SKRIPSI
GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA PERALATAN
MAKAN ANAK DI TK TERATAI UNM
MAKASSAR TAHUN 2017
NIRWANA PERMATASARI
K111 13 058
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
ii
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Lingkungan
Skripsi, November 2017
Nirwana Permatasari “ Gambaran Kontaminasi Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar Tahun 2017 “ (x + 67 Halaman + 5 Tabel + 9 Lampiran)
Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang terdapat di banyak
tempat salah satunya pada peralatan makan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebersihan perorangan guru saat menyiapkan makanan bagi anak, mengetahui gambaran keberadaan bakteri, dan mengetahui jenis bakteri yang terdapat pada peralatan makan anak di TK Teratai UNM Makassar tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Accidental Sampling sebanyak 21 sampel. Peralatan makan yang dijadikan sampel adalah piring, sendok, dan gelas yang terlebih dahulu disiapkan oleh guru sebelum digunakan oleh anak untuk makan. Sampel peralatan makan diambil dengan metode swab (mengusap permukaan peralatan makan), kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diperiksa. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara deskriptif.
Hasil analisis menunjukkan 20 dari 21 sampel peralatan makan anak mengandung bakteri Gram Positif dan Gram negatif. Jenis bakteri yang tumbuh pada peralatan makan anak yang diteliti adalah Bacillus sp, Klebsiella sp, Enterobacter eglomerance, Acinetobacter calcoaceticus, Proteus vulgaris, Providencia alkalifaciens, dan Enterobacter hafniae.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bakteri ditemukan hampir pada semua jenis peralatan makan anak yang dijadikan sebagai sampel. Perilaku penanganan peralatan makan serta pengetahuan kebersihan perorangan guru masih perlu ditingkatkan.
Kata Kunci : Bakteri, Peralatan Makan Anak Daftar Pustaka : 66 (1999 – 2017)
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Gambaran Kontaminasi Bakteri pada Peralatan Makan
Anak di TK Teratai UNM Makassar tahun 2017”.
Penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga saya ucapkan kepada
kedua orang tua saya Bapak Suparman S.H dan Ibu Suryani, kedua saudara saya
Dian Permatasari dan Chantika Permatasari, dan seluruh keluarga. Terima kasih
atas bantuan, dorongan, dan doa yang tak berujung, pengertian, nasehat yang tiada
henti dan pengorbanan tiada akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
Dengan tidak melupakan uluran tangan dan bantuan yang telah Penulis
peroleh dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bentuk
bantuan baik materi maupun moril, kepada :
1. Bapak dr. Makmur Selomo, MS dan Bapak Syamsuar Manyullei S.KM.,
M.Kes.,M.Sc.PH sebagai dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan
tenaga dan pikirannya, meluangkan waktunya yang begitu berharga untuk
memberi bimbingan dan pengarahan dengan baik, dan memberikan dukungan
serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas kemudahan
birokrasi serta administrasi selama penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Rahma S.KM., M.Sc(PHC) selaku penasehat akademik selama penulis
mengikuti pendidikan.
iv
4. Bapak Anwar Mallongi S.KM., M.Sc., Ph. D selaku ketua Departemen
Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.
5. Bapak Muh. Fajaruddin Natsir S.KM., M.Kes, Bapak dr. Mukhsen Sarake,
MS, dan Bapak Muhammad Rachmat, S.KM., M.Kes sebagai dosen penguji
yang telah meluangkan waktunya dan banyak memberi masukan, kritikan,
serta arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, terkhusus kepada
seluruh dosen Departemen Kesehatan Lingkungan, yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
7. Seluruh staf pegawai FKM Unhas atas segala arahan dan bantuan yang
diberikan selama penulis mengikuti pendidikan terkhusus kepada staf jurusan
Kesehatan Lingkungan, Kak Mira dan Kak Tika, atas segala bantuannya
selama ini.
8. Kepala sekolah TK Teratai UNM beserta seluruh guru yang telah memberikan
kesempatan, meluangkan waktunya sebagai responden penelitian, serta
memberikan banyak bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.
9. Bapak Markus sebagai pembimbing di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, terima kasih untuk kesediaan dan
kesabarannya meluangkan waktu membantu pemeriksaan sampel peralatan
makan anak serta memberikan banyak pengetahuan baru tentang cara bekerja
di Laboratorium yang baik.
v
10. Sahabat-sahabat yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang selalu
memberikan semangat, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
11. Mugfira Mayangsari Putri S.KM satu dari sekian sahabat yang paling setia
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk saya dalam proses
penyusunan skripsi ini.
12. Teman-teman PBL Desa Kassi-Kassi Kecamatan Rumbia Kabupaten
Jeneponto atas segala kenangan dan pengalaman yang tidak akan terlupakan.
13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 REMPONG Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu. Semoga kebersamaan kita menjadi kenangan dan pelajaran yang tidak
akan terlupakan.
14. Teman berbagi suka duka, M. Nur Ichsan. Terima kasih untuk selalu ada dan
memberi dukungan moril maupun materil kepada penulis agar tetap semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang telah
membaca skripsi ini untuk penyempurnaannya. Akhir kata, tiada yang patut
penulis ucapkan selain doa semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan ridho dan
berkah-Nya atas amalan kita di dunia dan di akhirat. Aamiin.
Makassar, November 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN ....................................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
A. Tinjauan Pustaka tentang Bakteri pada Makanan ....................................... 7
B. Tinjauan Pustaka tentang Kebersihan Perorangan .................................... 12
C. Tinjauan Pustaka tentang Alat Makan...................................................... 16
D. Tinjauan Pustaka tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ............... 20
E. Kerangka Teori ....................................................................................... 22
BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................... 23
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................................................... 23
B. Kerangka Konsep .................................................................................... 24
C. Definisi Operasional ................................................................................ 25
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 28
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 28
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................... 28
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 28
D. Prosedur Pengambilan Sampel ................................................................ 29
E. Pemeriksaan Sampel Usap Alat ............................................................... 32
F. Cara Pengumpulan Data .......................................................................... 37
G. Analisis Data ........................................................................................... 38
vii
H. Pengolahan dan Penyajian Data ............................................................... 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 39
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 39
B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 39
C. Pembahasan ............................................................................................ 46
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 59
BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 60
A. Kesimpulan ............................................................................................. 60
B. Saran ....................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bacillus Cereus ................................................................................. 8
Gambar 2.2 Campylobacter Jejuni ....................................................................... 9
Gambar 2.3 Escherchia coli ............................................................................... 10
Gambar 2.4 Staphylococcus aereus .................................................................... 11
Gambar 2.5 Vibrio cholera ................................................................................. 12
Gambar 2.6 Lima Langkah Cuci Tangan ............................................................ 15
Gambar 2.7 Kerangka Teori ............................................................................... 22
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 24
Gambar 4. 1 Jenis Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar .......... 30
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Sampel Peralatan Makan Anak berdasarkan Hasil
Observasi Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar .. 30
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Guru tentang Kebersihan Perorangan di TK Teratai UNM Makassar .................................... 41
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Penanganan Peralatan Makan Anak
oleh Guru di TK Teratai UNM Makassar ....................................... 42
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Keberadaan Bakteri pada Peralatan Makan
Anak di TK Teratai UNM Makassar ............................................. 43
Tabel 5.4 Distribusi Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK Teratai
UNM Makassar ............................................................................. 44
Tabel 5.5 Distribusi Jumlah Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK
Teratai UNM Makassar Tahun 2017 ............................................. 45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Lembar Observasi TK Teratai UNM Makassar
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Kepala Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi
Selatan
Lampiran 5 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di TK Teratai
UNM Makassar
Lampiran 6 Daftar Hadir selama Penelitian di TK Teratai UNM
Makassar
Lampiran 7 Surat Keterangan telah Melakukan Pemeriksaan Sampel
Bakteri pada Peralatan Makan Anak di Bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 9 Biodata
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengamanan makanan dan minuman adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah makanan dan minuman dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia, dan benda lain. Pengamanan makanan dan minuman
dilakukan oleh setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
kegiatan rantai pangan yang meliputi proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, serta peredaran makanan dan minuman (Pemerintah RI, 2004).
Setiap makanan dan minuman yang akan diedarkan harus memenuhi syarat
higiene sanitasi makanan. Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan (Menteri Kesehatan RI,
2003a).
Higiene sanitasi makanan merupakan hal yang penting dalam
menentukan kualitas makanan dimana E. coli sebagai salah satu indikator
terjadinya pencemaran makanan yang dapat menyebabkan penyakit akibat
makanan (food borne diseases). Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya
adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup sebagai flora normal pada usus
manusia. Makanan yang telah dicemari oleh bakteri setelah dikonsumsi
biasanya menimbulkan gejala-gejala seperti muntah-muntah, demam, dan
sakit perut. Gejala terjadi 4 - 12 jam yang memberi efek langsung pada lapisan
usus dan menyebabkan peradangan (Yunus, 2015).
2
Keadaan higiene makanan dan minuman di warung/ tempat makan
salah satunya dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan yang
dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman (Cahyaningsih
dkk., 2012). Tindakan yang tidak higiene pada peralatan makan akan memberi
peluang bagi mikroorganisme untuk dapat bertahan hidup dan akan
mengalami pertumbuhan yang semakin meningkat (Reski dkk., 2014).
Peralatan makan yang tidak bersih akan mengakibatkan terjadinya penyakit
akibat kontaminasi bakteri sehingga dapat menimbulkan terjadinya penyakit
seperti diare yang sering menyerang anak-anak (Bobihu, 2012).
Makanan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi oleh anak-anak
diantaranya disebabkan oleh penanganan makanan yang tidak dilakukan
dengan memerhatikan syarat-syarat kebersihan, alat-alat yang digunakan
untuk menyiapkan, mengolah, memasak, dan menyajikan makanan tidak
bersih, dan makanan didiamkan terlalu lama di lingkungan yang suhunya
memungkinkan berbagai mikroorganisme berkembang biak seperti bakteri
(Ariyani & Anwar, 2007). Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang
terdapat di banyak tempat, seperti tanah, debu, udara, air, makanan ataupun
permukaan jaringan tubuh. Keberadaan mikroorganisme tersebut ada yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia tetapi ada pula yang merugikan dan dapat
menimbulkan berbagai penyakit infeksi (BC Centre for Disease Control,
2009).
Kondisi lingkungan dan penanganan makanan yang kurang maksimal
mengakibatkan tumbuhnya bakteri patogen yang dapat membahayakan
3
kondisi kesehatan. Penelitian mengenai kontaminasi bakteri patogen pada
makanan dan minuman di daerah perkantoran di Jakarta menunjukkan bahwa
tingkat kontaminasi bakteri patogen pada makanan dan minuman sebesar
30%, jenis bakteri kontaminan yang ditemukan adalah Bacillus cereus, E.coli,
dan Staphilococcus aureus. Kontaminasi bakteri patogen dipengaruhi oleh
jenis makanan/ minuman, cara pengolahan, dan sumber/ media kontaminasi
berupa penjamah makanan. Bakteri Bacillus cereus dan Staphilococcus aureus
ditemukan pada peralatan makan dan E. coli pada air pencucian (Sunarno
dkk., 2012).
Anak-anak terutama anak usia dini sangat rentan terhadap penyakit
infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme tertentu seperti bakteri. Salah
satu lingkungan yang cukup berpengaruh terhadap kesehatan anak adalah
lingkungan sekolah yang menyelenggarakan pendidikan di luar rumah untuk
anak usia dini seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-
Kanak (TK). Anak usia dini menghabiskan hampir setiap waktunya dengan
banyak kegiatan seperti bermain dan belajar yang membuat anak lebih
berisiko terkena penyakit di antaranya adalah sakit perut, diare, mual muntah,
dan demam (Martani, 2012; BC Centre for Disease Control, 2009).
Proses penyajian makanan dan keadaan alat makan yang digunakan
dapat mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan (Fadhila dkk., 2015).
Makanan yang disajikan bukan hanya harus bergizi dan bentuknya menarik
tetapi juga harus memerhatikan syarat higiene sanitasi makanan. Makanan
yang saniter apabila diletakkan pada alat makan yang terkontaminasi
4
mikroorganisme maka makanan yang diletakkan akan terkontaminasi juga
(Tumelap, 2011), selain faktor peralatan makan, faktor lain yang dapat
menjadi penyebab terjadinya kontaminasi pada makanan adalah pengetahuan
penjamah makanan dan perilaku higiene penjamah makanan (Malah dkk.,
2015).
