurnakan prestasi yang sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara.

2. Etika Penyelenggaraan NegaraEtika harus diterapkan oleh setiap penyelenggara negara, baik yang menjalankan fungsi legislatif, eksekutif, yudikatif maupun lembaga non struktural. Etika juga harus diterapkan oleh pegawai dan prajurit. Etika penyelenggara negara mencakup perilaku individu, perlindungan terhadap harta milik negara, penyelenggaraan negara serta kepentingan pribadi. Untuk itu, setiap lembaga negara harus menyusun pedoman etika penyelenggaraan negara bagi jajarannya.2.1. Perilaku individu

28

Page 29: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Dalam hal perilaku individu, penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus:

a. Menjunjung tinggi hukum, moral, memiliki harga diri dan disiplin yang kuat

b. Menjaga integritas pribadi dan memiliki komitmen untuk menjaga citra dan reputasi negara

c. Menyandarkan segala sesuatu dan perilaku kepada hati nuranid. Mencegah praktik diskriminasi dan menghindari pelecehan terhadap

harga diri dan kondisi fisik.e. Menghindarkan diri dari segala bentuk benturan kepentingan

2.2. Perlindugan terhadap harta milik negaraDalam rangka melindungi harta milik negara, penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus:

a. Selalu memelihara dan melindungi harta milik negara dan tidak menggunakannya untuk kepentingan pribadi, kepentingan politik dan kepentingan lain yang bertentangan dengan kepentingan negara.

b. Selalu menjaga hak intelektual milik negara dan mendedikasikan kompetensi yang dimilikinya untuk kepentingan negara.

c. Melindungi informasi yang bersifat rahasia dan mencegahnya dari kehilangan, penyalahgunaan, kebocoran dan pencurian.

d. Membuat catatan yang akurat dan lengkap tentang harta negara dan harta intelektual negara yang ada dalam pengawasannya.

2.3. Penyelenggaraan negaraUntuk dapat melakukan penyelenggaraan negara secara tertib, penyelenggara Negara harus:

a. Menghindari terjadinya misrepresentasi dalam berhubungan dengan pihak lain. Untuk itu : penyelenggara negara dapat mewakili negara atau lembaga negara

sesuai dengan kapasitas dan wewenangnya. penyelenggara negara yang mewakili negara atau lembaga negara

harus dapat menunjukkan kewenangan hukum dan laporan yang benar.

b. Dalam melaksanakan tugasnya, penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus: mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara menerapkan prinsip profesionalisme, adil dan selalu beritikad baik. mencegah terjadinya KKN dan citra negatif menghindari tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan

kesalahpahaman pihak lain

c. Penyelenggaraan negara harus mempunyai pandangan jauh kedepan dan mandiri.

29

Page 30: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

2.4. Kepentingan pribadiPenyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus mengutamakan negara diatas kepentingan pribadi. Untuk itu, penyelenggara negara, pegawai dan prajurit hendaknya:

a. Tidak menggunakan waktu, fasilitas, sumber daya dan peralatan negara untuk kepentingan pribadi.

b. Tidak menggunakan akses, pengetahuan dan jabatannya untuk hal-hal yang merugikan negara.

c. Bebas dari pengaruh yang memungkinkan terjadinya benturan kepentingan.

d. Tidak menjadi rekanan dari lembaga negara, baik langsung maupun tidak langsung.

2.5. Pedoman etika penyelenggaraan negaraSetiap lembaga negara harus menyusun pedoman perilaku bagi penyelenggara negara, pegawai dan prajurit lembaga negara yang bersangkutan. Pedoman memuat antara lain:

a. Latar belakang, maksud dan tujuan serta landasan hukumb. Rumusan pedoman etika penyelenggaraan negara.c. Ketentuan pelaksanaan yang memuat hal-hal yang harus dilakukan oleh

penyelenggara negara, pegawai dan prajurit serta sanksi pelanggaran.

3. Pedoman Perilaku

Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, pelaksanaan kewenangan serta hak dan kewajiban dalam pengungkapan tindakan penyimpangan(whistleblower).3.1. Benturan kepentingan

a. Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat perbedaan kepentingan antara kewajiban pemenuhan tugas untuk kepentingan negara dan rakyat dengan kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afialiasi lainnya.

b. Penyelenggara negara tidak diperkenankan memegang jabatan lain yang dapat menimbulkan potensi terjadinya benturan kepentingan.

c. Pada saat seseorang mulai menjabat, dan selama masa jabatan sebagai penyelenggara negara dalam hal ada perubahan kepentingan, harus membuat pernyataan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada kepentingan dalam kegiatan diluar tugasnya sebagai penyelenggara negara, kepemilikan saham pada perusahaan dan kepemilikan aset serta kepentingan keuangan lainnya dari penyelengara negara yang bersangkutan serta istri/suami beserta anaknya.

d. Dalam hal penyelenggara negara memiliki benturan kepentingan, maka penyelenggara negara tidak diperkenankan untuk turut serta,

30

Page 31: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

secara langsung atau tidak langsung, dalam pembahasan dan pengambilan keputusan mengenai masalah yang terkait.

e. Penyelenggara negara tidak diperkenankan untuk menyalahgunakan informasi maupun sumberdaya milik negara untuk kepentingan diluar kepentingannya sebagai penyelenggara negara, dan menerima sesuatu dari pihak manapun yang dapat berpengaruh kepada kinerjanya sebagai penyelenggara negara maupun lembaga negara dimana penyelenggara negara menjabat.

f. Penyelenggara negara tidak diperkenankan untuk mengeluarkan kebijakan yang bertujuan menguntungkan kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

g. Penyelenggara negara tidak diperkenankan menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

h. Setiap penyelenggara negara diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan dan telah melaksanakan pedoman perilaku yang ditetapkan oleh lembaga negara yang bersangkutan.

3.2. Pemberian dan penerimaan hadiaha. Setiap penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak

diperkenankan meminta atau menerima sesuatu, baik langsung maupun tidak langsung, baik dalam bentuk hadiah atau jasa berupa uang, natura, maupun bentuk lainnya yang dapat menimbulkan benturan kepentingan. Dalam pengertian menerima termasuk memperoleh sesuatu sebagai ungkapan penghargaan atau ucapan terima kasih atas jasanya dalam melakukan tugas administrasi penyelenggaraan negara.

b. Setiap penyelenggara negara tidak diperkenankan memberi sesuatu, baik langsung ataupun tidak langsung, baik dalam bentuk hadiah atau jasa berupa uang, natura, maupun bentuk lainnya yang dapat menimbulkan benturan kepentingan. Dalam pengertian memberi termasuk memberikan sesuatu sebagai ungkapan penghargaan atau ucapan terima kasih atas jasanya dalam menunjang tugas administrasi penyelenggaraan negara.

c. Dalam situasi dimana penyelenggara negara telah menerima kemudahan ataupun menerima sesuatu oleh karena jabatannya sebagai penyelenggara negara, harus melaporkannya kepada pihak yang berwenang untuk menangani masalah tersebut di masing-masing institusi, ataupun kepada lembaga yang telah dibentuk dan ditunjuk oleh negara.

d. Donasi oleh penyelenggara negara kepada partai politik, hanya boleh dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

31

Page 32: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

e. Setiap penyelenggara negara diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak memberikan sesuatu dan atau menerima sesuatu sebagaimana diatur pada huruf a dan b.

f. Setiap pemberian suatu aset kepada lembaga negara harus diumumkan dan dicatat sebagai aset negara.

3. 3. Kepatuhan terhadap peraturan

a. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus memahami dengan baik peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan fungsi dan tugasnya.

b. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan fungsi dan tugasnya secara efektif dan konsisten.

c. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak diperkenankan menyalahgunakan peraturan perundang-undangan untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

3.4. Kerahasiaan informasi

a. Penyelenggara negara, pegawai dan prajurit harus menjaga kerahasiaan informasi lembaga negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan internal lembaga yang bersangkutan.

b. Setiap penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak diperkenankan menyalahgunakan informasi yang berkaitan dengan lembaga negara untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

c. Setiap mantan penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak diperkenankan menggunakan informasi yang diperolehnya selama menjabat sebagai penyelenggara negara sampai informasi dimaksud diklasifikasikan sebagai informasi yang tidak rahasia.

d. Setiap mantan penyelenggara negara, pegawai dan prajurit tidak diperkenankan menyalahgunakan informasi rahasia yang diperolehnya selama bertugas sebagai penyelenggara negara, pegawai dan prajurit untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

3.5. Pelaksanaan kewenangan

a. Setiap penyelenggara negara harus melaksanakan tugas dan kewenangannya dengan berpedoman pada asas-asas GPG.

b. Setiap penyelenggara negara melaksanakan tugas dan kewenangannya sesuai dengan uraian tugas yang berlaku baginya.

32

Page 33: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

c. Setiap penyelenggara negara tidak diperkenankan menyalahgunakan tugas dan kewenangannya untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

3.6. Pengungkapan dan pelaporan tindakan penyimpangan (whistleblower)

a. Penyelenggara negara harus memahami hak dan kewajibannya dalam mengungkapkan tindakan penyimpangan atau pelanggaran terhadap etika penyelenggaraan negara, yang telah terjadi ataupun yang diduga terjadi dalam penyelenggaraan negara.

b. Lembaga negara harus menyusun suatu peraturan yang jelas dan didukung dengan prosedur yang memadai serta memungkinkan dilakukannya pelaporan terhadap tindakan penyimpangan dan mekanisme penanganan serta pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam melakukan penanganan tersebut.

c. Pelapor tindakan penyimpangan dapat berasal dari penyelenggara negara, pegawai dan prajurit maupun dari masyarakat. Baik penyelenggara negara, pegawai dan prajurit maupun masyarakat perlu memahami perlindungan apa yang tersedia dan diberikan kepada mereka dalam pengungkapan tindakan penyimpangan. Untuk itu, perlu disusun sebuah peraturan yang menjamin perlindungan terhadap individu yang melaporkan terjadinya tindakan penyimpangan.

3.4 Best Practices Good Publik Governance untuk Pemerintah Daerah

Governance di pelayanan publik selalu diamati karena kebijakan governance di sektor publik memengaruhi seluruh sektor pelayanan kepada publik. Pemerintah Daerah memiliki peran yang besar untuk menghantarkan layanan publik berkualitas tinggi, atau untuk berkomunikasi kepada publik dan dunia usaha. Peranan Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak dalam melayani masyarakat semakin diperjelas dalam Undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang no.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Kedua Undang- Undang ini memberikan wewenang yang luas kepada Pemerintah Daerah untuk memanfaatkan potensi daerah dan menggali sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dalam pemberian layanan publik. Wewenang atau otoritas yang diberikan kedua Undang-Undang itu merupakan pelimpahan Governance Pemerintah kepada Pemerintah Daerah, sehingga apabila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of powers).

33

Page 34: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Good Governance memungkinkan Pemerintah Daerah mencapai visinya secara efektif dan juga menyokong visi itu dengan mekanisme kendali dan manajemen risiko (Cipfa, 2008). Pemerintah Daerah yang efektif akan mengandalkan kepercayaan publik kepada Bupati/walikota dan kepala SKPD yang ditunjuk. Fungsi Good Governance meyakinkan bahwa Pemerintah daerah memenuhi tujuan mereka dan mencapai outcome yang diinginkan mereka untuk warga Negara dan pengguna jasa dan beroperasi dalam cara-cara yang ekonomi, efisien dan efektif. Good Governance akan membawa pada Good Management, Good Performance, Good Stewardship of Publik Money, Good Public Engagement, dan Good Outcomes for Citizens and services users.

Beberapa panduan pelaksanaan good governance di Pemerintah Daerah adalah (KNKG, 2008):

Asas Demokrasi

a. Peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan publik yang diterbitkan dalam rangka pelaksanaan fungsi dan tugasnya, harus dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan.

b. Penyusunan program kerja harus memperhatikan kepentingan umum dan dilakukan dengan melibatkan masyarakat.

c. Penyelenggara negara eksekutif harus secara aktif mendorong masyarakat untuk menyampaikan pendapat atau penilaian yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan program kerja.

Asas Transparansi

a. Rancangan peraturan perundang-undangan dan program kerja harus diumumkan secara terbuka dan luas kepada masyarakat dan disediakan dengan cara yang mudah diakses oleh masyarakat.

b. Proses pembahasan peraturan perundang-undangan dan kebijaksaan publik harus terbuka untuk umum sehingga memungkinkan pemangku kepentingan berpartisipasi secara bertanggungjawab.

c. Peraturan perundang-undangan dan program kerja harus disosialisasikan secara luas kepada masyarakat.

d. Pelayanan publik harus dilaksanakan berdasarkan standar prosedur operasi yang diumumkan secara terbuka.

