Gagaj Jantung Kronik
-
Upload
gian-oktavianto -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of Gagaj Jantung Kronik
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
1/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 1
Gagal Jantung Kronik
Gian Oktavianto
1020120216
Kelompom B6
E-mail:[email protected]
Pendahuluan
Gagal jantung atau Heart Failure merupakan suatu sindrom klinis kompleks yang
ditandai dengan sesak nafas dan fatik saat istirahat maupun beraktivitas, yang disebabkan oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh jaringan tubuh secara adekuat
akibat adanya gangguan structural dan fungsional jantung. Gagal jantung kronik
didefinisikan sebagai sindrom kompleks klinis yang disertai keluhan gagal jantung berupa
sesak, fatik saat istirahat maupun beraktivitas, edema, dan tanda objektif adanya disfungsi
jantung dalam keadaan istirahat.
Anamnesis
Anamnesis harus mencakup penilaian gaya hidup seseorang serta pengaruh penyakit
jantung terhadap kegiatan sehari-hari bila lebih bertujuan pada perawatan penderita. Riwayat
pasien sebaiknya mencakup juga riwayat keluarga dan insiden penyakit kardiovaskular pada
keluarga tingkat pertama (orang tua dan anak). Biasanya saat melakukan anamnesis denganpenderita penyakit jantung akan dijumpai gejala dan tanda penyakit jantung seperti:
1
1. AnginaAngina atau nyeri dada disebabkan karena kekurangan oksigen atau iskemia
miokardium. Angina dapat dijumpai sebagai nyeri yang dijalarkan atau nyeri yang
berasal dari mandibula, legan atas atau pertengahan punggung.
2. DispneaDispnea atau sulit bernafas disebabkan meningkatnya usaha bernapas yang terjadi
akibat kongesti pembuluh darah paru dan perubahan kemampuan pengembangan paru.
Ortopnea merupakan kesulitan bernapas pada posisi berbaring. Dispnea nokturnal
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
2/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 2
paroksismal atau dispnea yang terjadi sewaktu tidur terjadi akibat kegagalan ventrikel
kiri.
3. PalpitasiPalpitasi atau berdebar terjadi karena perubahan kecepatan, keteraturan, atau kekuatan
kontraksi jantung.
4. Edema periferEdema perifder terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang intertisial.
5. SinkopSinkop atau kehilangan kesadaran sesaat disebabkan akibat aliran darah otak yang
tidak adekuat.
6. Kelelahan dan kelemahan,Kelelahan dan kelemahan terjadi akibat curah jantung yang rendah dan perfusi lairan
darah perifer yang berkurang.
Faktor pencetus gejala dan tanda penyakit jantung, serta faktor yang dapat
menanggulanginya harus ditentukan. Angina biasanya terjadi apabila pasien beraktivitas dan
berkurang dengan istirahat. Dispnea dihubungkan dengan kegiatan fisik, tetapi perubahan
posisi tubuh dan redistribusi cairan tubuh sesuai gravitasi yang mengikutiya dapat
mencetuskan dispenia. Ortopnea dapat dikurangi dengan meninggikan dada dengan bantal.
Selain itu derajat gangguan yang berkaitan dengan gejala-gejala itu juga harus ditentukan.
New York Heart Association telah membuat pedoman sesuai dengan tingkat aktivitas fisik
yang dapat menimbulkan gejala.1
Tabel 1: Derajat gagal jantung kronis menurutNew York Heart Association2
Gagal jantung kronis bisa berhubungan dengan berkurangnya toleransi olahraga,
edema perifer, letargi, malaise, dan penurunan berat badan.2
Derajat Tingkat aktivitas fisik
I Toleransi olahraga tidak terbatas
II Gejala timbul saat aktivitas berat
III Gejala timbul saat aktivitas ringan
IV Gejala timbul saat aktivitas minimal atau saat istirahat
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
3/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 3
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus ditujukan untuk menetapkan adanya gagal jantung dan
mencari kemungkinan penyebabnya.Pemeriksaan fisik pada sistem kardiovaskular dilakukan
dengan cara menilai tekanan dan pulsasi vena jugularis, denyut karotis, inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi dan tanda-tanda vital.2,3
Tekanan vena jugularis (JVP) memberikan informasi yang sangat berguna tentang
status volume cairan tubuh pasien dan fungsi jantungnya. JVP mencerminkan tekanan dalam
atrium kanan atau tekanan vena sentral, dan sebaliknya JVP dinilai dari pulsasi pada vena
jugularis interna kanan. Vena jugularis dan pulsasinya sulit dilihat pada anak usia kurang dari
12 tahun.3
Denyut karotis akan memberikan informasi yang berharga mengenai fungsi jantung
dan khususnya berguna untuk mendeteksi stenosis atau insufisiensi katup aorta. Gunakan
waktu untuk menilai kualitas caortid upstroke, amplitudo serta konturnya, dan ada-tidaknya
thrills atau bruits. Untuk menilai amplitudo dan kontur, pasien harus berbaring dengan kepala
ranjang tetap tinggi dengan sudut sekitar 300.3
Pada saat melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pasien harus berbaring
terlentang sementara tubuh bagian atas ditinggikan dengan menaikan kepala ranjang atau
meja-periksa hingga sudut 300
. Inspeksi yang cermat pada anterior dapat mengungkapkan
lokasi iktus kordis atau apical impulse (PMI) atau yang lebih jarang lagi gerakan ventrikel
pada S3 atau S4 sisi kiri. Penerangan dari samping akan memberikan lapang pandang yang
paling jelas untuk melakukan observasi ini.3
Gunakan palpasi untuk memastikan karakteristik iktus kordis. Palpasi juga berguna
untuk mendeteksi thrills dan gerakan ventrikel pada S3 atau S4. Pastikan untuk memeriksa
ventrikel kanan dengan melakukan palpasi daerah ventrikel kanan pada tepi kiri bawah os
sterni dan pada daerah subsifoideus, palpasi daerah arteri pulmonalis pada ruang sela iga ke-2kiri dan palpasi daerah aorta pada ruang sela iga ke-2 kanan. Palpasi untuk mengecek thrills
dilakukan dengan cara menekan permukaan ventral jari tangan anda secara kuat pada dada
pasien. Jika pada auskultasi berikutnya ditemukan bising yang keras, kembalilah dan periksa
daerah tersebut sekali lagi untuk menemukan thrills.3
Iktus kordis mempresentasikan pulsasi dini ventrikel kiri yang cepat pada saat
denyutan ini bergerak ke anterior ketika terjadi kontraksi dan menyentuh dinding dada. Pada
beberapa kelainan seperti pembesaran ventrikel kanan, dilatasi arteri pulmonalis dan
aneurisma aorta dapat menimbulkan pulsasi yang lebih meninjol daripada denyutan apeks
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
4/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 4
kordis. Pada saat inspeksi dan palpasi kita harus melakukan pengkajian terhadap lokasi,
diameter, amplitudo, dan durasi iktus kordis.3
Perkusi dapat menunjukkan tempat untuk mencari iktus kordis jika kita tidak
menemukannya saat inspeksi dan palpasi. Pekak jantung sering menempati daerah yang luas.