Penelitian kualitas bakteriologis pada peralatan makan yang dilakukan
pada 2 rumah makan di Kota Makassar yaitu rumah makan MR dan MJ
berdasarkan waktu pemeriksaan pagi dan sore hari menyatakan bahwa pada
rumah makan MR didapatkan 1887 jumlah koloni kuman pada piring makan,
185 koloni kuman pada sendok, 837 koloni kuman pada gelas, 535 koloni
kuman pada garpu, dan 1035 koloni kuman pada mangkok. Pada rumah
makan MJ didapatkan 1207 koloni kuman pada piring, 2470 koloni kuman
pada sendok, 1624 koloni kuman pada gelas, 2032 koloni kuman pada garpu,
dan 557 koloni kuman pada mangkok (Haderiah dkk., 2016). Banyaknya
jumlah kuman yang terdapat pada peralatan makan dapat disebabkan oleh
kontaminasi saat pencucian, kontaminasi lap yang digunakan berulang-ulang
pada saat tahap pengeringan, kontaminasi tempat penyimpanan yang lembab
dan tidak terlindung dari vektor pengganggu (Fadhila dkk., 2015).
Data dari Dinas Pendidikan Kota Makassar mengenai jumlah sekolah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Makassar tahun 2015
menyebutkan bahwa Kecamatan Rappocini adalah salah satu kecamatan yang
memiliki banyak PAUD dengan jumlah sebanyak 31 PAUD dan jumlah
peserta didik keseluruhan sebanyak 226 siswa.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, adapun
yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kebersihan perorangan guru saat menyiapkan
makanan bagi anak di PAUD Makassar ?
2. Bagaimana gambaran keberadaan bakteri pada peralatan makan anak di
PAUD Makassar ?
3. Bagaimana gambaran jenis bakteri yang terdapat pada peralatan makan
anak di PAUD Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran kontaminasi bakteri pada peralatan makan
anak dan kebersihan perorangan guru saat menyiapkan makanan bagi anak
dengan keberadaan bakteri yang terdapat pada peralatan makan anak di
PAUD Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kebersihan perorangan guru saat menyiapkan
makanan bagi anak terhadap keberadaan bakteri yang terdapat pada
peralatan makan anak di PAUD Makassar.
b. Mengetahui gambaran keberadaan bakteri yang terdapat pada peralatan
makan anak di PAUD Makassar.
c. Mengetahui gambaran jenis bakteri yang terdapat pada peralatan makan
anak di PAUD Makassar.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan menjadi bahan tambahan informasi serta menjadi
referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya.
2. Manfaat Institusi
Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang
dapat berguna untuk pihak sekolah yang bersangkutan dan menjadi
referensi ataupun tolak ukur yang ilmiah bagi institusi dalam upaya untuk
meningkatkan kesehatan dengan cara menerapkan kebersihan perorangan.
3. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menambah dan memperluas wawasan peneliti
serta mengasah keterampilan analisis peneliti dan sebagai salah satu cara
untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh di bangku kuliah.
4. Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
masyarakat bahwa bakteri ada di mana-mana bahkan di peralatan makan
sekalipun.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka tentang Bakteri pada Makanan
Bakteri adalah domain yang terdiri dari mahluk hidup yang tidak
memiliki membran inti (prokariota). Bakteri memiliki ciri-ciri antara lain tidak
memiliki organel membran, memiliki dinding sel peptidoglikan, dan materi
asam nukleatnya berupa plasmid (Bata, 2012). Bakteri memiliki ukuran yang
sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Micron (µm)
merupakan ukuran untuk menyelidiki bakteri dalam pemeriksaan
mikrobiologis (Gould & Brooker, 2003).
Sekitar 50% bakteri bersifat patogenik (mampu menimbulkan
penyakit). Bakteri hidup di mana-mana. Sebagian besar adalah saprofit
(organisme yang hidup dari bahan organik mati) yang terdapat di tanah dan
air. Bakteri berperan penting menguraikan molekul organik kompleks dari
hewan dan tumbuhan yang telah mati menjadi molekul-molekul organik
sederhana. Molekul ini mengalami daur ulang selama metabolisme oleh
organisme hidup (Gould & Brooker, 2003).
Bakteri juga merupakan mikroorganisme utama yang terdapat dalam
pangan, tidak hanya jenisnya yang beragam, tetapi juga laju pertumbuhannya
yang cepat dan mampu memanfaatkan nutrisi pangan, dapat tumbuh pada
kisaran suhu luas, aerobiosis, pH, dan aktivitas air, serta mampu tumbuh sama
baiknya pada kondisi ekstrem seperti spora yang dapat bertahan hidup pada
suhu tinggi (Sopandi, 2014), adapun bakteri yang berada pada makanan akibat
8
dari hasil kontaminasi bahan makanan, orang, tempat, maupun peralatan
makan antara lain :
1. Bacillus cereus
Bacillus cereus ialah bakteri berbentuk batang yang berspora dan
bersifat Gram positif, selnya berukuran besar dibandingkan dengan bakteri
lainnya serta tumbuh secara aerob fakultatif. Bacillus cereus dapat
menyebabkan dua tipe penyakit, yaitu diare dan muntah. Gejala penyakit
diare yang ditimbulkan yaitu buang air besar encer, perut kejang-kejang
dan sakit selama 6 – 15 jam setelah mengonsumsi makanan yang tercemar,
disertai mual namun jarang terjadi muntah. Gejala penyakit muntah
biasanya ditandai dengan mual yang terjadi setelah mengonsumsi makanan
tercemar dan biasanya berlangsung kurang dari 24 jam, kadang-kadang
disertai kejang perut dan diare (SNI, 2009).
Sumber : (Al-Baqer & Badour, 2005) Gambar 2.1 Bacillus Cereus
9
2. Campylobacter jejuni
Campylobacter jejuni adalah bakteri yang berbentuk batang
lengkung, non-spora, Gram negatif mikroaerofilik, dan motil. Bakteri ini
pada umumnya ditemukan di kotoran hewan dan tumbuh pada suhu 37 –
42 ºC. Campylobacteriosis biasanya menyebabkan infeksi intestinal akibat
mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan Campylobacter
jejuni. Gejala yang timbul akibat penyakit ini adalah berupa sakit kepala,
demam, gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut,
dan diare yang disertai dengan darah bahkan menyerang otot dan
menimbulkan nyeri otot (Angeliya & Kurdiwa, 2013).
Sumber: (Altekruse dkk., 1999) Gambar 2.2 Campylobacter Jejuni
3. Escherchia coli
Escherchia coli merupakan bakteri Gram negatif. Bakteri ini
merupakan salah satu dari famili Enterobacteriaceae. E. coli selalu ada
dalam saluran pencernaan hewan dan manusia karena secara alamiah E.
coli merupakan salah satu penghuni tubuh. Penyebaran E. coli dapat
terjadi dengan cara kontak langsung (bersentuhan, berjabatan tangan, dan
10
sebagainya) kemudian diteruskan melalui mulut, akan tetapi E.coli pun
dapat ditemukan tersebar di alam sekitar kita. Penyebaran secara pasif
dapat terjadi melalui makanan atau minuman (Melliawati, 2015).
Keracunan makanan yang disebabkan oleh E .coli enteropatogenik
biasanya disebabkan oleh konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi
oleh E. coli dalam jumlah banyak (Arlita, 2014).
E. coli merupakan mikroorganisme yang dipakai sebagai indikator
untuk menguji adanya pencemaran air oleh tinja, selain sebagai penghuni
tubuh (di dalam usus besar) E. coli juga menghasilkan kolisin yang dapat
melindungi saluran pencernaan dari bakteri patogenik. E. coli akan
menjadi patogen bila pindah dari habitatnya yang normal ke bagian yang
lain di dalam inang, misalnya bila E. coli di dalam usus masuk ke dalam
saluran kandung kemih kelamin dan menyebabkan sistitis. Sistitis adalah
suatu peradangan pada selaput lendir kandung kemih. Gejala utamanya
yaitu meningkatnya frekuensi berkemih, nyeri saat berkemih, dan kadang-
kadang ada darah dalam air kemih (Melliawati, 2015).
Sumber : (Goodsell, 2009) Gambar 2.3 Escherchia coli
11
4. Staphylococcus aereus
Staphylococcus aereus merupakan salah satu bakteri penyebab
penyakit bawaan makanan yang dapat mengontaminasi daging ayam.
Kontaminasi bakteri dapat berasal dari lingkungan maupun infeksi bakteri
saat ayam masih hidup. Salah satu kendala dalam pengobatan penyakit
akibat infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini adalah resistensi bakteri
terhadap sejumlah antibiotik (Salamena, 2015).
Sumber : (Wistreich, 2011) Gambar 2.4 Staphylococcus aereus
5. Vibrio cholerae
Vibrio cholerae merupakan bakteri berbentuk batang bengkok,
Gram negatif, tidak berspora, hidup secara aerob atau anaerob fakultatif,
suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah pada suhu 18 - 37ºC.
(Kharirie, 2013). Vibrio cholerae juga merupakan salah satu mikroba
penyebab penyakit yang sering ditemukan pada makanan (Siagian, 2002).
Bila bakteri ini mencemari makanan dan terkonsumsi dalam jumlah
tertentu maka dapat menyebabkan penyakit kolera. Dampak langsung
12
bakteri patogen ini adalah terjadinya gangguan kesehatan pada inangnya
atau bahkan dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan kematian
(Widyastana dkk., 2015).
Sumber : (Pope, 2007) Gambar 2.5 Vibrio cholera
B. Tinjauan Pustaka tentang Kebersihan Perorangan
Kebersihan perorangan adalah upaya yang dilakukan oleh individu
untuk menjaga kebersihan pribadinya agar terhindar dari penyakit. Kebersihan
perorangan perlu untuk diimplementasikan atau diaplikasikan pada diri pribadi
serta keluarga agar terhindar dari penyakit dan produktivitas diri kita baik
(Ahmad & Ibnu, 2013). Apabila perilaku kebersihan perorangan baik, maka
hal ini akan meminimalkan pintu masuk bagi mikroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit pada orang tersebut dan sebaliknya (Wulandari, 2014).
1. Faktor-faktor kebersihan perorangan
Tiap orang biasanya melakukan praktik kebersihan perorangan
dengan cara yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
kebersihan perorangan antara lain (Rendy, 2010) :
13
a. Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang digunakan.
b. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya kebersihan perorangan dan
dampaknya bagi kesehatan mempengaruhi praktik kebersihan
perorangan. Pengetahuan juga bisa memotivasi untuk memelihara
kebersihan perorangan. Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau
kondisi mendorong seseorang untuk meningkatkan praktik kebersihan
perorangannya.
c. Budaya
Orang dari latar belakang budaya yang berbeda akan mengikuti praktik
kebersihan perorangan yang berbeda. Kepercayaan kebudayaan
seseorang dan nilai pribadi yang dimiliki akan mempengaruhi praktik
kebersihan perorangan yang dilakukannya.
d. Kesenangan pribadi
Setiap orang memiliki keinginan dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Setiap orang akan
memilih produk yang berbeda menurut pilihan dan kebutuhan
pribadinya, juga memiliki pilihan mengenai bagaimana melakukan
praktik kebersihan perorangan.
14
2. Jenis-jenis kebersihan perorangan
Jenis-jenis dari kebersihan perorangan, beberapa diantaranya
meliputi :
a. Kebersihan kulit
Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling
pertama memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit
sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari
kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup
sehari-hari (Sajida dkk., 2013).
b. Kebersihan tangan
Tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling sering
berhubungan dengan mulut dan hidung secara langsung sehingga
tangan merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman
penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh manusia (Faridawati, 2014).
Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya
pencegahan penyakit. Hal ini dikarenakan tangan merupakan pembawa
kuman penyebab penyakit. Risiko penularan penyakit dapat berkurang
dengan adanya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti
cuci tangan dengan sabun pada waktu penting (Purnomo &
Susilaningsih, 2016).
Cuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan
sesudah makan, sesudah buang air besar maupun kecil, sebelum
memegang bayi, sebelum menyiapkan makanan, setelah batuk atau
15
bersin, dan kegiatan lain yang mencemari tangan (Faridawati, 2014).
Langkah yang tepat dalam mencuci tangan menurut (Menteri
Kesehatan RI, 2014) adalah sebagai berikut :
1. Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.
2. Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu
gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai
semua permukaan terkena busa sabun.
3. Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.
4. Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan
sampai sisa sabun hilang.
5. Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih,
atau kertas tissu, atau mengibas-ngibas kedua tangan sampai
kering.
