BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi,...

52
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia Word Health Organization (WHO), memperkirakan 16 juta ibu berusia 15-19 tahun dan 2,5 juta ibu berusia dibawah 16 tahun melahirkan dinegara berkembang. Pada usia tersebut sering terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan dan kelahiran prematur. 1 Prevalensi BBLR menurut Word Health Organization (WHO ) (2010) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram. Hal ini dapat terjadi dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ibu mempunyai penyakit yang langsung berhubungan dengan kehamilan, dan usia ibu. 2 Dalam rangka pencapaian target SDGs ( Sustainnable development goals) yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang disegala usia adalah merupakan salah satu tujuan SDGs yang merupakan agenda pencapaian 2030, karena pada kerangka Mdgs (Millenium Development Goals) sebelumnya ada Unfinished business yang salah satunya adalah penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita, dan angka kematian neonatal. 3

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi,...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Organisasi kesehatan dunia Word Health Organization (WHO),

memperkirakan 16 juta ibu berusia 15-19 tahun dan 2,5 juta ibu berusia dibawah

16 tahun melahirkan dinegara berkembang. Pada usia tersebut sering terjadi

komplikasi selama kehamilan, persalinan dan kelahiran prematur. 1

Prevalensi BBLR menurut Word Health Organization (WHO ) (2010)

diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan

lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah.

Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara

berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi

dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram. Hal ini dapat terjadi dan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ibu mempunyai penyakit yang langsung

berhubungan dengan kehamilan, dan usia ibu.2

Dalam rangka pencapaian target SDGs (Sustainnable development goals)

yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua

orang disegala usia adalah merupakan salah satu tujuan SDGs yang merupakan

agenda pencapaian 2030, karena pada kerangka Mdgs (Millenium Development

Goals) sebelumnya ada Unfinished business yang salah satunya adalah penurunan

angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita, dan angka kematian

neonatal. 3

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

Salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian

bayi, khususnya pada masa perinatal adalah kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR). Sekitar 57 % kematian bayi di Indonesia terjadi pada bayi umur

dibawah satu bulan dan terutama disebabkan oleh gangguan selama perinatal dan

BBLR, setiap tahunnya terdapat sekitar 400.000 bayi dengan BBLR. 4

Penelitian analisis risiko kejadian berat badan lahir rendah pada

primigrafida, dengan hasil penelitian. Menunjukkan umur kehamilan menjadi

faktor resiko kejadian BBLR yaitu Ibu yang melahirkan bayi pada umur kurang

bulan (<37 minggu Kehamilan) berisiko 66 kali > melahirkan bayi lahir rendah

pada primigravida dibandingkan pada ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. 5

Penelitian yang dilakukan di Canada telah menyimpulkan bahwa kejadian

berat lahir rendah bayi memiliki masalah kesehatan masyarakat yang signifikan

Implikasi sosial dan medis yang serius, baik sekarang maupun dimasa yang akan

datang. Fokus tulisan ini adalah langsung hubungan antara wanita berpenghasilan

rendah dengan berat lahir rendah bayi. Faktor risiko perilaku berhubungan dengan

bayi dengan berat lahir rendah. Banyak penelitian dan pemograman telah

dilakukan di 15 tahun terakhir, dan beberapa perbaikan nyata telah dilakukan. Hal

yang harus dilakukan dengan melakukan pendekatan berbasis masyarakat

terhadap pengembangan program yang bisa membantu menurunkan angka

kejadian BBLR. 5

Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada

kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu hamil, Ibu menyusui,

dan Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

3

dilakukan pada 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi 270 hari selama

kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang dilahirkan telah dibuktikan

secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh

karena itu periode ini ada yang menyebutnya sebagai "periode emas", "periode

kritis", dan Bank Dunia (2006) menyebutnya sebagai"window of opportunity". 6

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode

tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,

kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam

tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan

adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya

kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya

penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,

stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif

yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi. 6

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan

adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis berulang

yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) < -2

SD berdasarkan standar WHO. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi di

Kabupaten Bima, prevalensi stunting untuk setiap tahunnya megalami

peningkatan. Prevalensi stunting pada tahun 2011 sebesar 23,61%, pada tahun

2012 sebesar 30,3%, dan pada tahun 2013 sebesar 53,2 %. Kecamatan

Soromandi merupakan salah satu Kecamatan dengan prevalensi kejadian

stunting tertinggi di Kabupaten Bima. 7

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

4

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS) pada tahun

2013 prevalensi pendek (stunting) sebesar 37,2% yang berarti terjadi

peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Menurut Tuft

(2001) dalam The World Bank (2007) stunting disebabkan oleh tiga faktor yaitu

faktor individu yang meliputi asupan makanan, berat badan lahir, penyakit

infeksi dan faktor lingkungan. 8.

Menurut beberapa pakar menyatakan bahwa BBLR diartikan sebagai bayi

yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan predator

tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan.

Berdasarkan studi epidemiologi, bayi BBLR mempunyai resiko kematian 20 kali

lipat lebih besar dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal

(10).

Berat lahir rata-rata di Amerika Serikat adalah 3500 gr – 4000 gr berada

dalam kisaran normal. Berat lahir rendah mengacu pada bayi yang beratnya

kurang dari 2.500 saat lahir. Berat lahir sangat rendah mengacu pada bayi yang

beratnya kurang dari 1.500 saat lahir. Bayi lahir dengan berat lahir rendah karena

prematuritas (lahir terlalu dini), intrauterine yang buruk Pertumbuhan (tumbuh

terlalu lambat di rahim). 11

Secara umum cakupan Angka kematian bayi di enam tahun terakhir

cenderung mengalami peningkatan. Dari distribusi yang bersumber pada dinas

kesehatan Kabupaten /Kota, diketahui jumlah kematian bayi di Aceh tahun 2015

sebanyak 1.179 jiwa dan jumlah lahir hidup sebanyak 100.256 jiwa. Dengan

menggunakan definisi operasional yang telah ditetapkan untuk kedua indikator

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

5

tersebut maka AKB di Aceh tahun 2015 sebesar 12/1000 kelahiran hidup. Angka

ini menurun dari tahun sebelumnya (15/1000 LH). Hal ini menunjukkan semakin

baiknya pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. Salah satu penyebab kematian

bayi di Aceh adalah BBLR (21 %). 14

Beberapa penyebab kematian bayi di Aceh, diantaranya adalah penyakit

asfiksia (25%), BBLR (21%), gangguan kelainan saluran pernafasan (11%),

kelainan cacat kongenital (10%), gangguan kelainan partus (6%), demam (4%)

gangguan kelainan jantung (4%), gangguan kelainan saluran cerna (3%), aspirasi

(3%), diare (2%), pneumonia (2%), sepsis (2%) Infeksi (1%), serta penyakit

lainnya (6%). Penyebab kematian bayi ini dapat dicegah dengan memastikan

setiap ibu melahirkan , didampingi oleh tenaga kesehatan yang terlatih. 15

Data Dinas Kesehatan Aceh Utara tahun 2017, terdapat kasus bayi

maeninggal mencapai 25 kasus dengan penyebab tertinggi BBLR, kematian ibu

mencapai 18 kasus di sebabkan oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan

penyebab lain. 25

Faktor faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah faktor ibu

yaitu riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan ante partum,

malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya,

hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua

kehamilan yang terlalu dekat, infeksi trauma, dan lain- lain, faktor janin cacat

bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, keadaan sosial

ekonomi rendah, pekerjaan yang melelahkan, merokok dan tidak diketahui. 16

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

6

Bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia

gestasi disebut bayi berat lahir rendah. Bayi berat lahir rendah dapat terjadi pada

usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau pada bayi cukup bulan. Faktor

penyebab BBLR terdiri dari faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta, dan faktor

lingkungan, faktor ibu terdiri dari penyakit ibu, usia, jarak kehamilan, Riwayat

BBLR sebelumnya serta faktor sosial ekonomi dan budaya ibu. 16

Dari hasil penelitian Yulistini, Chundrayetti, Malahayana “ Faktor resiko

yang berpengaruh terhadap kejadian berat badan lahir rendah di RSUP DR.M.

