FRAKTUR
-
Upload
guruh-wirasakti -
Category
Documents
-
view
223 -
download
3
Transcript of FRAKTUR
FRAKTUR
PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang bisa disrap oleh tulang
ETIOLOGI
1. Trauma Langsung
Yaitu apabila fraktur terjadi pada tulang dimana bagian tersebut mendapat trauma,
misalnya benturan atau pukulan pada lengan bawah menyebabkan fraktur pada tulang
ulna da radius. Fraktur demikian sering menyebabkan fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring
2. Trauma Tidak Langsung
Yaitu apabila fraktur terjadi pada tulang yang jauh dari tempat terjadinya trauma,
misalnya jatuh tertumpu pada tangan menyebabkan fraktur klavikula
3. Proses Patologis
Terjadi akibat kelemahan dan kelainan pada tulang, misalnya karena osteoporosis dan
osteomielitis
KLASIFIKASI
Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi, tetapi untuk alasan yang praktis dibagi menjadi
beberapa kelompok , yaitu:
1. Berdasarkan keadaan luka
a. Fraktur tertutup
Apabila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh
b. Fraktur terbuka
Apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
ada perlukaan kulit
2. Berdasarkan garis patahan
a. Fraktur komplit
Apabila garis patahan melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang
b. Fraktur inkomplit
Apabila garis patahan tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti:
Hair line fraktur
Buckle atau tonus fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya
Green stick fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks
lainnya yang terjadi pada tulang panjang
3. Berdasarkan arah garis patahan
a. Fraktur transversal
Yaitu fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
tauma angulasi atau langsung
b. Fraktur oblique
Yaitu fraktur yang arah garis patahannya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat trauma angulasi
c. Fraktur spiral
Yaitu fraktur yanng arah garis patahannya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi
d. Fraktur kompresi
Yaitu fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang
ke arah permukaan lain
e. Fraktur avulsi
Yaitu fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang
4. Berdasarkan jumlah garis patahan
a. Fraktur komunitif
Yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
b. Fraktur segmental
Yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan
c. Fraktur multipel
Yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser)
Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih
utuh
b. Fraktur displaced (bergeser)
Terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi
atas:
Dislokasi ad longitudinam cum contraction (pergeseran searah sumbu
dan overlapping)
Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh)
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri
Perubahan bentuk
Bengkak
Peningkatan temperatur lokal
Pergerakan abnormal
Krepitasi
Kehilangan fungsi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan rontgen
Untuk menentukan lokasi/luasnya fraktur atau trauma
Scan tulang.
Untuk memperlihatkan fraktur dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
Arteriogram
Dilakukan bila kerusakan vascular dicurigai
Hitung darah lengkap
Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma
Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple atau cedera hati
PENATALAKSANAAN
Prinsip Terapi Fraktur
Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu:
1. Rekognisi atau pengenalan (Price & Wilson, 1985)
Rekognisi yaitu pengenalan mengenai dignosis pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian di rumah sakit. Riwayat kecelakaan, parah tidaknya, jenis kekuatan yang
berperanan dan deskripsi tentang kejadian tersebut oleh klien sendiri, menentukan
kemungkinan tulang yang patah, yang dialami dan kebutuhan pemeriksaan spesifik
untuk fraktur.
2. Reduksi; pemilihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur (Sabiston, 1984)
- Reposisi.
- Fraktura tertutup pada tulang panjang seringkali ditangani dengan reduksi
tertutup. Untuk mengurangi rasa sakit selama tindakan ini klien dapat diberi
narkotika intravena, obat penenang (sedatif a0 atau anastesia blok saraf lokal).
Pada waktu merencanakan perawatan klien perlu dinilai; keadaan sosial,
kemungkinan dukungan dari keluarga, kemungkinan pengaruh cedera pada
kehidupan klien pada beberapa bulan yang akan datang dan harapan dari klien
sendiri. Perlu diberikan penjelasan tentang adnya kemungkinan reduksi tidak
berhasil, akibat fraktur yang dapat terjadi, periode serta sifat ketidakmampuan
klien. Contoh; klien yang mengalami fraktur pada daerah siku jarang dapat
mengekstensikan lengan sepenuhnya dan “mengunci” sikunya. Jika reduksi
secara manual dan tertutup dengan analgetik lokal tidak berhasil, maka upaya ini
harus dihentikan, klien perlu dirawat di rumah sakit disiapkan untuk anastesi
umum dan direncanakan reduksi di kamar operasi.
- Traksi kontinu; dengan plester felt melekat di atas kulit atau dengan memasang
pin trafersa melalui tulang, distal terhadap fraktur.
- Reduksi terbuka bedah, biasanya disertai sejumlah bentuk fiksasi interna dengan
plat pin, batang atau sekrup.