Asas Akuntabilitas

a. Setiap penyelenggara negara eksekutif harus memiliki rincian tugas dan kinerja yang jelas dan dapat diukur.

b. Setiap penyelenggara negara eksekutif harus mempunyai pola pikir, pola sikap dan pola tindak untuk melaksanakan tugasnya dengan baik

34

Page 35: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

dan mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Setiap penyelenggara negara eksekutif harus membuat pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya dan lembaga negara yang dipimpinnya, setahun sekali.

d. Setiap penyelenggara negara eksekutif tidak diperkenankan menerima pemberian dalam bentuk apapun yang dapat menimbulkan benturan kepentingan. Pelaksanaan tugas dan laporan pertanggung jawaban penyelenggara negara eksekutif harus dinilai oleh lembaga yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Setiap penyelenggara negara eksekutif diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak menerima sesuatu dari atau memberikan sesuatu kepada pihak manapun.

Asas Budaya Hukum

a. Peraturan perundang-undangan harus dilaksanakan atas dasar prinsip penegakan hukum secara benar, adil dan taat asas.

b. Setiap penyelenggara negara eksekutif harus memastikan bahwa seluruh aparat yang dipimpinnya melaksanakan peraturan perundangundangan secara benar, adil dan taat asas.

c. Setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan harus dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku secara konsisten dan konsekuen.

d. Dalam melaksanakan tugas, penyelenggara negara eksekutif harus bersikap profesional, jujur dan taat asas serta menghindarkan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.

Asas Kesetaraan dan Kewajaran

a. Peraturan perundang-undangan dan pelayanan publik harus dilaksanakan bagi semua pihak, tanpa ada perbedaan dan keberpihakan serta dihindari adanya benturan kepentingan.

b. Pelayanan publik harus dilaksanakan secara berkualitas dan amanah.c. Dalam melaksanakan tugasnya pejabat negara eksekutif harus

mengutamakan kepentingan umum.

Beberapa Pemerintah Daerah sudah menerapkan prinsip-prinsi good governance dalam pelayanan public dan pengelolaan sumberdaya-sumberdaya public. Beberapa contoh best practices Good Governance di Pemerintah Daerah adalah:

1. Asas Demokrasi/partisipasi:

35

Page 36: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

a. Mempublikasikan rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (selanjutnya disingkat SKPD) untuk menerima masukan dari pemangkukepentingan;

b. melakukan penjaringan, artikulasi, dan agregasi aspirasi masyarakat dalam penyusunan rencana kerja SKPD;

c. memfasilitasi pembentukan kelembagaan masyarakat yang berminat dan aktif memberikan masukan terhadap pelayanan publik;

d. menerima, menindaklanjuti dan mempublikasikan setiap informasi dari masyarakat terkait keluhan/masukan dan saran sehingga dapat diakses masyarakat secara luas;

e. membuat kotak saran dan menempatkannya pada tempat yang mudah diakses untuk menampung aspirasi pemangkukepentingan tentang pelayanan publik;

f. membuat nomor telepon bebas pulsa dan email untuk menerima keluhan/masukan dan saran atas pelayanan publik;

g. membuat kolom konsultasi di media massa untuk mendorong peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian suatu kebijakan;

h. membuat formulir feed back yang dapat diisi oleh masyarakat atau perusahaan yang menerima pelayanan publik untuk mendapatkan keluhan/masukan dan saran terhadap pelayanan publik yang diselenggarakan;

i. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan anggaran berdasarkan prinsip dan asas anggaran; dan

j. apabila dianggap perlu, SKPD bisa memberikan penghargaan kepada masyarakat/kelompok masyarakat yang melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara.

2. Asas Transparansi

a. menyediakan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat dan dunia usaha untuk berbagai informasi dan kebijakan pembangunan kota;

b. mengumumkan prosedur pelayanan publik di lokasi pelayanan umum, media massa, website pemerintah daerah atau SKPD atau media-media lainnya;

c. mengumumkan kinerja SKPD kepada masyarakat dengan cara-cara yang mudah diakses;

36

Page 37: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

d. menyediakan informasi proses penyusunan kebijakan publik agar pemangkukepentingan dapat berpartisipasi dan memberi tanggapan; dan

e. menyediakan informasi mengenai penyusunan rencana strategis, program kerja dan anggaran serta pelaksanaannya.

3. Asas Transparansi

a. SKPD menyelenggarakan standar pelayanan minimum.

b. SKPD menyelenggarakan Sistem Pengendalian Internal (SPI) meliputi lingkungan pengendalian, pemantauan risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

c. SKPD menyelenggarakan analisis jabatan selaras dengan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan kota yang telah ditetapkan.

d. SKPD maupun penyelenggara pemerintah daerah wajib memiliki target kinerja, melakukan pemantauan dan pengukuran serta mengevaluasi dan melaporkan pencapaian target kinerja yang ditetapkan.

e. Dalam rangka mempertanggungjawabkan kinerjanya, penyelenggara pemerintah daerah melaksanakan tugas dan fungsinya secara jujur, adil, tidak diskriminatif, mengutamakan kepentingan umum serta memenuhi asas pertanggungjawaban.

f. Pertanggungjawaban kinerja disusun dan disampaikan secara periodik kepada Walikota serta diinformasikan kepada masyarakat.

g. SKPD menindaklanjuti keluhan/masukan, saran atau pengaduan yang disampaikan oleh pemangkukepentingan yang disertai identitas, mengenai penyelenggaraan pelayanan publik.

h. SKPD menyusun dan menetapkan tata cara pengelolaan keluhan/masukan, saran dan pengaduan berdasarkan asas pertanggungjawaban yang cepat, tuntas dan transparan.

i. Penyelenggara pemerintah daerah memberikan ruang bagi terselenggara dan efektifnya kontrol sosial.

4. Asas Budaya Hukum

a. Pemerintah daerah menindaklanjuti setiap indikasi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh penyelenggara pemerintah daerah.

b. Pejabat struktural dan fungsional dalam batas hirarki tertentu yang ditetapkan perlu membuat komitmen untuk:

37

Page 38: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik sesuai dengan uraian jabatan yang ditetapkan;

Tidak akan menerima hadiah atau pemberian apapun yang terindikasi KKN dan menyebabkan perbenturan kepentingan; dan

Menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila terbukti melanggar disiplin.

c. SKPD dalam ruang pelayanan publik membuat pernyataan yang berbunyi :

“Kami tidak menerima hadiah atau pemberian apapun yang terindikasi KKN dan bisa menimbulkan perbenturan kepentingan”.

d. SKPD membuat dan menempel media informasi atas sanksi administrasi, perdata maupun pidana untuk setiap penyalahgunaan kewenangan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diselenggarakan.

5. Asas Kesetaraan dan Kewajaran

a. Manajemen sumberdaya kepegawaian diterapkan atas dasar kewajaran dan kesetaraan, tanpa membedakan agama, gender, suku, kelompok dan golongan yang bersangkutan.

b. Pertimbangan sistem karir didasarkan kepada kriteria integritas dan kompetensi penyelenggara pemerintah daerah yang dapat dinilai secara wajar.

c. Dalam penyelenggaraan pelayanan umum, apabila dipandang perlu, SKPD penyelenggara membuat nomor antrian urutan pelayanan kepada pengguna jasa pelayanan untuk menciptakan budaya tertib, nyaman dan kesetaraan pelayanan.

d. Apabila dipandang perlu, penyediaan prasarana dan sarana pelayanan umum dapat mempertimbangkan penyediaan fasilitas untuk usia lanjut, penyandang cacat dan gender.

e. Penyusunan rancangan formulasi tarif retribusi daerah memperhatikan kemampuan masyarakat dan dunia usaha untuk memastikan tidak memunculkan ekonomi biaya tinggi.

f. SKPD menyusun, menetapkan dan melaksanakan Prosedur Pengoperasian Standar (standard operating procedure atau SOP) untuk mewujudkan kesetaraan dan kewajaran pelayanan umum

38

Page 39: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

39

Page 40: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

BAB IV

METODOLOGI

4.1 . Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan memeroleh deskripsi data yang mampu menggambarkan komposisi dan karakteristik dari unit yang diteliti (Kuncoro, 2003).

4.2. Metode Pengumpulan Data4.2.1 Data Penelitian

Metode pengumpulan data dilakukan dengan survey. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer. Jenis data yang dibutuhkan adalah data kualitatif mengenai pelaksanaan good governance di Pemerintah Kota Medan dan persepsi aparatur terhadap nilai-nilai, etika dan pedoman perilaku yang mendukung pelaksanaan good governance di Pemerintah Kota Medan.

4.2.2 Instrumen penelitian

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner.

4.2.3 Populasi penelitian

Populasi yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh SKPD yang ada di Pemerintah Kota Medan. Jumlah SKPD di Pemerintah Kota Medan sampai tahun 2008 sebanyak 57 SKPD. Untuk setiap SKPD ditetapkan 1 subyek penelitian sehingga disebarkan 57 eksemplar kuisioner untuk setiap SKPD.

4.3. Operasionalisasi Konsep/Variabela. Good Governance, yaitu suatu sistem dan prosedur untuk menjamin

interaksi antara pemerintah daerah, masyarakat sipil dan dunia usaha dapat berjalan dengan baik.

40

Page 41: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

b. Asas-asas good governance adalah prinsip-prinsip dasar yang berguna sebagai landasan atau pijakan bagi institusi dalam memilih aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan dalam penerapan good governance.

c. Etika adalah nilai-nilai sebagai pegangan moral bagi penyelenggara daerah.

4.4. Metode AnalisisAnalisis data menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan cara:

1. Hasil kuisioner ditabulasi untuk setiap jawaban responden.2. Hasil tabulasi kuisioner disajikan dalam bentuk persentase dan disajikan

dalam bentuk diagram.3. Menarik kesimpulan tentang penerapan good governance di Pemerintah Kota

Medan dan persepsi aparatur kota Medan tentang penerapan nilai etika dan pedoman perilaku.

41

Page 42: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

BAB V

GAMBARAN UMUM

GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH KOTA MEDAN

5.1. Sekilas Sejarah Kota MedanSekitar lima abad yang lalu atau tepatnya pada 1590, suatu masa yang dirujuk sebagai awal usianya, kota Medan masih berupa sebuah kampung kecil yang bernama Medan Puteri (Si Sepuluh Dua Kuta). Kampung kecil ini, yang dibuka oleh seorang bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi, terletak di pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli, yaitu dua sungai besar yang membelah kota ini. Pada perkembangan selanjutnya, keberadaan Medan dikaitkan dengan kedatangan Panglima Aceh, Gocah Pahlawan yang mendirikan beberapa negeri di tahun 1612 dan berhasil meluaskan wilayahnya hingga di Kecamatan Medan Deli saat ini. Medan akhirnya menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Panglima Perungit yang pada waktu itu memindahkan kedudukan kerajaan ayahnya Gocah Pahlawan dari Delitua menuju Kampung Medan Deli. Kemudian di Masa Sultan Deli yang ke tiga, Tuanku Panglima Paderap, pusat kerajaan Deli berada di Kampung Pulo Brayan yang berjarak sekitar 5 km di sebelah hilir kampung Medan Deli. Selanjutnya setelah masa Tuanku Panglima Pasutan (Sultan ke empat), Labuhan dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan Deli hingga masa pemerintahan Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alam (1857). Pada masa periode 1862 – 1863, di Kampung Medan yang kecil mulai didirikan kantor-kantor perusahaan perkebunan, seperti Deli Maatschappij, seiring dengan dibukanya kebun tembakau di Deli tahun 1863. Medan mulai berkembang menjadi pusat perekonomian (Koestoro dkk 2006).

Medan telah ditetapkan menjadi sebuah kotapraja pada tahun 1886 oleh Pemerintah Hindia Belanda dan didirikan berbagai perkantoran. Pada tanggal 3 Maret 1887, Medan dijadikan ibukota Keresidenan Sumatera Timur. Pada tahun 1891, kesultanan Deli berpindah ke Istana Maimoon dan pada tanggal 4 April 1909, Medan diberi status Pemerintahan Otonom. Pada tahun 1915, Keresidenan Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen, dan Gouverneur pertama adalah HJ Crijzen. Pada tahun 1937, Medan telah menjadi pusat kegiatan administrasi pemerintahan dan ekonomi (Pelly 1994 dalam Koestoro dkk 2006). Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang (www.pemkomedan.go.id).