Sumber : (Menteri Kesehatan RI, 2014) Gambar 2.6 Lima Langkah Cuci Tangan
16
c. Kebersihan Rambut
Rambut adalah bagian tubuh yang harus dijaga kebersihannya.
Rambut mempunyai fungsi perlindungan dari panas dan proteksi
kepala. Menjaga kebersihan rambut dengan mencuci rambut secara
teratur harus dilakukan paling sedikit dua kali dalam seminggu atau
setiap rambut kotor dengan air bersih dan menggunakan shampoo
pencuci rambut. Rambut yang bersih akan terbebas dari kuman, kutu,
dan ketombe (Putra, 2013).
C. Tinjauan Pustaka tentang Alat Makan
Salah satu faktor penyebab higiene atau tidaknya suatu makanan ialah
terletak pada kualitas dan kebersihan peralatan yang digunakan baik dalam
pengolahan bahan makanan maupun digunakan untuk penyajian kepada
konsumen (Tumelap, 2011). Kebersihan peralatan makan yang kurang baik
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan penyebaran
kuman penyakit dan keracunan, untuk itu peralatan makan haruslah dijaga
terus kebersihannya supaya terhindar dari kontaminasi kuman patogen salah
satunya yaitu E. coli serta zat pencemar lainnya (Pohan, 2009).
Kebersihan alat makan merupakan bagian yang sangat penting dan
berpengaruh terhadap kualitas makanan dan minuman. Alat makan yang tidak
dicuci dengan bersih dapat menyebabkan organisme atau bibit penyakit yang
tertinggal akan berkembang biak dan mencemari makanan yang akan
diletakkan di atasnya. Semua peralatan makanan yang mempunyai peluang
bersentuhan dengan makanan harus selalu dijaga dalam keadaan bersih dan
17
tidak ada sisa makanan yang tertinggal pada bagian-bagian alat makan
tersebut. Apabila hal tersebut dibiarkan, akan memberi kesempatan kuman
yang tidak dikehendaki untuk berkembang biak dan membusukkan makanan
(Tumelap, 2011).
1. Persyaratan Peralatan Makan
Persyaratan peralatan makan menurut (Menteri Kesehatan RI, 2003b)
yaitu:
a. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh
mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga
membahayakan kesehatan, antara lain :
1) Timah (Pb)
2) Arsenikum (As)
3) Tembaga (Cu)
4) Seng (Zn)
5) Cadmium (Cd)
6) Antimony (Sb)
b. Peralatan tidak rusak, patah, retak, dan tidak menimbulkan
pencemaran terhadap makanan.
c. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada
sudut mati, rata, halus, dan mudah dibersihkan.
d. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
e. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap
disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi
18
ambang batas (100 koloni per cm2) dan tidak boleh mengandung E.
coli per cm2 permukaan air.
f. Cara pencucian harus memenuhi ketentuan :
1) Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/ detergen, air
dingin, dan air panas sampai bersih.
2) Dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm
atau iodphor 12,5 ppm dan air panas 80ºC selama 2 menit.
g. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan. Peralatan yang
sudah didisinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai
kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/
mesin dan tidak boleh dilap dengan kain.
h. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :
1) Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan
dalam keadaan kering dan bersih.
2) Cangkir, mangkok, gelas, dan sejenisnya cara penyimpanannya
harus dibalik.
3) Rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata, dan tidak
aus atau rusak.
4) Laci penyimpanan peralatan terjaga kebersihannya.
5) Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab dan terlindung dari
sumber pengotoran/ kontaminasi dari binatang perusak.
19
2. Pencucian Peralatan Makan
Proses pencucian peralatan makan yang baik dan benar meliputi
(Menteri Kesehatan RI, 2011) :
a. Tersedia tempat pencucian peralatan jika memungkinkan terpisah dari
tempat pencucian bahan pangan.
b. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/ detergen.
c. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan mentah
harus dicuci dengan menggunakan larutan Kalium Permanganat
(KMnO4) dengan konsentrasi 0,02% selama 2 menit atau dicelupkan
ke dalam air mendidih (suhu 80ºC - 100ºC) selama 1 – 5 detik.
d. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam
tempat yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus, dan hewan
lainnya.
Proses pencucian peralatan makan perlu memerhatikan sumber air
yang digunakan untuk mencuci. Peralatan makan yang telah dicuci tidak boleh
tersentuh tangan pada bagian yang digunakan untuk meletakkan makanan atau
pada bagian di mana mulut menempel karena tindakan tersebut
memungkinkan terjadinya kontaminasi silang pada alat makan dan akan
meningkatkan jumlah bakteri (Arisitin dkk., 2014), selain itu kontaminasi
dapat bersumber dari air yang digunakan untuk mencuci.
Penelitian yang dilakukan terhadap pemantauan kualitas makanan di
kampus UI Depok menyatakan bahwa pada proses pencucian peralatan makan
secara umum didapat dua perbedaan utama. Pertama, para pedagang
20
memisahkan kotoran/ sisa-sisa makanan dan menampungnya dalam kantong
plastik sampah, selanjutnya peralatan makan tersebut langsung dibilas dengan
air dan dicuci dengan menggunakan sabun cuci dan dibilas kembali dengan air
bersih. Kedua, yaitu dengan menumpuk peralatan makan yang kotor dalam
ember yang berisi air untuk beberapa saat sampai hampir penuh, selanjutnya
dicuci dengan menggunakan sabun dan dibilas dengan air bersih yang ada di
dalam ember. Baik proses pencucian pertama maupun yang kedua sama-sama
mempunyai kerentanan yang cukup besar terhadap kontaminasi kuman pada
peralatan makan yang digunakan (Susanna & Hartono, 2003).
Kontaminasi juga dapat disebabkan oleh pengetahuan penjamah
makanan. Pengetahuan penjamah makanan yang kurang mengenai higiene dan
sanitasi peralatan makan membuat penjamah makanan tidak melakukan
praktiknya dengan benar. Higiene sanitasi peralatan makan yang dimaksud
meliputi cara pencucian peralatan makan, penggunaan sumber air, serta
pengeringan dan penyimpanan peralatan makan (Kusumadewi & Hermawati,
2014).
D. Tinjauan Pustaka tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini dapat
21
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal
(Presiden RI, 2003).
PAUD yang baik adalah PAUD yang memiliki sarana dan prasarana
yang mendukung bagi penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan. Secara
kualitas, sarana dan prasarana tersebut harus aman digunakan oleh anak,
sedangkan secara kuantitas, sarana prasarana yang ada harus disesuaikan
dengan jumlah anak yang mengikuti kegiatan PAUD, adapun persyaratan
sarana dan prasarana PAUD adalah sebagai berikut (Kustiasari, 2011) :
1. Persyaratan sarana dan prasarana pada PAUD formal :
a. Luas lahan minimal 300 m2.
b. Memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3 m2 per anak, ruang guru,
ruang kepala sekolah, UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang
lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak.
c. Memiliki alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, dan pabrik.
d. Memiliki fasilitas permainan baik di dalam maupun di luar ruangan
yang dapat mengembangkan berbagai konsep.
e. Memiliki peralatan pendukung keaksaraan.
2. Persyaratan sarana dan prasarana pada PAUD non-formal :
a. Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis
layanan, jumah anak, dan kelompok usia yang dilayani dengan luas
minimal 3 m2 per anak.
b. Minimal memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk melakukan
aktivitas anak yang terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, kamar
22
mandi/ jamban yang dapat digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/
BAB dengan air yang bersih dan cukup.
c. Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak,
dan kelompok usia yang dilayani.
d. Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang
dapat mengembangkan berbagai konsep.
E. Kerangka Teori
Gambar 2.7 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Sumantri (2010), Tumelap (2011), dan Malah (2015)
Peralatan Makan
Guru
Keberadaan Bakteri
pada Makanan
Faktor
Pengetahuan
Faktor
Perilaku
Kebersihan
Perorangan
Cuci
Tangan
Membersihkan
Peralatan Makan
23
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis mencoba
menguraikan dasar pemikiran terhadap variabel yang akan diteliti. Bakteri
pada umumnya terbagi atas dua, yaitu bakteri patogen atau tidak patogen.
Bakteri hidup di alam bebas dan sangat mudah untuk berpindah. Perpindahan
itu menyebabkan bakteri bisa dengan mudah menempel pada benda hidup
maupun benda mati. Peralatan makan merupakan salah satu benda yang paling
rentan terhadap kontaminasi bakteri.
Peralatan makan yang terkontaminansi oleh bakteri akan mudah
menyebabkan penyakit pada anak, seperti diare. Diare adalah salah satu
penyakit yang paling banyak menyerang dan menyebabkan kematian pada
anak usia balita. Peralatan makan merupakan sesuatu yang tidak bisa
dipisahkan dari anak dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai penyakit yang timbul akibat adanya kontaminasi dari bakteri
mendorong setiap individu untuk melaksanakan praktik hidup sehat bagi
upaya pencegahan. Praktik hidup sehat yang dilakukan tentu saja harus
berdasarkan pada upaya menerapkan kebersihan perorangan guna menghindari
adanya kontaminasi bakteri dari media dan perantara lainnya, salah satunya
adalah peralatan makan anak, untuk itu penulis mencoba untuk mendapatkan
gambaran kontaminasi bakteri pada peralatan makan anak dan gambaran
24
kebersihan perorangan guru berdasarkan bakteri dan jenis bakteri pada
peralatan makan anak di salah satu PAUD di Makassar.
B. Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Perilaku Penanganan Peralatan Makan Anak : 1. Cara mencuci alat
makan
2. Cara mengeringkan alat makan
3. Cara menyimpan alat makan
4. Alat dan bahan membersihan peralatan makan
Keberadaan bakteri pada
peralatan makan
Jenis
bakteri
Kebersihan Perorangan Guru : 1. Cara mencuci tangan 2. Waktu mencuci tangan
3. Bahan mencuci tangan
Swab alat makan berupa
piring, sendok, gelas
25
C. Definisi Operasional
1. Kebersihan perorangan adalah upaya/ kegiatan yang dilakukan untuk
menjaga kebersihan diri agar terhindar dari penyakit. Kebersihan
perorangan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi cara mencuci
tangan, waktu mencuci tangan, dan bahan cuci tangan:
a. Cuci tangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan
guru tentang praktik cuci tangan dengan 5 langkah cuci tangan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2014)
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang diamati
dengan observasi selama seminggu di PAUD dan memberikan
pertanyaan terkait praktik cuci tangan melalui kuesioner kepada guru.
b. Waktu cuci tangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu
penting dilaksanakannya cuci tangan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia (2014) tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) yang diamati dengan observasi selama seminggu
di PAUD dan memberikan pertanyaan terkait waktu cuci tangan
(sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah buang air kecil/
besar, dan ditambah dengan sebelum menyiapkan makanan dan
peralatan makan) melalui kuesioner kepada guru.
c. Bahan cuci tangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah air
mengalir yang disertai dengan penggunaan sabun yang diamati dengan
observasi selama seminggu di PAUD dan memberikan pertanyaan
terkait bahan cuci tangan melalui kuesioner kepada guru.
26
2. Perilaku penanganan peralatan makan yang dimaksud dalam penelitian ini
meliputi cara mencuci peralatan makan, cara mengeringkan peralatan
makan, cara menyimpan peralatan makan, serta alat dan bahan untuk
membersihkan peralatan makan :
a. Cara mencuci peralatan makan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah bagaimana cara guru mencuci peralatan makan, apakah semua
peralatan makan dicuci dengan sabun dan dibilas dengan
menggunakan air mengalir.
b. Cara mengeringkan peralatan makan yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah bagaimana cara guru mengeringkan peralatan makan,
apakah dikeringkan dengan lap atau membiarkan peralatan makan
kering dengan sendirinya menggunakan bantuan sinar matahari.
c. Cara menyimpan peralatan makan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah di mana peralatan makan disimpan, apakah disimpan pada
tempat yang tertutup atau disimpan pada tempat terbuka, apakah
tempat penyimpanan peralatan makan menggunakan bahan yang anti
karat.
d. Alat dan bahan membersihkan peralatan makan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah alat dan bahan yang digunakan guru untuk
membersihkan peralatan makan anak.
3. Peralatan makan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gelas, sendok,
dan piring yang digunakan oleh anak di PAUD Makassar.
27
4. Keberadaan bakteri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ada atau
tidaknya bakteri yang ditemukan pada peralatan makan anak di PAUD
Makassar berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium menggunakan
metode swab.
