Frederick Winslow Taylor

9
Analisis perancangan Kerja OLEH NGAKAN PUTU WINDRA H. D22109005 TEKNIK MESIN PRODI INDUSTRI UNIVERSITAS HASANUDDIN

Transcript of Frederick Winslow Taylor

Page 1: Frederick Winslow Taylor

Analisis perancangan

Kerja

OLEHNGAKAN PUTU WINDRA H.

D22109005

TEKNIK MESIN PRODI INDUSTRI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Page 2: Frederick Winslow Taylor

Frederick Winslow TaylorFrederick Winslow Taylor (lahir 20 Maret 1856 – meninggal 21 Maret 1915 pada umur 59

tahun) adalah seorang insinyur mekanik asal Amerika Serikat yang terkenal atas usahanya meningkatkan efesiensi industri. Ia dikenal sebagai "bapak manajemen ilmiah" dan merupakan pemimpin intelektual dari Gerakan Efesiensi.

Peninggalan

Peninggalan Taylor yang paling terkenal dalam ilmu manajemen adalah ide tentang penggunaan metode ilmiah dalam manajemen. Ide ini muncul ketika Taylor merasa kurang puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama—nyaris tak ada standar kerja di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya. Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya. Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah "teknik terbaik" dalam menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan.

Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah:

1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.

2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja tersebut.

3. Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untu menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.

4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja.

Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika itu. Jika sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.

Lillian Moller GilbrethLillian Moller Gilbreth, BA, MA, PhD (24 Mei 1878–2 Januari 1972) adalah salah seorang

wanita ilmuwan Amerika Serikat yang pertama kali menyandang gelar doktor (Ph.D).Sebagian orang berpendapat bahwa Gilbreth adalah ahli psikologi organisasi dan industri yang

pertama. Bersama suami bernama Frank Bunker Gilbreth, ia adalah perintis bidang teknik industri. Pasangan suami istri Frank dan Lillian Gilbreth memiliki banyak anak sehingga mereka tertarik dalam studi waktu dan gerak. Kesibukan pasangan ini yang beranak dua belas digambarkan dalam novel Cheaper by the Dozen dan Belles on Their Toes.

Page 3: Frederick Winslow Taylor

Sebagai penghormatan baginya, Dinas Pos Amerika Serikat mengeluarkan prangko bergambar Lillian Gilbreth pada tahun 1984.[1]Gilbreth dianggap sebagai "Ratu Bidang Teknik yang Pertama", dan menjadi wanita pertama yang dipilih sebagai anggota Akademi Teknik Nasional Amerika Serikat. Gilbreth bekerja sebagai staf pengajar di Universitas Purdue, Akademi Teknik Newark dan Universitas Wisconsin-Madison.

Selain itu, Gilbreth juga bekerja sebagai penasihat lima orang presiden, mulai dari Presiden Hoover, Roosevelt, Eisenhower, Kennedy, hingga Johnson. Di antara topik yang dikuasainya terdapat masalah pertahanan sipil, produksi di masa perang, dan rehabilitasi orang cacat. Pasangan suami istri Gilbreth mendirikan firma konsultasi manajemen bernama Gilbreth, Inc. yang mengkhususkan diri pada studi waktu dan gerak.

Peninggalan Lillian dan Frank Gilbert mendapat tempat khusus dalam ruang pamer Museum Nasional Sejarah Amerika yang dikelola Lembaga Smithsonian. Selain itu, potretnya juga dipajang di Galeri Potret Nasional.

Pendidikan

Gilbreth meraih gelar BA (1900), dan MA (1902) dari Universitas California, Berkeley.[2][3]. Lillian menyelesaikan penulisan disertasi sebagai persyaratan mendapat gelar Ph.D dari Universitas California. Universitas California tidak memberinya gelar Ph.D karena Gilbreth tidak memenuhi persyaratan bertempat tinggal di California. Pada tahun 1915, Gilbreth menjadi orang pertama yang mendapat gelar Ph.D bidang psikologi industri dari Universitas Brown. Semasa hidupnya, Gilbreth meraih 22 gelar kehormatan dari berbagai universitas seperti Universitas Princeton, Universitas Brown, danUniversitas Michigan.

Kehidupan pribadi

Lillian menikah dengan Frank Bunker Gilbreth (1868–1924). Keduanya memiliki 12 orang anak. Putri kedua mereka, Mary meninggal pada thun 1912 ketika masih anak-anak. Kedua belas nama putra-putri mereka adalah Anne, Mary, Ernestine, Martha, Frank Jr., Bill, Lill, Fred, Dan, Jack, Bob, dan Jane. Hingga bulan Oktober 2007, Fred adalah satu-satunya dari anak mereka yang masih hidup.