3. Imobilisasi (Sabiston, 1995) atau retensi reduksi (Wilson & Price, 1985)
Bila reduksi telah tercapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai timbul
penyembuhan yang mencukupi. Berbagai teknik digunakan untuk imobilisasi, yang
tergantung pada fraktur:
- Fraktur impaksi pada humerus proksimal sifatnya stabil serta hanya memerlukan
ambin atau balutan lunak
- Fraktur kompresi (impaksi) pada vertebra, tepat diterapi dengan korset atau brace
- Fraktur yang memerlukan reduksi bedah terbuka biasanya diimobilisasi dengan
perangkat keras interna, imobilisasi eksternal normalnya tidak diperlukan.
- Fraktur ekstremits dapat diimobilisasi dengan gibs, gibs fiberglas atau dengan
brace yang tersedia secara komersial
Semua pasien fraktur perlu diperiksa untuk menilaian neurology dan vascular.
Adanya nyeri, pucat, prestesia, dan hilangnya denyut nadi pada ekstremitas distal
merupakan tanda disfungsi neurovaskuler.
Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai
imobilisasi dengan ekstrimitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai sampai
reduksi tercapai. Kemudian traksi dilanjutkan sampai ada penyembuhan yang
mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan memakai gibs atau brace.
Sedapat mungkin pembidaian (splinting) harus dilakukan dalam posisi fungsional
sendi yang bersangkutan.
4. Pemulihan fungsi (restorasi) atau rehabilitasi (Price & Wilson 1985, Sabiston 1995)
Sesudah periode imobilisasi pada bagian manapun selalu akan terjadi kelemahan otot
dan kekakuan sendi. Hal ini dapat diatasi dengan aktivitas secara progresif, dan ini
dimudahkan dengan fisioterapi atau dengan melakukan kerja sesuai dengan fungsi
sendi tersebut. Adanya penyambungan yang awal dari fragmen-fragmen sudah cukup
menjadi indikasi untuk melepas bidai atau traksi, akan tetapi penyambungan yang
sempurna (konsolidasi) seringkali berlangsung dalam waktu yang lama. Bila
konsolidasi sudah terjadi barulah klien diijinkan untuk menahan beban atau
menggunakan anggota badan tersebut secara bebas.
Tahap Penyembuhan Fraktur
1. Stadium pembentukan hematom;
- Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah
yang robek.
- Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (peristeum & otot).
- Terjadi sekitar 1 – 2 x 24 jam.
2. Stadium proliferasi sel/implamasi;
- Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur.
- Sel-sel ini menjadi precusor osteoblast.
- Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang.
- Prolifferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang.
- Terjadi setelah hari ke 2 kecelakaan terjadi.
3. Stadium pembentukan kallus;
- Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus).
- Kallus memberikan rigiditas pada fraktur.
- Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu.
- Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi.
4. Stadium konsolidasi
- Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu.
- Secara bertahap menjadi tulang mature.
- Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.
5. Stadium remodeling;
- Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur.
- Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast.
- Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, dewasa masih ada tanda penebalan
tulang.
Faktor Yang Menghambat Penyambungan Union
1. Luas fraktur.
2. Reposisi yang tidak memadai.
3. Imobilisasi yang tidak memadai ditinjau dari segi waktu maupun luas imobilisasi.
4. Sepsis atau tindakan pembedahan.
Faktor Yang Mencegah Terjadinya Penyambungan Union
1. Interposisi jaringan lunak seperti otot di antara ujung-ujung fraktur.
2. Imobilisasi yang tidak memadai.
3. Traksi yang berlebihan (distraksi), sehingga mencegah peyambungan oleh callus.
4. Infeksi.
Traksi
Merupakan metode penyembuhan fraktur yang bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang
patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan Traksi
1. Traksi Manual
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Tujuannya adalah untuk perbaikan
dislokasi, mengurangi fraktur, dan dilakukan pada keadaan emergency
2. Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
a. Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot.
Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak
waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila
tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
b. Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal
atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
Kegunaan Pemasangan Traksi
Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
Mengurangi nyeri akibat spasme otot
Memperbaiki dan mencegah deformitas
Immobilisasi
Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
Mengencangkan pada perlekatannya.
Macam - Macam Traksi
1. Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat
puncak iliaka.
2. Traksi Ekstension (Buck’s Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki.
Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk
mengurangi spasme otot.
3. Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini
biasa dipasang dengan halter kepala.
4. Traksi Russell’s
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan
untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa
digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki
dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.
5. Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman
pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang
tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2
minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu
otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.
KOMPLIKASI
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan arteri
b. Kompartemen syndrome
c. Fat embolism syndrome
d. Infeksi
e. Avaskuler nekrosis
f. shock
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Nonunion
b. Delayed union
c. Malunion
Masalah Keperawatan:
1. Resiko trauma (tambahan)
2. Nyeri akut
3. Resiko disfungsi neurovaskular perifer
4. Resiko gangguan pertukaran gas
5. Gangguan mobilitas fisik
6. Resiko kerusakan jaringan kulit
7. Resiko infeksi
Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko trauma (tambahan) b.d. kehilangan integritas kulit/fraktur
Tujuan: Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur dengan kriteria:
- Stabilitas pada sisi fraktur
- Pembentukan kalus atau mulai penyatuan fraktur dengan tepat.