5. Jenis bakteri dalam penelitian ini adalah adanya jenis bakteri Gram positif
dan atau Gram negatif. Bakteri ini tumbuh dan berkembang biak pada
media pertumbuhan bakteri, yaitu Nutrient agar dan MacConkey agar
setelah peralatan makan anak di PAUD Makassar dilakukan usap (swab).
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran atau
kejadian yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian deskriptif yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh
data faktual tentang gambaran kontaminasi bakteri pada peralatan makan anak
di salah satu sekolah PAUD di Kota Makassar yang akan dikumpulkan
melalui instrumen penelitian berupa lembar observasi, kuesioner, dan
pemeriksaan Laboratorium.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Teratai UNM Jl. Bonto Langkasa
(Pekarangan Pascasarjana UNM) Kecamatan Rappocini, Makassar dan
dilakukan pada tanggal 15 Mei – 28 Mei 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ ingin diteliti.
Populasi ini sering juga disebut universe. Anggota populasi dapat berupa
benda hidup maupun benda mati, di mana sifat-sifat yang ada padanya
dapat diukur atau diamati (Nasution, 2003). Populasi dalam penelitian ini
29
adalah semua peralatan makan siswa dan semua guru di TK Teratai UNM
Makassar.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian
(Nasution, 2003). Sampel pada penelitian ini adalah peralatan makan siswa
di TK Terpadu Teratai UNM Makassar yang dipilih berdasarkan kriteria
inklusi sebagai berikut :
a. Peralatan makan anak yang dijadikan sebagai sampel adalah peralatan
makan yang telah disediakan langsung oleh sekolah.
b. Peralatan makan anak yang dijadikan sebagai sampel adalah berupa
piring, sendok, dan gelas.
Berdasarkan hasil observasi dan pertimbangan peneliti terhadap
kriteria inklusi, maka sampel alat makan yang terpilih sebanyak 21 sampel
yang terdiri atas tujuh piring makan, tujuh sendok makan, dan tujuh gelas
minum. Pada penelitian ini juga mengambil guru anak di TK Teratai UNM
Makassar sebagai responden terkait pengetahuan kebersihan perorangan
guru sebanyak 12 orang.
D. Prosedur Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Accidental Sampling.
Pengambilan sampel secara accidental ini dilakukan dengan mengambil kasus
atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat atau keadaan
tertentu sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian
diawali dengan melakukan kegiatan observasi selama 6 hari kerja. Setelah
30
observasi dilakukan dilanjutkan dengan pengambilan sampel bakteri pada
peralatan makan anak di TK Teratai UNM Makassar dengan metode swab
(mengusap permukaan alat makan), dan memberikan kuesioner kepada guru.
Berikut jenis-jenis peralatan makan yang dijadikan sebagai sampel penelitian.
Tabel 4. 1 Jumlah Sampel Peralatan Makan Anak berdasarkan
Hasil Observasi Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar
Jenis Sampel Jumlah Sampel
Piring Makan Plastik 7 Gelas Minum Plastik 7
Sendok Makan Aluminium 7
Total 21 Sumber: Data Primer, 2017
Berikut beberapa gambar perwakilan dari jenis peralatan makan anak
yang diambil sebagai sampel untuk dilakukan pemeriksaan bakteri.
Sumber: Data Primer, 2017
Gambar 4. 1 Jenis Peralatan Makan Anak di TK
Teratai UNM Makassar
31
Adapun cara kerja dalam pengambilan sampel usap alat di lapangan
adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan sampel bakteri dilakukan dengan metode usap alat dengan
cara kerja sebagai berikut:
a. Alat
1) Cotton swab
2) Termos/ cool box
3) Tabung sekrup
b. Bahan
1) Alkohol 70%
2) Pembakar bunsen
3) Kapas
4) NaCl
5) Sampel peralatan makan anak
c. Prosedur Kerja
1) Siapkan termos yang telah berisi cotton swab, tabung sekrup, dan
alat tulis menulis yang diperlukan untuk mengambil sampel.
2) Siapkan catatan pada formulir pemeriksaan tentang lokasi yang
menjadi sasaran, alamat, dan tanggal pengambilan sampel.
3) Siapkan peralatan makan anak di PAUD dengan terlebih dahulu
mensterilkan tangan dengan alkohol 70%.
4) Siapkan pembakar bunsen.
32
5) Cotton swab kemudian dicelupkan ke dalam NaCl kemudian
diusapkan pada bagian depan, belakang, dalam, dan luar peralatan
makan anak sebanyak 3 kali.
6) Cotton swab yang telah digunakan untuk mengusap peralatan
makan anak tersebut dimasukkan ke tabung sekrup yang telah
berisi NaCl, disterilkan dengan pembakar bunsen lalu ditutup
dengan menggunakan kapas dan diberi label.
7) Sampel kemudian dimasukkan ke dalam termos. Sampel yang telah
dimasukkan ke dalam termos segera dibawa ke Laboratorium.
8) Sampel yang telah dibawa ke Laboratorium selanjutnya
dipindahkan ke dalam tabung sekrup yang berisi Brain Heart
Infusion Broth (BHIB) lalu diinkubasi selama 1 × 24 jam.
E. Pemeriksaan Sampel Usap Alat
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan di Laboratorium Bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin adalah metode
Total Plate Count (TPC) dengan menggunakan media Nutrient agar dan
MacConkey agar. Tahapan pemeriksaan bakteri adalah sebagai berikut :
1. Alat :
a. Autoclave
b. Bulb
c. Bunsen
d. Cawan petri
e. Erlenmeyer
33
f. Incubator
g. Ose
h. Pipet ukur
i. Rak tabung reaksi
j. Tabung reaksi
k. Tabung sekrup
l. Tabung ukur
2. Bahan :
a. Akuades
b. Alkohol
c. Nutrient agar
d. MacConkey agar
e. NaCl
f. Sampel peralatan makan anak yang telah diinkubasi
3. Prosedur kerja :
a. Tangan dan meja tempat kerja disterilkan dengan alkohol.
b. Sampel peralatan makan anak yang telah diinkubasi, kemudian diambil
sebanyak 1 bulb per sampel lalu digores dengan pola yang telah
ditentukan pada cawan petri yang telah diisi dengan Nutrient agar dan
cawan petri yang telah diisi dengan MacConkey agar.
c. Selanjutnya Nutrient agar dan MacConkey agar yang telah digores
dengan sampel peralatan makan diinkubasi lagi selama 1 × 24 jam.
34
4. Identifikasi bakteri dengan metode pewarnaan gram :
a. Alat
1) Pembakar bunsen + pemantik api
2) Ose
3) Object glass
4) Set tempat pewarnaan
5) Mikroskop
6) Pipet ukur
b. Bahan
1) NaCl
2) Air bersih untuk membilas
3) Cristal violet
4) Lugol
5) Alcohol 96%
6) Fuchsin alkali
7) Immersion oil
8) Kertas saring
c. Cawan petri yang telah diinkubasi dan positif menunjukkan
keberadaan bakteri dibuatkan preparat untuk pewarnaan Gram, dengan
cara sebagai berikut :
1) Nyalakan bunsen, untuk mensterilkan alat yang digunakan (ose dan
object glass).
35
2) Object glass dibersihkan dengan menggunakan tissue dan diberi
label, disterilkan pada bunsen.
3) Ambil masing-masing 1 loop ose NaCl dan letakkan pada object
glass (3 atau 4 bagian).
4) Sterilkan ose, ambil 1 gores bakteri yang terdapat pada cawan petri
kemudian diratakan pada object glass yang telah terdapat NaCl.
Lakukan sampai semua bakteri yang terdapat pada cawan petri
selesai diratakan pada object glass.
5) Fiksasi object glass pada bunsen sampai preparat kering.
6) Warnai preparat yang terdapat pada object glass dengan
menggunakan Cristal Violet hingga tertutup permukaan preparat
selama 2 - 3 menit, kemudian dibilas dengan air bersih yang
mengalir, dilanjutkan dengan lugol selama 20 detik, kemudian
dibilas dengan air bersih yang mengalir, dilanjutkan dengan
alcohol 96% hingga warnanya memudar, kemudian dibalas dengan
air bersih yang mengalir, dan terakhir dengan menggunakan
Fuchsin alkali selama 2 menit, kemudian dibilas lagi dengan air
bersih yang mengalir.
7) Dikeringkan di atas kertas saring, setelah kering siap dilihat
morfologi sel bakterinya dengan menggunakan mikroskop.
d. Melihat morfologi sel bakteri dan Gram menggunakan mikroskop
dengan cara :
1) Nyalakan mikroskop dengan pembesaran 1000×.
36
2) Tetesi object glass yang terdapat pada preparat dengan immersion
oil kemudian lihat morfologi bentuk sel bakteri yang terdapat pada
object glass tersebut.
5. Uji Biokimia
a. Alat
1) Ose
2) Pembakar bunsen dan pemantik api
3) Rak tabung reaksi
4) Tabung reaksi
b. Bahan
1) TSIA agar (Triple Sugar Iron Agar)
2) SIM agar (Sulfide, Indol, Motility)
3) MR-VP agar (Methyl red-Vogues Proskauer)
4) Citrat agar
5) Urea agar
6) Glukosa agar
7) Laktosa agar
8) Sukrosa agar
9) Manitol agar
10) Cawan petri yang telah ditumbuhi bakteri
c. Prosedur Uji Biokimia
1) Bakteri diambil menggunakan ose yang telah disterilkan dengan
bunsen kemudian ditusukkan dan digoreskan ke dalam TSIA
37
agar, ditusukkan lagi ke dalam SIM agar, digoyang-goyangkan
pada MRVP agar, digoreskan kembali pada citrat agar dan urea
agar.
2) Ambil lagi bakteri menggunakan ose kemudian goyang-
goyangkan secara berurutan pada glukosa agar, laktosa agar,
sukrosa agar, dan manitol agar.
3) Setelah selesai delapan agar ditata dalam rak tabung reaksi
kemudian diinkubasi di incubator selama 18 – 24 jam pada suhu
37ºC.
4) Setelah diinkubasi, amati perubahan yang terjadi pada
kesembilan agar dengan mencocokkan perubahan yang terjadi
pada tabel jenis bakteri kemudian tentukan jenis bakterinya.
F. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui hasil observasi dan pemeriksaan
langsung di Laboratorium dengan menggunakan instrument kuesioner
untuk mengetahui praktik kebersihan perorangan guru.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh peneliti dengan pencarian literatur dan
berkunjung ke instansi terkait yaitu Dinas Pendidikan Kota Makassar. Di
Dinas Pendidikan diminta data tentang jumlah PAUD di Makassar, jumlah
peserta didik setiap sekolah PAUD di Makassar, alamat PAUD di
Makassar, dan tahun berdirinya setiap PAUD di Makassar.
38
G. Analisis Data
Data yang terdapat dalam penelitian ini akan dianalisis secara
deskriptif untuk memperoleh gambaran kontaminasi jenis bakteri pada
peralatan makan anak di TK Teratai UNM Makassar.
H. Pengolahan dan Penyajian Data
Data dari hasil pembagian kuesioner serta hasil pemeriksaan bakteri
pada peralatan makan anak di TK Teratai UNM Makassar diolah dan disajikan
dalam bentuk tabel dan narasi.
39
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
TK Teratai UNM adalah tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
yang dikelola secara swakelola. TK Teratai UNM adalah binaan Dinas
Pendidikan Kota Makassar. TK Teratai UNM terletak di Jl. Bonto Langkasa
(Pekarangan Pascasarjana UNM) Kecamatan Rappocini, Makassar. TK
Teratai UNM menerima anak usia 2 sampai 6 tahun. Kelas di TK ini terbagi
atas kelompok KA (4 – 5 tahun), B1, B2, B3, B4, B5, B6 (5 – 6 tahun), dan
KB (3 tahun) dengan total siswa sebanyak 107 orang dengan 50 orang laki-
laki dan 57 perempuan.
B. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 15 – 28 Mei 2017 di TK Teratai
UNM. Observasi berlangsung selama enam hari dari tanggal 15 – 20 Mei
2017. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017. Sampel
peralatan makan diperiksa pada tanggal 23 – 28 Mei 2017 di Laboratorium
bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kontaminasi bakteri pada
peralatan makan anak dan gambaran pengetahuan dan praktik kebersihan
perorangan guru terkait peralatan makan anak. Dari penelitian ini diperoleh
hasil sebagai berikut :
40
1. Hasil Observasi di TK Teratai UNM Makassar
Observasi di PAUD ini dilakukan selama enam hari dari tanggal
15 – 20 Mei pukul 11.00 – 13.00 WITA. Observasi ini meliputi
pengamatan secara langsung mengenai bagaimana perilaku kebersihan
perorangan guru dan perilaku penanganan peralatan makan anak oleh
guru. Hasil observasi selama enam hari berturut-turut diketahui bahwa
guru di TK Teratai UNM Makassar mencuci tangan menggunakan air dan
sabun, sabun untuk cuci tangan tersedia setiap saat namun tidak tersedia
alat untuk mengeringkan tangan (lap, handuk, tissue) yang bersih.
