Gambaran Klinis Dan Gejala Klinis

5
Gambaran klinis dan gejala klinis Kista dentigerous Gejala kista dentigerous tidak terlihat bila masih tahap awal. Kista dentigerous yang belum mengalami komplikasi seperti kista lainnya tidak akan menyebabkan gejala sampai pembesarannya nyata terlihat. Meskipun gejala biasa tidak ada, dengan terlambatnya erupsi gigi semakin besar pula indikasi terjadinya kista dentigerous. Kista dentigerous dapat dideteksi melalui pemeriksaan radiografis atau pada saat dilakukan pemeriksaan gigi yang tidak erupsi. Infeksi dapat menyebabkan gejala umum seperti bengkak yang membesar dan rasa sakit (Sudiono, Kista dentigerous biasanya terdeteksi pada anak-anak, remaja atau dewasa, walaupun terkadang dapat ditemukan pada orang yang lebih tua. Jenis kista dentigerous yang berhubungan dengan erupsi gigi sulung dan tetap pada anak dinamakan kista erupsi atau kista hematoma. Secara klinis, lesi tampak sebagai pembengkakan linger alveolar diatas tempat gigi yang sedang erupsi. Saat rongga kista sirkumkoronal berisi darah, pembengkakan tampak ungu atau sangat biru sehingga dinamakan erupsi hematoma (Sudiono, 2011) ( sudiono, janti. Kista odontogenik.EGC.Jakarta.2011.Hal.22-37) Kista dentigerous umumnya berkaitan dengan gigi molar tiga dan caninus maksilaris, yang mana paling banyak diakibatkan karena gigi yang impaksi. Insidensi tertinggi dari kista dentigerous adalah saat usia 20-30 tahun. Gejalanya yaitu terlambatnya erupsi gigi menjadi indikasi utama pembentukan kista

description

kesehatan

Transcript of Gambaran Klinis Dan Gejala Klinis

Page 1: Gambaran Klinis Dan Gejala Klinis

Gambaran klinis dan gejala klinis

Kista dentigerous

Gejala kista dentigerous tidak terlihat bila masih tahap awal. Kista dentigerous

yang belum mengalami komplikasi seperti kista lainnya tidak akan menyebabkan gejala

sampai pembesarannya nyata terlihat. Meskipun gejala biasa tidak ada, dengan

terlambatnya erupsi gigi semakin besar pula indikasi terjadinya kista dentigerous. Kista

dentigerous dapat dideteksi melalui pemeriksaan radiografis atau pada saat dilakukan

pemeriksaan gigi yang tidak erupsi. Infeksi dapat menyebabkan gejala umum seperti

bengkak yang membesar dan rasa sakit (Sudiono,

Kista dentigerous biasanya terdeteksi pada anak-anak, remaja atau dewasa,

walaupun terkadang dapat ditemukan pada orang yang lebih tua. Jenis kista

dentigerous yang berhubungan dengan erupsi gigi sulung dan tetap pada anak

dinamakan kista erupsi atau kista hematoma. Secara klinis, lesi tampak sebagai

pembengkakan linger alveolar diatas tempat gigi yang sedang erupsi. Saat rongga

kista sirkumkoronal berisi darah, pembengkakan tampak ungu atau sangat biru

sehingga dinamakan erupsi hematoma (Sudiono, 2011) ( sudiono, janti. Kista

odontogenik.EGC.Jakarta.2011.Hal.22-37)

Kista dentigerous umumnya berkaitan dengan gigi molar tiga dan caninus

maksilaris, yang mana paling banyak diakibatkan karena gigi yang impaksi. Insidensi

tertinggi dari kista dentigerous adalah saat usia 20-30 tahun. Gejalanya yaitu

terlambatnya erupsi gigi menjadi indikasi utama pembentukan kista dentigerous. Kista

ini mampu berkembang hingga ukuran yang besar, kadang-kadang disertai dengan

ekspansi tulang kortikal. Kista dengan ukuran yang besar juga dapat disertai dengan

pembengkakan intraoral, ekstra oral maupun keduanya. Dengan ukuran ini juga dapat

menyebabkan wajah yang menjadi asimetris, pergeseran gigi. Kista dapat berkembang

menjadi infeksi sekunder yang mana bermanifestasi menyebabkan nyeri pada sekitar

kista. Saat tidak ada infeksi, secara klinis pembesarannya minimal dan berbatas tegas.

