GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

94
SKRIPSI GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN ANAK DI TK TERATAI UNM MAKASSAR TAHUN 2017 NIRWANA PERMATASARI K111 13 058 Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

Page 1: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

SKRIPSI

GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN

MAKAN ANAK DI TK TERATAI UNM

MAKASSAR TAHUN 2017

NIRWANA PERMATASARI

K111 13 058

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …
Page 3: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

iii

Page 4: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

ii

RINGKASAN

Universitas Hasanuddin

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Lingkungan

Skripsi, November 2017

Nirwana Permatasari “ Gambaran Kontaminasi Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar Tahun 2017 “ (x + 67 Halaman + 5 Tabel + 9 Lampiran)

Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang terdapat di banyak

tempat salah satunya pada peralatan makan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebersihan perorangan guru saat menyiapkan makanan bagi anak, mengetahui gambaran keberadaan bakteri, dan mengetahui jenis bakteri yang terdapat pada peralatan makan anak di TK Teratai UNM Makassar tahun 2017.

Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Accidental Sampling sebanyak 21 sampel. Peralatan makan yang dijadikan sampel adalah piring, sendok, dan gelas yang terlebih dahulu disiapkan oleh guru sebelum digunakan oleh anak untuk makan. Sampel peralatan makan diambil dengan metode swab (mengusap permukaan peralatan makan), kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diperiksa. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara deskriptif.

Hasil analisis menunjukkan 20 dari 21 sampel peralatan makan anak mengandung bakteri Gram Positif dan Gram negatif. Jenis bakteri yang tumbuh pada peralatan makan anak yang diteliti adalah Bacillus sp, Klebsiella sp, Enterobacter eglomerance, Acinetobacter calcoaceticus, Proteus vulgaris, Providencia alkalifaciens, dan Enterobacter hafniae.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bakteri ditemukan hampir pada semua jenis peralatan makan anak yang dijadikan sebagai sampel. Perilaku penanganan peralatan makan serta pengetahuan kebersihan perorangan guru masih perlu ditingkatkan.

Kata Kunci : Bakteri, Peralatan Makan Anak Daftar Pustaka : 66 (1999 – 2017)

Page 5: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Gambaran Kontaminasi Bakteri pada Peralatan Makan

Anak di TK Teratai UNM Makassar tahun 2017”.

Penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga saya ucapkan kepada

kedua orang tua saya Bapak Suparman S.H dan Ibu Suryani, kedua saudara saya

Dian Permatasari dan Chantika Permatasari, dan seluruh keluarga. Terima kasih

atas bantuan, dorongan, dan doa yang tak berujung, pengertian, nasehat yang tiada

henti dan pengorbanan tiada akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

Dengan tidak melupakan uluran tangan dan bantuan yang telah Penulis

peroleh dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bentuk

bantuan baik materi maupun moril, kepada :

1. Bapak dr. Makmur Selomo, MS dan Bapak Syamsuar Manyullei S.KM.,

M.Kes.,M.Sc.PH sebagai dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan

tenaga dan pikirannya, meluangkan waktunya yang begitu berharga untuk

memberi bimbingan dan pengarahan dengan baik, dan memberikan dukungan

serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas kemudahan

birokrasi serta administrasi selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Rahma S.KM., M.Sc(PHC) selaku penasehat akademik selama penulis

mengikuti pendidikan.

Page 6: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

iv

4. Bapak Anwar Mallongi S.KM., M.Sc., Ph. D selaku ketua Departemen

Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin.

5. Bapak Muh. Fajaruddin Natsir S.KM., M.Kes, Bapak dr. Mukhsen Sarake,

MS, dan Bapak Muhammad Rachmat, S.KM., M.Kes sebagai dosen penguji

yang telah meluangkan waktunya dan banyak memberi masukan, kritikan,

serta arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, terkhusus kepada

seluruh dosen Departemen Kesehatan Lingkungan, yang telah memberikan

ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan

di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

7. Seluruh staf pegawai FKM Unhas atas segala arahan dan bantuan yang

diberikan selama penulis mengikuti pendidikan terkhusus kepada staf jurusan

Kesehatan Lingkungan, Kak Mira dan Kak Tika, atas segala bantuannya

selama ini.

8. Kepala sekolah TK Teratai UNM beserta seluruh guru yang telah memberikan

kesempatan, meluangkan waktunya sebagai responden penelitian, serta

memberikan banyak bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

9. Bapak Markus sebagai pembimbing di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin, terima kasih untuk kesediaan dan

kesabarannya meluangkan waktu membantu pemeriksaan sampel peralatan

makan anak serta memberikan banyak pengetahuan baru tentang cara bekerja

di Laboratorium yang baik.

Page 7: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

v

10. Sahabat-sahabat yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang selalu

memberikan semangat, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

11. Mugfira Mayangsari Putri S.KM satu dari sekian sahabat yang paling setia

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk saya dalam proses

penyusunan skripsi ini.

12. Teman-teman PBL Desa Kassi-Kassi Kecamatan Rumbia Kabupaten

Jeneponto atas segala kenangan dan pengalaman yang tidak akan terlupakan.

13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 REMPONG Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin yang tidak bisa penulis sebutkan satu per

satu. Semoga kebersamaan kita menjadi kenangan dan pelajaran yang tidak

akan terlupakan.

14. Teman berbagi suka duka, M. Nur Ichsan. Terima kasih untuk selalu ada dan

memberi dukungan moril maupun materil kepada penulis agar tetap semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang telah

membaca skripsi ini untuk penyempurnaannya. Akhir kata, tiada yang patut

penulis ucapkan selain doa semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan ridho dan

berkah-Nya atas amalan kita di dunia dan di akhirat. Aamiin.

Makassar, November 2017

Penulis

Page 8: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

vi

DAFTAR ISI

RINGKASAN ....................................................................................................iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

A. Tinjauan Pustaka tentang Bakteri pada Makanan ....................................... 7

B. Tinjauan Pustaka tentang Kebersihan Perorangan .................................... 12

C. Tinjauan Pustaka tentang Alat Makan...................................................... 16

D. Tinjauan Pustaka tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ............... 20

E. Kerangka Teori ....................................................................................... 22

BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................... 23

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................................................... 23

B. Kerangka Konsep .................................................................................... 24

C. Definisi Operasional ................................................................................ 25

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 28

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 28

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................... 28

C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 28

D. Prosedur Pengambilan Sampel ................................................................ 29

E. Pemeriksaan Sampel Usap Alat ............................................................... 32

F. Cara Pengumpulan Data .......................................................................... 37

G. Analisis Data ........................................................................................... 38

Page 9: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

vii

H. Pengolahan dan Penyajian Data ............................................................... 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 39

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 39

B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 39

C. Pembahasan ............................................................................................ 46

D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 59

BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 60

A. Kesimpulan ............................................................................................. 60

B. Saran ....................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bacillus Cereus ................................................................................. 8

Gambar 2.2 Campylobacter Jejuni ....................................................................... 9

Gambar 2.3 Escherchia coli ............................................................................... 10

Gambar 2.4 Staphylococcus aereus .................................................................... 11

Gambar 2.5 Vibrio cholera ................................................................................. 12

Gambar 2.6 Lima Langkah Cuci Tangan ............................................................ 15

Gambar 2.7 Kerangka Teori ............................................................................... 22

Gambar 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 24

Gambar 4. 1 Jenis Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar .......... 30

Page 11: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Sampel Peralatan Makan Anak berdasarkan Hasil

Observasi Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar .. 30

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Guru tentang Kebersihan Perorangan di TK Teratai UNM Makassar .................................... 41

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Penanganan Peralatan Makan Anak

oleh Guru di TK Teratai UNM Makassar ....................................... 42

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Keberadaan Bakteri pada Peralatan Makan

Anak di TK Teratai UNM Makassar ............................................. 43

Tabel 5.4 Distribusi Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK Teratai

UNM Makassar ............................................................................. 44

Tabel 5.5 Distribusi Jumlah Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK

Teratai UNM Makassar Tahun 2017 ............................................. 45

Page 12: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Lembar Observasi TK Teratai UNM Makassar

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Kepala Dinas Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi

Selatan

Lampiran 5 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di TK Teratai

UNM Makassar

Lampiran 6 Daftar Hadir selama Penelitian di TK Teratai UNM

Makassar

Lampiran 7 Surat Keterangan telah Melakukan Pemeriksaan Sampel

Bakteri pada Peralatan Makan Anak di Bagian

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 9 Biodata

Page 13: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengamanan makanan dan minuman adalah kondisi dan upaya yang

diperlukan untuk mencegah makanan dan minuman dari kemungkinan

cemaran biologis, kimia, dan benda lain. Pengamanan makanan dan minuman

dilakukan oleh setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan

kegiatan rantai pangan yang meliputi proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, serta peredaran makanan dan minuman (Pemerintah RI, 2004).

Setiap makanan dan minuman yang akan diedarkan harus memenuhi syarat

higiene sanitasi makanan. Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk

mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang

dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan (Menteri Kesehatan RI,

2003a).

Higiene sanitasi makanan merupakan hal yang penting dalam

menentukan kualitas makanan dimana E. coli sebagai salah satu indikator

terjadinya pencemaran makanan yang dapat menyebabkan penyakit akibat

makanan (food borne diseases). Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya

adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup sebagai flora normal pada usus

manusia. Makanan yang telah dicemari oleh bakteri setelah dikonsumsi

biasanya menimbulkan gejala-gejala seperti muntah-muntah, demam, dan

sakit perut. Gejala terjadi 4 - 12 jam yang memberi efek langsung pada lapisan

usus dan menyebabkan peradangan (Yunus, 2015).

Page 14: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

2

Keadaan higiene makanan dan minuman di warung/ tempat makan

salah satunya dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan yang

dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman (Cahyaningsih

dkk., 2012). Tindakan yang tidak higiene pada peralatan makan akan memberi

peluang bagi mikroorganisme untuk dapat bertahan hidup dan akan

mengalami pertumbuhan yang semakin meningkat (Reski dkk., 2014).

Peralatan makan yang tidak bersih akan mengakibatkan terjadinya penyakit

akibat kontaminasi bakteri sehingga dapat menimbulkan terjadinya penyakit

seperti diare yang sering menyerang anak-anak (Bobihu, 2012).

Makanan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi oleh anak-anak

diantaranya disebabkan oleh penanganan makanan yang tidak dilakukan

dengan memerhatikan syarat-syarat kebersihan, alat-alat yang digunakan

untuk menyiapkan, mengolah, memasak, dan menyajikan makanan tidak

bersih, dan makanan didiamkan terlalu lama di lingkungan yang suhunya

memungkinkan berbagai mikroorganisme berkembang biak seperti bakteri

(Ariyani & Anwar, 2007). Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang

terdapat di banyak tempat, seperti tanah, debu, udara, air, makanan ataupun

permukaan jaringan tubuh. Keberadaan mikroorganisme tersebut ada yang

bermanfaat bagi kehidupan manusia tetapi ada pula yang merugikan dan dapat

menimbulkan berbagai penyakit infeksi (BC Centre for Disease Control,

2009).

Kondisi lingkungan dan penanganan makanan yang kurang maksimal

mengakibatkan tumbuhnya bakteri patogen yang dapat membahayakan

Page 15: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

3

kondisi kesehatan. Penelitian mengenai kontaminasi bakteri patogen pada

makanan dan minuman di daerah perkantoran di Jakarta menunjukkan bahwa

tingkat kontaminasi bakteri patogen pada makanan dan minuman sebesar

30%, jenis bakteri kontaminan yang ditemukan adalah Bacillus cereus, E.coli,

dan Staphilococcus aureus. Kontaminasi bakteri patogen dipengaruhi oleh

jenis makanan/ minuman, cara pengolahan, dan sumber/ media kontaminasi

berupa penjamah makanan. Bakteri Bacillus cereus dan Staphilococcus aureus

ditemukan pada peralatan makan dan E. coli pada air pencucian (Sunarno

dkk., 2012).

Anak-anak terutama anak usia dini sangat rentan terhadap penyakit

infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme tertentu seperti bakteri. Salah

satu lingkungan yang cukup berpengaruh terhadap kesehatan anak adalah

lingkungan sekolah yang menyelenggarakan pendidikan di luar rumah untuk

anak usia dini seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-

Kanak (TK). Anak usia dini menghabiskan hampir setiap waktunya dengan

banyak kegiatan seperti bermain dan belajar yang membuat anak lebih

berisiko terkena penyakit di antaranya adalah sakit perut, diare, mual muntah,

dan demam (Martani, 2012; BC Centre for Disease Control, 2009).

Proses penyajian makanan dan keadaan alat makan yang digunakan

dapat mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan (Fadhila dkk., 2015).