Pada saat sebelum menyiapkan makanan untuk siswa, guru
mencuci tangan terlebih dahulu tapi guru tidak mencuci tangan sebelum
menyiapkan peralatan makan siswa, selain itu saat mencuci tangan guru
tidak mempraktikkan langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan
benar. Sebelum makan siswa dihimbau untuk mencuci tangan namun guru
tidak mendampingi siswa saat cuci tangan. Setelah peralatan makan selesai
digunakan, peralatan makan lalu dikumpulkan untuk segera dicuci.
Pencucian peralatan makan siswa dilakukan oleh guru dengan baik,
yaitu menggunakan air mengalir dan sabun khusus peralatan makan serta
spons yang layak pakai. Setelah selesai dicuci peralatan makan kemudian
dibiarkan kering sendiri. Setelah kering peralatan makan disimpan pada
rak besi yang tidak tertutup dan tidak anti karat. Peralatan makan yang
digunakan oleh siswa adalah piring, sendok, dan gelas.
41
2. Gambaran Pengetahuan Guru tentang Kebersihan Perorangan di TK
Teratai UNM Makassar
Berdasarkan hasil analisis praktik kebersihan perorangan guru di
TK Teratai UNM diperoleh distribusi frekuensi tentang cara mencuci
tangan, waktu mencuci tangan, dan bahan cuci tangan. Data tersebut
disajikan dalam tabel di 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Guru
tentang Kebersihan Perorangan di TK Teratai UNM Makassar
No. Pengetahuan Guru tentang Kebersihan
Perorangan n %
1. Mengetahui langkah mencuci tangan yang baik dan benar.
a. Ya 10 83,3 b. Tidak 2 16,7 Total 12 100,0
2. Mengetahui kapan seharusnya cuci tangan dilakukan.
a. Sebelum dan setelah melakukan suatu pekerjaan/aktivitas
10 83,3
b. Sebelum makan dan setelah makan 2 16,7 Total 12 100,0
3. Bahan cuci tangan. a. Air dan sabun biasa 3 25,0 b. Air dan sabun antiseptik 9 75,0 Total 12 100,0
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa hampir semua guru di
TK Teratai UNM telah mengetahui langkah cuci tangan yang baik dan
benar (83,3%), mengetahui kapan seharusnya cuci tangan dilakukan
(83,3%), dan bahan apa yang sebaiknya digunakan untuk mencuci tangan
(75,0%).
42
3. Gambaran Perilaku Penanganan Peralatan Makan Anak oleh Guru
di TK Teratai UNM Makassar
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penanganan peralatan
makan oleh guru di TK Teratai UNM adalah semua guru di TK mencuci
tangan sebelum menyiapkan makanan dan peralatan makan anak. Semua
guru mencuci peralatan makan menggunakan air mengalir yang disertai
penggunaan sabun khusus peralatan makan, dan menggosok semua
permukaan peralatan makan menggunakan spons cuci piring dan dibilas
sampai bersih. Data tentang penanganan peralatan makan anak terkait cara
mengeringkan peralatan makan siswa dan frekuinsi mengganti alat/ spons
cuci piring dengan yang baru disajikan dalam tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Penanganan Peralatan Makan
Anak oleh Guru di TK Teratai UNM Makassar
No. Perilaku Penanganan Peralatan Makan n %
1. Cara mengeringkan peralatan makan siswa.
a. Dikeringkan menggunakan lap bersih 7 58,3 b. Dikeringkan menggunakan tissue 2 16,7 c. Dibiarkan kering sendiri 3 25,0 Total 12 100,0
2. Menyimpan peralatan makan siswa pada tempat tertutup.
a. Ya 10 83,3 b. Tidak 2 16,7 Total 12 100,0
3. Frekuensi mengganti alat/spons cuci piring dengan yang baru.
a. 1 kali/ bulan 4 33,3 b. 2 kali/ bulan 4 33,3 c. Saat rusak 4 33,3 Total 12 100,0
Sumber: Data Primer, 2017
43
Berdasarkan tabel diketahui bahwa sebanyak 58,3% guru yang
menggunakan lap bersih untuk mengeringkan peralatan makan siswa,
16,7% yang menggunakan tissue, dan 25,0% yang membiarkan peralatan
makan kering sendiri setelah dicuci. Untuk penyimpanan peralatan makan
sebanyak 83,3% guru menyimpan peralatan makan pada rak piring yang
tertutup, sisanya 16,7% masih menyimpan peralatan makan pada tempat
yang tidak tertutup. Frekuensi mengganti alat/ spons cuci piring dengan
yang baru sebanyak 33,3% guru menjawab satu bulan sekali, 33,3% yang
menjawab dua bulan sekali, dan sisanya 33,3% yang menjawab jika alat/
spons cuci piring sudah rusak.
4. Gambaran Keberadaan Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK
Teratai UNM Makassar
Berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium Bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin diperoleh
gambaran keberadaan bakteri pada peralatan makan anak di TK Teratai
UNM yang menjadi sampel penelitian. Data tersebut disajikan dalam tabel
5.3.
Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Keberadaan Bakteri
pada Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar
Jenis Bakteri n %
Bakteri Gram (+) 2 10,0 Bakteri Gram (-) 18 90,0
Total 20 100,0
Sumber: Data Primer, 2017
44
Berdasarkan tabel diketahui ada dua jenis bakteri yang terdapat
pada peralatan makan anak yang menjadi sampel penelitian, yaitu bakteri
Gram positif (+) dan bakteri Gram negatif (-). Bakteri Gram (+) terdapat
pada 2 sampel peralatan makan dan bakteri Gram (-) terdapat pada 18
sampel peralatan makan.
5. Gambaran Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK Teratai
UNM Makassar
Berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium diperoleh jenis
bakteri pada peralatan makan anak di TK Teratai UNM yang menjadi
sampel penelitian. Data tersebut disajikan dalam tabel 5.4
Tabel 5. 4 Distribusi Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak
di TK Teratai UNM Makassar No. Jenis Peralatan Makan Jenis Bakteri 1. Piring 1 Klebsiella sp 2. Piring 2 Enterobacter eglomerance 3. Piring 3 Acinetobacter calcoaceticus
4. Piring 4 Acinetobacter calcoaceticus
5. Piring 5 Klebsiella sp 6. Piring 6 Enterobacter eglomerance 7. Piring 7 Enterobacter hafniae 8. Sendok 1 Klebsiella sp 9 Sendok 2 Proteus vulgaris
10. Sendok 3 Klebsiella sp 11. Sendok 4 Acinetobacter calcoaceticus 12. Sendok 5 Enterobacter eglomerance 13. Sendok 6 Enterobacter eglomerance 14. Sendok 7 Klebsiella sp 15. Gelas 1 Tidak tumbuh bakteri 16. Gelas 2 Klebsiella sp 17. Gelas 3 Bacillus sp 18. Gelas 4 Providencia alkalifaciens 19. Gelas 5 Klebsiella sp 20. Gelas 6 Bacillus sp 21. Gelas 7 Acinetobacter calcoaceticus
Sumber: Data Primer, 2017
45
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 21 sampel peralatan makan
yang diperiksa terdapat 1 sampel peralatan makan yang tidak ditumbuhi
oleh bakteri, 2 sampel yang ditumbuhi bakteri Gram (+), dan 18 sampel
yang ditumbuhi bakteri Gram (-).
6. Gambaran Jumlah Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK
Teratai UNM Makassar
Berdasarkan hasil analisis dan pemeriksaan di Laboratorium bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin diperoleh
gambaran jenis dan jumlah bakteri pada peralatan makan anak di TK
Teratai UNM yang menjadi sampel penelitian. Data tersebut disajikan
dalam tabel 5.5.
Tabel 5. 5 Distribusi Jumlah Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak
di TK Teratai UNM Makassar Tahun 2017
No. Jenis Bakteri n %
1. Media Nutrient agar a. Bacillus sp 2 10,0
2. Media MacConkey agar
a. Klebsiella sp 7 35,0
b. Enterobacter eglomerance 4 20,0
c. Proteus vulgaris 1 5,0
d. Providencia alkalifaciens 1 5,0
e. Acinetobacter calcoaceticus 4 20,0
f. Enterobacter hafniae 1 5,0
Total 20 100,0
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel diketahui bahwa bakteri Bacillus sp adalah
bakteri Gram (+) yang terdapat pada 2 sampel peralatan makan anak,
46
bakteri Klebsiella sp adalah bakteri Gram (-) yang paling banyak terdapat
pada sampel peralatan makan anak yaitu sebanyak 7 sampel, bakteri
Enterobacter eglomerance terdapat pada 4 sampel sama halnya dengan
bakteri Acinetobacter calcoaceticus yang juga terdapat pada 4 sampel,
bakteri Proteus vulgaris, Providencia alkalifaciens, dan Enterobacter
hafniae yang masing-masing terdapat pada 1 sampel.
C. Pembahasan
1. Gambaran Kebersihan Perorangan Guru di TK Teratai UNM
Makassar
Kebersihan perorangan adalah upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dalam dirinya untuk memperoleh kesehatan fisik
dan bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit. Kebersihan
perorangan yang pada dasarnya harus diperhatikan yaitu mencakup
beberapa hal seperti, perawatan wajah, rambut, kuku, kaki, dan tangan
(Aulia dkk., 2014). Salah satu upaya kebersihan perorangan yang
memegang peranan paling penting adalah cuci tangan. Cuci tangan
merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam mencegah dan
mengontrol penularan penyakit infeksi (Purwandari dkk., 2015).
Mencuci tangan adalah kegiatan membersikan jari-jemari, telapak,
dan punggung tangan menggunakan air atau pun cairan lainnya agar
tangan menjadi bersih dan terhindar dari kotoran serta kuman (Desiyanto
& Djannah, 2013). Pada penelitian ini hampir semua guru yang menjadi
responden menjawab dengan benar semua pertanyaan terkait praktik cuci
47
tangan yang baik dan benar. Perilaku mencuci tangan dilakukan bukan
hanya pada saat tangan kita tampak kotor, namun cuci tangan dianjurkan
pada saat menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum memberi makan
pada anak, dan setelah buang air besar (Purwandari dkk., 2015).
Mencuci tangan menggunakan sabun yang dipraktikan secara tepat
dan benar merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah
berjangkitnya penyakit seperti diare, kolera, ISPA, cacingan, flu, hepatitis
A, dan flu burung. Mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih
efektif menghilangkan kotoran dan debu serta mengurangi jumlah
mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri, dan parasit
lainnya pada kedua tangan. Mencuci tangan dengan menggunakan air dan
sabun juga dapat lebih efektif membersihkan kotoran kuku dan jari-jari
pada kedua tangan (Rahmawati & Sofiana, 2017).
Berdasarkan tabel 5.1, dari 12 orang guru yang menjadi responden
10 orang (83.3%) menjawab bahwa mereka mengetahui 5 langkah cuci
tangan yang baik dan benar, 10 orang (83.3%) juga menjawab bahwa
mereka mengetahui kapan seharusnya cuci tangan dilakukan, dan 9 orang
(75,0%) yang memilih air dan sabun antiseptik sebagai bahan untuk
mencuci tangan. Sabun antiseptik memiliki bahan khusus yang dapat
membunuh bakteri di tangan.
Ketika mencuci tangan dengan sabun antiseptik, sejumlah kecil
bahan antiseptik turut bekerja mengurangi jumlah bakteri berbahaya yang
bisa menyebabkan penyakit. Sementara itu, efek dari mencuci tangan
48
dengan sabun biasa tidak sebaik bila memakai sabun antiseptik. Sabun
biasa memang dapat menghilangkan bakteri tetapi bersifat sementara dan
dalam waktu singkat bakteri dapat berkembang lagi di tangan
(Rachmawati & Triyana, 2008).
