glaukoma
-
Upload
robertusliguori -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
description
Transcript of glaukoma
![Page 1: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
Gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia
maupun di dunia. Hasil survei WHO, penyebab utama kebutaan di dunia tahun 2002 adalah
katarak (47,8%), glaukoma (12,3%), penyakit yang berhubungan dengan degeneratif (8,7%),
kekeruhan kornea (5,1%), diabetes retinopati (4,8%), trakhoma (3,6%) dan lain-lain (17,6%).
Menurut data Riskesdas 2007, prevalensi nasional glaukoma adalah 0,5% (berdasarkan
keluhan responden). Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi glaukoma di atas prevalensi
nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan
Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah dan Gorontalo. Di
Indonesia penyakit glaukoma kurang dikenal masyarakat, walaupun cukup banyak yang
menjadi buta karena penyakit tersebut. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari
bahwa mereka menderita penyakit tersebut.
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberi kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan ini ditandai oleh
meningkatnya tekanan intraokuler (TIO) yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan
pengecilan lapangan pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan
terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekstravasasi
(penggaungan/cupping) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan
kebutaan.
Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis),
Glaukoma primer sudut tertutup (sempit / akut), Glaukoma sekunder, dan glaukoma
kongenital (Glaukoma pada bayi). Glaukoma akut didefenisikan sebagai peningkatan tekanan
intraorbita secara mendadak dan sangat tinggi, akibat hambatan mendadak pada anyaman
1
![Page 2: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/2.jpg)
trabekulum. Glaukoma akut ini merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai,
karena dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan tetapi resiko kebutaan dapat
dicegah dengan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.
2
![Page 3: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekanan Intraokuler
Tekanan intraokuler (TIO) adalah tekanan jaringan yang terdapat di dalam bola mata.
TIO normal berkisar 10-20 mmHg. Becker mendapatkan TIO normal 16,1 mmHg dengan SD
2,8 mmHg pada 909 populasi, Leydecker dkk (1958) mendapatkan nilai TIO 15,8 mmHg
dengan SD 2,6 mmHg pada 10.000 populasi, Goldmann mendapatkan nilai TIO 15,4 mmHg
dengan SD 2,5 mmHg pada 400 populasi dengan menggunakan tonometer aplanasi. TIO
kedua mata biasanya sama dan menunjukan variasi diurnal. Variasi yang normal tidak
melebihi 4 mmHg. TIO yang tetap adalah syarat untuk kelangsungan penglihatan yang
normal yang menjamin kebeningan media mata dan jarak yang konstan antara kornea dengan
lensa dan lensa dengan retina. Faktor yang banyak mengatur TIO adalah keseimbangan
dinamis produksi aqueous humor oleh korpus siliaris dan pengeluarannya melalui kanalis
Schlemm.
2.2 Aqueous Humor
Aqueous humor adalah cairan jernih yang diproduksi oleh korpus siliaris yang
mengisi kamera okuli posterior dan kamera okuli anterior. Aqueous humor analog pengganti
darah untuk struktur avaskular dan menyediakan nutrisi, memindahkan produk ekskretoris
hasil metabolisme, mengangkut neurotransmiter, menstabilkan struktur okular dan
berkontribusi terhadap regulasi homeostasis jaringan-jaringan okular. Aqueous humor juga
memungkinkan sel-sel inflamasi dan mediator beredar di mata dalam kondisi patologis, serta
obat-obatan untuk disalurkan kepada struktur mata. Volumenya sekitar 250 mikroliter dan
kecepatan pembentukannya bervariasi diurnal sekitar 2-3 mikroliter/menit. Komposisi
3
![Page 4: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/4.jpg)
aqueous humor serupa dengan plasma. Aqueous humor dibentuk oleh prosesus siliaris,
mengalir dari ruang posterior melewati pupil ke ruang anterior, dan keluar melalui jalur
trabekular dan jalur uveoskleral. Aqueous humor terus menerus dibentuk dan dialirkan.
Aqueous humor diproduksi melalui 3 mekanisme, yaitu: difus, ultrafiltrasi dan transport aktif.
2.2.1 Anatomi Struktur yang Berhubungan dengan Aqueous Humor
a. Korpus siliaris
Korpus siliaris, berbentuk seperti segi tiga pada potongan melintang, membentang ke
depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris terdiri atas
zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm) dan zona posterior yang datar, pars
plana (4 mm). Prosesus siliaris, terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus
siliaris yang membentuk aqueous humor. Prosesus siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler
dan vena yang bermuara ke vena-vena vorticosa. Prosesus siliaris memiliki dua lapis
epitelium, yaitu lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan lapisan epitel
pigmen retina dan lapisan tidak berpigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan
neuroretina. Aqueous humor disekresikan secara aktif oleh epitel yang tidak berpigmen.
b. Sudut kamera okuli anterior
Sudut kamera okuli anterior terletak pada pertautan antara kornea perifer dan pangkal
iris. Sudut kamera okuli anterior dibentuk oleh garis Schwalbe, anyaman trabekula (yang
terletak di atas kanal Schlemm) dan taji sklera (sklera spur). Garis Schwalbe menandai
berakhirnya endotel kornea. Anyaman trabekula berbentuk segi tiga pada potongan melintang
dengan dasar yang mengarah ke korpus siliaris. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar
berlubang jaringan kolagen dan elastik. Taji sklera merupakan penonjolan sklera ke arah
dalam di antara korpus siliaris dan kanal Schlemm. Sudut kamera okuli anterior merupakan
komponen penting dalam proses pengaliran aqueous humor.
c. Sistem aliran aqueous humor
4
![Page 5: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/5.jpg)
1. Trabekular meshwork
Uveal meshwork
Corneoscleral meshwork
Juxtacanalicular meshwork
Sistem aliran aqueous humor
2. Kanalis Schlemm
Merupakan saluran pada perilimbal sklera, dihubungkan oleh septa. Dinding bagian
dalam dari kanalis Schlemm dibatasi oleh sel endotel yang ireguler yang memiliki vakuola
yang besar. Dinding terluar dari kanal dibatasi oleh sel rata yang halus dan mencakup
pembukaan saluran pengumpul yang meninggalkan kanalis Schlemm pada sudut miring dan
berhubungan secara tidak langsung dengan vena episklera.
3. Saluran kolektor
5
![Page 6: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/6.jpg)
Disebut juga pembuluh aqueous intrasklera, berjumlah 25-35 dan meninggalkan kanalis
Schlemm pada sudut lingkaran kearah tepi ke dalam vena episklera. Pembuluh aqueous
intrasklera dibagi menjadi dua sistem. Pembuluh terbesar berjalan sepanjang intrasklera dan
berakhir langsung ke dalam vena episklera (sistem direk) dan beberapa saluran kolektor
membentuk plexus intrasklera sebelum memasuki vena episklera (sistem indirek).
