gambaran radiologi ckd

download gambaran radiologi ckd

of 43

Transcript of gambaran radiologi ckd

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    1/43

    REFERAT

    GAMBARAN RADIOLOGI PADA

    CHRONIC KIDNEY DISEASE

    PEMBIMBING DAN MODERATOR

    Dr. Suhermi Ismail, Sp.Rad

    DISUSUN OLEH

    Handra Juanda

    FK UPN VeteranJakarta

    092.0221.218

    KEPANITERAAN DEPARTEMEN RADIOLOGI

    RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN JAKARTA

    PERIODE 23 JANUARI 2011- 03 MARET 2012

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    2/43

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

    karena atas pimpinan dan tuntunanya penulis dapat menyelesaikan

    Referat Gambaran Radiologi pada Chronic Kidney Disease sebagai salah

    satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Radiologi di Rumah Sakit

    Umum Pusat (RSUP) Persahabatan. Melalui ini juga penulis ingin

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Dr. Suhermi Ismail, SpRad sebagai pembimbing dan moderator

    Referat Gambaran Radiologi pada Chronic Kidney Disease.

    2. Dokter Spesialis Radiologi di Departemen Radiologi Rumah Sakit

    Umum Pusat (RSUP) Persahabatan yang telah memberi bimbingan

    dan saran dalam penyusunan Referat Gambaran Radiologi pada

    Chronic Kidney Disease.

    3. Teman-teman seperjuangan di Departemen Radiologi Rumah Sakit

    Umum Pusat (RSUP) Persahabatan periode 23 Januari 03 Maret

    2011.

    Terimakasih atas semua bantuan, bimbingan dan masukan yang

    diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penulisan Referat Gambaran Radiologi pada Chronic Kidney Disease ini.

    Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga

    saran, kritik dan masukan sangat diterima dengan tangan terbuka.

    Semoga makalah ini dapat berguna tidak hanya bagi penulis tetapi juga

    bagi semuanya.

    Jakarta, 30 Januari

    2012

    Handra Juanda

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    3/43

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    ii

    DAFTAR ISI iii

    DAFTAR TABEL iv

    DAFTAR GAMBAR v

    BAB.I PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    1

    I.2 Tujuan Penulisan 2

    BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Definisi 3

    II.2 Epidemiologi

    3

    II.3 Anatomi dan Histologi Ginjal

    4

    II.4 Fisiologi Ginjal

    8

    II.5 Patofisiologi

    10

    II.6 Klasifikasi 12

    II.7 Etiologi dan Faktor Resiko

    14

    II.8 Diagnosis 16

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    4/43

    II.9 Pencegahan

    26

    II.10 Penatalaksanaan 26

    II.11 Prognosis 30

    BAB. III PENUTUP

    III.1 Kesimpulan 31

    III.2 Saran 32

    DAFTAR PUSTAKA 33

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Batas-batas Ginjal

    4

    Tabel 2 Bagian-bagian Ginjal

    6

    Tabel 3 Klasifikasi CKD menurut National Kidney Foundation

    13

    Tabel 4 Dosis Dewasa untuk Renogram

    24

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    5/43

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Batas-batas Ginjal

    5

    Gambar 2 Anatomi dan Histologi Ginjal

    7

    Gambar 3 Conventional plain film of the abdomen

    19

    Gambar 4 Contoh Gambaran USG Chronic Kidney Disease

    21

    Gambar 5 UPJO in a 24-year-old patient

    22

    Gambar 6 Pola renogram untuk kondisi ginjal tertentu

    26

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    6/43

    BAB. I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronik adalah

    kehilangan atau penurunan fungsi ginjal yang sudah lanjut dan

    bertahap serta bersifat menahun sehingga ginjal tidak dapat

    berfungsi dengan baik dan perlu dilakukan perawatan dan

    pengobatan yang serius.1 CKD dapat berkembang cepat 2-3 bulan

    dan dapat pula berkembang dalam waktu yang sangat lama 30-40

    tahun.2

    Chronic Kidney Disease telah menjadi kekhawatiran yang

    berkembang di dunia karena prevalensinya yang meningkat serta

    hasil akhirnya yang buruk. Di Amerika serikat penderita CKD

    mencapai 20 juta yang berarti 1 dari 9 orang dewasa. Meskipun

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    7/43

    teknik dialisis dan transplantasi makin berkembang namun

    prognosis gagal ginjal tetap buruk. Sistem pendataan ginjal di

    Amerika Serikat pada tahun 2001 menunjukkan angka lebih dari

    76.500 kematian pasien dengan End Stage Renal Disease (ESRD),angka ini seakan tidak berubah selama satu dekade terakhir.

    Morbiditas gagal ginjal juga cukup tinggi di mana pasien yang

    menjalani dialysis rata-rata 4 (empat) kondisi komorbid, 15 (lima

    belas) hari perawatan Rumah Sakit (RS) per tahun, dan kualitas

    hidup yang lebih rendah dari rata-rata populasi. Jumlah pasien

    dengan tingkat CKD yang lebih dini lebih besar namun mortalitas,

    morbiditas, hari perawatan RS per tahun, dan kualitas hidup belum

    diteliti lebih lanjut. Sebagian besar penderita tidak menyadari

    penyakit tersebut karena CKD asimtomatik sampai ia berkembang

    dengan signifikan.3

    Menurut Rahardjo (1996) dalam Lubis (2006), diperkirakan

    jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan

    diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10 % setiap tahun. Saat ini