Makanan yang disajikan bukan hanya harus bergizi dan bentuknya menarik

tetapi juga harus memerhatikan syarat higiene sanitasi makanan. Makanan

yang saniter apabila diletakkan pada alat makan yang terkontaminasi

Page 16: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

4

mikroorganisme maka makanan yang diletakkan akan terkontaminasi juga

(Tumelap, 2011), selain faktor peralatan makan, faktor lain yang dapat

menjadi penyebab terjadinya kontaminasi pada makanan adalah pengetahuan

penjamah makanan dan perilaku higiene penjamah makanan (Malah dkk.,

2015).

Penelitian kualitas bakteriologis pada peralatan makan yang dilakukan

pada 2 rumah makan di Kota Makassar yaitu rumah makan MR dan MJ

berdasarkan waktu pemeriksaan pagi dan sore hari menyatakan bahwa pada

rumah makan MR didapatkan 1887 jumlah koloni kuman pada piring makan,

185 koloni kuman pada sendok, 837 koloni kuman pada gelas, 535 koloni

kuman pada garpu, dan 1035 koloni kuman pada mangkok. Pada rumah

makan MJ didapatkan 1207 koloni kuman pada piring, 2470 koloni kuman

pada sendok, 1624 koloni kuman pada gelas, 2032 koloni kuman pada garpu,

dan 557 koloni kuman pada mangkok (Haderiah dkk., 2016). Banyaknya

jumlah kuman yang terdapat pada peralatan makan dapat disebabkan oleh

kontaminasi saat pencucian, kontaminasi lap yang digunakan berulang-ulang

pada saat tahap pengeringan, kontaminasi tempat penyimpanan yang lembab

dan tidak terlindung dari vektor pengganggu (Fadhila dkk., 2015).

Data dari Dinas Pendidikan Kota Makassar mengenai jumlah sekolah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Makassar tahun 2015

menyebutkan bahwa Kecamatan Rappocini adalah salah satu kecamatan yang

memiliki banyak PAUD dengan jumlah sebanyak 31 PAUD dan jumlah

peserta didik keseluruhan sebanyak 226 siswa.

Page 17: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, adapun

yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kebersihan perorangan guru saat menyiapkan

makanan bagi anak di PAUD Makassar ?

2. Bagaimana gambaran keberadaan bakteri pada peralatan makan anak di

PAUD Makassar ?

3. Bagaimana gambaran jenis bakteri yang terdapat pada peralatan makan

anak di PAUD Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran kontaminasi bakteri pada peralatan makan

anak dan kebersihan perorangan guru saat menyiapkan makanan bagi anak

dengan keberadaan bakteri yang terdapat pada peralatan makan anak di

PAUD Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kebersihan perorangan guru saat menyiapkan

makanan bagi anak terhadap keberadaan bakteri yang terdapat pada

peralatan makan anak di PAUD Makassar.

b. Mengetahui gambaran keberadaan bakteri yang terdapat pada peralatan

makan anak di PAUD Makassar.

c. Mengetahui gambaran jenis bakteri yang terdapat pada peralatan makan

anak di PAUD Makassar.

Page 18: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dan menjadi bahan tambahan informasi serta menjadi

referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya.

2. Manfaat Institusi

Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang

dapat berguna untuk pihak sekolah yang bersangkutan dan menjadi

referensi ataupun tolak ukur yang ilmiah bagi institusi dalam upaya untuk

meningkatkan kesehatan dengan cara menerapkan kebersihan perorangan.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menambah dan memperluas wawasan peneliti

serta mengasah keterampilan analisis peneliti dan sebagai salah satu cara

untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh di bangku kuliah.

4. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada

masyarakat bahwa bakteri ada di mana-mana bahkan di peralatan makan

sekalipun.

Page 19: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka tentang Bakteri pada Makanan

Bakteri adalah domain yang terdiri dari mahluk hidup yang tidak

memiliki membran inti (prokariota). Bakteri memiliki ciri-ciri antara lain tidak

memiliki organel membran, memiliki dinding sel peptidoglikan, dan materi

asam nukleatnya berupa plasmid (Bata, 2012). Bakteri memiliki ukuran yang

sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Micron (µm)

merupakan ukuran untuk menyelidiki bakteri dalam pemeriksaan

mikrobiologis (Gould & Brooker, 2003).

Sekitar 50% bakteri bersifat patogenik (mampu menimbulkan

penyakit). Bakteri hidup di mana-mana. Sebagian besar adalah saprofit

(organisme yang hidup dari bahan organik mati) yang terdapat di tanah dan

air. Bakteri berperan penting menguraikan molekul organik kompleks dari

hewan dan tumbuhan yang telah mati menjadi molekul-molekul organik

sederhana. Molekul ini mengalami daur ulang selama metabolisme oleh

organisme hidup (Gould & Brooker, 2003).

Bakteri juga merupakan mikroorganisme utama yang terdapat dalam

pangan, tidak hanya jenisnya yang beragam, tetapi juga laju pertumbuhannya

yang cepat dan mampu memanfaatkan nutrisi pangan, dapat tumbuh pada

kisaran suhu luas, aerobiosis, pH, dan aktivitas air, serta mampu tumbuh sama

baiknya pada kondisi ekstrem seperti spora yang dapat bertahan hidup pada

suhu tinggi (Sopandi, 2014), adapun bakteri yang berada pada makanan akibat

Page 20: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

8

dari hasil kontaminasi bahan makanan, orang, tempat, maupun peralatan

makan antara lain :

1. Bacillus cereus

Bacillus cereus ialah bakteri berbentuk batang yang berspora dan

bersifat Gram positif, selnya berukuran besar dibandingkan dengan bakteri

lainnya serta tumbuh secara aerob fakultatif. Bacillus cereus dapat

menyebabkan dua tipe penyakit, yaitu diare dan muntah. Gejala penyakit

diare yang ditimbulkan yaitu buang air besar encer, perut kejang-kejang

dan sakit selama 6 – 15 jam setelah mengonsumsi makanan yang tercemar,

disertai mual namun jarang terjadi muntah. Gejala penyakit muntah

biasanya ditandai dengan mual yang terjadi setelah mengonsumsi makanan

tercemar dan biasanya berlangsung kurang dari 24 jam, kadang-kadang

disertai kejang perut dan diare (SNI, 2009).

Sumber : (Al-Baqer & Badour, 2005) Gambar 2.1 Bacillus Cereus

Page 21: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

9

2. Campylobacter jejuni

Campylobacter jejuni adalah bakteri yang berbentuk batang

lengkung, non-spora, Gram negatif mikroaerofilik, dan motil. Bakteri ini

pada umumnya ditemukan di kotoran hewan dan tumbuh pada suhu 37 –

42 ºC. Campylobacteriosis biasanya menyebabkan infeksi intestinal akibat

mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan Campylobacter

jejuni. Gejala yang timbul akibat penyakit ini adalah berupa sakit kepala,

demam, gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut,

dan diare yang disertai dengan darah bahkan menyerang otot dan

menimbulkan nyeri otot (Angeliya & Kurdiwa, 2013).

Sumber: (Altekruse dkk., 1999) Gambar 2.2 Campylobacter Jejuni

3. Escherchia coli

Escherchia coli merupakan bakteri Gram negatif. Bakteri ini

merupakan salah satu dari famili Enterobacteriaceae. E. coli selalu ada

dalam saluran pencernaan hewan dan manusia karena secara alamiah E.

coli merupakan salah satu penghuni tubuh. Penyebaran E. coli dapat

terjadi dengan cara kontak langsung (bersentuhan, berjabatan tangan, dan

Page 22: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

10

sebagainya) kemudian diteruskan melalui mulut, akan tetapi E.coli pun

dapat ditemukan tersebar di alam sekitar kita. Penyebaran secara pasif

dapat terjadi melalui makanan atau minuman (Melliawati, 2015).

Keracunan makanan yang disebabkan oleh E .coli enteropatogenik

biasanya disebabkan oleh konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi

oleh E. coli dalam jumlah banyak (Arlita, 2014).

E. coli merupakan mikroorganisme yang dipakai sebagai indikator

untuk menguji adanya pencemaran air oleh tinja, selain sebagai penghuni

tubuh (di dalam usus besar) E. coli juga menghasilkan kolisin yang dapat

melindungi saluran pencernaan dari bakteri patogenik. E. coli akan

menjadi patogen bila pindah dari habitatnya yang normal ke bagian yang

lain di dalam inang, misalnya bila E. coli di dalam usus masuk ke dalam

saluran kandung kemih kelamin dan menyebabkan sistitis. Sistitis adalah

suatu peradangan pada selaput lendir kandung kemih. Gejala utamanya

yaitu meningkatnya frekuensi berkemih, nyeri saat berkemih, dan kadang-

kadang ada darah dalam air kemih (Melliawati, 2015).

Sumber : (Goodsell, 2009) Gambar 2.3 Escherchia coli

Page 23: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

11

4. Staphylococcus aereus

Staphylococcus aereus merupakan salah satu bakteri penyebab

penyakit bawaan makanan yang dapat mengontaminasi daging ayam.

Kontaminasi bakteri dapat berasal dari lingkungan maupun infeksi bakteri

saat ayam masih hidup. Salah satu kendala dalam pengobatan penyakit

akibat infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini adalah resistensi bakteri

terhadap sejumlah antibiotik (Salamena, 2015).

Sumber : (Wistreich, 2011) Gambar 2.4 Staphylococcus aereus

5. Vibrio cholerae

Vibrio cholerae merupakan bakteri berbentuk batang bengkok,

Gram negatif, tidak berspora, hidup secara aerob atau anaerob fakultatif,

suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah pada suhu 18 - 37ºC.

(Kharirie, 2013). Vibrio cholerae juga merupakan salah satu mikroba

penyebab penyakit yang sering ditemukan pada makanan (Siagian, 2002).

Bila bakteri ini mencemari makanan dan terkonsumsi dalam jumlah

tertentu maka dapat menyebabkan penyakit kolera. Dampak langsung

Page 24: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

12

bakteri patogen ini adalah terjadinya gangguan kesehatan pada inangnya

atau bahkan dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan kematian

(Widyastana dkk., 2015).

Sumber : (Pope, 2007) Gambar 2.5 Vibrio cholera

B. Tinjauan Pustaka tentang Kebersihan Perorangan

Kebersihan perorangan adalah upaya yang dilakukan oleh individu

untuk menjaga kebersihan pribadinya agar terhindar dari penyakit. Kebersihan

perorangan perlu untuk diimplementasikan atau diaplikasikan pada diri pribadi

serta keluarga agar terhindar dari penyakit dan produktivitas diri kita baik

(Ahmad & Ibnu, 2013). Apabila perilaku kebersihan perorangan baik, maka

hal ini akan meminimalkan pintu masuk bagi mikroorganisme yang dapat

menimbulkan penyakit pada orang tersebut dan sebaliknya (Wulandari, 2014).

1. Faktor-faktor kebersihan perorangan

Tiap orang biasanya melakukan praktik kebersihan perorangan

dengan cara yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

kebersihan perorangan antara lain (Rendy, 2010) :

Page 25: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

13

a. Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat

praktik kebersihan yang digunakan.

b. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya kebersihan perorangan dan

dampaknya bagi kesehatan mempengaruhi praktik kebersihan

perorangan. Pengetahuan juga bisa memotivasi untuk memelihara

kebersihan perorangan. Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau

kondisi mendorong seseorang untuk meningkatkan praktik kebersihan

perorangannya.

c. Budaya

Orang dari latar belakang budaya yang berbeda akan mengikuti praktik

kebersihan perorangan yang berbeda. Kepercayaan kebudayaan

seseorang dan nilai pribadi yang dimiliki akan mempengaruhi praktik

kebersihan perorangan yang dilakukannya.

d. Kesenangan pribadi

Setiap orang memiliki keinginan dan pilihan tentang kapan untuk

mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Setiap orang akan

memilih produk yang berbeda menurut pilihan dan kebutuhan

pribadinya, juga memiliki pilihan mengenai bagaimana melakukan

praktik kebersihan perorangan.

Page 26: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

14

2. Jenis-jenis kebersihan perorangan

Jenis-jenis dari kebersihan perorangan, beberapa diantaranya

meliputi :

a. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling

pertama memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit

sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari

kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup

sehari-hari (Sajida dkk., 2013).

b. Kebersihan tangan

Tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling sering

berhubungan dengan mulut dan hidung secara langsung sehingga

tangan merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman

penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh manusia (Faridawati, 2014).

Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya

pencegahan penyakit. Hal ini dikarenakan tangan merupakan pembawa

kuman penyebab penyakit. Risiko penularan penyakit dapat berkurang

dengan adanya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti

cuci tangan dengan sabun pada waktu penting (Purnomo &

Susilaningsih, 2016).

Cuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan

sesudah makan, sesudah buang air besar maupun kecil, sebelum

memegang bayi, sebelum menyiapkan makanan, setelah batuk atau

Page 27: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

15

bersin, dan kegiatan lain yang mencemari tangan (Faridawati, 2014).

Langkah yang tepat dalam mencuci tangan menurut (Menteri

Kesehatan RI, 2014) adalah sebagai berikut :

1. Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.

2. Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu

gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai

semua permukaan terkena busa sabun.

3. Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.

4. Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan

sampai sisa sabun hilang.

5. Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih,

atau kertas tissu, atau mengibas-ngibas kedua tangan sampai

kering.

Sumber : (Menteri Kesehatan RI, 2014) Gambar 2.6 Lima Langkah Cuci Tangan

Page 28: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

16

c. Kebersihan Rambut

Rambut adalah bagian tubuh yang harus dijaga kebersihannya.

Rambut mempunyai fungsi perlindungan dari panas dan proteksi

kepala. Menjaga kebersihan rambut dengan mencuci rambut secara

teratur harus dilakukan paling sedikit dua kali dalam seminggu atau

setiap rambut kotor dengan air bersih dan menggunakan shampoo

pencuci rambut. Rambut yang bersih akan terbebas dari kuman, kutu,

dan ketombe (Putra, 2013).

C. Tinjauan Pustaka tentang Alat Makan

Salah satu faktor penyebab higiene atau tidaknya suatu makanan ialah

terletak pada kualitas dan kebersihan peralatan yang digunakan baik dalam

pengolahan bahan makanan maupun digunakan untuk penyajian kepada

konsumen (Tumelap, 2011). Kebersihan peralatan makan yang kurang baik

mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan penyebaran

kuman penyakit dan keracunan, untuk itu peralatan makan haruslah dijaga

terus kebersihannya supaya terhindar dari kontaminasi kuman patogen salah

satunya yaitu E. coli serta zat pencemar lainnya (Pohan, 2009).

Kebersihan alat makan merupakan bagian yang sangat penting dan

berpengaruh terhadap kualitas makanan dan minuman. Alat makan yang tidak

dicuci dengan bersih dapat menyebabkan organisme atau bibit penyakit yang

tertinggal akan berkembang biak dan mencemari makanan yang akan

diletakkan di atasnya. Semua peralatan makanan yang mempunyai peluang

bersentuhan dengan makanan harus selalu dijaga dalam keadaan bersih dan

Page 29: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

17

tidak ada sisa makanan yang tertinggal pada bagian-bagian alat makan

tersebut. Apabila hal tersebut dibiarkan, akan memberi kesempatan kuman

yang tidak dikehendaki untuk berkembang biak dan membusukkan makanan

(Tumelap, 2011).

1. Persyaratan Peralatan Makan

Persyaratan peralatan makan menurut (Menteri Kesehatan RI, 2003b)

yaitu:

a. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh

mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga

membahayakan kesehatan, antara lain :

1) Timah (Pb)

2) Arsenikum (As)

3) Tembaga (Cu)

4) Seng (Zn)

5) Cadmium (Cd)

6) Antimony (Sb)

b. Peralatan tidak rusak, patah, retak, dan tidak menimbulkan

pencemaran terhadap makanan.

c. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada

sudut mati, rata, halus, dan mudah dibersihkan.

d. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.

e. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap

disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi

Page 30: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

18

ambang batas (100 koloni per cm2) dan tidak boleh mengandung E.

coli per cm2 permukaan air.

f. Cara pencucian harus memenuhi ketentuan :

1) Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/ detergen, air

dingin, dan air panas sampai bersih.

2) Dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm

atau iodphor 12,5 ppm dan air panas 80ºC selama 2 menit.

g. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan. Peralatan yang

sudah didisinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai

kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/

mesin dan tidak boleh dilap dengan kain.

h. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :

1) Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan

dalam keadaan kering dan bersih.

2) Cangkir, mangkok, gelas, dan sejenisnya cara penyimpanannya

harus dibalik.

3) Rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata, dan tidak

aus atau rusak.

4) Laci penyimpanan peralatan terjaga kebersihannya.

5) Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab dan terlindung dari

sumber pengotoran/ kontaminasi dari binatang perusak.

Page 31: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

19

2. Pencucian Peralatan Makan

Proses pencucian peralatan makan yang baik dan benar meliputi

(Menteri Kesehatan RI, 2011) :

a. Tersedia tempat pencucian peralatan jika memungkinkan terpisah dari

tempat pencucian bahan pangan.

b. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/ detergen.

c. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan mentah

harus dicuci dengan menggunakan larutan Kalium Permanganat

(KMnO4) dengan konsentrasi 0,02% selama 2 menit atau dicelupkan

ke dalam air mendidih (suhu 80ºC - 100ºC) selama 1 – 5 detik.

d. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam

tempat yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus, dan hewan

lainnya.

Proses pencucian peralatan makan perlu memerhatikan sumber air

yang digunakan untuk mencuci. Peralatan makan yang telah dicuci tidak boleh

tersentuh tangan pada bagian yang digunakan untuk meletakkan makanan atau

pada bagian di mana mulut menempel karena tindakan tersebut

memungkinkan terjadinya kontaminasi silang pada alat makan dan akan

meningkatkan jumlah bakteri (Arisitin dkk., 2014), selain itu kontaminasi

dapat bersumber dari air yang digunakan untuk mencuci.

Penelitian yang dilakukan terhadap pemantauan kualitas makanan di

kampus UI Depok menyatakan bahwa pada proses pencucian peralatan makan

secara umum didapat dua perbedaan utama. Pertama, para pedagang

Page 32: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

20

memisahkan kotoran/ sisa-sisa makanan dan menampungnya dalam kantong

plastik sampah, selanjutnya peralatan makan tersebut langsung dibilas dengan

air dan dicuci dengan menggunakan sabun cuci dan dibilas kembali dengan air

bersih. Kedua, yaitu dengan menumpuk peralatan makan yang kotor dalam

ember yang berisi air untuk beberapa saat sampai hampir penuh, selanjutnya

dicuci dengan menggunakan sabun dan dibilas dengan air bersih yang ada di

dalam ember. Baik proses pencucian pertama maupun yang kedua sama-sama

mempunyai kerentanan yang cukup besar terhadap kontaminasi kuman pada

peralatan makan yang digunakan (Susanna & Hartono, 2003).

Kontaminasi juga dapat disebabkan oleh pengetahuan penjamah

makanan. Pengetahuan penjamah makanan yang kurang mengenai higiene dan

sanitasi peralatan makan membuat penjamah makanan tidak melakukan

praktiknya dengan benar. Higiene sanitasi peralatan makan yang dimaksud

meliputi cara pencucian peralatan makan, penggunaan sumber air, serta

pengeringan dan penyimpanan peralatan makan (Kusumadewi & Hermawati,

2014).

D. Tinjauan Pustaka tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini dapat

Page 33: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

21

diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal

(Presiden RI, 2003).

PAUD yang baik adalah PAUD yang memiliki sarana dan prasarana

yang mendukung bagi penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan. Secara

kualitas, sarana dan prasarana tersebut harus aman digunakan oleh anak,

sedangkan secara kuantitas, sarana prasarana yang ada harus disesuaikan

dengan jumlah anak yang mengikuti kegiatan PAUD, adapun persyaratan

sarana dan prasarana PAUD adalah sebagai berikut (Kustiasari, 2011) :

1. Persyaratan sarana dan prasarana pada PAUD formal :

a. Luas lahan minimal 300 m2.

b. Memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3 m2 per anak, ruang guru,

ruang kepala sekolah, UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang

lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak.

c. Memiliki alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, dan pabrik.

d. Memiliki fasilitas permainan baik di dalam maupun di luar ruangan

yang dapat mengembangkan berbagai konsep.

e. Memiliki peralatan pendukung keaksaraan.

2. Persyaratan sarana dan prasarana pada PAUD non-formal :

a. Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis

layanan, jumah anak, dan kelompok usia yang dilayani dengan luas

minimal 3 m2 per anak.

b. Minimal memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk melakukan

aktivitas anak yang terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, kamar

Page 34: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

22

mandi/ jamban yang dapat digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/

BAB dengan air yang bersih dan cukup.

c. Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak,

dan kelompok usia yang dilayani.

d. Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang

dapat mengembangkan berbagai konsep.

E. Kerangka Teori

Gambar 2.7 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Sumantri (2010), Tumelap (2011), dan Malah (2015)

Peralatan Makan

Guru

Keberadaan Bakteri

pada Makanan

Faktor

Pengetahuan

Faktor

Perilaku

Kebersihan

Perorangan

Cuci

Tangan

Membersihkan

Peralatan Makan

Page 35: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

23

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis mencoba

menguraikan dasar pemikiran terhadap variabel yang akan diteliti. Bakteri

pada umumnya terbagi atas dua, yaitu bakteri patogen atau tidak patogen.

Bakteri hidup di alam bebas dan sangat mudah untuk berpindah. Perpindahan

itu menyebabkan bakteri bisa dengan mudah menempel pada benda hidup

maupun benda mati. Peralatan makan merupakan salah satu benda yang paling

rentan terhadap kontaminasi bakteri.

Peralatan makan yang terkontaminansi oleh bakteri akan mudah

menyebabkan penyakit pada anak, seperti diare. Diare adalah salah satu

penyakit yang paling banyak menyerang dan menyebabkan kematian pada

anak usia balita. Peralatan makan merupakan sesuatu yang tidak bisa

dipisahkan dari anak dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai penyakit yang timbul akibat adanya kontaminasi dari bakteri

mendorong setiap individu untuk melaksanakan praktik hidup sehat bagi

upaya pencegahan. Praktik hidup sehat yang dilakukan tentu saja harus

berdasarkan pada upaya menerapkan kebersihan perorangan guna menghindari

adanya kontaminasi bakteri dari media dan perantara lainnya, salah satunya

adalah peralatan makan anak, untuk itu penulis mencoba untuk mendapatkan

gambaran kontaminasi bakteri pada peralatan makan anak dan gambaran

Page 36: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

24

kebersihan perorangan guru berdasarkan bakteri dan jenis bakteri pada

peralatan makan anak di salah satu PAUD di Makassar.

B. Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Perilaku Penanganan Peralatan Makan Anak : 1. Cara mencuci alat

makan

2. Cara mengeringkan alat makan

3. Cara menyimpan alat makan

4. Alat dan bahan membersihan peralatan makan

Keberadaan bakteri pada

peralatan makan

Jenis

bakteri

Kebersihan Perorangan Guru : 1. Cara mencuci tangan 2. Waktu mencuci tangan

3. Bahan mencuci tangan

Swab alat makan berupa

piring, sendok, gelas

Page 37: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

25

C. Definisi Operasional

1. Kebersihan perorangan adalah upaya/ kegiatan yang dilakukan untuk

menjaga kebersihan diri agar terhindar dari penyakit. Kebersihan

perorangan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi cara mencuci

tangan, waktu mencuci tangan, dan bahan cuci tangan:

a. Cuci tangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan

guru tentang praktik cuci tangan dengan 5 langkah cuci tangan

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2014)

tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang diamati

dengan observasi selama seminggu di PAUD dan memberikan

pertanyaan terkait praktik cuci tangan melalui kuesioner kepada guru.

b. Waktu cuci tangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu

penting dilaksanakannya cuci tangan berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia (2014) tentang Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM) yang diamati dengan observasi selama seminggu

di PAUD dan memberikan pertanyaan terkait waktu cuci tangan

(sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah buang air kecil/

besar, dan ditambah dengan sebelum menyiapkan makanan dan

peralatan makan) melalui kuesioner kepada guru.

c. Bahan cuci tangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah air

mengalir yang disertai dengan penggunaan sabun yang diamati dengan

observasi selama seminggu di PAUD dan memberikan pertanyaan

terkait bahan cuci tangan melalui kuesioner kepada guru.

Page 38: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

26

2. Perilaku penanganan peralatan makan yang dimaksud dalam penelitian ini

meliputi cara mencuci peralatan makan, cara mengeringkan peralatan

makan, cara menyimpan peralatan makan, serta alat dan bahan untuk

membersihkan peralatan makan :

a. Cara mencuci peralatan makan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah bagaimana cara guru mencuci peralatan makan, apakah semua

peralatan makan dicuci dengan sabun dan dibilas dengan

menggunakan air mengalir.

b. Cara mengeringkan peralatan makan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah bagaimana cara guru mengeringkan peralatan makan,

apakah dikeringkan dengan lap atau membiarkan peralatan makan

kering dengan sendirinya menggunakan bantuan sinar matahari.

c. Cara menyimpan peralatan makan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah di mana peralatan makan disimpan, apakah disimpan pada

tempat yang tertutup atau disimpan pada tempat terbuka, apakah

tempat penyimpanan peralatan makan menggunakan bahan yang anti

karat.

d. Alat dan bahan membersihkan peralatan makan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah alat dan bahan yang digunakan guru untuk

membersihkan peralatan makan anak.