Dr.M.Djamil Padang” janin dengan jenis kelamin laki-laki (61,1 %) dan status

ekonomi rendah (52,8 %) memiliki proporsi yang lebih. Anlisis bivariat chi-

square menunjukkan faktor resiko anemia (p=0,001) dan kelainan , plasenta

(p=0,049) memiliki hubungan statistic yang signifikan terhadap kejadian BBLR

premature dan dismatur. Pengaruh terbesar secara statistik terdapat pada faktor

resiko anemia (p=0,001) dan paritas (p=-0,022) pada analisis.9

Dari hasil penelitian Ledi Abrita yaitu faktor yang berhubungan ruangan

dengan berat badan lahir dirumah hasil analisis bivariat diperoleh faktor yang

berhubungan dengan kejadian BBLR adalah paritas (p=0.0005, berat badan

sebelum bersalin (p=0,000), pekerjaan p= (0,0000), pekerjaan dan Hb ( p=0.437).

Dari hasil analisis multivariate diperoleh 3 variable yang berhubungan secara

bersamaan terhadap terjadinya BBLR yaitu paritas berat badan ibu dan kadar hb

ibu. 17

Dari hasil penelitian Indrasari tahun 2010 tentang “Faktor resiko pada

kejadian berat badan lahir rendah Lampung dimana hasil penelitian menunjukkan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

7

variable yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah usia ibu berisiko

(p=0,014), paritas p=0,018, komplikasi kehamilan p=0,009, jarak kehamilan

p=0,011, penyakit ibu p=0,009, prilaku p=0,003. Hasil analisis multivariate

terdapat 7 faktor yang masuk dalam permodelan akhir yang berperanan terhadap

terjadinya BBLR, yaitu faktor usia, paritas, jarak kehamilan, riwayat melahirkan

BBLR, penyakit yang dimiliki ibu, komplikasi yang disebabkan kehamilan ibu,

jumlah janin yang dikandung dengan faktor yang paling dominan adalah riwayat

BBLR.19

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 20 November

2017, periode Januari-Desember 2015 didapatkan data jumlah kelahiran sebanyak

203 Jumlah kelahiran dengan kasus BBLR 37 kasus, periode Januari –Desember

2016 terdapat 174 jumlah kelahiran dengan jumlah kasus BBLR 48 kasus dan

periode Januari-November 2017 dari 147 jumlah kelahiran, terdapat 45 orang

kasus BBL .

Berdasarkan fenomena tersebut diatas peneliti melihat dari kasus tersebut

adanya permasalahan yang perlu untuk dianalisis, dengan melakukan teknik

pengabungan kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan suatu inovasi karena

seringkali ada data yang tumpang tindih atau berbeda yang terjadi dalam

masyarakat maka diharapkan akan ditemukan solusi permasalahnya. Sehingga

diperoleh data yang lebih komprehensif, valid realiabel dan objektif. 19

Mixed method yakni menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam

meneliti masalah penelitian, karena penelitian ini memiliki kebebasan untuk

menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

8

dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat

pengumpul data tertentu saja.

Berdasarkan pada kenyataan diatas , maka hal ini mendorong peneliti

untuk mengetahui lebih jauh mengenai Analisis Faktor Risiko Kejadian Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten

Aceh Utara”.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah ada pengaruh usia ibu terhadap kejadian BBLR di RSU Cut

Meutia Kabupaten Aceh Utara.

1.2.2. Apakah ada pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR di RSU Cut Meutia

Kabupaten Aceh Utara.

1.2.3. Apakah ada pengaruh jarak kehamilan terhadap kejadian BBLR di RSU

Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.

1.2.4. Apakah ada pengaruh masa gestasi terhadap kejadian BBLR di RSU Cut

Meutia Kabupaten Aceh Utara.

1.2.5. Apakah ada pengaruh komplikasi dalam kehamilan terhadap kejadian

BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.

1.2.6. Apakah ada pengaruh keadaan ekonomi keluarga berhubungan dengan

kejadian BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Untuk menganalisis hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR di RSU

Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

9

1.3.2. Untuk menganalisis hubungan paritas dengan kejadian BBLR di RSU

Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.

1.3.3. Untuk menganalisis hubungan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di

RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.

1.3.4. Untuk menganalisis hubungan masa gestasi dengan kejadian BBLR di

RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.

1.3.5. Untuk menganalisis hubungan komplikasi dalam kehamilan dengan

kejadian BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.

1.3.6. Untuk menganalisis hubungan keadaan ekonomi keluarga dengan

kejadian BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat secara teoritis

maupun praktis

1.4.1. Secara Teoritis

1) Bagi Penulis

Untuk menerapkan teori – teori dan pengetahuan yang didapat dibangku

kuliah kedalam masalah yang sebenarnya terjadi pada suatu instansi atau

Rumah sakit

2) Bagi Akademik

Digunakan sebagai bahan acuan dan perbandingan bagi penelitian lain

yang berminat mengembangkan topik bahasan ini dan melakukan

penelitian lebih lanjut

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

10

1.4.2. Secara Praktis

1) Bagi Manajemen Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan informasi yang

berharga bagi Rumah sakit mengenai Berat badan lahir rendah

2) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian dapat menjadi informasi bagi masyarakat mengenai faktor

risiko kejadian BBLR sehingga dapat bertindak segera ketika terjadi

kelainan pada kehamilan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Rafiluddin (2017), tentang Faktor Resiko

Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Area Pertanian (Studi Di Kabupaten Brebes)

Data asupan zat gizi diperoleh dengan metode food frequency questionnaires (FFQ)

semikuantitatif dan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) subjek. Data tingkat paparan

pestisida diperoleh melalui wawancara terstruktur. Data dianalisis dengan menghitung

Odds Ratio (OR) menggunakan regresi logistik. Tidak terdapat perbedaan umur antara

kelompok kasus dan kontrol. Median lama pendidikan, IMT (Indeks masa tubuh) dan

LiLA (Lingkar lengan Atas) ibu kelompok kasus lebih rendah dibandingkan kelompok

kontrol. Tingkat kecukupan protein yang kurang (OR=18,9; 95%CI:1,6-227,7);

kenaikan berat badan kurang (OR=9,1; 95%CI:2,9-28); tingkat paparan pestisida yang

tinggi (OR=7,4; 95%CI:1,3-40,9). 33

Penelitian yang dilakukan oleh Suratini (2015) dengan judul Hubungan Status

Gizi Ibu Hamil Dengan kejadian BBLR DI Wilayah Puskesmas Minggir Kabupaten

Sleman. Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

status gizi ibu hamil dengan kejadian BBLR di Puskesmas Minggir. Hubungannya

sebesar 0.000, yang berarti p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan

antara status gizi ibu hamil dengan kejadian BBLR di Puskesmas Minggir Sleman”.

Kesimpulannya diketahui status gizi ibu hamil dengan berisiko KEK (LILA 23,5 cm)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

12

sebesar 47 orang 46,1 %. Diketahuinya kejadian BBLR dan tidak BBLR sama di

Puskesmas Minggir yaitu sebanyak 51 orang (50 %).Terdapat hubungan antara status

gizi ibu hamil dengan kejadian BBLR di Puskesmas Minggir Sleman sebesar 0.000,

yang berarti p < 0,05. 34

Beberapa hasil penelitian sebelumnya berkaitan dengan tema faktor risiko

kejadian BBLR yaitu : Penelitian yang dilakukan di Canada oleh Jin, et al (2015)

tentang Babies With Low Birth Weight telah menyadari bahwa kejadian berat badan

lahir rendah memiliki masalah kesehatan masyarakat yang signifikan Implikasi sosial

dan medis yang serius, baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Fokus tulisan

ini adalah langsung hubungan antara wanita berpenghasilan rendah dengan berat lahir

rendah bayi. Penghasilan rendah terkait dengan tingkat pendidikan rendah dan lainnya.

