GERIATRI

40
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kedokteran terus berkembang. Salah satu perkembangannya terjadi adalah terbentuknya percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran semula merupakan seni penyembuhan penyakit ( The art Offhealing) yang dilaksanakna oleh dokter yang mampu melayani pasien yang menderita berbagai penyakit maka kemudian sesuaia dengan kebutuhan. Oleh sebab itu sebagai mahasiswa/i Fakultas Kedokteran, kami mencoba menyusun sebuah makalah yang berjudul “Tumbuh Kembang, Geriatri dan Degeneratif ”. Hal tersebut menurut kami sangat penting untuk dibahas dalam rangka menciptakan suatu pelayanan dibidang kesehatan yang terbaik pada seluruh masyarakat Indonesia. Kesehatan mempunyai peran besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka semua negara berupa menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Dalam makalah ini nantinya akan dibahas tentang Tumbuh Kembang, Geriatri dan Denegeratif pada manusia di Indonesia. Perkembangan ilmu kedokteran yang sangat dinamis sehingga menuntut mahasiswa untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu,hal itu sangat diperlukan terhadap mahasiswa yang menjadi calon dokter masa depan di negara Indonesia, jadi konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh masyarakat, itulah merupakan salah satu latar belakang pada penyusunan makalah ini. Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 2

Transcript of GERIATRI

Page 1: GERIATRI

Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu kedokteran terus berkembang. Salah satu perkembangannya terjadi adalah terbentuknya percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran semula merupakan seni penyembuhan penyakit ( The art Offhealing) yang dilaksanakna oleh dokter yang mampu melayani pasien yang menderita berbagai penyakit maka kemudian sesuaia dengan kebutuhan. Oleh sebab itu sebagai mahasiswa/i Fakultas Kedokteran, kami mencoba menyusun sebuah makalah yang berjudul “Tumbuh Kembang, Geriatri dan Degeneratif ”. Hal tersebut menurut kami sangat penting untuk dibahas dalam rangka menciptakan suatu pelayanan dibidang kesehatan yang terbaik pada seluruh masyarakat Indonesia. Kesehatan mempunyai peran besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka semua negara berupa menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Dalam makalah ini nantinya akan dibahas tentang Tumbuh Kembang, Geriatri dan Denegeratif pada manusia di Indonesia. Perkembangan ilmu kedokteran yang sangat dinamis sehingga menuntut mahasiswa untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu,hal itu sangat diperlukan terhadap mahasiswa yang menjadi calon dokter masa depan di negara Indonesia, jadi konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh masyarakat, itulah merupakan salah satu latar belakang pada penyusunan makalah ini. Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 2

Page 2: GERIATRI

SKENARIO 5 Terjatuh Seorang perempuan umur 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pangkal paha kanan sehingga mengganggu bila berjalan. Keadaan ini dialami sejak 5 hari yang lalu pada saat penderita berjalan tertatih-tatih lalu jatuh terduduk di dalam kamar mandi. Sejak 7 tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi, jantung dan rhematik. Juga pernah serangan stroke 3 tahun lalu. 1.2 Tujuan Pembahasan Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi 2 macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan mahasiswa/i dalam mengurangi suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/i Fakultas Kedokteran, dimana pemikiran ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut : 1. Melengkapi tugas small group discutions skenario 5 modul 20 tentang Tumbuh Kembang, Geriatri dan Degeneratif.

2. Menambah pengetahuan para pembaca tentang Tumbuh Kembang, Geriatri dan Degeneratif.

3. Memahami berbagai pengetahuan tentang Tumbuh Kembang Anak .

4. Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis. Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 3

Page 3: GERIATRI

5. Sebagai bahan referensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UISU semester 6 dalam menghadapi ujian modul.

Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga sangat diharapkan dapat berguna bagi setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik. 1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini kami dihadapkan pada suatu sistem yaitu ada 1 masalah yang harus disusun dalam suatu strukturisasi ataupun skema, dimana pembahasan ini juga sekaligus menjadi pembatasan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, berikut merupakan pembatasan masalah dari skenario 6 modul 20 tentang Tumbuh Kembang, Geriatri dan Degeneratif: 1. Definisi dan klasifikasi trauma geriatri

2. Etiologi trauma geriatri

3. Tanda dan gejala trauma geriatri

4. Patogenesis trauma geriatri

5. Pemeriksaan trauma geriatri

6. Penatalaksanaan trauma geriatri

Berdasarkan di atas kami menyusun pembatasan pada makalah ini secara sistematis dan terarah agar didapatkan suatu penyelesaian masalah yang baik. 1.4 Metode & Tekhnik

Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode yang sering digunakan dalam pembahasan-pembahasan makalah sederhana, dimana kami menggunakan metode & tekhnik secara deskriftif dimana tim penyusun mencari sumber data dan sumber informasi yang akurat lainnya setelah itu dianalisis sehingga diperoleh informasi tentang masalah yang akan dibahas Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 4

Page 4: GERIATRI

setelah itu berbagai referensi yang didapatkan dari berbagai sumber tersebut disimpulkan sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan dan sesuai dengan judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini. Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 5

Page 5: GERIATRI

BAB II PEMBAHASAN 2.1 SKEMA

Trauma Geriatri Pena talak sana an Pemeriksaan Manifestasi klinis Pato genesis Etio logi Defi nisi & Klasifikasi 2.2 LO ( LEARNING OBJECTIV) 1. Mampu Menjelaskan dan Memahami Definisi dan klasifikasi trauma geriatri

2. Mampu Menjelaskan dan Memahami etiologi trauma geriatri

3. Mampu Menjelaskan dan Memahami tanda dan gejala trauma geriatri

4. Mampu Menjelaskan dan Memahami patogenesis trauma geriatri

5. Mampu Menjelaskan dan Memahami pemeriksaan trauma geriatri

6. Mampu Menjelaskan dan Memahami penatalaksanaan trauma geriatri Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 6

Page 6: GERIATRI

2.3 Jatuh 2.3.1 Definisi 1. Dampak dari garis vertikal yang melewati pusat massa tubuh manusia menjadi tergeletak antara fondasi dan tidak tergantung waktu dan tempat. (Isaacs 1985) 2. Jatuh adalah suatu kejadian yang tidak disadari oleh seseorang yang terduduk dilantai/tanah atau tempat yang lebih rendah.( FICSIT tahun 1993) 3. Jatuh adalah kejadian yang tidak diharapkan oleh seseorang terjatuh dari tempat yang lebih rendah atau yang sama tingginya. (ICD 9) Jatuh terjadi ketika sistem kontrol postural tubuh gagal mendeteksi pergeseran dan tidak mereposisi pusat gravitasi terhadap landasan penopang pada waktu yang tepat untuk menghindari hilangnya keseimbangan. Kegagalan ini antara lain disebabkan oleh pergeseran pusat gravitasi tubuh yang besar, cepat dan terjadi tiba-tiba, gangguan lingkungan serta faktor intrinsik maupun ekstrinsik. 2.3.2 Faktor Resiko Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh: 1. Sistem Sensorik Yang berperan di dalamnya adalah visus (penglihatan), pendengaran, fungsi vestibuler, dan propioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menyebabkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses menua. Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu fungsi propioseptif. Gangguan sensorik tersebut menyebabkan hamper sepertiga lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik. Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 7

