Gingivitis Irin

download Gingivitis Irin

of 7

Transcript of Gingivitis Irin

  • 7/31/2019 Gingivitis Irin

    1/7

    STATUS SALIVA DAN GINGIVITIS PADA PENDERITA GINGIVITIS SETELAHKUMUR EPIGALOCATECHINGALLATE (EGCG)

    DARI EKSTRAK TEH HIJAU ( Camellia sinensis )

    SALIVA AND GINGIVITIS STATUS ON GINGIVITIS PATIENS AFTER GARGLINGEPIGALOCATECHINGALLATE (EGCG) OBTAIN FROM GREEN TEA ( Camelia

    sinensis ) EXTRACT Alphiana Nirmaladewi 1, Juni Handajani 2 dan Regina TC.Tandelilin 2

    Kepaniteraan Senior, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada 1 Bagian biologi Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada 2

    ABSTRAK Epigallocatechin gallate (EGCG) merupakan salah satu komponen polifenol teh hijau ( Camellia

    sinensis ) yang mempunyai rasa pahit dan sepat serta memiliki daya antibakteri terhadap bakteri plak.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui status saliva (volume dan pH saliva) serta status gingivitis setelahkumur EGCG ekstrak teh hijau.

    Subyek penelitian terdiri dari 20 orang penderita gingivitis dengan kriteria ringan, dibagi menjadi4 kelompok (kelompok bahan kumur 0,01%, 0,025%, 0,05% dan kontrol) yang masing-masing terdiri atas5 orang. Berkumur dilakukan pada pagi dan malam hari selama lima hari dan pengukuran dilakukan padahari ke-1 dan ke-6. Perubahan volume dan pH saliva serta skor GI didapat dari selisih pengukuran antarasebelum dan setelah berkumur dengan EGCG . Analisis data dilakukan dengan Uji Kruskal-Wallis dandilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney.

    Dari hasil Uji Kruskal-Wallis tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap kenaikan volume danpH saliva setelah kumur EGCG antar kelompok perlakuan, sedangkan skor GI menunjukkan kumur EGCG berpengaruh menurunkan keparahan gingivitis . Hasil Uji Mann-Whitney memperlihatkan perbedaaanbermakna penurunan skor GI pada kelompok EGCG 0,05%. Dapat disimpulkan bahan kumur EGCG 0,05% dapat mengobati gingivitis dalam penelitian ini.

    ABSTRACTEpigallocatechin gallate (EGCG) represent one of the green teas (Camellia sinensis) polyphenol

    components, having bitter taste and also has antibacterial effect to plaque bacteria. The aim of this studywas to determine saliva status (volume and pH of saliva) and gingivitis status after gargling using EGCG of extract of green tea.

    The subject of this study consist of 20 mild gingivitis patients, divided into 4 groups (0,01%,0,025%, 0,05% and control) that each group consist of 5 people. Gargling using EGCG was done at nightand morning time for five consecutive days. The changing of volume and pH of saliva and GI score wasmeasured before and after gargling. Data analysis was run by Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests.

    Kruskal-Wallis test indicated that there was no significant difference on the increasing of volumeand pH of saliva after gargling between treatment groups, while the GI score showed decreasitlysignificant. The result of Mann-Whitney test showing the significant of decreasing GI score obtained fromEGCG 0,05% group. This study suggests that EGCG as a mouth rinse could have effected to decrease theGI score. The EGCG 0,05% was the most influence as a mouth rinse for gingivitis disease.