2.2.2 Fisiologi Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi dengan kecepatan 2-3 μL/menit dan mengisi bilik anterior
sebanyak 250 μL serta bilik posterior sebanyak 60 μL. Aqueous humor sangat penting bagi
mata. Berikut peranan aqueous humor dalam fisiologi mata manusia:
1. Sebagai pengganti sistem vaskuler untuk bagian mata yang avaskuler, seperti kornea dan
lensa.
2. Memberi nutrisi bagi mata seperti oksigen, glukosa dan asam amino.
3. Mengangkut sisa-sisa metabolit dan substansi toksik (asam laktat, CO2) untuk dibuang.
4. Mempertahankan TIO untuk mempertahankan struktur mata dan penglihatan mata.
5. Mengandung askorbat yang berfungsi untuk membersihkan mata dari radikal bebas dan
melindungi dari sinar ultraviolet serta radiasi.
6. Sebagai imunitas humoral dan seluler dalam keadaan infeksi dan inflamasi.
2.2.3 Komposisi Aqueous Humor
Aqueous humor adalah cairan jernih yang mengisi bilik mata dapat dan belakang.
Volumenya adalah sekitar 250 μL, dan kecepatan pembentukannya adalah 2-3 μL/menit.
Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisi aqueous humor
serupa dengan plasma. Cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang
lebih tinggi; protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.
Komposisi aqueous humor normal antara lain air (99,9%), protein (0,04%) dan yang
lainnya yaitu Na+ (144 mm/kg), K+ (4,5 mm/kg), Cl- chanel (110 mmol/kg), glukosa (6,0
6
![Page 7: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/7.jpg)
mm/kg), asam laktat (7,4 mm/kg), asam amino (0,5 mm/kg), inositol (0,1 mmol/kg). Aqueous
humor manusia memiliki protein spesifik dengan kadar yang berbeda-beda, yaitu: prealbumin
0,31-0,41 mg/dl, albumin 5,4-6,5 mg/dl, dan transferin 1,3-1,7 mg/dl, konsentrasi IgG dalam
aqueous humor manusia telah terdeteksi sekitar 3 mg / dl.
2.2.4 Dinamika Aqueous Humor
TIO ditentukan oleh keseimbangan antara jumlah produksi aqueous humor oleh
badan siliar, resistensi dari pengaliran aqueous humor pada sudut bilik mata depan menuju
sistem jalinan trabekular–kanal Schlemm dan level dari tekanan vena episklera serta mengalir
melalui jalur uveosklera.
a. Pembentukan aqueous humor
Aqueous humor dibentuk oleh korpus siliaris yang masing-masing dibentuk oleh 2
lapis epitel. Permukaan apikal dari lapisan epitel luar yang berpigmen dan lapisan epitel
dalam yang tidak berpigmen berhadapan satu dengan yang lain dan disatukan oleh tight
junction. Lapisan epitel dalam yang tidak berpigmmen yang menonjol ke kamera okuli
posterior, berisi banyak mitokondria dan mikrovili, sel-sel ini diduga sebagai tempat yang
pasti dari produksi aqueous humor.
Aqueous humor diproduksi melalui 3 mekanisme fisiologis, yaitu:
1. Difusi
Difusi adalah pergerakan pasif ion-ion melalui membran karena perbedaan
konsentrasi. Saat aqueous humor lewat kamera okuli posterior sampai ke kanalis Schleem,
mengalami kontak dengan korpus siliaris, iris, lensa, vitreus, kornea dan trabekula meshwork.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya pertukaran secara difusi dengan jaringan sekitarnya.
Aqueos humor pada kamera okuli anterior lebih menyerupai plasma dibandingkan dengan
aqueous humor pada kamera ukoli posterior akibat dari proses difusi tersebut.
2. Ultrafiltrasi
7
![Page 8: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/8.jpg)
Kira-kira 150 μL darah mengalir melalui prosesus siliaris setiap menitnya. Ketika
darah melalui kapiler prosesus siliaris, kira-kira 4% plasma difiltrasi melalui fenestra kapiler
ke ruang interstisial. Proses dimana cairan dan substansi terlarut menembus membran
semipermeabel karena adanya perbedaan tekanan disebut sebagai ultrafiltrasi. Di prosesus
siliaris perbedaan tekanan tersebut adalah perbedaan tekanan hidrostatik kapiler darah dengan
tekanan cairan interstisial.
3. Transport aktif
Transport aktif (sekresi) adalah proses energy dependent yang secara selektif
menggerakkan substansi-substansi melawan perbedaan elektrokemis melalui membran sel.
Diduga sebagian besar pembentukan aqueous humor terjadi dengan cara ini, di mana ion-ion
secara aktif disekresi ke celah intersel epitel tak berpigmen prosesus siliaris di dekat zonula
okluden. Ion-ion yang secara aktif disekresi adalah natrium, klorida dan bikarbonat. Proses
ini didukung oleh kurang lebih 1 juta sel epitel tak berpigmen yang masing-masing
mensekresi aqueous humor kira-kira sepertiga volume intrasel permenit. Di epitel tak
berpigmen prosesus siliaris terdapat aktifitas Na+-K+ ATPase yang cukup untuk mendukung
pembentukan aqueous humor.
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pengeluaran Aqueous Humor
1. Variasi diurnal
TIO berfluktuasi sepanjang hari. Pola variasi diurnal bermacam-macam, pada umumnya
tekanan tertinggi terjadi pada waktu bangun pagi dan tekanan terendah terjadi pada waktu
tengah malam. Jumlah produksi aqueous humor waktu tidur kira-kira setengah jumlah
produksi waktu bangun. Diduga variasi diurnal TIO berhubungan dengan variasi diurnal
kortisol plasma.
2. Usia dan jenis kelamin
8
![Page 9: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/9.jpg)
Produksi aqueous humor pada laki-laki dan perempuan tidak ditemui banyak perbedaan,
namun wanita usia menopause umumnya mempunyai TIO yang relatif lebih tinggi
dibandingkan pria umur yang sama. sedangkan produksi aqueous humor akan menurun
seiring bertambahnya usia, terutama pada usia diatas 60 tahun. Studi histologi
menghubungkannya dengan perubahan pada jaringan trabekula, termasuk penebalan dan
penggabungan lapisan trabekula, degenerasi kolagen dan fibril elastik, akumulasi kolagen,
hilangnya sel-sel endotel, hiperpigmentasi sel-sel endothelium, akumulasi organel intra
selular, akumulasi dan perubahan matrik ekstraselular dan berkurangnya jumlah fakuola
raksasa.
3 Na+-K+ ATPase
Transport ion mempunyai peran penting pada pembentukan aqueous humor. Na+-K+
ATPase akan meningkatkan produksi aqueous humor. Na+-K+ ATPase memompa ion Na+
keluar dari sel, pada saat yang bersamaan ion K+ dipindahkan dari aqueous humor ke dalam
sel. Penghambatan pada enzim ini akan mengurangi jumlah sekresi aqueous humor.