3. Peralatan makan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gelas, sendok,

dan piring yang digunakan oleh anak di PAUD Makassar.

Page 39: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

27

4. Keberadaan bakteri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ada atau

tidaknya bakteri yang ditemukan pada peralatan makan anak di PAUD

Makassar berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium menggunakan

metode swab.

5. Jenis bakteri dalam penelitian ini adalah adanya jenis bakteri Gram positif

dan atau Gram negatif. Bakteri ini tumbuh dan berkembang biak pada

media pertumbuhan bakteri, yaitu Nutrient agar dan MacConkey agar

setelah peralatan makan anak di PAUD Makassar dilakukan usap (swab).

Page 40: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

28

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap

sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran atau

kejadian yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian deskriptif yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh

data faktual tentang gambaran kontaminasi bakteri pada peralatan makan anak

di salah satu sekolah PAUD di Kota Makassar yang akan dikumpulkan

melalui instrumen penelitian berupa lembar observasi, kuesioner, dan

pemeriksaan Laboratorium.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Teratai UNM Jl. Bonto Langkasa

(Pekarangan Pascasarjana UNM) Kecamatan Rappocini, Makassar dan

dilakukan pada tanggal 15 Mei – 28 Mei 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ ingin diteliti.

Populasi ini sering juga disebut universe. Anggota populasi dapat berupa

benda hidup maupun benda mati, di mana sifat-sifat yang ada padanya

dapat diukur atau diamati (Nasution, 2003). Populasi dalam penelitian ini

Page 41: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

29

adalah semua peralatan makan siswa dan semua guru di TK Teratai UNM

Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian

(Nasution, 2003). Sampel pada penelitian ini adalah peralatan makan siswa

di TK Terpadu Teratai UNM Makassar yang dipilih berdasarkan kriteria

inklusi sebagai berikut :

a. Peralatan makan anak yang dijadikan sebagai sampel adalah peralatan

makan yang telah disediakan langsung oleh sekolah.

b. Peralatan makan anak yang dijadikan sebagai sampel adalah berupa

piring, sendok, dan gelas.

Berdasarkan hasil observasi dan pertimbangan peneliti terhadap

kriteria inklusi, maka sampel alat makan yang terpilih sebanyak 21 sampel

yang terdiri atas tujuh piring makan, tujuh sendok makan, dan tujuh gelas

minum. Pada penelitian ini juga mengambil guru anak di TK Teratai UNM

Makassar sebagai responden terkait pengetahuan kebersihan perorangan

guru sebanyak 12 orang.

D. Prosedur Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Accidental Sampling.

Pengambilan sampel secara accidental ini dilakukan dengan mengambil kasus

atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat atau keadaan

tertentu sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian

diawali dengan melakukan kegiatan observasi selama 6 hari kerja. Setelah

Page 42: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

30

observasi dilakukan dilanjutkan dengan pengambilan sampel bakteri pada

peralatan makan anak di TK Teratai UNM Makassar dengan metode swab

(mengusap permukaan alat makan), dan memberikan kuesioner kepada guru.

Berikut jenis-jenis peralatan makan yang dijadikan sebagai sampel penelitian.

Tabel 4. 1 Jumlah Sampel Peralatan Makan Anak berdasarkan

Hasil Observasi Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar

Jenis Sampel Jumlah Sampel

Piring Makan Plastik 7 Gelas Minum Plastik 7

Sendok Makan Aluminium 7

Total 21 Sumber: Data Primer, 2017

Berikut beberapa gambar perwakilan dari jenis peralatan makan anak

yang diambil sebagai sampel untuk dilakukan pemeriksaan bakteri.

Sumber: Data Primer, 2017

Gambar 4. 1 Jenis Peralatan Makan Anak di TK

Teratai UNM Makassar

Page 43: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

31

Adapun cara kerja dalam pengambilan sampel usap alat di lapangan

adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan sampel bakteri dilakukan dengan metode usap alat dengan

cara kerja sebagai berikut:

a. Alat

1) Cotton swab

2) Termos/ cool box

3) Tabung sekrup

b. Bahan

1) Alkohol 70%

2) Pembakar bunsen

3) Kapas

4) NaCl

5) Sampel peralatan makan anak

c. Prosedur Kerja

1) Siapkan termos yang telah berisi cotton swab, tabung sekrup, dan

alat tulis menulis yang diperlukan untuk mengambil sampel.

2) Siapkan catatan pada formulir pemeriksaan tentang lokasi yang

menjadi sasaran, alamat, dan tanggal pengambilan sampel.

3) Siapkan peralatan makan anak di PAUD dengan terlebih dahulu

mensterilkan tangan dengan alkohol 70%.

4) Siapkan pembakar bunsen.

Page 44: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

32

5) Cotton swab kemudian dicelupkan ke dalam NaCl kemudian

diusapkan pada bagian depan, belakang, dalam, dan luar peralatan

makan anak sebanyak 3 kali.

6) Cotton swab yang telah digunakan untuk mengusap peralatan

makan anak tersebut dimasukkan ke tabung sekrup yang telah

berisi NaCl, disterilkan dengan pembakar bunsen lalu ditutup

dengan menggunakan kapas dan diberi label.

7) Sampel kemudian dimasukkan ke dalam termos. Sampel yang telah

dimasukkan ke dalam termos segera dibawa ke Laboratorium.

8) Sampel yang telah dibawa ke Laboratorium selanjutnya

dipindahkan ke dalam tabung sekrup yang berisi Brain Heart

Infusion Broth (BHIB) lalu diinkubasi selama 1 × 24 jam.

E. Pemeriksaan Sampel Usap Alat

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan di Laboratorium Bagian

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin adalah metode

Total Plate Count (TPC) dengan menggunakan media Nutrient agar dan

MacConkey agar. Tahapan pemeriksaan bakteri adalah sebagai berikut :

1. Alat :

a. Autoclave

b. Bulb

c. Bunsen

d. Cawan petri

e. Erlenmeyer

Page 45: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

33

f. Incubator

g. Ose

h. Pipet ukur

i. Rak tabung reaksi

j. Tabung reaksi

k. Tabung sekrup

l. Tabung ukur

2. Bahan :

a. Akuades

b. Alkohol

c. Nutrient agar

d. MacConkey agar

e. NaCl

f. Sampel peralatan makan anak yang telah diinkubasi

3. Prosedur kerja :

a. Tangan dan meja tempat kerja disterilkan dengan alkohol.

b. Sampel peralatan makan anak yang telah diinkubasi, kemudian diambil

sebanyak 1 bulb per sampel lalu digores dengan pola yang telah

ditentukan pada cawan petri yang telah diisi dengan Nutrient agar dan

cawan petri yang telah diisi dengan MacConkey agar.

c. Selanjutnya Nutrient agar dan MacConkey agar yang telah digores

dengan sampel peralatan makan diinkubasi lagi selama 1 × 24 jam.

Page 46: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

34

4. Identifikasi bakteri dengan metode pewarnaan gram :

a. Alat

1) Pembakar bunsen + pemantik api

2) Ose

3) Object glass

4) Set tempat pewarnaan

5) Mikroskop

6) Pipet ukur

b. Bahan

1) NaCl

2) Air bersih untuk membilas

3) Cristal violet

4) Lugol

5) Alcohol 96%

6) Fuchsin alkali

7) Immersion oil

8) Kertas saring

c. Cawan petri yang telah diinkubasi dan positif menunjukkan

keberadaan bakteri dibuatkan preparat untuk pewarnaan Gram, dengan

cara sebagai berikut :

1) Nyalakan bunsen, untuk mensterilkan alat yang digunakan (ose dan

object glass).

Page 47: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

35

2) Object glass dibersihkan dengan menggunakan tissue dan diberi

label, disterilkan pada bunsen.

3) Ambil masing-masing 1 loop ose NaCl dan letakkan pada object

glass (3 atau 4 bagian).

4) Sterilkan ose, ambil 1 gores bakteri yang terdapat pada cawan petri

kemudian diratakan pada object glass yang telah terdapat NaCl.

Lakukan sampai semua bakteri yang terdapat pada cawan petri

selesai diratakan pada object glass.

5) Fiksasi object glass pada bunsen sampai preparat kering.

6) Warnai preparat yang terdapat pada object glass dengan

menggunakan Cristal Violet hingga tertutup permukaan preparat

selama 2 - 3 menit, kemudian dibilas dengan air bersih yang

mengalir, dilanjutkan dengan lugol selama 20 detik, kemudian

dibilas dengan air bersih yang mengalir, dilanjutkan dengan

alcohol 96% hingga warnanya memudar, kemudian dibalas dengan

air bersih yang mengalir, dan terakhir dengan menggunakan

Fuchsin alkali selama 2 menit, kemudian dibilas lagi dengan air

bersih yang mengalir.

7) Dikeringkan di atas kertas saring, setelah kering siap dilihat

morfologi sel bakterinya dengan menggunakan mikroskop.

d. Melihat morfologi sel bakteri dan Gram menggunakan mikroskop

dengan cara :

1) Nyalakan mikroskop dengan pembesaran 1000×.

Page 48: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

36

2) Tetesi object glass yang terdapat pada preparat dengan immersion

oil kemudian lihat morfologi bentuk sel bakteri yang terdapat pada

object glass tersebut.

5. Uji Biokimia

a. Alat

1) Ose

2) Pembakar bunsen dan pemantik api

3) Rak tabung reaksi

4) Tabung reaksi

b. Bahan

1) TSIA agar (Triple Sugar Iron Agar)

2) SIM agar (Sulfide, Indol, Motility)

3) MR-VP agar (Methyl red-Vogues Proskauer)

4) Citrat agar

5) Urea agar

6) Glukosa agar

7) Laktosa agar

8) Sukrosa agar

9) Manitol agar

10) Cawan petri yang telah ditumbuhi bakteri

c. Prosedur Uji Biokimia

1) Bakteri diambil menggunakan ose yang telah disterilkan dengan

bunsen kemudian ditusukkan dan digoreskan ke dalam TSIA

Page 49: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

37

agar, ditusukkan lagi ke dalam SIM agar, digoyang-goyangkan

pada MRVP agar, digoreskan kembali pada citrat agar dan urea

agar.

2) Ambil lagi bakteri menggunakan ose kemudian goyang-

goyangkan secara berurutan pada glukosa agar, laktosa agar,

sukrosa agar, dan manitol agar.

3) Setelah selesai delapan agar ditata dalam rak tabung reaksi

kemudian diinkubasi di incubator selama 18 – 24 jam pada suhu

37ºC.

4) Setelah diinkubasi, amati perubahan yang terjadi pada

kesembilan agar dengan mencocokkan perubahan yang terjadi

pada tabel jenis bakteri kemudian tentukan jenis bakterinya.

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui hasil observasi dan pemeriksaan

langsung di Laboratorium dengan menggunakan instrument kuesioner

untuk mengetahui praktik kebersihan perorangan guru.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh peneliti dengan pencarian literatur dan

berkunjung ke instansi terkait yaitu Dinas Pendidikan Kota Makassar. Di

Dinas Pendidikan diminta data tentang jumlah PAUD di Makassar, jumlah

peserta didik setiap sekolah PAUD di Makassar, alamat PAUD di

Makassar, dan tahun berdirinya setiap PAUD di Makassar.

Page 50: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

38

G. Analisis Data

Data yang terdapat dalam penelitian ini akan dianalisis secara

deskriptif untuk memperoleh gambaran kontaminasi jenis bakteri pada

peralatan makan anak di TK Teratai UNM Makassar.

H. Pengolahan dan Penyajian Data

Data dari hasil pembagian kuesioner serta hasil pemeriksaan bakteri

pada peralatan makan anak di TK Teratai UNM Makassar diolah dan disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi.

Page 51: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

39

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

TK Teratai UNM adalah tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

yang dikelola secara swakelola. TK Teratai UNM adalah binaan Dinas

Pendidikan Kota Makassar. TK Teratai UNM terletak di Jl. Bonto Langkasa

(Pekarangan Pascasarjana UNM) Kecamatan Rappocini, Makassar. TK

Teratai UNM menerima anak usia 2 sampai 6 tahun. Kelas di TK ini terbagi

atas kelompok KA (4 – 5 tahun), B1, B2, B3, B4, B5, B6 (5 – 6 tahun), dan

KB (3 tahun) dengan total siswa sebanyak 107 orang dengan 50 orang laki-

laki dan 57 perempuan.

B. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 15 – 28 Mei 2017 di TK Teratai

UNM. Observasi berlangsung selama enam hari dari tanggal 15 – 20 Mei

2017. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017. Sampel

peralatan makan diperiksa pada tanggal 23 – 28 Mei 2017 di Laboratorium

bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Penelitian

ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kontaminasi bakteri pada

peralatan makan anak dan gambaran pengetahuan dan praktik kebersihan

perorangan guru terkait peralatan makan anak. Dari penelitian ini diperoleh

hasil sebagai berikut :

Page 52: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

40

1. Hasil Observasi di TK Teratai UNM Makassar

Observasi di PAUD ini dilakukan selama enam hari dari tanggal

15 – 20 Mei pukul 11.00 – 13.00 WITA. Observasi ini meliputi

pengamatan secara langsung mengenai bagaimana perilaku kebersihan

perorangan guru dan perilaku penanganan peralatan makan anak oleh

guru. Hasil observasi selama enam hari berturut-turut diketahui bahwa

guru di TK Teratai UNM Makassar mencuci tangan menggunakan air dan

sabun, sabun untuk cuci tangan tersedia setiap saat namun tidak tersedia

alat untuk mengeringkan tangan (lap, handuk, tissue) yang bersih.

Pada saat sebelum menyiapkan makanan untuk siswa, guru

mencuci tangan terlebih dahulu tapi guru tidak mencuci tangan sebelum

menyiapkan peralatan makan siswa, selain itu saat mencuci tangan guru

tidak mempraktikkan langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan

benar. Sebelum makan siswa dihimbau untuk mencuci tangan namun guru

tidak mendampingi siswa saat cuci tangan. Setelah peralatan makan selesai

digunakan, peralatan makan lalu dikumpulkan untuk segera dicuci.

Pencucian peralatan makan siswa dilakukan oleh guru dengan baik,

yaitu menggunakan air mengalir dan sabun khusus peralatan makan serta

spons yang layak pakai. Setelah selesai dicuci peralatan makan kemudian

dibiarkan kering sendiri. Setelah kering peralatan makan disimpan pada

rak besi yang tidak tertutup dan tidak anti karat. Peralatan makan yang

digunakan oleh siswa adalah piring, sendok, dan gelas.

Page 53: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

41

2. Gambaran Pengetahuan Guru tentang Kebersihan Perorangan di TK

Teratai UNM Makassar

Berdasarkan hasil analisis praktik kebersihan perorangan guru di

TK Teratai UNM diperoleh distribusi frekuensi tentang cara mencuci

tangan, waktu mencuci tangan, dan bahan cuci tangan. Data tersebut

disajikan dalam tabel di 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Guru

tentang Kebersihan Perorangan di TK Teratai UNM Makassar

No. Pengetahuan Guru tentang Kebersihan

Perorangan n %

1. Mengetahui langkah mencuci tangan yang baik dan benar.

a. Ya 10 83,3 b. Tidak 2 16,7 Total 12 100,0

2. Mengetahui kapan seharusnya cuci tangan dilakukan.

a. Sebelum dan setelah melakukan suatu pekerjaan/aktivitas

10 83,3

b. Sebelum makan dan setelah makan 2 16,7 Total 12 100,0

3. Bahan cuci tangan. a. Air dan sabun biasa 3 25,0 b. Air dan sabun antiseptik 9 75,0 Total 12 100,0

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa hampir semua guru di

TK Teratai UNM telah mengetahui langkah cuci tangan yang baik dan

benar (83,3%), mengetahui kapan seharusnya cuci tangan dilakukan

(83,3%), dan bahan apa yang sebaiknya digunakan untuk mencuci tangan

(75,0%).

Page 54: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

42

3. Gambaran Perilaku Penanganan Peralatan Makan Anak oleh Guru

di TK Teratai UNM Makassar

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penanganan peralatan

makan oleh guru di TK Teratai UNM adalah semua guru di TK mencuci

tangan sebelum menyiapkan makanan dan peralatan makan anak. Semua

guru mencuci peralatan makan menggunakan air mengalir yang disertai

penggunaan sabun khusus peralatan makan, dan menggosok semua

permukaan peralatan makan menggunakan spons cuci piring dan dibilas

sampai bersih. Data tentang penanganan peralatan makan anak terkait cara

mengeringkan peralatan makan siswa dan frekuinsi mengganti alat/ spons

cuci piring dengan yang baru disajikan dalam tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Penanganan Peralatan Makan

Anak oleh Guru di TK Teratai UNM Makassar

No. Perilaku Penanganan Peralatan Makan n %

1. Cara mengeringkan peralatan makan siswa.

a. Dikeringkan menggunakan lap bersih 7 58,3 b. Dikeringkan menggunakan tissue 2 16,7 c. Dibiarkan kering sendiri 3 25,0 Total 12 100,0

2. Menyimpan peralatan makan siswa pada tempat tertutup.

a. Ya 10 83,3 b. Tidak 2 16,7 Total 12 100,0

3. Frekuensi mengganti alat/spons cuci piring dengan yang baru.

a. 1 kali/ bulan 4 33,3 b. 2 kali/ bulan 4 33,3 c. Saat rusak 4 33,3 Total 12 100,0

Sumber: Data Primer, 2017

Page 55: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

43

Berdasarkan tabel diketahui bahwa sebanyak 58,3% guru yang

menggunakan lap bersih untuk mengeringkan peralatan makan siswa,

16,7% yang menggunakan tissue, dan 25,0% yang membiarkan peralatan

makan kering sendiri setelah dicuci. Untuk penyimpanan peralatan makan

sebanyak 83,3% guru menyimpan peralatan makan pada rak piring yang

tertutup, sisanya 16,7% masih menyimpan peralatan makan pada tempat

yang tidak tertutup. Frekuensi mengganti alat/ spons cuci piring dengan

yang baru sebanyak 33,3% guru menjawab satu bulan sekali, 33,3% yang

menjawab dua bulan sekali, dan sisanya 33,3% yang menjawab jika alat/

spons cuci piring sudah rusak.

4. Gambaran Keberadaan Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK

Teratai UNM Makassar

Berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium Bagian

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin diperoleh

gambaran keberadaan bakteri pada peralatan makan anak di TK Teratai

UNM yang menjadi sampel penelitian. Data tersebut disajikan dalam tabel

5.3.

Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Keberadaan Bakteri

pada Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar

Jenis Bakteri n %

Bakteri Gram (+) 2 10,0 Bakteri Gram (-) 18 90,0

Total 20 100,0

Sumber: Data Primer, 2017

Page 56: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

44

Berdasarkan tabel diketahui ada dua jenis bakteri yang terdapat

pada peralatan makan anak yang menjadi sampel penelitian, yaitu bakteri

Gram positif (+) dan bakteri Gram negatif (-). Bakteri Gram (+) terdapat

pada 2 sampel peralatan makan dan bakteri Gram (-) terdapat pada 18

sampel peralatan makan.

5. Gambaran Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK Teratai

UNM Makassar

Berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium diperoleh jenis

bakteri pada peralatan makan anak di TK Teratai UNM yang menjadi

sampel penelitian. Data tersebut disajikan dalam tabel 5.4

Tabel 5. 4 Distribusi Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak

di TK Teratai UNM Makassar No. Jenis Peralatan Makan Jenis Bakteri 1. Piring 1 Klebsiella sp 2. Piring 2 Enterobacter eglomerance 3. Piring 3 Acinetobacter calcoaceticus

4. Piring 4 Acinetobacter calcoaceticus

5. Piring 5 Klebsiella sp 6. Piring 6 Enterobacter eglomerance 7. Piring 7 Enterobacter hafniae 8. Sendok 1 Klebsiella sp 9 Sendok 2 Proteus vulgaris

10. Sendok 3 Klebsiella sp 11. Sendok 4 Acinetobacter calcoaceticus 12. Sendok 5 Enterobacter eglomerance 13. Sendok 6 Enterobacter eglomerance 14. Sendok 7 Klebsiella sp 15. Gelas 1 Tidak tumbuh bakteri 16. Gelas 2 Klebsiella sp 17. Gelas 3 Bacillus sp 18. Gelas 4 Providencia alkalifaciens 19. Gelas 5 Klebsiella sp 20. Gelas 6 Bacillus sp 21. Gelas 7 Acinetobacter calcoaceticus

Sumber: Data Primer, 2017

Page 57: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

45

Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 21 sampel peralatan makan

yang diperiksa terdapat 1 sampel peralatan makan yang tidak ditumbuhi

oleh bakteri, 2 sampel yang ditumbuhi bakteri Gram (+), dan 18 sampel

yang ditumbuhi bakteri Gram (-).

6. Gambaran Jumlah Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK

Teratai UNM Makassar

Berdasarkan hasil analisis dan pemeriksaan di Laboratorium bagian

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin diperoleh

gambaran jenis dan jumlah bakteri pada peralatan makan anak di TK

Teratai UNM yang menjadi sampel penelitian. Data tersebut disajikan

dalam tabel 5.5.

Tabel 5. 5 Distribusi Jumlah Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak

di TK Teratai UNM Makassar Tahun 2017

No. Jenis Bakteri n %

1. Media Nutrient agar a. Bacillus sp 2 10,0

2. Media MacConkey agar

a. Klebsiella sp 7 35,0

b. Enterobacter eglomerance 4 20,0

c. Proteus vulgaris 1 5,0

d. Providencia alkalifaciens 1 5,0

e. Acinetobacter calcoaceticus 4 20,0

f. Enterobacter hafniae 1 5,0

Total 20 100,0

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel diketahui bahwa bakteri Bacillus sp adalah

bakteri Gram (+) yang terdapat pada 2 sampel peralatan makan anak,

Page 58: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

46

bakteri Klebsiella sp adalah bakteri Gram (-) yang paling banyak terdapat

pada sampel peralatan makan anak yaitu sebanyak 7 sampel, bakteri

Enterobacter eglomerance terdapat pada 4 sampel sama halnya dengan

bakteri Acinetobacter calcoaceticus yang juga terdapat pada 4 sampel,

bakteri Proteus vulgaris, Providencia alkalifaciens, dan Enterobacter

hafniae yang masing-masing terdapat pada 1 sampel.

C. Pembahasan

1. Gambaran Kebersihan Perorangan Guru di TK Teratai UNM

Makassar

Kebersihan perorangan adalah upaya seseorang dalam memelihara

kebersihan dan kesehatan dalam dirinya untuk memperoleh kesehatan fisik

dan bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit. Kebersihan

perorangan yang pada dasarnya harus diperhatikan yaitu mencakup

beberapa hal seperti, perawatan wajah, rambut, kuku, kaki, dan tangan

(Aulia dkk., 2014). Salah satu upaya kebersihan perorangan yang

memegang peranan paling penting adalah cuci tangan. Cuci tangan

merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam mencegah dan

mengontrol penularan penyakit infeksi (Purwandari dkk., 2015).

Mencuci tangan adalah kegiatan membersikan jari-jemari, telapak,

dan punggung tangan menggunakan air atau pun cairan lainnya agar

tangan menjadi bersih dan terhindar dari kotoran serta kuman (Desiyanto

& Djannah, 2013). Pada penelitian ini hampir semua guru yang menjadi

responden menjawab dengan benar semua pertanyaan terkait praktik cuci

Page 59: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

47

tangan yang baik dan benar. Perilaku mencuci tangan dilakukan bukan

hanya pada saat tangan kita tampak kotor, namun cuci tangan dianjurkan

pada saat menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum memberi makan

pada anak, dan setelah buang air besar (Purwandari dkk., 2015).

Mencuci tangan menggunakan sabun yang dipraktikan secara tepat

dan benar merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah

berjangkitnya penyakit seperti diare, kolera, ISPA, cacingan, flu, hepatitis

A, dan flu burung. Mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih

efektif menghilangkan kotoran dan debu serta mengurangi jumlah

mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri, dan parasit

lainnya pada kedua tangan. Mencuci tangan dengan menggunakan air dan

sabun juga dapat lebih efektif membersihkan kotoran kuku dan jari-jari

pada kedua tangan (Rahmawati & Sofiana, 2017).

Berdasarkan tabel 5.1, dari 12 orang guru yang menjadi responden

10 orang (83.3%) menjawab bahwa mereka mengetahui 5 langkah cuci

tangan yang baik dan benar, 10 orang (83.3%) juga menjawab bahwa

mereka mengetahui kapan seharusnya cuci tangan dilakukan, dan 9 orang

(75,0%) yang memilih air dan sabun antiseptik sebagai bahan untuk

mencuci tangan. Sabun antiseptik memiliki bahan khusus yang dapat

membunuh bakteri di tangan.

Ketika mencuci tangan dengan sabun antiseptik, sejumlah kecil

bahan antiseptik turut bekerja mengurangi jumlah bakteri berbahaya yang

bisa menyebabkan penyakit. Sementara itu, efek dari mencuci tangan

Page 60: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

48

dengan sabun biasa tidak sebaik bila memakai sabun antiseptik. Sabun

biasa memang dapat menghilangkan bakteri tetapi bersifat sementara dan

dalam waktu singkat bakteri dapat berkembang lagi di tangan

(Rachmawati & Triyana, 2008).