    Keywords : volume and pH of saliva, gingivitis status, Epigallocatechin gallate (EGCG), green tea

    (Camellia sinensis)

  • 7/31/2019 Gingivitis Irin

    2/7

    PENDAHULUANKatekin (polifenol) teh merupakan

    flavanoid yang termasuk dalam kelas flavanol.Katekin teh memiliki sifat tidak berwarna,larut air, serta membawa sifat pahit dan sepatpada seduhan teh (Hartoyo, 2003). MenurutNaim (2003), katekin utama pada daun tehhijau adalah Epicatechin / EC, Epicatechingallate / ECG, Epigallocatechin / EGC dan

    Epigallocatechin gallate / EGCG .Menurut Sakanaka dkk. (1995)

    polifenol teh dapat menghambat perlekatanPorphyromonas gingivalis pada sel epiteliumbuccal sehingga dapat menghambat terjadinyapenyakit periodontal. Polifenol teh juga dapatmenghambat pertumbuhan bakteri plak.Konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan plak adalah sekitar250-1000 g per ml. Ho dkk. (1994)menyatakan bahwa polifenol teh hijaumengandung sekitar 49% Epigallocatechingallate (EGCG) , jadi dalam 1000 g polifenolterkandung sekitar 490 g Epigallocatechingallate (EGCG) .

    Saliva merupakan faktor pentingdalam pencegahan karies gigi dan kelainanperiodontal. Dalam melaksanakan fungsipertahanan, dibutuhkan volume saliva yangcukup dan susunan saliva yang optimal.Namun ternyata bahwa hal ini sangatdipengaruhi oleh perubahan-perubahan baik yang berhubungan dengan isi maupun denganviskositas, derajat keasaman, susunan ion danprotein dalam saliva (Amerongen, 1991).Saliva dapat distimulasi antara lain melaluirangsang penciuman, pengecapan,pengunyahan, rasa sakit serta iritasi padarongga mulut (Grant, 1972).

    Derajat keasaman (pH) saliva rata-rataadalah 6,8 (Roukema, 1993). Suatu prosesuntuk menetralisir pH dinamakan sistembuffer. Kapasitas buffer saliva yangdirangsang terutama ditentukan olehkonsentrasi bikarbonat (85%), konsentrasifosfat (14%) dan protein saliva (1%). Sistembikarbonat sangat efektif dalam menetralisirasam dan berbanding lurus dengan kecepatansekresi saliva. Hal ini mempunyai akibatbahwa pada kenaikan kecepatan sekresi,konsentrasi bikarbonat menjadi lebih tinggi

    dan pH juga menjadi lebih tinggi (Amerongen,1991).

    Gingivitis merupakan prosesperadangan di dalam jaringan periodonsiumyang terbatas pada gingiva, bersifat reversibel,disebabkan oleh mikroorganisme yangmembentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingival.Bakteri penyebab penyakit periodontal bukanmerupakan bakteri yang spesifik. Semuabakteri plak ikut berperan membentuk patogenesis dari flora subgingiva, yang dapatmemperbesar kemampuannya untuk berkolonisasi dan menyerang pertahananpejamu serta merangsang inflamasi dankerusakan jaringan periodontal (Huis, 1993).Menurut Edgar (1976), derajat keasaman plak merupakan faktor penentu bagi derajatkeasaman saliva karena meskipun aliran salivameningkat dengan aktivitas berkumur, namundalam banyak kasus derajat keasaman salivaakan tetap mengalami penurunan. PenurunanpH saliva ini disebabkan oleh produk-produk asam yang dihasilkan oleh bakteri plak maupun bakteri-bakteri yang berkoloni di

    jaringan lunak mulut termasuk dibagian dorsallidah.

    Kontrol plak yang efektif adalah dasardari pencegahan dan pengobatan hampirsemua keadaan inflamasi pada jaringan

    periodontal (Hoag dan Pawlak, 1990). Metodekontrol plak dapat dibedakan menjadi metodemekanis dan kimiawi. Kontrol plak secaramekanis merupakan cara yang paling baik yaitu dengan menyikat gigi, tetapi sikat gigihanya mampu menghilangkan plak gigi padapermukaan yang terlihat secara nyata. Adanyaketerbatasan tersebut maka kontrol plak secarakimiawi mulai digunakan (Cadha dkk., 1978).