4 Karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase mempunyai peranan penting dalam pembentukan aqueous humor dengan
memproduksi ion bikarbonat (HCO3-). Bikarbonat yang terbentuk mempengaruhi transport air
dengan cara mengatur pH yang optimum bagi pengangkutan natrium. Kerja penghambat
karbonik anhidrase adalah mengurangi masuknya ion bikarbonat dan ion natrium ke bilik
mata belakang sehingga akan menurunkan produksi aqueous humor.
5 Reseptor Beta adrenergic dan Alfa adrenergic
Beta adrenergic dan Alfa adrenergic adalah reseptor yang terletak di epitel tidak berpigmen
korpus siliaris. Kedua reseptor ini memiliki kerja yang saling berlawanan. Beta adrenergic
bekerja dalam meningkatkan produksi aqueous humor, sedangkan Alfa adrenergic menekan
sekresi aqueous humor.
9
![Page 10: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/10.jpg)
6 Tonus otot siliaris
Kenaikan tonus otot siliaris menaikan aliran keluar total. Kenaikan tonus otot siliaris dapat
disebabkan karena akomodasi, rangsangan pada saraf okulomotor atau pemberat obat-obat
parasimpatik. Kenaikan tonus otot siliaris menarik sklera ke arah posterior dan ke dalam
sehingga membuka celah antara trabekula dan kanal Schlemm.
7 Aliran darah ke badan siliaris
Penurunan aliran darah ke badan siliaris serta vasokonstriksi menurunkan laju produksi
aqueous humor.
8 Obat-obatan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi TIO, yaitu: usia, jenis kelamin,
herediter, variasi diural, tekanan darah, latihan, posisi tubuh, hormone, obat-obatan dan
makanan, kelainan refraksi, penutupan kelopak mata secara paksa, inflamasi, pembedahan.
2.2.6 Aliran Keluar Aqueous Humor
Sebagaimana aqueous humor diproduksi, aqueous humor juga memiliki aliran
keluar sistemik. Aqueous humor mengalir dari kamera okuli anterior, keluar ke aliran
sistemik melalui dua rute berbeda, yaitu:
1. Trabecula outflow
Trabecular outflow adalah jalur utama yang mengalirkan aqueous humor kembali ke
sistemik. Kira-kira 90% aqueous humor total dialirkan melalui aliran ini, dengan proses
yaitu: aqueous humor dialirkan dari anyaman trabekular masuk ke dalam kanalis Schlemm.
Teori vakuolisasi merupakan mekanisme transport aqueous humor melewati dinding dalam
dari kanalis Schlemm. Teori ini menyatakan bahwa jarak transelular yang ada di sel endotel
membentuk dinding dalam kanal Schlemm sehingga berbentuk seperti vakuola dan pori-pori
yang respon terhadap tekanan dan mentransport aqueous humor melalui jaringan ikat
jukstakanalikular ke kanalis Schlemm. Dari kanalis Schlemm, aqueous ditransport melalui
10
![Page 11: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/11.jpg)
25-35 kanal-kanal pengumpul ke vena episklera melalui jalur direk maupun indirek.
Pengeluaran aqueous humor melalui rute ini dapat di ingkatkan oleh obat-obatan (miotik,
simpatomimetik) dan tindakan pembedahan.
Teori vakuolisasi
Teori vakuolisasi, mengenai transport aqueous melewati dinding dalam kanalis Schlemm: 1.
Stadium non-vakuola; 2. Stadium awal lipatan dalam dari permukaan basal di sel endotel; 3.
Stadium pembentukan struktur makrovakuola; 4. Stadium pembentukan kanal vakuola
transelular; 5. Stadium oklusi dari lipatan basal.
2. Uveoscleral Outflow
Sekitar 5-15% aliran keluar aqueous humor melalui rute ini. Mekanisme pada aliran
ini adalah aqueous humor mengalir dari sudut kamera okuli anterior menuju ke otot siliar dan
kemudian ke rongga suprasiliar dan suprakorodial. Cairan ini kemudian meninggalkan mata
melalui sklera dan pembuluh darah yang ada. Aliran ini meningkat pada penggunaan
siklopegik dan obat-obatan adrenergik sErta operasi seperti cyclodialysis serta menurun pada
penggunaan miotikum.
11
![Page 12: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/12.jpg)
Fisiologi Sirkulasi Humor Akueus
Flow chart Dari Drainase Aqueous humor
2.3 GLAUKOMA
12
![Page 13: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/13.jpg)
2.3.1 Definisi
Glaukoma mencangkup beberapa penyakit dengan etiologi yang berbeda dengan tanda umum
adanya neuropathy optik yang memiliki karakteristik adanya kelainan pada nervus optikus
dan gambaran gangguan lapang pandang yang spesifik. Penyakit ini sering tapi tidak selalu
berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular. Stadium akhir dari glaukoma adalah
kebutaan.
2.3.2 Epidemiologi
Terdapat 70 juta orang yang menderita glaukoma di seluruh dunia, dan 7 juta menjadi buta
karena penyakit tersebut. Glaukoma merupakan penyakit kedua tersering yang menyebabkan
kebutaan pada negara berkembang setelah diabetes mellitus. Dimana 15-20% kebutaan
mengalami kehilangan pandangan sebagai hasil dari glaukoma. Di negara Jerman, sebagai
contohnya kurang lebih 10% dari populasi diatas usia 40 tahun mengalami peningkatan
tekanan intraokular. Kurang lebih 10% pasien yang menemui dokter spesialis mata menderita
glaukoma. Pada populasi di negara Jerman, 8 juta penduduk memiliki risiko untuk
berkembangnya glaukoma, dimana pada 800.000 orang glaikoma tersebut telah berkembang,
dan 80.000 menghadapi kenyataan adanya risiko untuk menjadi buta apabila glaukoma tidak
terdiagnosis dan tidak diobati pada saat itu. Di Indonesia, glaukoma menjadi penyebab lebih
dari 500.000 kasus kebutaan di Indonesia dan kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma
bersifat permanen.