Faktor risiko perilaku berhubungan dengan bayi dengan berat lahir rendah. Banyak

penelitian dan pemoggraman telah dilakukan di 15 tahun terakhir, dan beberapa

perbaikan nyata telah dilakukan. Hal yang harus dilakukan dengan melakukan

pendekatan berbasis masyarakat terhadap pengembangan program yang bisa membantu

menurunkan angka kejadian BBLR. 10

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati tahun 2014 tentang faktor-faktor

ibu yang mempengaruhi kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR), di peroleh Hasil uji

chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor usia ibu

dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun 2014 (p = 0,177 < = 0,05). Hasil uji

chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor paritas ibu

dengan kejadian BBLR di RSUD `Cilacap Tahun 2014 (p = 0,550 < = 0,05). Hasil uji

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

13

chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor komplikasi

kehamilan ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun 2014 (p = 0,012 < =

0,05). 20

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sembilan

variabel dengan kejadian BBLR yaitu umur ibu, kadar Hb, jarak paritas, jumlah

kunjungan antenatal, jumlah paritas, status sosial ekonomi , tingkat pendidikan ibu,

status gizi ibu hamil, sedangkan variabel riwayat pekerjaan ibu merupakan faktor

proteksi. Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang paling dominan berpengaruh

terhadap kejadian BBLR adalah usia ibu. 21

Penelitian yang dilakukan oleh Windari dengan judul Hubungan Karakteristik

Ibu Hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) DI RSUD Penembahan

Senopati Bantul Jokyakarta Tahun 2014 dengan hasil penelitian dilakukan dengan uji

chi square menunjukkan karakteristik yang berhubungan dengan kejadian BBLR di

RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah umur ibu (p-v= 0,001 ), umur kehamilan

(p-v= 0,000) dan paritas (p-v= 0,001). 7

Penelitian yang dilakukan oleh Jin, et al (2015) tentang Babies With Low Birth

Weight, Berat lahir sangat rendah mengacu pada bayi yang beratnya kurang dari 1.500

gr, saat lahir. Bayi lahir dengan berat lahir rendah karena prematuritas (lahir terlalu

dini), intrauterine yang buruk. Pertumbuhan (tumbuh terlalu lambat di rahim), atau

keduanya. 10

Penelitian Sulistyorini (2013) dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah di Ilmu kebidanan dan penyakit

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

14

kandungan RSUP DR. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa proporsi paritas risiko rendah dibanding dengan paritas resiko

tinggi yaitu sebanyak 57,1 %, proporsi usia kehamilan preterm yaitu sebanyak 52,2 %

dan proporsi ibu normal lebih banyak dibanding dengan ibu pre eklamsia berat yaitu

sebanyak 58%. Berdasarkan uji Chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan

bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR dan paritas dengan resiko tinggi juga

usia kehamilan preterm mempunyai peluang yang besar untuk kejadian BBLR. 16

Penelitian Muzakkiroh dan Pronomo (2010) dengan judul Pola kejadian berat

lahir rendah dan faktor yang memengaruhinya di Indonesia Tahun 2010. Berdasarkan

analisa multivariate disimpulkan bahwa kejadian BBLR dipengaruhi oleh faktor

penggunaan tablet besi ibu hamil, wilayah tempat tinggal dan kejadian komplikasi

selama masa hamil. Ibu yang mengkonsumsi zat besi kurang dari 90 tablet maka

bayinya mempunyai resiko BBLR 1,7 kali dibandingkan ibu yang mengkonsumsi 90

tablet keatas. Lokasi tempat tinggal dipedesaan mempunyai resiko 0,68 kali untuk

terjadi BBLR dibandingkan ibu yang tinggal diperkotaan. Ibu yang mengalami

komplikasi selama hamil mempunyai 2,3 kali resiko untuk melahirkan BBLR

dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi ketika hamil. 4

Penelitian Mahayana dengan judul Faktor risiko yang berpengaruh terhadap

kejadian berat badan lahir rendah di RSUP Dr. M. Djamil Padang 2013 dengan hasil

penelitian , dari 72 responden didapatkan faktor resiko janin dengan jenis kelamin laki-

laki (61,1%) dan status sosio ekonomi rendah (52,8 %) memiliki proporsi yang lebih

besar pada kejadian BBLR . Analisis bivariat Chi-square menunjukkan faktor resiko

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

15

anemia (p=0,001) dan kelainan plasenta (p=0,049) memiliki hubungan statistik yang

signifikan terhadap kejadian BBLR premature dan dismatur. Pengaruh terbesar secara

statistik terdapat pada faktor resiko anemia (p=0,001) dan paritas (p=0,002) pada

analisis kejadian BBLR premature dan dismatur. 9

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati tahun 2014 tentang faktor-faktor

ibu yang mempengaruhi kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR), di peroleh Hasil uji

chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor usia ibu

dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun 2014 (p = 0,177 < = 0,05). Hasil uji

chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor paritas ibu

dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun 2014 (p = 0,550 < = 0,05). Hasil uji

chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor komplikasi

kehamilan ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun 2014 (p = 0,012 < =

0,05). 20

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sembilan

variabel dengan kejadian BBLR yaitu umur ibu, kadar Hb, jarak paritas, jumlah

kunjungan antenatal, jumlah paritas, status sosial ekonomi , tingkat pendidikan ibu,

status gizi ibu hamil, sedangkan variabel riwayat pekerjaan ibu merupakan faktor

proteksi. Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang paling dominan berpengaruh

terhadap kejadian BBLR adalah usia ibu. 21

Penelitian yang dilakukan oleh Windari dengan judul Hubungan Karakteristik

Ibu Hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) DI RSUD Penembahan

Senopati Bantul Jokyakarta Tahun 2014 dengan hasil penelitian dilakukan dengan uji

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

16

chi square menunjukkan karakteristik yang berhubungan dengan kejadian BBLR di

RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah umur ibu (p-v= 0,001 ), umur kehamilan

(p-v= 0,000) dan paritas (p-v= 0,001). 7

Penelitian Sulistyorini dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian bayi berat lahir rendah di Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP DR.

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 dengan hasil penelitian responden risiko

tinggi 97 (42,9%), paritas risiko rendah 129 (57,1%), usia kehamilan preterm 118

(52,2%), usia kehamilan aterm 108(47,9%), paritas resiko rendah 129 (57,1%), usia

kehamilan preterm 118 (52,2%), usia kehamilan aterm 108(47,8%), preeklamsia berat

95 (42%) dan normal 131 (58%). Berdasarkan data bivariat diperoleh hasil ada

hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR dengan p value=0,003 OR

2,325 dan ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian BBLR dengan p value=

0,005 OR 2,204 serta ada hubungan preeklamsia berat dengan kejadian BBLR dengan

p value=0,007 OR 2,166. 16

Penelitian Rahajeng dengan judul Faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR di

RSUD DR. Soedomo Trenggalek, hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada

hubungan antara pendidikan ibu dan pendapatan keluarga terhadap kejadian BBLR.

Namun ada hubungan hipertensi dalam kehamilan dan anemia dalam hehamilan

terhadap kejadian BBLR. Hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa apabila

variable dihitung secara bersamaan maka tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian

BBLR di RSUD Tringgalek. 12

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

17

Penelitian Abrita (2017) dengan judul Faktor yang berhubungan dengan berat

badan lahir rendah pada bayi yang dilahirkan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003-

2004. Hasil analisis bivariat diperoleh faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR

adalah paritas (p=0,005), berat badan sebelum bersalin (p=0,000), pekerjaan (p=0,038)

dan hb (p=0,000) dan faktor yang tidak berhubungan dengan BBLR adalah umur ibu

(p=0,082), tinggi badan ibu (p=1.000) dan penyakit diderita ibu (p=0,437), dari hasil

analisis multivariate diperoleh 3 variabel yang berhubungan secara bersamaan terhadap

terjadinya BBLR yaitu paritas, berat badan ibu dan kadar hb ibu. 17

Penelitian Trihardiani (2011) dengan judul Faktor resiko kejadian berat badan

lahir rendah di wilayah kerja puskesmas Singkawang Timur Dan Utara Singkawang.