Page 7: GERIATRI

2. Sistem saraf pusat (SSP) SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik. 3. Kognitif Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko jatuh. 4. Muskuloskeletal Faktor ini disebutkan leh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar-benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan musculoskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh: Kekakuan jaringan penghubung Berkurangnya massa otot Perlambatan konduksi saraf Penurunan visus/lapangan pandang Kerusakan propioseptif

Yang kesemuanya menyebabkan: Penurunan range of motion (ROM) sendi Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah Perpanjangan waktu reaksi Kerusakan persepsi dalam Peningkatan postural sway (goyangan badan) Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 8

Page 8: GERIATRI

Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah/terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba, sehingga memudahkan jatuh.

Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: a. Intrinsik Pada lansia terjadi penurunan seistem sensorik : visus, pendengaran, fungsi vestibuler dan propioseptif sehingga akan menimbulkan berbagai gangguan seperti vertigo tipe perifer dan neuropati perifer. Drop attack merupakan kelemahan tungkai bawah yang mendadak yang menyebabkan jatuh tanpa hilang kesadaran. Kondisi tersebut seringkali dikaitkan dengan insufisiensi vertebrobasiler yang dipicu oleh perubahan posisi kepala. Sekitar 10-20 % orang usia lanjut mengalami hipotensi ortostatik yang sebagian yang tidak bergejala. Namun beberapa kondisi (curah jantung rendah akibat gagal jantung atau hipovolemia, disfungsi otonom, gangguan aliran balik vena, tirah baring lama, dan obat-obatan) dapat menyebabkan hipotensi ortostatik yang berat sehingga memicu timbulnya jatuh. Selain itu, berbagai penyakit terutama kardiovaskular dan neurologis dapat berkaitan dengan jatuh. b. Ekstrinsik Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berada di lingkungan yang memudahkan orang usia lanjut mengalami jatuh, antar lain lampu ruangan yang kurang terang, lantai licin, basah atau tidak rata, furniture terlalu rendah atau tinggi, tangga yang tak aman, kamar mandi dengan bak mandi/closet terlalu rendah atau tinggi, dan tak memiliki alat bantu untuk berpengangan. Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 9

Page 9: GERIATRI

2.3.3 Etiologi Faktor penyebab jatuh pad lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor-faktor, antara lain : ( Kane, 1994 ; Reuben, 1996 ; Tinetti, 1992 ; Campbell, 1987 ; Brocklehurst, 1987 ). 1. Kecelakaan Merupakan faktor penyebab jatuh yang utama bagi lansia, yaitu sekitar 30-50 % kasus jatuh. a. Murni kecelakaan, misalnya karena jatuh terpeleset atau tersandung sesuatu. b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua, misalnya karena penglihatan pada lansia sudah menurun (mata kurang awas), kemudian menabrak benda-benda yang ada di rumah, sehingga akhirnya jatuh. 2. Nyeri kepala dan atau vertigo 3. Hipotensi orthostatik a. Hipovolemia (curah jantung rendah) b. Disfungsi otonom c. Penurunan kembalinya darah vena ke jantung d. Terlalu lama berbaring dan kurang bergerak selama berbaring e. Pengaruh obat-obat hipotensi f. Hipotensi sesudah makan Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 10

Page 10: GERIATRI

4. Obat-obatan : a. Anti hipertensi, misalnya alfa-bloker b. Anti depresan trisiklik c. Sedativa d. Antipsikotik e. Obat-obat hipoglikemik dan alkohol 5. Proses penyakit yang spesifik. Penyakit-penyakit akut seperti : a. kardiovaskuler - aritmia - stenosis aorta - sinkope sinus karotis b. Neurologi - TIA - stroke - serangan kejang - Parkinson - kompresi saraf spinal karena spondilosis - penyakit cerebelum Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 11

Page 11: GERIATRI

6. Idiopatik ( tidak jelas sebabnya ) 7. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba a. Drop attack (serangan roboh) b. Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba c. Terbakar matahari 8. Faktor lingkungan a. Alat-alat atau perabot rumah tangga yang sudah tidak layak pakai karena sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di sembarang tempat. b. Tempat tidur atau jamban yang rendah (jongkok) sehingga menyulitkan lansia ketika akan berdiri. c. Tempat berpegangan yang tidak kuat / susah dipegang : - lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun - karpet yang kurang baik, sehingga bisa membuat jatuh, keset yang tebal,/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin dan mudah tergeser. - lantai yang licin dan basah yang tidak diperhatikan - penerangan yang kurang baik (kurang terang atau terlalu menyilaukan) - alat bantu jalan yang ukuran, berat, maupun penggunaannya yang tidak tepat. Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 12

Page 12: GERIATRI

9. Faktor situasional a. Aktivitas sebagian besar lansia jatuh saat melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti posisi. Hanya sedikit (sekitar 5 %) yang jatuh saat melakukan aktivitas berbahaya seperti olahraga berat bahkan mendaki gunung. Sering juga jatuh pada lansia disebabkan karena aktivitas yang berlebihan, mungkin karena kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Dapat juga terjadi jatuh pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika lansia tersebut ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan. b. Lingkungan Sekitar 70 % jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10 % terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung / menabrak benda (perabot rumah) yang tergelatak sembarangan, lantai yang licin atau tidak rata, penerangan yang kurang. c. Penyakit akut Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak napas akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penderita penyakit jantung iskemik, dan lain-lain. Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 13