2.3.3 Etiologi
Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler yang dapat disebabkan oleh
bertambahnya produksi humor akueus oleh badan siliar ataupun berkurangnya pengeluaran
humor akueus di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil. Tekanan intraokuler adalah
keseimbangan antara produksi humor akueus, hambatan terhadap aliran akueous dan tekanan
vena episklera. Ketidakseimbangan antara ketiga hal tersebut dapat menyebabkan
13
![Page 14: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/14.jpg)
peningkatan tekanan intraokuler, akan tetapi hal ini lebih sering disebabkan oleh hambatan
terhadap aliran humor akueus. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan
antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama
terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak
diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
2.3.4 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah :
1. Tekanan darah rendah atau tinggi
2. Fenomena autoimun
3. Degenerasi primer sel ganglion
4. Usia di atas 45 tahun
5. Keluarga mempunyai riwayat glaukoma
6. Miopia atau hipermetropia
7. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi
Sedangkan beberapa hal yang memperberat resiko glaukoma adalah :
1. Tekanan bola mata, makin tinggi makin berat
2. Makin tua usia, makin berat
3. Hipertensi, resiko 6 kali lebih sering
4. Kerja las, resiko 4 kali lebih sering
5. Keluarga penderita glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
6. Tembakau, resiko 4 kali lebih sering
7. Miopia, resiko 2 kali lebih sering
14
![Page 15: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/15.jpg)
8. Diabetes melitus, resiko 2 kali lebih sering
2.3.5 Klasifikasi
Berdasarkan dari patofisiologinya, glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Klasifikasi Glaukoma
a. Glaukoma primer sudut terbuka
Glaukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya tidak
ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Gambaran klinis
dari glaukoma primer sudut terbuka, yaitu progresifitas gejalanya berjalan perlahan dan
lambat sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya, serta gejalanya samar seperti:
15
![Page 16: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/16.jpg)
sakit kepala ringan tajam penglihatan tetap normal; hanya perasaan pedas atau kelilipan
saja; tekanan intra okuler terus -menerus meningkat hingga merusak saraf penglihatan.
Glaukoma Primer Sudut Terbuka
b. Glaukoma primer sudut tertutup
Glaukoma primer sudut tertutup ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup.
Gejala yang dirasakan oleh pasien, seperti : tajam penglihatan kurang (kabur mendadak),
mata merah, bengkak, mata berair, kornea suram karena edema, bilik mata depan
dangkal dan pupil lebar dan tidak bereaksi terhadap sinar, diskus optikus terlihat merah
dan bengkak, tekanan intra okuler meningkat hingga terjadi kerusakan iskemik pada iris
yang disertai edema kornea, melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri hebat
periorbita, pusing, bahkan mual-muntah.
Glaukoma Primer Sudut Tertutup
16
![Page 17: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/17.jpg)
c. Glaukoma kongenital (juvenil)
Glaukoma kongenital timbul saat lahir atau dalam tahun pertama dengan gejala klinis
adanya mata berair berlebihan, peningkatan diameter kornea (buftalmos), kornea
berawan karena edema epitel, terpisah atau robeknya membran descemet, fotofobia,
peningkatan tekanan intraokular, peningkatan kedalaman kamera anterior, pencekungan
diskus optikus.
2.3.6 Glaukoma Akut
I. Definisi
Merupakan suatu episode akut dari meningkatnya tekanan intra okular yang terjadi hingga
beberapa kali dikarenakan adanya sumbatan pada pengaliran humor akueous secara tiba-tiba.
Produksi dari humor akueous dan tahanan dari trabekular sendiri normal.
II. Etiologi
Secara anatomis, adanya predisposisi pada mata dengan COA yang dangkal, relatif
berpengaruh terhadap kesukaran aliran dari humor akueus melewati pupil. Blokade pada
pupil meningkatkan tekanan pada COP. Tekanan ini menyenbabkan iris ke anterior ke arah
trabekular, menimbulkan blokade pada aliran humor akueous secara mendadak (sudut
tertutup). Serangan glaukoma secara tipikal mengenai satu mata (unilateral) dikarenakan
pelebaran dari pupil baik dalam keadaan sekeliling yang gelap dan atau di bawah pengaruh
stress emosional. Situasi yang tipikal yakni film misteri malam hari di televisi, penggunaan
obat-obatan midriatika, obat psikotropik sistemik juga dapat memicu serangan glaukoma.
III. Faktor resiko
- Usia
Seperti POAG, usia yang lebih tua meningkatkan risiko PACG. Salah satu alasannya adalah
bahwa seiring bertambahnya usia, katarak berkembang yang menghasilkan penebalan dan
penyempitan sudut ruang drainase anterior. Sudut drainase yang sempit predisposisi pasien
untuk PACG.
- Ras
17
![Page 18: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/18.jpg)
Populasi Asia berada pada risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan PACG daripada
ras lain. Sekitar 6% PACG berasal dari orang dewasa populasi Asia, sementara itu ada hanya
0,1 - 0,6% pada ras lain. Kedalaman ruang anterior lebih kecil telah ditemukan terkait dengan
PACG. Ada kemungkinan bahwa penduduk Asia memiliki kedalaman ruang anterior lebih
kecil dari populasi lain, sehingga meningkatkan risiko PACG.
- Jenis kelamin
Perempuan lebih sering dari pada laki-laki. Hal ini umumnya ditemukan bahwa perempuan
memiliki mata yang lebih kecil dibandingkan laki-laki olek karena itu, ruang anterior lebih
kecil dan sudut drainase sempit. Ini adalah faktor risiko anatomi untuk pengembangan
PACG.
- Riwayat keluarga positif PACG
Telah dilaporkan bahwa hingga 20% dari keluarga pasien PACG memiliki sudut drainase
sempit. Hal ini umumnya percaya bahwa ukuran mata dapat diwariskan. Jika ukuran mata
kecil maka sudut drainase yang sempit, ini adalah factor resiko dari PACG.
Factor predisposisi
Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah :
1. Bulbus okuli yang pendek, biasanya pada mata yang hipermetrop. Makin berat
hipermetropnya makin dangkal bilik mata depannya.
2. Tumbuhnya lensa, menyebabkan bilik mata depan menjadi lebih dangkal. Pada umur 25
tahun, dalamnya bilik mata depan rata-rata 3,6 mm, sedangkan pada umur 70 tahun 3,15
mm.
3. Kornea yang kecil, dengan sendirinya bilik mata depannya dangkal.
4. Tebalnya iris. Makin tebal iris, makin dangkal bilik mata depan.
Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa jadi lebih dekat ke iris, sehingga aliran
cairan bilik mata dari bilik mata belakang ke bilik mata depan tehambat, inilah yang disebut
dengan hambatan pupil. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam bilik
mata belakang dan medorong iris ke depan. Pada sudut bilik mata depan yang memang sudah
sempit, adanya dorongan ini menyebabkan iris menutupi jaringan trabekula, sehingga cairan
bilik mata tidak dapat atau sukar untuk keluar dan terjadilah glaukoma sudut tertutup.