Dengan hasil penelitian Faktor risiko yang terkait dengan BBLR adalah Indeks Massa

Tubuh (RP = 5,4;1,07-27,29), status anemia, lingkar lengan atas (RP = 7,9; 1,85-33,95),

penambahan berat badan (RP = 6,6; 1,30-33,01), dan paritas (RP = 5,30; 1,24-22,56,

tapi tidak ada korelasi antara usia ibu, tinggi ibu, frekuensi pelayanan antenatal,

kelahiran pekerjaan ibu dengan BBLR. Body Mass Index, lengan atas keliling, dan

berat badan ibu adalah faktor risiko BBLR. 22

Dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil bahwa variabel yang

mempunyai hubungan secara bermakna dengan kejadian BBLR adalah :umur (p:0,000);

paritas (p:0,000); riwayat kehamilan (p:0,028). Dengan uji Regresi Logistik diperoleh

variabel yang mempengaruhi kejadian BBLR adalah riwayat kehamilan, artinya ibu

hamil yang mempunyai riwayat kehamilan buruk (pernah abortus, prematur, melahirkan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

18

bayi mati, dan BBLR) memiliki probabilitas untuk kejadian BBLR sebesar 75,39%.

Bahwa ada hubungan umur, paritas dan riwayat kehamilan dengan kejadian BBLR. 23

2.2 Penelitian Mixed Methods

Mixed Method adalah metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan

kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam tahap pengumpulan data), dan kajian

model campuran memadukan dua pendekatan dalam semua tahap proses penelitian. Hal

senada juga diungkapkan Jhon. W Creswell sebagai sebuah metoda, mixed methods

research berfokus pada pengumpulan dan analisis data serta memadukan antara data

kuantitatif dan data kualitatif. baik dalam single study (penelitia tunggal) maupun series

study (penelitian berseri). Premis sentral yang dijadikan dasar mixed methods research

adalah menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menemukan

hasil penelitian yang lebih baik dibandingkan jika hanya menggunakan salah satu

pendekatan saja (misalnya dengan pendekatan kuantitatif saja atau dengan pendekatan

kualitatif saja). 31

Mixed methods terbagi menjadi dua model utama yakni model sequential

(urutan) dan model concurrent (campuran). Model sequential (urutan) dibagi menjadi

dua yakni sequential explanatory (pembuktian) dan sequential exploratory. Model

concurrent (campuran) dibagi menjadi dua yakni model concurrent triangulation

(campuran kuantitatif dan kualitatif secara berimbang) dan model concurrent embedded

(campuran penguatan/metode kedua memperkuat metode pertama). 32

Mixed Method juga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan

asumsi filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara pengumpulan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

19

data dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui

beberapa fase proses penelitian.Strategimetode campuran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah urutan analisis kualitatif dan kuantitatif, dalam penelitian ini

menjadikan langkah penelitian kualitatif sebagaimetode primer sedangkan penelitin

kuantitatif sebagai metode sekunder, kemudian dianalisis dengan metode gabungan mix

Intinya adalah untuk menyatukan data kualitatif dan data kuantitatif agar memperoleh

analisis yang lebih lengkap. 32

Rancangan penelitian metode campuran (mixed methods research design) adalah

suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, “dan mencampur” metode

kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian atau serangkaian penelitian untuk

memahami permasalahan penelitian . 31

2.2.1 Pengolahan data dengan mixed methods

Penggolahan data dengan menggunakan metode mixed methods dilakukan

dengan beberapa criteria, antara lain:

a) Melibatkan merging (menyatukan/ menggabungkan)

b) Connecting (menghubungkan / membuat basis – data yang satu menjelaskan

basis – data yang lain)

c) Building (membangun / membuat basis – data yang satu membangun sesuatu

yang baru yang digunakan dalam basis data yang lain)

d) Embedding (menanamkan / menempatkan basis – data yang satu dalam basis –

data lain yang lebih besar)

e) Di –mixed (dicampur) dalam penelitian metode campuran.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

20

2.2.2. Rancangan Metode Campuran (dilihat dari aspek pengumpulan data)

a) Rancangan Konvergen

Adalah mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara simultan,

menggabungkan datanya, membandingkan hasilnya, dan menjelaskan semua deskripsi

dalam hasilnya.Tujuan dari rancangan ini, adalah untuk menjelaskan hasil kuantitatif

dengan data kualitatif dari suatu penelitian untuk melihat apakah mereka

berkonvergensi dan memberikan hasil serupa.

b) Rancangan Sekuensial Eksplanatoris

Adalah rancangan eksplanatoris, yang terdiri atas pertama – tama

mengumpulkan data kualitatif untuk membantu menjelaskan atau mengelaborasi tentang

hasil kuantitatif. Latar belakang pemikiran untuk pendekatan ini adalah data kuantitatif

dan hasil memberikan gambaran umum tentang permasalahan penelitiannya; lebih

banyak analisis, khususnya melalui pengumpulan data kualitatif, diperlukan untuk

menyempurnakan, memperluas, atau menjelaskan gambaran kuantitatif umumnya.

c). Rancangan Sekuensial Eksploratoris

Dimulai dengan data kualitatif dan setelah itu mengumpulkan informasi

kuantitatif. Metode ini terdiri atas pertama – tama mengumpulkan data kuantitatif dan

setelah itu mengumpulkan data kualitatif untuk membantu menjelaskan atau

mengelaborasi tentang hasil kuantitatif. Latar belakang pemikiran untuk pendekatan ini

adalah data kuantitatif dan hasil memberikan gambaran umum tentang permasalahan

penelitiannya; lebih banyak analisis, khususnya melalui pengumpulan data kualitatif,

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

21

diperlukan untuk menyempurnakan, memperluas, atau menjelaskan gambaran

kuantitatif umumnya.

d). Rancangan Sekuensial Eksploratoris

Mulai dengan data kualitatif dan setelah itu mengumpulkan informasi

kuantitatif. Metode ini melibatkan prosedur pertama –tama mengumpulkan data

kualitatif untuk mengeksplorasi suatu fenomena dan setelah itu mengumpulkan data

kuantitatif untuk menjelaskan hubungan yang ditemukan dalam data kualitatif. Niat

rancangan ini adalah untuk pertama – tama mengeksplorasi suatu sampel secara

kualitatif untuk menentukan pertanyaan apa yang akan ditanyakan, variabel apa yang

akan di ukur, dan siapa orang yang akan ditanyai.

e). Rancangan Eksperimental

Maksud rancangan eksperimental adalah membungkus suatu rancangan metode

campuran dasar dalam suatu eksperimen. Rancangan ini pada dasarnya berarti bahwa

peneliti menambahkan pengumpulan data, analisis data, dan hasil kualitatif ke dalam

suatu eksperimen. Menambahkan data kualitatif ke dalam suatu eksperimen sebelum

eksperimen dimulai, selama eksperimen, atau segera setelah eksperimen selesai.

f). Rancangan keadilan Sosial

Rancangan keadilan sosial adalah suatu rancangan metode campuran dimana

suatu kerangka kerja (misalnya feminis atau etnik) membungkus rancangan dasar

konvergen, eksplanatoris, atau eksploratoris. Niat tipe rancangan metode campuran ini

adalah untuk melaksanakan suatu penelitian konvergen, eksplanatoris, atau eksploratori.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

22

g). Rancangan Evaluasi Multitahap

Rancangan evaluasi multitahap adalah rancangan metode campuran yang

digunakan ketika peneliti mencoba mengevaluasi dampak suatu program atau

proyek.Peneliti metode campuran menggunakan rancangan konvergen, eksplanatoris,

atau eksploratoris secara multitahap dalam implementasi program.

