Fraktur Tibia

28
FRAKTUR TIBIA I. PENDAHULUAN Fraktur adalah terputusnya / hilangnya kontinuitas struktur jaringan tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial, umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut. Keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap 1,2 Fraktur dapat menyebabkan berbagai komplikasi oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat sedini mungkin. Untuk mendiagnosis fraktur kita dapat melakukan pemeriksaan radiologi. Dengan pemeriksaan radiologi kita dapat menentukan tipe dan tingkat keparahan fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis untuk konfirmasi adanya fraktur, melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya, menentukan teknik pengobatan, menentukan apakah fraktur yang dialami fraktur baru atau fraktur lama, menentukan fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler, melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang, dan untuk melihat apakah ada benda asing dalam tulang. 1,3 Prinsip penanganan dari fraktur tibia ini adalah dengan konservatif dan operatif. Dengan konservatif prinsip

Transcript of Fraktur Tibia

Page 1: Fraktur Tibia

FRAKTUR TIBIA

I. PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya / hilangnya kontinuitas struktur jaringan tulang, tulang

rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial, umumnya

disebabkan trauma, baik trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur biasanya

disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut. Keadaan

tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang

terjadi itu lengkap atau tidak lengkap  1,2

Fraktur dapat menyebabkan berbagai komplikasi oleh karena itu diperlukan

penanganan yang tepat sedini mungkin. Untuk mendiagnosis fraktur kita dapat melakukan

pemeriksaan radiologi. Dengan pemeriksaan radiologi kita dapat menentukan tipe dan tingkat

keparahan fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis untuk konfirmasi adanya fraktur, melihat

sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya, menentukan teknik

pengobatan, menentukan apakah fraktur yang dialami fraktur baru atau fraktur lama,

menentukan fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler, melihat adanya keadaan patologis

lain pada tulang, dan untuk melihat apakah ada benda asing dalam tulang. 1,3

Prinsip penanganan dari fraktur tibia ini adalah dengan konservatif dan operatif.

Dengan konservatif prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak

menahan beban dan segera mobilisasi pada sendi lutut agar tidak terjadi kekakuan sendi.

Dapat dilakukan dengan verband elastis, traksi dan gips sirkuler. Sedangkan untuk operatif

dilakukan jika terjadi fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi konservatif, fraktur tidak stabil,

serta adanya nonunion. 1

Penyembuhan fraktur berkisar antara 12-16 minggu pada orang dewasa. Pada anak-

anak waktu penyembuhan sekitar ½ waktu penyembuhan orang dewasa. Penilaian

penyembuhan frakur ( union ) didasarkan atas union secara klinis dan union secara

radiologik. Union secara radiologik dinilai dengan pemeriksaan roentgen pada daerah fraktur

dan dilihat adanya garis fraktur atau kalus dan mungkin dapat ditemukan adanya trabekulasi

Page 2: Fraktur Tibia

yang sudah menyambung pada kedua fragmen. Pada tingkat lanjut dapat dilihat adanya

medula atau ruangan dalam daerah fraktur.1

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Insidens fraktur tibia tidak diketahui pasti. Fractures of the tibial plateau are estimated

to comprise approximately 1% of all fractures. Fraktur tibia diperkirakan sekitar 1% dari

semua fraktur. Pada analisis epidemiologi menunjukkan bahwa 40 % fraktur terbuka terjadi

pada ekstemitas bawah terutama daerah tibia dan femur tengah. Faktor ras tidak berpengaruh

terhadap angka kejadian fraktur. Fraktur tibia pada usia muda biasanya disebabkan karena

karena aktivitas usia muda di bidang olahraga atau kecelakaan. Pada usia muda jenis kelamin

tidak berpengaruh terhadap angka kejadian fraktur tibia. Pada usia tua fraktur lebih sering

terjadi pada wanita dibanding laki-laki, hal ini disebabkan karena lebih banyak wanita yang

menderita osteoporosis. 3,4

III. ETIOLOGI

Pada umumnya fraktur pada kaki disebabkan oleh : 1,5

1. Trauma

Fraktur akibat trauma adalah jenis fraktur yang sering terjadi, misalnya jatuh, kecelakaan

lalu lintas, kecelakaan dalam berolahraga atau olahraga yang berlebihan.