18
![Page 19: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/19.jpg)
IV. Patofisiologi
Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal, sedangkan tekanan
intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata,
sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan
seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit (kadang-kadang disebut dengan
“dangerous angle”). Penting untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau sudut
terbuka luas, perifer iris tidak kontak dengan perifer kornea, sehingga sudut bilik mata depan
tidak tertutup dan glaukoma sudut tertutup tidak akan terjadi. Ini merupakan perbedaan dasar
antara glaukoma sudut terbuka dengan glaukoma sudut tertutup. Ketika dislokasi lensa
sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik mata maka keadaan ini dikenal dengan glaukoma
sudut tertutup sekunder. Jika glaukoma sudut tertutup tidak diketahui penyebabnya, kondisi
ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup primer. Apabila sudut bilik mata depan tertutup
secara cepat dan berat, ini dikenal dengan glaukoma akut yang disertai dengan banyak gejala
dan tanda. Apabila penutupan sudut bilik mata depan tidak sempurna dan kadang-kadang saja
terjadi, ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup intermitten atau glaukoma sudut tertutup
kronik, dan disertai dengan sedikit gejala. Apabila glaukoma sudut tertutup intermitten yang
tidak mempunyai gejala, ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup kreeping. Satu hal
penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata sempit akan berkembang
menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya sebagian kecil saja, terutama pada mata yang
pupilnya berdilatasi sedang (3,0 - 4,5mm) yang dapat memungkinkan terjadinya blok pupil
sehingga dapat berlanjut menjadi sudut tertutup. Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan
intraocular lebih tinggi di bilik mata belakang daripada bilik mata depan. Jika blok pupil
semakin berat tekanan intraokuler di bilik mata belakang semakin bertambah, sehingga
konveksivitas iris semakin bertambah juga, ini dikenal dg iris bombe, yang membuat perifer
iris kontak dengan jalinan trabekuler, dan menyebabkan sudut bilik mata depan tertutup. Jika
19
![Page 20: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/20.jpg)
tekanan intraokuler meningkat secara drastic akibat sudut tertutup komplit maka akan terjadi
glaukoma akut.
Mekanisme lain yang dapat menyebabkan glaukoma akut adalah: plateau iris dan
letak lensa lebih ke anterior. Pada keadaan seperti ini juga sering terjadi blok pupil.
V. Gejala
Gejala Pada onset yang akut didapatkan adanya nyeri yang hebat. Peningkatan tekanan intra
okular berpengaruh terhadap saraf korneal (N. Opthalmicus atau cabang pertama dari
N.trigeminus) untuk menyebabkan timbulnya nyeri yang tumpul. Dimana nyeri ini dapat
menjalar ke pelipis, kepala bagian belakang, dan rahang melalui tiga cabang dari
N.trigeminus dimana dapat menutupi asalnya yakni dari okular. Mual dan muntah. Terjadi
dikarenakan iritasi pada N.vagus dan dapat menstimulasi gangguan pada abdomen. Gejala
umum seperti nyeri kepala, mual dan muntah dapat mendominasi dimana nantinya pasien
tidak dapat menyadari adanya gejala lokal. Ketajaman penglihatan berkurang. Pasien
menyadari adanya pandangan gelap dan adanya halo di sekeliling cahaya pada mata yang
terkena. Gejala-gejala ini disebabkan karena edem dari epitel kornea akibat dari peningkatan
tekanan. Gejala prodromal Pasien mengatakan adanya episode transien dari pandangan yang
kabur atau adanya halo yang berwarna disekeliling cahaya sebelum timbulnya serangan.
Gejala prodromal ini dapat tidak disadari atau dinaggap tidak penting oleh pasien pada
episode yang ringan dimana mata akan kembali normal. Identifikasi awal dari pasien risiko
tinggi dengan COA yang dangkal dan penemuan pada gonioskopi merupakan hal yang
penting karena kerusakan pada struktur dari sudut dapat terjadi lebih lanjut sebelum
timbulnya gejala klinis. Sindrom menyeluruh dari glaukoma akut tidak selalu timbul.
Penurunan dari visus dapat tidak disadari jika mata lainnya memiliki visis yang normal.
Persepsi subjektif dari pasien terhadap nyeri sangatlah bervariasi.
20
![Page 21: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/21.jpg)
VI. Dasar Diagnosis
Diagnosis ditegakan atas dasar tiga gejala dasar yakni :
Mata merah unilateral dengan injeksi konjungtiva atau silier
Pupil yang dilatasi
Bola mata keras pada palpasi
Penemuan lainnya :
Kornea pudar dan berkabut dengan edem epitel
COA dangkal atau kolaps secara komplit. Hal ini jelas terlihat saat mata diiluminasi
dengan sumber cahaya yang difokuskan pada sisi lateral dan pada pemeriksaan slit lamp.
Inspeksi dari COA yang dangkal akan sulit. Permukaan dari iris secara detail akan
terlihat dan iris akan tampak pudar.
Fundus akan digelapkan oleh karena opasifikasi dari epitel kornea. Saat fundus dapat
divisualisasi karena gejala telah mereda dan kornea jernih, perubahan pada diskus
optikus akan bervariasi dari diskus optikus yang normal hingga nervus optikus yang
hiperemia. Pada kasus lebih lanjut, kongesti vena akan timbul. Arteri sentralis dari retina
akan tetlihat berdenyut pada diskus optikus sehingga darah hanya dapat masuk ke mata
selama fase sistolik dikarenakan tekanan intraokular yang tinggi.
Visus akan menurun hingga persepsi dari pergerakan tangan.
21
![Page 22: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/22.jpg)
Gambaran Serangan Akut Glaukoma
VII. Diagnosis Banding
Misdiagnosis dapat terjadi karena banyaknya variasi dari gejala yang dapat
menstimulasi penyakit lainnya :
Gejala umum seperti nyeri kepala, muntah dan mual sering mendominasi dan dapat
dengan mudah terdiagnosis sebagai appendicitis atau tumor otak
Pada iritis dan iridisiklitis, mata juga merah dan iris tampak pudar. Selain itu tekanan
intraokular memiliki tendensi untuk menurun dibandingkan meningkat
VIII. Pengobatan
Serangan akut glaukoma merupakan suatu kegawat daruratan dan pasien memerlukan
tindakan segera dari dokter spesialis mata. Penyebab dasar dari gangguan ini memerlukan
prosedur pembedahan, meskipun terapi inisial berupa konservatif.
1. Terapi medikamentosa:
Agen osmotik
Karbonik anhidrase inhibitor
Miotik kuat
22
![Page 23: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/23.jpg)
Beta-bloker
Apraklonidin
2. Observasi respon terapi:
Monitor ketajaman visus, edema kornea, dan ukuran pupil.
Ukur tekanan intraokular setiap 15 menit.
Periksa sudut dengan gonioskopi.
3. Parasintesis
4. Bedah Laser:
Laser iridektomi
Laser iridoplasti
5 Bedah insisi
Iridektomi bedah insisi
Trabekulektomi
6. Ekstraksi lensa
7. Tindakan profilaksis
Terapi medikamentosa
1. Agen osmotik
Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intra okular, pemberiannya dianjurkan
kepada pasien yang tidak mengalami emesis. Pemberian anti emetik dapat membantu
mencegah muntah akibat emesis. Agen osmotik oral pada penggunaannya tidak boleh
diencerkan dengan cairan atau es, agar osmolaritas dan efisiensinya tidak menurun.
a. Gliserin,
Dosis efektif 1 - 1,5 gr/kg BB dalam 50% cairan. Dapat menurunkan tekanan intraokular
dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian, dan dipastikan agen ini bekerja selama 5 - 6
jam. Selama penggunaannya, gliserin dapat menyebabkan hiperglikemia dan dehidrasi.