Penelitian terhadap perilaku kebersihan perorangan ibu sebagai

penyebab kejadian diare pada balita di Bali menyatakan bahwa 47,5% ibu

tidak mencuci tangan dengan benar sebelum memberi makan balitanya dan

84,2% balita yang mengalami diare. Hal ini menggambarkan bahwa salah

satu faktor risiko kejadian diare pada balita di Bali adalah karena

kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan

untuk balita (Laksmi dkk., 2013). Selain ibu dan orang dewasa, anak juga

harus diajarkan untuk menerapkan langkah cuci tangan yang baik dan

benar setiap sebelum dan setelah beraktivitas.

Penelitian terhadap hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun

dengan kejadian diare pada anak di Kota Manado menyatakan bahwa 9

dari 31 anak mengatakan mereka mengalami diare karena tidak terbiasa

mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Ada beberapa faktor yang

dapat membantu penyebaran penyakit melalui tangan antara lain karena

kurangnya kebiasaan mencuci tangan. Mencuci tangan dengan baik dan

benar sebaiknya harus menggunakan sabun, cuci tangan dengan air saja

tidak cukup melindungi seseorang dari kuman yang menempel di tangan

(Djarkoni dkk., 2014).

Page 61: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

49

2. Gambaran Perilaku Penanganan Peralatan Makan Siswa oleh Guru

di TK Teratai UNM Makassar

Alat makan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan

dalam penularan penyakit, sebab alat makan yang tidak bersih dan

mengandung bakteri dapat menularkan penyakit lewat makanan (Fadhila

dkk., 2015). Banyaknya bakteri pada peralatan makan anak tanpa disadari

dapat memberikan dampak negatif pada anak. Berdasarkan hasil penelitian

ini hampir semua guru yang menjadi responden mengaku mencuci tangan

sebelum memberikan perlakuan terhadap makanan dan peralatan makan

siswa, menjawab dengan benar tata cara cuci piring yang baik, cara

mengeringkan peralatan makan, penyimpanan peralatan makan, dan kapan

sebaiknya spons cuci piring diganti.

Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan selama

seminggu, guru di TK Teratai UNM memang selalu mencuci tangan

sebelum mempersiapkan makanan untuk para siswa, namun tata cara cuci

tangan yang dilakukan belum mengikuti lima langkah cuci tangan yang

baik dan benar. Guru juga tidak mencuci tangan saat mempersiapkan

peralatan makan siswa. Sebelum makan siswa hanya dihimbau untuk

mencuci tangan tanpa didampingi oleh guru.

Hal lain yang harus diperhatikan selain kebersihan tangan adalah

kebersihan peralatan makan untuk mencegah penularan penyakit melalui

alat makan. Penelitian mengenai keberadaan E. coli pada peralatan makan

balita di Kota Depok menunjukkan bahwa dari 30 sampel yang diperiksa

Page 62: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

50

terdapat tujuh sampel usap alat positif mengandung bakteri E. coli

(Kusumadewi & Hermawati, 2014). Keberadaan E. coli pada peralatan

makan balita menunjukkan besarnya risiko menderita penyakit diare. Usia

dini pada balita ditambah kurang optimalnya cara membersihkan peralatan

makan menjadi faktor penunjang timbulnya penyakit-penyakit gangguan

pencernaan lain pada anak balita.

Cara menjaga kebersihan peralatan makan merupakan hal yang

harus selalu diperhatikan. Menjaga kebersihan peralatan makan yaitu

dengan mencuci peralatan makan menggunakan sabun dan air mengalir

setelah selesai digunakan, membiarkan peralatan makan kering sendiri

atau dengan bantuan cahaya matahari, dan menyimpan peralatan makan di

tempat yang khusus dan tertutup. Hasil observasi pada penelitian ini saat

guru memberi perlakuan terhadap peralatan makan anak menunjukkan

bahwa guru mencuci peralatan makan dengan baik yakni menggunakan

sabun khusus peralatan makan dan air yang mengalir.

Salah satu jalur perjalanan makanan melewati proses pencucian

alat makan. Proses pencucian alat makan yang sempurna memegang

peranan di dalam mencegah menularnya penyakit, sebab alat makan yang

tidak bersih dan mengandung mikroorganisme dapat menularkan penyakit

lewat makanan. Oleh sebab itu diperlukan proses pencucian yang

memenuhi standar kesehatan (Andriyani, 2009).

Hasil penelitian mengenai pengaruh larutan detergen dan larutan

klorin pada proses pencucian alat makan di RS PKU Muhammadiyah

Page 63: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

51

Surakarta menunjukkan bahwa larutan detergen dan klorin dapat

menurunkan jumlah angka kuman pada alat makan. Diketahui rata-rata

jumlah angka kuman sebelum pencucian pada piring sebesar 479,67

koloni/cm², pada gelas sebesar 260 koloni/cm² dan pada sendok sebesar

1756,33 koloni/cm². Jumlah angka kuman setelah pencucian menggunakan

metode TCS dengan larutan detergent dan klorin sebesar 75 koloni/cm²

pada piring, pada gelas sebesar 31,67 koloni/cm² dan pada sendok sebesar

46,67 koloni/cm² (Andriyani, 2009).

Penelitian yang dilakukan mengenai perbandingan pencucian alat

makan menggunakan air perendaman dan air mengalir menunjukkan

bahwa pencucian piring dengan metode perendaman dapat menurunkan

kuman rata-rata sebesar 1192,5 koloni/cm2, pencucian piring dengan air

mengalir rata-rata dapat menurunkan kuman sebesar 3140 koloni/cm2.

Pada sendok, rata-rata penurunan kuman dengan perendaman sebesar 95

koloni/cm2 dan untuk air mengalir sebesar 1735 koloni/cm2. Pencucian

dengan perendaman pada gelas dapat menurunkan jumlah kuman rata-rata

sebesar 25 koloni/cm2 dan untuk air mengalir sebesar 110 koloni/cm2

(Azari, 2013).

Metode pencucian peralatan makan menggunakan air mengalir

lebih baik daripada pencucian alat makan dengan metode perendaman. Hal

tersebut dikarenakan pada metode pencucian dengan air mengalir semua

kotoran yang menempel pada peralatan makan akan mengalir tanpa

mencemari peralatan makan yang lainnya, sedangkan pada proses

Page 64: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

52

pencucian peralatan makan dengan metode perendaman, kotoran-kotoran

yang menempel pada peralatan makan akan terakumulasi pada air

rendaman sehingga dapat mencemari peralatan lain yang akan dicuci.

Alat untuk mencuci peralatan makan sebaiknya menggunakan

spons khusus peralatan makan. Pada penelitian ini dari 12 guru yang

menjadi responden 4 orang (33.30%) menjawab bahwa spons cuci piring

sebaiknya diganti sebulan sekali, 4 orang (33.30%) lainnya menjawab dua

kali sebulan, dan 4 orang (33.30%) sisanya menjawab diganti setelah

rusak. Spons pencuci piring 200.000 kali lebih kotor dibanding dudukan

toilet. Berbagai bakteri penyebab penyakit seperti Eschericia coli,

Pseudomonas, dan Staphylococcus, berkembang biak di permukaan yang

basah. Jika spons dalam kondisi tidak kering (lembab karena direndam),

maka akan menjadi markas semua bakteri (Gaffar dkk., 2014). Daya pakai

spons tidak terlalu lama. Sebaiknya spons diganti setiap satu hingga tiga

minggu sekali. Jika spons sudah berbau atau rontok, itu tandanya sudah

perlu diganti meskipun belum lama digunakan karena kemampuan

membersihkannya tidak lagi maksimal (Hestianingsih, 2016).

Setelah peralatan makan dicuci, guru di TK Teratai UNM

membiarkan peralatan makan kering dengan sendirinya. Perlakuan

terhadap peralatan makan yang dilakukan oleh guru khususnya pada saat

mengeringkan peralatan sudah sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1098 tahun 2003 yang menyatakan bahwa peralatan

makan tidak boleh dilap dengan kain. Namun, perilaku guru terkait

Page 65: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

53

mengeringkan peralatan makan tidak menggunakan lap dilakukan oleh

guru secara kebetulan tanpa mengetahui alasan mengapa peralatan makan

tidak boleh dilap. Pengetahuan yang dimiliki oleh guru masih perlu

ditingkatkan agar sesuai dengan tindakan yang dilakukan.

Setelah kering guru menyimpan peralatan makan pada rak piring

besi yang tidak anti karat dan tidak memiliki penutup. Peralatan makan

yang tidak disimpan pada tempat yang tertutup dapat dengan mudah

terkontaminasi oleh bakteri. Peralatan makan yang telah dicuci dan

dikeringkan seharusnya disimpan pada tempat khusus penyimpanan

peralatan yang bersih, tertutup, dan anti karat agar peralatan makan

terlindung dari sumber kontaminasi, pengotoran, dan binatang perusak

(Tumelap, 2011).

3. Gambaran Keberadaan Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK

Teratai UNM Makassar

Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 21 sampel peralatan makan

anak hanya ada satu peralatan makan anak di TK Teratai UNM yang tidak

dapat diidentifikasi keberadaaan bakterinya, 2 (10,0%) sampel yang

ditumbuhi bakteri Gram positif dan, 18 (90,0%) sampel ditumbuhi bakteri

Gram negatif. Bakteri dibagai atas bakteri Gram positif dan bakteri Gram

negatif tergantung pada responnya bila diwarnai dengan pewarnaan kuman

menurut Gram. Sel bakteri mula-mula diwarnai dengan zat kristal ungu

dan iodium lalu dicuci dengan alkohol. Bakteri Gram negatif akan

kehilangan zat warna ungunya setelah dicuci dengan alkohol, sedangkan

Page 66: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

54

bakteri Gram positif akan tetap mempertahankan warna ungu meskipun

telah dicuci dengan alkohol (Syachrurachman dkk., 2010).

Lebih dari 50% kasus bakteremia yang terjadi pada anak berasal

dari bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif merupakan penyebab

utama penyakit infeksi saluran cerna dan infeksi nosocomial. Bakteri

Gram positif seperti Bacillus cereus diimplikasi sebagai penyebab

keracunan pada makanan atau dapat menghasilkan racun pada makanan

(Adisasmito & Hadinegoro, 2016).

Bakteri Gram negatif bersifat lebih patogen daripada bakteri Gram

positif. Berdasarkan hasil penelitian ini hampir semua sampel peralatan

makan anak ditumbuhi oleh bakteri Gram negatif sebanyak 18 sampel dari

21 sampel yang ada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peralatan

makan anak terkontaminasi bakteri dan harus menjadi perhatian bagi pihak

sekolah.

Penelitian mengenai evaluasi mikroorganisme pada permukaan

peralatan makan pada tempat penyediaan makanan di Pusat Penitipan

Anak di Texas menyatakan bahwa dari 167 sampel swab yang

dikumpulkan dari 27 pusat penitipan anak, 68 (41%) yang diuji dinyatakan

positif terkontaminasi bakteri (Staskel dkk., 2007). Bakteri adalah bagian

normal dari ekosistem manusia. Meskipun tidak ada tempat penitipan anak

yang benar-benar terbebas dari bakteri, namun tempat penitipan anak

merupakan salah satu tempat yang rentan terhadap kontaminasi bakteri dan

harus selalu dijaga kebersihannya.

Page 67: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

55

Penyakit akibat bakteri dapat menyebar dari anak yang terinfeksi

ke orang tua, saudara, dan masyarakat. Sangat penting bagi karyawan yang

bekerja di tempat penitipan anak untuk mendesinfeksi semua permukaan

yang berpotensi terkontaminasi bakteri patogen, karena permukaan yang

tampak bersih dapat menyimpan mikroorganisme. Tempat penitipan anak

juga perlu berkoordinasi dengan tim kesehatan untuk memberikan

pelatihan keamanan pangan bagi anak-anak dan pemeriksaan yang lebih

sering. Pelatihan berkelanjutan oleh tim kesehatan dapat membantu

mengurangi kontaminasi bakteri enterik dari permukaan peralatan makan

dan mengurangi risiko penyakit bawaan makanan kepada anak-anak

(Staskel dkk., 2007).

Penyakit bawaan makanan (foodborne disease) didefinisikan

sebagai penyakit yang disebabkan oleh agen yang masuk kedalam tubuh

melalui konsumsi makanan. Penyakit bawaan makanan pada umumnya

menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan, mencret, dan kadang-

kadang disertai dengan muntah. Penyakit ini disebabkan oleh makanan

yang mengandung sejumlah bakteri yang patogen, atau toksin yang

dikeluarkan oleh bakteri tersebut. Pada kelompok yang rentan seperti

anak-anak, penyakit tersebut akan sangat membahayakan (Susanna &

Hartono, 2003).