Dengan memulainya dari sisi sebelah kiri dada, lakukan perkusi mulai dari bunyi
sonor(resonan) paru ke arah pekak jantung pada ruang sela iga ke-3, ke-4, ke-5 dan mungkin
pula ke-6. Selain itu, perkusi juga dapat menentukan besar dari suatu jantung.3
Auskultasi bunyi dan bising jantung merupakan keterampilan yang penting dan sangat
bermanfaat dalam pemeriksaan fisik yang secara langsung akan mengarahkan anda pada
beberapa diagnosis klinis. Dengarkan jantung pasien dengan stetoskop anda pada ruang sela
iga ke-2 kanan di dekat tulang sternum, di sepanjang tepi kiri sternum pada setiap ruang sela
iga mulai dari ruang sela iga ke-2 hingga ke-5, dan pada apeks kordis. Ruangan tempat
pemeriksaan haru stenang dan tidak berisik. Anda harus pula melakukan auskultasi pada
setiap daerah tempat terdeteksinya kelainan dan pada daerah di sekitar tempat terdengarnya
bising jantung untuk menentukan letak bunyi-bunyi tersebut terdengar paling keras dan ke
daerah mana bunyi menjalar. Kita dapat menggunakan sungkup pada stetoskop untuk
mendengarkan bunyi bernada rendah. Jika terdengar bising jantung, anda harus belajar
mengenali dan mendeskripsikan waktu, bentuk, lokasi intensitas maksimal, radiasi atau
transmisinya dari lokasi ini, intensitas, nada, dan kualitasnya. Contoh dari bising jantung
adalah bising midsistolik, bising pansistolik (holosistolik), bising sistolik akhir, bising
diastolik awal, bising middiastolik dan bising diastolik akhir.3
Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui adanya kelainan patologis/abnormalitas pada jantung dapat
digunakan berbagai pemeriksaan penunjang setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik yangcermat. Salah satu pemeriksaan yang digunakan luas adalah teknik pencitraan atau nradiologi
karena dapat menyajikan gambaran yang baik dan membantu dalam menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan radiologi jantung sendiri memiliki beberapa modalitas, yaitu:
1. Chest X-RayChest x-ray merupakan pemeriksaan x-ray yang digunakan untuk melihat dinding
dada, struktur tulang iga dan diafragma, serta organ-organ dalam seperti jalan napas,
paru, jantung dan arteri besar/aorta. Chest x-ray juga merupakan modalitas untuk
melihat/mendiagnosa keadaan patologis seperti pneumonia dan gagal jantung
kongestif. Pemeriksaan ini merupakan teknik non invasif, di mana pasien cukup
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
5/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 5
berdiri di depan mesin sambil menahan napas (inspirasi maksimal). Gambar diambil
pada dua proyeksi, yaitu PA (posteroanterior) atau AP (anteroposterior) dan lateral
(LAT). Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah tidak ada efek samping, serta cepat
dan murah. Pemeriksaan ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dengan usia
kandungan di bawah enam bulan.4
2. EchocardiographyEchocardiography merupakan pemeriksaan dengan menggunakan ultrasound
(gelombang suara). Indikasi penggunaan echocardiography adalah untuk melihat
fungsi ventrikel, kelainan jantung kongenital, penyakit jantung katup, kardiomiopati,
efusi perikardial, adanya massa (tumor) dan penyakit aorta proksimal. Karena
echocardiography dapat menghasilkan gambar dengan inherensi (jumlah potongan)
yang tinggi, maka echocardiography dapat digunakan untuk melihat pergerakan
struktur pada jantung. Keuntungan dari penggunaan echocardiography ini adalah biaya
yang terjangkau, digunakan luas, memberikan informasi yang banyak, tidak invasif,
pasien tidak terpapar radiasi dan dapat diaplikasikan pada pasien dengan kondisi kritis
(bedside usage) serta hasilnya dapat langsung diketahui. Namun penggunaan
echocardiography ini membutuhkan keterampilan dan keterlibatan operator ahli.5
3. Computed Tomography (CT)Indikasi penggunaan CT adalah untuk melihat lebih rinci massa yang terdapat di
mediastinum atau paru (setelah pemeriksaan chest x-ray), untuk mengevaluasi pasien
dengan dugaan abnormalitas aorta dan menilai emboli paru. Saat ini, beberapa ahli
menggunakan CT untuk menilai kalsium di arteri koroner dan memprediksi
cardiovascular events di masa yang akan datang. Dengan adanya CT helical dan
multislice menghasilkan gambaran yang lebih baik dalam potongan aksial, coronal,
sagital dan oblik. Penggunaan zat kontras diperlukan untuk melihat keadaan anatomijantung dan abnormalitas seperti diseksi atau emboli paru.