Hati-hati terhadap pasien diabetes dan lansia dengan gagal ginjal serta penyakit
kardiovaskular. Karena agen ini sendiri dapat menyebabkan mual dan muntah.
b. Mannitol,
Merupakan oral osmotik diuretik kuat yang dapat memberikan keuntungan dan aman
digunakan pada pasien diabetes karena tidak dimetabolisme. Dosis yang dianjurkan
adalah 1 - 2 gram/kgBB dalam 50% cairan. Puncak efek hipotensif okular terlihat dalam 1
- 3 jam dan berakhir dalam 3-5 jam. Bila intoleransi gastrik dan mual menghalangi
penggunaan agen oral, maka manitol dapat diberikan secara intravena dalam 20% cairan
23
![Page 24: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/24.jpg)
dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30 menit. Mannitol dengan berat melekul yang tinggi,
akan lebih lambat berpenetrasi pada mata sehingga lebih efektif menurunkan tekanan
intraokular. Maksimal penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam setelah pemberian
manitol intravena
c. Ureum intravena,
Merupakan agen osmotik yang dahulu sering digunakan, mempunyai berat melekul yang
rendah. Urea lebih cepat berpenetrasi pada mata, sehingga tidak seefektif mannitol dalam
menurunkan tekanan intraokular. Karena agen ini merupakan salah satu alternatif, maka
penggunaan urea harus dengan pengawasan yang ketat untuk menghindari komplikasi
kardiovaskular.2,7,10,12
2. Karbonik anhidrase inhibitor
Digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular yang tinggi, dengan menggunakan dosis
maksimal dalam bentuk intravena, oral atau topikal.
3. Asetazolamid
Merupakan pilihan yang sangat tepat untuk pengobatan darurat pada glaukoma akut. Efeknya
dapat menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humour akuos, sehingga sangat
berguna untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat, yang digunakan secara oral dan
intravena. Asetazolamid dengan dosis inisial 2x250 mg oral, dapat diberikan kepada pasien
yang tidak mempunyai komplikasi lambung. Dosis alternatif intravena 500 mg bolus, efektif
terhadap pasien nousea. Penambahan dosis maksimal asetazolamid dapat diberikan setelah 4-
6 jam untuk menurunkan tekanan intraokular yang lebih rendah. Karbonik anhidrase inhibitor
topikal dapat digunakan sebagai inisial terapi pada pasien emesis. Sekarang diketahui bahwa,
kanhidrase inhibitor oral sedikit atau tidak ada sama sekali efek samping sistemik. Menurut
pengalaman penulis pemberian karbonik anhidrase inhibitor oral sangat diperlukan dalam
pengobatan gloukoma akut.
4. Miotik kuat
Pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial terapi,
diindikasikan untuk mencoba menghambat serangan awal gloukoma akut. Penggunaannya
ternyata tidak efektif pada serangan yang sudah lebih dari 1-2 jam. Hal ini terjadi karena
muskulus spingter pupil sudah iskhemik sehingga tidak dapat merespon terhadap pilokarpin.
Pilokarpin diberikan satu tetes setiap 30 menit selama 1-2 jam. Pada umumnya respon pupil
negatif terhadap serangan yang telah berlangsung lama sehingga menyebabkan atrofi otot
spingter akibat iskhemia.
24
![Page 25: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/25.jpg)
5. Beta bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan sudut tertutup. Beta
bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan cara mengurangi produksi humor
akuos. Timolol merupakan beta bloker nonselektif dengan aktifitas dan konsentrasi tertinggi
di bilik mata belakang yang dicapai dalam waktu 30 ? 60 menit setelah pemberian topikal.
Beta bloker tetes mata nonselektif sebagai inisial terapi dapat diberikan 2 kali dengan
interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian.7,10,12
6. Apraklonidin
Merupakan agen alfa2-agonis yang efektif untuk hipertensi okular, apraklonidin bekerja
dengan cara menurunkan produksi akuos humor dan tidak memberikan efek pada outflow
humor akuos. Apraklonidin 0,5% dan 1%, keduanya telah menunjukkan efektifitas yang sama
dan rata-rata dapat menurunkan tekanan intraokular 34% setelah 5 jam pemakaian topikal.
Apraklonidin dapat digunakan pada pengobatan glaukoma akut yang dikombinasikan dengan
terapi medis lainnya.
Setelah tekanan intraokular menurun dan miosis pupil telah dicapai, terapi topikal dengan
pilokarpin, beta bloker, karbonik anhidrase inhibitor dan apraklonidin dapat diteruskan
sampai tindakan operasi dilakukan atau reopening sudut bilik mata. Pemeriksaan ulang
gonioskopi harus dilakukan, jika perlu gliserin tetes mata dapat digunakan untuk
menjernihkan kornea. Sekarang ini, dilakukan gonioskopi indentasi untuk mendorong akuos
dari sentral ke perifer agar sudut yang telah tertutup dapat terbuka kembali. Tehnik ini telah
diuji sebagai terapi untuk serangan sudut tertup akut. Meskipun sudut telah sukses membuka
kembali dengan gonioskopi indentasi, tetapi tidak dapat menggantikan terapi definitif yaitu:
iridektomi perifer.7,10,12
Observasi respon terapi
Merupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang dapat menyelamatkan visus
penderita, sehingga keputusan harus segera dibuat (paling kurang dalam 2 jam setelah
mendapat terapi medika mentosa intensif), untuk tindakan selanjutnya, observasinya
meliputi:
1. Monitor ketajaman visus, edema kornea dan ukuran pupil.
2. Ukur tekanan intraokular setiap 15 menit ( yang terbaik dengan tonometer aplanasi).
3. Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama apabila tekanan intraokularnya sudah turun dan
kornea sudah mulai jernih.