2. Fraktur patologis

Fraktur yang terjadi pada tuang karena adanya kelainan/penyakit yang menyebabkan

kelemahan pada tulang. Fraktur patologis dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma

ringan.

3. Fraktur stress

Page 3: Fraktur Tibia

Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu, misalnya

pada pelari jarak jauh, penari ballet, dan sebagainya.

IV. KLASIFIKASI

Secara klinis fraktur dapat diklasifikasikan menjadi : 1,6

1. Fraktur tertutup, yaitu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar

2. Fraktur terbuka, yaitu fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui

luka pada kulit dan jaringan lunak.

Tibia merupakan salah satu tulang panjang pada ekstremitas inferior bagian distal.

Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau persendian

pergelangan kaki. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan

terutama membengkok, memutar dan tarikan.

Adapun pengklasifikasian fraktur pada tibia adalah.1

1. Fraktur kondilus tibia

1. Fraktur kompresi komunitif

2. Fraktur depresi plateu

3. Fraktur oblik

2. Fraktur diafisis

3. Fraktur dan dislokasi pada pergelangan kaki:

1. Tipe A, fraktur maleolus di bawah sindesmosis

2. Tipe B, fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulsi maleolus medialis

dimana sering disertai dengan robekan dari ligamen tibia fibula bagian depan.

3. Tipe C, fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulsi dari tibia disertai

fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Pada tipe ini terjadi robekan pada

sindesmosis.

Page 4: Fraktur Tibia

1. Fraktur kondilus

2. Fraktur diafisis

3. Fraktur dan dislokasi pada pergelangan kaki

Gambar 1. Skematis fraktur tibia

(dikutip dari kepustakaan 1)

V. ANATOMI

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk

melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Tibia dan fibula terbentuk

secara bersama-sama melalui artikulasi tibiofibular di bagian proksimal, persendian

Page 5: Fraktur Tibia

sinovial terbentuk dengan sangat kuat pada anterior dan posterior atau ligamen. Pada

bagian distal, tibia dan fibula dihubungkan oleh sindesmosis tibiofibular, tersusun dari

anterior dan posterior ligament tibiofibular dan membran interosseous. Tulang dan otot

tungkai bawah ini dikelilingi oleh fascia cruris. Membran interosseous dan jaringan

fibrosa dari fascia cruris memisahkan tungkai bawah menjadi empat ruang yang berbatas

tegas. 2,6

Aliran darah berasal dari arteri poplitea yang bercabang dan membentuk arteri

tibialis anterior dan arteri tibialis posterior setelah keduanya keluar melalui fossa poplitea.

Arteri tibialis anterior masuk melalui ruang anterior yang berada di bawah level dari

caput fibula dan berjalan menurun sepanjang membran interosseous. Arteri ini mudah

terkena cedera pada kasus fraktur tibial proksimal. 6

Tibia plateau medial dan lateral merupakan fascies artikularis dari kondilus tibia

medial dan kondilus tibia lateral. Kedua fascies artikularis ini dihubungkan oleh

eminensia interkondilaris, yang berfungsi sebagai penyempurna dari ligamen anterior.

Lapisan luar dari setiap plateau dibungkus oleh meniscus cartilaginous. Meniscus pada

kondilus medial lebih tebal dan kuat dibandingkan dengan kondilus lateral, dan umumnya

fraktur terjadi pada bagian lateral. Pada ujung proksimal bagian atasnya besar dan meluas

menjadi dua eminensia, yaitu kondilus medial dan lateral. Permukaan artikular superior

memperlihatkan dua permukaan artikular halus. Bagian tengah permukaan ini

berartikulasi dengan kondilus dari tulang paha, sedangkan bagian perifer mereka

mendukung meniskus dari sendi lutut. 6

Page 6: Fraktur Tibia

Gambar 2. Anatomi tibia

(dikutip dari kepustakaan 6)