5
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)Penggunaan MRI memiliki beberapa keuntungan seperti tidak menggunakan radiasi,
dan dapat menyajikan data morfologi dan fisiologi. MRI menggunakan magnet untuk
menghasilkan gambaran melalui manipulasi atom hidrogen di tubuh. Keunggulan lain
dari MRI adalah mampu membedakan gambaran berbagai jaringan, noninvasive, dan
tidak membutuhkan zat kontras. Indikasi penggunaan MRI adalah untuk melihat
adanya kelainan kongenital, massa intrakardiak, gangguan katup, abnormalitas aorta
(terutama diseksi aorta), emboli paru, serta derajat dan komposisi aterosklerosis.
http://sectiocadaveris.wordpress.com/PR/PR/kardiovaskuler/Radiologi%20jantung.doc#_edn2http://sectiocadaveris.wordpress.com/PR/PR/kardiovaskuler/Radiologi%20jantung.doc#_edn2http://sectiocadaveris.wordpress.com/PR/PR/kardiovaskuler/Radiologi%20jantung.doc#_edn2http://sectiocadaveris.wordpress.com/PR/PR/kardiovaskuler/Radiologi%20jantung.doc#_edn2 -
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
6/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 6
Pemeriksaan ini dikontraindikasikan untuk wanita hamil, dan sangat hati-hati
penggunaannya pada pasien dengan alat pacu jantung, implan koklear atau klip
pembuluh darah pada penderita aneurisma.6
Elektrokardiografi (EKG) adalah salah satu jenis pemeriksaan jantung, yang
dihasilkan dari listrik jantung, yang dapat digunakan untuk melihat kemungkinan adanya
gangguan jantung. Pemeriksaan EKG mampu merekam aktivitas listrik jantung. Sumbatan
koroner pada jantung yang mengalami iskemik menyebabkan gangguan aktivitas listrik
jantung yang terdeteksi melalui pemeriksaan EKG. EKG juga dapat merekam berbagai
kelainan aktivitas listrik jantung lainnya. Beberapa jenis penyakit yang bisa dideteksi dengan
EKG ini diantaranya yaitu penyakit jantung koroner, infark miokard akut, hipertensi.7
Selain pemeriksaan ragiologi dan EKG, dapat juga dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis.Pemeriksaan yang dianjurkan adalah
pemeriksaan darah lengkap, Creatinine Kinase (CK) MB dan Cardiac specific Troponin (cTn)
T atau cTn I dan dilakukan secara serial. cTn digunakan sebagai petanda optimal untuk pasien
STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal, karena pada keadaan ini juga akan diikuti
peningkatan CKMB. Pada pasien dengan elevasi ST dan gejala IMA, terapi reperfusi
diberikan segera mungkin dan tidak tergantung pada pemeriksaan biomarker. Peningkatan
nilai enzim di atas 2 kali nilai batas atas normal menunjukkan ada nekrosis jantung ( infark
miokard).8
Pada pemeriksaan darah lengkap / Complete Blood Count (CBC), kurang sel darah
merah berarti bahwa gagal jantung disebabkan atau diperburuk oleh penurunan dalam
kapasitas pembawa oksigen darah. Jumlah darah yang sangat rendah mungkin merupakan
tanda bahwa anemia merupakan salah satu faktor yang membuat gagal jantung anda lebih
parah. Bahkan jika hal ini terjadi jumlah darah yang rendah dapat membuat jantung anda
bekerja lebih keras dan berbahaya bagi anda yang telah mengalami gagal jantung parah.