2.2.3. Merancang Prosedur-Prosedur Mixed Methods Research

Menurut John W Creswell (2009:840), ada beberapa aspek penting yang harus

dipertimbangkan terlebih dahulu dalam merancang prosedur-prosedur mixed methods

research, yaitu sebagai berikut:

a) Timing (waktu)

Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam pengumpulan data kualitatif dan

kuantitatifnya. Apakah data akan dikumpulkan secara bertahap (sekunsial) atau

dikumpulkan pada waktu yang sama (konkuren). Ketika data dikumpulkan secara

bertahap, peneliti perlu menentukan apakah data kuantitatif atau kualitatif yang akan

dikumpulkan terlebih dahulu. Hal ini tergantung pada tujuan awal peneliti. Bila data

kualitatif dikumpulkan pertama, tujuannya adalah untuk mengeksplorasi topik dengan

cara mengamati partisipan di lokasi penelitian. Setelah itu peneliti memperluas

pemahamannya melalui tahap kedua, yaitu data kuantitatif, di mana data dikumpulkan

dari sejumlah besar partisipan (biasanya sampel dari populasi). Ketika data

dikumpulkan secara konkuren, berarti data kuantitatif dan kualitatif dikumpulkan pada

waktu yang sama dan pelaksanaannya simultan (serempak). Pengumpulan data

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

23

kuantitatif dan kualitatif secara bersaman dianggap paling efektif karena tidak

membutuhkan waktu lama dalam proses pengumpulannya.

b) Weighting (bobot)

Bobot yang dimaksud dalam merancang prosedur mixed methods adalah

prioritas yang diberikan antara metode kuantitatif atau kualitatif. Dalam studi tertentu

bobot dapat sama atau seimbang. Dalam beberapa penelitian lain mungkin lebih

menekankan pada satu metode. Penekanan pada satu metode tergantung dari

kepentingan peneliti, keinginan pembaca (seperti pihak kampus, organisasi profesional)

dan hal apa yang ingin diutamakan oleh peneliti. Dalam kerangka yang lebih praktis,

bobot dalam mixed methods bisa dipertimbangkan melalui beberapa hal, antara lain

apakah data kualitatif dan kuantitatif yang akan diutamakan terlebih dahulu, sejauh

mana treatment terhadap masing-masing dari kedua data tersebut atau apakah metode

induktif (seperti, membangun tema-tema dalam kualitatif) atau metode deduktif (seperti,

menguji suatu teori) yang akan diprioritaskan.

c) Mixing (pencampuran)

Mencampur (mixing) berarti bahwa data kualitatif dan kuantitatif benar-benar

dileburkan dalam satu end of continuum, dijaga keterpisahannya dalam end of continum

yang lain atau dikombinasikan dengan beberapa cara. Dua data bisa saja ditulis secara

terpisah namun keduanya tetap dihubungkan (connecting) satu sama lain selama tahap-

tahap penelitian. bahwa peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara

konkuren dan menggabungkan (integrating) database keduanya dengan

mentransformasikan tema-tema kualitatif menjadi angka-angka yang bisa dihitung

(secara statistik) dan membandingkan hasil penghitungan ini dengan data kuantitatif

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

24

deskriptif. Dalam hal ini, pencampuran menggabungkan dua database dengan

meleburkan secara utuh data kuantitatif dengan data kualitatif. Atau dalam hal lain,

peneliti tidak menggabungkan dua jenis metode penelitian yang berbeda tetapi

sebaliknya peneliti justru tengah menancapkan (embedding) jenis data sekunder

(kualitatif) ke dalam jenis data primer (kuantitatif) dalam satu penelitian. Database

sekunder memainkan peran pendukung dalam penelitian ini.

d) Teorizing (teorisasi)

Faktor terakhir yang perlu diperhatikan dalam merancang mixed method adalah

perspektif teori apa yang akan menjadi landasan bagi keseluruhan proses/tahap

penelitian perspektif ini bisa berupa teori ilmu-ilmu sosial atau perspektif-perspektif

teori lain yang lebih luas. Dalam mixed methods research, teori biasanya muncul

dibagian awal penelitian untuk membentuk rumusan masalah yang diajukan, siapa yang

berpartisipasi dalam penelitian, bagaimana data dikumpulkan dan implikasi-implikasi

apa yang diharapkan dari penelitian.

2.2.3. Analisis Data Dan Prosedur-Prosedur Validasi Mixed Methods

John W Creswell (2009:933) menyebutkan beberapa analisis data mixed method

yaitu:

a) Transformasi data. Dalam strategi-strategi kunkuren, peneliti bisa saja

menghitung data kuantitatif atau sebaliknya peneliti juga dapat mengalifikasi

data kuantitatif.

b) Mengeksplorasi outlier-outlier. Dalam strategi-strategi sekuensial, analisis data

kuantitatif pada tahap pertama dapat menghasilkan kasus-kasus ekstrim dan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

25

outlier. Setelah analisis penliti dapat menindaklanjuti dengan wawancara

kualitatif tentang kasus-kasus outlier tersebut untuk memperoleh penegtahuan

tentang mengapa kasus ini berbeda/menyimpang dari sampel kuantitatif.

c) Membuat instrument. Dengan menerapkan salah satu strategi sekuensial

sebelumnya, kumpulkan tema-tema atau statemen tertentu tertentu dari

partisipan pada tahap pertama, selanjutnya gunakan statemen tersebut sebagai

item-item spesifik dan temanya sebagai skala-skla untuk membuat instrument

survey kuantitatif. Pada tahap ketiga, cobalah menvalidasi instrument tersebut

dengan sampel yang representative dari populasi.

d) Menguji level-level ganda. Dengan menerapkan strategi embedded konkuren,

lalkukan survey (misalnya, pada kelompok-kelompok) untuk mengumpulkan

hasil-hasil kuantitatif tentang sampel. Pada waktu bersamaan, lakukan

wawancara kualitatif (seperti, pada individu-individu) untuk mengeksplorasi

suatu fenomena berdasarkan pandangan individu-individu dalam kelompok-

kelompok tersebut.

e) Membuat matriks/tabel. Dengan menerapkan salah satu strategi konkuren yang

sudah dijelaskan sebelumnya, kombinasikan informasi-informasi yang diperoleh

dari pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif kedalam bentuk matriks atau

tabel.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

26

2.3. Berat Badan Lahir Rendah

2.3.1. Pengertian BBLR

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500

gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya

kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan

pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu

kelangsungan hidupnya. 16

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan

(< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan(intrauterine growth restriction). 24 World

Health Organization (WHO) menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat

badannya kurang atau sama dengan 2.500 g disebut low birth weight infant (bayi berat

badan lahir rendah). Menurut Syafrudin dan Hamidah (2009) yang mengutip dari

Depkes RI, bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2.500 g atau

kurang dari 2500 gr. 24

Dari pengertian tersebut BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

prematuritas murni dan dismaturitas. Disebut prematuritas murni jika masa gestasinya

kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa

gestasinya, biasa pula disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

Dismaturitas ialah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasinya. Artinya bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. 25

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

27

2.3.2. Klasifikasi BBLR

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR. 26

a. Menurut harapan hidupnya:

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.

3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000

gram.

b. Menurut Masa Gestasinya

Masa gestasi atau umur kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai

saat kelahiran dihitung dari pertama haid terakhir.

1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat

badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut

neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). Dismaturitas

yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan

intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

28

2.3.3. Faktor Penyebab

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah. 26

2.3.3.1. Faktor Ibu

1) Penyakit;

(1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan, Hypertensi

dalam kehamilan, kehamilan extopik, plasenta previa, IUGR ( Intrauterine

growth retardation) dan PROM (Premature rupture of membranes)

(2) antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.