    belum ada penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit

    ginjal kronik di Indonesia. Dari data di beberapa pusat nefrologi di

    Indonesia diperkirakan insidens dan prevalensi penyakit ginjal

    kronik masing-masing berkisar 100 - 150/ 1 juta penduduk dan 200 -

    250/ 1 juta penduduk. Berdasarkan hasil studi dokumentasi dari

    bagian pencatatan dan pelaporan di Ruang Melati Lantai 2 Rumah

    Sakit Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, tercatat selama kurun waktu

    bulan Januari sampai dengan April 2008, klien yang dirawat dengan

    gagal ginjal kronik mencapai 22 orang dengan persentase 27,5 %.2

    Pendekatan diagnosis pada gagal ginjal kronik dapat

    menggunakan temuan gambaran klinis, laboratoris, radiologis dan

    histopatologi ginjal.Temuan ginjal kecil ekogenik bilateral (

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    8/43

    HIV, mieloma multipel, amiloidosis, dan uropati obstruktif. Bukti

    radiologis osteodistrofi ginjal merupakan temuan lain yang

    bermakna, karena perubahan pada x-ray karena hiperparatiroidisme

    sekunder tidak muncul kecuali jika tingkat paratiroid telahmeningkat selama 1 tahun.1

    I.2 Tujuan Penulisan

    Sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir program pendidikan

    profesi di Bagian kepaniteraan Radiologi di Rumah Sakit Umum

    Pusat (RSUP) Persahabatan

    Untuk menambah ilmu pengetahuan gambaran radiologi pada

    Chronic Kidney Disease (CKD) baik bagi petugas medis maupun

    masyarakat umum.

    BAB. II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Definisi

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    9/43

    Chronic Kidney Disease (CKD) menurut National Kidney

    Foundation (NKF) di Amerika Serikat didefinisikan sebagai

    kerusakan ginjal atau laju filtrasi glomerolus (GFR) < 60

    mL/menit/1,73 m2 selama 3 bulan atau lebih.

    Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dapat

    menjadi acuan untuk mengetahui adanya suatu gangguan ginjal.

    Kadar ureum >40 mg/dl dan kreatinin >1.5 mg/dl dapat menjadi

    suati tanda adanya gangguan fungsi ginjal.

    Kerusakan ginjal sendiri didefinisikan sebagai abnormalitas

    patologis atau marker (penanda) kerusakan, termasuk abnormalitas

    di uji darah atau urin ataupun hasil pencitraan.3

    II.2 Epidemiologi

    Di Amerika serikat penderita CKD mencapai 20 juta yang

    berarti 1 dari 9 orang dewasa. Meskipun teknik dialisis dan

    transplantasi makin berkembang namun prognosis gagal ginjal

    tetap buruk. Sistem pendataan ginjal di Amerika Serikat pada tahun

    2001 menunjukkan angka lebih dari 76.500 kematian pasien dengan

    End Stage Renal Disease (ESRD), angka ini seakan tidak berubah

    selama satu dekade terakhir.

    Menurut Rahardjo (1996) dalam Lubis (2006), diperkirakan

    jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan

    diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10 % setiap tahun. Saat ini

    belum ada penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakitginjal kronik di Indonesia. Dari data di beberapa pusat nefrologi di

    Indonesia diperkirakan insidens dan prevalensi penyakit ginjal

    kronik masing-masing berkisar 100 - 150/ 1 juta penduduk dan 200 -

    250/ 1 juta penduduk. Berdasarkan hasil studi dokumentasi dari

    bagian pencatatan dan pelaporan di Ruang Melati Lantai 2 Rumah

    Sakit Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, tercatat selama kurun waktu

    bulan Januari sampai dengan April 2008, klien yang dirawat dengangagal ginjal kronik mencapai 22 orang dengan persentase 27,5 %.2

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    10/43

    II.3 Anatomi dan Histologi Ginjal

    Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang yang

    pada orang dewasa berukuran panjang 10-13 cm (4 -5 inci), lebar:

    5-7,5 cm (2-3 inci), dan berat + 150 gram. Persentase berat ginjal:

    0,5% dari berat tubuh. Terdapat sepasang (masing-masing satu di

    sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal.

    Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)

    dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak

    ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11

    (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi

    bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah

    processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)

    sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra

    L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan

    posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.4

    Batas Ginjal Ginjal Kanan Ginjal Kiri

    Anterior Lobus kanan hati Dinding dorsal gaster

    Duodenum pars

    descendens

    Pankreas

    Fleksura hepatica Limpa

    Usus halus Vasa lienalis

    Usus halus

    Fleksura lienalis

    Posterior Diafragma, m.psoas major, m. quadratus lumborum, m.

    transversus abdominis(aponeurosis), n.subcostalis,

    n.iliohypogastricus, a.subcostalis, aa.lumbales 1-2(3), iga

    12 (ginjal kanan) dan iga 11-12 (ginjal kiri).

    Tabel 1. Batas-batas Ginjal

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    11/43

    Gambar 1. Batas-batas Ginjal

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    12/43

    Korteks

    Bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri

    dari korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan

    kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan

    tubulus kontortus distalis.

    Medula

    Terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari

    tubulus rektus, lengkung Henle dan tubukus

    pengumpul (ductus colligent).Columna renalis Bagian korteks di antara pyramid ginjalProcessus

    renalis,

    Bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah

    korteks

    Hilus renalis

    Suatu bagian/area di mana pembuluh darah,

    serabut saraf atau duktusmemasuki/meninggalkan ginjal.

    Papilla renalisBagian yang menghubungkan antara duktus

    pengumpul dan calix minor.Calix minor Percabangan dari calix major.Calix major Percabangan dari pelvis renalis.

    Pelvis renalisDisebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang

    menghubungkan antara calix major dan ureter.

    Ureter

    Saluran yang membawa urine menuju vesica

    urinaria.