8
Creatin Kinase (CK) merupakan enzim yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada
otot jantung dan rangka dan dalam konsentrasi rendah pada jaringan otak. Creatinine Kinase
(CK) meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10- 36
jam dan kembali normal dalam 3-4 hari. CK serum biasanya meningkat pada penyakit otot
rangka, MCI akut, dan hipokalemia. CK memiliki 2 jenis isoenzim yaitu B dan M. Dan dapat
dielektorforesis kembali menjadi 3 bagian : MM (otot rangka dan sebagian jantung), MB
(jantung), dan BB (dalam otak). CKMB (Creatinin Kinase Myocard Band) meningkat 3 jam
setelah miokard infark dan mencapai puncak dalam 1024 jam dan kembali normal dalam 2
4 hari. CKMB ini meningkat dan terdapat pada gagal ginjal, AMI (Angina Myocard Infark)
http://askep-net.blogspot.com/2012/04/penyakit-jantung-koroner.htmlhttp://askep-net.blogspot.com/2012/05/infark-miokard-akut-ami.htmlhttp://askep-net.blogspot.com/2012/05/penyakit-hipertensi-tekanan-darah.htmlhttp://askep-net.blogspot.com/2012/05/penyakit-hipertensi-tekanan-darah.htmlhttp://askep-net.blogspot.com/2012/05/infark-miokard-akut-ami.htmlhttp://askep-net.blogspot.com/2012/04/penyakit-jantung-koroner.html -
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
7/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 7
dan kerusakan otot skelet.Operasi jantung, miokarditis dan kardioversi elektrik dapat
meningkatkan CKMB.8
Mioglobin adalah protein yang mengikat oksigen. Mioglobin ditemukan dalam sel otot
rangka dan otot jantung. Mioglobin dilepas ke sirkulasi setelah terjadi cedera. Kadar
mioglobin mencapai puncak nya setelah terjadi MCI selama 8-12 jam. Nilai rujukan : 12-90
ng / ml.8
Lactic Dehidrogenase (LDH) meningkat setelah 24-28 jam bila ada infark miokard,
mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari. Bila meningkat biasanya
terdapat pada keadaan leukemia, gagal ginjal dan kerusakan otot jantung.8
Kolesterol merupakan lemak darah yang disintesis di hati serta ditemukan dalam sel
darah merah, membrane sel, dan otot. Kolesterol serum digunakan sebagai indikator penyakit
arteri koroner dan aterosklerosis. Hiperkolesterolemia menyebabkan penumpukan plak di
arteri koroner sehingga menyebabkan miokard infark. Peningkatan kolesterol juga bisa karena
obat-obatan seperti aspirin. Nilai rujukan : Nilai ideal < 200mg/dL. Risiko sedang : 200-240
mg/dL. Risiko tinggi: > 240 mg/dL.8
Lipoprotein adalah lipid yang berikatan dengan protein. Fraksi lipoprotein : HDL
(kelompok ) , LDL, VLDL (kelompok ).Kelompok merupakan contributor terbesar
terjadi nya aterosklerosis pada penyakit arteri koroner. Kelompok membantu mengurangi
deposit lemak di pembuluh darah. Nilai rujukan : HDL 29-77 mg/dL , LDL 60-160 mg/dL.8
Sebuah natriuretik peptide otak (BNP) tes mengukur jumlah BNP hormone dalam
darah anda. BNP dibuat oleh hati anda dan memberitahu seberapa baik jantung anda bekerja.
Biasanya, jumlah yang rendah BNP ditemukan dalam darah anda. Namun, jika jantung anda
harus bekerja lebih keras selama jangka waktu yang panjang, seperti dari gagal jantung,
jantung akan menghasilkan BNP yang lebih dan tingkat darah BNP akan mendapatkan lebih
tinggi. Tingkat BNP akan turun bila pengobatan untuk gagal jantung bekerja.
8
Troponin dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu troponin C, I, dan T, dimana Cardiac
Troponin I (cTnI) dan Cardiac Troponin T (cTnT) lebih spesifik untuk otot jantung. Troponin
adalah protein spesifik berasal dari miokard (otot jantung), kadarnya dalam darah naik bila
terjadi kerusakan otot jantung. Kadar troponin dalam darah mulai naik dalam waktu 4 jam
setelah permulaan MCI, selanjutnya meningkat terus dan dapat diukur sampai satu minggu.
Tes troponin sebaiknya disertai dengan pemeriksaan lain seperti CK-MB, CK, CRP, hs-CRP,
dan AST.8
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
8/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 8
Epidemiologi
Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4% sampai 2% dan meningkat pada usia
yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Setengah dari populasi pasien gagal
jantung akan meninggal dalam empat tahun sejak diagnosis ditegakkan. Bila keadaan gagal
jantung berat, lebih dari 50% akan meninggal pada tahun pertama.9
Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi tersering dari segala jenis penyakit jantung
kongenital maupun didapat. Mekanisme fisologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi
keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, meningkatkan beban akhir, atau
menurunkan kontraktibilitas miokard. Keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi
regurgitasi aorta dan defek septum ventrikel. Keadaan yang meningkatkan beban akhir
meliputi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktibilitas miokard dapat menurun pada
infark miokard dan kardiomiopati. Selain ketiga mekanisme fisiologis tersebut, terpadat factor
fisiologis lain yang menyebabkan gagal jantung. Faktor-faktor yang mengganggu pengisian
ventrikel seperti stenosis katup atrioventrikular, dapat menyebabkan gagal jantung.10
Keadaan-keadaan seperti pericarditis konstriktif dan tamponade jantung juga dapat
menyebabkan gagal jantung melalui kombinasi beberapa efek seperti gangguan pada
pengisian dan ejeksi ventrikel. Selain karena mekanisme fisiologis di atas, fektivitas jantung
sebagai pompa juga dapat dipengaruhi oleh berbagai gangguan patofisologis.10
Penelitian terbaru menekankan pada peranan TNF dalam perkembangan gagal
jantung. Jantung normal tidak menghasilkan TNF, sedangkan jantung yang mengalami
kegagalan menghasilkan TNF dalam jumlah banyak.10
Di Eropa dan Amerika, disfungsi miokard paling sering terjadi akibat penyakit jantung
koroner yang disebabkan oleh infark miokard, yang merupakan penyebab tersering pada usiakurang dari 75 tahun, disusul hipertensi dan diabetes. Sedangkan di Indonesia belum ada data
yang pasti, sementara data dari rumah sakit di Palembang menunjukkan hipertensi sebagai
penyebab terbanyak, disusul penyakit EImjantung koroner dan kelainan katup.9
Patofisiologis
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup, dan meningkatkan
volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (end diastolic volume) ventrikel, terjadi