42

Page 43: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

5.2. Medan Masa KiniLuas Wilayah Administrasi Kota Medan mengalami perkembangan seiring dengan dinamika pembangunan kota. Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat No.21 tanggal 29 September 1951, menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui surat persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefenitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Kota Medan, dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan.

5.2.1. Visi-Misi Kota Medan

Kota Medan diperkirakan berusia 418 tahun pada tanggal 1 Juli 2008. Usia ini ditetapkan berdasar perumusan Pansus Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh M.A.Harahap bulan Maret 1975 bahwa tanggal 1 Juli 1590 merupakan hari jadi Kota Medan dengan berlandaskan pada didirikannya Si Sepuluh Dua Kuta di Areal Medan oleh Guru Patimpus bermarga Sembiring Pelawi. Medan masa kini merupakan salah satu dari 3 (tiga) kota terbesar di Indosesia selain Jakarta dan Surabaya. Kota Medan kini memiliki 4 (empat) fungsi; (1) Sebagai pusat Pemerintahan daerah, baik pemerintah Propinsi Sumatera Utara, maupun Kota Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat Negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan Perusahaan, Bisnis, Keuangan di Sumatera Utara. (2) Sebagai Pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera Utara seperti: Rumah Sakit, Perguruan Tinggi, Stasiun TVRI, RRI, dll, termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan swasta, khususnya pusat-pusat perdagangan. (3) Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan, dan jasa secara regional maupun internasional. (4) Sebagai pintu gerbang regional/internasional/ kepariwisataan untuk kawasan Indonesia bagian barat (www.pemkomedan.go.id).

Visi Pemerintah Kota Medan saat ini adalah Medan Kota Metropolitan yang Modern, Madani dan Religius. Kota Modern yang akan diwujudkan adalah kota

43

Page 44: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

jasa, perdagangan, keuangan dan pendidikan yang siap bersaing secara regional dan global dengan sistem lalu lintas keuangan yang efisien serta kompetitif dengan dukungan infrastruktur sosial ekonomi yang lengkap. Pondasi perekonomian yang kuat, stabilitas keamanan, sosial – politik yang kondusif dan tata pemerintahan yang profesional serta pembangunan yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, kualitas sumber daya manusia (SDM), ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta iman dan taqwa (IMTAQ).

Kota Madani yang akan diwujudkan adalah kota yang beradab dan agamis sebagaimana tercermin dalam cara berfikir, sikap dan perilaku yang berbudaya, mandiri, menghargai ilmu pengetahuan, kemajemukan, adil, terbuka, serta demokratis. Kota Religius yang akan diwujudkan adalah kota dengan masyarakat yang dinamis, menjunjung tinggi nilai dan ajaran agama sehingga menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral. Disamping itu, makna pokok dari visi religius adalah terwujudnya sikap toleransi dan kerukunan hidup antar umat beragama dan antar etnik serta antara umat beragama dengan pemerintah yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. (www.pemkomedan.go.id).

Dalam mewujudkan visinya, Pemerintah Kota Medan menjalankan 4 misi, yaitu (1) Mewujudkan percepatan pembangunan daerah lingkar luar, dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil, menegah dan koperasi (UKMK), untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota. (2) Mewujudkan tata pemerintahan yang baik melalui birokrasi yang lebih efisien, efektif, kreatif, inovatif dan responsif. (3) Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan sosial ekonomi, membangun dan mengembangkan pendidikan, kesehatan, serta budaya daerah. (4) Meningkatkan suasana religius yang harmonis dalamkehidupan berbangsa serta bermasyarakat.

5.2.2 Strategi dan Agenda Pembangunan Kota Medan Tahun 2006 – 2010

Dalam LPPD (Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan) Tahun 2006 disebutkan bahwa fungsi terdepan Pemerintah Kota adalah pelayanan. Penyelenggaraan pemerintahan kota, kebijakan-kebijakan yang ditempuh harus secara bertahap dan berkesinambungan mampu mendorong alokasi dan distribusi prasarana dan sarana pelayanan umum lebih berkualitas, lebih merata sehingga dapat diakses masyarakat secara mudah. Pemerintah Kota Medan telah merumuskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2006 – 2010, sebagai broad guide line’ penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan lima tahunan. RPJMD juga berisi strategi dan agenda bagi perumusan kebijakan, priorotas program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan kota lima tahunan, juga mencakup sasaran-sasaran pembangunan kota sebagai target capaian kinerja.

44

Page 45: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan kota ditempuh 5 (lima) strategi pokok pembangunan kota tahun 2006 – 2010 jangka menengah, yaitu: (1) Strategi mengembangkan wilayah lingkar luar (border area), (2) Strategi mendorong peningkatan peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan kota, (3) Strategi meningkatkan produktivitas aset daerah, (4) Strategi meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan kota, (5) Strategi mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) daerah berkualitas.

Berdasarkan visi, misi dan strategi tersebut, disusun 4 (empat) agenda pembangunan Kota Medan Tahun 2006 – 2010, yaitu ; (1) Mewujudkan kemajuan dan kemakmuran masyarakat yang berkeadilan, (2) Menciptakan tata pemerintahan yang baik dan efektiff, (3) Meningkatkan prasarana dan sarana sosial ekonomi yang ramah lingkungan, (4) Menciptakan kehidupan masyarakat yang religius dan harmonis.

5.2.3 Arah Kebijakan Pembangunan Kota Tahun 2006 – 2010

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan kota 5 (lima) tahun 2006 – 2010, ditetapkan Arah dan Kebijakan Umum Pembangunan Kota 5 (lima) tahunan. Arah dan Kebijakan Umum Pembangunan Kota ini disesuaikan dengan visi dan misi yang tertera dalam RPJM Kota Medan tahun 2006 – 2010, yaitu:

Misi I : Mewujudkan percepatan pembangunan daerah lingkar luar, dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil, menegah dan koperasi (UKMK), untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota.

Sesuai dengan misi ini, arah kebijakan ditetapkan pada beberapa agenda:

1. Percepatan pembangunan wilayah lingkar luar.

2. Pengembangan daya saing koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah.

3. Peningkatan penanaman modal daerah.

4. Peningkatan kerjasama regional dan lintas batas.

5. Pemberdayaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

6. Perwujudan Kota Jasa Perdagangan dan Industri.

7. Pengembangan pertanian perkotaan dan perikanan serta kelautan.

8. Pemantapan iklim tenaga kerja.

9. Peningkatan kualitas, perlindungan dan penanggulangan masalah sosial serta pemberdayaan perempuan.

10. Peningkatan derajat pendidikan masyarakat.

45

Page 46: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

11. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

12. Pengurangan kemiskinan perkotaan.

13. Pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan.

Misi II : Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dengan birokrasi yang lebih efisien, efektif, kreatif, inovatif, dan responsif.

Sesuai dengan misi ini, arah kebijakan ditetapkan pada beberapa agenda:

1. Peningkatan kualitas perencanaan dan pengendalian pembangunan kota.

2. Peningkatan kualitas tata ruang kota, dan pelayanan pertanahan.

3. Penciptaan birokrasi yang keratif, inovatif, responsif, dan profesional.

4. Peningkatan pelayanan kependudukan, keluarga berencana, pemuda dan olah raga.

Misi III : Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan sosial ekonomi, membangun dan mengembangkan pendidikan, kesehatan, serta budaya daerah

Sesuai dengan misi ini, arah kebijakan ditetapkan pada beberapa agenda:

1. Pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana serta utilitas kota.

Agenda ini meliputi beberapa bidang, seperti: Bidang Perhubungan, Bidang Perumahan dan Pemukiman, Bidang Pencegahan dan Pemadam Kebakaran, Bidang Pertamanan dan Pemakaman, Bidang kebersihan, Bidang Pekerjaan Umum (Prasarana Jalan dan Jembatan), Bidang Pekerjaan Umum (Drainase), Bidang Kelistrikan, Bidang Telekomunikasi, Bidang Pelayanan Jaringan Gas, Bidang Prasarana Air Bersih, Bidang Prasarana Air Limbah.

2. Peningkatan pengendalian lingkungan hidup.

3. Peningkatan penerapan sistem informasi dan teknologi tepat guna.

4. Perwujudan kota sehat.

Misi IV : Meningkatkan suasana religius yang harmonis dalam kehidupan berbangsa serta bermasyarakat.

Sesuai dengan misi ini, arah kebijakan ditetapkan pada beberapa agenda:

1. Peningkatan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

46

Page 47: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

2. Mewujudkan kota yang aman, nyaman, tentram dan religius serta hubungan antar kelompok masyarakat yang harmonis dan dinamis.

5.2.4 Prioritas Pembangunan Kota 2006 – 2010 dan Permasalahannya

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa terdapat 4 (empat) agenda pembangunan kota dan 24 agenda prioritas pembangunan tahun 2006 – 2010, namun tidak seluruh prioritas tersebut menjadi prioritas tahunan dalam rencana pembangunan tahunan atau RKPD. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ketersediaan sumberdaya dan kondisi umum yang dihadapi. Dengan demikian, prioritas pembangunan kota tahun 2006 sebagaimana yang telah ditetapkan dalam RKPD Kota Medan tahun 2006 adalah prioritas yang terfokus pada upaya penyelesaian yang mendesak dan menuntut sesegera mungkin untuk dilaksanakan, disamping berdampak luas bagi kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat.

Beberapa permasalahan muncul dalam penyusunan dan penetapan prioritas daerah tahun 2006. Permasalahan paling mendasar adalah terbatasnya sumber-sumber pendapatan daerah (Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, maupun Pendapatan Lain-Lain Yang Syah).

Permasalahan lain adalah semakin besarnya kebutuhan pembiayaan pembangunan kota yang diperlukan dalam rangka pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana sosial ekonomi kota. Permasalahan penyususnan prioritas juga terkait dengan berkembangnya investasi dalam beberapa tahun terakhir di berbagai sektor ekonomi kota. Peningkatan investasi ini memunculkan tambahan kebutuhan ketersediaan berbagai infrastruktur penunjang. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana penunjang sosial ekonomi tersebut juga membutuhkan pembiayaan relatif besar, sehingga belum proporsional dengan sumber-sumber pendapatan daerah yang tersedia.

Permasalahan lain yang cukup menonjol adalah pada bidang pembangunan sosial. Kota Medan memiliki jumlah penduduk yang besar dengan mobilitas sosial yang luas sehingga sering memunculkan masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang kompleks. Sementara dari sisi anggaran, maslah-masalah pembangunan tersebut di atas telah menyebabkan semakin signifikannya kebutuhan alokasi belanja yang bersifat bantuan sosial dan keuangan.

Dengan pertimbangan permasalahan pembangunan kota serta proyeksi keadaan yang diharapkan dapat diwujudkan selama tahun 2006, maka prioritas daerah secara keseluruhan diarahkan kepada 6 (enam) agenda prioritas pembangunan kota antara lain: (1) Percepatan pembangunan wilayah lingkar luar, (2) Penanggulangan kemiskinan, (3) Pembangunan, pengembangan dan peningkatan kualitas infrastruktur kota khususnya di sektor ke PU-an, (4) Pembangunan pendidikan dan kesehatan, (5) Pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi, sebagai pelaku usaha terbesar dalam perekonomian kota, (6) Penataan kota sebagai daya tarik berinvestasi sekaligus upaya

47

Page 48: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

mempertahankan dan meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan lingkungan kota.

Melalui prioritas daerah yang ditetapkan, diperkirakan pembangunan kota selama tahun 2006 akan tetap mampu menstimulan perekonomian kota sehingga menciptakan kesempatan kerja baru yang lebih luas. Prioritas daerah yang selanjutnya dideskripsikan ke dalam anggaran belanja daerah juga dapat diklasifikasikan berdasarkan urusan pemerintahan daerah yang dikelola, yaitu Urusan Wajib dan Urusan Pilihan. Urusan Wajib meliputi 23 (dua puluh tiga) bidang, yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum, Perumahan, Penataan Ruang, Perencanaan Pembangunan, Perhubungan, Lingkungan Hidup, Kependudukan dan Catatan Sipil, Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, Sosial, Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Penanaman Modal, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga, Kesatuan Bangsa dan Politik dalam Negeri, Pemerintahan Umum, Kepegawaian, Pemberdayaan Masyarakat, Kearsipan, Komunikasi dan Informatika. Sementara Urusan Pilihan termasuk di dalamnya adalah; Pertanian, Kelautan dan Perikanan, serta Perindustrian dan Pedagangan(www.pemkomedan.go.id)

5.2.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan

Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia atau “ a process of enlarging people’s choices’’ (UNDP 1990 :1 dalam BPS SUMUT). Hal ini mengindikasikan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk atau pada manusianya. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya dan bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indikator pembangunan manusia yang diperkenalkan UNDP pada tahun 1990. Konsep IPM mencakup tiga komponen mendasar untuk dicermati sebagai suatu ukuran pembangunan manusia, yaitu: (1) peluang hidup (longevity); dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir , (2) pengetahuan (knowledge); diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas, dan (3) hidup layak (decent living); diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada purchasing power parity (paritas daya beli dalam rupiah).