Frank Bunker GilbrethFrank Bunker Gilbreth (7 Juli 1868-14 Juni 1924) adalah penganjur manajemen ilmiah dan

perintis studi gerak dan waktu. Ia juga terkenal sebagai bapak dan tokoh sentral dalam novel Cheaper by the Dozen.

Pendidikan Gilbreth hanya sampai sekolah menengah atas. Setelah bekerja sebagai pekerja bangunan, ia menjadi kontraktor bangunan, dan berlanjut menjadi ahli manajemen. Gilbreth kadang-kadang diundang sebagai dosen di Universitas Purdue yang banyak menerbitkan karya ilmiah yang ditulisnya. Istrinya bernama Lillian Moller Gilbreth yang dinikahinya tahun 1904. Pasangan suami istri ini memiliki 12 orang anak, tapi seorang meninggal dunia ketika masih kanak-kanak. Kedua belas putra-putri mereka adalah Anne, Mary (wafat tahun 1912), Ernestine, Martha, Frank Jr., William, Lillian, Fred, Daniel, John, Robert, dan Jane. Gilbreth meninggal mendadak akibat gagal jantung pada usia 55 tahun. Istrinya, Lillian sangat panjang umur, dan hidup hingga usia 93 tahun.

Gilbreth menemukan bidang penelitian yang disukainya ketika masih bekerja sebagai kontraktor bangunan. Pada waktu itu, ia mencari cara tercepat dan termudah untuk mendirikan

Page 4: Frederick Winslow Taylor

tembok dari batu bata. Bersama ilmuwan yang kemudian menjadi pasangan hidupnya,Lillian Moller Gilbreth, ia meneliti kebiasaan kerja pegawai tingkat klerikal dan manufaktur dalam usaha mencari cara meningkatkan hasil kerja dan membuat pekerjaan mereka menjadi mudah. Bersama istrinya, ia mendirikan firma konsultasi manajemen bernama Gilbreth, Inc.

Menurut Claude George (1968), Gilbreth mengurangi semua gerakan tangan menjadi sejumlah 17 gerakan dasar, termasuk memegang, membawa, dan memegang untuk memakai. Nama ke-17 gerakan dasar tersebut adalah therblig yang diambil dari namanya sendiri ("Gilbreth") yang dieja terbalik. Dalam penelitiannya, ia menggunakan kamera film untuk menghitung waktu tersingkat dalam melakukan sebuah gerakan.

Claude George menulis bahwa Frank dan Lillian Gilbreth adalah ilmuwan yang mengajarkan manajer agar mempertanyakan semua aspek di tempat kerja, dan secara terus menerus menerapkan metode yang lebih baik. Penekanan Frank dan Lillian Gilbreth adalah pada satu cara terbaik ("one best way"). Metode therblig menjadi cikal bakal perbaikan mutu kontinyu(CQI), dan penelitian di abad ke-20 mengungkap gerakan berulang-ulang sebagai penyebab cedera gerakan repetitif.

Gilbreth adalah orang pertama yang mengusulkan perawat kamar bedah bertugas menyodorkan peralatan bedah kepada dokter bedah seperti halnya seorang "kedi" (istilah yang digunakan Gilbreth). Gilbreth juga merancang teknik standar yang digunakan angkatan bersenjata di seluruh dunia dalam mengajarkan cara membongkar pasang senjata dengan cepat, termasuk dalam keadaan mata tertutup dan ruangan gelap total. Sebagian orang menganggap inovasi yang dilakukan Gilbreth telah menyelamatkan jutaan jiwa.

Walaupun penelitian Gilbreth sering dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan Frederick Winslow Taylor, di antara keduanya terdapat perbedaan filosofi yang mendasar. Taylorism identik dengan penggunaan stopwatch, dan Taylorisme pada prinsipnya berhubungan dengan pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses. Di lain pihak, fokus penelitian Frank dan Lillian Gilbreth adalah proses yang lebih efisien dengan mengurangi gerakan yang dibutuhkan. Dibandingkan dengan Taylorisme yang mengutamakan keuntungan, prinsip Gilbreth lebih mengutamakan kesejahteraan pekerja. Perbedaan mencolok di antara Taylorisme dan prinsip Gilbreth menyebabkan perbedaan pendapat di antara pengikut Gilbreth dan Taylor.