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
9/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 9
peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkata tekanan
bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, terjadi pula
pemingkatan tekanan atrium kiri (LAP). Peningkatan LAP diteruskan ke dalam pembuluh
darah paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru. Apabila tekanan hidrostatik kapiler
paru melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan ke dalam
interstisial, menyebabkan edema intertisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat
mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadi edema paru. Tekanan arteri paru
dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan vena paru. Serangkaian kejadian seperti
yang terjadi pada jantung kiri juga akan terjadi pada jantung kanan yang akhirnya akan
menyebabkan edema dan kongesti sistemik.10
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat,
yaitu meningkatnya aktivitas adrenergic simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktivasi
system RAA, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha
untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada awal perjalanan gagal jantugn, terutama pada saat
istirahat. Namun, kelainan kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak
saat beraktivitas, sehingga dengan berlanjutnya gagal jantung, kompensasi menjadi kurang
efektif. Awalnya, repon kompensatorik sirkulasi memiliki efek yang menguntungkan, namun
akhirnya mekanisme tersebut dapat menimbulkan gejala, meningkatkan kerja jantung, dan
memperburuk derajat gagal jantung.10
Manifestasi Klinis
Dispnea adalah manifestasi gagal jantung yang paling umum. Dispnea disebabkan
oleh peningkatan kerja pernafasan akibat kongesti vascular paru yang mengurangi kelenturan
paru. Meningkatnya tahanan aliran udara juga dapat menimbulkan dyspnea. Ortopnea ataudyspnea saat berbaring terutama disebabkan oleh redistribusi aliran darah dari bagian-bagian
tubuh bawah kea rah sentral. Dispnea nocturnal paroksimal (PND) atau mendadak bangun
karena dyspnea dipicu oleh timbulnya edema paru intertisial. PND merupakan manifestasi
yang lebih spesifik dari gagal jantung dibandingkan dispena atau ortopnea.10
Batuk non produktif juga dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada posisi
berbaring. Timbulnya ronki yang disebabkan transudasi cairan paru merupaka ciri khas dari
gagal jantung. Hemoptisis dapat disebabkan oleh pendarahan vena bronkial yang terjadi
akibat distensi vena. Distensi atrium kiri atau vena pulmonalis dapat menyebabkan kompresi
oesofagus dan disfagia.10
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
10/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 10
Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang intertisial. Nokturia
disebabkan oleh redistribusi cairan dan reabsorbsi pada waktu berbaring, dan juga
berkurangnya vasokonstriksi ginjal pada waktu istirahat. Gagal jantung yang berlanjut dapat
menyebabkan asites atau edema anasarka (edema tubuh generalisata). Semua manifestasi
tersebut secara khas diawali dengan bertambahnya berat badan, yang jelas menunjukkan
adanya retensi natrium dan air.10
Penatalaksanaan
Dalam 10-15 tahun terakhir terlihat berbagai perubahan dalam pengobatan gagal
jantung. Pengobatan tidak saja ditujukan dalam memperbaiki keluhan, tetapi juga diupayakan
pencegahan agar tidak terjadi perubahan disfungsi jantung yang asimtomatik. Selain itu upaya
juga dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan dan diharapkan penurunan angka kematian
dalam jangka panjang. Oleh karena itu dalam pengobatan gagal jantung kronik perlu
dilakukan identifikasi objektif jangka pendek maupun jangka panjang. Pendekatan terapi pada
gagal jantung dapat berupa saran umum (tanpa obat-obatan), pemakaian obat-obatan, dan
pemakaian alat dan tindakan bedah.9
Penatalaksanaan umum tanpa obat-obatan:9
Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya bilatimbul keluhan, dan dasar pengobatan.
Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual, serta rehabilitas. Edukasi pola diet, control asupan garam, air, dan kebiasaan alcohol. Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba. Mengurangi berat badan pada pasien yang obesitas. Hentikan kebiasaan merokok. Pada perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara panas, dan humiditas
memerlukan perhatian khusus.
Konseling mengenai obat, baik efek samping, dan menghindari obat-obat tertentuseperti NSAID, antiaritmia klas I, verapamil, diltiazem, dihidropiridin efek cepat,
antidepresan trisiklik, steroid.
Pemakaian obat-obatan:9
ACE inhibitorACE inhibitor dianjurkan sebagai obat lini pertama baik dengan atau tanpa
keluhan dengan fraksi ejeksi 40-45% untuk meningkatkan survival, memperbaiki
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
11/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 11
symptom, mengurangi kekerapan rawat inap di rumah sakit. Obat ini harus
diberikan sebagai terapi awal bila tidak ditemui retensi cairan. Bila disertai retensi
cairan harus diberikan bersama diuretic. Penggunaan obat ini harus dititrasi sampai
dosis yang dianggap bermanfaat sesuai bukti klinis, bukan berdasarkan perbaikan
gejala.
DiuretikLoop diuretic, tiazid, dan metolazon penting untuk pengobatan simtomatik bila
ditemukan beban cairan berlebihan, kongesti paru, dan edema perifer. Penggunaan
diuretic tidak menunjukkan bukti dalam memperbaiki survival, dan harus
dikombinasi denganACE inhibitoratau beta blocker.
Beta blockerBeta blocker direkomendasikan pada semua gagal ajntung ringan sampai berat
yang stabil dengan syarat tidak ditemukan adanya kontraindikasi terhadap beta
blocker. Sampai saat ini hanya beberapa beta blocker yang direkomendasikan,
yaitu bisoprolol, karvedilol, metoprolol suksinat, dan nebivolol.
Antagonis reseptor aldosteroneObat ini digunakan sebagai tambahan terhadap ACE inhibitor dan beta blocker
pada gagal jantung sesudah infark jantung atau diabetes, dan terbukti menurunkan
morbiditas dan mortalitas.
Angiotensin II Receptor Blocker(ARB)ARB masih merupakan alternative bila pasien tidak toleran denganACE inhibitor.