IPM merupakan indikator penting untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Kemajuan program pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besaran IPM pada awal dan akhir periode program. IPM tidak hanya mengukur pembangunan dari aspek ekonomi semata tetapi juga non ekonomi. IPM dapat dijadikan sebagai alat evaluasi program dan memberikan arah dalam menentukan priorotas program. Hal ini juga merupakan pedoman dalam mengalokasikan anggaran sehingga sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan.

48

Page 49: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

IPM Kota Medan selama tahun 2004 – 2006 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu 74,7 pada tahun 2004 meningkat menjadi 75,4 pada tahun 2005 dan meningkat lagi menjadi 75,8 pada tahun 2006. Peningkatan IPM tersebut disebabkan relatif membaiknya tingkat daya beli dan pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikannya dari waktu ke waktu. Untuk level Sumatera Utara, angka IPM Kota Medan berada pada posisi ke-2 setelah Kota Pematang Siantar.

5.3. SKPD di Pemerintah Kota Medan5.3.1. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan

49

Page 50: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

5.3.2. Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Medan

Unit kerja di Pemerintahan Kota Medan secara garis besar terdiri dari Pejabat Negara, Sekretaris Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah (Badan dan Kantor), Perusahaan Daerah dan Kecamatan.

Sekretariat Daerah terdiri dari 11 (sebelas) bagian, yaitu; Bagian Umum, Bagian Keuangan, Bagian Humas, Bagian Tata Pemerintahan, Bagian Hukum, Bagian Agama dan Pendidikan, Bagian Kesejahteraan Rakyat, Bagian Pemberdayaan Perempuan, Bagian Bina Perekonomian, Bagian Penyusunan Program, Bagian Hubungan antar kota dan Daerah.

Dinas Daerah terdiri dari 20 dinas, yaitu; Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas Perhubungan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Kependudukan, Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran, Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan, Dinas Kebersihan, Dinas Pertamanan, Dinas Pendapatan, Dinas Perumahan dan Permukiman, Dinas Koperasi, Dinas Informasi Komunikasi dan Pengolahan Data Elektronik (PDE), Dinas Pemuda dan Olahraga, dan Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral.

Lembaga Teknis Daerah terdiri dari 8 (delapan) Badan dan 5 (lima) Kantor, yaitu; Badan Pengawas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat , Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Badan Keluarga Berencana, dan Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi. Sementara itu juga terdapat Kantor Arsip Daerah, Kantor Perpustakaan Umum, Kantor Polisi Pamong Praja, Kantor Penanaman Modal Daerah dan Kantor Sosial.

Perusahaan Daerah terdiri dari 3 unit, yaitu; Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan, Perusahaan Daerah Pembangunan, dan Perusahaan Daearah Pasar. Sementara itu, unit kerja lain di Pemerintahan Kota Medan, adalah Kecamatan. Kota Medan saat ini terdiri dari 21 (dua puluh) Kecamatan, yaitu; Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Tuntungan, dan Kecamatan Medan Helvetia

50

Sumber:www.pemkomedan.

Page 51: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Seluruh kecamatan di Kota Medan terdiri dari 151 kelurahan dengan distribusi sebagaimana tertera dalam tabel berikut:

Jumlah Kelurahan Berdasarkan Kecamatan di Pemerintah Kota Medan

No KecamatanJumlah

Kelurahan1. Kecamatan Medan Kota 122. Kecamatan Medan Area 123. Kecamatan Medan Johor 64. Kecamatan Medan Belawan 65. Kecamatan Medan Tembung 76. Kecamatan Medan Timur 117. Kecamatan Medan Perjuangan 98. Kecamatan Medan Barat 69. Kecamatan Medan Petisah 710. Kecamatan Medan Baru 611. Kecamatan Medan Maimun 612. Kecamatan Medan Polonia 513. Kecamatan Medan Deli 614. Kecamatan Medan Labuhan 615. Kecamatan Medan Marelan 516. Kecamatan Medan Denai 617. Kecamatan Medan Amplas 718. Kecamatan MedanTuntungan 919.. Kecamatan Medan Selayang 620. Kecamatan Medan Sunggal 621. Kecamatan Medan Helvetia 7

Jumlah 151

Sumber : BKD Pemko Medan, Januari 2008

5.3.3. Jabatan Struktural di Pemerintah Kota Medan

Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural di lingkungan Pemerintah Kota Medan. Jabatan struktural di Pemerintahan Kota Medan berjumlah 18.139 pegawai dengan rincian Golongan I terdiri dari 138 pegawai, Golongan II berjumlah 2.179 pegawai, Golongan III sebanyak 9.671 pegawai dan Golongan IV sejumlah 6.151 pegawai. Dari jumlah keseluruhan pegawai tersebut, Eselon II sebanyak 35 pegawai, Eselon III terdiri dari 202 pegawai dan Eselon IV berjumlah 783 pegawai. Secara Rinci tertera dalam Tabel.

Rekapitulasi Jumlah PNS Berdasarkan Golongan

di Lingkungan Pemerintah Kota Medan

No S K P DGolongan

Jumlah Pegawai

Eselon

I II III IV II III IV

51

Page 52: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

1 Pejabat Negara 0 0 0 1 1 0 0 02 Sekretariat Daerah 0 0 0 5 5 5 0 0

a. Bina Program 0 10 16 1 27 0 1 3b. Bagian Hubungan Antar Kota dan Daerah

0 3 5 1 9 0 1 2

c. Bagian Bina Perekonomian 0 2 14 0 16 0 1 3d. Bagian Pemberdayaan Perempuan

0 2 9 1 12 0 1 3

e. Bagian Humas 0 3 10 1 14 0 1 3f. Bagian Hukum 6 29 18 1 54 0 1 3g. Bagian Keuangan 0 22 56 1 79 0 1 6h. Bagian Umum 0 12 43 0 55 0 1 6i. Bagian Kesejahteraan 0 2 9 0 11 0 1 3j. Bagian agama 0 3 9 1 13 0 1 3k. Bagian Tata Pemerintahan 0 2 11 0 13 0 1 3

3. Sekretariat DPRD 0 4 22 4 30 1 3 64. Badan Pemberdayaan

Masyarakat0 10 30 6 46 1 4 15

5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

0 5 32 10 47 1 5 19

6. Badan Keluarga Berencana 0 8 193 8 209 1 5 157. Badan Kepegawaian Daerah 0 24 45 7 76 1 7 218. Badan Penelitian dan

Pengembangan0 3 19 18 40 1 5 12

9. Badan Pengawas 0 5 40 7 52 1 7 2210. Badan Pelayanan Kesehatan

RSU Dr.Pirngadi4 290 787 124 1.205 1 6 20

11. Badan Kesatuan Bangsa dan Perlingungan Masyarakat

1 14 44 10 69 1 6 23

12. Dinas Pemuda dan Olah Raga 0 1 15 6 22 1 5 1413. Dinas Koperasi 0 2 29 5 36 1 4 1214. Dinas Kesehatan 4 295 1.188 143 1.630 1 6 66

15. Dinas Tenaga Kerja 0 8 63 6 77 1 6 2216. Dinas Pertanian 0 7 57 10 74 1 6 2217. Dinas Pertamanan 3 19 65 7 94 1 6 2218. Dinas Perikanan dan Kelautan 0 1 34 5 40 1 6 2219. Dinas Perumahan dan

Pemukiman0 9 42 7 58 1 6 18

20. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

1 6 40 5 52 1 5 15

21. Dinas Kependudukan 0 7 58 7 72 1 6 1722. Dinas Pendapatan 0 44 178 7 229 1 6 2423. Dinas Informasi Komunikasi dan

PDE0 4 26 10 40 1 6 16

24. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

0 8 95 6 109 1 6 24

25. Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran

6 39 37 6 84 1 6 19

26. Dinas Pekerjaan Umum 0 21 101 2 124 1 6 2427. Dinas Pendidikan 58 658 4.737 5.691 11.144 1 6 41

28. Dinas Kebersihan 4 17 36 1 58 1 5 1729. Dinas Tata Kota dan Tata

Banguna1 32 101 3 139 1 6 18

52

Page 53: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

30. Dinas Perhubungan 6 154 295 5 460 1 6 1931. Dinas Lingkungan Hidup, Energi

dan SDM0 0 26 4 30 1 5 16

32. Satuan Polisi Pamong Praja 1 18 2 114 1 4 833. Kantor Arsip Daerah 0 3 7 1 11 0 1 434. Kantor Perpusatakaan Umum 1 6 11 0 18 0 1 335. Kantor Sosial 0 1 15 1 17 0 1 436. Kantor Penanaman Modal 0 2 18 1 21 0 1 437. Kecamatan Medan Denai 0 15 39 0 54 0 1 638. Kecamatan Medan Tembung 6 25 56 0 87 0 1 639. Kecamatan Medan Area 3 25 42 0 70 0 1 640. Kecamatan Medan Kota 6 29 77 0 112 0 1 641. Kecamatan Medan Deli 1 11 37 0 49 0 1 642. Kecamatan Medan Selayang 1 11 37 0 49 0 1 643. Kecamatan Medan Amplas 0 16 45 1 62 0 1 644. Kecamatan Medan Polonia 0 11 30 0 41 0 1 645. Kecamatan Medan Belawan 1 13 21 0 35 0 1 646. Kecamatan Medan Barat 0 18 41 0 59 0 1 647. Kecamatan Medan Timur 3 27 64 0 94 0 1 648. Kecamatan Medan Johor 2 21 38 0 61 0 1 649. Kecamatan Medan Maimun 4 11 37 0 52 0 1 650. Kecamatan Medan Perjuangan 2 16 46 0 64 0 1 651. Kecamatan Medan Labuhan 1 16 33 0 50 0 1 552. Kecamatan Medan Sunggal 2 23 46 0 71 0 1 553. Kecamatan Medan Marelan 1 9 29 0 39 0 1 554. Kecamatan Medan Petisah 4 13 40 0 57 0 1 555. Kecamatan Medan Baru 2 19 39 0 60 0 1 556. Kecamatan Medan Tuntungan 0 15 51 0 66 0 1 657. Kecamatan Medan Helvetia 3 20 48 0 71 0 1 6

Jumlah 138 2.179 9.671 6.151 18.139 35 202 783

Sumber: BKD Pemerintah Kota Medan, Januari 2008

5.4 Good Governance di Pemerintah Kota Medan menurut persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat terhadap Good Governance didasarkan pada hasil survey kepuasan pelayanan masyarakat individual yang diselenggarakan pada pertengahan 2007 dalam rangka proyek SCBD. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap jawaban-jawaban responden, dapat ditarik inferensi-inferensi sebagai berikut :

1. Mayoritas responden menilai belum puas dengan upaya Pemda menghapus atau mengurangi penderitaan yang dialami oleh rakyat miskin, mereka juga menilai bahwa Pemda belum optimal dalam meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman kelompok masyarakat miskin. Pemda juga dinilai belum melakukan upaya yang sungguh-sungguh dalam mendorong ketenagakerjaan untuk membantu menyediakan pekerjaan untuk pengangguran. Mayoritas responden juga

53

Page 54: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

menilai bahwa Pemda belum melakukan upaya untuk membantu warga dalam memahami cara penataan ekonomi mereka.

2. Mayoritas responden juga menilai bahwa Pemda tidak melakukan upaya untuk mengurangi korupsi dan peluang terjadinya KKN.

3. Dalam pandangan responden Pemda juga sejauh ini tidak melakukan upaya untuk mempermudah akses masyarakat terhadap keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh DPRD dan Pemda di kota Medan. Hal yang sama juga berlaku dalam kaitan kesempatan berpartisipasi bagi warga, dimana Pemda dinilai belum melakukan upaya untuk mendorong keterlibatan partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan/keputusan, misalnya melalui debat terbuka, penyediaan informasi, pameran/publikasi proposal kebijakan sebelum keputusan dibuat, dsb.