(3) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,

HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

(4) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2) Karakteristik Ibu;

(1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun.

(2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1tahun).

(3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan Sosial Ekonomi

(1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan

keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. Masalah gizi merupakan

salah satu penyebab kematian ibu dan anak secara tidak langsung yang

sebenarnya masih dapat dicegah. Rendahnya status gizi ibu hamil selama

kehamilan dapat mengakibatkan berbagai dampak tidak baik bagi ibu hamil dan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

29

bayi, diantaranya adalah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Bayi dengan BBLR mempunyai peluang meninggal 10 – 20 kali lebih besar dari

pada bayi yang lahir dengan berat lahir cukup oleh karena itu, perlu adanya

deteksi dini dalam kehamilan yang dapat mencerminkan pertumbuhan janin

melalui penilaian status gizi ibu hamil. 34

BBLR merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena

mempunyai resiko untuk terjadinya komplikasi pada bayi seperti : aspirasi

mekonium yang sering diikuti pneumotorak, kadar hemoglobin yang tinggi, dan

hipoglikemia. Komplikasi lain yang dapat terjadi pada BBLR adalah asfeksia,

perdarahan paru yang massif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan

kromosom, cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine, dan sebagainya. Bayi

dengan BBLR mempunyai dampak psikologis dan neurologis setelah hidup dan

akan menjadi masalah baru dalam lingkungan keluarganya, bayi yang sering

mengalami keterlambatan pertumbuhan, gangguan bicara dan tingkat kecerdasan

yang rendah. 34

(2) Aktifitas fisik yang berlebihan

(3) Perkawinan yang tidak sah

2.3.3.2. Faktor Janin

Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi

sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

30

2.3.3.3. Faktor Plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,

sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.

2.3.3.4. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,

terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

2.4. Permasalahan Pada BBLR

Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama yang

prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah

pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada system pernafasan, susunan saraf

pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal, dan termoregulasi. 27

2.4.1. Sistem Pernafasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera

setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan

surfaktan (zat di dalam paru yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian dalam

alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Lumen sistem pernafasan

yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thoraks,

lemah atau tidak adanya gag refleks dan pembuluh darah yang imatur. Hal-hal inilah

yang mengganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas

(distress pernafasan).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

31

2.4.2. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)

Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat.

Hal ini disebabkan antara lain, perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang

rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara

itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan

saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan

perfusi/iskemia.

2.4.3. Sistem Kardiovaskuler

Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan janin, yaitu

Patent Ductus Arteriosus, yang merupakan akibat dari gangguan adaptasi dari

kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan

ductus arteriosus. Terdapat beberapa faktor yang memperlambat penutupan ductus

arteriosus, antara lain berupa kurangnya otot polos pembuluh darah, dan rendahnya

kadar oksigen pada bayi BBLR.

2.4.4. Sistem Gastrointestinal

Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umumnya saluran

pencernaannya belum berfungsi seperti pada bayi cukup bulan. Hal ini diakibatkan

antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi

33-34 minggu, kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang dapat menyerap

lemak dan mencerna protein, jumlah enzim yang belum mencukupi.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

32

2.4.5. Sistem Termoregulasi

Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang

disebabkan antara lain:

1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan

lebih besar (permukaan tubuh bayi relative luas)

2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat)

3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit

4) Kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunaan kalori

5) Tidak memadainya aktivitas otot

6) Ketidakmatangan pusat pengaturan suhu di otak

7) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit

2.4.6. Sistem Hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila

dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain karena bayi

BBLR terutama yang kurang bulan, adalah:

1) Usia sel darah merahnya lebih pendek

2) Pembentukan sel darah merah yang lambat

3) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh

4) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang

sering

5) Deposit vitamin E yang rendah

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

33

2.4.7. Sistem Imunologi

Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas,

seringkali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi daripada bayi

cukup bulan.

2.4.8. Sistem perkemihan

Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, dimana

ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk mengelola air,

elektrolit dan asam basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-

obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urine.

2.4.9. Sistem Integumen

Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan

sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.

2.4.10. Sistem penglihatan

Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang

disebabkan karena ketidakmatangan retina.

2.5. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga

Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan membuat

stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan

terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus

mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga

merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

34

tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat. Perawat dapat membantu

keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional, antara lain dengan

memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam

perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui kontak

kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan percaya diri

dalam merawat bayinya. 21

2.6. Pencegahan BBLR

2.6.1. Pencegahan Primer

Menurut University of Rochester Medical Center (2014) dan Shore (2009)

pencegahan ini merupakan upaya untuk mencegah ibu hamil melahirkan bayi dengan

BBLR, antara lain sebagai berikut:

1) Perawatan prenatal merupakan faktor kunci dalam mencegah kelahiran premature

dan bayi berat lahir rendah. Pada kunjungan prenatal, kesehatan ibu dan janin

dapat diperiksa.

2) Gizi dan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat janin dan berat

bayi saat lahir, maka makan makanan yang sehat dan mendapatkan berat badan

yang tepat saat kehamilan sangat penting.

3) Ibu harus menghindari alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang, yang dapat

berkontribusi untuk pertumbuhan janin yang buruk, diluar dari komplikasi lainnya.

4) Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat

baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari normal.

5) Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

35

2.6.2. Pencegahan Sekunder

Upaya ini dilakukan untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat

BBLR, yaitu. 28

1). Pengaturan Suhu Badan /Thermoregulasi

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan

membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara

fisiologis dengan mengatur pembentukan atau pendistribusian panas, dan pengaturan

terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan pertambahan panas. Berikut

ini adalah beberapa cara pencegahan panas pada bayi berat lahir rendah yang sehat

antara lain:

(1) Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat

(2) Pemeriksaan di kamar bersalin dilakukan di bawah radiant warmer (box bayi

hangat)

(3) Topi dipakaikan untuk mecegah kehilangan panas melalui kulit kepala

(4) Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di boks terbuka dan diselimuti.

Sementara itu, pada bayi berat lahir rendah yang sakit, cara untuk mencegah

kehilangan panas, antara lain:

(1)Bayi harus segera dikeringkan

(2) Untuk mentransportasi bayi, digunakan transport inkubator yang sudah hangat

(3) Tindakan terhadap bayi dilakukan di bawah radiant warmer

(4) Suhu lingkungan netral dipertahankan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

36

2.7. Landasan Teori.

Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka dikembangkan suatu kerangka teori

sebagai berikut yaitu:

Gambar 2.1 Landasan Teori (Sumber : 15 dan 2)

Faktor Ibu

1. Usia Ibu

2. Paritas

3. Masa Gestasi

4. Jarak Kelahiran

5. Komplikasi dalam

kehamilan

6. Keadaan Ekonomi

Keluarga

Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR)

Faktor Janin

1. Kelainan Kromoson

2. Infeksi Janin Kronik

3. Gawat Janin

4. Kehamilan Kembar

Faktor Plasenta

1. Hidramnion

2. Plasenta Previa

3. Solutio Plasenta

4. KPD

Faktor Lingkungan

1. Tempat tinggal

dataran tinggi

2. Radiasi

3. Terpapar zat racun

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

37

2.8. Kerangka Konsep Penelitian

1.4.3. Pada penelitian ini yang ingin diketahui adalah bagaimana gambaran faktor

resiko kejadian berat badan lahir rendah di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh

Utara. Ini dapat digambar kan dalam kerangka konsep penelitian berikut ini:

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Faktor Ibu

1. Usia Ibu

2. Jarak Kelahiran

3. Paritas

4. Masa Gestasi

5. Riwayat komplikasi

dalam kehamilan

6. Keadaan ekonomi

keluarga

Variabel Independen Variabel Dependen

Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR)

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

38

2.9. Hipotesis Penelitian

1.4.4. Hipotesis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir

rendah (BBLR) di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016-2017

yaitu :

1) Ada hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten

Aceh Utara

2) Ada hubungan paritas dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia Kabupaten

Aceh Utara.