    Berkumur merupakan salah satumetode dalam cara membersihkan gigi danmulut dan sering dilakukan setelah menyikat

    gigi (Ariadna dan Hani, 2000). Berkumurdapat dilakukan secara efisien apabila disertaidengan kemauan yang besar, kesediaanmeluangkan waktu, cara berkumur yang baik dan fungsi yang normal dari otot-otot bibir,lidah dan pipi (Widodo, 1980).

    Walaupun fenol telah dikenal dapatmengurangi gingivitis, tapi selama ini belumbanyak yang meneliti tentang pengaruh

  • 7/31/2019 Gingivitis Irin

    3/7

    Epigallocatechin gallate (EGCG) ekstrak tehhijau terhadap kenaikan volume dan pH salivaserta terhadap penurunan gingivitis.Permasalahannya adalah bagaimana statussaliva (volume dan pH saliva) serta statusgingivitis setelah kumur EGCG ekstrak tehhijau? Sehingga tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui status saliva dan statusgingivitis setelah kumur EGCG .

    BAHAN DAN CARA PENELITIANBahan dan alat yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah EGCG ekstrak teh hijau(Sigma), pH meter (Hanna), s topwatch danalat diagnostic. Subyek penelitian berjumlah20 mahasiswa Universitas Gadjah Madapenderita gingivitis yang berumur 18-25tahun. Pemilihan subyek penelitianberdasarkan Gingival Index (Loe & Silness,1963). Pada penelitian ini dipilih subyek dengan skor 0,1-1,0 (gingivitis ringan). Selainitu, terdapat syarat lain bagi subyek, yaitu:kesehatan umum baik, bukan perokok, tidak sedang menggunakan obat-obatan (yaitu:antibiotik, obat-obat parasimpatomimetik,tidak memakai alat ortodonsi atau gigi tiruan.Subyek disarankan agar tidak makan dan tidak menyikat gigi selama 2 jam sebelumpengambilan sampel saliva.

    JALANNYA PENELITIANBahan kumur EGCG ekstrak teh hijau

    dibuat menjadi 3 konsentrasi yaitu 0,01%,0,025% dan 0,05%. Pengukuran statuskesehatan gingiva menggunakan Gingival

    Index / GI (Loe & Silness, 1963).

    Subyek sebanyak 20 orang dibagimenjadi 4 kelompok yang masing-masingterdiri atas 5 orang. Kelompok I diberi bahankumur EGCG konsentrasi 0,01%, kelompok IIdiberi konsentrasi 0,025%, kelompok III diberikonsentrasi 0,05% dan kelompok IV diberiBactidol sebagai kontrol.

    Pengambilan saliva sebelumperlakuan dilakukan dengan cara: subyek berdiri tegak lurus dengan lantai laludiinstruksikan untuk berkumur 5 ml akuabidesselama 30 detik; baru subyek diminta

    meludah, 5 menit kemudian subyek dimintauntuk meludahkan salivanya ke dalam potpenampung dengan cara menundukkan kepala,dan selanjutnya diukur pH saliva (Haroen,2002 sit Mahvash, 1993). Saliva dipindahkandari pot penampung ke dalam gelas ukur dandicatat volumenya. Untuk menjaga akurasialat pH meter, dilakukan dengan cara dicucimenggunakan akuades lalu dikeringkanmemakai kertas saring.

    Subyek diinstruksikan untuk berkumur selama 5 hari pada pagi dan malamhari sebelum tidur sebanyak 5 ml setiap kalikumur dengan konsentrasi bahan sesuaikelompok masing-masing. Pengambilan salivasetelah perlakuan dilakukan pada hari ke-6, 2

    jam setelah makan siang (Haroen, 2002 sitMahvash, 1993). Lalu dilakukan pengukuranderajat keasaman (pH) dan volume saliva sertapengukuran kesehatan gingiva (statusgingivitis).