    Tabel 2. Bagian-bagian Ginjal

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    13/43

    Gambar 2. Anatomi dan Histologi Ginjal

    Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus

    renalis/Malpighi (yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus

    kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang

    bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal

    tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa

    darah dari dan menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang

    memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan letakya nefron dapat

    dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus

    renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta

    hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada

    medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpusrenalisnya terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle yang

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    14/43

    terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah

    panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.

    Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan

    percabangan dari aorta abdominal, sedangkan v.renalis akan

    bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki ginjal melalui

    hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang akan

    memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen

    superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior.

    Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk

    persarafan simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui

    n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini

    berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan

    persarafan simpatis melalui n.vagus.4

    II.4 Fisiologi

    Fungsi ginjal yaitu mengeluarkan zat-zat toksik atau racun;

    mempertahankan keseimbangan cairan; mempertahankan

    keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh;

    mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain

    dalam tubuh; mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari

    protein ureum, kreatinin dan amoniak. Tiga tahap pembentukan

    urine :5

    II.4.a Filtrasi glomerular

    Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma

    pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler

    glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap

    protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air

    dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino,

    glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal

    Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau

    sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    15/43

    sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula

    bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR =

    Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula

    bowmans disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dariperbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus

    dan kapsula bowmans, tekanan hidrostatik darah dalam

    kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini

    dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula

    bowmans serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi

    glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan

    koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.

    II.4.b Reabsorpsi

    Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu

    : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah

    kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi

    zat-zat yang sudah difiltrasi.

    II.4.c Sekresi

    Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-

    molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat.

    Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah

    dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara

    alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium

    serta ion-ion hidrogen.

    Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier

    yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium

    tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa

    natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen

    atau ion kalium kedalam cairan tubular perjalanannya

    kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi,

    hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    16/43

    Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada

    konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini

    (hidrogen dan kalium).

    Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalisini membantu kita memahami beberapa hubungan yang

    dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat

    mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan

    hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi

    penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi

    secara theurapeutik.

    I.5 Patofisiologi

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    17/43

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    18/43

    Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung

    terus meskipun penyakit primernya telah diatasi atau telah

    terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme adaptasi

    sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang

    berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang

    menguatkan adanya mekanisme tersebut adalah adanya gambaran

    histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang

    disebabkan oleh penyakit primer apapun. Perubahan dan adaptasi

    nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan

    menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron

    yang lebih lanjut. Demikian seterusnya keadaan ini berlanjut

    menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal

    terminal.3

    II.6 Klasifikasi

    CKD jarang reversibel dan mengarah pada penurunan

    progresif fungsi ginjal. Hal ini terjadi bahkan setelah kejadian yang

    memicu telah disingkirkan. Pengurangan massa ginjal

    menyebabkan hipertrofi nefron-nefron yang tersisa dengan

    hiperfiltrasi, dan angka Glomerus Filtration Rate pada nefron-nefron

    tersebut di atas normal. Adaptasi ini memberikan beban pada

    nefron-nefron tersisa dan menyebabkan sklerosis glomerular

    progresif dan fibrosis intersisial, yang menunjukkan bahwa

    hiperfiltrasi memperburuk fungsi ginjal.

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    19/43

    Definisi tidak dapat berdasarkan nilai kreatinin serum

    (Creatinin Clearence Test) semata karena korelasi non-linear antara

    nilai kreatinin serum dengan GFR. Namun demikian prediksi GFR

    dapat dilakukan dengan memasukkan nilai kreatinin serum kedalam persamaan tertentu dengan mempertimbangkan pula jenis

    kelamin, usia, ras, dan ukuran tubuh.

    Caranya, cukup mengukur kadar kreatinin darah (sCr: serum

    Creatinin), bisa diketahui persentase fungsi ginjal dari GFR-nya

    dengan rumus :

    Laki-laki GFR = (140 - umur) x (BB)/ (serum Creatinin x

    72)

    Wanita GFR = (140 - umur) x (BB) x 0.85/ (serum

    Creatinin x 72)

    Literatur barat memiliki kecenderungan terkini adalah

    menggantikan persamaan yang terdahulu yaitu persamaanCockcroft-Gaultdengan persamaan dari studi Modification of Diet in

    Renal Disease (MDRD). Selain melibatkan lebih banyak variabel

    persamaan MDRD juga memprediksi GFR lebih baik daripada

    persamaan Cockcroft-Gault dengan bias dan dan sebaran yang lebih

    sedikit. Sebuah studi dalam 100 pasien menunjukkan bahwa

    persamaan Cockcroft-Gault memiliki bias 14% sampai dengan

    +25% dan 75% perkiraan termasuk dalam 30% nilai GFR yang

    diukur. Tiga penelitian mengenai persamaan MDRD menunjukkan

    bias 3% sampai dengan +3% dan 90% perkiraan termasuk dalam

    30% nilai GFR yang diukur. Terdapat beberapa persamaan MDRD

    namun yang banyak diadopsi dalam Clinical Practice Guidelines

    adalah versi singkat dengan empat variabel, yaitu

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    20/43

    GFR (ml/menit/1,73 m2) = 186 x (SCr)-1,154 x (Usia

    dalam tahun)-0,203 dengan penyesuaian dikalikan 0,742

    untuk perempuan dan 1,21 untuk ras kulit hitam

    Pengukuran klirens kreatinin menggunakan penampungan

    urin 24 jam tidak memberikan perkiraan GFR yang lebih tepat

    dibandingkan menggunakan persamaan. Klasifikasi CKD menurut

    National Kidney Foundation adalah sebagai berikut:3

    Tingkat Deskripsi GFR Nilai

    Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau

    menurun

    90

    Kerusakan ginjal dengan GFR menurun

    ringan60-89

    GFR menurun sedang 30-59

    GFR menurun berat 15-29

    Gagal ginjal < 15 (atau dialysis)