4. Mayoritas responden juga menilai bahwa aksesibilitas serta responsivitas Walikota untuk mengetahui kebutuhan masyarakatnya masih kurang, dan Pemda dinilai belum melakukan upaya untuk mendorong hal itu.

5. Mayoritas responden juga menilai bahwa Pemda belum melakukan upaya sungguh-sungguh atau belum puas dengan upaya yang dilakukan Pemda untuk memastikan bahwa penyampaian pelayanan publik sudah berlangsung secara berkeadilan. Hal yang kurang lebih sama juga berlaku dalam upaya Pemda untuk mengimplementasikan sistem merit dalam rekrutmen atau pemanfaatan peluang kerja di lingkungan Pemda.

6. Sebagian besar responden juga belum puas dan bahkan sebagian berpendapat bahwa Pemda belum memiliki kemampuan untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi lokal yang terkait dengan penggunaan area publik dan keamanan masyarakat. Penilaian yang kurang lebih sama juga berlaku terhadap kemampuan Pemda untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan yang menyangkut udara, air dan polusi suara.

7. Sebagian besar responden tidak puas dengan usaha-usaha Pemda bahkan menilai bahwa Pemda belum melakukan upaya dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat berkenaan dengan pencegahan penyakit dan saran-saran kesehatan, hak-hak asasi manusia, hak sebagai masyarakat, hak sebagai pemilih dalam pemilu, dsb.

8. Untuk semu aspek penyelenggaraan pemerintahan yang baik seperti disebutkan dalam butir-butir simpulan di atas, tidak ada perbedaan yang sangat mencolok antara penilaian/pendapat dari responden laki-laki dengan perempuan.

54

Page 55: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

5.5. Good Governance di Pemerintah Kota Medan menurut persepsi Dunia Usaha

Persepsi masyarakat dunia usaha terhadap Good Governance didasarkan pada hasil survey kepuasan pelayanan masyarakat dunia usaha yang diselenggarakan pada pertengahan 2007 dalam rangka proyek SCBD kota Medan. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap jawaban-jawaban responden, dapat ditarik inferensi-inferensi sebagai berikut :

1. Terkait dengan prinsip pemerintahan yang besih, mayoritas responden tidak menaruh percaya kepada Pemda berkenaan dengan usaha untuk memerangi korupsi atau peluang KKN.

2. Terkait dengan prinsip keterbukaan atau transparansi, mayoritas responden juga tidak puas dengan usaha yang dilakukan Pemda untuk mempermudah akses masyarakat dalam memperoleh informasi tentang keputusan-keputusan yang telah dibuat DPRD dan Pemda.

3. Hal yang kurang lebih sama juga berlaku dalam kaitan dengan pelaksanaan prinsip partisipasi, dimana responden secara umum tidak puas dengan upaya Pemda untuk membuka ruang partisipasi bagi sektor bisnis dalam pembuatan keputusan melalui konsultasi dengan wakil dari sektor komersial/industri, pameran/publikasi proposal kebijakan sebelum keputusan dibuat, dan cara-cara pelibatan lainnya.

4. Terkait dengan aksesibilitas dan responsivitas Walikota terhadap kebutuhan sektor komersil/industri di wilayah ini, sebagian besar responden memberikan penilaian secara umum tidak puas atas usaha yang dilakukan Pemda.

5. Dalam hal penilaian terhadap upaya penegakan keadilan dan transparansi dalam menyelenggarakan kontrak, mayoritas responden juga memberikan respon secara umum tidak puas bahkan cenderung tidak percaya atas upaya yang dilakukan oleh Pemda mengenai hal ini.

6. Demikian juga mengenai kemampuan Pemda untuk penegakan hukum dan peraturan daerah tentang pedagang jalanan, mayoritas responden secara umum tidak puas dengan upaya dan kemampuan Pemda dan sebagian lainnya tidak percaya bahwa Pemda mampu melakukan hal itu.

7. Gambaran yang sama juga berlaku terhadap kemampuan Pemda untuk penegakan hukum dan peraturan daerah tentang industri lokal yang tidak terdaftar, dimana mayoritas responden mengaku secara umum tidak puas dan sebagian lainnya tidak percaya atas kemampuan Pemda.

8. Responden dari kalangan masyarakat bisnis secara umum juga tidak puas mengenai kemampuan Pemda untuk menegakkan hukum dan peraturan tentang keamanan pedagang dan pebisnis yang terdaftar.

Hanya berkaitan dengan kemampuan Pemda untuk menegakkan peraturan lingkungan dimana terlihat bahwa penilaian responden cukup tersebar antara

55

Page 56: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

yang tidak percaya, secara umum tidak puas dan secara umum puas atas kemampuan Pemda.

5.6. Penyajian dataPenelitian dilakukan untuk mengetahui implementasi asas-asas Good Governance di Pemerintah Kota Medan. Untuk mengetahui implementasi Good Governance di Pemerintah Kota Medan, Peneliti menyebarkan kuisioner kepada pejabat structural di Pemerintah Kota Medan. Dari 57 kuisioner yang disebar ke setiap SKPD, hanya 45 responden yang mengembalikan kuisioner. Tabulasi jawaban dari setiap pertanyaan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Asas Demokrasi

N0 Daftar PertanyaanJawaban

Sudah Belum1 Apakah Rencana program kerja SKPD sudah

diumumkan di media massa untuk menerima masukan dari masyarakat dan dunia usaha?

19 26

2 Apakah SKPD telah melakukan penjaringan aspirasi masyarakat dalam penyusunan perencanaan program dan kegiatan SKPD?

37 8

3 Apakah SKPD telah Memfasilitasi pembentukan kelompok masyarakat yang berminat dan aktif memberikan masukan terhadap pelayanan publik yang diterima?

15 30

4 Apakah SKPD telah Menerima, menindaklanjuti dan mempublikasikan setiap informasi dari masyarakat terkait keluhan dan saran bisa diakses masyarakat secara luas?

20 25

5 Apakah SKPD telah membuat kotak saran untuk menampung aspirasi masyarakat dan dunia usaha tentang pelayanan publik?

15 30

6 Apakah SKPD telah membuat nomor telepon bebas pulsa dan email untuk menerima keluhan dan saran atas pelayanan publik?

9 35

7 Apakah SKPD telah membuat kolom konsultasi di media massa (misalnya Koran atau radio, atau televisi) untuk mendorong peran serta masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu kebijakan?

10 35

8 Apakah SKPD telah membuat formulir yang diisi oleh masyarakat atau perusahaan yang menerima pelayanan publik untuk mengetahui kekurangan layanan publik.

4 41

9 Apakah SKPD telah merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan anggaran berdasarkan prinsip dan asas

15 30

56

Page 57: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

anggaran

10 Apakah SKPD telah memberikan penghargaan kepada masyarakat/kelompok masyarakat yang member keluhan atau saran

8 37

Asas Transparansi

No Daftar PertanyaanJawaban

Sudah Belum1 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah

menyediakan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat dan dunia usaha untuk berbagai informasi dan kebijakan pembangunan kota?

30 15

2 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah mengumumkan prosedur pelayanan publik di media massa atau di website Pemko/SKPD?

27 18

3 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah mengumumkan kinerja SKPD kepada masyarakat dengan cara-cara yang mudah diakses?

21 24

4 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah menyediakan informasi proses penyusunan peraturan daerah dan kebijakan publik kepada masyarakat?

17 28

5 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah menyediakan informasi kepada masyarakat mengenai penyusunan rencana strategis, program kerja dan anggaran serta pelaksanaannya?

21 24

6 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah mempublikasikan prosedur-prosedur layanan publik secara transparan melalui media massa daerah dan ditempel di ruangan pelayanan publik?

23 22

Asas Akuntabilitas

No Daftar PertanyaanJawaban

Sudah Belum1 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD

telah menyusun dan melaksanakan Prosedur Standar (Standard Operating Procedure/SOP) untuk meyakinkan setiap fungsi telah dilaksanakan semestinya?

26 19

2 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah menetapkan rincian fungsi, tugas serta wewenang dan tanggungjawab masing-masing penyelenggara daerah yang selaras dengan visi, misi dan tujuan Pembangunan Kota?

33 12

3 Apakah SKPD maupun aparatur penyelenggara daerah telah memiliki ukuran kinerja serta mengevaluasi pencapaian target kinerja yang ditetapkan?

28 17

57

Page 58: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

4 Apakah Pertanggungjawaban kinerja (prestasi) SKPD telah disampaikan sekali dalam satu tahun kepada Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta diumumkan kepada masyarakat dan dunia usaha melaui media massa?

26 19

5 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah menindak-lanjuti setiap keluhan atau pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat dan dunia usaha yang disertai identitas, mengenai penyelenggaraan pelayanan kepada publik?

36 9

Asas Budaya Hukum

No Daftar PertanyaanJawaban

Sudah Belum1 Apakah Pemerintah Kota melalui SKPD yang dihunjuk

telah membuat media pengaduan untuk setiap indikasi pelanggaran hukum terhadap perencanaan dan pelaksanaan suatu kebijakan yang dilakukan oleh aparatur Pemerintah Kota?

13 32

2 Apakah Setiap pejabat daerah di SKPD telah membuat komitmen tertulis dalam kertas bermaterai sekali dalam satu tahun untuk melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan uraian tugas, tidak akan menerima hadiah atau pemberian apapun yang Terindikasi KKN dan Menyebabkan Perbenturan Kepentingan, Menerima Sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku?

5 40

3 Apakah disetiap SKPD dan ruang Pelayanan Publik telah dibuat dan ditempelkan pernyataan “ Kami tidak menerima hadiah atau pemberian apapun yang terindikasi KKN dan bisa menimbulkan perbenturan kepentingan”?

18 27

4 Apakah SKPD telah membuat dan menempel leaflet atas sanksi- sanksi administrasi Negara, perdata maupun pidana atas setiap penyalahgunaan kewenangan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku?

2 43

Asas Kesetaraan dan Kewajaran

No Daftar PertanyaanJawaban

Sudah Belum1 Apakah Pemerintah Kota Medan melalui SKPD telah

menerapkan kebijakan rekruitmen dan karier Pejabat Publik daerah serta pegawai dalam lingkungannya, atas dasar kewajaran dan kesetaraan, tanpa membedakan agama, suku, kelompok dan golongan yang

31 14

58

Page 59: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

bersangkutan?2 Apakah pertimbangan mutasi, rotasi dan promosi telah

didasarkan yang pokok kepada kriteria integritas dan kompetensi aparatur yang dapat dinilai secara wajar?

21 24

3 Apakah dalam pemberian layanan publik, setiap SKPD layanan publik telah membuat nomor antrian dan memberi pelayanan sesuai dengan urutan nomor antrian itu?

14 31

4 Apakah Prasarana dan Sarana layanan publik telah dirancang dengan mempertimbangkan penyediaan fasilitas untuk usia lanjut, penyandang cacat dan gender?

5 40

5 Apakah Penetapan tarif retribusi layanan publik telah memerhatikan kemampuan masyarakat dan dunia usaha?

31 14

6 Apakah tarif retribusi layanan publik diumumkan di media yang mudah diakses oleh publik?

16 29

7 Apakah setiap SKPD telah membuat dan melaksanakan Standar Pelayanan dan diumumkan kepada masyarakat dan dunia usaha.

20 24

Nilai-Nilai Penyelenggara Pemerintah Daerah

No Daftar PertanyaanJawaban

SS S N TS STS1 Setiap aparatur penyelenggara Pemerintah Daerah harus

memiliki integritas, yaitu Berpikir, berkata dan berperilaku yang didasari oleh kejujuran, keadilan dan disiplin.

43 2 0 0 0

2 Setiap aparatur penyelenggara Pemerintah Daerah harus professional dalam melaksanakan tugas, yaitu berkomitmen untuk menyelesaikan tugasnya secara tuntas dan akurat atas dasar kompetensi yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

34 11 0 0 0

4 Setiap aparatur penyelenggara Pemerintah Daerah harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara.

36 9 0 0 0

5 Setiap aparatur penyelenggara Pemerintah Daerah harus berpikir kedepan untuk selalu menyempurnakan prestasi yang sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara.

32 11 2 0 0

Etika Penyelenggara Pemerintah Daerah

No Daftar PertanyaanJawaban

SS S N TS STS1 Setiap aparatur harus menjaga secara utuh kerahasiaan Negara dan

kerahasiaan yang diatur baginya, mengembangkan jiwa korps dan loyalitas kepada pimpinan dan institusi.