Kista yang infeksi menyebabkan rasa sakit dan sensitive bila disentuh. Semua tanda

Page 2: Gambaran Klinis Dan Gejala Klinis

infeksi akut dapat terlihat ketika terjadi infeksi (Yuli fitriana,2014)

(https://ml.scribd.com/doc/205581878/kista-dentigerous)

Ludwig Angina

Gejala klinis umum Ludwig angina meliputi malaise, lemah, lesu, nyeri leher yang

berat dan bengkak, demam, malnutrisi, dan dalam kasus yang parah dapat

meyebabkan stridor atau kesulitan bernapas (Hartmann, 1999). Gejala klinis ekstraoral

meliputi eritema, pembengkakan, perabaan yang keras seperti papan (board-like) srta

peninggian suhu pada leher dan jaringan ruang submandibula-sublingual yang

terinfeksi; disfonia (hot potato voice) akibat edema pada organ vocal. Gejala klinis intra

oral meliputi pembengkakan, nyeri dan peninggian lidah; nyeri menelan (disfagia),

hipersalivasi, kesulitan dalam artikulasi bicara(disarthria)_(Lemonick,2002). Factor

predisposisiberupa karies, perawatan gigi terakhir , sickle cell anemia, trauma, tindikan

pada frenulum lidah (Hartmann, 1999). Gejala klinis berupa nyeri pada leher dan diikuti

pembengkakan pada leher, demam selama 2 hari, pasien kesulitan membuka mulut

dan bicara karena nyeri dan bengkak pada leher, pasien merasakan bengkak pada

dasar lidah dan mengeluarkan nanah.

Pemeriksaan fisik pada penderita Ludwig angina, dapat memperlihatkan adanya

demam dan takikardi dengan karakteristik dasar mulut yang tegang dan keras. Karies

pada gigi molar bawah dapat dijumpai. Biasanya ditemui pula indurasi dan

pembengkakan ruang submandibularis yang dapat disertai dengan lidah yang terdorong

ke atas. Trismus dapat terjadi dan menunjukkan adanya iritasi pada m. masticator

(Lemonick, 2002).

Hartmann, RW. 1999. Ludwig’s Agina in children. Journal of American Family

Physician. July; Vol. 60.

Lemonick, DM. 2002. Ludwig’s Angina: Diagnosis and Treatment. Hospital Physiian.p.

31-37.

Page 3: Gambaran Klinis Dan Gejala Klinis

Trauma Maksilofasial

Fraktur maksila, manifestasi klinisnya meliputi :

- Perdarahan

- Lebam/ bengkak

- Perubahan ketajaman penglihatan dan terjadi perubahan ukuran pupil sehingga

terjadi perubahan kepekaan terhadap cahaya.

- Sakit kepala, vertigo atau kehilangan keseimbangan saat berjalan

- Mual dan muntah yang persisten

- Kejang

- Kesulitan berbicara, bernapas, dan menelan

- Perubahan sensasi pada wajah

- Cidera pada mata ( bengkak di sekitar mata, diplopia)

- Kehilangan gigi geligi

- Keluarnya cairan LCS melalui telinga atau hidung

- Infeksi :

Infeksi pada kulit (selulitis)

Abses

Infeksi pada tulang ( osteomyelitis)

Post traumatic sinusitis

Meningitis

Fraktur mandibula

Diagnosis fraktur mandibula ditegakkan berdasarkan adanya riwayat kerusakan

rahang bawah dengan memperhatikan gejala berikut : maloklusi gigi, gigi dapat

digerakkan, laserasi intraoral, nyeri mengunyah, deformitas tulang. Fraktur mandibula

dapat disertai dengan gejala lainnya, antara lain :

- Pembengkakan dan ekimosis pada kulit yang meliputi mandibula

- Rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan pada nervus alveolaris inferior

- Anasthesia yang terjadi pada satu bibir bawah, pada gusi atau gigi dimana

nervus alveolaris inferior menjadi rusak

Page 4: Gambaran Klinis Dan Gejala Klinis

- Gangguan morbilitas atau adanya krepitasi

- Malfungsi berupa trismus, rasa sakit waktu mengunyah dan lain-lain

- Gangguan jalan napas

Kerusakan hebat pada mandibula meyebabkan perubahan posisi, trismus,

hematoma, edema pada jaringan lunak. Kalau terjadi obstruksi yang hebat dari

jalan napas harus dilakukan trakeostomi

- Fraktur condylus bilateral menyebabkan tertariknya otot pteriogois eksternal

sehingga mandibula tertarik ke depan. Akibatnya oklusi gigi molar tidak

sempurna ( Soepardi, 2001) ( Soepardi A, Iskandar, N. 2001. Buku Ajar Ilmu

kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan kepala Leher. Edisi V. FK UI. Jakarta )