Setiap orang menghadapi risiko dari penyakit bawaan makanan.

Agen yang terkandung dalam makanan tersebut dapat berupa

mikroorganisme ataupun zat beracun. Penyebaran penyakit bawaan makan

Page 68: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

56

ini sangat luas dengan berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat

dan merupakan penyebab utama gizi buruk pada bayi dan anak anak

(Satyaningsih & Munandar, 2016).

4. Gambaran Jumlah Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK

Teratai UNM Makassar

Berdasarkan pemeriksaan jenis bakteri terhadap sampel peralatan

makan anak di Laboratorium Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Unhas, didapatkan hasil 7 jenis bakteri yang terdapat pada 20 sampel

peralatan makan anak. Bakteri-bakteri tersebut adalah Bacillus sp,

Klebsiella sp., Enterobacter eglomerance, Proteus vulgaris, Providencia

alkalifaciens, Acinetobacter calcoaceticus, dan Enterobacter hafniae.

Media perkembangan bakteri yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA)

dan MacConkey Agar.

NA berfungsi sebagai media padat sederhana yang terbuat dari

ekstrak beef, pepton, dan agar yang memiliki fungsi salah satunya ialah

untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri. MacConkey agar adalah

media selektif dan media diferensial yang digunakan untuk mengisolasi

bakteri batang Gram negatif berdasarkan kemampuan bakteri

memfermentasi laktosa atau tidak. Media MacConkey agar digunakan

terutama untuk famili Enterobacterriaceae dan genus Pseudomonas

(Acharya, 2013).

Bakteri Gram positif Bacillus sp adalah golongan bakteri yang

ditemukan di dua sampel peralatan makan anak. Bacillus sp merupakan

Page 69: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

57

bakteri berbentuk batang berspora (endospora) yang tergolong bakteri

Gram positif yang biasa terdapat di dalam tanah, air, udara, dan tumbuh-

tumbuhan. Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan oleh

enterotoksin yang terdapat pada makanan. Bakteri ini juga dapat

menimbulkan penyakit seperti meningitis, endocarditis, pneumonia,

bronkopneumonia, dan luka (Syachrurachman dkk., 2010).

Bakteri Gram negatif terbanyak ditemukan pada sampel peralatan

makan anak di TK Teratai UNM adalah Klebsiella sp. yaitu sebanyak 7

(35,0%) sampel, selanjutnya Enterobacter eglomerance ditemukan pada 4

(20,0%) sampel, Acinetobacter calcoaceticus juga ditemukan pada 4

(20,0%) sampel, Proteus vulgaris ditemukan pada 1 (5,0%) sampel,

Providencia alkalifaciens ditemukan pada 1 (5,0%) sampel, dan

Enterobacter hafniae yang juga ditemukan pada 1 (5,0%) sampel.

Klebsiella sp., Enterobacter eglomerance, Proteus vulgaris, Providencia

alkalifaciens dan Enterobacter hafniae merupakan bakteri gram negatif

yang semuanya berasal dari famili Enterobactericeae.

Enterobactericeae adalah suatu famili kuman yang terdiri dari

sejumlah besar spesies bakteri yang sangat erat hubungannya satu dengan

lainnya. Hidup di usus besar manusia dan hewan, tanah, air, dan dapat pula

ditemukan pada dekomposisi material. Sebagian besar bakteri ini tidak

menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah) bila bakteri tetap berada di

dalam usus besar, tetapi pada keadaan di mana terjadi perubahan pada host

atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak di

Page 70: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

58

antara bakteri ini mampu menimbulkan penyakit pada setiap jaringan di

tubuh manusia seperti infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, infeksi

saluran napas, peradangan selaput otak, dan septikemia. (Syachrurachman

dkk., 2010).

Bakteri yang juga ditemukan pada 4 (20,0%) sampel peralatan

makan anak adalah Acinetobacter calcoaceticus. Acinetobacter

calcoaceticus berasal dari famili Moraxellaceae. Bakteri ini berperan

dalam menimbulkan infeksi penyakit akut seperti meningitis, pneumonia,

dan bakteremia. Bakteri ini juga diketahui resisten terhadap sabun dan

antiseptik sehingga kontaminasi koloni bakteri ini pada tangan manusia

mudah terjadi (Nugroho, 2012).

Peralatan makan merupakan alat yang kontak langsung dengan

bahan makanan. Kebersihan peralatan makan merupakan hal yang penting

dan dapat memengaruhi kualitas makanan, sehingga kebersihan peralatan

makan harus lebih diperhatikan. Keberadaan bakteri sebagai agen

penyebab penyakit tidak diperbolehkan terdapat pada peralatan makan

(Marissa & Arifin, 2014). Kehadiran bakteri dari setiap sampel peralatan

makan anak di TK Teratai UNM ini harus menjadi perhatian khususnya

bagi pihak sekolah untuk meningkatkan kebersihan peralatan makan anak

karena anak usia pra-sekolah masih sangat rentan terhadap penyakit-

penyakit infeksi.

Page 71: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

59

D. Keterbatasan Penelitian

Pemeriksaan bakteri yang dilakukan tidak dapat diketahui secara pasti

dari mana sumber bakteri berasal. Faktor lingkungan sekitar tempat

pengambilan sampel (tangan guru, tangan siswa, meja makan, rak piring, dan

sebagainya) bisa saja menjadi sumber kontaminasi bakteri pada

peralatan makan.

Page 72: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

60

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran kontaminasi bakteri

pada peralatan makan anak, kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peralatan makan anak di TK Teratai UNM ditumbuhi 18 bakteri Gram

negatif dan 2 bakteri Gram positif.

2. Jenis bakteri pada peralatan makan anak di TK Teratai UNM adalah

Bacillus sp, Klebsiella sp., Enterobacter eglomerance, Acinetobacter

calcoaceticus, Proteus vulgaris, Providencia alkalifaciens, dan

Enterobacter hafniae.

3. Guru mengetahui dengan baik hal-hal terkait kebersihan perorangan dan

penanganan peralatan makan namun belum sepenuhnya diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari seperti 5 langkah cuci tangan yang baik dan

benar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran kontaminasi bakteri

pada peralatan makan anak, saran penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepada anak, diharapkan mencuci tangan sebelum makan dan meminta

guru untuk mendampingi saat akan mencuci tangan khususnya sebelum

makan.

2. Kepada guru, diharapkan untuk mencuci tangan sebelum menyiapkan

makanan dan saat memberi perlakuan terhadap peralatan makan anak serta

Page 73: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

61

menerapkan pengetahuan terkait kebersihan perorangan dalam kehidupan

sehari-hari khusunya di sekolah.

3. Kepada pihak sekolah, diharapkan untuk memerhatikan tempat

penyimpanan peralatan makan anak dan alat untuk mencuci peralatan

makan anak.

4. Kepada peneliti selanjutnya, perlu dilakukan pemeriksaan jumlah koloni

bakteri pada peralatan makan anak.

Page 74: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

DAFTAR PUSTAKA

Acharya, T. 2013. MacConkey Agar (MAC): Composition, Preparation, Uses and Colony Characteristics [Online]. Department of Microbiology and Immunology, Patan Academy of Health Sciences, Lalitpur: Microbe Online. Available: http://microbeonline.com [Accessed July 24 2017].

Adisasmito, A. W. & Hadinegoro, S. R. S. 2016. Infeksi Bakteri Gram Negatif di ICU Anak: epidemiologi, manajemen antibiotik dan pencegahan. Sari Pediatri, 6, 32-5.

Ahmad, M. I. & Ibnu, I. F. 2013. Perilaku Personal Hygiene di Kelurahan Karema Kecamatan Mamuju Sulawesi Barat.

Al-Baqer, D. S. & Badour, M. 2005. Bacillus Cereus. Available: faculty.ksu.edu.sa [Accessed Juny 17 2017].

Altekruse, S. F., dkk. 1999. Campylobacter jejuni—An Emerging Foodborne Pathogen. 5. Available: wwwnc.cdc.gov [Accessed March 7 2017].

Andriyani, A. 2009. Pengaruh Larutan Detergent dan Larutan Klorin pada Proses Pencucian Alat Makan dengan Metode Trhee Compartement Sink terhadap Penurunan Jumlah Angka Kuman pada Alat Makan di RS PKU Muhammadiyah Surakartas. Gaster| Jurnal Ilmu Kesehatan, 5, 379-387.

Angeliya, L. & Kurdiwa, R. R. 2013. Identification of Campylobacter jejuni Using Polymerase Chain Reaction Method. Jurnal Sain Veteriner, 31.

Arisitin, N. P. I., Mahayana, I. M. B. & Aryasih, I. G. a. M. 2014. Hubungan Penyimpanan Bahan Makanan dan Pencucian Alat Makan dengan Kualitas Bakteriologis Lalapan di Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Selatan. Kesehatan Lingkungan, 4.

Ariyani, D. & Anwar, F. 2007. Mutu Mikrobiologis Minuman Jajanan di Sekolah Dasar Wilayah Bogor Tengah. Jurnal Gizi dan Pangan, 1, 44-50.

Arlita, Y. 2014. Identifikasi Bakteri Escherichia Coli dan Salmonella Sp. pada Makanan Jajanan Bakso Tusuk di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik, 2.

Aulia, F. I., Muhlisin, H. M. A. & Kartinah. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Personal Hygiene terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa di SDN Rembes 1 Dusun Watugimbal Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Azari, J. T. 2013. Studi Komparatif Pencucian Alat Makan dengan Perendaman dan Air Mengalir Terhadap Jumlah Kuman pada Alat Makan di Warung Makan Bu Am Gonilan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Page 75: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

Bata, I. S. 2012. Uji Cemaran dan Pewarnaan Gram Bakteri pada Kue Pia Khas Gorontalo.

Bc Centre for Disease Control. 2009. A Quick Guide to Common a Childhood Disease. Center for Disease Control and Prevention.

Bobihu, F. 2012. Studi Sanitasi dan Pemeriksaan Angka Kuman pada Usapan Peralatan Makan di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012.

Cahyaningsih, C. T., Kushadiwijaya, H. & Tholib, A. 2012. Hubungan Higiene Sanitasi dan Perilaku Penjamah Makanan dengan Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan di Warung Makan. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat (BKM), 25, 180.

Desiyanto, F. A. & Djannah, S. N. 2013. Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health), 7.

Djarkoni, I. H., dkk. 2014. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare di SD Advent Sario Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 2.

Fadhila, M. F., Wahyuningsih, N. E. & D, Y. H. 2015. Hubungan Higiene Sanitasi dengan Kualitas Bakteriologis pada Alat Makan Pedagang di Wilayah Sekitar Kampus UNDIP Tembalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3, 769 - 776.

Faridawati, Y. 2014. Hubungan antara Personal Higiene dan Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.

Gaffar, S., Maksum, I. P. & Julaeha, E. 2014. Identifikasi Populasi Bakteri dalam Spons Pencuci Piring dengan Metode PCR-RFLP. Chimica et Natura Acta, 2.

Goodsell, D. S. 2009. Miniseries: Illustrating the Machinery of Life Escherichia coli. Biochemistry and Molecular Biology, Vol. 37, 325–332.

Gould, D. & Brooker, C. 2003. Mikrobiologi terapan untuk perawat. Jakarta: EGC.

Haderiah, Sulasmi & Novi 2016. Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1, 124 - 128.

Page 76: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

Hestianingsih. 2016. Kapan Seharusnya Spons Cuci Piring Diganti dengan yang Baru ? [Online]. Jakarta, Indonesia: Wolipop. Available: https://wolipop.detik.com [Accessed July 24 2017].

Kharirie 2013. Diagnosa Vibrio Cholerae dengan Metode Kultur dan Polimerase Chain Reaction (PCR) pada Sampel Sumber Air Minum.

Kustiasari, T. 2011. Peran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terhadap Sosialisasi Anak di dalam Keluarga (Studi terhadap Keluarga yang Menyekolahkan Anaknya di PAUD Kasih Ibu, Jakarta). Universitas Indonesia.

Kusumadewi, I. & Hermawati, E. 2014. Keberadaan Escherichia coli pada Peralatan Makan Balita sebagai Faktor Risiko Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tugu Kota Depok Universitas Indonesia.

Laksmi, N. P. A., Windiani, I. T. & Hartawan, I. N. B. 2013. Hubungan Perilaku Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati Udayana Bali Periode Bulan November 2013 E-Jurnal Medika Udayana, 4, 1 - 9.

Malah, H., Bernadus, J. & Rattu, J. a. M. 2015. Gambaran Keberadaan Bakteri Escherichia Coli pada Peralatan Makan di Rumah Makan Pasar Tuminting Kota Manado.

Marissa, N. & Arifin, A. Y. 2014. Higienitas Peralatan Makan Berdasarkan Keberadaan Salmonella Sp di Warung Makan Kota Banda Aceh. Jurnal Penelitian Kesehatan, 1, 9 - 16.