31 14 0 0 0

2 setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus menjunjung tinggi hukum, moral, memiliki harga diri dan disiplin yang kuat

30 15 0 0 0

3 setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus menjaga integritas pribadi 29 16 0 0 0

59

Page 60: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

dan memiliki komitmen untuk menjaga citra dan reputasi Negara4 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus menyandarkan segala

sesuatu dan perilaku kepada hati nurani22 17 1 5 0

5 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus mencegah praktik diskriminasi dan menghindari pelecehan terhadap harga diri dan kondisi fisik.

27 18 0 0 0

6 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah menghindarkan diri dari segala bentuk benturan kepentingan dan Korupsi Kolusi dan Nepotisme

36 8 1 0 0

7 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah selalu memelihara dan melindungi harta milik pemerintah daerah dan tidak menggunakannya untuk kepentingan pribadi, kepentingan politik dan kepentingan lain yang bertentangan dengan kepentingan pemerintah daerah.

34 11 0 0 0

8 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah Selalu menjaga hak intelektual milik daerah dan mendedikasikan kompetensi yang dimilikinya untuk kepentingan daerah

23 19 3 0 0

9 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah melindungi informasi yang bersifat rahasia dan mencegahnya dari kehilangan, penyalahgunaan, kebocoran dan pencurian.

30 15 0 0 0

10 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah membuat catatan yang akurat dan lengkap tentang kekayaan daerah dan kekayaan intelektual daerah yang ada dalam pengawasannya.

23 22 0 0 0

11 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak menggunakan waktu, fasilitas, sumber daya dan peralatan pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi.

31 14 0 0 0

12 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak menggunakan akses, pengetahuan dan jabatannya untuk hal-hal yang merugikan Pemerintah Daerah.

26 19 0 0 0

13 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak menggunakan akses, pengetahuan dan jabatannya untuk hal-hal yang merugikan Pemerintah Daerah.

26 15 0 0 4

14 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah bebas dari pengaruh yang memungkinkan terjadinya benturan kepentingan.

22 18 5 0 0

15 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak menjadi rekanan dari lembaga daerah, baik langsung maupun tidak langsung.

32 11 2 0 0

16 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah Dilarang memegang jabatan lain yang dapat menimbulkan potensi terjadinya benturan kepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

30 7 8 0 0

17 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak diperkenankan untuk turut serta, secara langsung atau tidak langsung, dalam pembahasan dan pengambilan keputusan mengenai masalah yang terindikasi ada perbenturan kepentingan pribadi aparatur yang bersangkutan.

19 17 5 4 0

18 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah Tidak diperkenankan untuk menyalahgunakan informasi maupun sumberdaya milik pemerintah daerah untuk kepentingan diluar kepentingannya sebagai penyelenggara pemerintah daerah, dan menerima sesuatu dari pihak manapun yang dapat berpengaruh kepada kinerjanya.

29 16 0 0 0

19 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak diperkenankan untuk mengeluarkan kebijakan yang bertujuan menguntungkan kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

33 11 1 0 0

20 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak diperkenankan menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

31 14 0 0 0

21 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah membuat pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan dan telah melaksanakan pedoman perilaku yang ditetapkan

21 17 7 0 0

Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemerintah Daerah

No Daftar Pertanyaan Jawaban

60

Page 61: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

SS S N TS STS1 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak

diperkenankan meminta atau menerima sesuatu, baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

31 12 2 0 0

2 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak diperkenankan memberi sesuatu, yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

27 18 0 0 0

3 Dalam situasi dimana aparatur penyelenggara pemerintah daerah telah menerima kemudahan ataupun menerima sesuatu oleh karena jabatannya sebagai penyelenggara pemerintah daerah, harus melaporkannya kepada pihak yang berwenang untuk menangani masalah tersebut.

27 12 6 0 0

4 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus memahami dengan baik peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan fungsi dan tugasnya.

29 16 0 0 0

5 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan fungsi dan tugasnya secara efektif dan konsisten.

33 12 0 0 0

6 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak diperkenankan menyalahgunakan peraturan perundang-undangan untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

31 14 0 0 0

7 Dalam hal Kerahasiaan informasi, penyelenggara Pemerintah Daerah harus menjaga kerahasiaan informasi pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

33 12 0 0 0

8 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah harus melaksanakan tugas dan kewenangannya dengan berpedoman pada asas-asas Good Governance.

27 18 0 0 0

9 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah melaksanakan tugas dan kewenangannya sesuai dengan uraian tugas yang berlaku baginya.

25 20 0 0 0

10 Setiap penyelenggara Pemerintah Daerah tidak diperkenankan menyalahgunakan tugas dan kewenangannya untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, kelompok, golongan atau afiliasi lainnya.

31 14 0 0 0

61

Page 62: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Implementasi Good Governance di Pemerintah Kota Medan6.1.1 Asas demokrasi

Asas demokrasi mengandung tiga unsur pokok yaitu partisipasi, pengakuan adanya perbedaan pendapat dan perwujudan kepentingan umum. Asas demokrasi seharusnya menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan publik dalam rangka pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pelibatan masyarakat dan dunia usaha dalam pembuatan kebijakan, program dan kegiatan dimaksudkan agar kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan pemerintah daerah selaras dengan keinginan masyarakat dan dunia usaha. Aspirasi masyarakat dan dunia usaha dan pemangku kepentingan lainnya dibutuhkan sebagai masukan bagi aparatur dalam membuat kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Partisipasi tidak berarti memaksakan kehendak masing – masing pihak tetapi merupakan pencapaian kesepakatan bersama, semacam konsensus bersama terhadap kebijakan dan langkah serta keputusan lainnya yang akan diambil.

Perbedaan pendapat sering terjadi antara stakeholder dan aparatur maupun antar aparatur dalam rangka penyampaian dan penampungan aspirasi ketika merencanakan suatu kebijakan, program dan kegiatan. Perbedaan pendapat tidak bisa ditiadakan karena perbedaan pendapat merupakan wujud pelaksanaan demokrasi. Pengakuan terhadap adanya perbedaan pendapat menunjukkan kedewasaan dalam berdemokrasi. Meskipun perbedaan pendapat bisa menimbulkan konflik dan berujung tindakan destruktif, namun bukan berarti perbedaan pendapat harus ditiadakan. Perbedaan pendapat perlu dikelola agar menghasilkan pengaruh yang baik dalam perencanaan kebijakan, program dan kegiatan.

Good governance pada pemerintahan daerah sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada publik dalam mewujudkan kepentingan umum. Perwujudan kepentingan umum merupakan perwujudan kesepakatan antara masyarakat dan Pemerintah Daerah sebagai agen pembangunan. Kepentingan umum akan terlaksana apabila konsensus bersama sudah tercapai dengan harmonis, dimana tercapai kesepakatan antara pemangku kepentingan dan pemerintah daerah tentang kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

62

Page 63: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Untuk menerapkan asas demokrasi maka setiap kebijakan, program ataupun kegiatan dilakukan dengan melibatkan pemangkukepentingan. Mewujudkan asas demokrasi dalam penyelenggaran tugas-tugas pemerintahan maka penyelenggara pemerintah daerah sebaiknya secara aktif mendorong masyarakat untuk menyampaikan pendapat atau penilaian yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan program kerja sehingga kepentingan umum bisa terwujud.

Praktik-praktik asas demokrasi meliputi praktik-praktik:

Mempublikasikan rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (selanjutnya disingkat SKPD) untuk menerima masukan dari pemangkukepentingan;

melakukan penjaringan, artikulasi, dan agregasi aspirasi masyarakat dalam penyusunan rencana kerja SKPD;

memfasilitasi pembentukan kelembagaan masyarakat yang berminat dan aktif memberikan masukan terhadap pelayanan publik;

menerima, menindaklanjuti dan mempublikasikan setiap informasi dari masyarakat terkait keluhan/masukan dan saran sehingga dapat diakses masyarakat secara luas;

membuat kotak saran dan menempatkannya pada tempat yang mudah diakses untuk menampung aspirasi pemangkukepentingan tentang pelayanan publik;

membuat nomor telepon bebas pulsa dan email untuk menerima keluhan/masukan dan saran atas pelayanan publik;

membuat kolom konsultasi di media massa untuk mendorong peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian suatu kebijakan;

membuat formulir feed back yang dapat diisi oleh masyarakat atau perusahaan yang menerima pelayanan publik untuk mendapatkan keluhan/masukan dan saran terhadap pelayanan publik yang diselenggarakan;

merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan anggaran berdasarkan prinsip dan asas anggaran; dan

apabila dianggap perlu, SKPD bisa memberikan penghargaan kepada masyarakat/kelompok masyarakat yang melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara.

Terkait dengan implementasi asas-asas demokrasi di Pemerintah Kota Medan menunjukkan bahwa asas demokrasi masih belum diimplementasikan secara maksimal. Hampir seluruh pertanyaan yang mewakili asas-asas demokrasi dijawab belum terlaksana dengan baik di

63

Page 64: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

SKPD Pemerintah Kota Medan. Aspek asas demokrasi yang hampir seluruhnya telah dilakukan SKPD adalah pada kegiatan penjaringan aspirasi pemangku kepentingan dalam perencanaan program dan kegiatan SKPD (82 % responden menjawab sudah dilaksanakan). Selebihnya responden menjawab aspek-aspek yang mewakili implementasi asas demokrasi belum terlaksana di Pemko Medan. Diagram jawaban responden atas implementasi asas demokrasi disajikan sebagai berikut:

6.1.2. Implementasi asas transparansi (Keterbukaan)

Asas Transparansi (keterbukaan) mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi yang memadai dan mudah diakses oleh pemangkukepentingan. Proses kegiatan dalam rangka pelayanan publik, memerlukan mekanisme yang transparan untuk mencegah terjadinya praktek-praktek yang tidak adil dan tidak jujur, termasuk juga perlunya mekanisme terhadap keluhan masyarakat yang tidak puas/complaints. Mekanisme kerja harus diatur berdasarkan peraturan yang tidak memihak agar kedua pihak penyelenggara sektor publik maupun yang dilayani (masyarakat) sama-sama mendapat kepuasan, sehingga terwujud kebijakan dan mekanisme prosedur tentang pelayanan yang baik karena pihak-pihak terkait menerapkan prinsip transparansi dalam prosedur kerjanya.

Transparansi dibutuhkan dalam mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dalam berbagai aspeknya termasuk dalam pelayanan kepada publik. Prinsip transparansi diperlukan tidak hanya dalam proses pelayanan publik, tapi juga dalam proses investasi, proses pengambilan keputusan, berbagai macam kontrak dan persetujuan lainnya. Informasi harus tersedia dan dapat diperoleh secukupnya. Masyarakat luas harus terinformasi dan ikut ambil bagian dalam proses politik dan

64

Page 65: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

pembangunan perekonomian. Informasi perlu dikembangkan secara transparan untuk digunakan siapapun yang membutuhkannya, karena dalam proses good governance transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga manapun, informasinya harus dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

Kebijakan publik sebaiknya diungkapkan kepada pemangkukepentingan dengan cara yang mudah diakses melalui media komunikasi yang ada. SKPD melaksanakan asas keterbukaan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha dan manajemen sumber daya aparatur. Terkait dengan manajemen sumberdaya aparatur, setiap SKPD sebaiknya menyelenggarakan manajemen sumberdaya aparatur secara transparan terutama penilaian dan evaluasi kinerja pegawai, hukuman dan penghargaan serta informasi-informasi yang berkaitan dengan pengembangan karir.

Praktik-praktik asas transparansi meliputi:

menyediakan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat dan dunia usaha untuk berbagai informasi dan kebijakan pembangunan kota;

mengumumkan prosedur pelayanan publik di lokasi pelayanan umum, media massa, website pemerintah daerah atau SKPD atau media-media lainnya;

mengumumkan kinerja SKPD kepada masyarakat dengan cara-cara yang mudah diakses;

menyediakan informasi proses penyusunan kebijakan publik agar pemangkukepentingan dapat berpartisipasi dan memberi tanggapan; dan

menyediakan informasi mengenai penyusunan rencana strategis, program kerja dan anggaran serta pelaksanaannya.

Terkait dengan implementasi asas transparansi (keterbukaan) responden menyatakan hal-hal berikut ini:

1. Sebagian besar SKPD (51%) sudah menyediakan media informasi yang mudah diakses pemangku kepentingan,

2. sebagian besar SKPD (60%) sudah mengumumkan prosedur pemberian layanan publik di media massa atau website pemko/skpd,

3. sebagian besar SKPD (53%) belum mengumumkan kinerja SKPD kepada masyarakat dengan cara-cara yang mudah diakses,

4. sebagian besar SKPD (62%) belum menyediakan informasi proses penyusunan peraturan daerah dan kebijakan publik kepada masyarakat,

65

Page 66: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

5. Sebagian SKPD (55%) menyatakan belum menyediakan informasi kepada masyarakat mengenai penyusunan rencana strategis, program kerja dan anggaran.