25
![Page 26: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/26.jpg)
Pada masa observasi ini yang dilihat adalah respon terapi. Respon terapi bisa baik, jelek,
ataupun sedang. Bila respon terapi baik, maka akan terjadi perbaikan visus, kornea menjadi
jernih, pupil kontriksi, tekanan intraokular menurun, dan sudutnya terbuka kembali. Pada
keadaan ini dapat dilakukan tindakan selanjutnya dengan laser iridektomi. Jika respon
terapinya jelek, akan didapatkan visus yang tetap jelek, kornea tetap edema, pupil dilatasi dan
terfiksir, tekanan
intraokular tinggi dan sudutnya tetap tertutup. Pada kondisi ini dapat dilakukan tindakan
selanjutnya dengan laser iridoplasti. Jika respon terapinya sedang, dimana didapatkan visus
sedikit membaik, kornea agak jernih, pupilnya tetap dilatasi, tekanan intraokular tetap tinggi
(sekitar 30 mmHg), sudut sedikit terbuka, pada keadaan seperti ini penanganannya menjadi
sulit. Pengulangan indentasi gonioskopi dapat dicoba untuk membuka sudut yang telah
tertutup. Bila respon terhadap tindakan tersebut berhasil, dapat dilanjutkan dengan laser
iridektomi atau alternatif lainnya seperti laser iridoplasti. Sebelumnya diberikan dahulu
tetesan gliserin untuk mengurangi edema kornea supaya visualisasinya jelas. Pada keadaan
edema kornea sulit untuk melakukan tindakan laser, karena power laser terhambat oleh
edema kornea sehingga penetrasi laser ke iris tidak efektif pada keadaan ini dan laser
iridektomi dapat mengalami kegagalan. Jika penetrasi laser tidak berhasil maka pembukaan
sudut yang baik tidak tercapai.4
Parasintesis
Kalau pemakaian terapi medikamentosa secara intensif masih dianggap lambat dalam
menurunkan tekanan intraokular ke tingkat yang aman, dan kadang-kadang justru setelah
pemberian 2 atau 4 jam masih tetap tinggi. Sekarang ini mulai diperkenalkan cara
menurunkan tekanan intraokular yang cepat dengan tehnik parasintesis, seperti yang
dilaporkan oleh Lamb DS dkk, tahun 2002, yang merupakan penelitian pendahuluan (pilot
study). Pada 10 mata dari 8 pasien dengan glaukoma akut, yang rata-rata tekanan intraokular
66,6 mmHg sebelum tindakan parasintesis. Setelah dilakukan parasintesis dengan
mengeluarkan cairan akuos sebanyak 0,05 ml, didapatkan penurunan tekanan intraokular
secara cepat yaitu pada 15 menit setelah parasintesis tekanan intraokular menjadi sekitar 17,1
mmHg, setelah 30 menit menjadi 21,7 mmHg, setelah 1 jam 22,7 mmHg, setelah 2 jam atau
lebih 20,1 mmHg. Cara ini juga dapat menghilangkan rasa nyeri dengan segera pada
pasien.4,14
Bedah laser
a. Laser iridektomi
- Indikasi
26
![Page 27: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/27.jpg)
Iridektomi diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil,
iridektomi juga diindikasikan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada mata yang beresiko,
yang ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi. Iridektomi laser juga dilakukan pada serangan
glaukoma akut dan pada mata kontra-lateral dengan potensial glaukoma akut.2.5,6,7
- Kontra indikasi
Iridektomi laser tidak dapat dilakukan pada mata dengan rubeosis iridis, karena dapat terjadi
perdarahan. Resiko perdarahan juga meningkat pada pasien yang menggunakan anti-koagulan
sistemik, seperti aspirin. Argon laser lebih diutamakan pemakaiannya dari pada Nd:YAG
laser pada individu yang membutuhkan terapi laser iridektomi. Walaupun laser iridektomi
tidak membantu dalam kasus glaukoma sudut tertutup yang bukan disebabkan oleh
mekanisme blok pupil, tetapi kadang-kadang laser iridektomi perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya blok-pupil pada pasien dengan sudut bilik mata sempit.2,5.6.7
- Pertimbangan sebelum operasi
Pada glaukoma sudut tertutup akut, sering mengalami kesulitan saat melakukan iridektomi
laser karena kornea keruh, sudut bilik mata depan dangkal, pembengkakan iris. Dokter harus
berusaha untuk menghentikan serangan akut dengan tindakan medis sebelum melakukan
operasi. Sebelum dilakukan laser harus diberikan terapi inisial gliserin topikal untuk
memperbaiki edema kornea, agar mudah untuk mempenetrasi kripta iris. Hati-hati pada saat
melakukan iridektomi perifer dan jangan terhalang oleh palpebra. Terapi-awal dengan
pilokarpin dapat membantu melebarkan dan menipiskan iris. Terapi-awal dengan
aproklonidin dapat membantu menurunkan tekanan intraokular.2,5,6,7
- Tehnik
Pada umumnya iridektomi menggunakan argon laser, tetapi pada keadaan kongesti, edem dan
inflamasi akibat serangan akut, tehnik ini sulit dilakukan. Setelah dilakukan indentasi
gonioskopi, kekuatan inisial laser diatur dalam 0,02-0,1 detik, ukuran tembakan 50 ?m, dan
kekuatan 800-1000 mW. Biasanya tehnik yang digunakan adalah tehnik pewarnaan iris.
Komplikasi dari argon laser adalah sinekia posterior, katarak lokal, meningkatnya tekanan
intraokular (dapat merusak nervus optikus), iritis, lubang iridektomi lebih cepat tertutup
kembali dan terbakarnya kornea dan retina. Argon laser dan Nd:YAG laser sama-sama dapat
digunakan untuk iridektomi. Namun, pemakaian Nd:YAG laser lebih disukai. Karena lebih
cepat, lebih mudah, dan energi yang dibutuhkan lebih sedikit dari pada argon laser. Lebih
lanjut lagi, keefektifan dari Nd:YAG laser ini tidak berpengaruh pada keadaan iris dan lubang
iridektomi yang dihasilkan Nd:YAG laser lebih jarang tertutup kembali dari pada argon laser.
27
![Page 28: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/28.jpg)
Setelah indentasi gonioskopi, inisial laser diatur 2-8 mJ. Komplikasi yang dapat terjadi adalah
terbakarnya kornea, kapsul anterior lensa robek, perdarahan (biasanya tidak lama), tekanan
intraokular meningkat setelah operasi, inflamasi dan lubang iridektomi lambat tertutup
kembali. Untuk mencegah kerusakan lensa, operator harus berhati-hati pada saat
mempenetrasi Nd:YAG laser ke iris. Lokasi penetrasi harus seperifer mungkin. 2,5,6,7
- Perawatan setelah-operasi
Perdarahan dapat terjadi di tempat iridektomi, khususnya pada Nd:YAG laser. Pada
perdarahan ringan dapat diatasi dengan terapi anti-koagulasi. Namun pada pasien yang
mengalami kelainan pembekuan darah dapat diatasi dengan argon laser. Karena argon laser
dapat membantu proses koagulasi pembuluh darah. Peningkatan tekanan intraokular dapat
terjadi setelah operasi, terutama pada pasien LTP, mereka dapat diobati dengan
penatalaksanaan LTP. Apabila terjadi Inflammasi maka dapat disembuhkan dengan
menggunakan kortikosteroid topical.2,5,6,7
- Komplikasi
Pada umumnya komplikasi yang sering terjadi pada laser iridektomi meliputi kerusakan lokal
pada lensa dan kornea, ablasio retina, pendarahan, gangguan visus dan tekanan intraokular
meningkat. Kerusakan lensa dapat dihindari dengan cara menghentikan prosedur
dan segera penetrasi iris untuk iridektomi lebih ke superior iris perifer. Ablasio retina sangat
jarang, tetapi masih ditemukan pada prosedur Nd:YAG laser iridektomi.2,5,6,7
b. Laser iridoplasti
Merupakan tindakan alternatif jika tekanan intraokular gagal diturunkan secara intensif
dengan terapi medika mentosa. Bila tekanan intraokularnya tetap sekitar 40 mmHg, visus
jelek, kornea edema dan pupil tetap dilatasi. Pada laser iridoplasti ini pangaturannya berbeda
dengan pengaturan pada laser iridektomi. Disini pengaturannya dibuat sesuai untuk
membakar iris agar otot spingter iris berkontraksi, sehingga iris bergeser kemudian sudutpun
terbuka. Agar laser iridoplasti berhasil maka titik tembakan harus besar, powernya rendah
dan waktunya lama. Aturan yang digunakan ukurannya 500 ?m (200-500 ?m), dengan power
500 mW (400-500 mW), waktunya 0,5 detik (0,3-0,5 detik). Pada penelitian ahli terhadap 20
mata penderita glaukoma akut, dari tekanan intraokular rata-rata sebelum iridoplasti 43,2
mmHg turun menjadi rata-rata 17 mmHg, pada 2 jam setelah dilakukan iridoplasti laser.1,2,5,11
Bedah insisi
Iridektomi insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan tindakan laser iridektomi.