Corpus tibia memiliki tiga perbatasan dan tiga permukaan. Batas puncak anterior yang

yang paling menonjol dari ketiganya, dimulai dari atas tuberositas, dan berakhir di bawah

margin anterior malleolus medialis. Batas medial halus dan bulat di atas dan bawahnya, tetapi

lebih menonjol di tengah, dimulai pada bagian belakang kondilus medial dan berakhir pada

batas posterior medial malleolus. Bagian atasnya memberikan tambahan ke ligamentum

kolateral tibialis dari sendi lutut, dan penyisipan ke beberapa serat poplitea, dari

pertengahannya beberapa serat soleus dan flexor digitorum longus berasal. Batas lateral tipis

dan menonjol terutama bagian tengahnya dan memberikan keterikatan pada membran

interoseus. Dimulai pada bagian depan artikularis fibula dan bifurkasio dibawahnya, yang

membentuk batas-batas permukaan untuk ikatan dari ligamentum interosseous yang

menghubungkan tibia dan fibula. 6

Page 7: Fraktur Tibia

VI. PATOFISIOLOGI

Fraktur plateau tibia disebabkan oleh kekuatan varus atau valgus bersama-sama

dengan pembebanan axial (kekuatan valgus saja mungkin hanya merobekkan ligament).

Keadaan ini biasanya terjadi pada pejalan kaki yang tertabrak mobil, biasanya terjadi trauma

langsung dari arah samping lutut, pasien jatuh dari ketinggian dan lutut dipaksa masuk ke

dalam valgus atau varus. Kondilus tibia remuk atau terbelah oleh kondilus femur yang

berlawanan yang tetap utuh.Umumnya kasus yang terjadi adalah fraktur lateral plateau tibia.

Fraktur pada tibia plateau medialis membutuhkan kekuatan yang cukup besar, dan biasanya

terdapat keterkaitan dengan fraktur tibia plateau lateral dan tulang yang ada disekitarnya

termasuk sendi lutut yang mendukung struktur tersebut. Jika terjadi tekanan secara langsung

pada plateau lateral yang menyebabkan fraktur plateau medial, hal ini cenderung lebih

berbahaya. 7,8,9

Gambar 3. Skematis fraktur pada plateu tibia menurut Schatzkers

(dikutip dari kepustakaan 8)

Keterangan Gambar :

Page 8: Fraktur Tibia

Tipe I : split fraktur pada plateu lateral tibia. Tidak tampak depresi pada daerah

artikular.

Tipe II : split fraktur dengan depresi pada daerah artikuler lateral.

Tipe III : depresi plateu lateral tibia, tanpa split pada daerah artikuler

Tipe IV : fraktur yang mengenai plateu medial tibia, dengan split yang ditandai dengan atau

tanpa depresi

Tipe V : split fraktur pada medial dan lateral plateu tibia.

Tipe VI : fraktur yang sama pada tipe 5 dan disertai dengan fraktur pada diafisis atau

metafisis.

Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan

fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan fraktur

tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian

tengah distal. Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga fraktur pada

daerah tibia sering bersifat terbuka. Fraktur diafisis bagian proksimal lebih membutuhkan

kekuatan cedera yang lebih besar dibandingkan bagian distal. Trauma langsung dapat

mengakibatkan fraktur tipe transversal dan comminuted, sementara trauma tidak langsung

dapat mengakibatkan fraktur tipe oblik dan spiral. 1,3

Pada fraktur pergelangan kaki terdapat empat macam mekanisma trauma yaitu:

1. Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat

oblik, fraktur pada maleolus medialis yang bersifat avulsi atau robekan pada ligamen

bagian medial.

2. Trauma adduksi yang menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik atau

avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga bisa hanya

menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral, tergantung dari beratnya

trauma.

Page 9: Fraktur Tibia

3. Trauma rotasi eksterna, biasanya disertai trauma abduksi dan terjadi fraktur pada

fibula atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen medial atau fraktur

avulsi pada maleolus medialis, Apabila trauma lebih hebat dapat disertai dengan

dislokasi talus.

4. Trauma kompresi Vertikal dimana dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan

disertai dengan dislokasi tallus ke depan atau terjadi fraktur komunitif disertai dengan

robekan diastasis. 1

Gambar 4. Skematis terjadinya trauma pada fraktur maleolus.

(dikutip dari kepustakaan 1)

A. Trauma abduksi. B. Trauma adduksi

C. Trauma Rotasi dan eksternal. D. Trauma kompresi

VII. DIAGNOSIS

A. Gambaran Klinis

Page 10: Fraktur Tibia

1. Fraktur kondilus tibia

Ada riwayat trauma, lutut yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit dan

kadang-kadang ditemukan deformitas. Pada permukaan lebih aktif, gerak sendi lutut terbatas

karena rasa sakit, bengkak, hemartrosis sehingga tidak mampu menopang berat badan, nyeri

pada tibia proksimal dan keterbatasan fleksi dan ekstensi sendi pada lutut.