    Tabel 3. Klasifikasi CKD menurut National Kidney Foundation

    II.7 Etiologi dan Faktor Resiko

    Meskipun CKD dapat disebabkan oleh kelainan atau penyakit

    dari ginjal itu sendiri , namun penyebab utamanya adalah :1

    II.7.a Diabetes Melitus type 1 dan 2

    Diabetes Melitus dapat menyebabkan kondisi diabetic

    nefrofathy dan merupakan penyebabkan utama penyakit

    ginjal di Unted State.1 Menurut American Diabetes Association

    (2003) dalam Soegondo (2005) diabetes melitus merupakan

    suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

    hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

    kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes melitus seringdisebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    21/43

    mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai

    macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes

    melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien

    tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yangmenjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun

    berat badan yang menurun. Gejala tersebut dapat

    berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai kemudian

    orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa

    darahnya.3

    II.7.b Hipertensi

    Hipertensi jika tidak terkontrol dapat mengakibat

    kerusakan pada ginjal.1 Hipertensi adalah tekanan darah

    sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg,

    atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Berdasarkan

    penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu

    hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

    penyebabnya atau idiopatik, dan hipertensi sekunder atau

    disebut juga hipertensi renal.3

    II.7.c Glomerulonephritis

    Glomerulonephritis adalah inflamasi dan kerusakan dari

    system filtrasi di ginjal dan dapat menyebabkan gagal ginjal.

    Kondisi post infeksi dan LUPUS adalah penyebab utama

    glomerulonephritis.1 Istilah glomerulonefritis digunakan untuk

    berbagai penyakit ginjal yang etiologinya tidak jelas, akan

    tetapi secara umum memberikan gambaran histopatologi

    tertentu pada glomerulus. Berdasarkan sumber terjadinya

    kelainan, glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder.

    Glomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya berasal

    dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis sekunder

    apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain

    seperti diabetes melitus, lupus eritematosus sistemik (LES),

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    22/43

    mieloma multipel, atau amiloidosis.Gambaran klinik

    glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan

    secara kebetulan dari pemeriksaan urin rutin atau keluhan

    ringan atau keadaan darurat medik yang harus memerlukanterapi pengganti ginjal seperti dialisis.3

    II.7.d Polycystic kidney diease

    Polycystic kidney diease adalah contoh penyebab yang

    sifatnya herediter dari CKD, dimana ginjal mempunyai

    multiple cystic.1 Kista adalah suatu rongga yang berdinding

    epitel dan berisi cairan atau material yang semisolid. Polikistik

    berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan kista-

    kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di

    medula. Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat

    disebabkan oleh berbagai keadaan atau penyakit. Jadi ginjal

    polikistik merupakan kelainan genetik yang paling sering

    didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah

    penyakit ginjal polikistik dewasa (adult polycystic kidney

    disease), oleh karena sebagian besar baru bermanifestasi

    pada usia di atas 30 tahun. Ternyata kelainan ini dapat

    ditemukan pada fetus, bayi dan anak kecil, sehingga istilah

    dominan autosomal lebih tepat dipakai daripada istilah

    penyakit ginjal polikistik dewasa.3

    II.7.e Penggunaan analgetik

    Penggunaan analgetik seperti asetaminofen (Tylenol )

    dan ibuprofen (motrin, advil ) secara reguler dan dalam waktu

    lama dapat menyebabkan neprophaty analgetic. Beberapa

    jenis obat yang lain dapat pula menyebabkan kerusakan di

    ginjal.

    II.7.f Artherosclerosis

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    23/43

    Artherosclerosis menyebabkan kondisi yang disebut ischemik

    neprophathy.

    II.7.g Obstruksi aliran urine

    Obstruksi aliran urine oleh karena batu saluran kencing,

    pembesaran prostat, stuktur atau cacer dapat menyebabkan

    kidney disease.

    Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh

    Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan

    urutan etiologi terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (25%),

    diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%).

    Berdasarkan data dari National Kidney Foundation pada tahun

    2009 faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan

    diabetes melitus atau hipertensi, obesitas atau perokok, berumur

    lebih dari 50 tahun, dan individu dengan riwayat penyakit diabetes

    melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga.3

    II.8 Diagnosis

    II.8.a Gambaran Klinis

    Fatigue dan lemah

    Fatigue dan lemah akibat anemia dan akumulasi

    dari produk sisa metabolism.

    Loss of appetite, nausea & vomiting

    Mual dan muntah sering merupakan keluhan

    utama dari sebagian pasien gagal ginjal kronik terutama

    pada stadium terminal. Patogenesis mual dan muntah

    masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan

    dengan dekompresi oleh flora usus sehingga terbentuk

    amonia. Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau

    rangsangan mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    24/43

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    25/43

    Hipertensi

    Edema pulmonal sehingga timbul sesak nafas

    Nyeri sendi, tulang dan fraktur

    Disfungsi seksual

    II.8.b Pemeriksaan Penunjang

    II.8.b.i Pemeriksaan Laboratorium

    Ureum serum, nilai normal 20 40 mg/dl

    Kreatinin serum, nilai normal 0.5 1.5 mg/dl

    Asam urat serum, nilai normal pada pria berkisar 3,5

    7 mg/dl dan wanita 2,6 6 mg/dl.