Dari kenyataan diatas maka dapat dikatakan sebagian aspek transparansi (48%) sudah terlaksana di SKPD, namun ada beberapa aspek transparansi yang belum terlaksana dengan baik (52%). Selanjutnya dapat dilihat diagram hasil jawaban responden atas implementasi asas transparansi/keterbukan di SKPD:

6.1.3 Implementasi asas akuntabilitas (pertanggungjawaban)

Asas akuntabilitas (pertanggungjawaban) mengandung kejelasan tugas pokok dan fungsi organisasi dan tata cara mempertanggungjawabkannya. Penyelenggara pemerintahan daerah melaksanakan tugas, wewenang dan kewajibannya secara jujur, adil, mengutamakan kepentingan umum dan terukur sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta menghindarkan penyalahgunaan wewenang. Implementasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD didasarkan kepada arah kebijakan serta rencana program, kegiatan, anggaran, dan target capaian kinerja yang telah ditetapkan secara terukur.

Prinsip good governance menuntut pertanggungjawaban dari para penyelenggara pemerintahan dibidang pelayanan publik maupun bidang lainnya seperti bidang politik. Ukuran keberhasilan harus ditetapkan untuk

66

Page 67: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

bahan perbandingan apakah kinerja yang bersangkutan layak disebut baik atau memenuhi persyaratan pertanggungjawaban yang baik dari segi ekonomis maupun keuangan. Prinsip akuntabilitas apabila dilaksanakan dengan baik akan mencegah terjadinya korupsi serta menjamin bahwa kinerja organisasi telah sesuai dengan misi yang telah ditetapkan.

Asas akuntabilitas akan terlaksana dengan baik apabila organisasi telah menetapkan struktur organisasi dan mekanisme kerja yang menunjukkan rantai perintah. Setiap bagian-bagian dalam organisasi sudah selayaknya memiliki uraian tugas (job description) sehingga tidak terjadi kebingungan-kebingungan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Selain itu, perlu juga ditetapkan mekanisme pertanggungjawaban setiap bagian-bagian di perusahaan

Asas akuntabilitas menyangkut praktik-praktik sebagai berikut:

Menyelenggarakan standar pelayanan minimum.

Menyelenggarakan Sistem Pengendalian Internal (SPI) meliputi lingkungan pengendalian, pemantauan risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

Menyelenggarakan analisis jabatan selaras dengan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan kota yang telah ditetapkan.

Memiliki target kinerja, melakukan pemantauan dan pengukuran serta mengevaluasi dan melaporkan pencapaian target kinerja yang ditetapkan.

Melaksanakan tugas dan fungsinya secara jujur, adil, tidak diskriminatif, mengutamakan kepentingan umum serta memenuhi asas pertanggungjawaban.

Pertanggungjawaban kinerja disusun dan disampaikan secara periodik kepada Walikota serta diinformasikan kepada masyarakat.

Menindaklanjuti keluhan/masukan, saran atau pengaduan yang disampaikan oleh pemangkukepentingan yang disertai identitas, mengenai penyelenggaraan pelayanan publik.

Menyusun dan menetapkan tata cara pengelolaan keluhan/masukan, saran dan pengaduan berdasarkan asas pertanggungjawaban yang cepat, tuntas dan transparan.

Penyelenggara pemerintah daerah memberikan ruang bagi terselenggara dan efektifnya kontrol sosial.

Terkait dengan asas akuntabilitas, hasil survey menunjukkan implementasi asas keterbukaan di SKPD Pemerintah Kota Medan sebagai berikut:

67

Page 68: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

1. Sebagian besar SKPD (58%) sudah memiliki Prosedur Pengoperasian Standar (Standard Operating Prosedur) dalam pelaksanaan tugas pokoknya,

2. Sebagian besar SKPD (73%) sudah menetapkan rincian fungsi, tugas serta wewenang dan tanggungjawab masing-masing penyelenggara daerah yang selaras dengan visi, misi dan tujuan Pembangunan Kota,

3. Sebagian besar SKPD (62%) sudah memiliki ukuran kinerja serta mengevaluasi pencapaian target kinerja yang ditetapkan,

4. Sebagian besar SKPD (58%) sudah mempertanggungjawaban kinerja (prestasi) SKPD sekali dalam satu tahun kepada Walikota dan DPRD serta diumumkan kepada masyarakat.

5. Sebagian besar SKPD (80%) sudah menindak-lanjuti setiap keluhan atau pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat dan dunia usaha

Dari hasil survey dapat disimpulkan bahwa 66% dari aspek asas akuntabilitas sudah terlaksana di setiap SKPD yang ada di Pemerintah Kota Medan. Hasil tabulasi kuisioner jawaban responden dapat dilihat pada grafik berikut:

6.1.4 Implementasi asas budaya hukum

Asas budaya hukum mengandung unsur penegakan hukum (law inforcement) secara tegas, tepat dan tidak diskriminatif serta ketaatan

68

Page 69: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

terhadap hukum berdasarkan kesadaran. Sikap dan perilaku penyelenggara pemerintah daerah mencerminkan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mematuhi etika sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. SKPD dan penyelenggara pemerintah daerah berkewajiban membangun budaya hukum yang kokoh secara berkelanjutan baik dalam proses penyusunan dan penetapan kebijakan publik maupun dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Perumusan dan penetapan kebijakan publik dilakukan atas dasar kepentingan umum serta dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Kerangka hukum yang adil dan tanpa pilih kasih yang dapat dilaksanakan merupakan dasar pewujudan good governance. Ketiga prinsip good governance yaitu akuntabilitas, transparansi serta partisipasi akan mendorong lembaga-lembaga bersangkutan khususnya di bidang pengembangan perekonomian dan lembaga legislatif untuk membuat peraturan dan perundang-undangan yang adil dan berwibawa. Sesuai kebutuhannya, pemerintah harus dapat menjamin bahwa pelaksanaan hukum dapat diterapkan secara merata, tanpa memilih-milah bulu serta adanya prasangka tidak bersalah terhadap semua warga yang dicurigai. Perangkat hukum perlu dilaksanakan secara fair dan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya terutama hukum tentang hak asasi manusia.

Akuntabilitas, transparansi dan partisipasi akan membantu aspek politis dan kelembagaan perekonomian untuk mengeluarkan peraturan-peraturan yang fair. aspek peran hukum bertujuan agar produk-produk hukum tersebut dapat diberlakukan dan dilaksanakan secara merata, tanpa pamrih, kepada seluruh masyarakat. Bila akses informasi yang akurat bisa dengan mudah didapat dari dan ke tiga sektor tersebut, maka prinsip transparansi melalui informasi yang saling memberi di antara ke tiga sektor tersebut akan terpelihara agar keharmonisan hubungan tetap terjalin dengan baik. Lebih banyak informasi yang transparan yang bisa didapat, lebih besar pula partisipasi yang diberikan oleh masing-masing sektor. Lebih banyak informasi berarti keputusan yang diambil juga bisa lebih baik dan lebih akurat dan lebih efektif dalam implementasinya. Lebih banyak informasi saling memberikan, lebih mudah pula bagi proses legalitas diantara ketiganya. Institusi yang ada diantara ketiga sektor tersebut dengan menggunakan prinsip tersebut menjadi akan lebih responsif dan kesamaan kedudukan diantara ketiganyapun akan lebih mudah ditegakan. Dengan cara yang sama prinsip-prinsip lainnya dari good governance akan menghasilkan penyelenggaraan kegiatan kearah yang dituju, sesuai dengan porsinya masing-masing.

Dalam kegiatan/program peningkatan kualitas pelayanan publik, masyarakat dan sektor swasta sudah mulai dilibatkan baik dalam perumusan kebijakan publik, dalam penyelenggaraannya maupun dalam pengawasannya. Masyarakat dewasa ini sedang menuju pada masyarakat informasi. Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat dengan potensi pemanfaatan yang begitu luas, membuka peluang bagi pengaksesan,

69

Page 70: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar, cepat dan akurat. Ketidak mampuan menyesuaikan diri akan menyebabkan semakin terbelakangnya kondisi negara. Penggalakan e’-goverment perlu segera diarahkan pada terciptanya kondisi masyarakat terinformasi. Dengan demikian diharapkan kepemerintahan yang baik, bersih, transparan, akan mampu menjawab perubahan-perubahan secara efektif.

Pemerintah daerah melalui SKPD yang ditetapkan sudah selayaknya menindaklanjuti setiap indikasi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh penyelenggara pemerintah daerah. Untuk mendukung pelaksanaan asas demokrasi maka praktik-praktik berikut ini perlu dilaksanakan untuk mendukung ketaatan terhadap hukum:

1. Menindaklanjuti setiap indikasi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh penyelenggara pemerintah daerah.

2. Pejabat struktural dan fungsional dalam batas hirarki tertentu yang ditetapkan perlu membuat komitmen untuk:

Melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik sesuai dengan uraian jabatan yang ditetapkan;

Tidak akan menerima hadiah atau pemberian apapun yang terindikasi KKN dan menyebabkan perbenturan kepentingan; dan

Menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila terbukti melanggar disiplin.

3. SKPD dalam ruang pelayanan publik membuat pernyataan yang berbunyi : “Kami tidak menerima hadiah atau pemberian apapun yang terindikasi KKN dan bisa menimbulkan perbenturan kepentingan”.

4. SKPD membuat dan menempel media informasi atas sanksi administrasi, perdata maupun pidana untuk setiap penyalahgunaan kewenangan dan pelanggaran peraturan perundang-undangan.

Hasil survey tentang implementasi aspek asas budaya hukum di SKPD Pemerintah Kota Medan menunjukkan hal-hal berikut ini:

a. Sebagian besar SKPD (71%) belum membuat media pengaduan untuk setiap indikasi pelanggaran hukum yang dilakukan aparatur Pemerintah Kota Medan,

b. Sebagian besar pejabat daerah di SKPD (89%) menyatakan belum membuat komitmen tertulis dalam kertas bermaterai sekali dalam satu tahun untuk melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan uraian tugas, tidak akan menerima hadiah atau pemberian apapun yang terindikasi KKN dan Menyebabkan Perbenturan Kepentingan,

70

Page 71: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Menerima Sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

c. Sebagian besar responden menyatakan (60%) belum membuat dan menempelkan pernyataan “ Kami tidak menerima hadiah atau pemberian apapun yang terindikasi KKN dan bisa menimbulkan perbenturan kepentingan”

d. Sebagian besar responden (96%) menyatakan SKPD-nya belum membuat dan menempel leaflet atas sanksi- sanksi administrasi Negara, perdata maupun pidana atas setiap penyalahgunaan kewenangan.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan, berdasarkan jawaban responden, asas budaya hukum belum diimplementasikan di Pemerintah Kota Medan. Hasil jawaban responden atas aspek-aspek asas budaya hukum dapat dilihat pada grafik berikut ini:

6.1.5 Implementasi asas kesetaraan dan kewajaran

Asas kesetaraan dan kewajaran mengandung unsur keadilan dan kejujuran sehingga dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan perlakuan setara terhadap pemangkukepentingan secara bertanggungjawab. Kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk dapat mewujudkan sistem dan prosedur kerja yang lebih adil dan bertanggungjawab. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, SKPD dan penyelenggara pemerintah daerah memperhatikan kepentingan umum berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

71

Page 72: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Tugas dan tanggung jawab para pejabat publik baik yang dipilih secara politis maupun para pegawai negeri harus melayani masyarakat seluas-luasnya. Tugas ini meliputi alokasi dana, pengelolaan dan penyediaan keamanan dan ketentraman para penduduk, serta keadilan dalam pengelolaan perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat. Dilain pihak kesetaraan akan menjamin pria dan wanita mempunyai kesempatan yang sama dalam memperjuangkan keberadaan mereka masing-masing dalam rangka memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.

Asas kesetaraan dan kewajaran seharusnya menjiwai setiap kegiatan pemberian layanan kepada masyarakat. Kesetaraan dan kewajaran menyangkut praktik-praktik sebagai berikut:

Manajemen sumberdaya kepegawaian diterapkan atas dasar kewajaran dan kesetaraan, tanpa membedakan agama, gender, suku, kelompok dan golongan yang bersangkutan.