Penelitian terhadap perilaku kebersihan perorangan ibu sebagai
penyebab kejadian diare pada balita di Bali menyatakan bahwa 47,5% ibu
tidak mencuci tangan dengan benar sebelum memberi makan balitanya dan
84,2% balita yang mengalami diare. Hal ini menggambarkan bahwa salah
satu faktor risiko kejadian diare pada balita di Bali adalah karena
kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan
untuk balita (Laksmi dkk., 2013). Selain ibu dan orang dewasa, anak juga
harus diajarkan untuk menerapkan langkah cuci tangan yang baik dan
benar setiap sebelum dan setelah beraktivitas.
Penelitian terhadap hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun
dengan kejadian diare pada anak di Kota Manado menyatakan bahwa 9
dari 31 anak mengatakan mereka mengalami diare karena tidak terbiasa
mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Ada beberapa faktor yang
dapat membantu penyebaran penyakit melalui tangan antara lain karena
kurangnya kebiasaan mencuci tangan. Mencuci tangan dengan baik dan
benar sebaiknya harus menggunakan sabun, cuci tangan dengan air saja
tidak cukup melindungi seseorang dari kuman yang menempel di tangan
(Djarkoni dkk., 2014).
49
2. Gambaran Perilaku Penanganan Peralatan Makan Siswa oleh Guru
di TK Teratai UNM Makassar
Alat makan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan
dalam penularan penyakit, sebab alat makan yang tidak bersih dan
mengandung bakteri dapat menularkan penyakit lewat makanan (Fadhila
dkk., 2015). Banyaknya bakteri pada peralatan makan anak tanpa disadari
dapat memberikan dampak negatif pada anak. Berdasarkan hasil penelitian
ini hampir semua guru yang menjadi responden mengaku mencuci tangan
sebelum memberikan perlakuan terhadap makanan dan peralatan makan
siswa, menjawab dengan benar tata cara cuci piring yang baik, cara
mengeringkan peralatan makan, penyimpanan peralatan makan, dan kapan
sebaiknya spons cuci piring diganti.
Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan selama
seminggu, guru di TK Teratai UNM memang selalu mencuci tangan
sebelum mempersiapkan makanan untuk para siswa, namun tata cara cuci
tangan yang dilakukan belum mengikuti lima langkah cuci tangan yang
baik dan benar. Guru juga tidak mencuci tangan saat mempersiapkan
peralatan makan siswa. Sebelum makan siswa hanya dihimbau untuk
mencuci tangan tanpa didampingi oleh guru.
Hal lain yang harus diperhatikan selain kebersihan tangan adalah
kebersihan peralatan makan untuk mencegah penularan penyakit melalui
alat makan. Penelitian mengenai keberadaan E. coli pada peralatan makan
balita di Kota Depok menunjukkan bahwa dari 30 sampel yang diperiksa
50
terdapat tujuh sampel usap alat positif mengandung bakteri E. coli
(Kusumadewi & Hermawati, 2014). Keberadaan E. coli pada peralatan
makan balita menunjukkan besarnya risiko menderita penyakit diare. Usia
dini pada balita ditambah kurang optimalnya cara membersihkan peralatan
makan menjadi faktor penunjang timbulnya penyakit-penyakit gangguan
pencernaan lain pada anak balita.
Cara menjaga kebersihan peralatan makan merupakan hal yang
harus selalu diperhatikan. Menjaga kebersihan peralatan makan yaitu
dengan mencuci peralatan makan menggunakan sabun dan air mengalir
setelah selesai digunakan, membiarkan peralatan makan kering sendiri
atau dengan bantuan cahaya matahari, dan menyimpan peralatan makan di
tempat yang khusus dan tertutup. Hasil observasi pada penelitian ini saat
guru memberi perlakuan terhadap peralatan makan anak menunjukkan
bahwa guru mencuci peralatan makan dengan baik yakni menggunakan
sabun khusus peralatan makan dan air yang mengalir.
Salah satu jalur perjalanan makanan melewati proses pencucian
alat makan. Proses pencucian alat makan yang sempurna memegang
peranan di dalam mencegah menularnya penyakit, sebab alat makan yang
tidak bersih dan mengandung mikroorganisme dapat menularkan penyakit
lewat makanan. Oleh sebab itu diperlukan proses pencucian yang
memenuhi standar kesehatan (Andriyani, 2009).
Hasil penelitian mengenai pengaruh larutan detergen dan larutan
klorin pada proses pencucian alat makan di RS PKU Muhammadiyah
51
Surakarta menunjukkan bahwa larutan detergen dan klorin dapat
menurunkan jumlah angka kuman pada alat makan. Diketahui rata-rata
jumlah angka kuman sebelum pencucian pada piring sebesar 479,67
koloni/cm², pada gelas sebesar 260 koloni/cm² dan pada sendok sebesar
1756,33 koloni/cm². Jumlah angka kuman setelah pencucian menggunakan
metode TCS dengan larutan detergent dan klorin sebesar 75 koloni/cm²
pada piring, pada gelas sebesar 31,67 koloni/cm² dan pada sendok sebesar
46,67 koloni/cm² (Andriyani, 2009).
Penelitian yang dilakukan mengenai perbandingan pencucian alat
makan menggunakan air perendaman dan air mengalir menunjukkan
bahwa pencucian piring dengan metode perendaman dapat menurunkan
kuman rata-rata sebesar 1192,5 koloni/cm2, pencucian piring dengan air
mengalir rata-rata dapat menurunkan kuman sebesar 3140 koloni/cm2.
Pada sendok, rata-rata penurunan kuman dengan perendaman sebesar 95
koloni/cm2 dan untuk air mengalir sebesar 1735 koloni/cm2. Pencucian
dengan perendaman pada gelas dapat menurunkan jumlah kuman rata-rata
sebesar 25 koloni/cm2 dan untuk air mengalir sebesar 110 koloni/cm2
(Azari, 2013).
Metode pencucian peralatan makan menggunakan air mengalir
lebih baik daripada pencucian alat makan dengan metode perendaman. Hal
tersebut dikarenakan pada metode pencucian dengan air mengalir semua
kotoran yang menempel pada peralatan makan akan mengalir tanpa
mencemari peralatan makan yang lainnya, sedangkan pada proses
52
pencucian peralatan makan dengan metode perendaman, kotoran-kotoran
yang menempel pada peralatan makan akan terakumulasi pada air
rendaman sehingga dapat mencemari peralatan lain yang akan dicuci.
Alat untuk mencuci peralatan makan sebaiknya menggunakan
spons khusus peralatan makan. Pada penelitian ini dari 12 guru yang
menjadi responden 4 orang (33.30%) menjawab bahwa spons cuci piring
sebaiknya diganti sebulan sekali, 4 orang (33.30%) lainnya menjawab dua
kali sebulan, dan 4 orang (33.30%) sisanya menjawab diganti setelah
rusak. Spons pencuci piring 200.000 kali lebih kotor dibanding dudukan
toilet. Berbagai bakteri penyebab penyakit seperti Eschericia coli,
Pseudomonas, dan Staphylococcus, berkembang biak di permukaan yang
basah. Jika spons dalam kondisi tidak kering (lembab karena direndam),
maka akan menjadi markas semua bakteri (Gaffar dkk., 2014). Daya pakai
spons tidak terlalu lama. Sebaiknya spons diganti setiap satu hingga tiga
minggu sekali. Jika spons sudah berbau atau rontok, itu tandanya sudah
perlu diganti meskipun belum lama digunakan karena kemampuan
membersihkannya tidak lagi maksimal (Hestianingsih, 2016).
Setelah peralatan makan dicuci, guru di TK Teratai UNM
membiarkan peralatan makan kering dengan sendirinya. Perlakuan
terhadap peralatan makan yang dilakukan oleh guru khususnya pada saat
mengeringkan peralatan sudah sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1098 tahun 2003 yang menyatakan bahwa peralatan
makan tidak boleh dilap dengan kain. Namun, perilaku guru terkait
53
mengeringkan peralatan makan tidak menggunakan lap dilakukan oleh
guru secara kebetulan tanpa mengetahui alasan mengapa peralatan makan
tidak boleh dilap. Pengetahuan yang dimiliki oleh guru masih perlu
ditingkatkan agar sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
Setelah kering guru menyimpan peralatan makan pada rak piring
besi yang tidak anti karat dan tidak memiliki penutup. Peralatan makan
yang tidak disimpan pada tempat yang tertutup dapat dengan mudah
terkontaminasi oleh bakteri. Peralatan makan yang telah dicuci dan
dikeringkan seharusnya disimpan pada tempat khusus penyimpanan
peralatan yang bersih, tertutup, dan anti karat agar peralatan makan
terlindung dari sumber kontaminasi, pengotoran, dan binatang perusak
(Tumelap, 2011).
3. Gambaran Keberadaan Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK
Teratai UNM Makassar
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 21 sampel peralatan makan
anak hanya ada satu peralatan makan anak di TK Teratai UNM yang tidak
dapat diidentifikasi keberadaaan bakterinya, 2 (10,0%) sampel yang
ditumbuhi bakteri Gram positif dan, 18 (90,0%) sampel ditumbuhi bakteri
Gram negatif. Bakteri dibagai atas bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif tergantung pada responnya bila diwarnai dengan pewarnaan kuman
menurut Gram. Sel bakteri mula-mula diwarnai dengan zat kristal ungu
dan iodium lalu dicuci dengan alkohol. Bakteri Gram negatif akan
kehilangan zat warna ungunya setelah dicuci dengan alkohol, sedangkan
54
bakteri Gram positif akan tetap mempertahankan warna ungu meskipun
telah dicuci dengan alkohol (Syachrurachman dkk., 2010).
Lebih dari 50% kasus bakteremia yang terjadi pada anak berasal
dari bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif merupakan penyebab
utama penyakit infeksi saluran cerna dan infeksi nosocomial. Bakteri
Gram positif seperti Bacillus cereus diimplikasi sebagai penyebab
keracunan pada makanan atau dapat menghasilkan racun pada makanan
(Adisasmito & Hadinegoro, 2016).
Bakteri Gram negatif bersifat lebih patogen daripada bakteri Gram
positif. Berdasarkan hasil penelitian ini hampir semua sampel peralatan
makan anak ditumbuhi oleh bakteri Gram negatif sebanyak 18 sampel dari
21 sampel yang ada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peralatan
makan anak terkontaminasi bakteri dan harus menjadi perhatian bagi pihak
sekolah.
Penelitian mengenai evaluasi mikroorganisme pada permukaan
peralatan makan pada tempat penyediaan makanan di Pusat Penitipan
Anak di Texas menyatakan bahwa dari 167 sampel swab yang
dikumpulkan dari 27 pusat penitipan anak, 68 (41%) yang diuji dinyatakan
positif terkontaminasi bakteri (Staskel dkk., 2007). Bakteri adalah bagian
normal dari ekosistem manusia. Meskipun tidak ada tempat penitipan anak
yang benar-benar terbebas dari bakteri, namun tempat penitipan anak
merupakan salah satu tempat yang rentan terhadap kontaminasi bakteri dan
harus selalu dijaga kebersihannya.
55
Penyakit akibat bakteri dapat menyebar dari anak yang terinfeksi
ke orang tua, saudara, dan masyarakat. Sangat penting bagi karyawan yang
bekerja di tempat penitipan anak untuk mendesinfeksi semua permukaan
yang berpotensi terkontaminasi bakteri patogen, karena permukaan yang
tampak bersih dapat menyimpan mikroorganisme. Tempat penitipan anak
juga perlu berkoordinasi dengan tim kesehatan untuk memberikan
pelatihan keamanan pangan bagi anak-anak dan pemeriksaan yang lebih
sering. Pelatihan berkelanjutan oleh tim kesehatan dapat membantu
mengurangi kontaminasi bakteri enterik dari permukaan peralatan makan
dan mengurangi risiko penyakit bawaan makanan kepada anak-anak
(Staskel dkk., 2007).
Penyakit bawaan makanan (foodborne disease) didefinisikan
sebagai penyakit yang disebabkan oleh agen yang masuk kedalam tubuh
melalui konsumsi makanan. Penyakit bawaan makanan pada umumnya
menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan, mencret, dan kadang-
kadang disertai dengan muntah. Penyakit ini disebabkan oleh makanan
yang mengandung sejumlah bakteri yang patogen, atau toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri tersebut. Pada kelompok yang rentan seperti
anak-anak, penyakit tersebut akan sangat membahayakan (Susanna &
Hartono, 2003).
Setiap orang menghadapi risiko dari penyakit bawaan makanan.
Agen yang terkandung dalam makanan tersebut dapat berupa
mikroorganisme ataupun zat beracun. Penyebaran penyakit bawaan makan
56
ini sangat luas dengan berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat
dan merupakan penyebab utama gizi buruk pada bayi dan anak anak
(Satyaningsih & Munandar, 2016).