    Kadar Hb, nilai normal pada pria adalah 13 gr% - 18

    gr%, dan wanita adalah 11,5 gr% - 16,5 gr%

    II.8.b.ii Pemeriksaan Radiologis

    Pemeriksaan penunjang diagnosis harus selektif sesuai

    dengan tujuannya, yaitu:

    Foto polos abdomen

    Pada foto polos abdomen perhatikan dan ukur

    kontur ginjal. Pada foto polos kontur ginjal sering

    tidak tervisualisasi. Pielografi retrograde

    Pielografi retrograde adalah pemasukan zat

    kontras melalui kateter ke dalam ureter dan pelvis

    ginjal yang dapat dilakukan selama sistoskopi.

    Dilakukan untuk mendeteksi batu ginjal, tumor,

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    26/43

    hyperplasia prostat, penyebab dari hematuria dan

    infeksi saluran kemih, dan mengeluarkan batu ginjal.

    BNO-IVP

    Pemeriksaan IVP untuk mengetahui adanya

    kelainan pada sistem urinary, dengan melihat kerja

    ginjal dan sistem urinary pasien. Dengan IVP dapat

    diketahui adanya kelainan pada sistem tractus

    urinary dari batu ginjal, pembesaran prostat, dan

    tumor pada ginjal, ureter dan blass Kontra

    Indikasinya adalah alergi terhadap media kontras,

    pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit

    jantung, pasien dengan riwayat atau dalam serangan

    jantung, neonates, diabetes mellitus tidak terkontrol,

    pasien yang sedang dalam keadaan kolik, dan hasil

    ureum dan kreatinin yang tidak dalam batas normal

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    27/43

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    28/43

    Ultrasonografi (USG)

    Pemeriksaan penunjang radiologis yang umumnya

    dilakukan pada pasien gagal ginjal adalah pemeriksaan dengan

    ultrasonografi. USG saat ini digunakan sebagai pemeriksaan

    pertama secara rutin pada keadaan gagal ginjal yang digunakan

    untuk memperoleh informasi tentang parenkim, sistem collecting

    dan pembuluh darah ginjal.6 Gagal ginjal kronik pada umumnya

    diikuti dengan kenaikan kadar kreatinin dan menimbulkan

    gambaran ultrasonografi gagal ginjal kronik.1

    Pemeriksaan ultrasonografi pada gagal ginjal untuk

    mengetahui adanya pembesaran ginjal, kristal, batu ginjal,mengkaji aliran urin dalam ginjal.3 USG abdomen pada pasien

    gagal ginjal kronik biasanya ditandai dengan korteks yang lebih

    hiperechoic hingga hampir sama dengan sinus renalis.Selain itu

    dapat ditemukan pula ukuran ginjal yang mengecil dan batas

    korteks medula yang tidak jelas. Pada pemeriksaan USG

    gambaran hiperechoic pada parenkim ginjal kanan dapat

    menimbulkan kecurigaan adanya radang pada ginjal kanan.Normalnya, parenkim ginjal pada bagian korteks memiliki

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

    Gambar 3. Conventional plain film of the

    abdomen called a KUB (Kidneys, Ureters,

    Bladder) obtained following adminstration

    of IV contrast for IV urography shows

    normal collecting system. Calyces (arrows),

    renal pelvis (P), ureters (*) and bladder(B).

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    29/43

    sonodensitas yang lebih rendah dari pada hepar, sehingga

    bersifat hipoechoic.

    Sonodensitas yang lebih tinggi dapat ditemukan pada

    parenkim sinus renalis karena komposisi lemak yang dimilikinya.

    Gambaran sonodensitas parenkim yang meningkat mungkin

    disebabkan proses inflamasi akibat riwayat konsumsi jamu dan

    obat-obatan yang sangat mungkin bersifat nefrotoksik.

    Besar kedua ginjal yang masih normal pada USG

    menandakan proses penyakit ginjal kronik yang masih awal

    dimana berkurangnya massa ginjal belum jelas terlihat.

    Gambaran PCS yang tidak melebar dan tidak ditemukannya batu

    pada struktur ginjal kanan dan kiri dapat menyingkirkan

    kemungkinan proses obstruktif sebagai etiologi.

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

    Gambar 4. This elderly male patient presented with symptoms of

    medical renal disease. Sonography of the kidneys revealed:

    1) bilateral echogenic (hyperechoic renal cortex) kidneys

    2) both kidneys appear small in size (atrophic)

    3) reduced thickness (thinning) of renal cortex (10mm.)

    4) reduction in cortico-medullary differentiation

    These ultrasound images are diagnostic of chronic medical renal

    disease (or chronic renal failure). All ultrasound images above (taken

    using Toshiba Nemio-XG Color Doppler imaging system, by Joe Antony,

    MD, India.

    http://www.ultrasound-images.com/kidneys.htmhttp://www.ultrasound-images.com/kidneys.htm
  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    30/43

    Nefrotomogram

    Nefrotomogram adalah serangkaian gambar sinar-xdari ginjal. Sinar-x diambil dari sudutyang berbeda dan

    menunjukkan ginjal dengan jelas, tanpa bayangan dari organ-organ

    di sekitarnya.

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

    Gambar 5. UPJO in a 24-year-old patient.

    (a) Distal obstructive ureter was not displayed by

    IVU image.

    (b)Oblique reconstructed imaging of CTU images

    showed left side hydronephrosis and distal

    obstructive ureter.