Seperti;
28
![Page 29: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/29.jpg)
- Pada situasi iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema kornea, hal ini sering
terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang berlangsung 4 - 8 minggu.
- Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak irido-korneal yang luas.
- Pasien yang tidak kooperatif.
- Tidak tersedianya peralatan laser.1,6
a. Iridektomi bedah insisi
Jika iridektomi bedah insisi yang dipilih, maka pupil dibuat semiosis mungkin, dengan
menggunakan miotik tetes atau asetilkolin intra-kamera. Peritomi superior 3 mm,
walaupun beberapa ahli mata memilih tidak melakukan peritomi. Kemudian dilakukan
insisi 3 mm pada kornea-sklera 1 mm di belakang limbus. Insisi dilakukan agar iris
prolap. Bibir insisi bagian posterior ditekan, sehingga iris perifer hampir selalu prolaps
lewat insisi, dan kemudian dilakukan iridektomi. Bibir insisi bagian posterior ditekan lagi
diikuti dengan reposisi pinggir iridektomi. Luka insisi kornea ditutup dengan satu jahitan
atau lebih, dan bilik mata depan dibentuk kembali dengan NaCl 0,9% melalui
parasintesis. Setelah operasi selesi, fluoresen sering digunakan untuk menetukan ada
tidaknya kebocoran pada bekas insisi. Oleh karena kebocoran dapat meningkatkan
komplikasi seperti bilik mata depan dangkal.1,2,7,14
b. Trabekulektomi
Mengingat komplikasi yang terjadi pada saat dan sesudah operasi trabekulektomi, tidak
baik dilakukan pada keadaan glaukoma akut. Namun kadang-kadang, karena suatu
kondisi misalnya serangan glaukoma akut yang akan terjadi keterlantaran penyakitnya
atau penderita berasal dari tempat yang jauh maka dapat dilakukan tindakan ini, jika
mungkin akan dikombinasikan dengan ektraksi lensa (katarak), sebab jika lensanya
diangkat akan melebarkan sudut filtrasi sehingga dapat menurunkan tekanan intraokular
yang efektif. Indikasi tindakan trabekulektomi dilakukan pada keadaan glaukoma akut
yang berat, atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer, glaukoma primer sudut
tertutup kreeping, juga pada penderita dengan iris berwarna coklat gelap (ras Asia atau
China), yang kemungkinan terjadi serangannya lebih berat serta tidak respon dengan
tindakan iridektomi perifer.2,5,8,14
Ekstraksi lensa
Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ektraksi lensa dapat
dipertimbangkan sebagai prosedur utama. Walaupun iridektomi laser dapat menghentikan
serangan akut akibat blok pupil, namun operasi katarak baik dilakukan agar lebih aman untuk
29
![Page 30: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/30.jpg)
waktu yang akan datang.4,5,8
Etiologi dan Therapi Glaukoma Akut Sudut Tertutup
Nd:YAG laser Iridotomy
30
![Page 31: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/31.jpg)
IX. Profilaksis
Saat pasien mengeluhkan gejala prodromal yang jelas dan sudut dari COA tampak konstriksi,
profilaksis yang paling aman adalah dengan melakukan Nd:YAG laser iridotomy atau
peripheral iridectomy. Jika satu mata telah mengalami serangan akut, mata lainnya harus di
lakukan tindakan inisial dengan pilocarpine 1% tiap 4-6 jam untuk meminimalisir risiko
serangan glaukoma. Mata kedua nantinya dilakukan Nd:YAG laser untuk mencegah
glaukoma setelah tindakan pembedahan pada mata pertama stabil.
X. Prognosis
Seseorang dapat menghilangakn adanya blokade pada pupil dan tekanan intaokular yang
menurun pada serangan inisial dengan obat-obatan dan pencegahan pertmanen dengan
pembedahan. Glaukoma akut sudut tertutup yang rekuren atau glaukoma sudut tertutup yang
berlangsung lebih dari 48 jam dapat menimbulkan sinekhia perifer antara iris dan trabekula.
Kasus ini tidak dapat dilakukan Nd:YAG laser iridotomy atau iridectomy dan sudut tertutup
dapat terus berlangsung meskipun dilakukan pembedahan. Operasi filtrasi diindikasikan pada
kasus ini. Saat tekanan intaokular terkontrol dan kornea jernih, gonioskopi diindikasikan
untuk melihat bahwa sudut terbuka kembali dan untuk menyingkirkan sudut tertutup yang
persisten.
31
![Page 32: glaukoma](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9041550346703ba45657/html5/thumbnails/32.jpg)
BAB IV
KESIMPULAN
Glaukoma adalah penyakit dengan etiologi yang berbeda-beda dan tanda umumnya
adalah neuropathy optik yang memiliki karakteristik adanya kelainan pada nervus optikus
dan gambaran gangguan lapang pandang yang spesifik. Penyakit ini sering tapi tidak selalu
berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular. Stadium akhir dari glaukoma adalah
kebutaan. Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis),
glaukoma primer sudut tertutup (sempit / akut), glaukoma sekunder, dan glaukoma
kongenital (glaukoma pada bayi).
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran
humor akueus dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri
hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan. Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi
menjadi akut, subakut, kronik, dan iris plateau.
Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera ditangani
dalam 24 – 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi akut glaukoma
sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif. Tetapi
bila terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta permanen
Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi humor
akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat menurunkan tekanan
intraokuler sesegera mungkin
32