gagl jantung kronik
-
Upload
kevin-skeith -
Category
Documents
-
view
9 -
download
2
description
Transcript of gagl jantung kronik
Problem Based Learning
Gagal Jantung Kronik
Kevin Dyonghar
10.2007.072
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email: Kevin_dyonghar.com
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jantung mempunyai dua atrium atau serambi-serambi (atrium kanan dan atrium
kiri) yang membentuk kamar-kamar jantung bagian atas, dan dua ventrikel atau bilik-
bilik (ventrikel kiri dan ventrikel kanan) yang membentuk kamar-kamar jantung
bagian bawah. Ventrikel-ventrikel adalah kamar-kamar yang berotot yang memompa
darah ketika otot-otot berkontraksi (kontraksi dari otot-otot ventrikel disebut sistol).
Banyak penyakit-penyakit dapat mengganggu aksi memompa dari ventrikel.
Contohnya, otot-otot dari ventrikel dapat diperlemah oleh serangan-serangan jantung
atau infeksi-infeksi (myocarditis). Kemampuan memompa yang berkurang dari
ventricles yang disebabkan oleh pelemahan otot disebut disfungsi sistolik. Setelah
setiap kontraksi ventrikel (sistol) otot-otot ventrikel perlu untuk mengendur untuk
memasukkan darah dari atrium untuk mengisi ventrikel. Pengenduran dari ventrikel
disebut diastol.3
Gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) adalah kondisi
dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen
ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh. CHF merupakan
salah satu penyakit jantung yang cukup sering di derita oleh seseorang yang memiliki
riwayat penyakit jantung.
1
BAB II
ISI
2.1. Pemeriksaan Anamnesis, Fisik, dan Penunjang
A. Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara seksama yang dilakukan pasien yang berguna untuk
menunjang diagnosis penyakit seorang pasien. Seringkali, diagnosis yang baik sudah
dapat menentukan penyakit seseorang. Anamnesis merupakan gabungan dari keahlian
mewawancarai dan pegetahuan yang mendalam tentang gejala dan tanda suatu
penyakit sehingga dapat melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang yang sesuai
untuk penyakit tersebut.1
Anamnesis dibedakan menjadi 2 yaitu
- Auto anamnesis = Anamnesis yang dilakukan kepada pasien sendiri
- Allo anamnesis = Anamnesis yang dilakukan terhadap keluarga atau pengantarnya
Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan
riwayat penyakit dahulu.
Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter
atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama harus disertai
indicator waktu, berapa lama mengalami hal itu.1
Dalam scenario 2, keluhan utama ialah seorang laki-laki berusia 55 tahun
sesak nafas berat sejak 1 hari lalu, 5 jam yang lalu sesak timbul terus menerus.
Riwayat Penyakit Sekarang
Adalah ceritera yang kronologis, terinci dan jelas mengenai kesehatan pasien
sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Dalam membuat
riwayat penyakt sekarang, tidak boleh menggunakan bahasa kedokteran
melainkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sedapat mungkin, jangan
membuat pertanyaan kepada pasien yang dijawab dengan ya dan tidak tetapi
menggunakan kalimat tanya seperti apa, bagaimana dan lain-lain.
2
Data dari anamnesis harus memuat ; waktu dan lamanya keluhan, sifat dan
beratnya sekarang, lokalisasi dan penyebarannya, hubungan dengan waktu,
aktivitas, keluhan mengenai serangan, apakah keluhan baru pertama kali atau
tidak, factor resiko, apa ada saudara sedarah yang menderita penyakit, riwayat
perjalanan di daerah endemic, perkembangan penyakit dan upaya yang telah
dilakukan pasien.1
Dalam scenario ini ialah tidak didapatkan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan antara penyakit
yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Ditanyakan pula apakah
pernah kecelakaan, operasi, obat yang pernah diminum dan pemeriksaan yang
pernah dilakukan pasien.1
Dalam scenario ini ialah tidak didapatkan.
Adapun beberapa hal yang penting untuk ditanyakan pada pasien dengan
kecurigaan akan gangguan pada jantung yaitu:
- Keluhan utama pasien?
- Adakah rasa nyeri di sekitar dada?