    (c)Detection of the ventral crossing artery at the

    ureteropelvic junction by axial CTU image.

    http://kamuskesehatan.com/arti/ginjal/http://kamuskesehatan.com/arti/sudut/http://kamuskesehatan.com/arti/ginjal/http://kamuskesehatan.com/arti/sudut/
  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    31/43

    Nefrogram

    Pemeriksaan Renograf dapat melihat adanya gejala kelainanginjal. Hasil yang diperoleh dari renograf adalah grafik renogram.

    Teknik Renografi untuk memeriksa fungsi ginjal telah dikenal sejak

    tahun 1950-an. Alat renograf menggunakan radioisotop sebagai

    perunut (tracer) yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Indikasi

    pemeriksaan renografi dapat dilakukan atas permintaan dokter

    untuk pasien dengan berbagai latar belakang klinis gangguan fungsi

    ginjal. Renografi dalam sistem pelayanan kesehatan dapat berperan

    sebagai sarana screening diagnostic maupun sebagai sarana

    pemantauan hasil pengobatan atau tindakan medis.

    Waktu yang diperlukan untuk persiapan dan pemeriksaan

    pasien relatif singkat. Dosis isotop yang lebih aman (seperempat

    dari yang diperlukan pada penggunaan kamera gamma),

    kelengkapan perangkat lunak (software) yang mudah digunakan

    (user friendly) dan kesederhanaan alat yang tidak memerlukan

    personil terdidik khusus (high skill personnel) untuk pengoperasian

    dan perawatan alat, serta biaya investasi yang kurang dari

    sepersepuluh kamera gamma, sehingga biaya operasional per

    pasien sangat ekonomis. Renograf Dual Probes sesuai untuk rumah

    sakit kecil yang belum memiliki kamera gamma, ataupun rumah

    sakit sibuk yang berusaha mengurangi beban penggunaan kamera

    gamma yang telah ada untuk pemeriksaan ginjal.

    Radioisotop yang dikandung oleh ginjal akan menjadi sumber

    radiasi bagi alat renograf. Selanjutnya radiasi yang dipancarkan

    akan dideteksi oleh suatu detector yang terdaoat pada alat

    renograf. Dalam kedokteran nuklir, pengamatan terhadap perunut

    yang dilakukan dari luar tubuh penderita disebut pengamatan in-

    vivo yang artinya memasukkan radioisotop ke dalam tubuh

    manusia.

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    32/43

    Pada prinsipnya alat renograf bekerja sebagai alat pencacah

    aktivitas perunut radioisotop yang terkandung oleh ginjal. Suatu

    perunut radioisotope I-131 disuntikkan pada tubuh pasien secara

    intravena. Parunut akan dibawa oleh darah ke organ-organ tubuhdan disebarkan ke seluruh pembuluh darah yang ada di organ-organ

    tersebut, yang berakhir di ginjal. Pada ginjal perunut dikumpulkan

    pada pelvis renalis, kemudian bersama-sama zat lain yang tidak

    berguna dibuang melalui urine. Peristiwa mengalirnya perunut

    radioaktif dalam pembuluh-pembuluh ginjal dideteksi oleh detector

    yang diletakkan tepat pada posisi organ ginjal. Dari pemantauan

    detector dihasilkan laju cacahan atau jumlah pulse per detik

    Tabel 4.Dosis Dewasa untuk Renogram

    Persiapan pemeriksaan renografi yaitu yakinkan peralatan

    telah disiapkan sesuai radiofarmaka yang akan digunakan (setting

    LLD-ULD) dan telah dilakukan uji kesetabilan (chi-square test).

    Berikan kepada pasien air minum (hydrate) sebanyak 250 s/d 500

    ml sebelum prosedur pemeriksaan. Pasien diminta buang air kecil

    sebelum pengaturan posisi pemeriksaan. Isikan data pasien pada

    form file baru (pada komputer).

    Atur posisi pasien (duduk atau tiduran), arahkan masing-

    masing probe ke ginjal kiri dan kanan, pasien diminta untuk tidak

    menggerakkan punggung selama pemeriksaan. Ketepatan posisi

    dan pengaturan arah probe sangat menentukan keberhasilan

    pengukuran. Kunci posisi kursi/tempat tidur pasien dan detektor

    probes agar tidak berubah selama pengukuran. Injeksikanradiofarmaka secara intravena pada lengan kanan atau lengan kiri

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    33/43

    pasien (gunakan bolus teknik), serentak dengan injeksi mulailah

    pengukuran. Pengukuran berlangsung selama 18 s/d 20 menit dan

    dapat diperpanjang sampai 40 menit apabila diperlukan.

    Pada dasarnya metoda renografi adalah memonitor

    kedatangan, sekresi, ekskresi (arrival, uptake, transit and

    elimination) dari radiofarmaka pada ginjal sesaat setelah injeksi

    intravena. Pemonitoran dari luar tubuh ini dimungkinkan karena

    radiofarmaka yang digunakan mengandung isotop yang

    memancarkan radiasi gamma. Hasil pengukuran adalah berupa

    kurva renogram.

    Fisiologis renogram (normal) terdiri atas 3 segmen (fase) :

    o Fase I : Memberikan informasi tentang kapasitas respon

    renovaskuler. Kurva memiliki up-slope yang tajam dan

    berlangsung cepat (sekitar 30 detik).

    o Fase II : Memberikan informasi tentang kapasitas uptake,

    konsentrasi dan sekresi jaringan parenchym ginjal (nephron).

    Kurva memiliki up-slope yang lebih landai dan berlangsung

    kurang dari 5 menit.

    o Fase III : Memberikan informasi tentang kapasitas ekskresi

    atau eliminasi kedua ginjal. Kurva menurun (downslope)

    dimulai dari puncak fase II sampai akhir pemeriksaan.