Page 13: GERIATRI

2.3.4 Pemeriksaan Pada pasien geriatri/usia lanjut, kita harus melakukan pemeriksaan/assesmen secara holistik/paripurna, berkesinambungan dan tepat. Dengan maksud agar dapat meninjau keseluruhan dari gangguan fisisnya, psikososial dan juga gangguan fungsional sehingga nantinya dapat mengidentifikasikan masalah tersebut termasuk mengidentifikasikan faktor resiko yang berperan serta kemudian merencanakan penatalaksanaan menyeluruh dengan penekanan pada kemampuan fungsional pasien atau setidaknya memberikan perhatian yang sama dengan diagnosis dan pengobatan penyakit sebab kompleksitas masalah pada usia lanjut dapat meningkatkan resiko iatrogenik. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : A. Anamnesa riwayat penyakit (jatuhnya) Anamnesa dibuat baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau keluarganya. Anamnesis ini meliputi : 1. Seputar jatuhnya : mencari penyebab jatuhnya misalnya apa karena terpeleset, tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok atau sebaliknya, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin, sedang menolwh tiba-tiba ataupun aktivitas lainnya. 2. Gejala yang menyertai : seperti nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tiba-tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas. 3. Kondisi komorbid yang relevan : pernah menderita hipertensi, diabetes mellitus, stroke, parkinsonisme, osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung, rematik, depresi, deficit rematik dll 4. Review obat-obatan yang diminum : anti hipertensi ( alfa inhibitor non spesifik dll ), diuretic, autonomic bloker, anti depresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik, ACE inhibitor dll 5. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh apakah licin/bertingkat-tingkat dan tidak datar, pencahayaannya dll Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 14

Page 14: GERIATRI

B. Pemeriksaan Fisis 1. Mengukur tanda vitalnya : Tekanan darah (tensi), nadi, pernafasan(respirasinya) dan suhu badannya (panas/hipotermi) 2. Kepala dan leher : apakah terdapat penurunan visus, penurunan pendengaran, nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan, bising. 3. Pemeriksaan jantung : kelainan katup, aritmia, stenosis aorta, sinkope sinus carotis dll 4. Neurologi : perubahan status mental, defisit fokal, neuropati perifer, kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor, dll 5. Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi, problem kaki (podiatrik), deformitas dll C. Assesmen Fungsionalnya Sebaiknya dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebiasaan pasien dan aspek fungsionalnya dalam lingkungannya, ini sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan. Pada assesmen fungsional dilakukan observasi atau pencarian terhadap : 1. Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan, ketika mau duduk dibawah dll. 2. Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat Bantu ( kursi roda, tripod, tongkat dll) atau dibantu berjalan oleh keluarganya. Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 15

Page 15: GERIATRI

3. Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian, kontinens. Terutama kehidupannya dalam keluarga dan lingkungan sekitar ( untuk mendeteksi juga apakah terdapat depresi dll ) 2.3.5 Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi AKS terbaik, dan mengembalikan kepercayaan diri mereka. Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan funsional, terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi penyebabnya/faktor yang mendasarinya. Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit kardiovaskular yang mendasari, menghentikan obat-obat yang menyebabkan hipotensi postural : beta bloker, diuretik, antidepresan, dan lain-lain. Selain itu, tidak lupa untuk memperbaiki lingkungan untuk mencegah terjadinya jatuh. 2.3.6 Komplikasi Komplikasi dapat berupa perlukaan, perawatan di rumah sakit, disabilitas, risiko masuk dalam rumah perawatan dan kematian. Perlukaan yang terjadi dapat berupa rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit (berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena); patah tulang : pelvis, femur (terutama kollum), humerus, lengan bawah, tungkai bawah, kista; hematom subdural. Perawatan rumah sakit menyebabkan komplikasi tidak dapat bergerak (imobilisasi) dan risiko penyakit-penyakit iatrogenic. Disabilitas yaitu berupa penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 16

Page 16: GERIATRI

2.3.7 Pencegahan a. Identifikasi faktor risiko Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor intrinsik risiko jatuh, perlu dialakukan assesmen keadaan sensorik. Neurologis, musculoskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/ menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapatmenyababkan jatuh harus dihilangkan. Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan penjelasan yang komprehensif pada lansia dan kelauarganya tentang risiko terjadinya jatuh akibat minum obat tersebut. b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangan berisiko, maka diperlukan bantuan latihan oleh rebhabilitasi medik. c. Mengatur/mengatasi faktor situasional Fator situasional yang bersifat serangan akut/eksaserbasi akut penyakit yang diderita lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara periodik Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 17

Page 17: GERIATRI

2.4 Fraktur Untuk bisa terjadi fraktur pada usia lanjut sering terjadi hanya dengan trauma ringan atau bahkan tanpa ada kekerasan yang nyata. Adanya tekanan berat dari lantai saat jatuh hanya merupakan sebagian dari penyebab fraktur tersebut. Pada lansia, stress utama pada tulang justru datang dari daya yang sangat kuat dari otot yang berinsersi di tulang tersebut. 2.4.1. Jenis Fraktur a. Fraktur sendi koksa (fraktur leher/kollum femur) merupakan jenis fraktur ini merupakan yang terpenting dan sering terjadi. Insiden pada wanita tiga kali dibanding pria dan osteoporosis. Merupakan faktor predisposisi utama. Fraktur femur seringkali menjadi buruk, menyebabkan mortalitas tinggi dan komplikasi berat dan kecacatan. b. Fraktur pergelangan tangan (fraktur Colle’s) merupakan fraktur pada distal radius biasa terjadi karena terjatuh dengan posisi tangan menahan tubuh, Terapi dilakukan dengan mengadakan reposisi dan fiksasai gips. Tanpa komplikasi akan sembuh dalam 6 – 8 minggu. c. Fraktur kolumna vertebralis : jenis crush, multiple atau wedge (baji). Fraktur ini sebagai akibat osteoporosis bisa terjadi dalam bentuk crush (wanita pasca menopause) maupun bentuk multiple, seperti baji (wanita / pria sebagai akibat osteoporosis senilis) Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 18

Page 18: GERIATRI

2.4.2. Penatalaksanaan a. Tindakan terhadap fraktur : untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan tindakan operatif atau hanya dilakukan tindakan konvesional, perlu dilakukan kerjasama yang erat dengan bagian ortopedi. b. Tindakan terhadap jatuh : mengurangi faktor risiko terjadinya jatuh merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya fraktur. c. Tindakan terhadap kerapuhan tulang : biasanya tidak bisa mengembalikan tulang seperti semula, tetapi bisa membantu mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan fraktur. d. Keperawatan dan rehabilitasi saat penderita imobil : berupa pencegahan komplikasi imobilitas (infeksi, dekubitus, konfusio) agar penderita secepat mungkin bisa mandiri lagi. Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 19

