glaukoma

29
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta . Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati. Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Dengan faktor risiko : riwayat glaukoma di dalam keluarga, tekanan bola mata tinggi, miopia (rabun jauh), diabetes (kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk), kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya, menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama, lebih dari 45 tahun. Penyakit glaukoma secara umum dapat menimbulkan gejala seperti, mata sakit parah, mual dan muntah (yang menyertai sakit mata parah), tiba-tiba gangguan visual terutama pada daerah yang kurang cahaya, penglihatan kabur, mata memerah. 1

description

askep glaukoma

Transcript of glaukoma

BAB IPENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGGlaukomaadalah salah satu jenispenyakit matadengangejalayang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandanganmatasemakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadibuta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar daribola mataterhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Dengan faktor risiko : riwayat glaukoma di dalam keluarga, tekanan bola mata tinggi, miopia (rabun jauh), diabetes (kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk), kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya, menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama, lebih dari 45 tahun.Penyakit glaukoma secara umum dapat menimbulkan gejala seperti, mata sakit parah, mual dan muntah (yang menyertai sakit mata parah), tiba-tiba gangguan visual terutama pada daerah yang kurang cahaya, penglihatan kabur, mata memerah.Di Amerika Serikat, glaukoma terjadi antara 1 dan 40 kali dari 1000 penduduk tergantung etnisnya. Di Indonesia glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut, Pada usia diatas 50 tahun, tingkat resiko penderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Menurut data dari WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), galukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age- related mucular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal apacity (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%). Dampak glaukoma pada umumnya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.WHO telah mencanangkan Vision 2020 yakni The Right to Sight, yang terdiri dari tiga strategi, yaitu; Pertama, pengembangan pengendalian penyakit secara terintegrasi melalui penyediaan SDM, infrastrukstur dan teknologi yang saling menunjang disetiap tingkat pelayanan kesehatan. Kedua, Advokasi dan promosi Vision 2020 disetiap level pelayanan kesehatan dengan penguatan strategi yang mendukung vision 2020. Ketiga, kemitraan antar negara, organisasi profesi, NGO , WHO dan stakeholder lainnya.Di Indonesia program ini dikenal sebagai Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan di Masyarakat. Implementasi dari program ini adalah hak dari setiap manusia untuk mendapatkan hak penglihatan yang baik dengan pelayanan kesehatan mata yang bermutu, merata dan terjangkau. Beberapa kasus penyakit mata yang mengancam terjadinya gangguan penglihatan dan kebutaan sesungguhnya dapat dideteksi sejak dini, seperti penyakit Glaukoma, yang diharapkan telah dapat diketahui sejak dini di tingkat Puskesmas. Oleh karenanya tenaga kesehatan di Puskesmas harus memiliki kemampuan dasar dalam mendeteksi kelainan pada berbagai penyakit mata yang mengancam gangguan penglihatan atau kebutaan ini.Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama antara Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, Organisasi Profesi, Swasta dan masyarakat. sehingga diperlukan koordinasi yang baik antara Fasyankes/Rumah sakit, Dinas Kesehatan serta Kementerian Kesehatan dalam menghadapi setiap permasalahan yang timbul di masyarakat terkait kesehatan mata. Kementerian Kesehatan sangat mendukung setiap upaya yang dilakukan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan.Dengan tingginya angka kubutaan, yang disebabkan glaucoma maka kami mengangkat tema tentang Asuhan Keperawatan Glaukoma dan juga untuk memenuhi tugas kelompok kami.B. RUMUSAN MASALAHDitemukannya angka kejadian glaukoma di Indonesia menurut PERDAMI (Persatuan Dokter Mata Indonesia) masih cukup tinggi, sekitar 1 dari 1000 orang yang berusia 40 tahun dan angka kejadian bertambah seiring usia. Dampak dari kebutaan tidak hanya pada penderita saja, tapi juga berdampak pada keluarga sekelilingnya dan sosioekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung

Dalam penanggulangan penyakit mata lainnya seperti glaukoma masih terbatas dalam pelayanan klinik di rumah sakit dan klinik mata. Dalam penanggulangan masalah gangguan penglihatan, Perdami dalam beberapa kesempatan juga bekerjasama dengan LSM untuk memeriksa gangguan mata. Perdami masih terus berusaha memberikan advokasi kepada masyarakat mengenai berbagai penyakit mata, baik dalam bentuk penyuluhan dan melalui publikasi. Perdami juga berusaha mengumpulkan data prevalensi; berbagai sentra pendidikan menyelenggarakan studi mengenai angka kejadian berbagai penyakit mata di masyarakat. Berbagai penelitian dalam bidang ilmu mata banyak dilakukan dan dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Perdami maupun pertemuan nasional dan internasional, serta dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Perdami memiliki Jurnal Kesehatan Mata Nasional yaitu Majalah Ophthalmologica IndonesianaC. TUJUAN PENULISAN Tujuan umum Untuk memenuhi tugas Sistem Sensori Persepsi pada Asuhan Keperawatn Glaukoma Tujuan khusus Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis glaukoma Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi glaukoma Untuk mengetahui patofisiologi/patway, penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik dan komplikasi trauma mata Untuk mengetahui asuhan keperawatan trauma mataD. RUANG LINGKUP MASALAHKelompok hanya membatasi lingkup masalah seputar Asuhan Keperawatan GlaukomaE. SISTEMATIKA PENULISANBAB I PENDAHULUANA. Latar belakangB. Rumusan MasalahC. Tujuan PenulisanD. Ruang Lingkup MasalahE. Sistematika PenulisanBAB II TINJAUAN TEORIA. DefinisiB. EtiologiC. Manifestasi KlinisD. Anatomi dan FisiologiE. PatotisiologiF. PenatalaksanaanG. Pemeriksaan DiagnostikH. KomplikasiBAB III ASUHAN KEPERAWATANA. PengkajianB. Diagnosa keperawatanC. IntervensiD. ImplementasiE. EvaluasiBAB IV PENUTUPA. KesimpulanB. Saran

BAB IITINJAUAN TEORIA. DefinisiGlaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optic dengan defek lapang pandangan mata. (Ilyas,2005).Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus kerusakan ini berhubungan dengan peningkatan TIO yang terlalu tinggi. (Brunner & Suddarth. 2005)Glaukoma adalah kondisi dimana peningkatan tekanan intraokular, yang diakibatkan oleh perubahan patologis pada sudut iridokorneal yang menghambat aliran keluar normal aqueous humor. Peningkatan tekanan ini menyebabkan kerusakan struktur dan fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan. (Smeltzer, 2001).Berbagai pengertian di atas kelompok dapat menyimpulkan bahwa Glaukoma adalah penyakit mata dengan gangguan integritas struktur dan fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler ekskavasi dan antrofi papil saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas.B. Etiologi1) Faktor PresipitasiAda beberapa sebab dan faktor yang beresiko terhadap terjadinya glaukoma. Diantaranya adalah:a. Umur.Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukomaUntuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.c. Tekanan bola mata.Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata. Obat-obatand. Pemakai steroid secara rutin.Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.e. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mataf. Penyakit lainRiwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.2) Faktor Predisposisi Genetik Glaukoma CongenitalGlaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermalmemfungsikan trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.C. Manifestasi Klinis1. Gejala mayora. Rasa nyeri yang hebat di dalam matab. Pusing c. Sakit kepala berat terkadang sampai muntah.d. Penglihatan kabur2. Gejala minora. Trauma mata