    Ketiga fase merupakan refleksi keadaan urodinamik kedua

    ginjal. Gangguan pada masing-masing fase memiliki makna klinis

    yang berbeda. Walaupun secara komprehensip dapat saling

    mempengaruhi.8

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    34/43

    Gambar 4. Pola renogram untuk kondisi ginjal tertentu

    II.9 Pencegahan

    Berdasarkan National Kidney Foundation pada tahun 2009

    upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudahmulai dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai

    upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam

    mencegah penyakit ginjal dan kardiovaskular, yaitu pengobatan

    hipertensi (makin rendah tekanan darah makin kecil risiko

    penurunan fungsi ginjal), pengendalian gula darah, lemak darah,

    anemia, penghentian merokok, peningkatan aktivitas fisik dan

    pengendalian berat badan.

    3

    II.10 Penatalaksanaan

    II.10.a Terapi konservatif

    Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah

    memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan

    keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    35/43

    memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara

    keseimbangan cairan dan elektrolit.3

    Peranan diet

    Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk

    mencegah atau mengurangi toksin azotemia, tetapi

    untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan

    keseimbangan negatif nitrogen.

    Kebutuhan jumlah kalori

    Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGKharus adekuat dengan tujuan utama, yaitu

    mempertahankan keseimbangan positif nitrogen,

    memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.

    Kebutuhan cairan

    Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus

    adekuat supaya jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.

    Kebutuhan elektrolit dan mineral

    Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat

    individual tergantung dari LFG dan penyakit ginjal dasar

    (underlying renal disease).

    II.10.b Terapi simtomatik

    Asidosis metabolik

    Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan

    serum kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan

    mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen

    alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera

    diberikan intravena bila pH 7,35 atau serum

    bikarbonat 20 mEq/L.

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    36/43

    Anemia

    Transfusi darah misalnya Packed Red Cell (PRC)

    merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah,

    dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-

    hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.

    Keluhan gastrointestinal

    Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan

    keluhan yang sering dijumpai pada GGK. Keluhan

    gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief

    complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain

    adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus.

    Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi

    dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.

    Kelainan kulit

    Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis

    keluhan kulit.

    Kelainan neuromuskular

    Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu

    terapi hemodialisis reguler yang adekuat,

    medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.

    Hipertensi

    Pemberian obat-obatan anti hipertensi.

    Kelainan sistem kardiovaskular

    Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan

    kardiovaskular yang diderita.

    II.10.c Terapi pengganti ginjal

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    37/43

    Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik

    stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi

    tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan

    transplantasi ginjal.

    3

    Hemodialisis

    Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat

    untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi.

    Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada

    pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk

    faal ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu

    indikasi absolut dan indikasi elektif. Beberapa yang

    termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,

    ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan

    kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik,

    hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood

    Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10

    mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8

    mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah, dan astenia

    berat.

    Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun

    1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak

    rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal

    buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-

    kapiler selaput semipermiabel (hollow fibre kidney).

    Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang

    umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala

    yang ada adalah biaya yang mahal.

    Dialisis peritoneal (DP)

    Akhir-akhir ini sudah populer Continuous

    Ambulatory Peritoneal Dialysis(CAPD) di pusat ginjal di

    luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    38/43

    pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65

    tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit

    sistem kardiovaskular, pasienpasien yang cenderung

    akan mengalami perdarahan bila dilakukanhemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien

    dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal)

    dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati

    diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi

    non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat

    intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri),

    dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal.

    Transplantasi ginjal

    Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti

    ginjal (anatomi dan faal). Pertimbangan program

    transplantasi ginjal, yaitu:

    Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat

    mengambil alih seluruh (100%) faal ginjal,

    sedangkan hemodialisis hanya mengambil

    alih 70-80% faal ginjal alamiah

    Kualitas hidup normal kembali

    Masa hidup (survival rate) lebih lama

    Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi)terutama berhubungan dengan obat

    imunosupresif untuk mencegah reaksi

    penolakan

    II.11 Prognosis

    Prognosis gagal ginjal kronis kurang baik, akibat terjadi

    komplikasi penyakit. Faktor prognosis yang mempengaruhi meliputi

    komplikasi penyakit anemia, asidosis metabolik, hiperkalemia,

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    39/43

    tekanan darah yang cenderung tidak normal, edema, edema paru,

    fluktuasi berat badan, dan penyakit dasar batu ginjal,

    glomerulonefretis, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit dasar

    yang lainnya. Faktor umur, jenis kelamin dan frekuensi hemodialisisjuga perlu dipertimbangkan.

    Penelitian dilakukan di laboratorium instalansi hemodialisis

    rumah sakit dr Soetomo Surabaya, waktu studi 3 tahun dan Januari

    1998 sampai dengan Desember 2000. Berdasar hasil pengamatan

    terhadap lembar observasi pasien gagal ginjal kronis ditemukan 258

    orang pasien yang digunakan sebagai anggota populasi ada 4 faktor

    prognosis gagal ginjal kronis yaitu penyakit dasar yang lain ( PDL),

    edema paru (EP), frekuensi hemodialisis (FHD) dan fluktuasi berat

    badan (FBB) berpengaruh nyata terhadap waktu survival berarti

    belum terkoreksi dengan baik oleh terapi hemodialisis, sedangkan

    faktor prognosis lainnya sudah terkoreksi dengan baik.9

    BAB.III

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    40/43

    PENUTUP

    III.1 Kesimpulan

    Chronic Kidney Disease (CKD) menurut National Kidney

    Foundation (NKF) di Amerika Serikat didefinisikan sebagai

    kerusakan ginjal atau laju filtrasi glomerolus (GFR) < 60

    mL/menit/1,73 m2 selama 3 bulan atau lebih. Kadar ureum >40

    mg/dl dan kreatinin >1.5 mg/dl dapat menjadi suati tanda

    adanya gangguan fungsi ginjal.