4. Gambaran Jumlah Jenis Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK
Teratai UNM Makassar
Berdasarkan pemeriksaan jenis bakteri terhadap sampel peralatan
makan anak di Laboratorium Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Unhas, didapatkan hasil 7 jenis bakteri yang terdapat pada 20 sampel
peralatan makan anak. Bakteri-bakteri tersebut adalah Bacillus sp,
Klebsiella sp., Enterobacter eglomerance, Proteus vulgaris, Providencia
alkalifaciens, Acinetobacter calcoaceticus, dan Enterobacter hafniae.
Media perkembangan bakteri yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA)
dan MacConkey Agar.
NA berfungsi sebagai media padat sederhana yang terbuat dari
ekstrak beef, pepton, dan agar yang memiliki fungsi salah satunya ialah
untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri. MacConkey agar adalah
media selektif dan media diferensial yang digunakan untuk mengisolasi
bakteri batang Gram negatif berdasarkan kemampuan bakteri
memfermentasi laktosa atau tidak. Media MacConkey agar digunakan
terutama untuk famili Enterobacterriaceae dan genus Pseudomonas
(Acharya, 2013).
Bakteri Gram positif Bacillus sp adalah golongan bakteri yang
ditemukan di dua sampel peralatan makan anak. Bacillus sp merupakan
57
bakteri berbentuk batang berspora (endospora) yang tergolong bakteri
Gram positif yang biasa terdapat di dalam tanah, air, udara, dan tumbuh-
tumbuhan. Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan oleh
enterotoksin yang terdapat pada makanan. Bakteri ini juga dapat
menimbulkan penyakit seperti meningitis, endocarditis, pneumonia,
bronkopneumonia, dan luka (Syachrurachman dkk., 2010).
Bakteri Gram negatif terbanyak ditemukan pada sampel peralatan
makan anak di TK Teratai UNM adalah Klebsiella sp. yaitu sebanyak 7
(35,0%) sampel, selanjutnya Enterobacter eglomerance ditemukan pada 4
(20,0%) sampel, Acinetobacter calcoaceticus juga ditemukan pada 4
(20,0%) sampel, Proteus vulgaris ditemukan pada 1 (5,0%) sampel,
Providencia alkalifaciens ditemukan pada 1 (5,0%) sampel, dan
Enterobacter hafniae yang juga ditemukan pada 1 (5,0%) sampel.
Klebsiella sp., Enterobacter eglomerance, Proteus vulgaris, Providencia
alkalifaciens dan Enterobacter hafniae merupakan bakteri gram negatif
yang semuanya berasal dari famili Enterobactericeae.
Enterobactericeae adalah suatu famili kuman yang terdiri dari
sejumlah besar spesies bakteri yang sangat erat hubungannya satu dengan
lainnya. Hidup di usus besar manusia dan hewan, tanah, air, dan dapat pula
ditemukan pada dekomposisi material. Sebagian besar bakteri ini tidak
menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah) bila bakteri tetap berada di
dalam usus besar, tetapi pada keadaan di mana terjadi perubahan pada host
atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak di
58
antara bakteri ini mampu menimbulkan penyakit pada setiap jaringan di
tubuh manusia seperti infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, infeksi
saluran napas, peradangan selaput otak, dan septikemia. (Syachrurachman
dkk., 2010).
Bakteri yang juga ditemukan pada 4 (20,0%) sampel peralatan
makan anak adalah Acinetobacter calcoaceticus. Acinetobacter
calcoaceticus berasal dari famili Moraxellaceae. Bakteri ini berperan
dalam menimbulkan infeksi penyakit akut seperti meningitis, pneumonia,
dan bakteremia. Bakteri ini juga diketahui resisten terhadap sabun dan
antiseptik sehingga kontaminasi koloni bakteri ini pada tangan manusia
mudah terjadi (Nugroho, 2012).
Peralatan makan merupakan alat yang kontak langsung dengan
bahan makanan. Kebersihan peralatan makan merupakan hal yang penting
dan dapat memengaruhi kualitas makanan, sehingga kebersihan peralatan
makan harus lebih diperhatikan. Keberadaan bakteri sebagai agen
penyebab penyakit tidak diperbolehkan terdapat pada peralatan makan
(Marissa & Arifin, 2014). Kehadiran bakteri dari setiap sampel peralatan
makan anak di TK Teratai UNM ini harus menjadi perhatian khususnya
bagi pihak sekolah untuk meningkatkan kebersihan peralatan makan anak
karena anak usia pra-sekolah masih sangat rentan terhadap penyakit-
penyakit infeksi.
59
D. Keterbatasan Penelitian
Pemeriksaan bakteri yang dilakukan tidak dapat diketahui secara pasti
dari mana sumber bakteri berasal. Faktor lingkungan sekitar tempat
pengambilan sampel (tangan guru, tangan siswa, meja makan, rak piring, dan
sebagainya) bisa saja menjadi sumber kontaminasi bakteri pada
peralatan makan.
60
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran kontaminasi bakteri
pada peralatan makan anak, kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peralatan makan anak di TK Teratai UNM ditumbuhi 18 bakteri Gram
negatif dan 2 bakteri Gram positif.
2. Jenis bakteri pada peralatan makan anak di TK Teratai UNM adalah
Bacillus sp, Klebsiella sp., Enterobacter eglomerance, Acinetobacter
calcoaceticus, Proteus vulgaris, Providencia alkalifaciens, dan
Enterobacter hafniae.
3. Guru mengetahui dengan baik hal-hal terkait kebersihan perorangan dan
penanganan peralatan makan namun belum sepenuhnya diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari seperti 5 langkah cuci tangan yang baik dan
benar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran kontaminasi bakteri
pada peralatan makan anak, saran penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kepada anak, diharapkan mencuci tangan sebelum makan dan meminta
guru untuk mendampingi saat akan mencuci tangan khususnya sebelum
makan.
2. Kepada guru, diharapkan untuk mencuci tangan sebelum menyiapkan
makanan dan saat memberi perlakuan terhadap peralatan makan anak serta
61
menerapkan pengetahuan terkait kebersihan perorangan dalam kehidupan
sehari-hari khusunya di sekolah.
3. Kepada pihak sekolah, diharapkan untuk memerhatikan tempat
penyimpanan peralatan makan anak dan alat untuk mencuci peralatan
makan anak.
4. Kepada peneliti selanjutnya, perlu dilakukan pemeriksaan jumlah koloni
bakteri pada peralatan makan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, T. 2013. MacConkey Agar (MAC): Composition, Preparation, Uses and Colony Characteristics [Online]. Department of Microbiology and Immunology, Patan Academy of Health Sciences, Lalitpur: Microbe Online. Available: http://microbeonline.com [Accessed July 24 2017].
Adisasmito, A. W. & Hadinegoro, S. R. S. 2016. Infeksi Bakteri Gram Negatif di ICU Anak: epidemiologi, manajemen antibiotik dan pencegahan. Sari Pediatri, 6, 32-5.
Ahmad, M. I. & Ibnu, I. F. 2013. Perilaku Personal Hygiene di Kelurahan Karema Kecamatan Mamuju Sulawesi Barat.
Al-Baqer, D. S. & Badour, M. 2005. Bacillus Cereus. Available: faculty.ksu.edu.sa [Accessed Juny 17 2017].
Altekruse, S. F., dkk. 1999. Campylobacter jejuni—An Emerging Foodborne Pathogen. 5. Available: wwwnc.cdc.gov [Accessed March 7 2017].
Andriyani, A. 2009. Pengaruh Larutan Detergent dan Larutan Klorin pada Proses Pencucian Alat Makan dengan Metode Trhee Compartement Sink terhadap Penurunan Jumlah Angka Kuman pada Alat Makan di RS PKU Muhammadiyah Surakartas. Gaster| Jurnal Ilmu Kesehatan, 5, 379-387.
Angeliya, L. & Kurdiwa, R. R. 2013. Identification of Campylobacter jejuni Using Polymerase Chain Reaction Method. Jurnal Sain Veteriner, 31.
Arisitin, N. P. I., Mahayana, I. M. B. & Aryasih, I. G. a. M. 2014. Hubungan Penyimpanan Bahan Makanan dan Pencucian Alat Makan dengan Kualitas Bakteriologis Lalapan di Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Selatan. Kesehatan Lingkungan, 4.
Ariyani, D. & Anwar, F. 2007. Mutu Mikrobiologis Minuman Jajanan di Sekolah Dasar Wilayah Bogor Tengah. Jurnal Gizi dan Pangan, 1, 44-50.
Arlita, Y. 2014. Identifikasi Bakteri Escherichia Coli dan Salmonella Sp. pada Makanan Jajanan Bakso Tusuk di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik, 2.
Aulia, F. I., Muhlisin, H. M. A. & Kartinah. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Personal Hygiene terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa di SDN Rembes 1 Dusun Watugimbal Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Azari, J. T. 2013. Studi Komparatif Pencucian Alat Makan dengan Perendaman dan Air Mengalir Terhadap Jumlah Kuman pada Alat Makan di Warung Makan Bu Am Gonilan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bata, I. S. 2012. Uji Cemaran dan Pewarnaan Gram Bakteri pada Kue Pia Khas Gorontalo.
Bc Centre for Disease Control. 2009. A Quick Guide to Common a Childhood Disease. Center for Disease Control and Prevention.
Bobihu, F. 2012. Studi Sanitasi dan Pemeriksaan Angka Kuman pada Usapan Peralatan Makan di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012.
Cahyaningsih, C. T., Kushadiwijaya, H. & Tholib, A. 2012. Hubungan Higiene Sanitasi dan Perilaku Penjamah Makanan dengan Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan di Warung Makan. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat (BKM), 25, 180.
Desiyanto, F. A. & Djannah, S. N. 2013. Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health), 7.
Djarkoni, I. H., dkk. 2014. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare di SD Advent Sario Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 2.
Fadhila, M. F., Wahyuningsih, N. E. & D, Y. H. 2015. Hubungan Higiene Sanitasi dengan Kualitas Bakteriologis pada Alat Makan Pedagang di Wilayah Sekitar Kampus UNDIP Tembalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3, 769 - 776.
Faridawati, Y. 2014. Hubungan antara Personal Higiene dan Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.
Gaffar, S., Maksum, I. P. & Julaeha, E. 2014. Identifikasi Populasi Bakteri dalam Spons Pencuci Piring dengan Metode PCR-RFLP. Chimica et Natura Acta, 2.
Goodsell, D. S. 2009. Miniseries: Illustrating the Machinery of Life Escherichia coli. Biochemistry and Molecular Biology, Vol. 37, 325–332.
Gould, D. & Brooker, C. 2003. Mikrobiologi terapan untuk perawat. Jakarta: EGC.
Haderiah, Sulasmi & Novi 2016. Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1, 124 - 128.
Hestianingsih. 2016. Kapan Seharusnya Spons Cuci Piring Diganti dengan yang Baru ? [Online]. Jakarta, Indonesia: Wolipop. Available: https://wolipop.detik.com [Accessed July 24 2017].
Kharirie 2013. Diagnosa Vibrio Cholerae dengan Metode Kultur dan Polimerase Chain Reaction (PCR) pada Sampel Sumber Air Minum.
Kustiasari, T. 2011. Peran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terhadap Sosialisasi Anak di dalam Keluarga (Studi terhadap Keluarga yang Menyekolahkan Anaknya di PAUD Kasih Ibu, Jakarta). Universitas Indonesia.
Kusumadewi, I. & Hermawati, E. 2014. Keberadaan Escherichia coli pada Peralatan Makan Balita sebagai Faktor Risiko Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tugu Kota Depok Universitas Indonesia.
Laksmi, N. P. A., Windiani, I. T. & Hartawan, I. N. B. 2013. Hubungan Perilaku Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati Udayana Bali Periode Bulan November 2013 E-Jurnal Medika Udayana, 4, 1 - 9.
Malah, H., Bernadus, J. & Rattu, J. a. M. 2015. Gambaran Keberadaan Bakteri Escherichia Coli pada Peralatan Makan di Rumah Makan Pasar Tuminting Kota Manado.
Marissa, N. & Arifin, A. Y. 2014. Higienitas Peralatan Makan Berdasarkan Keberadaan Salmonella Sp di Warung Makan Kota Banda Aceh. Jurnal Penelitian Kesehatan, 1, 9 - 16.
Martani, W. 2012. Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi, 39, 112-120.