2. Fraktur diafisis tibia

Ada riwayat trauma, nyeri yang signifikan dan pembengkakan sekitar daerah fraktur, sering

ditemukan penonjolan tulang keluar kulit, tidak mampu menopang berat badan.

3. Fraktur dan dislokasi pergelangan kaki

Pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruan dan deformitas, nyeri tekan.1,3,10

B. Gambaran Radiologi

Adapun modalitas radiologi dalam mendiagnosis fraktur tibia yaitu dengan foto polos,

CT scan dan MRI. Pada pemeriksaan foto polos dapat dilakukan pengambilan gambar dengan

posisi AP, lateral, maupun obliq. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan foto

polos yaitu lokasi fraktur, tipe fraktur dan kedudukan fragmen, bagaimana struktur tulang,

ada tidaknya dislokasi, ada tidaknya fraktur epifisis, ada tidaknya pelebaran celah sendi. Pada

foto AP dengan fraktur depresi gambaran radiologisnya berupa suatu lokasi dengan densitas

yang meningkat. 1,3,7

1. Foto Polos

Foto polos sangat baik dalam mendiagnosis fraktur tibia. Pasien yang dicurigai

mengalami fraktur harus difoto dengan posisi AP, lateral, dan obliq untuk mengevaluasi

fraktur. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan foto polos yaitu lokasi fraktur, tipe

fraktur dan kedudukan fragmen, bagaimana struktur tulang, ada tidaknya dislokasi, ada

tidaknya fraktur epifisis, ada tidaknya pelebaran celah sendi. Pada foto AP dengan fraktur

depresi gambaran radiologisnya berupa suatu lokasi dengan densitas yang meningkat. Bila

dicurigai terdapat fraktur tetapi tidak terlihat pada foto, ulangi pemeriksaan setelah sepuluh

Page 11: Fraktur Tibia

hari bila masih terdapat simptom. Pada minggu pertama atau kedua ini, garis fraktur sering

menjadi lebih jelas. Setelah itu fraktur akan bersatu, garis fraktur menghilang dan terjadi

reformasi tulang.1,3,11

a. Fraktur kondilus tibia

Gambar 5. Foto Genu posisi AP,

tampak fraktur pada bagian lateral

kondilus tibia.

(dikutip dari kepustakaan 8)

Gambar 6. Foto genu posisi obliq, tampak fraktur plateu lateral tibia.

(dikutip dari kepustakaan 8)

Page 12: Fraktur Tibia

Gambar 7. Foto genu posisi lateral,Tampak fraktur split lateral plateu tipe I

(dikutip dari kepustakaan 8)

b. Fraktur diafisis tibia

Gambar 8. Foto cruris posisi AP, lateral tampak fraktur transversal pada diafisis tibia.

(dikutip dari kepustakaan 12)

c. Fraktur pergelangan kaki

Page 13: Fraktur Tibia

Gambar 9. Fraktur Weber tipe A, tampak fraktur pada bagian distal syndesmosis

(dikutip dari kepustakaan 13)

2. CT Scan

Dalam mendiagnosis fraktur tibia, pemeriksaan CT-scan bermanfaat dalam

menggambarkan tingkat keterlibatan artikuler dan derajat tekanan fraktur. CT Scan banyak

dimanfaatkan oleh para ahli ortopedi untuk melihat karateristik dari fraktur tibia dan

menaksir derajat dari fraktur dan robekannya dapat merencanakan intervensi bedah.14

a. Fraktur kondilus tibia

Page 14: Fraktur Tibia

Gambar 10. Gambar CT Scan menunjukkan fraktur pada bagian lateral dan medial dari kondilus tibia.

(dikutip dari kepustakaan 8)

b. Fraktur diafisis tibia

Gambar 11. Gambar CT Scan menunjukkan

fraktur pada bagian lateral tibia (panah kuning)

(dikutip dari kepustakaan 13)

c. Fraktur pergelangan kaki

Page 15: Fraktur Tibia

Gambar 12. Gambar CT Scan menunjukkan fraktur pada medial maleolus.