- Jika ada nyeri, kapan munculnya, saat seperti apa (saat beraktivitas,
saat santai, atau setiap saat)
- Seberapa sering rasa sakit itu muncul
- Apakah rasa sakit itu menjalar atau hanya di satu titik?
- Sejak kapan rasa sakit itu mulai terjadi?
- Apakah rasa sakit itu semakin berat atau konstan?
- Adakah sesak napas?
- Adakah bengkak di sekitar tubuh?
- Keluhan lain seperti rasa malas, perasaan gampang lelah
- Batuk (berdahak, kering, atau berdarah)
- Pernah pingsan atau tidak
- Riwayat penyakit pendahulu pasien (Diabetes Melitus, Hipertensi, dll)
- Riwayat penyakit keluarga
- Apakah pasien memiliki alergi?
- Pengobatan atau terapi yang mungkin pernah dilakukan sebelumnya
3
B. Pemeriksaan Fisik
Adapun hal-hal yang perlu diperiksa adalah, cermati apakah terdapat :1
- Takipnoe
- Takikardi
- Hipotensi sistemik
- Elevasi Jugular Venous Preassure (JVP)
- Adanya retraksi dinding pernapasan
- Perkusi hipersonor paru-paru
- Adanya suara bising wheezing
- Peninggian parasternal sinistra
- Suara pernapasan yang lemah
- Peningkatan suara jantung S2
- Adanya suara split jantung yang meningkat bersamaan dengan
inspirasi
- Holosistolik murmur sepanjang sisi sternal bawah (regurgitasi
trikuspid)
- Diastolik murmur sepanjang sisi sternal sinistra yang dapat disertai
dengan regurgitasi pulmonal
- Gallop S3 dan S4 disebelah dextra
- Hepatomegali
- Adanya cairan asites abdominal
- Edema periferal
- Syanosis
C. Pemeriksaan Penunjang
Setelah kecurigaan atas adanya gangguan pada jantung semakin jelas, untuk
menegakkan diagnosis dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :2
Pemeriksaan Laboratorium
o Complete Blood Count (CBC/Pemeriksaan Darah Lengkap)
o Elektrolit
o Urea Nitrogen Darah dan Kreatinin
o Tes Kalsium, Magnesium, dan Fosfat
4
o Kadar Serum Asam Urat
o Tes Fungsi Lever
o Tes Koagulasi
o Tes Anti Nuclear Antibody (ANA) dan lain-lain
Elektrolardiograf (EKG) : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan
aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia, misalnya:
takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau
lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya aneurisme ventricular.
Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.
Echocardiography : Menunjukkan adanya penurunan fraksi ejeksi ventrikel
kiri, pembesaran ventrikel dan abnormalitas katup mitral.
Rontgen
o Pemeriksaan foto thorax
o Transthoracic echocardiograpy, yang mungkin didapat:
Dilatasi ventrikel kanan dengan penurunan fungsi sistolik
Septal deviasi
Aliran warna Doppler yang menunjukkan regurgitasi trikuspid
Sistolik arteri pulmonal yang dapat dipastikan dengan
regurgitasi trikuspid
o Scanning perfusi pulmonal, untuk melihat adanya gangguan pada
perdarahan pulmonal sebagai penyebab dari hipertensi pulmonal
Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dengan sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi, juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan
kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontrktilitas.2
Terdapat kriteria Framingham yang dapat digunakan untuk diagnosis gagal
jantung kongestif.
Kriteria Major
5
Paroksismal nokturnal dispnea
Distensi vena leher
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peninggian tekanan vena jugularis
Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnea d’effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia (>120 menit)
Major atau minor:
Penurunan berat badan > 4,5kg dalam 5 hari pengobatan.3
2.2. Different Diagnosis
Gagal jantung akut
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat (rapid onset) dari
gejala-gejala atau tanda-tanda (symptoms and signs) akibat fungsi jantung yang
abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa adanya sakit jantung sebelumnya.
Disfungsi jantung bisa berupa disfungsi sistolik atau disfungsi diastolik,
keadaan irama jantung yang abnormal atau ketidakseimbangan dari pre-load
atau after-load, seringkali memerlukan pengobatan penyelamatan jiwa, dan
perlu pengobatan segera. GJA dapat berupa acute de novo (serangan baru dari
GJA, tanpa ada kelainan jantung sebelumnya) atau dekompensasi akut dari
GJK. GJA dapat timbul dengan satu atau beberapa kondisi klinis yang berbeda.