Page 19: GERIATRI

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dari penyusunan makalah ini ditemukan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan tujuan pembuatan dan judul dari makalah, berikut merupakan beberapa kesimpulan yang diambil : Pada geriatri terjadi penurunan kemampuan untuk menghadapi berbagai jejas sehingga trauma ringan pun dapat membahayakan diri para geriatri. Jatuh yang dialami pasien disebabkan oleh faktor intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik berupa gangguan berjalan dan penurunan penglihatan serta pendengaran. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti keadaan rumah yang memiliki banyak tangga. Fraktur mudah terjadi pada lansia karena penurunan komposisi tulang akibat penuaan dan menopouse. Predileksi fraktur tersering pada lansia yaitu pergelangan tangan, collum femur, dan columna vertebralis. 3.2 Saran Dalam penyelesaian makalahkan ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya : Pembahasan yang lebih mendalam disertai gambaran-gambaran tentang jatuh dan fraktur yang lebih jelas serta mencari solusinya

Pembahasan secara langsung dengan mencari pasien untuk dilakukan suatu penelitian

Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif Page 20

Beberapa poin diatas merupakan saran yang kami berikan apabila ada pihak-pihak yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UISU semester VI/2012 dalam penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan.

FAKTOR PENYEBAB JATUHFaktor penyebab jatuh pad lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor-faktor, antara lain :( Kane, 1994 ; Reuben, 1996 ; Tinetti, 1992 ; Campbell, 1987 ; Brocklehurst, 1987 ).1.      Kecelakaan   : merupakan faktor penyebab jatuh yang utama bagi lansia, yaitu sekitar 30-50 % kasus jatuh.q  murni kecelakaan, misalnya karena jatuh terpeleset atau tersandung sesuatu.q  gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua, misalnya karena penglihatan pada lansia sudah menurun (mata kurang awas), kemudian menabrak benda-benda yang ada di rumah, sehingga akhirnya jatuh.2.      Nyeri kepala dan atau vertigo

Page 20: GERIATRI

3.      Hipotensi orthostatikq  hipovolemia (curah jantung rendah)q  disfungsi otonomq  penurunan kembalinya darah vena ke jantungq  terlalu lama berbaring dan kurang bergerak selama berbaringq  pengaruh obat-obat hipotensiq  hipotensi sesudah makan4.      Obat-obatan :q  anti hipertensi, misalnya alfa-blokerq  anti depresan trisiklikq  sedativaq  antipsikotikq  obat-obat hipoglikemikq  alkohol5.      Proses penyakit yang spesifik.Penyakit-penyakit akut seperti :q  kardiovaskuler   :  -     aritmia-          stenosis aorta-          sinkope sinus karotisq  Neurologi           :  -    TIA-          stroke-          serangan kejang-          Parkinson-          kompresi saraf spinal karena spondilosis-          penyakit cerebelum6.      Idiopatik   ( tidak jelas sebabnya )7.      Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tibaq  drop attack (serangan roboh)q  penurunan darah ke otak secara tiba-tibaq  terbakar matahari8.      Faktor lingkungan :q  alat-alat atau perabot rumah tangga yang sudah tidak layak pakai karena sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di sembarang tempat.q  tempat tidur atau jamban yang rendah (jongkok) sehingga menyulitkan lansia ketika akan berdiri.q  tempat berpegangan yang tidak kuat / susah dipegang :o   lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun

Page 21: GERIATRI

o   karpet yang kurang baik, sehingga bisa membuat jatuh, keset yang tebal,/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin dan mudah tergeser.o   lantai yang licin dan basah yang tidak diperhatikano   penerangan yang kurang baik (kurang terang atau terlalu menyilaukan)o   alat bantu jalan yang ukuran, berat, maupun penggunaannya yang tidak tepat.9.      Faktor situasional :q  Aktivitassebagian besar lansia jatuh saat melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti posisi. Hanya sedikit (sekitar 5 %) yang jatuh saat melakukan aktivitas berbahaya seperti olahraga berat bahkan mendaki gunung. Sering juga jatuh pada lansia disebabkan karena aktivitas yang berlebihan, mungkin karena kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Dapat juga terjadi jatuh pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika lansia tersebut ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.q  LingkunganSekitar 70 % jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10 % terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung / menabrak benda (perabot rumah) yang tergelatak sembarangan, lantai yang licin atau tidak rata, penerangan yang kurang.q  Penyakit akutDizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak napas akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penderita penyakit jantung iskemik, dan lain-lain.FAKTOR RESIKO JATUHUntuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh:1.      Sistem SensorikYang berperan di dalamnya adalah visus (penglihatan), pendengaran, fungsi vestibuler, dan propioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menyebabkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat

Page 22: GERIATRI

proses menua. Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu fungsi propioseptif. Gangguan sensorik tersebut menyebabkan hamper sepertiga lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik.2.      Sistem saraf pusat (SSP)SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik.3.      KognitifPada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko jatuh.4.      MuskuloskeletalFaktor ini disebutkan leh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar-benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan musculoskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh:

Kekakuan jaringan penghubung

Berkurangnya massa otot

Perlambatan konduksi saraf

Penurunan visus/lapangan pandang

Kerusakan propioseptifYang kesemuanya menyebabkan:

Penurunan range of motion (ROM) sendi

Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas

bawah

Perpanjangan waktu reaksi

Kerusakan persepsi dalam

Peningkatan postural sway (goyangan badan)Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah/terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba, sehingga memudahkan jatuh.