3) Ada hubungan Jarak kelahiran dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia

Kabupaten Aceh Utara.

4) Ada hubungan masa gestasi dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia

Kabupaten Aceh Utara.

5) Ada hubungan riwayat komplikasi dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia

Kabupaten Aceh Utara.

6) Ada hubungan ekonomi keluarga dengan kejadian BBLR di RSU Cut Meutia

Kabupaten Aceh Utara.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mixed Methods

dengan pendekatan desain sequential explanatory yaitu dimulai dengan mengumpulkan

data kuantitatif dengan desain case control dan setelah itu mengumpulkan data kualitatif

untuk membantu menjelaskan atau mengelaborasi tentang hasil kuantitatif. 19

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan karena tempat yang sesuai

untuk dilakukan penelitian karena jumlah kasus bayi berat lahir rendah memadai untuk

dijadikan sampel penelitian.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dijadwalkan telah dilaksanakan bulan April tahun 2018 sampai

dengan bulan Mei tahun 2018.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

40

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi kasus yaitu seluruh ibu yang

melahirkan bayi berat lahir rendah yang tercatat di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh

Utara. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara

diambil dari bulan Januari sampai Desember tahun 2017 berjumlah 45 orang.

Populasi kontrol yaitu seluruh ibu yang melahirkan di RSU Cut Meutia

Kabupaten Aceh Utara yang tidak mengalami BBLR. Berdasarkan data yang diperoleh

dari RSU Kabupaten Aceh Utara Januari tahun 2016 sampai Desember 2017 berjumlah

45 orang.

3.3.2 . Sampel

1) Sampel Untuk Pendekatan Kuantitatif

Sampel untuk pendekatan kuantitatif sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini dibagi menjadi

dua kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus sampel sebanyak 45

orang. Kelompok kontrol sampel harus perpadanan (matching), yang menjadi matching

adalah umur ibu saat melahirkan (umur >20 dan ≤ 35 ) tahun dengan sampel kasus yaitu

45 orang. Jadi kriteria kasus dan kontrol ditetapkan sebagai berikut:

(2) Sampel kelompok kasus yaitu ibu yang melahirkan Berat badan lahir rendah

yaitu berjumlah 45 orang

(3) Sampel kelompok kontrol yaitu ibu yang tidak melahirkan Berat badan lahir

rendah. Berdasarkan ketentuan perpaduan (matching) dengan ibu yang

mengalami Berat badan lahir rendah perbandingan (1:1) dalam teknik

pengambilan sampel, maka jumlah sampel sebanyak 45 orang.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

41

(4) Jumlah seluruh sampel kelompok kasus dan kontrol adalah 90 orang. Sampel

kasus dalam penelitian ini diambil secara total population yaitu sampel diambil

dari keseluruhan jumlah populasi.

Dalam penelitian ditetapkan kriteria sampel sebagai berikut:

1) Tercatat sebagai ibu yang bersalin di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara

2) Ibu yang mengalami berat badan lahir rendah

2). Informan Untuk Pendekatan Kualitatif

Informan untuk pendekatan kualitatif Informan diwakili oleh ibu yang pernah

bersalin di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara yaitu untuk kelompok kasus dan

kelompok kontrol. Jumlah seluruh informan adalah 9 orang yaitu 3 informan untuk

kelompok ibu (Ibu yang melahirkan dengan BBLR), 3 informan bidan di wilayah kerja

Puskesmas Kabupaten Aceh Utara, 3 informan dari suami. Alasan pengambilan

informan 9 orang, karena 9 informan dalam penelitian ini adalah orang atau pelaku

yang benar benar tahu dan menguasai masalah serta terlibat langsung dengan masalah

penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data

yang diperoleh dari catatan atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

penelitian seperti profil RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara, catatan rekam medik

tentang ibu bersalin yang mengalami Berat badan lahir rendah dan ibu bersalin yang

tidak mengalami Berat badan lahir rendah.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

42

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

1) Teknik Pengumpulan Data Kuantitaif

Metode pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan pengisian lembar

checklist dengan studi dokumentasi berupa data deskriptif seperti profil Rumah

sakit dan catatan rekam medik.

2). Teknik Pengumpulan Data Kualitatif

Teknik Pengumpulan Data Kualitatif Metode pengumpulan data dilakukan

dengan mewawancarai secara mendalam kepada informan yang mewakili pasien

dengan menggunakan pedoman wawancara. Kegiatan wawancara tersebut

direkam menggunakan alat perekam, selanjutnya hasil rekaman tersebut

dituliskan dalam bentuk verbatim.

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional

3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun

yang menjadi variabel bebas yaitu (usia, paritas, jarak kelahiran, masa Gestasi, dan

Komplikasi dalam Kehamilan dan keadaan sosial ekonomi keluarga) yang ditandai

dengan simbol x sedangkan variabel yang terikat yaitu (Berat Badan Lahir Rendah)

yaitu variabel yang berhubungan yang ditandai simbol Y.

3.5.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang akan

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah

pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Defenisi operasional ini berguna untuk

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

43

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur. Batasan yang digunakan

untuk mendefenisikan variabel-variabel.

1) Variabel Bebas

(1) Usia yaitu umur ibu saat melahirkan bayi berat lahir rendah

(2) Paritas yaitu jumlah anak yang telah dilahirkan ibu.

(3) Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kehamilan sekarang dengan

kehamilan sebelumnya

(4) Masa Gestasi atau umur kehamilan adalah Masa sejak terjadinya konsepsi

sampai dengan saat kelahiran dihitung dari pertama haid terakhir.

(5) Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat

menyebabkan kematian pada ibu dan bayi

(6) Keadaan ekonomi keluarga adalah kedudukan atau posisi keluarga dalam

kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,

pendidikan dan pendapatan .

2). Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel

dalam penelitian ini adalah: Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat

badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).

3.6. Metode Pengukuran

1) Berat badan lahir rendah

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

44

Kategori Berat badan lahir rendah dibuat kode pada masing-masing lembar

checklist yaitu:

(1) Mengalami Berat badan lahir rendah

(2) Tidak Mengalami Berat badan lahir rendah

2). Usia

(1) Berisiko jika usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun

(2) Tidak berisiko jika usia ibu ≥ 20 tahun dan ≤35 tahun

3). Paritas

Kategori paritas diberi kode pada masing-masing lembar checklist yaitu:

1) Berisiko ibu dengan paritas tinggi (anak >2 )

2) Tidak berisiko ibu dengan paritas rendah (anak ≤2)

4). Jarak kelahiran

1) Berisiko apabila jarak kelahiran < 1 tahun

2) Tidak berisiko apabila jarak kelahiran ≥ 2 tahun

5) Masa Gestasi

1) Berisiko apabila melahirkan dengan usia kehamilan preterm (< 37 minngu)

2) Tidak berisiko apabila melahirkan dengan usia aterm (≥37 minggu).

6) Riwayat komplikasi dalam kehamilan

1) Berisiko apabila mempunyai riwayat komplikasi pada kehamilan dan kelahiran

sebelumnya

2) Tidak berisiko apabila tidak ada riwayat komplikasi pada kehamilan dan

kelahiran sebelumnya

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

45

7). Keadaan ekonomi Keluarga

1) Berisiko apabila pendapatan atau penghasilan keluarga golongan

berpenghasilan rendah.

2) Tidak berisiko apabila pendapatan atau penghasilan keluarga golongan

berpenghasilan sedang atau tinggi

3.6.3. Metode Pengukuran Kualitatif

Pengukuran dilakukan dengan mewawancarai secara mendalam kepada

informan yang mewakili pasien dengan menggunakan pedoman wawancara. Kegiatan

wawancara mendalam tersebut direkam menggunakan alat perekam, selanjutnya hasil

rekaman tersebut dituliskan dalam bentuk verbatim.

