kasus gagal ginjal kronik

download kasus gagal ginjal kronik

of 34

description

gagal ginjal kronik

Transcript of kasus gagal ginjal kronik

A. IDENTITAS

Nama

: Tn. Taswid

Jenis Kelamin: Laki-Laki

Umur

: 54 tahun

Alamat

: Pener Kecamatan Pangka - Tegal

Pekerjaan: Supir

Pendidikan: SD

Agama

: Islam

B. ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 4 Juni 2014Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan bengkak seluruh tubuh semenjak 2 bulan SMRS

Keluhan Tambahan

Sesak

Pinggang pegal

Batuk

Penurunan Nafsu Makan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien Laki-laki berusia 54 tahun datang ke RSUD Kardinah dengan keluhan bengkak di seluruh tubuh semenjak 2 bulan SMRS. Keluhan menetap dan dirasakan semakin bertambah parah. Bengkak muncul di bagian kaki terlebih dahulu kemudian seluruh tubuh. Selain bengkak, pasien juga mengeluhkan adanya sesak yang dirasakan setiap saat. Sesak diperberat oleh aktivitas. Pada saat tidur pasien tidur menggunakan 6 bantal dan sering terbangun karena sesak pada malam hari. Sesak tidak berkurang dengan aktivitas. Pasien batuk berdahak, warna putih, berbusa, dan tidak ada darah. Nyeri perut disangkal oleh pasien, namun pasien sering mengeluhkan nyeri pinggang semenjak 2 bulan SMRS. Nyeri dirasakan berupa pegal-pegal yang hilang timbul.

Pada pasien terdapat gangguan buang air kecil (BAK), BAK dirasakan menjadi lebih jarang dan kurang lancar. Sekali buang air kecil kurang lebih setengah gelas aqua. Dalam sehari pasien buang air kecil sebanyak 5x. Gangguan BAB disangkal oleh pasien.

Pada mata pasien terdapat keluhan mata yang menjadi kuning. Penurunan nafsu makan dan bertambahnya berat badan pasien . Pasien juga merasa kulitnya menjadi lebih hitam dibandingkan sebelum sakit. Mual (+) muntah (-)Demam, nyeri perut, nyeri dada, gangguan BAB disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak pernah alami hal yang sama sebelumnya. Riwayat darah tinggi (+) Pasien mengaku sudah lama menderita darah tinggi, kencing manis (-) Riwayat Sakit Ginjal (+) Riwayat batu ginjal (-). Pasien meminum obat-obatan darah tinggi hanya pada saat ada keluhan, pasien tidak rutin meminum obat-obatan darah tinggi ataupun kontrol ke dokter. Riwayat alergi obat (- ) Alergi makanan ( -)

Riwayat Penyakit KeluargaDi keluarga pasien tidak ada yang menderita hal yang sama. Terdapat riwayat darah tinggi pada ibu pasien. Riwayat sakit ginjal di keluarga pasien disangkal.Riwayat KebiasaanPasien mengaku jarang minum air putih dan biasa meminum jamu-jamuan. Selain itu pasien sering meminum obat-obatan warung tanpa konsultasi terhadap dokter.

Riwayat Pengobatan

Sebelumnya, pasien sudah pernah dirawat dengan keluhan yang sama kurang lebih 1 bulan SMRS dengan penyakit ginjal. Namun, pasien pulang dengan menolak cuci darah. Untuk penyakit darah tinggi pasien, pasien mengaku tidak pernah berobat ke dokter dan sudah lama menderita darah tinggi. Pasien hanya berobat ke dokter saat ada keluhan saja.Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai supir . Istri tidak bekerja dan pengobatan ditanggung oleh BPJS.

C. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum

Kesadaran: Compos Mentis (GCS 15)

Kesan Sakit: Pasien Tampak Sakit Sedang, tampak lemasKesan Gizi: Gizi baik

b. Tanda Vital

Antopometrik = BB 65 kg TB = 155 cm

BMI = 27, 06 TD = 150/80 mmHgFR = 24 kali/menit, irama teratur, pernapasan tipe abdomino-thorakal, kussmaul (-) Cheyne Stokes (-)FN = 72 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, ekualitas sama.Suhu = 37,10C melalui axilla.c. Status Generalisata

Kepala

: Normocephali, warna rambut hitam, uban (-), lurus (+), distribusi merata (+), rontok (-), alopesia (-), mudah dicabut (-) Mata

: Alis rata (+/+), oedem palpebra superior (+), hordeolum (-), kalazion (-), entropion (-). Ptosis (-/-), trikiasis (-/-), Conjunctiva anemis (-/-), pupil isokor (+/+), diameter pupil (2/2) mm Sklera ikterik +/+, RCTL +/+, RCL +/+. Hidung: Nafas cuping hidung (-), deviasi septum (-), sekret (-/-), perdarahan (-/-), mukosa hidung hiperemis/pucat (-/-), sianosis (-/-) Telinga: Deformitas daun telinga (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), tuli (-/-) Mulut

: Bibir kering (-), bibir pucat (-), sianosis (-). Lidah kotor (-), tepi hiperemis (-), tremor (-), karies gigi (+), gusi berdarah (-), faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1) Leher

: JVP 5+2 cm H2O, Tidak teraba pembesaran KGB, Tidak teraba pembesaran tiroid, trakea tidak ada deviasi Thorax

: Pada inspeksi dinding dada kanan kiri simteris, sela iga tidak melebar, tidak memakai otot bantu nafas Paru

Anterior

DextraSinistra

InspeksiGerak Dada simetris saat statis dan dinamis

PalpasiVocal Fremitus dextra melemah

PerkusiSonorSonor

Auskultasi

Suara DasarVesikuler melemahVesikuler

Suara TambahanRonchi (+)Wheezing (-)Ronchi (+)Wheezing (-)

Posterior

DextraSinistra

InspeksiGerak Dada simetris saat statis dan dinamis

PalpasiVocal Fremitus dextra melemah

PerkusiSonorSonor

Auskultasi

Suara DasarVesikuler melemahVesikuler

Suara TambahanRonchi (+)

Wheezing (-)Ronchi (+)

Wheezing (-)

Jantung

Inspeksi: Ichtus Cordis tidak nampak

Palpasi

: Ichtus cordis teraba di ICS V, 1 cm linea midklavikularis sinistra, tidak teraba thrill.

Perkusi:

Batas kanan(ICS V, linea parasternal dextra

Batas kiri( ICS V, garis midklavikularis

Batas atas( ICS III, linea sternalis dextra

Pinggang jantung (Cekung

Auskultasi

Suara dasar( BJ I-II reguler, nadi

Suara tambahan ( Murmur (-), gallop (-)

Mitral

: M1>M2, regular (+)Trikuspid

: T1>T2, regular (+)Aorta

: A1 < A2, regular (+)Arteri pulmonalis: P1 < P2, regular (+) Abdomen: Inspeksi: Sagging of the flank

Auskultasi: BU (+) N, 3x/menit.

Palpasi

: Supel, Tidak teraba massa, Nyeri tekan (-), ballotemen gijal (-), pembesaran hepar (-), Lien teraba (-) Perkusi : Ascites (+), tes undulasi (+), shifting dullness (+) Inguinal: Pembesaran kelanjar limfatik (-), pistol shot (-). Genitalia: Pitting oedem (+) pada penis Anus

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Superior (Dekstra/sinistra)Inferior

(Dekstra/sinistra)

Pitting Oedem+/++/+

Sianosis-/--/-

Ikterik-/--/-

Kekuatan Otot5/55/5

Klonus-/--/-

CRT70% melalui hepar tidak diperlukan penyesuaian dosis. Beberapa obat yang harus di hindari seperti metformin, meperidine dan obat oral hipoglikemik yang dieliminasi melalui ginjal. NSAID harus dihindari karena resiko memperburuk fungsi ginjal. Banyak antibiotik, antihipertensi dan antiaritmia yang membutuhkan penyesuaian dosis.

b. Penatalaksaan suportif

Pada penyakit ginjal, khususnya gagal ginjal didapatkan kesulitan membuang elektrolit-elektrolit, seperti kalium, fosfat, dan lain sebagainya. Hiponatremia dan hipoosmolalitas dapat dikendalikan dengan membatasi intake air. Sebaliknya, pada kasus hipernatremia ditangani dengan pemberian air ataupun saline atau isotonik yang mengandung dekstrosa.