6
2.3. Working Diagnosis
GAGAL JANTUNG KRONIK (CHF)
A. Pengertian
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang
penting dari definisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap
kebutuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa
jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi
miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi
mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah
perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal
sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan
perfusi jaringan dengan memadai. Definisi ini mencakup segala kelainan dari sirkulasi
yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam
volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adalah keadaan
dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme
kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih
umum yaitu, gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat
bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung,
seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.3
2.4. Manifestasi Klinik
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal
jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan dan gagal jantung
kongestif. Gejala dan tanda yang timbul pun berbeda, sesuai dengan pembagian
tersebut.
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, fatig, ortopnea, dispnea
nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung, irama derap, bunyi derap S3 dan
S4, pernafasan Cheyne Stokes, akikardi, pulsus aterans, ronki dan kongesti vena
pulmonalis.
7
Pada gagal jantung kanan timbul fatig, demam, liver engorgement, anoreksia dan
kembung. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan hipertrofi jantung kanan, irama
derap atrium kanan, murmur, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena
jugularis meningkat, bunyi P2 mengeras, asites, hidrotoraks, peningkatan tekanan
vena, hepatomegali, dan edema pitting.3
Gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan
kanan. Gejala-gejala dari gagal jantung kongestif bervariasi pada setiap individu
tergantung sistim-sistim organ tertentu yang terlibat dan tergantung pada derajat
kepada seluruh tubuh yang telah mengkompensasi untuk kelemahan otot jantung.
Gejala awal dari gagal jantung kongestif adalah kelelahan. Sementara
kelelahan adalah indikator yang sensitif dari kemungkinan gagal jantung
kongestif yang mendasarinya, tetapi kelelahan adalah gejala yang tidak
spesifik yang mungkin disebabkan oleh banyak kondisi-kondisi lain.
Kemampuan seseorang untuk berolahraga mungkin juga berkurang. Pasien-
pasien mungkin bahkan tidak merasakan pengurangan ini dan mereka
mungkin tanpa sadar mengurangi aktivitas-aktivitas mereka untuk
mengakomodasikan keterbatasan ini.
Ketika tubuh menjadi terlalu terbebani dengan cairan dari gagal jantung
kongestif, pembengkakan (edema) dari pergelangan-pergelangan kaki dan
kaki-kaki atau perut mungkin terjadi.
Cairan mungkin berakumulasi dalam paru-paru, dengan demikian
menyebabkan sesak napas, terutama selama olahraga/latihan. Pada beberapa
kejadian, pasien-pasien terbangun di malam hari dan merasa sesak napas.
Beberapa mungkin tidak mampu untuk tidur kecuali duduk dengan posisi
tegak lurus.
Cairan ekstra dalam tubuh mungkin menyebabkan intensitas buang air kecil
yang meningkat, terutama pada malam hari.
Akumulasi dari cairan dalam hati dan usus-usus mungkin menyebabkan rasa
mual, nyeri perut, dan nafsu makan yang berkurang.3
2.5. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit
jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal
jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau
8
menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban
awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir
meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan
kardiomiopati.
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui
penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan
infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Penanganan yang efektif terhadap gagal
jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme
fisiologis dan penyakit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang
memicu terjadinya gagal jantung.4
Faktor Predisposisi :
1.Faktor yang bersifat irreversible :
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia tua
Riwayat keluarga
Ras (African Americans, American Indians, and Mexican Americans lebih
sering menderita penyakit jantung dibanding Caucasians)
2.Faktor yang bersifat reversible :
Merokok.
Kolesterol
Hipertensi (tekanan darah tinggi).
Aktivitas fisik.
Obesitas
Diabetes yang tidak terkontrol.
Tinggi protein C-reaktif.
Stres dan kemarahan yang tidak terkendali3
Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal
jantung, yaitu :
• Kelebihan Na dalam makanan
• Kelebihan intake cairan
• Tidak patuh minum obat
• Iatrogenic volume overload
• Aritmia : flutter, aritmia ventrikel
9
• Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker
• Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli paru.