Page 23: GERIATRI

Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:1)      Faktor-faktor intrinsic (faktor dari dalam)2)      Faktor-faktor ekstrinsik (faktor dari luar)Faktor Intrinsik                                                                           Faktor ekstrinsik

AKIBAT JATUH PADA LANSIAAkibat jatuh pada lansia adalah :1. Rusaknya jaringan2. Fraktur pelvis, femur3. Perawatan di rumah sakit4. Jatuh menyebabkan penurunan kepercayaan diri sehingga mengurangi gerak5. KematianPENYEBAB TUNGKAI TIDAK DAPAT DIGERAKKANPada kasus ini pasien dinyatakan jatuh terpeleset. Mekanisme trauma Seseorang yang jatuh terpeleset kemungkinan bisa ke depan atau ke belakang. Jika jatuh ke depan maka kemungkinan akan mengalami trauma capitis atau cidera ekstremitas atas sebagai akibat menahan tubuh dengan tangan. Sedangkan jika jatuh ke belakang maka kemungkinan akan mengalami trauma capitis atau cidera ekstremitas atas atau cidera tulang belakang (vertebra).Pada kasus ini tidak dikeluhkan adanya trauma capitis atau cidera ekstremitas atas, cidera yang terjadi hanya berupa tungkai yang tidak dapat digerakkan tapi masih berasa. Ini berarti bahwa kemungkinan yang mengalami gangguan adalah persarafan motorik tungkai tersebut sementara saraf sensoriknya masih berfungsi dengan baik.Secara anatomis tungkai (ekstremitas bawah) dipersarafi oleh serabut saraf dari vertebra segmen lumbal dan sacral.  Jadi kemungkinan besar ketika terjatuh, pasien tersebut mengalami trauma vertebra segmen lumbal-sakral yang mengakibatkan tertekannya ramus-ramus saraf di cornu anterior atau bagian dari kornu anterior dari segmen lunbosakral tersebut yang tertekan  yang berfungsi sebagai saraf motorik pada kedua tungkai yang mengakibatkan tungkai tidak dapat digerakkan.

KONDISI FISIK DAN NEUROPSIKIATRIK

OBAT-OBATAN YANG DIMINUM

Page 24: GERIATRI

PEMERIKSAAN YANG PERLU DILAKUKANPada pasien geriatri/usia lanjut, kita harus melakukan pemeriksaan/assesmen secara holistik/paripurna, berkesinambungan dan tepat. Dengan maksud agar dapat meninjau keseluruhan dari gangguan fisisnya, psikososial dan juga gangguan fungsional sehingga nantinya dapat mengidentifikasikan masalah tersebut termasuk mengidentifikasikan faktor resiko yang berperan serta kemudian merencanakan penatalaksanaan menyeluruh dengan penekanan pada kemampuan fungsional pasien atau setidaknya memberikan perhatian yang sama dengan diagnosis dan pengobatan penyakit sebab kompleksitas masalah pada usia lanjut dapat meningkatkan resiko iatrogenik.. ( 1 : 267 )Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :A.    Anamnesa riwayat penyakit (jatuhnya)Anamnesa dibuat baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau keluarganya. Anamnesis ini meliputi :

1. Seputar jatuhnya : mencari penyebab jatuhnya misalnya apa

karena terpeleset, tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu

mau berdiri dari jongkok atau sebaliknya, sedang buang air kecil atau besar,

sedang batuk atau bersin, sedang menolwh tiba-tiba ataupun aktivitas

lainnya.

2. Gejala yang menyertai : seperti nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala

tiba-tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.

3. Kondisi komorbid yang relevan : pernah menderita hipertensi, diabetes

mellitus, stroke, parkinsonisme, osteoporosis, sering kejang, penyakit

jantung, rematik, depresi, deficit rematik dll

4. Review obat-obatan yang diminum : anti hipertensi ( alfa inhibitor non

spesifik dll ), diuretic, autonomic bloker, anti depresan, hipnotik, anxiolitik,

analgetik, psikotropik, ACE inhibitor dll

5. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh apakah licin/bertingkat-tingkat

dan tidak datar, pencahayaannya dllB.     Pemeriksaan Fisis1.      Mengukur tanda vitalnya : Tekanan darah (tensi), nadi, pernafasan(respirasinya) dan suhu badannya (panas/hipotermi)2.      Kepala dan leher : apakah terdapat penurunan visus, penurunan pendengaran, nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan, bising.

Page 25: GERIATRI

3.      Pemeriksaan jantung : kelainan katup, aritmia, stenosis aorta, sinkope sinus carotis dll4.      Neurologi : perubahan status mental, defisit fokal, neuropati perifer, kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor, dll5.      Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi, problem kaki (podiatrik), deformitas dllC.     Assesmen FungsionalnyaSeyogyanya dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebiasaan pasien dan aspek fungsionalnya dalam lingkungannya, ini sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan. Pada assesmen fungsional dilakukan observasi atau pencarian terhadap :1.      Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan, ketika mau duduk dibawah dll.2.      Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat Bantu ( kursi roda, tripod, tongkat dll) atau dibantu berjalan oleh keluarganya.3.      Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian, kontinens. Terutama kehidupannya dalam keluarga dan lingkungan sekitar ( untuk mendeteksi juga apakah terdapat depresi dll )                                      ( 2 : 168 )PENANGANAN JATUH PADA LANSIAa. Operasi.Jika pada pemeriksaan radiologis ditemukan adanya fraktur yang disebabkan karena pasien terjatuh ( terpeleset ) khususnya fraktur tulang belakang yang mengakibatkan kompresi pada saraf sehingga kedua tungkai tidak dapat digerakkan,merupakan indikasi untuk dilakukan operasi mis: fiksasi internal nerve root,spinal cord.b. Hospitalisasi (perawatan di rumah sakit).Hal ini bertujuan untuk memudahkan penanganan pasien khususnya dengan fraktur akut ( immobilisasi ) yang beresiko tinggi yang juga disertai dengan penyakit kronik,yang membutuhkan perawatan intensif..c. Operasi mata ( operasi katarak).Gangguan penglihatan pada pasien ini kemungkinan besar berupa katarak senilis. Operasi dapat dilakukan jika pasien & keluarganya menyetujui dan kondisi kesehatan pasien memungkinkan. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang selama ini terganggu akibat gangguan penglihatan ( kemungkinan salah satu penyebab pasien terjatuh ).

Page 26: GERIATRI

Indikasi operasi katarak :-          Gangguan penglihatan dengan Snellen aquity ( visus ) 20/50 atau dibawahnya.-          Ketidakmampuan salah satu mata untuk melihat.Kontraindikasi :-          Jika penglihatan pasien dapat dikoreksi dengan penggunaan kaca mata atau alat bantu lainnya.-          Kondisi kesehatan pasien tidak memungkinkan.d. Fisioterapi.Setelah dilakukan tindakan operasi untuk mengatasi fraktur dibutuhkan fisioterapi ( rehabilitasi ) yang penting untuk mengembalikan fungsi alat gerak dan mengurangi disabilitas selama masa penyembuhan. Penggunaan alat bantu berjalan misalnya tongkat biasanya dibutuhkan untuk membantu permulaan berjalan kembali dan untuk mendukung aktifitas sehari-hari lainnya.e. Perbaikan status gizi.Penyusunan menu disesuaikan dengan kebutuhan kalori pasien setiap harinya dan kemampuan untuk mencerna makanan. Pemberian makanan diberikan secara bertahap.dimulai dengan porsi kecil tetapi sesering mungkin diberikan.f. Kontrol penyakit dan penggunaan obat-obatan.Hindari polifarmasi yang justru lebih banyak menimbulkan efek samping,khususnya pada pasien beresiko tinggi.g. Pendidikan keluarga.Jika fraktur yang diderita oleh pasien mengharuskan immobilisasi untuk beberapa lama.keluarga harus senantiasa mengawasi,merawat pasien dengan mencegah pasien terlalu banyak berbaring ( posisi diubah-ubah ) untuk mencegah dekubitus dan penyakit iatrogenik. Berikan perhatian dan kasih sayang agar pasien tidak merasa terisolasi dan depresi.PENCEGAHANUsaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.Ada 3 usaha pokjok untuk pencegahan ini, antara lain:

1. Identifikasi faktor resikoPada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik,

Page 27: GERIATRI

neurologik, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/menyebabkan jatuh.Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah hartus cukup tapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaikknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan/tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.

1. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalanSetiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimabangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan(gait) juga harus dilakukan dengan cermat, apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

1. Mengatur/mengatasi fakor situsionalFaktor situasional yang bersifat serangan akut/eksaserbasi akut penyakit yang diderita lansia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat diatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu diberitahukan pada penderita aktivitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita, aktivitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.DAFTAR PUSTAKA1.      H Slamet Suyono, SpPD,KE. Prof. Dr. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2. Boedhi, Darmojo, R. 2004. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Page 28: GERIATRI

3. Adelman,M,Alan.Daly,P,Mel.20 Common Problems In Geriatrics.2001.Mc GRAW-HILL INTERNATIONAL EDITION.SKENARIOLaki-laki 68 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan menurut keluarganya tiba-tiba terpeleset di depan kamar mandi tadi pagi. Setelah itu kedua tungkai tak dapat digerakkan tetapi kalau diraba atau dicubit masih dirasakan oleh penderita.Sejak seminggu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak napas serta nafsu makan sangat berkurang tetapi tidak demam. Penderita selama ini mengidap dan minum obat penyakit kencing manis dan tekanan darah tinggi, kedua mata dianjurkan untuk operasi tetapi penderita selalu menolak.PEMBAHASANTEORI-TEORI PROSES MENUAI.     TEORI “GENETIC CLOCK”Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk species-species tertentu. Tiap species mempunyaii didalam nuclei (inti sel)nya suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal.  Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obat atau tindakan-tindakan tertentu.Pengontrolan genetik umur, rupanya dikontrol dalam tingkat seluler. Mengenai hal ini Hayflick (1980) melakukan penelitian melalui kultur sel in vitro yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies.Untuk membuktikan apakah yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka dilakukanlah transplantasi silang dari nukleus. Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumlah replikasi, kemudian menua dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994).II. TEORI MUTASI SOMATIK (TEORI ERROR CATASTROPHE)Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif [ada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

Page 29: GERIATRI

Bagaimanakah mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat subselular dan molekular? Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “error  catastrophe”Menurut hipotesis tersebut, menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA–>RNA), maupun dalam proses translasi (RNA–> protein/enzim). Kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim yang salah, sebagai reaksi dan kesalahan-kesalahan lain yang berkembang secara ekponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme yang salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel, walaupun dalam batas-batas tertentu kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki diri sendiri itu sifatnya terbatas pada kesalahan pada proses transkripsi (pembentukan RNA) yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim, yang dapat menimbulkan metabolit yang berbahaya. Apalagi jika terjadi pula kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein), maka akan terjadilah kesalahn yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop (Suhana, 1994, Constantinides, 1994).III.             TEORI RUSAKNYA SISTEM IMUN TUBUHMutasi yang berulang atau perubahan protein pascatranslasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein, 1989).Semua sel somatik akan mengalami proses menua, kecuali sel seks dan sel yang mengalami mutasi menjadi kanker. Sel-sel jaringan binatang dewasa juga dapat membagi diri dan memperbaharui diri, kecuali sel neuron, miokardium dan sel ovarium ( Constantinides, 1994).IV.             TEORI MENUA AKIBAT METABOLISMEPada tahun 1935, McKay et al. (terdapat dalam Goltein, et al, 1989), memperlihatkan bahwa pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan mengahmbat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut, antara lin disebabkan karenapenurunan jumlah kalori tersebut, antaralain disebabkan karena menurunnya salahsatu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi

Page 30: GERIATRI

penurunan pengeluaran hormon yang merangsang proliferasi sel, misalnya insulin, dan hormon pertumbuhan.Modifikasi cara hidup yang kurang bergerak menjadi lebih banyak bergerak mungkin juga dapat meningkatkan umur panjang.V. TEORI KERUSAKAN AKIBAT RADIKAL BEBASRadikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan di dalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam mitokondria (Oen, 1993). Untuk organisme aerobik, RB terutama terbentuk pada waktu respirasi (aerob) didalam mitokondria, karena 90% oksigen yang diambil tubuh, masuk ke dalam mitokondria. Waktu terjadi proses respirasi tersebut oksigen dilibatkan dalam mengubah bahan bakar menjadi ATP, melalui enzim-enzim respirasi didalam mitokondria, maka radikal bebas (RB) akan dihasilkan sebagai zat antara. RB bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membaran sel, dan dengan gugus SH.RB dapat dinetralkan menggunakan senyawa non enzimatik, seperti: vitamin C (asam askorbat), provitamin A (Beta Karoten) dan vitamin E (Tocoperol).Walaupun telah ada sistem penangkal, namum sebagian RB tetap lolos, bahkan mungkin lanjut usia makin banyak RB terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makinlama makin banyak dan akhirnya sel mati(Oen, 1993).FAKTOR PENYEBAB JATUHFaktor penyebab jatuh pad lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor-faktor, antara lain :( Kane, 1994 ; Reuben, 1996 ; Tinetti, 1992 ; Campbell, 1987 ; Brocklehurst, 1987 ).1.      Kecelakaan   : merupakan faktor penyebab jatuh yang utama bagi lansia, yaitu sekitar 30-50 % kasus jatuh.q  murni kecelakaan, misalnya karena jatuh terpeleset atau tersandung sesuatu.q  gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua, misalnya karena penglihatan pada lansia sudah menurun (mata kurang awas), kemudian menabrak benda-benda yang ada di rumah, sehingga akhirnya jatuh.2.      Nyeri kepala dan atau vertigo3.      Hipotensi orthostatikq  hipovolemia (curah jantung rendah)q  disfungsi otonom

