gagal ginjal kronik
-
Upload
govamaniacs-insave-iv -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of gagal ginjal kronik
Gagal Ginjal Kronik
Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah gangguan atau kerusakan struktural dan fungsional
pada ginjal yang membatasi atau menurunkan kapasitas filtrasi glomerulus ginjal
yang bersifat progresif secara perlahan-lahan. Gagal ginjal kronik merupakan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan ireversibel, dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah). Batasan penyakit ginjal kronik adalah:
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
Kelainan patologik
Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria
2. Laju filtrasi glomerulus <60 ml/menit/1,73m2 selama > 3 bulan dengan
atau tanpa kerusakan ginjal.
Perjalanan klinis gagal ginjal kronik dibagi dalam tiga stadium, yaitu:
1. Stadium penurunan cadangan ginjal, pada stadium ini pasien asimtomatik
namun dapat diketahui dengan GFR (laju filtrasi glomerulus) yang
menurun 25% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalamipoliuria dan
nokturia, GFR 10% - 25% dari normal, kadar kreatin serum dan BUN
sedikit meningkat di atas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESDR) atau sindrom uremik, ditandai
dengan GFR kurang dari 5 atau 10 ml/menit (kurang dari 10% keadaan
normal), kadar serum kreatin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi
perubahan biokimia dan gejala yang komplek.
Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu:
1. Penyebab pre-renal: berupa gangguan aliran darah kearah ginjal sehingga
ginjal kekurangan suplai darah sehingga menyebabkan kurang oksigen
dengan akibat lebih lanjut jaringan ginjal mengalami kerusakan, misal:
volume darah berkurang karena dehidrasi berat atau kehilangan darah
dalam jumlah besar, berkurangnya daya pompa jantung, dan adanya
sumbatan atau hambatan aliran darah pada arteri besar yang kearah ginjal.
2. Penyebab renal: berupa gangguan atau kerusakan yang mengenai jaringan
ginjal sendiri, misal: kerusakan akibat penyakit diabetes mellitus (diabetic
nephropathy), hipertensi (hypertensive nephropathy), penyakit sistem
kekebalan tubuh seperti SLE (SystemicLupusErythematosus), peradangan,
keracunan obat, kista dalam ginjal, dan berbagai gangguan aliran darah
didalam ginjal yang merusak jaringan ginjal.
3. Penyebab post renal: berupa gangguan atau hambatan aliran keluar
(output) urin sehingga terjadi aliran balik urin kearah ginjal yang dapat
menyebabkan kerusakan ginjal, misal: akibat adanya sumbatan atau
penyempitan pada saluran pengeluaran urin antara ginjal sampai ujung
saluran kencing, contoh: adanya batu pada ureter sampai uretra,
penyempitan akibat saluran tertekuk, penyempitan akibat pembesaran
kelenjar prostat, tumor, dan sebagainya.
Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, maka gejala akan semakin berat. Penurunan jumlah glomeruli yang
normal menyebabkan penurunan jumlah substansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal. Dengan menurunnya glomerulo filtrat rate (GFR)
mengakibatkan penurunan klirens kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin
serum. Hal ini menimbulkan gangguan metabolisme protein dalam usus yang
menyebabkan anoreksia, nausea maupan vomitus yang menimbulkan perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Peningkatan ureum kreatinin sampai ke otak
mempengaruhi fungsi kerja, mengakibatkan gangguan pada saraf, terutama pada
neurosensori. Selain itu Blood Ureum Nitrogen (BUN) biasanya juga meningkat.
Pada penyakit ginjal tahap akhir urin tidak dapat dikonsentrasikan atau
diencerkan secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit.
Natrium dan cairan tertahan meningkatkan resiko gagal jantung kongestif.
Penderita dapat menjadi sesak nafas, akibat ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan kebutuhan. Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema dan
ascites. Hal ini menimbulkan resiko kelebihan volume cairan dalam tubuh,
sehingga perlu dimonitor balance cairannya. Semakin menurunnya fungsi renal
terjadi asidosis metabolik akibat ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang
berlebihan. Terjadi penurunan produksi eritropoetin yang mengakibatkan
terjadinya anemia. Sehingga pada penderita dapat timbul keluhan adanya
kelemahan dan kulit terlihat pucat menyebabkan tubuh tidak toleran terhadap
aktifitas.
Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal terjadi peningkatan kadar
fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Laju penurunan
fungsi ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan dengan gangguan
yang mendasari, ekskresi protein dalam urin, dan adanya hipertensi.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang muncul pada pasien dengan gagal ginjal kronik yaitu:
1. Gangguan pada sistem gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan
metaboslime protein dalam usus.
Mulut bau amonia disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur.
Cegukan (hiccup)
Gastritis erosif, ulkus peptik, dan kolitis uremik
2. Kulit
Kulit berwarna pucat akibat anemia.
Gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremik.
Ekimosis akibat gangguan hematologis
Urea frost akibat kristalisasi urea
Bekas-bekas garukan karena gatal
3. Sistem Hematologi
Anemia
Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
Gangguan fungsi leukosit
Defisiensi imun
4. Sistem Saraf dan Otot
Restles leg syndrome
Pasien merasa pegal pada kakinya, sehingga selalu digerakkan.
Burning feet syndrome
Rasa semutan dan seperti terbakar, terutama ditelapak kaki.
Ensefalopati metabolic
Lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, asteriksis,
mioklonus, kejang.
Miopati
Kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas
proksimal.
Letargi, malaise, anoreksia, tremor, flap, mioklonus, kejang, koma.
5. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi
Akibat penimbunan cairan dan garam.
Nyeri dada dan sesak nafas
Gangguan irama jantung
Edema akibat penimbunan cairan
Gagal jantung
6. Sistem endokrin
Gangguan seksual: libido, ginekosmastia, galaktore, impotensi, fertilitas
dan ereksi menurun pada laki-laki.
Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin, dan gangguan sekresi
insulin.
Gangguan metabolisme lemak.
Gangguan metabolisme vitamin D.
7. Sistem Pernafasan
Hiperventilasi asidosis
edema paru
effusi pleura.
8. Kemih
Nokturia
Anuria
Haus
Proteinuria
penyakit ginjal yang mendasarinya
9. Gangguan sistem lain
Tulang : osteodistrofi renal, Hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D.
Asidosis metabolik.
Kepala dan leher: Rambut rontok, JVP meningkat.
Mata: Fundus hipertensif, mata merah.
Sendi: Gout, pseudogout, kalsifikasi ekstra tulang.
Farmakologi: Obat-obat yang diekskresi oleh ginjal.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGK,
menentukan gangguan sistem, dan membantu menetapkan etiologi. Blood
ureum nitrogen (BUN)/kreatinin meningkat, kalium meningkat,
magnesium meningkat, kalsium menurun, protein menurun.
2. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia, hipokalsemia).
Kemungkinan abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa.
3. Ultrasonografi (USG)
Untuk mencari adanya faktor yang reversibel seperti obstruksi oleh karena
batu atau massa tumor, dan untuk menilai apakah proses sudah lanjut.
4. Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal.
Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
5. Pieolografi Intra-Vena (PIV)
Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, untuk
menilai sistem pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan Pielografi Retrograd
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.
7. Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid
overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikadial.
8. Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi dan kalsifikasi metastatik.