Pada penelitian ini data yang diperoleh dilapangan dianalisis dengan

tahapan data reduction, data display, dan conclusion or verification.

1). Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola sehingga akan memberikan

gambaran jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2) Data display (penyajian data)

Penyajian data akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam kualitatif,

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

46

penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar

kategori.

3) Conclusion or verification (Kesimpulan atau Verifikasi Data)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

objek yang sebelumnya masih remang remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dan dapat berhubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti

bukti valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel. Ketiga komponen tersebut saling interaktif yaitu saling memengaruhi dan

saling terkait satu sama lain. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di Lapangan

dengan mengadakan observasi yang disebut dengan tahap pengumpulan data. Karena

data yang terkumpul banyak maka perlu dilakukan tahap reduksi data untuk

merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan padahal yang penting, mencari tema,

dan polanya. Setelah direduksi kemudian di adakan penyajian data dengan teks yang

bersifat naratif. Apabila kedua tahap tersebut telah selesai dilakukan, maka diambil

suatu keputusan atau verifikasi.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

47

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

No Variabel Defenisi

Operasiona

l

Kategori Hasil Ukur Skala

1. Usia Usia

Responden

saat

melahirkan

anak

terakhir

1) Berisiko jika usia ibu < 20

tahun dan ≥35 tahun

2) Tidak berisiko jika usia ibu > 20

≤ 35 tahun

Ordinal

2 Paritas Jumlah

anak yang

dilahirkan

responden

baik yang

lahir hidup

maupun

mati

1) Berisiko ibu dengan paritas

tinggi (anak >2 )

2) Tidak berisiko ibu dengan

paritas rendah (anak ≤2)

Ordinal

3 Masa

Gestasi

Periode

waktu

antara

konsepsi

dan

kelahiran

1) Berisiko pada saat melahirkan

usia kehamilan pretem (<37

minggu)

2) Tidak berisiko saat melahirkan

usia kehamilan aterm (≥ 37

minggu)

Ordinal

4 Riwayat

komplikasi

dalam

kehamilan

Kegawat

daruratan

obstetrik

yang dapat

menyebabk

an kematian

pada ibu

dan bayi

1) Berisiko apabila ada riwayat

komplikasi pada kehamilan

sebelumnya

2) Tidak berisiko apabila tidak ada

riwayat komplikasi pada

kehamilan sebelumnya

Ordinal

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

48

5 Jarak

kelahiran

Batasan

jeda antara

kehamilan

yang lalu

dengan

kehamilan

sekarang

1) Berisiko apabila jarak kelahiran

< 1 tahun

2) Tidak berisiko apabila jarak

kelahiran ≥ 2 tahun

Ordinal

6 Keadaan

sosial

ekonomi

keluarga

Kedudukan

atau posisi

seseorang

dalam

kelompok

masyarakat

yang

ditentukan

oleh jenis

aktifitas

ekonomi,pe

ndidikan

serta

pendapatan

1) Berisiko apabila pendapatan

atau penghasilan keluarga

golongan berpenghasilan

rendah

2) Tidak berisiko apabila

pendapatan atau penghasilan

keluarga golongan

berpenghasilan sedang atau

tinggi

Ordinal

Kisi–Kisi Instrumen Penelitian Analisis Faktor Resiko Kejadian Bayi Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara

NO Variabel Indikator Kategori Hasil Ukur

1. Usia -Berapa usia pada saat hamil

-Usia tidak berisiko hamil

-Usia berisiko hamil

1.Berisiko jika usia ibu < 20

tahun dan ≥35 tahun

2.Tidak berisiko jika usia ibu

> dari 20 tahun dan kurang ≤

35 tahun

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

49

2. Paritas -Jumlah anak yang sudah

dilahirkan

-Jumlah anak yang berisiko

untuk hamil

1.Berisiko ibu dengan paritas

tinggi (anak >2 )

2.Tidak berisiko ibu dengan

paritas rendah(anak ≤2)

3. Masa Gestasi -Berapa usia kehamilan saat

melahirkan

-Usia kehamilan berisiko

melahirkan

-Usia kehamilan tidak

berisiko melahirkan

1.Berisiko pada saat

melahirkan usia kehamilan

pretem (<37 minggu)

2.Tidak berisiko saat

melahirkan usia kehamilan

aterm (≥ 37 minggu)

4. Riwayat

komplikasi

dalam

kehamilan

-Penyakit-penyakit yang

menyertai ibu dalam

kehamilan

-Jenis-jenis komplikasi dalam

kehamilan

1.Berisiko apabila ada

riwayat komplikasi pada

kehamilan sebelumnya

2.Tidak berisiko apabila tidak

ada riwayat komplikasi pada

kehamilan sebelumnya

5. Jarak kelahiran -Jarak antara kehamilan

sekarang dengan kehamilan

1.Berisiko apabila jarak

kelahiran < 1 tahun

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

50

sebelumnya

-Jarak kehamilan berisiko

untuk hamil

-Jarak kehamilan tidak

berisiko hamil

2.Tidak berisiko apabila jarak

kelahiran ≥ 2 tahun

6. Keadaan

ekonomi

keluarga

-Pendidikan

-Pekerjaan

-Penghasilan atau pendapatan

dalam keluarga

1.Berisiko apabila pendapatan

atau penghasilan keluarga

golongan berpenghasilan

rendah

2.Tidak berisiko apabila

pendapatan atau penghasilan

keluarga golongan

berpenghasilan sedang atau

tinggi

3.7. Metode Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data kembali dengan

memeriksa semua lembar checklist apakah jawaban sudah lengkap dan benar, data yang

terkumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut. 29

1) Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari lembar checklist

2) Checking

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

51

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan pengisian lembar checklist dengan tujuan

agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang valid

dan realiabel, dan terhindar dari bias.

3) Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel yang

diteliti, nama responden dirubah menjadi nomor.

4.) Entering

Data entry yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam

bentuk kode dimasukkan ke dalam program komputer yang digunakan peneliti yaitu

SPSS.

5) Data Processing

Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai dengan

kebutuhan. Setelah dilakukan pengolahan data seperti yang telah diuraikan di atas,

langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Adapun jenis-jenis dalam

menganalisis data adalah pada penelitian ini sebagai berikut: 30

1). Analisis Data Kuantitatif

(1) Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang menitikberatkan pada penggambaran

atau deskripsi data yang telah diperoleh. Menggambarkan distribusi frekuensi

dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat, sehingga dapat

gambaran variabel penelitian.

(2) Analisis Bivariat

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/165/2/BAB I - BA III.pdfmalnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,

52

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen.Uji yang digunakan pada analisis bivariat ini adalah uji

chisquare ((x2) menggunakan derajat kepercayaan 95%. Uji chi-Square dapat

digunakan untuk melihat hubungan. Dalam uji ini kemaknaan hubungan dapat

diketahui, pada dasarnya uji chi-square digunakan untuk melihat antara

frekuensi yang diamati (observed) dengan frekuensi yang diharapkan

(expected). Dengan keputusan uji statistik apabila p ≤ α maka keputusan H0

ditolak (Ha diterima) sebaliknya jika p > α keputasan H0 gagal ditolak (Ha

ditolak)

2) Analisis Data Kualitatif

Analisis data dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan kualitatif. Menurut

Miles dan Hubernas dalam Sugiyono, data kualitatif diperoleh dari data reduction, data

display dan conclusion drawing/verification. Reduksi data adalah proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus

menerus selama penelitian ini berlangsung. Setelah menganalisis data kemudian

dilanjutkan dengan keabsahan data kualitatif yaitu dengan cara triangulasi. Triangulasi

dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan informasi dari informan yang satu

dengan informan yang lain sehingga informasi yang diperoleh kebenarannya.

Selanjutnya melakukan keabsahan data. 32