Page 31: GERIATRI

q  penurunan kembalinya darah vena ke jantungq  terlalu lama berbaring dan kurang bergerak selama berbaringq  pengaruh obat-obat hipotensiq  hipotensi sesudah makan4.      Obat-obatan :q  anti hipertensi, misalnya alfa-blokerq  anti depresan trisiklikq  sedativaq  antipsikotikq  obat-obat hipoglikemikq  alkohol5.      Proses penyakit yang spesifik.Penyakit-penyakit akut seperti :q  kardiovaskuler   :  -     aritmia-          stenosis aorta-          sinkope sinus karotisq  Neurologi           :  -    TIA-          stroke-          serangan kejang-          Parkinson-          kompresi saraf spinal karena spondilosis-          penyakit cerebelum6.      Idiopatik   ( tidak jelas sebabnya )7.      Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tibaq  drop attack (serangan roboh)q  penurunan darah ke otak secara tiba-tibaq  terbakar matahari8.      Faktor lingkungan :q  alat-alat atau perabot rumah tangga yang sudah tidak layak pakai karena sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di sembarang tempat.q  tempat tidur atau jamban yang rendah (jongkok) sehingga menyulitkan lansia ketika akan berdiri.q  tempat berpegangan yang tidak kuat / susah dipegang :o   lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menuruno   karpet yang kurang baik, sehingga bisa membuat jatuh, keset yang tebal,/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin dan mudah tergeser.o   lantai yang licin dan basah yang tidak diperhatikan

Page 32: GERIATRI

o   penerangan yang kurang baik (kurang terang atau terlalu menyilaukan)o   alat bantu jalan yang ukuran, berat, maupun penggunaannya yang tidak tepat.9.      Faktor situasional :q  Aktivitassebagian besar lansia jatuh saat melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti posisi. Hanya sedikit (sekitar 5 %) yang jatuh saat melakukan aktivitas berbahaya seperti olahraga berat bahkan mendaki gunung. Sering juga jatuh pada lansia disebabkan karena aktivitas yang berlebihan, mungkin karena kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Dapat juga terjadi jatuh pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika lansia tersebut ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.q  LingkunganSekitar 70 % jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10 % terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung / menabrak benda (perabot rumah) yang tergelatak sembarangan, lantai yang licin atau tidak rata, penerangan yang kurang.q  Penyakit akutDizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak napas akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penderita penyakit jantung iskemik, dan lain-lain.FAKTOR RESIKO JATUHUntuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh:1.      Sistem SensorikYang berperan di dalamnya adalah visus (penglihatan), pendengaran, fungsi vestibuler, dan propioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menyebabkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses menua. Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu fungsi propioseptif. Gangguan sensorik tersebut menyebabkan hamper sepertiga lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik.

Page 33: GERIATRI

2.      Sistem saraf pusat (SSP)SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik.3.      KognitifPada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko jatuh.4.      MuskuloskeletalFaktor ini disebutkan leh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar-benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan musculoskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh:

Kekakuan jaringan penghubung

Berkurangnya massa otot

Perlambatan konduksi saraf

Penurunan visus/lapangan pandang

Kerusakan propioseptifYang kesemuanya menyebabkan:

Penurunan range of motion (ROM) sendi

Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas

bawah

Perpanjangan waktu reaksi

Kerusakan persepsi dalam

Peningkatan postural sway (goyangan badan)Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah/terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba, sehingga memudahkan jatuh.Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:1)      Faktor-faktor intrinsic (faktor dari dalam)2)      Faktor-faktor ekstrinsik (faktor dari luar)

Page 34: GERIATRI

Faktor Intrinsik                                                                           Faktor ekstrinsik

AKIBAT JATUH PADA LANSIAAkibat jatuh pada lansia adalah :1. Rusaknya jaringan2. Fraktur pelvis, femur3. Perawatan di rumah sakit4. Jatuh menyebabkan penurunan kepercayaan diri sehingga mengurangi gerak5. KematianPENYEBAB TUNGKAI TIDAK DAPAT DIGERAKKANPada kasus ini pasien dinyatakan jatuh terpeleset. Mekanisme trauma Seseorang yang jatuh terpeleset kemungkinan bisa ke depan atau ke belakang. Jika jatuh ke depan maka kemungkinan akan mengalami trauma capitis atau cidera ekstremitas atas sebagai akibat menahan tubuh dengan tangan. Sedangkan jika jatuh ke belakang maka kemungkinan akan mengalami trauma capitis atau cidera ekstremitas atas atau cidera tulang belakang (vertebra).Pada kasus ini tidak dikeluhkan adanya trauma capitis atau cidera ekstremitas atas, cidera yang terjadi hanya berupa tungkai yang tidak dapat digerakkan tapi masih berasa. Ini berarti bahwa kemungkinan yang mengalami gangguan adalah persarafan motorik tungkai tersebut sementara saraf sensoriknya masih berfungsi dengan baik.Secara anatomis tungkai (ekstremitas bawah) dipersarafi oleh serabut saraf dari vertebra segmen lumbal dan sacral.  Jadi kemungkinan besar ketika terjatuh, pasien tersebut mengalami trauma vertebra segmen lumbal-sakral yang mengakibatkan tertekannya ramus-ramus saraf di cornu anterior atau bagian dari kornu anterior dari segmen lunbosakral tersebut yang tertekan  yang berfungsi sebagai saraf motorik pada kedua tungkai yang mengakibatkan tungkai tidak dapat digerakkan.PEMERIKSAAN YANG PERLU DILAKUKANPada pasien geriatri/usia lanjut, kita harus melakukan pemeriksaan/assesmen secara holistik/paripurna, berkesinambungan dan tepat. Dengan maksud agar dapat meninjau keseluruhan dari gangguan

KONDISI FISIK DAN NEUROPSIKIATRIK

OBAT-OBATAN YANG DIMINUM

Page 35: GERIATRI

fisisnya, psikososial dan juga gangguan fungsional sehingga nantinya dapat mengidentifikasikan masalah tersebut termasuk mengidentifikasikan faktor resiko yang berperan serta kemudian merencanakan penatalaksanaan menyeluruh dengan penekanan pada kemampuan fungsional pasien atau setidaknya memberikan perhatian yang sama dengan diagnosis dan pengobatan penyakit sebab kompleksitas masalah pada usia lanjut dapat meningkatkan resiko iatrogenik.. ( 1 : 267 )Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :A.    Anamnesa riwayat penyakit (jatuhnya)Anamnesa dibuat baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau keluarganya. Anamnesis ini meliputi :

1. Seputar jatuhnya : mencari penyebab jatuhnya misalnya apa

karena terpeleset, tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu

mau berdiri dari jongkok atau sebaliknya, sedang buang air kecil atau besar,

sedang batuk atau bersin, sedang menolwh tiba-tiba ataupun aktivitas

lainnya.