    Menurut Rahardjo (1996) dalam Lubis (2006), diperkirakan

    jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan

    diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10 % setiap tahun. Saat ini

    belum ada penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit

    ginjal kronik di Indonesia.

    Etiologi CKD dari yang terbanyak yaitu glomerulonefritis (25%),

    diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik

    (10%).

    Gambaran klinis pasien CKD yaitu lemas, penurunan nafsu

    makan, edema.

    Pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosis CKD yaitu

    kadar ureum >40 mg/dl dan kreatinin serum >1.5 mg/dl.

    Pemeriksaan penunjang radiologi berupa foto polos abdomen,

    BNO-IVP, pielografi retrograde, ultrasonografi (USG),

    nefrotomogram, dan pemeriksaan renografi.

    USG saat ini digunakan sebagai pemeriksaan pertama secara

    rutin pada keadaan gagal ginjal yang digunakan untuk

    memperoleh informasi tentang parenkim, sistem collecting dan

    pembuluh darah ginjal. Sedangkan renogram dapat melihat

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    41/43

    adanya gejala kelainan ginjal. Hasil yang diperoleh dari renogram

    adalah grafik renografi.

    Penatlaksanaan CKD berupa terapi konservatif, terapi

    simptomatik, dan terapi pengganti ginjal dimana terapi

    pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,

    yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat

    berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.

    Prognosis gagal ginjal kronis kurang baik, akibat terjadi

    komplikasi penyakit.

    III.2 Saran

    Perlunya tindakan preventif berupa meningkatkan kesadaran

    terutama bagi individu dengan faktor resiko Chronic Kidney

    Disease berupa pemeriksaan kesehatan secara teratur dan

    berkala baik berupa konsultasi dengan dokter, pemeriksaan

    laboratorium, dan pemeriksaan radiologis jika dicurigai adanya

    gangguan fungsi ginjal.

    Perlunya tindakan preventif dan kuratif bagi individu dengan

    gangguan saluran kemih yang segera agar terhindar dari

    kerusakan fungsi ginjal lebih lanjut.

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    42/43

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Purwahyudi, Ari. Chronic Kidney Disease. Chronic Kidney Disease

    2010 Mar 28 (citied 2012 Jan 30). Available at

    http://aripurwahyudi.com/intensive-care/chronic-kidney-disease.htm

    2. Hukari, Dwi. Leaflet Chronic Kidney Disease. Leaflet Manajemen

    Nyeri 2010 Apr 04 (citied 2012 Jan 30). Available at

    http://rentalhikari.word-press.com/2010/04/04/leaflat-chronic-

    kidney-disease.htm

    3. Nurdin HM. Chronic Kidney Disease. Be Smart and Educated 2010

    Aug 16 (citied 2012 Jan 30). Available athttp://coolhendra.blogspot.com/2010/08/chronic-kidney-

    disease.html

    4. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill

    Companies; 2001

    5. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta:

    EGC; 2001.

    6. Rasad, Sjahriar. (2005). Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta :

    Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    7. Antony, Joe. Chronic Renal Failure. Ultrasound Images of Diseases of

    the Kidneys 2007 (citied 2012 Jan 30). Available at

    http://www.ultrasound-images.com

    8. Wahid. Renograf Dual Probes Sebagai Pendeteksi Fungsi Ginjal.Instrumentasi Medis Fisika UI 2011 Mei 21 (citied 2012 Feb 10).

    R a d i o l o g i c a l I m a g i n g i n C h r o n i c K i d n e y D i s e a s ePage 3

    http://aripurwahyudi.com/intensive-care/chronic-kidney-disease.htmhttp://rentalhikari.word-press.com/2010/04/04/leaflat-chronic-kidney-disease.htmhttp://rentalhikari.word-press.com/2010/04/04/leaflat-chronic-kidney-disease.htmhttp://coolhendra.blogspot.com/2010/08/chronic-kidney-disease.htmlhttp://coolhendra.blogspot.com/2010/08/chronic-kidney-disease.htmlhttp://www.ultrasound-images.com/http://aripurwahyudi.com/intensive-care/chronic-kidney-disease.htmhttp://rentalhikari.word-press.com/2010/04/04/leaflat-chronic-kidney-disease.htmhttp://rentalhikari.word-press.com/2010/04/04/leaflat-chronic-kidney-disease.htmhttp://coolhendra.blogspot.com/2010/08/chronic-kidney-disease.htmlhttp://coolhendra.blogspot.com/2010/08/chronic-kidney-disease.htmlhttp://www.ultrasound-images.com/
  • 7/30/2019 gambaran radiologi ckd

    43/43

    Available at http://medical-

    instruments11.blogspot.com/2011/05/renograf-dual-probes.html

    9. Suharto. Penerapan Model PH Cox pada Studi Pasien Gagal Ginjal

    Kronik 2004 Feb 19 (citied 2012 Feb 08). Available at

    http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-s2-2004-suharto-

    969-cox

    http://medical-instruments11.blogspot.com/2011/05/renograf-dual-probes.htmlhttp://medical-instruments11.blogspot.com/2011/05/renograf-dual-probes.htmlhttp://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-s2-2004-suharto-969-coxhttp://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-s2-2004-suharto-969-coxhttp://medical-instruments11.blogspot.com/2011/05/renograf-dual-probes.htmlhttp://medical-instruments11.blogspot.com/2011/05/renograf-dual-probes.htmlhttp://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-s2-2004-suharto-969-coxhttp://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-s2-2004-suharto-969-cox