CHF menurut New York Heart Assosiation (NYHA) dibagi menjadi :
• Grade 1 : Sesak nafas saat aktivitas berat.
• Grade 2 : Sesak nafas saat aktivitas sedang.
• Grade 3 : Sesak nafas saat aktivitas ringan.
• Grade 4 : Sesak nafas saat sedang istirahat.
Penyebab Frekuensi relatif
Kardiomiopati dilated atau
tidak diketahui
45%
Penyakit Jantung Iskemik 40%
Kelainan katup 9%
Hipertensi 6%
Tabel 1. Etiologi penyerta gagal jantung kronik.
2.6. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi volume sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Dengan meningkatnya EDV (end diastolic volume) ventrikel, terjadi
peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (LVEDP). Derajat
peningkatan tekanan bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan
meningkatnya LVEDP, terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP).
Peningkatan LAP diteruskan ke dalam pembuluh darah paru, meningkatkan
tekanan kapiler dan vena paru. Apabila tekanan hidrostatik kapiler paru
melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan ke
10
dalam interstisial, menyebabkan edema intertisial. Peningkatan tekanan lebih
lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadi
edema paru. Tekanan arteri paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis
tekanan vena paru. Serangkaian kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri
juga akan terjadi pada jantung kanan yang akhirnya akan menyebabkan edema
dan kongesti sistemik.
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang
dapat dilihat, yaitu meningkatnya aktivitas adrenergic simpatis, meningkatnya
beban awal akibat aktivasi system RAA, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon
kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada
awal perjalanan gagal jantung, terutama pada saat istirahat. Namun, kelainan
kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak saat
beraktivitas, sehingga dengan berlanjutnya gagal jantung, kompensasi menjadi
kurang efektif. Awalnya, respon kompensatorik sirkulasi memiliki efek yang
menguntungkan, namun akhirnya mekanisme tersebut dapat menimbulkan
gejala, meningkatkan kerja jantung, dan memperburuk derajat gagal jantung.7
2.7. Epidemiologi
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit.
Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai
prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi
CHF adalah tergantung umur/age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang
pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun.
Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, akan didapati prevalensi
dari CHF yang meningkat juga. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yang
mempunyai hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain itu semakin
membaiknya angka keselamatan (survival) post-infark pada usia pertengahan,
menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami CHF.3
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari gagal jantung terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
- Penghilangan penyebab presipitasi
11
Seperti penghilangan bakteri penyebab gangguan kalsifikasi pada katup
jantung pada demam rematik
- Koreksi penyebab dasar
Dengan melakukan operasi yang diperlukan sehingga anatomis jantung
dapat membaik
- Pencegahan penghalang fungsi jantung
Dengan medika mentosa, berbagai macam obat yang dapat membantu
dengan tujuan antara lain:
Mencegah perburukan gagal jantung
Dengan pemberian obat dengan golongan penghambat ACE-
inhibitor, β-blocker (penghambat reseptor β).
ACE-inhibitor terbukti dapat mengurangi mortalitas dan
morbiditas pada semua pasien gagal jantung sistolik (semua
derajat keparahan, termasuk yang asimtomatik).6 Obat ini
menghambat enzim pengkonversi angiotensin I menjadi II.
Merupakan pengobatan lini pertama untuk pasien dengan
fungsi sistolik ventrikel kiri yang menurun. ACE-inhibitor
harus diberikan bersama diuretic jika diberikan pada pasien
dengan retensi cairan. Efek samping yang mungkin timbul
adalah hipotensi, gangguan fungsi ginjal, hiperkalemia, dan
angioedema. Batuk dapat timbul karena obat ini juga
mencegah pemecahan bradikinin.