    HASIL PENELITIANPenelitian mengenai status gingivitis

    dan status saliva penderita gingivitis setelahkumur EGCG ekstrak teh hijau dilakukandengan mengamati volume saliva (ml/menit),pH saliva dan status gingivitis GI . Hasilpenelitian menunjukkan terdapat kenaikanvolume dan pH saliva serta penurunan skor GI setelah dilakukan pengukuran sebelum dansesudah kumur. Hasil rerata dan simpanganbaku volume saliva, pH saliva dan skor GI dapat dilihat pada Tabel I.

    Dari Tabel I dapat diketahui selisihpengukuran skor GI pada hari ke-1 denganhari ke-6 antara konsentrasi 0,01% dengan0,025% tidak menunjukkan perbedaaan yangberarti. Untuk mengetahui pengaruh EGCG terhadap volume saliva, pH saliva dan skor GI ,digunakan uji Kruskal-Wallis yangditunjukkan pada Tabel II.

  • 7/31/2019 Gingivitis Irin

    4/7

    Tabel I. Rerata dan simpangan baku pengukuran volume saliva, pH saliva dan skor GI pada harike-1 dan hari ke-6 pada masing-masing kelompok perlakuan.

    HariKelompok

    Hari Ke-1 Hari Ke-6 Selisih

    Kelompok I( EGCG 0,01%)

    Volume 3,3 1,2 4,3 1,7 1,0 0,9pH 6,54 0,3 7,22 0,2 0,68 0,3GI 0,83 0,1 0,52 0,1 0,31 0,1

    Kelompok II( EGCG 0,025%)

    Volume 2,24 0,4 3,36 0,8 1,02 0,8pH 6,5 0,2 7,2 0,1 0,7 0,2GI 0,94 0,05 0,62 0,05 0,32 0,07

    Kelompok III( EGCG 0,05%)

    Volume 3,2 1,4 4,72 2,2 1,52 1,1pH 6,58 0,1 7,3 0,2 0,72 0,2GI 0,92 0,06 0,44 0,06 0,48 0,05

    Kelompok IV(Bactidol)

    Volume 3,5 1,3 4,0 1,2 0,5 0,4pH 6,62 0,1 7,2 0,2 0,58 0,2GI 0,82 0,1 0,58 0,04 0,24 0,1

    Tabel II.Hasil uji Kruskal-Wallis terhadap volume dan pH saliva serta skor GI setelahkumur EGCG.

    Kelompok Perlakuan N RankingRerata

    Chi-Square db Asymp Sig.

    Volume EGCG 0,01% EGCG 0,025% EGCG 0,05%KontrolTotal

    5555

    20

    8,609,60

    18,005,80

    3,239 3 0,356

    pH EGCG 0,01% EGCG 0,025% ECGC 0,05%KontrolTotal

    5555

    20

    10,6010,3013,907,20

    1,205 3 0,752

    GI EGCG 0,01% EGCG 0,025% EGCG 0,05%KontrolTotal

    5555

    20

    10,8012,0011,008,20

    11,850 3 0,008

  • 7/31/2019 Gingivitis Irin

    5/7

  • 7/31/2019 Gingivitis Irin

    6/7

    volume saliva tidak mengalami kenaikan yangberarti.

    Hasil uji Kruskal-Wallis reratakenaikan pH saliva (Tabel II), ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, yangberarti bahwa kumur EGCG tidak berpengaruhdalam menaikkan pH saliva. Hal ini dapatdisebabkan karena pH saliva sangatdipengaruhi oleh sistem bikarbonat. Sistembikarbonat sangat efektif dalam menetralisirasam dan berbanding lurus dengan kecepatansekresi saliva (Amerongen, 1991). Hal inimempunyai akibat bahwa pada kenaikankecepatan sekresi, konsentrasi bikarbonatmenjadi lebih tinggi sehingga pH saliva jugaakan menjadi lebih tinggi. Pada penelitian inikenaikan volume saliva antar kelompok perlakuan tidak terlihat berbeda bermaknayang akhirnya mengakibatkan kenaikan pHsaliva antar kelompok perlakuan juga tidak berbeda bermakna.