D. Anatomi dan FisiologiOtot-otot optik adalah otot interior dan superior. Otot optik superior menggerakan mata kebawah dan kesisi luar. Sementara otot oblik inferior menggerakan mata keatas dan juga kesisi luar. Sklera adalah pembungkus mata yang kuat dan fibrus, sklera membentuk putih mata dan bersambang pada bagian depan dengan sebuah jendela membentuk yang bening yaitu kornea. Retina adalah lapisan sarafi pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut yaitu sel-sel saraf, batang-batang dan kerucut. Kornea yang merupakan bagian depan yang transaparan dan bersambung dengan sklera yang putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri atas beberapa lapisan (lapisan tepi adalah epitalicum berlapis yang bersambung dengan konjungtiva). Bilik enterior (kamera akali anteriror) yang terletak antara kornea dan iris. Iris adalah tirai berwarna didepan lensa yang tersambung dengan selaput kloreia. Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris melalui mana cahaya masuk gara mencapai retina. Bilik posterior (kamera akoli posterior) terlerak diantara iris dan lensa. Lensa adalah sebuah benda transparan biconvex (cembung depan-belakang) yang terdiri dari beberapa lapisan. Retina adalah mekanisme pernafasan untuk penglihatan, retina memcat ujung-ujung nervus optikus. Alis adalah 2 potong kulit tebal melekung yang ditumbuhi bulu konjungtiva adalah selaput lendir yang melapisi sisi dalam kelopak mata. a. Bagian-bagian mata1. Alis Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata. Alis berfungsi mencegah masuknya air atau keringat dari dahi ke mata. 2. Bulu MataBulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat di tepi kelopak mata. Bulu mata berfungsi untuk melindungi mata dari benda asing. 3. Humor berair (cairan berair)Humor berair atau cairan berair berfungsi menghasilkan cairan pada mata.4. Humor / Badan Bening HumorBadan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan seperti jeli ( agar-agar ). Fungsi humor (badan bening) adalah untuk meneruskan cahaya dari lensa mata ke retina (selaput jala)5. Kelenjar Air MataKelenjar air mata terlatak dibagian dalam kelopak mata. Kelenjar air mata berfungsi untuk menghasilkan cairan yang disebut air mata. Air mata berguna untuk mencegah bola mata agar tetap basah. Selain itu air mata berguna untuk membersihkan mata dari benda asing yang masuk kemata sehingga mata tetap bersih. Contoh benda asing adalah debu, asap, uap, bawang merah, dan zat-zat yang berbahaya bagi mata. Oleh karena itu, jika mata terkena benda-benda asing tersebut, maka akan basah oleh air mata. 6. Kelenjar lakrima ( Air Mata )Kelenjar air mata ( lakrima ) berfungsi menghasilkan air mata untuk membasahi mata yang berguna menjaga kelembaban mata, membersihkan mata dari debu dan membunuh bibit penyakit yang masuk kedalam mata. 7. Kelopak MataKelopak mata terdiri atas kelopak atas dan kelopak bawah. Bagian ini untuk membuka dan menutup mata. Kelopak mata befungsi untuk melindungi bola mata bagian depan dari benda-benda asing dari luar. Benda-benda tersebut misalnya debu, asap, dan goresan. Kelopak mata juga berfungsi untuk menyapu permukaan bola mata dengan cairan. Selain itu juga untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk kemata.8. Konjungtiva Adalah membrane tipis pelindung (lapisan jaringan) pada mata. Kunjungtiva sebagai membran pelindung pada mata. 9. Lapisan koroid ( lapisan tengah )Lapisan koroid atau lapisan tengah terletak diantara sklera dan retina, berwarna kehitaman sampai hitam. Lapisan tengah ( lapisan koroid ) berfungsi memberi nutrisi pada retina luar. Sedang gelap koroid berfungsi untuk mencegah pemantulan sinar. Lapisan yang amat gelap juga mencegah