Pertimbangan sistem karir didasarkan kepada kriteria integritas dan kompetensi penyelenggara pemerintah daerah yang dapat dinilai secara wajar.

Membuat nomor antrian urutan pelayanan kepada pengguna jasa pelayanan untuk menciptakan budaya tertib, nyaman dan kesetaraan pelayanan.

Penyediaan prasarana dan sarana pelayanan umum mempertimbangkan penyediaan fasilitas untuk usia lanjut, penyandang cacat dan gender.

Penyusunan rancangan formulasi tarif retribusi daerah memperhatikan kemampuan masyarakat dan dunia usaha.

SKPD menyusun, menetapkan dan melaksanakan Prosedur Pengoperasian Standar (standard operating procedure atau SOP) untuk mewujudkan kesetaraan dan kewajaran pelayanan umum

Hasil survey tentang implementasi aspek kewajaran dan kesetaraan di SKPD Pemerintah Kota Medan menunjukkan hal-hal berikut ini:

a. Sebagian besar SKPD (69%) sudah menerapkan kebijakan rekruitmen dan karier tanpa membedakan SARA

b. Sebagian besar pejabat daerah di SKPD (53%) menyatakan mutasi, rotasi dan promosi belum didasarkan kepada kriteria integritas dan kompetensi aparatur

c. Sebagian besar responden menyatakan (69%) setiap SKPD layanan publik belum membuat nomor antrian dan memberi pelayanan sesuai dengan urutan nomor antrian

d. Sebagian besar responden (89%) menyatakan SKPD layanan publik belum menyediaan fasilitas untuk usia lanjut, penyandang cacat dan gender

72

Page 73: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

e. Sebagian besar responden (89%) menyatakan penetapan tarif retribusi layanan publik telah memerhatikan kemampuan masyarakat dan dunia usaha

f. Sebagian besar responden (89%) menyatakan SKPD belum membuat dan melaksanakan Standar Pelayanan dan diumumkan kepada masyarakat dan dunia usaha.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan, berdasarkan jawaban responden, asas kewajaran dan kesetaraan belum sepenuhnya diimplementasikan di Pemerintah Kota Medan. Hasil jawaban responden atas aspek-aspek asas budaya hukum dapat dilihat pada grafik berikut ini:

6.2 Persepsi responden terhadap aspek nilai-nilai, etika dan pedoman perilaku

73

Page 74: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

6.2.1 Nilai-Nilai

Untuk mewujudkan dan menjaga kredibilitas penyelenggara pemerintah daerah, pelaksanaan asas-asas good governance dilandasi oleh nilai-nilai sebagai pegangan moral. Penyelenggara pemerintah daerah yang memiliki integritas, berarti berpikir, berbicara dan berperilaku didasari oleh kejujuran, keadilan dan disiplin. Penyelenggara pemerintah daerah yang professional, berarti berkomitmen untuk menyelesaikan tugas pokok dan fungsinya secara tepat dan akurat atas dasar kompetensi yang dilaksanakan dengan penuh integritas. Penyelenggara pemerintah daerah mengutamakan kepentingan umum dan negara diatas kepentingan kelompok dan golongan. Penyelenggara pemerintah daerah berpikir visioner untuk selalu meningkatkan prestasi kerja yang sejalan dengan kepentingan umum dan negara.

Hampir seluruh responden menyetujui nilai-nilai yang ditawarkan sebagai pegangan moral yang mendukung pelaksanaan asas-asas good governance. Berikut ini disajikan grafik jawaban responden atas nilai-nilai yang bisa menjadi pegangan moral aparatur dalam melaksanakan asas-asas good governance.

74

Page 75: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

6.2.2 Etika

Etika penyelenggara pemerintah daerah mencakup perilaku individu, perlindungan terhadap aset pemerintah daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah serta kepentingan pribadi. Pengembangan dan penerapan etika aparatur didasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang terkandung di dalam sumpah dan janji sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan eka prasetya korpri. Penyelenggara pemerintah daerah menjaga secara utuh kerahasiaan negara dan kerahasiaan yang diatur baginya, mengembangkan jiwa korps dan loyalitas kepada pimpinan dan institusi.

Hampir seluruh responden menyetujui perilaku etika yang ditawarkan untuk mendukung pelaksanaan asas-asas good governance. Berikut ini disajikan grafik jawaban responden atas nilai-nilai yang bisa menjadi pegangan moral aparatur dalam melaksanakan asas-asas good governance.

75

Page 76: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

76

Page 77: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

6.2.3 Pedoman Perilaku

Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, pelaksanaan kewenangan. Berdasarkan hasil survey, hamir seluruh responden setuju dengan implementasi pedoman perilaku untuk mendukung pelaksanaan asas-asas good governance di Pemerintah Kota Medan. Hasil jawaban responden dapat dilihat pada grafik berikut ini:

77

Page 78: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

78

Page 79: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

BAB VII

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1 Simpulan

1) Pelaksanaan Good Governance sudah diamanatkan secara eksplisit di Undang-undang No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-Undang no. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Peraturan Pemerintah yang mengiringinya.

2) Good Governance harus mempertimbangkan kepentingan Stakeholders (pemangku Kepentingan) dan dilaksanakan dengan dilingkupi etika serta berlandaskan asas-asas/prinsip-prinsip yang memungkinkan implementasi Good Governance bisa berlangsung dengan baik.

3) Berdasarkan data primer yang diperoleh dari masing-masing responden, beberapa poin dalam pelaksanaan Good Governance di Pemerintah Kota Medan sudah dilaksanakan.

4) Dalam aktualisasi asas demokrasi, aparatur daerah sebagian besar menjawab aspek-aspek demokrasi belum seluruhnya terlaksana di Pemerintah Kota Medan.

5) Dalam aktualisasi asas transparansi/keterbukaan, responden sebagian besar menjawab SKPD belum melaksanakan aspek-aspek asas transparansi/keterbukaan.

6) Dalam aktualisasi akuntabilitas/pertanggungjawaban, responden sebagian besar menjawab SKPD telah melaksanakan aspek-aspek asas akuntabilitas/pertanggungjawaban.

7) Dalam aktualisasi asas budaya hukum, sebagian besar responden menjawab SKPD belum melaksanakan aspek-aspek asas budaya hukum.

8) Dalam aktualisasi asas kesetaraan dan kewajaran, sebagian besar responden menjawab SKPD belum melaksanakan aspek-aspek asas kesetaraan dan kewajaran.

9) Hampir seluruh responden setuju untuk menerapkan nilai-nilai, etika dan pedoman perilaku dalam mendukung pelaksanaan asas-asas good governance.

7.2 Rekomendasi

1) Pemerintah Kota Medan secara aktif mendorong pejabat publik (struktural) dan pegawai daerah untuk melaksanakan fungsinya berdasarkan asas-asas

79

Page 80: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

good Governance karena pelaksanaan fungsi yang tidak sesuai dengan asas good governance akan membawa dampak yang buruk kepada masyarakat dan dunia usaha.

2) Pemerintah Kota Medan hendaknya menyusun Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah yang mengikat setiap pejabat publik untuk bekerja sesuai dengan asas-asas good governance serta mencantumkan aturan etika (ethical conduct) yang jelas untuk menjadi panduan moral bagi setiap pejabat publik.

3) Pemerintah Kota Medan harus membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk memeroleh informasi seluruh Peraturan-peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah serta draft peraturan daerah dan Peraturan Kepala Daerah sehingga masyarakat juga bisa berpartisipasi dalam memberikan masukan.

4) Terkait dengan pelayanan Publik, Pemerintah Kota Medan sebaiknya mengumumkan secara terbuka melalui berbagai media mengenai proses pemberian layanan publik dan membuka akses pengaduan terhadap pelaksanaan pelayanan publik masing-masing SKPD. Pemerintah Kota juga mengumumkan secara terbuka pelaksanaan sanksi atas pemberian layanan publik yang tidak sesuai dengan prosedur standar.

5) Pemerintah Kota Medan lebih mendayagunakan aparat pengawas dalam melakukan fungsinya sehingga masing-masing SKPD melakukan kewenangannya dan tidak merugikan para pemangku kepentingan.

80

Page 81: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

DAFTAR PUSTAKA

Cipfa, 2010, Good Governance in Local Government , www.cipfa.org.uk/pt/consultations.cfm

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2008, Pedoman Umum Good Publik Governance, KNKG, Jakarta

Loina,2003, Indikator dan alat ukur prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi, Sekretariat Good Publik Governance, Bappenas

Pohan, Max.H, 2000, Mewujudkan tata pemerintahan local yang baik (Local Good Governance) dalam era otonomi daerah, Makalah

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pelaksaanaan Peran Serta Masyarakat Dalam penyelenggaraan Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Undang-Undang Republik Indonesia No. 28/1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

www.wikipedia.com

81

Page 82: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

Table of Contents

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Permasalahan yang Dihadapi................................................................................4

1.3 Tujuan Kegiatan:....................................................................................................4

1.4 Output Kegiatan:....................................................................................................4

1.5 Outcome Kegiatan:................................................................................................5

1.6 Tenaga Ahli............................................................................................................5

1.7 Waktu Kegiatan......................................................................................................5

BAB II HARMONISASI PERUNDANG-UNDANGAN...........................................6

2.1 Dasar Hukum kerangka kebijakan Good Governance..........................................6

2.2 Good Governance dan Pemerintahan yang bersih................................................7

2.2 Etika dalam penyelenggaraan Negara yang bebas KKN......................................9

BAB III LANDASAN KONSEPTUAL..................................................................11

3.1 Pengertian Good Governance.............................................................................11

3.2 Prinsip-prinsip (Asas-asas) Good Publik Governance........................................14

3.3 Peranan Etika Dalam Mewujudkan Good Publik Governance.............................20

3.3.1 Pengertian etika............................................................................................20

3.3.2 Masalah-masalah Etika yang Berkembang Saat ini.....................................21

3.3.3 Standar Etika Pemerintahan..........................................................................22

3.3.2 Nilai-nilai etika dan pedoman perilaku...........................................................23

3.4 Best Practices Good Publik Governance untuk Pemerintah Daerah..................27

METODOLOGI....................................................................................................32

4.1 . Jenis Penelitian..................................................................................................32

4.2. Metode Pengumpulan Data................................................................................32

4.2.1 Data Penelitian..............................................................................................32

4.2.2 Instrumen penelitian......................................................................................32

4.2.3 Populasi penelitian........................................................................................32

82

Page 83: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

4.3. Operasionalisasi Konsep/Variabel......................................................................32

4.4. Metode Analisis...................................................................................................32

BAB V GAMBARAN UMUM GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH KOTA MEDAN................................................................................................................33

5.1. Sekilas Sejarah Kota Medan...............................................................................33

5.2. Medan Masa Kini................................................................................................33

5.2.1. Visi-Misi Kota Medan....................................................................................34

5.2.2 Strategi dan Agenda Pembangunan Kota Medan Tahun 2006 – 2010.........35

5.2.3 Arah Kebijakan Pembangunan Kota Tahun 2006 – 2010.............................35

5.2.4 Prioritas Pembangunan Kota 2006 – 2010 dan Permasalahannya..............36

5.2.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan.....................................38

5.3. SKPD di Pemerintah Kota Medan.......................................................................39

5.3.1. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan...............................................39

5.3.2. Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Medan.......................39

5.3.3. Jabatan Struktural di Pemerintah Kota Medan.............................................40

5.4 Good Governance di Pemerintah Kota Medan menurut persepsi Masyarakat....42

5.5. Good Governance di Pemerintah Kota Medan menurut persepsi Dunia Usaha 43

5.6. Penyajian data....................................................................................................44

BAB VI PEMBAHASAN......................................................................................50

6.1 Implementasi Good Governance di Pemerintah Kota Medan..............................50

6.1.1 Asas demokrasi.............................................................................................50

6.1.2. Implementasi asas transparansi (Keterbukaan)...........................................52

6.1.3 Implementasi asas akuntabilitas (pertanggungjawaban)..............................53

6.1.4 Implementasi asas budaya hukum...............................................................55

6.1.5 Implementasi asas kesetaraan dan kewajaran............................................57

6.2 Persepsi responden terhadap aspek nilai-nilai, etika dan pedoman perilaku......59

6.2.1 Nilai-Nilai.......................................................................................................59

6.2.2 Etika...............................................................................................................60

6.2.3 Pedoman Perilaku.........................................................................................62

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI......................................................63

7.1 Simpulan.............................................................................................................63

83

Page 84: Nadis Good Governance

Penyusunan Kerangka Kebijakan Good Governance

SCBD Kota Medan

7.2 Rekomendasi......................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................65

84