2. Gejala yang menyertai : seperti nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala

tiba-tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.

3. Kondisi komorbid yang relevan : pernah menderita hipertensi, diabetes

mellitus, stroke, parkinsonisme, osteoporosis, sering kejang, penyakit

jantung, rematik, depresi, deficit rematik dll

4. Review obat-obatan yang diminum : anti hipertensi ( alfa inhibitor non

spesifik dll ), diuretic, autonomic bloker, anti depresan, hipnotik, anxiolitik,

analgetik, psikotropik, ACE inhibitor dll

5. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh apakah licin/bertingkat-tingkat

dan tidak datar, pencahayaannya dllB.     Pemeriksaan Fisis1.      Mengukur tanda vitalnya : Tekanan darah (tensi), nadi, pernafasan(respirasinya) dan suhu badannya (panas/hipotermi)2.      Kepala dan leher : apakah terdapat penurunan visus, penurunan pendengaran, nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan, bising.3.      Pemeriksaan jantung : kelainan katup, aritmia, stenosis aorta, sinkope sinus carotis dll4.      Neurologi : perubahan status mental, defisit fokal, neuropati perifer, kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor, dll

Page 36: GERIATRI

5.      Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi, problem kaki (podiatrik), deformitas dllC.     Assesmen FungsionalnyaSeyogyanya dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebiasaan pasien dan aspek fungsionalnya dalam lingkungannya, ini sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan. Pada assesmen fungsional dilakukan observasi atau pencarian terhadap :1.      Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan, ketika mau duduk dibawah dll.2.      Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat Bantu ( kursi roda, tripod, tongkat dll) atau dibantu berjalan oleh keluarganya.3.      Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian, kontinens. Terutama kehidupannya dalam keluarga dan lingkungan sekitar ( untuk mendeteksi juga apakah terdapat depresi dll )                                      ( 2 : 168 )PENANGANAN JATUH PADA LANSIAa. Operasi.Jika pada pemeriksaan radiologis ditemukan adanya fraktur yang disebabkan karena pasien terjatuh ( terpeleset ) khususnya fraktur tulang belakang yang mengakibatkan kompresi pada saraf sehingga kedua tungkai tidak dapat digerakkan,merupakan indikasi untuk dilakukan operasi mis: fiksasi internal nerve root,spinal cord.b. Hospitalisasi (perawatan di rumah sakit).Hal ini bertujuan untuk memudahkan penanganan pasien khususnya dengan fraktur akut ( immobilisasi ) yang beresiko tinggi yang juga disertai dengan penyakit kronik,yang membutuhkan perawatan intensif..c. Operasi mata ( operasi katarak).Gangguan penglihatan pada pasien ini kemungkinan besar berupa katarak senilis. Operasi dapat dilakukan jika pasien & keluarganya menyetujui dan kondisi kesehatan pasien memungkinkan. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang selama ini terganggu akibat gangguan penglihatan ( kemungkinan salah satu penyebab pasien terjatuh ).Indikasi operasi katarak :-          Gangguan penglihatan dengan Snellen aquity ( visus ) 20/50 atau dibawahnya.-          Ketidakmampuan salah satu mata untuk melihat.

Page 37: GERIATRI

Kontraindikasi :-          Jika penglihatan pasien dapat dikoreksi dengan penggunaan kaca mata atau alat bantu lainnya.-          Kondisi kesehatan pasien tidak memungkinkan.d. Fisioterapi.Setelah dilakukan tindakan operasi untuk mengatasi fraktur dibutuhkan fisioterapi ( rehabilitasi ) yang penting untuk mengembalikan fungsi alat gerak dan mengurangi disabilitas selama masa penyembuhan. Penggunaan alat bantu berjalan misalnya tongkat biasanya dibutuhkan untuk membantu permulaan berjalan kembali dan untuk mendukung aktifitas sehari-hari lainnya.e. Perbaikan status gizi.Penyusunan menu disesuaikan dengan kebutuhan kalori pasien setiap harinya dan kemampuan untuk mencerna makanan. Pemberian makanan diberikan secara bertahap.dimulai dengan porsi kecil tetapi sesering mungkin diberikan.f. Kontrol penyakit dan penggunaan obat-obatan.Hindari polifarmasi yang justru lebih banyak menimbulkan efek samping,khususnya pada pasien beresiko tinggi.g. Pendidikan keluarga.Jika fraktur yang diderita oleh pasien mengharuskan immobilisasi untuk beberapa lama.keluarga harus senantiasa mengawasi,merawat pasien dengan mencegah pasien terlalu banyak berbaring ( posisi diubah-ubah ) untuk mencegah dekubitus dan penyakit iatrogenik. Berikan perhatian dan kasih sayang agar pasien tidak merasa terisolasi dan depresi.PENCEGAHANUsaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.Ada 3 usaha pokjok untuk pencegahan ini, antara lain:

1. Identifikasi faktor resikoPada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/menyebabkan jatuh.Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah hartus cukup tapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah

Page 38: GERIATRI

dilihat. Peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaikknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan/tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.

1. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalanSetiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimabangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan(gait) juga harus dilakukan dengan cermat, apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

1. Mengatur/mengatasi fakor situsionalFaktor situasional yang bersifat serangan akut/eksaserbasi akut penyakit yang diderita lansia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat diatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu diberitahukan pada penderita aktivitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita, aktivitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.DAFTAR PUSTAKA1.      H Slamet Suyono, SpPD,KE. Prof. Dr. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2. Boedhi, Darmojo, R. 2004. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.3. Adelman,M,Alan.Daly,P,Mel.20 Common Problems In Geriatrics.2001.Mc GRAW-HILL INTERNATIONAL EDITION.

Print  PDF

Artikel terkait dengan: MODUL JATUH

Page 39: GERIATRI

MODUL GERIATRI: DIABETES PADA LANSIA

TUA TIDAK HARUS PIKUN

ANTIPSIKOTIK KONVENSIONAL TIDAK AMAN UNTUK JANTUNG

Syarat Rumah Sehat

FRAKTUR RADIUS ULNA