berkas cahaya dipantulkan di sekeliling mata. 10. Lensa MataTerletak ditengah bola mata, dibelakang anak mata ( pupil ) dan selaput pelangi (iris) . Fungsi utama lensa adalah memfokuskan dan meneruskan cahaya yang masuk ke mata agar jatuh tepat pada retina (selaput jala). Dengan demikian mata dapat melihat dengan jelas. Lensa mata mempunyai kemampuan untuk memfokuskan jatuhnya cahaya. Kemampuan lensa mata untuk mengubah kecembungan disebut daya akomodasi bila kita mengamati benda yang letaknya dekat, maka mata berakomodasi dengan kuat. Akibatnya lensa mata menjadi lebih cembung, dan bayangan dapat jatuh tepat diretina. Dan apabila kita mengamati benda yang letaknya jauh, maka mata tidak berakomodasi. Akibatnya, lensa mata berbentuk pipih. Sebagai contoh pada orang tua yang telah berusia 50 tahun, daya akomodasi lensa mata mulai menurun, orang tua menjadi sulit untuk melihat dengan jelas. Lensa mempunyai karakteristik lunak dan transparan, mengatur focus citra. Lensa mata berupa lensa cembung yang kenyal. Fungsi lensa yang lain juga untuk membentuk bayangan pada retina yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil. 11. Otot-otot bersiliaOtot-otot bersilia berfungsi mengatur bentuk lensa. 12. Pupil (anak mata)Pupil berupa celah yang berbentuk lingkaran terdapat ditengah-tengah iris. Pupil berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Pupil juga lubang di dalam iris yang dilalui berkas cahaya. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya menuju retina.13. Saraf Optik (saraf mata)Saraf mata berfungsi untuk meneruskan rangsang yang telah diterima. Rangsang cahaya tersebut diteruskan kesusunan saraf pusat yang berada di otak. Dengan demikian kita dapat melihat suatu benda. Saraf optik atau saraf mata juga berfungsi mengirim informasi visual ke otak atau meneruskan informasi tentang kuat cahaya dan warna ke otak. 14. Selaput Bening (Kornea)Selaput bening (kornea) sangat penting bagi ketajaman penglihatan kita. Fungsi utama selaput bening (kornea) adalah meneruskan cahaya yang masuk kemata. Cahaya tersebut diteruskan kebagian mata yang lebih dalam dan berakhir pada selaput jala atau retina. Karena fungsinya itu, maka selaput bening (kornea) mempunyai beberapa sifat, yaitu tidak berwarna (bening) dan tidak mempunyai pembuluh darah. Kornea merupakan bagian mata yang dapat disumbangkan untuk penyembuhan orang dari kebutaan. Selaput bening (kornea) berupa piringan transparan di depan bola mata dan tidak berpembuluh darah. Selaput bening (kornea) juga berfungsi sebagai pelindung mata bagian dalam. 15. Sklera / Selaput PutihSklera mata selaput putih terletak di lapisan kuat. Sklera lapisan luar yang keras / kuat. Lapisan ini berwarna putih, kecuali dibagian depan yaitu tidak berwarna atau bening. Lapisan sklera berwarna putih terdiri atas serabut kolagen yang tidak teratur dan tidak berpembuluh darah, kecuali bagian episklera. Lapisan sklera berfungsi melindungi bola mata. Sklera bagian mata depan tampak bergelembung dan transparan disebut kornea. 16. Suspensor Ligamen Suspensor ligamen berfungsi menjaga lensa agar selalu pada tempatnya. 17. Urat Saraf Mata Urat saraf mata berfungsi menghubungkan mata dengan otak.D. PatofisologiBilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor aqueus. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior, melewati pupil masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu ( biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior ), maka akan terjadi peningkatan tekanan.Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati.Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral.Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.PathwayGlaukoma