Frank dan Lillian Gilbreth sering menggunakan keluarga besarnya sebagai hewan percobaan. Kisah ini diangkat dalam novel Cheaper by the Dozen yang ditulis anaknya yang bernama Frank Jr. dan Ernestine Gilbreth Carey. Buku Cheaper by the Dozen mengilhami dua film berjudul sama. Salah satunya adalah film tahun 1950 yang dibintangi Clifton Webb dan Myrna Loy. Pada tahun 2003, film berjudul sama dibintangi Steve Martin dan Bonnie Hunt. Walaupun sama-sama mengisahkan keluarga beranak dua belas, cerita dalam film yang dibintangi Steve Martin tidak berhubungan dengan cerita dalam novel. Kisah lanjutan berjudul Belles on Their Toes diterbitkan tahun 1950. Isinya mengisahkan perjalanan hidup keluarga Gilbreth setelah Frank Gilbreth meninggal dunia pada tahun 1924. Frank Jr kembali menulis novel lanjutannya, Time Out For Happiness yang terbit tahun 1971, dan sekarang sudah habis dan tidak dicetak lagi.

Page 5: Frederick Winslow Taylor

Henry Gantt

Henry Gant adalah salah satu yang menciptakan karya untuk manajamen, hingga kini karyanya masih dianggap relevan untuk digunakan sebagai alat manajeman. Dia membut sebuah grafik penjadwalan sebgai alat untuk aplikasi perencanaan dan pengawasan sekaligus merekam keseluruhan perjalanan proyek. Dalam bahasa modern-nya tabel ini dinamai PERT (Program Evaluation and Review).Henry Laurence Gantt adalah seorang konsultan manajemen sekaligus seorang insinyur tekhnik mesin berkebangsaan Amerika. Karnyanya yang paling terkenal adalah Tabel Gantt ( Gantt Chart ) pada sekitar tahun 1910-an. Tabel Gantt ini pada awalnya ia gunakan untuk mengatur pelaksanaan manajemen pelaksanaan proyek insfrastruktur yang antara lain pembangunan Bendungan Hoover dan jalan lintas negara bagian, yang kemudian temuannya ini menjadi alat penting untuk pelaksanaan manajemen proyek selanjutnya.

Gantt lahir di Calvert County, Maryland, Amerika Serikat. Ia adalah lulusan sekolah menengah McDonogh tahun 1878, yang kemudian melanjutkan studinya di John Hopkins University. Setelah lulus ia menjadi seorang dosen dan penulis, sebelum akhirnya menjadi seorang ahli mesin. Pada tahun 1887 ia bekerja sebagai konsultan manajemen dengan bergabung dengan Tim Frederick W. Taylor untuk mengaplikasikan sistem pendekatan manajemen ilmiah untuk perusahaan peleburan besi Midvale Steel dan Betlehem Steel, hingga tahun 1893. Pada akhir karirnya sebagai konsultan Manajemen, ia manemukan metode manajemen yang dinamai Gantt Chart, di mana ia merancang sistem “task and bonus” untuk pola penggajian juga merancang sebuah metode ukur produktifitas dan efisiensi kerja. Ternyata Henry Gantt pernah kuliah, sekaligus menjadi alumni Stevens Institute of Technology.

Elton MayoElton Mayo lahir di Australia pada tahun 1880. Dia tidak diperkenalkan ke sosiologi sampai

1926 ketika Lawrence J. Henderson memperkenalkannya kepada teori Parieto's. (Rose, 1975, p 115) Pada waktu itu Mayo sudah 46 tahun. Ia menerapkan teori-teori sosiologi bahwa dia belajar untuk studi Manajemen lain yang sedang dilakukan pada saat itu. Dia akan menyusun dan menerapkan teori sosiologis yang ada dan menerapkannya untuk penelitian yang ia kenal. Dia tidak akan selalu melakukan penelitian sendiri tetapi ia akan menggunakan penelitian yang orang lain lakukan dan pergi itu. Dia kemudian akan meletakkan kesimpulan ke dalam buku.