Efektifitas ARB sama denganACE inhibitor. Dapat dipertimbangkan penambahan
ARB pada pemakaian ACE inhibitor pada pasien yang simtomatik untuk
menurunkan mortalitas.
Glikosida jantung (digitalis)Digitalis merupakan indikasi pada fibrilasi atrium pada berbagai derajat gagal
jantung. Kombinasi digoksin dan beta blocker lebih superior dibandingkan bila
dipakai tanpa kombinasi.
Vasodilator agentsTidak ada peran spesifik vasodilator direk pada gagl jantung kronik. Hidrasalazin-
isosorbid dinitrat dapat dipakai sebagai tambahan pada keadaan dimana pasien
tidak toleran terhadap ARB maupun ACE inhibitor. Nitrat digunakan sebagai
tambahan bila ada keluhan angina atau sesak. Pemakaian nitrat dengan dosis
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
12/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 12
sering dapat terjadi toleran (takipilasis), oleh karena itu dianjurkan interval
delapan atau 12 jam, atau kombinasi dengan ARB.
NesiritidNesiritid merupakan klas obat vasodilator baru yang merupakan rekombinan otak
manusia yang dikenal sebagai natriuretic peptide tipe B. Obat ini identic dengan
hormone endogen dari ventrikel yang mempunyai efek dilatasi arteri, vena, dan
coroner, dan menurunkanpreloaddan afterload, serta meningkatkan curah jantung
tanpa efek inotropic. Sejauh ini belum banyak data klinis yang menyokong
pemakaian obat ini.
Obat inotropic positifPemakaian jangka panjang dan berulang tidak dianjurkan karena menignkatkan
mortalitas. Pemakaian secara intravena pada kasus berat sering digunakan, namun
tidak ada bukti yang bermanfaat, justru lebih sering timbul komplikasi.
Fosfodiesterase blockerseperti milirinon dan enoksimon efektif bila digabungkan
dengan beta blocker, dan mempunyai efek vasodilatasi perifer dan coroner.
Namun disertai juga dengan efek takikaritmia atrial dan ventrikel, dan vasodilatasi
berlebih yang dapat menimbulkan hipotensi. Levosimendan merupakan calcium
sensitizer baru yang mempunyai efek vasodilatasi namun tidak seperti
fosfodiesterase blockeryang menyebabkan hipotensi. Uji klinis menunjukkan efek
yang lebih baik dibandingkan dobutamin.
Calcium sensitizerPada gagl jantung sistolik, penyekat kalsium tidak direkomendasikan, dan
dikontraindikasikan pemakaian kombinasi dengan beta blocker. Felodipin dan
amilodipin tidak memberikan efek yang lebih baik untuk survival bila digabung
dengan ARB dan diuretic. Data jangka panjang menunjukkan efek netral terhadapsurvival, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai tambahan obat hipertensi bila
control tekanan darah sulit dengan pemakaian nitrat atau beta blocker.
AntitrombotikPada gagal jantung kronik yang disertai fibrilasi atrium, riwayat fenomena
tromboemboli, bukti adanya thrombus yang mobil, pemakaian antikoagulan sangat
dianjurkan. Pada gagal jantung kronik dengan PJK dianjurkan pemakaian
antiplatelet. Aspirin harus dihindari pada perawatan rumah sakit berulang dengan
gagal jantung yang memburuk.
Anti aritmia
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
13/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 13
Pemakaian selain beta blockertidak dianjurkan pada gagal jantung kronik kecuali
pada fibrilasi atrium dan takikardi ventrikel. Obat anti aritmia klas I tidak
dianjurkan pada gagal jantung kronik. Obat anti aritmia klas II (beta blocker)
dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan amiodaron. Anti aritmia klas III
(amiodaron) efektif untuk aritmia supraventrikel dan ventrikel, tetapi pemakaian
amiodaron rutin tidak dianjurkan pada gagal jantung.
OksigenPemakaian alat dan tindakan bedah:
9
Revaskularisasi Operasi katup mitral Aneurismektomi Kardiomioplasti External cardiac support Pacu jantung, resinkronisasi pacu jantung biventrikular Implantable cardioverter defibrillators (ICD) Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart Ultrafiltrasi, hemodialisis
Pencegahan
Upaya pencegahan gagal jantung harus selalu menjadi objektif primer, terutama pada
kelompok resiko tinggi.9
Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard dan factor resiko PJK. Pengobatan infark jantung segera, serta pencegahan infark ulangan. Pengobatan hipertensi yang agresif. Koreksi kelainan kongenital serta penyakit katup jantung. Memerlukan pembahasan khusus dengan tenaga ahli (dokter). Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang mendasari,
selain modulasi progresif dari disfungsi asimtomatik menjadi gagal jantung.
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita jantung adalah syok kardiogenik. Syok
kardiogenik ini merupakan suatu sindrom klinis kompleks yang mencakup sekelompokkeadaan dengan berbagai manifestasi hemodinamik, tetapi petunjuk umum adalah tidak
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
14/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 14
memadainya perfusi jaringan. Pada gagal jantung terjadi syok terkompensasi dimana terjadi
usaha untuk menstabilkan sirkulasi guna mencegah kemunduran lebih lanjut. Namun terjadi
manifestasi sistemik terjadi keadaan hipoperfusi yang memperburuk hantaran oksigen dan
nutrisi serta pembuangan sisa-sisa metabolit pada tingkat jaringan sehingga saat masuk tahap
dimana sudah terjadi kerusakan sel yang hebat dan tidak dapat dihindari, pada akhirnya terjadi
kematian.11
Prognosis
Secara umum, kematian setelah rawat inap untuk pasien dengan gagal jantung adalah
10,4% pada 30 hari, 22% pada 1 tahun, dan 42,3% pada 5 tahun, meskipun peningkatan yang
nyata dalam terapi medis dan perangkat. Setiap rehospitalization meningkatkan kematian 20-
22% sekitar. Kematian lebih besar dari 50% untuk pasien dengan NYHA kelas IV, ACC /
AHA D tahap gagal jantung. Gagal jantung yang terkait dengan MI akut memiliki angka
kematian 20-40% rawat inap; kematian mendekati 80% pada pasien yang juga hipotensi
(misalnya, syok kardiogenik).