Asidosis metabolik tidak biasanya ditangani kecuali bikarbonat dalam darah jatuh di bawah 15 mmol/L atau PH arteri dibawah 7,2. Asidosis yang lebih berat dikoreksi dengan pemberian bikarbonat oral atau intravena. Pada pasien yang mengkonsumsi sodium bikarbonat biasanya dibutuhkan dialisis segera. Hiperpospatemia dikendalikan dengan pembatasan asupan fosfat dan dengan pengikat fosfat oral, seperti kalsium karbonat, kalsium asetat, sevalamar dan alumunium hidroksida untuk mengurangi absorpsi fosfat di gastrointestinal. Hipokalsemi biasanya tidak membutuhkan pengobatan kecuali kasus gawat, dengan munculnya rhabdomyolysis atau pancreatitis atau setelah pemberian bikarbonat. Hiperurisemia biasanya ringan (180/110 mmHg). Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18%, dan 15% pada kelompok umur 60-69, 70-79, 80-89 dan diatas 90 tahun.D. KLASIFIKASIHipertensi dapat dibedakan menurut sebabnya:

1. Hipertensi primer/esensial

Diagnosa ditegakkan dengan menyingkirkan penyebab, karena tidak diketahui penyebabnya

2. Hipertensi sekunder

Diagnosis ditegakkan pada hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti pada hipertensi renal, hipertensi yang disebebkan oleh kelainan endokrin, hipertensi yang disebabkan oleh obat, dan lain sebagainya.Klasifikasi darah tinggi menurut JNC VII

Sistole (mmHg)Diastole (mmHg)

Normal100

E. PATOFISIOLOGIHasil curah jantung dan resistensi perrifer total menentukan tekanan darah. Jadi hipertensi terjadi setelah curah jantung atau TPR atau keduanya meningkat. Pada kasus pertama, kita berbicara mengenai hipertensi hiperdinamik atau H. Curah jantung dengan peningkatan tekanan sistol lebih besar dari tekanan diastol. Pada hipertensi resistansi, tekanan sitol dan diastol meningkat dalam jumlah yang sama atau (lebih sering) tekanan diastol lebih dari tekanan sitol, Peningkatan cueah jantung pada hipertensi hiperdinamik disebabkan oleh peningkatan frekuensi denyut jantung atau volume ekstrasel yang menyebabkan peningkatan aliran balik vena sehingga meningkatkan volume sekuncup (mekanisme frank-sterling). Begitu pula, peningkatan aktivitas simpatis dari sistem saraf pusat dan atau peningkatan respons terhadap katekolamin (misal, akibat hormon kortisol atau tiroid) dapat menyebabkan peningkatan curah jantung.

Hipertensi resistansi terutama disebabkan oleh vasokonstriksi perifer yang luar biasa tinggi (arteriol) atau beberapa penyempitan pembuluh darah perifer lain. Tetapi dapat juga akibat peningkatan viskositas darah (peningkatan hematokrit). Vasokonstriksi terutama berasal dari peningkatan aktivitas simpatis( dari saraf atau medula adrenal.), peningkatan respons terhadap katekolamin atau peningkatan konsentrasi angiotensin II.

Pada hipertensi primer, berbagai faktor menjadi pendukung dari terjadinya hipertensi, seperti adanya komponen genetik, stres psikologis, dan asupan NaCl yang tinggi (sekitar 10-15 g/hari = 170-250 mmol/hari). Melalui peningkatan aldosterone, organisme akan terlindungi dari kehilangan Na+ 9atau pengurangan volume ekstrasel), sedanagkan orang yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap garam tampaknya relatif tidak terlindung iterhadap asupan NaCl yang tinggi. Pada pasien ini pelepasan aldosteron sangat terhambat, bahkan untuk asupan Na normal (