Dia mampu melakukan hal ini dengan sukses karena Mayo adalah humas yang sangat baik dari studi, dan advokasi tentang konsep manusia sosial dan kebutuhan sosial begitu sangat terkait dengan studi.(Rose, 1988, p 220). Hal yang menakjubkan tentang Mayo mampu mengadaptasi teori Sosiologis untuk penelitian adalah bahwa ia hanya diperkenalkan kepada mereka pada tahun 1926 dan ia menulis buku pertamanya di tahun 1933 berjudul The Masalah Manusia dari Peradaban Industri. Dia menulis buku itu setelah studi Hawthorn yang lengkap dan ia menemukan bahwa itu adalah masalah sosial yang merupakan masalah dengan cara hal-hal yang akan di industri tidak semua faktor-faktor lain bahwa studi Hawthorn berusaha untuk membuktikan. Dia kemudian menulis buku lain pada tahun 1945 berjudul The Masalah Sosial dari Peradaban Industri dan ia menulis buku ketiga pada tahun 1947 berjudul The Masalah Politik dari Peradaban Industri. Dalam buku ini dia menunjukkan masalah-masalah politik yang muncul dari sebuah peradaban

Page 6: Frederick Winslow Taylor

industri. Beberapa masalah ini bisa pejabat korup dan peraturan bahwa industri harus mematuhi tetapi tidak pernah tidak.

Peran yang Mayo telah dalam pengembangan manajemen biasanya dikaitkan dengan penemuan manusia sosial dan kebutuhan untuk ini di tempat kerja. Mayo menemukan bahwa pekerja bertindak sesuai dengan sentimen dan emosi. Dia merasa bahwa jika Anda memperlakukan pekerja dengan hormat dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka daripada mereka akan menjadi pekerja yang lebih baik untuk Anda dan manajemen baik dan karyawan akan menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dalam buku-bukunya yang ia tulis.

Mayo bekerja memberikan andil teori manajemen melalui penelitian yang dilakukan di Western Electric Hawthorn Pekerjaan yang berlangsung 1927-1932. Mayo juga mampu memberikan bukti nyata untuk mendukung teori Follett bahwa kurangnya perhatian terhadap hubungan manusia adalah cacat utama dalam teori-teori manajemen lainnya. (Rieger, 1995, p 1) Dia mampu membuktikan bahwa karyawan tidak bereaksi lebih baik ketika mereka memiliki hubungan yang baik dengan manajemen yang mereka bekerja dengan. Jika manajemen akan memperlakukan karyawan dengan rasa hormat dan memberi mereka perhatian di tempat kerja yang mereka butuhkan, maka pekerja akan lebih bersedia untuk bekerja lebih keras untuk majikan. Itu tidak sepenuhnya apa studi Hawthorn sedang melihat karena mereka berfokus pada kondisi kerja seperti pencahayaan bahwa para pekerja bekerja di dan faktor-faktor lain yang dengan mudah dapat diubah dengan manajemen keluar harus berbuat banyak. Solusi sebenarnya adalah untuk memiliki manajemen lebih terlibat dengan para pekerja.

Mayo tidak bisa meramalkan penghargaan sosial dan pribadi pekerja berpengalaman sebagai hasil dari pertimbangan manajemen, afiliasi kelompok, dan pengakuan khusus. (Rieger, 1995, p 2) Mereka tidak melihat seberapa banyak peningkatan produktivitas akan lakukan untuk fakta faktor manusia dan tidak melakukan faktor-faktor lingkungan. Hal ini menunjukkan bantuan yang ada hubungan yang lebih kuat untuk jalan bahwa karyawan bereaksi dengan cara yang majikan mereka dan manajemen akan berurusan dengan mereka dan masalah-masalah yang mereka miliki. Sebuah hal sederhana seperti memberikan karyawan sebuah hadiah kecil untuk performa yang luar biasa selama satu bulan atau tahun bisa membantu memotivasi karyawan lain untuk ingin berbuat lebih baik sehingga mereka bisa memiliki kesempatan untuk diakui atas kerja kerasnya. Ketika mereka memungkinkan karyawan untuk bekerja dengan kelompok-kelompok atau berafiliasi dengan kelompok di tempat kerja, mereka mampu membuat perbedaan.Bahkan perbedaan kecil masih membuatnya begitu bahwa karyawan akan lebih produktif karena mereka tahu bahwa mereka membantu orang lain dan bahwa mereka akan memiliki kesempatan untuk diakui di depan rekan sekerja mereka untuk pekerjaan yang mereka lakukan.

Dengan semua yang telah dilakukan Elton Mayo dengan teorinya tentang manajemen dan bagaimana untuk memotivasi karyawan menjadi lebih produktif itu tidak mengejutkan bahwa Hubungan Manusia biasanya dianggap gagasan dari Elton Mayo. (Dingley, 1997, p 1)