Sebuah studi oleh van Diepen dkk menyarankan pasien dengan gagal jantung atau
fibrilasi atrium memiliki risiko lebih tinggi secara signifikan mortalitas pasca operasi
noncardiac dibandingkan pasien dengan penyakit arteri koroner;. Risiko ini harus
dipertimbangkan bahkan jika prosedur kecil direncanakan.12,13
Diagnosis Banding
Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir
dengan gagal ginjal. Uremia adalah suatu sindrom klinis dan laboratoris yang terjadi padasemua organ akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik. Sindrom uremia
terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, volume overload, neuropati
perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang sampai koma.14
Patofisiologis penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tetapi dalam perkembangan selanjutnya, proses yang terjadi kurang lebih
sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi structural dan fungsional nefron
yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif
seperti sitokin dan growth factors. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti
dengan peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini singkat,
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
15/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 15
akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa skelorsis nefron yang masih tersisa. Adanya
oeningkatan aktivitas jangka panjang aksis RAA internal ikut memberikan kontribusi
terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sclerosis, dan progrsifitas penyakit tersebut. Beberapa hal
yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik adalah
hipertensi, albuminuria, hiperglikemia, dyslipidemia.14
Gejala klinis pada penyakit ginjal kronik:15
Sering buang air kecil, terutama pada malam hari (nokturia) Pembengkakan kaki dan bengkak di sekitar mata (retensi cairan) Hipertensi Kelelahan dan kelemahan (dari anemia atau akumulasi dari produk-produk limbah
dalam tubuh)
Hilangnya nafsu makan, mual dan muntah Gatal, mudah memar, dan kulit pucat (anemia) Sesak napas dari akumulasi cairan di paru-paru Sakit kepala, mati rasa pada kaki atau tangan (neuropati perifer), tidur terganggu,
status mental berubah (ensefalopati dari akumulasi produk limbah atau racun uremik),
dan gelisah
Nyeri dada akibat perikarditis (peradangan di sekitar jantung) Perdarahan (karena pembekuan darah yang buruk) Penurunan minat seksual dan disfungsi ereksi
Gambaran laboratoris penyakit ginjal kronik ditemukan penurunan fungsi ginjal
berupa peningkatan kadar kreatinin serum dan ureum, dan penurunan GFR. Selain itu juga
ditemukan kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar Hb, peningkatan kadar asam
urat, hiper atau hypokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, dan
asidosis metabolic. Dapat juga ditemukan kelainan urinalisis yang meliputi proteinuria,
hematuria, leukosuria, cast, isostenuria.Pada pemeriksaan radiologis dengan USG bisa
memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis,
kista, massa, dan kalsifikasi.14
Cor-Pulmonale Kronik
Kor pulmonal merupakan suatu keadaan dimana timbul hipertrofi dan dilatasi
ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan, yang timbul akibat penyakit yang
menyerang struktur atau fungsi paru-paru atau pembuluh darahnya. Definisi ini menyatakan
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
16/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 16
bahwa penyakit jantung kiri maupun penyakit jantung bawaan tidak bertanggung jawab atas
patogenesis kor pulmonale. Kor pulmonale bisa terjadi akut (contohnya, emboli paru-paru
masif) atau kronik. Insidens yang tepat dari kor pulmonal tidak diketahui karena seringkali
terjadi tanpa dapat dikenali secara klinis maupun pada waktu autopsy.16
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kor pulmonale adalah penyakit yang
secara primer menyerang pembuluh darah paru-paru, seperti emboli paru-paru berulang, dan
penyakit yang mengganggu aliaran darah paru-paru akibat penyakit pernapasan obstruktif
atau restriktif. PPOM terutama jenis bronkitis, merupakan penyebab tersering dari kor
pulmonale. Penyakit-penyakit pernapasan restriktif yang menyebabkan kor pulmonal dapat
berupa penyakit-penyakit intrinsik seperti fibrosis paru-paru difus, dan kelainan ektrinsik
seperti obesitas yang ekstrim, kifoskoliosis, atau gangguan neuromuskuler berat yang
melibatkan otot-otot pernapasan.16
Apapun penyakit awalnya, sebelum timbul kor pulmonale biasanya terjadi peningkatan
resistensi vaskuler paru-paru dan hipertensi pulmonar. Hipertensi pulmonar pada akhirnya
meningkatkan beban kerja dari ventrikel kanan, sehingga mengakibatkan hipertrofi dan
kemudian gagal jantung. Titik kritis dari rangkaian kejadian ini nampaknya terletak pada
peningkatan resistensi vaskuler paru-paru pada arteria dan arteriola kecil.16
Dua mekanisme dasar yang mengakibatkan peningkatan resistensi vaskuler paru-pru
adalah vasokontriksi hipoksik dari pembuluh darah paru-paru dan obstruksi dan/atau
obliterasi anyaman vaskuler paru-paru.16
Mekanisme yang pertama tampaknya paling penting dalam patogenesis kor
pulmonale. Hipoksia alveolar (jaringan) memberikan rangsangan yang lebih kuat untuk
menimbulkan vasokontriksi pulmonar daripada hipoksemia. Selain itu, hipoksia alveolar
kronik memudahkan terjadinya hipertrofi otot polos arteriola paru-paru, sehingga timbul