(dikutip dari kepustakaan 13)

3. MRI

MRI telah menggantikan CT Scan di banyak tempat karena lebih sensitif dalam banyak hal

terutama dalam pemeriksaan soft tissue. MRI tidak hanya mampu mendeteksi radang pada

luka, akan tetapi juga mempunyai kemampuan untuk mendeteksi abnormalitas dari ligament

di sekeliling jaringan lunak dan struktur tulang. Akan tetapi dalam pemeriksaan fraktur tulang

CT Scan lebih baik, karena CT scan dapat memperlihatkan ostopenia, yang biasanya paling

awal ditemukan pada fatigue cortical bone injury, sedangkan MRI tidak dapat

mendeteksinya, karena MRI lebih efektif dalam mendeteksi ligamen dan radang pada luka.14

1. Fraktur kondilus tibia

Gambar 13. Gambar potongan coronar T1, memperlihatkan garis fraktur pada lateral plateu.

Page 16: Fraktur Tibia

(dikutip dari kepustakaan 13)

b. Fraktur diafisis tibia

Gambar 14. Gambar potongan sagital memperlihatkan fraktur pada mid tibia

(dikutip dari kepustakaan 14)

c. Fraktur dan dislokasi pergelangan kaki

Page 17: Fraktur Tibia

Gambar 15. Gambar potongan sagital T1(A) & T2(B)

memperlihatkan fraktur pada distal tibial metaphysis

(dikutip dari kepustakaan 13)

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Fraktur kondilus tibia:1,10

1. Konservatif

Prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak menahan beban dan

segera mobilisasi pada sendi lutut agar tidak terjadi kekakuan sendi. Pada fraktur yang

tidak bergeser dimana depresi kurang dari 4 mm dapat dilakukan beberapa pilihan

pengobatan, antara lain :

1. Verband elastis

2. Gips sirkuler

3. Skeletal Traksi

2. Operatif

Page 18: Fraktur Tibia

Apabila terjadi dislokasi yang cukup lebar atau apabila permukaan sendi tibia amblas

lebih dari 8 mm, dilakukan open reduksi dan dipasang internal fiksasi dengan butree

plate dan cancellous screw. Pada kasus dimana permukaan sendi amblas, harus

dilakukan rekonstruksi, permukaan yang amblas diangkat kembali ke atas dan bekas

lubangnya diisi dengan tulang spongiosa dari tempat lain.

2. Fraktur diafisis tibia:1,10

1. Konservatif

Fraktur tertutup dilakukan reposisi tertutup dan dilakukan immobilisasi dengan gips.

Jika dilakukan reposisi tertutup hasilnya masih kurang baik, tidak ada kontak antara

kedua ujung fragmen tulang, maka dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi

dan pemasangan internal fiksasi berupa screw, plate-screw, atau tibial nail.

2. Operatif yang dilakukan pada :

1. Fraktur terbuka

2. Kegagalan dalam terapi konservatif

3. Fraktur tidak stabil

4. Adanya nonunion

3. Fraktur dan dislokasi pergelangan kaki:1,10

1. Konservasif

Dilakukan pada fraktur yng tidak bergeser, berupa pemasangan gips sirkuler di bawah

lutut.

2. Operatif

Dilakukan berdasarkan kelainan yang ditemukan apakah hanya fraktur semata-mata,

apakah ada robekan pada ligamen atau diastasis pada tibiofibula serta adanya

dislokasi talus.

Page 19: Fraktur Tibia

IX. PROGNOSA

Penyembuhan fraktur berkisar antara 12-16 minggu pada orang dewasa. Pada anak-

anak waktu penyembuhan sekitar ½ waktu penyembuhan orang dewasa. Pada kasus fraktur

plateau tibia, penyembuhan terjadi sekitar beberapa bulan, umumnya pasien dapat

menggerakkan sendi lutut namun belum bisa menahan beban tubuh dalam tiga bulan.

Penilaian penyembuhan frakur ( union ) didasarkan atas union secara klinis dan union secara

radiologik. Penilaian secara klinis dilakukan dengan pemeriksaan pada daerah fraktur dengan

melakukan pembengkokan pada daerah fraktur, pemutaran dan kompresi untuk mengetahui

adanya gerakan atau perasaan nyeri pada penderita. Keadaan ini dapat dirasakan oleh

pemeriksa atau penderita sendiri. Apabila tidak ditemukan pergerakan maka secara klinis

telah terjadi union fraktur.1

Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan berhubungan dengan beberapa

faktor yaitu :1

1. Umur penderita, pada anak-anak waktu penyembuhan fraktur

lebih cepat daripada orang dewasa, karena aktivitas proses

osteogenik pada periosteum dan endosteum serta proses

remodeling tulang pada anak-anak lebih aktif dibanding pada

orang dewasa.

2. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur. Fraktur pada metafisis lebih

cepat proses penyembuhannya dibanding fraktur pada diafisis.

Konfigurasi fraktur transversal lebih lambat penyembuhannya

daripada fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.

3. Pergeseran awal fraktur. Pada fraktur yang tidak bergeser dan

pertiosteum intak, maka penyembuhan dua kali lebih cepat

dibanding fraktur yang bergeser. Terjadinya pergeseran fraktur

yang lebih besar juga akan menyebabkan kerusakan periost

yang lebih hebat.

4. Vaskularisasi pada kedua fragmen. Apabila kedua fragmen

mempunyai vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan

biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur

vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka

Page 20: Fraktur Tibia

akan menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin

terjadi nonunion.

5. Reduksi serta mobilisasi. Reposisi fraktur akan memberikan

kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk

asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan

dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu dalam

penyembuhan fraktur.

6. Waktu imobilisasi. Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai

waktu penyembuhan sebelum terjadi union, maka kemungkinan

untuk terjadinya nonunion sangat besar.

7. Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan

lunak, bila ditemukan interposisi oleh jaringan lunak baik

berupa periost, maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya, maka

akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.

8. Faktor adanya infeksi. Bila terjadi infeksi pada daerah fraktur,

maka akan mengganggu proses penyembuhan.

9. Cairan sinovia. Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia

merupakan hambatan dalam penyembuhan fraktur.

10. Gerakan aktif dan pasif anggota gerak, akan meningkatkan

vaskularisasi daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan pada

daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan

mengganggu vaskularisasi. 1

Page 21: Fraktur Tibia

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad C. Trauma. Dalam: Pengantar ilmu bedah orthopedi. Edisi 2. Makassar:

Bintang Lamumpatue; 2003. hal. 370-1;455-62

2. Carter MA. Anatomi dan fisiologi tulang. Dalam: Price SA, Wilson LM [Editor].

Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC; 2006.

hal. 1357-62

3. Eiff PM, Hatch RL, Calmbach WL, Higgins MK. Tibial fractures. In: Fracture

management for primary care. 2nd edition. Philadelphia: Saunders; 2003. p. 269-84

4. Norvel JG. Fracture tibia and fibula. [online]. 2008. [cited 2009 August 30]. Available

from URL : http://emedicine.medscape.com/article/826304-overview

5. Crowther CL, Burnie G. Trauma. In: Primary orthopedic care. 2nd edition. Missouri:

Mosby; 2004. p 228-35

6. Gray H. The tibia. [online]. 2009. [cited 2009 August 30]. Available from URL :

http://www.bartleby.com/107/61.html

7. Cluett J. Tibia fracture. [online]. 2005. [cited 2009 August 30]. Available from URL :

http://orthopedics.about.com/lr/tibia_fractures/345966/1/

8. Sorenson SM. Tibial plateau fractures. [online]. 2007. [cited 2009 August 30].

Available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/396920-overview

9. Ahuja AT, Antonio GE, Wong KT, Yuen HY. Tibial plateau fracture. In: Case studies

in medical imaging. Cambridge: Cambridge University Press; 2006. p. 253

10. Simbardjo D. Fraktur ekstremitas bawah. Dalam: Reksoprodjo S [editor]. Kumpulan

kuliah ilmu bedah. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 1995. hal. 551-6

11. Mettler FA. Tibia and fibula. In: Essentials of radiology. 2nd edition. Philadelphia:

Elsevier Saunders; 2005. p. 338-42

Page 22: Fraktur Tibia

12. Jones J. Tibial fracture. [online]. 2009. [cited 2009 August 30]. Available from URL :

http://radiopaedia.org/cases/tibial-fracture

13. Fristch T. Lateral tibia plateau fracture. [online]. 2006. [cited 2009 August 30].

Available from URL : http://www.mypacs.net

14. Young JWR. Skeletal trauma regional. In: Sutton D [editor]. Textbook of radiology

and imaging. 7th ed vol 2. London: Churchill Livingstone; 2003. p. 1377;1412-3

20