Martani, W. 2012. Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi, 39, 112-120.

Melliawati, R. 2015. Escherichia coli dalam kehidupan manusia. BioTrends, 4, 10-14.

Menteri Kesehatan RI 2003a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 715 tahun 2003 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Indonesia: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan RI 2003b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1098 tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Indonesia: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan RI 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 tentang Higiene dan Sanitasi Jasaboga. Indonesia: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Page 77: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

Menteri Kesehatan RI 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Indonesia: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Nasution, R. 2003. Teknik Sampling. Digital Library, Universitas Sumatera Utara.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, R. B. A. 2012. Hubungan Faktor Risiko Terjadinya Acinetobacter SP MDRO terhadap Kematian Penderita Sepsis di PICU Rumah Sakit dr Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro.

Pemerintah RI 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan. Indonesia: Presiden Republik Indonesia.

Pohan, D. 2009. Pemeriksaan Escherichia coli pada Usapan Peralatan Makan yang Digunakan oleh Pedagang Makanan di Pasar Petisah Medan Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara.

Pope, L. 2007. V Cholerae [Online]. Department of Microbiology University of Texas at Austin: Microbe Wiki. Available: https://microbewiki.kenyon.edu [Accessed May 2 2017].

Presiden RI 2003. UU RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Indonesia: Presiden Republik Indonesia.

Purnomo, R. A. & Susilaningsih, E. Z. 2016. Perilaku Mencuci Tangan Dan Kejadian Diare Pada Anak Usia Prasekolah Di Paud Desa Kalikotes Klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Purwandari, R., Ardiana, A. & Wantiyah 2015. Hubungan antara Perilaku Mencuci Tangan dengan Insiden Diare pada Anak Usia Sekolah di Kabupaten Jember. Jurnal Keperawatan, 4, 122 - 130.

Putra, F. Y. 2013. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Anak Usia Prasekolah di Desa Balung Lor Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

Rachmawati, F. J. & Triyana, S. Y. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Jurnal Logika, 5.

Rahmawati, S. & Sofiana, L. 2017. Pengaruh Metode Hand Wash terhadap Penurunan Jumlah Angka Kuman Pada Perawat Ruang Rawat Inap di RSKIA PKU Muhammadiyah Kota Gede Yogyakarta. 69-74.

Rendy, M. C. 2010. Keterampilan Dasar Bidan & Perawat, Nuha Medika.

Page 78: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

Reski, A. R., Ane, R. L. & Manyullei, S. 2014. Kemampuan Larutan Bonggol Nanas dalam Menurunkan Jumlah Kuman pada Peralatan Makan.

Sajida, A., Santi, D. N. & Naria, E. 2013. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2012. Lingkungan dan Kesehatan Kerja, 2.

Salamena, R. P. 2015. Deteksi dan Resistensi Staphylococcus aureus Patogen pada Daging Ayam.

Satyaningsih, A. & Munandar, S. 2016. Gambaran Higiene Sanitasi dan Keberadaan Escherichia Coli dalam Jajanan Kue Basah di Pasar Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2.

Siagian, A. 2002. Mikroba patogen pada makanan dan sumber pencemarannya. Available: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-albiner3.pdf. [Accessed August 1 2017].

Sni 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan.

Sopandi, T. 2014. Mikrobiologi pangan (Teori dan Praktik), Yokyakarta, Penerbit Andi.

Staskel, D. M., dkk. 2007. Microbial Evaluation of Foodservice Surfaces in Texas Child-Care Centers. Journal of the American Dietetic Association, 107, 854-859.

Sunarno, Puspandari, N. & Melatiwati 2012. Survey Kontaminasi Bakteri Patogen pada Makanan dan Minuman yang Dijual di Sekitar Gedung Perkantoran di Jakarta. Jurnal Komunikasi Kesehatan Edisi 2, 2.

Susanna, D. & Hartono, B. 2003. Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak dan Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok Melalui Pemeriksaan Bakteriologis. Makara Seri Kesehatan, 7, 21-29.

Syachrurachman, A., Chatim, A. & W.K., A. S. 2010. Buku Ajar Edisi Revisi Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta, Binarupa Aksara.

Tumelap, H. J. 2011. Kondisi Bakteriologik Peralatan Makan di Rumah Makan Jombang Tikala Manado. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1.

Widyastana, I., Kawuri, R. & Dalem, A. a. G. R. 2015. Keberadaan Bakteri Patogen Vibrio cholerae pada Beberapa Hasil Perikanan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar. Metamorfosa Journal of Biological Sciences, 2, 16-22.

Wistreich. 2011. Microbe World [Online]. Microbe World. Available: www.microbeworld.org [Accessed July 25 2017].

Page 79: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

Wulandari, R. 2014. Pembiasaan Perilaku Personal Hygiene oleh Ibu kepada Balita (Usia 3-5 Tahun) di Kelurahan Derwati. Universitas Pendidikan Indonesia.

Yunus, S. P. 2015. Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Unsrat, 5, 210-220.

Page 80: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

LAMPIRAN

Page 81: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

KUESIONER

GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA

PERALATAN MAKAN ANAK DI PAUD

MAKASSAR TAHUN 2017

Selamat pagi/siang/sore. Saya Nirwana Permatasari dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin. Saya sedang melakukan penelitian untuk mengetahui Gambaran

Kontaminasi Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar. Saya akan

menanyakan tentang beberapa hal kepada bapak/ibu. Pengisian kuesioner ini akan

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Apakah bapak/ibu bersedia untuk mengisi kuesioner

ini ?

1. Ya, saya bersedia

2. Tidak, cari responden lain

(Tanda Tangan Responden)

I. Data Responden

Nama : Umur : Jenis Kelamin :

II. Pertanyaan terkait personal hygiene guru dan perilaku penanganan peralatan makan 1. Berikut adalah langkah-langkah mencuci tangan :

1) Basahi kedua tangan dengan air yang mengalir 2) Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa

sabun hilang 3) Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku 4) Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua

punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun

5) Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.

Urutan langkah mencuci tangan yang baik dan benar menurut bapak/ibu adalah ? a. 1 – 4 – 3 – 2 – 5 b. 1 – 3 – 4 – 2 – 5 c. 1 – 2 – 4 – 3 – 5 d. 1 – 5 – 3 – 4 – 2

2. Menurut bapak/ibu kapan seharusnya cuci tangan dilakukan ? a. Sebelum makan dan setelah buang air besar. b. Setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan.

Page 82: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

c. Sebelum dan setelah melakukan suatu pekerjaan/aktivitas. d. Sebelum dan setelah makan.

3. Apakah bapak/ibu mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk siswa ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah bapak/ibu mencuci tangan sebelum mempersiapkan peralatan makan

siswa ? a. Ya b. Tidak

5. Bahan apakah yang bapak/ibu gunakan saat mencuci tangan?

a. Air saja. b. Air dan sabun biasa. c. Air dan sabun antiseptik. d. Lainnya.

6. Bagaimanakah cara bapak/ibu mencuci peralatan makan siswa?

a. Menggunakan air mengalir yang disertai dengan penggunaan sabun, menggosok semua permukaan peralatan lalu dibilas sampai bersih.

b. Menggosok semua permukaan peralatan dengan sabun lalu dibilas sampai bersih menggunakan air yang sudah ditampung di dalam baskom.

c. Menggosok permukaan atas peralatan dengan sabun lalu dibilas dengan air mengalir sampai bersih.

7. Bagaimanakah cara mengeringkan peralatan makan yang telah dicuci menurut bapak/ibu? a. Dikeringkan menggunakan lap bersih. b. Dikeringkan menggunakan tissue. c. Dibiarkan kering dengan sendirinya. d. Lainnya.

8. Apakah bapak/ibu menyimpan peralatan makan siswa di tempat yang tertutup ?

a. Ya b. Tidak

9. Bahan apakah yang bapak/ibu gunakan untuk mencuci peralatan makan siswa ?

a. Air saja b. Air dan sabun biasa c. Air dan sabun khusus peralatan makan d. Lainnya.

10. Alat apakah yang bapak/ibu gunakan untuk mencuci peralatan makan siswa ? a. Spons khusus cuci piring b. Kain c. Sikat d. Lainnya.

Page 83: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

11. Kapan bapak/ibu mengganti alat untuk cuci piring dengan yang baru ? a. 1 kali/bulan. b. 2 kali/bulan c. Ketika sudah rusak/tidak layak pakai d. Lainnya.

Page 84: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

LEMBAR OBSERVASI (CHECK LIST)/HARI

Nama Sekolah : TK. Teratai UNM

Hari/Tanggal :

Waktu :

No. Aspek Pengamatan Terlaksana

Keterangan Ya Tidak

1. Guru mempraktikkan langkah-langkah mencuci tangan dengan baik dan benar.

2. Guru mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk siswa.

3. Guru mencuci tangan sebelum menyiapkan peralatan makan siswa.

4. Guru mencuci tangan menggunakan air dan sabun.

5. Sabun untuk cuci tangan tersedia setiap saat.

6. Tersedia alat untuk mengeringkan tangan (lap, handuk, tissue) yang bersih.

7. Guru mencuci peralatan makan siswa dengan baik dan benar.

8. Guru mengeringkan peralatan makan siswa dengan kain lap/tissue.

9. Guru menyimpan peralatan makan siswa di tempat yang tertutup dan anti karat.

10. Guru mencuci peralatan makan siswa dengan air mengalir dan sabun khusus peralatan makan.

11. Guru menggunakan spons/kain yang layak untuk mencuci peralatan makan siswa.

Page 85: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …
Page 86: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …
Page 87: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …
Page 88: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …
Page 89: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …
Page 90: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Observasi TK Teratai UNM (15 – 20 Mei 2017)

Gambar 1. Pengamatan suasana ruang

makan siswa

Gambar 2. Pengamatan terhadap guru saat sedang menyiapkan makanan

untuk siswa

Gambar 3. Pengamatan terhadap siswa di TK Teratai UNM saat sedang

bersiap untuk makan siang

Gambar 5. Pengamatan terhadap air yang

digunakan untuk mencuci peralatan makan siswa

Gambar 6. Pengamatan terhadap rak penyimpanan peralatan

makan siswa

Gambar 7. Pengamatan terhadap guru di TK

Teratai UNM saat mencuci peralatan makan siswa

Page 91: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

2. Swab Sampel Peralatan Makan Anak (22 Mei 2017)

Gambar 8. Pengamatan terhadap guru di TK Teratai UNM saat mengeringkan

peralatan makan siswa

Gambar 9. Peralatan makan siswa di TK Teratai UNM berupa piring dan sendok yang dijadikan sebagai sampel penelitian

Gambar 10. Peralatan makan siswa di TK

Teratai UNM berupa gelas yang dijadikan sebagai sampel

penelitian

Gambar 12. Menggunakan lidi swab sebagai

alat usap sampel peralatan makan siswa

Gambar 13. Melakukan usap sampel peralatan

makan siswa di TK Teratai UNM

Page 92: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

3. Pemeriksaan Sampel di Laboratorium (23 – 28 Mei 2017)

Gambar 14. Sampel peralatan makan siswa

kemudian dimasukkan ke dalam termos

Gambar 16. Sampel peralatan makan

diinkubasi terlebih dahulu selama 1 × 24 jam

Gambar 17. Sampel yang telah diinkubasi selanjutnya dikeluarkan dari

inkubator

Gambar 18. Sampel yang telah diinkubasi selanjutnya dibuatkan media

pertumbuhan bakteri

Gambar 20. Sampel yang telah digores pada

media pertumbuhan bakteri selanjutnya diinkubasi kembali

Page 93: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

Gambar 22. Selanjutnya dilakukan pewarnaan

Gram

Gambar 24. Preparat sampel yang telah selesai diwarnai siap dilihat morfologi sel

bakterinya dibawah mikroskop

Gambar 25. Tampilan preparat sampel yang

dilihat di bawah mikroskop

Gambar 26. Dilakukan pemeriksaan lanjutan terhadap Bakteri Gram negatif untuk melihat jenis bakterinya

Page 94: GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN …

BIODATA

Nama Lengkap : Nirwana Permatasari

NIM : K111 13 058

Tempat/ Tanggal Lahir : Dili/ 28 Oktober 1995

Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Alamat Makassar : Perumahan Bukit Baruga Antang Jl. Klabat No.9

Telepon : 085298675112

Riwayat Pendidikan : SDN 21 Tadette (2001 – 2007)

SMPN 3 BELOPA (2007 – 2010)

SMAN 01 KAMANRE (2010 – 2013)

FKM UNHAS MAKASSAR (2013 – 2017)

Nama Orang Tua

Bapak : Suparman S.H

Ibu : Suryani

Alamat Orang Tua : Desa Senga Selatan Kota Belopa