respon yang lebih kuat terhadap hipoksia akut. Asidosis, hiperkapnea dan hipoksemia bekerjasecara sinergistik dalam menimbulkan vasokontriksi. Viskositas (kekentalan) darah yang
meningkat akibat polisitemia dan peningkatan curah jantung yang dirangsang oleh hipoksia
kronik dan hiperkapnea, juga ikut meningkatkan tekanan arteria paru-paru.16
Mekanisme kedua yang turut meningkatkann resistensi vaskuler dan tekanan arteria
paru-paru adalah bentuk anatomisnya. Emfisema dicirikan oleh kerusakan bertahap dari
struktur alveolar dengan pembentukan bula dan obliterasi total dari kapiler-kapiler
disekitarnya. Hilangnya pembuluh darah secara permanen menyebabkan berkurangnya
anyaman vaskuler. Selain itu, pada penyakit obstruktif, pembuluh darah paru-paru juga
tertekan dari luar karena efek mekanik dari volume paru-paru yang besar. Tetapi, peranan
-
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
17/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, September 2012 17
obstruksi dan obliterasi anatomik terhadap anyaman vaskuler diperkirakan tidak sepenting
vasokontriksi hipoksik dalam patogenesis kor pulmonale. Kira-kira duapertiga sampai
tigaperempat dari anyaman vaskuler harus mengalami obstruksi atau rusak sebelum terjadi
peningkatan tekanan arteria paru-paru yang bermakna. Asidosis respiratorik kronik terjadi
pada beberapa penyakit pernapasan dan penyakit obstruktif sebagai akibat hipoventilasi
alveolar umum atau akibat kelainan perfusi-ventilasi.16
Diagnosis kor pulmonale terutama berdasarkan pada dua kriteria yaitu adanya
penyakit pernapasan yang disertai hipertensi pulmonal, dan bukti adanya hipertrofi ventrikel
kanan. Adanya hipoksemia menetap, hiperkapnea, dan asidosis atau pembesaran ventrikel
kanan pada radiogram menunjukan kemungkinan penyakit paru-paru yang mendasarinya.
Adanya emfisema cenderung mengaburkan gambaran diagnosis kor pulmonale. Dispnea
timbul sebagai gejala emfisema dengan atau tanpa kor pulmonale. Dispnea yang memburuk
dengan mendadak atau kelelahan, siknop pada waktu bekerja, atau rasa tidak enak angina
pada substernal mengisyaratkan keterlibatan jantung. Tanda-tanda fisik dari hipertensi
pulmonal berupa kuat angkat sistolik pada area parasternal, mengerasnya bunyi pulmonik
kedua,dan bising akibat insufisiensi katup trikispidalis dan pulmonalis, irama gallop (S3 dan
S4) distensi vena jugularis dengan gelombang A yang menonjol, hepatomegali, dan edema
perifer dapat terlihat pada pasien dengan gagal ventrikel kanan.16
Daftar Pustaka
1. Santoso M, Nah YK, Sumadikarya IK. Pemeriksaan fisik jantung patologis danelektrokardiografi. Dalam: Buku Panduan Keterampilan Medik. Jakarta: FK
UKRIDA, 2010. H 4-20.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga, 2007. H116-7.
3. Bickley LS. Bates guide to physical examination & history taking. 8th edition. USA:Lippincott Williams & Wilkins, 2009. Pg
4. Radiological Society of North America. Chest X-Ray (Chest Radiography).http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=chestrad
5. Radiological Society of North America. Cardiac Nuclear Medicine.http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=cardinuclear
6. Radiological Society of North America. Cardiac MRI.http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=cardiacmr
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=chestradhttp://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=cardinuclearhttp://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=cardiacmrhttp://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=cardiacmrhttp://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=cardinuclearhttp://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=chestrad -
7/29/2019 Gagaj Jantung Kronik
18/18
Semester 5
Problem Based Learning
Blok 19: Cardiovascular System 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana September 2012 18
7. Thaler MS. Satu-satu buku EKG yang anda butuhkan. alih bahasa: Samik wahab. Ed5. Jakarta:EGC, 2009. H 17-60,210-38.
8. Kee, LeFever J. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Ed 6. Jakarta :EGC, 2008. H 129-30; 310-1; 148-51.
9. Ghanie A. Gagal jantung kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,Simadibrata M, Setiati S (Editors). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 2. Edisi 5.
Jakarta: Interna Publishing, 2010. H 1596-1601.
10.ODonnell MM, Carleton PF. Disfungsi mekanisme jantung dan bantuan sirkulasi.Dalam: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2005. H 633-9.
11.Corwin J. Elizabeth. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2009. H 224-7.12.Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga, 2003. H 54-5.13.Panggabean M. Gagal ajntung. Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S (Editors). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Ed 4. Jakarta: Interna
Publishing, 2010. H 1503-14.
14.Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,Simadibrata M, Setiati S (Editors). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 2. Edisi 5.
Jakarta: Interna Publishing, 2010. H 1035-6.
15.Chronic kidney disease .http://www.emedicinehealth.com/chronic_kidney_disease/article_em.htm
16.Wilson LM. Penyakit kardiovaskular dan paru. Dalam: Price SA, Wilson LM.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC,
2005. H 819-21.
http://www.emedicinehealth.com/chronic_kidney_disease/article_em.htmhttp://www.emedicinehealth.com/chronic_kidney_disease/article_em.htmhttp://www.emedicinehealth.com/chronic_kidney_disease/article_em.htm