    Skor GI dalam penelitian ini ternyatamengalami penurunan setelah pemberianbahan kumur EGCG (Tabel I), inikemungkinan disebabkan karena adanya efek mekanik dari gerakan berkumur. Dalamberkumur, seseorang akan menggerakkan ototpipi sehingga bahan kumur yang digunakansecara mekanis dapat melepaskan partikel-partikel debris yang banyak mengandung

    bakteri. Selain itu, dapat juga disebabkankarena adanya efek antibakteri yang dihasilkanoleh polifenol. Gingivitis merupakan radangpada gingiva yang disebabkan oleh bakteriplak (Hoag & Pawlak, 1990). Adanya efek antibakteri dari EGCG dapat menekan bakteriplak dan produk-produknya sehingga dapatmenurunkan skor GI . Dari hasil ini dapatmenunjukkan bahwa EGCG dapat digunakansebagai bahan kumur untuk menurunkan skorGI sehingga dapat menjadikan status gingivitismenjadi lebih baik.

    Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkanperbedaan yang bermakna dari penurunanstatus gingivitis antar kelompok perlakuan.Hal ini disimpulkan bahwa kumur EGCG semua konsentrasi (0,01%, 0,025% dan0,05%) berpengaruh dalam menurunkan statusgingivitis. Dari hasil uji Mann-Whitneyternyata EGCG 0,05% merupakan konsentrasiyang paling berpengaruh sedangkan

    konsentrasi 0,01% dan 0,025% ternyatamemiliki khasiat yang sama. Hal ini tidak sependapat dengan Sakanaka dkk. (1995) yangmenyatakan bahwa konsentrasi polifenolminimum untuk menghambat plak berkisarantara 250-1000 /ml. Dalam polifenolterdapat Epigallocatechin gallate ( EGCG )sebanyak 49% (Ho dkk., 1994). Jadi jikadikonversikan maka untuk daya hambatminimum terhadap plak setidaknyadibutuhkan bahan kumur EGCG 0,01%. Daripernyataan ini, dapat disimpulkan bahwaseharusnya konsentrasi 0,01% dan 0,025%mempunyai pengaruh yang cukup dalammengurangi status gingivitis. Hanya sajadalam penelitian ini hal tersebut tidak terlihat.Kenyataan ini dapat dipengaruhi karenaadanya faktor individu yang tidak dapatdikendalikan, seperti resistensi bakteri(Jawetz, 1986). Tidak terlalu berpengaruhnyakonsentrasi 0,01% dan 0,025% dapat jugadiakibatkan karena pada penelitian Sakanakadkk. (1995) menggunakan ekstrak teh hijausecara keseluruhan yang mengandungpolifenol lengkap, sedangkan dalam penelitianini hanya menggunakan EGCG yangmerupakan salah satu dari komposisipolifenol. Dengan tidak adanya komponenpolifenol lain seperti EC, EGC maupun ECG ,kemungkinan dapat mempengaruhi efek kerja

    dari EGCG dalam menghambat bakteri plak.Banyak faktor yang dapat

    mempengaruhi hasil penelitian ini. Ketaatansubjek dalam pemakaian bahan kumur dandaya tahan bahan kumur tidak menutupkemungkinan mempengaruhi hasil penelitian.Selain itu dipengaruhi pula oleh pola makansehari-hari dan kebiasaan dalam menjagakesehatan gigi dan mulut yang tidak dapatdikendalikan dalam penelitian ini.

    KESIMPULAN DAN SARANHasil penelitian ini dapat disimpulkan

    bahwa : bahan kumur EGCG dapatberpengaruh terhadap kenaikan volume danpH saliva serta penurunan skor GI . Bahankumur yang paling efektif untuk pengobatangingivitis dalam penelitian ini adalah EGCG konsentrasi 0,05%.