Hambatan aliran aqous humor

TIO meningkat

Serat saraf optik terdesak rusaknya sel jaringan Gangguan lapangan pandang nyeri

Gangguan persepsi interpretasi cemas sensori visual salah

kurangnya resiko cidera pengetahuan

E. Penatalaksanaan1. Medis a. Laser trabeculoplastyTindakan ini dilakukan dengan local anastesi untuk membuat lubang dijaringan trabekular untuk membuka sudut , untuk mempermudah aliran keluar aquos humor . komplikasi bedah laser ditandai dengan sakit kepala yang tidak berkurang dengan asetaminofen dan/ atau disertai mual, nyeri dahi, dan/atau perubahan tajam penglihatan.b. Operasi filtrasiJenis ini meliputi trefinasi, sklerektomi atau sklerostomi dengan membuat saluran dari ruang anterior ke luar subkonjungtiva.c. Laser irodotomy atau iridectomy periferKedua prosedur ini mengurangi tekanan dengan mengeluarkan bagian iris untuk membangun kembali outflow aquos humor.d. CyclocryotherapyTindakan ini secara pemanen merusak sel dalam badan silier dan menurunkan produksi aquos humor.2. Non medis a. Supresi pembentukan humor akuos Penghambat adrenergic beta adalah obat yang paling luas digunakan untuk terapi glaukoma. Obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasikan dengan obat lain. Preparat yang tersedia sekarang yaitu timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan metipranolol 0,3%. Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergik 2 baru yang menurunkan pembentukan humor akuos tanpa efek pada aliran keluar. Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetazolamid adalah yang paling banyak digunakan, tetapi terdapat alternatif lain yaitu diklorfenamid dan metazolamid. Digunakan untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan dan glaukoma akut dimana tekanan intraokuler yang sangat tinggi yang perlu segera di kontrol. Obat ini mampu menekan pembentukan humor akuos sebesar 40-60%. Brimonidine adalah agonis alpha adrenergik yang terutama menurunkan produksi humor akuos dan yang kedua untuk meningkatkan aliran keluar humor akuos.b. Fasilitasi Aliran keluar humor akuos. obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akuos dengan bekerja pada jalinan trabekular meshwork melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah pilokaprin, larutan0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari, atau gel 4% yang diteteskan sebelum tidur. Analog prostaglandin meningkatkan sekresi uveoskleral.c. Penurunan volume korpus vitreum.Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum. Selain itu terjaid penurunan produksi humor akuos. Obat yang paling sering digunakan adalah Gliserin (gliserol) oral.d. Miotik, midriatik dan sikloplegikKonstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan penutupan sudut akibat iris bombe karena sinemia posterior. Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior, sikloplegik (siklopentolat dan atropin) dapat digunakan untuk melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan aparatus zonularis dalam usaha untuk menarik lensa kebelakang.F. Pemeriksaan diagnostik1. Kartu mata Snellen/mesin telebinokular(tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik2. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.3. Pengukuran tonografi: Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)4. Pengukuran gonioskopi:Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.5. Tes Provokatif:digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.6. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma. 7. Darah lengkap, LED:Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.8. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid:memastikan Aterosklerosisi,PAK.9. Tes Toleransi Glukosa: menentukan adanya DM.G. KomplikasiKomplikasi yang muncul pada glaukoma yang tidak ditangani adalah kebutaan, namun komplikasi juga dapat muncul pada pasien yang dilakukan tindakan operasi.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GLAUKOMAA. Pengkajiana) Aktivitas / IstirahatPerubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.b) Makanan / CairanMual, muntah (glaukoma akut)c) NeurosensoriGejala :Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, foto fobia(glaukoma akut).Perubahan kacamata / pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.Tanda :Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan air mata.d) Nyeri/KenyamananKetidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).e) Penyuluhan / PembelajaranRiwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah Tujuan : Nyeri hilang atau berkurangKriteria hasil:1) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri2) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang3) Ekspresi wajah rileksIntervensi:1) Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri2) Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik3) Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang4) Atur sikap fowler 300atau dalam posisi nyaman.5) Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan tio6) Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan7) Berikan analgesik sesuai anjuran2. Gangguan sensori perseptual:penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimalKriteria Hasil: 1. Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan2. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.Intervensi: 1. Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan2. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.5. Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi3. Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.Tujuan: Cemas hilang atau berkurangKriteria Hasil :1. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.2. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah3. Pasien menggunakan sumber secara efektifIntervensi: 1. Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.2. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.4. Identifikasi sumber/orang yang menolong.4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.Kriteri Hasil:1. Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan. 2. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit3. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.Intervensi: 1. Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi, contoh Gelang Waspada-Medik2. Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.3. Izinkan pasien mengulang tindakan.4. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.5. Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll.6. Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup7. Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit.8. Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.9. Tekankan pemeriksaan rutin.Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda - tanda glaukoma.C. Evaluasia. Nyeri hilang atau berkurangb. Penggunaan penglihatan yang optimalc. Cemas hilang atau berkurangd. Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.

BAB IVPENUTUPA. KESIMPULAN Dari penjelasan di atas tentang glaukoma dapat di simpulkan bahwa glaukoma merupakan penyakit mata dengan gangguan integritas struktur dan fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler ekskavasi dan antrofi papil saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas. Glaukoma ini di sebabkan oleh faktor presipitasi seperti usia, riwayat anggota keluarga, tekanan bola mata, pemakai steroid secara rutin, riwayat trauma, serta dapat juga di karenakan oleh penyakit lain. Selain itu ada juga faktor prediposisi seperti genetik , glaukoma congenital. B. SARANSemoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua yang membaca dan mengerti bagaimana kita harus memperlakukan mata kita sebagaimana mestinya. Karena kesehatan itu sangat penting untuk kehidupan kita sehari hari.

DAFTAR PUSTAKABrunner dan Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Hartono. 2007. Oftalmoskopidasar dan klinis. Yogyakarta : Pustaka CendekiaIlyas, sidarta. 2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta:Balai Pustaka.Ilyas, sidarta. 2004. Masalah kesehatan mata anda dalam pertanyaan- pertanyaan. Edisi 2. Jakarta : FKUIMansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: FKUISmeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC Doungoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3. Jakarta : EGC

20