12
od= sekali sehari; bid= dua kali sehari; tid= tiga kali sehari
Tabel 2. Dosis ACE-inhibitor Untuk Pengobatan Gagal Jantung
Β-blocker
Bekerja terutama dengan menghambat efek merugikan dari aktivasi simpatis pada
pasien gagal jantung, dan efek ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan
dengan efek inotropik negatifnya.6 Stimulasi adrenergic pada jantung memang
pada awalnya meningkatkan kerja jantung, akan tetapi aktivasi simpatis yang
berkepanjangan pada jantung yang telah mengalami disfungsi akan merusak
jantung yang dicegah oleh β-blocker. Merupakan penghambat reseptor β yang
akan menyebabkan berkurangnya automatisitas sel autumatik jantung,
pengurangan kontraktil miokard, serta pengurangan denyut jantung dengan
demikian akan menghambat aritmia jantung.
Obat Dosis Awal Dosis Pemeliharaan
Captopril 6,25 mg tid 25-50 mg tid
Enalapril 2,5 mg od 10-20 mg bid
Lisinopril 2,5 mg od 5-20 mg od
Ramipril 1,25 mg od/bid 2,5-5 mg bid
Trandolapril 1 mg od 4 mg od
Kuinapril 2,5 mg od 5-10 mg bid
Fosinopril 5-10 mg od 20-40 mg od
Perindopril 2 mg od 4 mg od
13
Pemberian obat ini harus dimulai dengan dosis yang sangat rendah dan
ditingkatkan perlahan-lahan yang disesuaikan dengan respon pasien (umumnya 2x
lipat setiap 1-2 minggu). Pada awal terapi mungkin dapat terjadi:
a. Retensi cairan dan memburuknya gejala-gejala, sehingga perlu ditingkatkan dosis
diuretic
b. Hipotensi
c. Bradikardia
d. Rasa lelah
β-blocker Dosis Awal Titrasi Dosis Dosis Target Periode Titrasi
bisoprolol 1,25 mg od 2,5;3,75;5;7,5;10 10 mg od Minggu-bulan
Metoprolol
suksinat CR
12,5/35mg
od
25;50;100’200 200 mg od Idem
karvedilol 3,125 mg bid 6,25;12,5;25;50 25 mg bid idem
Tabel 3. Dosis Awal, Dosis Target dan Titrasi Dosis β-blocker
Mengurangi gejala-gejala gagal jantung
Diperlukan pengurangan overload cairan dengan diuretic, penurunan resistensi
perifer dengan vasodilator, dan penignkatan kontraktilitas miokard dengan obat
inotropik.
Diuretik
Merupakan obat utama untuk mengatasi gagal jantung akut yang selalu disertai
dengan kelebihan (overload) cairan yang bermanifestasi sebagai kongesti paru
atua edema perifer. Penggunaan diuretic dengan cepat menghilangkan sesak napas
dan meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas fisik. Diuretik mengurangi
retensi air dan garam sehingga mengurangi volume cairan ekstrasel, alir balik
vena, dan tekanan pengisian ventrikel (preload). Dengan demikian kongesti paru,
edema perifer akan berkurang.
Untuk tujuan tersebut, awalnya pasien diberikan diuretic kuat seperti furosemid
dosis awal 40mg od atau bid dan ditingkatkan hingga diperoleh diuresis yang
cukup.
Diuretik tidak mengurangi mortalitas sehingga harus dikombinasikan dengan
ACE-inhibitor. Namun diuretic tidak boleh diberikan kepada gagal jantung
asimtomatik maupun yang tanpa overload cairan.
14
Diuretik tiazid diberikan kombinasi dengan diuretic kuat . tiazid disertai dengan
ekskresi kalium yang tinggi. Diuretik hemat kalium contohnya adalah triamteren,
amilorid. Namun diuretik hemat kalium merupakan diuretik yang lemah.
Vasodilator
Hidralazin-isosorbid dinitrat, nitropurusid intravena, nitrogliserin intravena.
Obat gagal jantung lainnya
Antagonis aldosterone
Aldosteron memacu remodelling dan disfungsi ventrikel melalui penignkatan
preload dan efek langsung yang menybabkan fibrosis miokard dan proliferasi
fibroblast. Karena itu antagonis aldosteron akan mengurangi efek dari aldosteron
itu sendiri.
Glikosida jantung
Saat ini hanya digoksin yang digunakan untuk terapi gagal jantung.6 Efek digoksin
pada pengobatan gagal jantung berupa inotropik positif, kronotropik negative
(mengurangi frekuensi denyut ventrikel pada takikardia atau fibrilasi atrium) dan
mengurangi aktivasi saraf simpatis.