  • 7/31/2019 Gingivitis Irin

    7/7

    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjutdengan jumlah subek yang lebih besarsehingga pengaruh dari EGCG ekstrak tehhijau ( Camellia sinensis ) terhadap status salivadan status gingivitis dapat diketahui denganlebih akurat agar akhirnya EGCG dapatdigunakan sebagai obat kumur. Pengendalianfaktor emosi seperti stres terhadap subyek perlu dilakukan pada penelitian selanjutnyaagar pengaruh bahan kumur terhadap statussaliva lebih jelas terlihat.

    DAFTAR PUSTAKA Amerongen, A.V.N., 1990, Ludah dan

    Kelenjar Ludah, Arti Bagi Kesehatan Gigi (terj.),Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, h:1-41, 157-193, 234-244.

    Ariadna, A.D. dan Hani, S., 2000,Penelaahan Penggunaan Antimikroba DanAntiseptik Pada Terapi Penyakit Periodontal.,

    JKGUI , 7 (3): 20-25.Cadha, M.K., Taneja, J.R. dan Vacher, B.R.,

    1978, Effect of An Antiseptic Mouthwash OnPlaque Accumulation, J.Periodontol , 49 (5): 266-268.

    Carranza, F.A., 1990, Glickman's ClinicalPeriodontology , 7 th ed., W.B.Saunders Company,Philadephia, h: 100-110.

    Edgar, W.M., 1976, The Role of Saliva inThe Control of pH Changes in Human DentalPlaque, Caries Res. , 10: 241-254.

    Grant, D.A., Stern, I.B. dan Everett, F.G.,1972, Orban's Periodontics a Concept of Theoryand Practice , The Mosby Company, Saint Louis,h: 99-105.

    Haroen, E.R., 2002, Pengaruh StimulusPengunyahan dan Pengecapan Saliva TerhadapKecepatan Aliran Dan pH Saliva, JKGUI. 9 (1) :29-34.

    Hartoyo, A. 2003, Teh dan Khasiatnya BagiKesehatan , Kanisius, Yogyakarta, h:15-19.

    Ho, C., Ferraro, T., Chen, Q., Rosen, R.T.dan Huang, M., 1994, Phytochemicals in Teas and

    Rosemary and Their Cancer-Preventive Properties ,

    American Chemical Society, h: 2-19.Hoag, P.M., dan Pawlak, E.A., 1990,

    Essential of Periodontics, 4th. ed ., The MosbyCompany, Philadelphia,h: 146-155.

    Huis, 1984, Ilmu Kedokteran GigiPencegahan (terj.), Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, h: 58-104.

    Jawetz, E., Melnik, J.L. dan Adelberg, E.A.,1986, Mikrobiologi Untuk Profesi Kedokteran edisi16 , EGC, Jakarta, h: 143-145.

    Minasari, 1999, Peranan Saliva dalamRongga Mulut, Majalah FKG USU, 4 (2) : 33-39.

    Naim, R., Teh Hijau Sebagai PencegahKanker ?, 2003, Oktober, Available from URL:http: // www.kompas.com / kesehatan / news / 0410

    / 12 / 063446.htm.Roukema, P.A., 1984, Ludah dalam Ilmu

    Kedokteran Gigi Pencegahan (terj.), Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta, h: 104-121.

    Sakanaka, S., Chen, X.F. dan Yamamoto,T., 1995, Anti-caries And Anti-Periodontal

    Disease Effects Of Green Tea (Camelliasinensis) Polyphenols, Taiyo Kagaku Co. ,Yokkaichi Mie 510, Japan: 97-106.

    Widodo, D.E., 1980, Peranan Kumur-kumurDalam Perawatan Periodontal, Kumpulan NaskahCeramah Ilmiah Kongres Nasional XIV PDGI ,Jakarta, h: 140-144.