Melliawati, R. 2015. Escherichia coli dalam kehidupan manusia. BioTrends, 4, 10-14.
Menteri Kesehatan RI 2003a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 715 tahun 2003 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Indonesia: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan RI 2003b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1098 tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Indonesia: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan RI 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 tentang Higiene dan Sanitasi Jasaboga. Indonesia: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan RI 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Indonesia: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Nasution, R. 2003. Teknik Sampling. Digital Library, Universitas Sumatera Utara.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, R. B. A. 2012. Hubungan Faktor Risiko Terjadinya Acinetobacter SP MDRO terhadap Kematian Penderita Sepsis di PICU Rumah Sakit dr Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro.
Pemerintah RI 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan. Indonesia: Presiden Republik Indonesia.
Pohan, D. 2009. Pemeriksaan Escherichia coli pada Usapan Peralatan Makan yang Digunakan oleh Pedagang Makanan di Pasar Petisah Medan Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara.
Pope, L. 2007. V Cholerae [Online]. Department of Microbiology University of Texas at Austin: Microbe Wiki. Available: https://microbewiki.kenyon.edu [Accessed May 2 2017].
Presiden RI 2003. UU RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Indonesia: Presiden Republik Indonesia.
Purnomo, R. A. & Susilaningsih, E. Z. 2016. Perilaku Mencuci Tangan Dan Kejadian Diare Pada Anak Usia Prasekolah Di Paud Desa Kalikotes Klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Purwandari, R., Ardiana, A. & Wantiyah 2015. Hubungan antara Perilaku Mencuci Tangan dengan Insiden Diare pada Anak Usia Sekolah di Kabupaten Jember. Jurnal Keperawatan, 4, 122 - 130.
Putra, F. Y. 2013. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Anak Usia Prasekolah di Desa Balung Lor Kecamatan Balung Kabupaten Jember.
Rachmawati, F. J. & Triyana, S. Y. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Jurnal Logika, 5.
Rahmawati, S. & Sofiana, L. 2017. Pengaruh Metode Hand Wash terhadap Penurunan Jumlah Angka Kuman Pada Perawat Ruang Rawat Inap di RSKIA PKU Muhammadiyah Kota Gede Yogyakarta. 69-74.
Rendy, M. C. 2010. Keterampilan Dasar Bidan & Perawat, Nuha Medika.
Reski, A. R., Ane, R. L. & Manyullei, S. 2014. Kemampuan Larutan Bonggol Nanas dalam Menurunkan Jumlah Kuman pada Peralatan Makan.
Sajida, A., Santi, D. N. & Naria, E. 2013. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2012. Lingkungan dan Kesehatan Kerja, 2.
Salamena, R. P. 2015. Deteksi dan Resistensi Staphylococcus aureus Patogen pada Daging Ayam.
Satyaningsih, A. & Munandar, S. 2016. Gambaran Higiene Sanitasi dan Keberadaan Escherichia Coli dalam Jajanan Kue Basah di Pasar Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2.
Siagian, A. 2002. Mikroba patogen pada makanan dan sumber pencemarannya. Available: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-albiner3.pdf. [Accessed August 1 2017].
Sni 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan.
Sopandi, T. 2014. Mikrobiologi pangan (Teori dan Praktik), Yokyakarta, Penerbit Andi.
Staskel, D. M., dkk. 2007. Microbial Evaluation of Foodservice Surfaces in Texas Child-Care Centers. Journal of the American Dietetic Association, 107, 854-859.
Sunarno, Puspandari, N. & Melatiwati 2012. Survey Kontaminasi Bakteri Patogen pada Makanan dan Minuman yang Dijual di Sekitar Gedung Perkantoran di Jakarta. Jurnal Komunikasi Kesehatan Edisi 2, 2.
Susanna, D. & Hartono, B. 2003. Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak dan Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok Melalui Pemeriksaan Bakteriologis. Makara Seri Kesehatan, 7, 21-29.
Syachrurachman, A., Chatim, A. & W.K., A. S. 2010. Buku Ajar Edisi Revisi Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta, Binarupa Aksara.
Tumelap, H. J. 2011. Kondisi Bakteriologik Peralatan Makan di Rumah Makan Jombang Tikala Manado. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1.
Widyastana, I., Kawuri, R. & Dalem, A. a. G. R. 2015. Keberadaan Bakteri Patogen Vibrio cholerae pada Beberapa Hasil Perikanan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar. Metamorfosa Journal of Biological Sciences, 2, 16-22.
Wistreich. 2011. Microbe World [Online]. Microbe World. Available: www.microbeworld.org [Accessed July 25 2017].
Wulandari, R. 2014. Pembiasaan Perilaku Personal Hygiene oleh Ibu kepada Balita (Usia 3-5 Tahun) di Kelurahan Derwati. Universitas Pendidikan Indonesia.
Yunus, S. P. 2015. Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Unsrat, 5, 210-220.
LAMPIRAN
KUESIONER
GAMBARAN KONTAMINASI BAKTERI PADA
PERALATAN MAKAN ANAK DI PAUD
MAKASSAR TAHUN 2017
Selamat pagi/siang/sore. Saya Nirwana Permatasari dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin. Saya sedang melakukan penelitian untuk mengetahui Gambaran
Kontaminasi Bakteri pada Peralatan Makan Anak di TK Teratai UNM Makassar. Saya akan
menanyakan tentang beberapa hal kepada bapak/ibu. Pengisian kuesioner ini akan
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Apakah bapak/ibu bersedia untuk mengisi kuesioner
ini ?
1. Ya, saya bersedia
2. Tidak, cari responden lain
(Tanda Tangan Responden)
I. Data Responden
Nama : Umur : Jenis Kelamin :
II. Pertanyaan terkait personal hygiene guru dan perilaku penanganan peralatan makan 1. Berikut adalah langkah-langkah mencuci tangan :
1) Basahi kedua tangan dengan air yang mengalir 2) Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa
sabun hilang 3) Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku 4) Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua
punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun
5) Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.
Urutan langkah mencuci tangan yang baik dan benar menurut bapak/ibu adalah ? a. 1 – 4 – 3 – 2 – 5 b. 1 – 3 – 4 – 2 – 5 c. 1 – 2 – 4 – 3 – 5 d. 1 – 5 – 3 – 4 – 2
2. Menurut bapak/ibu kapan seharusnya cuci tangan dilakukan ? a. Sebelum makan dan setelah buang air besar. b. Setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan.
c. Sebelum dan setelah melakukan suatu pekerjaan/aktivitas. d. Sebelum dan setelah makan.
3. Apakah bapak/ibu mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk siswa ?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah bapak/ibu mencuci tangan sebelum mempersiapkan peralatan makan
siswa ? a. Ya b. Tidak
5. Bahan apakah yang bapak/ibu gunakan saat mencuci tangan?
a. Air saja. b. Air dan sabun biasa. c. Air dan sabun antiseptik. d. Lainnya.
6. Bagaimanakah cara bapak/ibu mencuci peralatan makan siswa?
a. Menggunakan air mengalir yang disertai dengan penggunaan sabun, menggosok semua permukaan peralatan lalu dibilas sampai bersih.
b. Menggosok semua permukaan peralatan dengan sabun lalu dibilas sampai bersih menggunakan air yang sudah ditampung di dalam baskom.
c. Menggosok permukaan atas peralatan dengan sabun lalu dibilas dengan air mengalir sampai bersih.
7. Bagaimanakah cara mengeringkan peralatan makan yang telah dicuci menurut bapak/ibu? a. Dikeringkan menggunakan lap bersih. b. Dikeringkan menggunakan tissue. c. Dibiarkan kering dengan sendirinya. d. Lainnya.
8. Apakah bapak/ibu menyimpan peralatan makan siswa di tempat yang tertutup ?
a. Ya b. Tidak
9. Bahan apakah yang bapak/ibu gunakan untuk mencuci peralatan makan siswa ?
a. Air saja b. Air dan sabun biasa c. Air dan sabun khusus peralatan makan d. Lainnya.
10. Alat apakah yang bapak/ibu gunakan untuk mencuci peralatan makan siswa ? a. Spons khusus cuci piring b. Kain c. Sikat d. Lainnya.
11. Kapan bapak/ibu mengganti alat untuk cuci piring dengan yang baru ? a. 1 kali/bulan. b. 2 kali/bulan c. Ketika sudah rusak/tidak layak pakai d. Lainnya.
LEMBAR OBSERVASI (CHECK LIST)/HARI
Nama Sekolah : TK. Teratai UNM
Hari/Tanggal :
Waktu :
No. Aspek Pengamatan Terlaksana
Keterangan Ya Tidak
1. Guru mempraktikkan langkah-langkah mencuci tangan dengan baik dan benar.
2. Guru mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk siswa.
3. Guru mencuci tangan sebelum menyiapkan peralatan makan siswa.
4. Guru mencuci tangan menggunakan air dan sabun.
5. Sabun untuk cuci tangan tersedia setiap saat.
6. Tersedia alat untuk mengeringkan tangan (lap, handuk, tissue) yang bersih.
7. Guru mencuci peralatan makan siswa dengan baik dan benar.
8. Guru mengeringkan peralatan makan siswa dengan kain lap/tissue.
9. Guru menyimpan peralatan makan siswa di tempat yang tertutup dan anti karat.
10. Guru mencuci peralatan makan siswa dengan air mengalir dan sabun khusus peralatan makan.
11. Guru menggunakan spons/kain yang layak untuk mencuci peralatan makan siswa.
DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Observasi TK Teratai UNM (15 – 20 Mei 2017)
Gambar 1. Pengamatan suasana ruang
makan siswa
Gambar 2. Pengamatan terhadap guru saat sedang menyiapkan makanan
untuk siswa
Gambar 3. Pengamatan terhadap siswa di TK Teratai UNM saat sedang
bersiap untuk makan siang
Gambar 5. Pengamatan terhadap air yang
digunakan untuk mencuci peralatan makan siswa
Gambar 6. Pengamatan terhadap rak penyimpanan peralatan
makan siswa
Gambar 7. Pengamatan terhadap guru di TK
Teratai UNM saat mencuci peralatan makan siswa
2. Swab Sampel Peralatan Makan Anak (22 Mei 2017)
Gambar 8. Pengamatan terhadap guru di TK Teratai UNM saat mengeringkan
peralatan makan siswa
Gambar 9. Peralatan makan siswa di TK Teratai UNM berupa piring dan sendok yang dijadikan sebagai sampel penelitian
Gambar 10. Peralatan makan siswa di TK
Teratai UNM berupa gelas yang dijadikan sebagai sampel
penelitian
Gambar 12. Menggunakan lidi swab sebagai
alat usap sampel peralatan makan siswa
Gambar 13. Melakukan usap sampel peralatan
makan siswa di TK Teratai UNM
3. Pemeriksaan Sampel di Laboratorium (23 – 28 Mei 2017)
Gambar 14. Sampel peralatan makan siswa
kemudian dimasukkan ke dalam termos
Gambar 16. Sampel peralatan makan
diinkubasi terlebih dahulu selama 1 × 24 jam
Gambar 17. Sampel yang telah diinkubasi selanjutnya dikeluarkan dari
inkubator
Gambar 18. Sampel yang telah diinkubasi selanjutnya dibuatkan media
pertumbuhan bakteri
Gambar 20. Sampel yang telah digores pada
media pertumbuhan bakteri selanjutnya diinkubasi kembali
Gambar 22. Selanjutnya dilakukan pewarnaan
Gram
Gambar 24. Preparat sampel yang telah selesai diwarnai siap dilihat morfologi sel
bakterinya dibawah mikroskop
Gambar 25. Tampilan preparat sampel yang
dilihat di bawah mikroskop
Gambar 26. Dilakukan pemeriksaan lanjutan terhadap Bakteri Gram negatif untuk melihat jenis bakterinya
BIODATA
Nama Lengkap : Nirwana Permatasari
NIM : K111 13 058
Tempat/ Tanggal Lahir : Dili/ 28 Oktober 1995
Peminatan : Kesehatan Lingkungan
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Alamat Makassar : Perumahan Bukit Baruga Antang Jl. Klabat No.9
Telepon : 085298675112
Riwayat Pendidikan : SDN 21 Tadette (2001 – 2007)
SMPN 3 BELOPA (2007 – 2010)
SMAN 01 KAMANRE (2010 – 2013)
FKM UNHAS MAKASSAR (2013 – 2017)
Nama Orang Tua
Bapak : Suparman S.H
Ibu : Suryani
Alamat Orang Tua : Desa Senga Selatan Kota Belopa
Top Related