Inotropik lain
Dopamine, dobutamin. Dobutamin merupakan β agonis yang terpilih untuk pasien
gagal jantung dengan disfungsi sistolik.
Antitrombotik
Warfarin (antikoagulan oral) diindikasikan pada gagal jantung dengan fibrilasi
atrial, riwayat kejadian tromboembolik sebelumnya atau adanya thrombus di
ventrikel kiri, untuk mencegah stroke atau tromboembolisme.
Antiaritmia
Berupa β-blocker dan amiodaron. Amiodaron digunakan pada gagal jantung
hanya jika disertai dengan fibrilasi atrial dan dikehendaki ritme sinus. Amiodaron
adalah satu-satunya obat antiaritmia yang tidak disertai dengan efek inotropik
negatif.6
- Pengontrolan dari kongesti gagal jantung
Dengan mengontrol retensi cairan, pengurangan asupan natrium.
15
Sedangkan non-medika mentosa yang dapat dilakukan adalah:
- Diet
Pada pasien gagal jantung dengan diabetes, obesitas harus diet sesuai
untuk menurunkan gula darah atau berat badan serta lipid. Asupan natrium
harus dibatasi menjadi 2-3 gram/ hari.
- Merokok
Harus dihentikan
- Aktivitas fisik
Olahraga yang teratur seperti berjalan atau bersepeda dianjurkan pada
pasien gagal jantung yang stabil dengan intensitas nyaman bagi pasien.
- Istirahat
Dianjurkan bagi gagal jantung akut atau tidak stabil, kurangi aktivitas fisik
berlebihan.
- Bepergian
Hindari tempat tinggi, panas, atau lembab.
2.9. Pencegahan
Risiko penyakit jantung (kecuali penyakit jantung bawaan) dapat diminimalisir
dengan melakukan hidup sehat. Tidak merokok, diet seimbang, olahraga teratur, serta
istirahat yang cukup dapat meminimalisir terjadinya gangguan pada jantung.4
2.10. Prognosis
Prognosis CHF tergantung dari derajat disfungsi miokardium. Menurut New
York Heart Assosiation, CHF kelas I-III didapatkan mortalitas 1 dan 5 tahun masing-
masing 25% dab 52%. Sedangkan kelas IV mortalitas 1 tahun adalah
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
sesuai yang diperlukan dalam proses metabolisme. Gagal jantung dapat disebabkan
oleh faktor kardiak (dari jantung itu sendiri, baik miokardium, anatomis jantung, dan
lain-lain) atau faktor diluar jantung (kehamilan, karena obat, kelainan congenital,
infeksi bakteri, dan lain-lain). Pemeriksaan jantung dimulai dari anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang echocardiogram sebagai golden standard.
Berdasarkan fungsinya, obat gagal jantung memiliki dua tujuan yaitu mencegah
buruknya gagal jantung dengan menggunakan obat-obatan ACE-inhibitor dan β-
blocker serta mengurangi efek samping dari gagal jantung dengan menggunakan obat
golongan diuretic serta vasodilator. Komplikasi dari gagal jantung adalah aritmia,
hipoksia, sinkop serta berujung pada kematian dengan daya tahan pasien 6 bulan
hingga 4 tahun. Gagal jantung dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup yang
sehat.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. McPhee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis & treatment. USA : Mc-
Graw-Hill Companies. 2009. Pg. 348-57
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta Pusat : Interna Publishing. 2009. Hal.
1583-5
3. Fuster V, O’Rouke RA, Walsh RA, Poole-Wilson P. Hurst’s the heart. 12th Ed.
China : Mc-Graw-Hill Companies. 2008. Pg. 691-709
4. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL.
Harrison’s principles of internal medicine. 15th Ed. USA : Mc-Graw-Hill
Companies. 2001. Pg. 1318-28
5. Crawford MH. Current consult cardiology. International Ed. USA : Mc-Graw-
Hill Companies. 2006. Pg. 94-102
6. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan terapi. Edisi 5.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009. Hal. 299-313
7. O’Donnell MM, Carleton PF. Disfungsi mekanisme jantung dan bantuan
sirkulasi. Dalam: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2005. H 633-9.
18
19