Intervensi dan rasional
No. Tindakan Keperawatan Rasional
1. Pertahankan tirah
baring/ekstremitas sesuai
indikasi. Beri sokongan sendi di
atas dan di bawah fraktur bila
bergerak/membalik
Meningkatkan stabilitas, menurunkan
kemungkinan gangguan posisi/penyembuhan
2. Letakan papan di bawah tempat
tidur atau tempatkan pasien
pada tempat tidur ortopedik
Tempat tidur lembut/lentur dapat membuat
deformasi gips yang masih basah, mematahkan
gips yang sudah kering atau mempengaruhi
penarikan traksi
3. Sokong fraktur dengan bantal/
gulungan selimut, pertahankan
posisi netral pada bagian yang
sakit dengan bantal pasir, papan
kaki
Mencegah gerakan yang tidak perlu dan
perubahan posisi yang tepat dapat mencegah
deformitas pada gips yang kering
4. Evaluasi pembebat ekstremitas
terhadap resolusi oedema
Pembebat mungkin digunakan untuk
memberikan immobilisasi fraktur dimana
pembengkakkan jaringan berlebihan. Seiring
dengan berkurangnya edema, penilaian kembali
pembebat atau penggunaan gips plester mungkin
diperlukan untuk mempertahankan kesejajaran
fraktur
5. Pertahankan posisi/integritas
traksi
Traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang
fraktur tulang dan mengatasi tegangan otot atau
pemendekan untuk memudahkan posisi atau
penyatuan. Traksi tulang memungkinkan
penggunaan berat lebih besar untuk Penarikan
traksi daripada digunakan untuk jaringan kulit.
6. Kaji integritas alat traksi
eksternal
Traksi memberikan stabilisasi dan sokongan
kaku untuk tulang fraktur tanpa menggunakan
katrol, tali atau beban memungkinkan mobilisasi
atau kenyamanan pasien lebih besar dan
memudahkan perawatan luka. Kurang atau
berlebihannya keketatan klem atau ikatan dapat
mengubah tekanan kerangka, menyebabkan
kesalahan posisi
2. Nyeri akut b.d. spasme otot/imobilisasi
Tujuan: Nyeri hilang dengan kriteria: Rilek; mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/
istirahat dengan tepat.
Intervensi dan rasional
No. Tindakan Keperawatan Rasional
1. Pertahankan bagian yang sakit
dengan tirah baring
Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan
posisi tulang/jaringan yang cedera
2. Tinggikan dan dukung
ekstremitas yang terluka
Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan
edema dan menurunkan nyeri
3. Hindari penggunaan sprei/bantal
plastik di bawah ekstremitas
dalam gips
Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena
peningkatan produksi panas dalam gips yang
kering
4. Tinggikan penutup tempat tidur,
pertahankan linen terbuka pada
ibu jari kaki
Mempertahankan kehangatan tubuh tanpa
ketidaknyamanan karena tekanan selimut pada
bagian yang sakit
5. Evaluasi keluhan
nyeri/ketidaknyaman, perhatikan
lokasi dan karakteristik,
termasuk intensitas (skala 0 –
Mempengaruhi pilihan atau pengawasan
keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi atau reaksi terhadap
nyeri
10). Perhatikan petunjuk nyeri
non verbal
6. Dorong pasien untuk
mendiskusikan masalah
sehubungan dengan cedera
Membantu untuk menghilangkan ansietas.
Pasien dapat merasakan kebutuhan untuk
menghilangkan pengalaman kecelakaan
7. Jelaskan prosedur sebelum
memulai
Memungkinkan pasien untuk mulai secara
mental untuk aktivitas juga berpartisipasi dalam
mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
8. Beri obat sebelum perawatan
aktivitas
Meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan
partisipasi.
9. Lakukan dan awasi latihan
rentang gerak pasif/aktif
Mempertahanakan kekuatan atau mobilitas otot
yang sakit dan memudahkan resolusi
implamasi pada jaringan yang cedera
10. Berikan alternatif tindakan
kenyamanan, contoh pijatan-
pijatan punggung, perubahan
posisi
Meningkatkan sirkulasi umum: menurunkan
area tekanan lokal dan kelelahan otot.
11. Dorong/ajari teknik manajemen
nyeri, latihan nafas dalam,
sentuhan teraupeti selidiki
keluhan nyeri yang tidak
biasa/tiba-tiba
Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping dalam
manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk
periode lebih lama
3. Resiko disfungsi neurovaskular perifer b.d. penurunan aliran darah
Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan dengan kriteria:
- Terabanya nadi
- Kulit hangat
- Sensasi normal
- Sensori biasa
- Tanda-tanda vital stabil
- Haluaran urian adequate untuk situasi individu
Intervensi dan rasional
No. Tindakan Keperawatan Rasional
1. Lepaskan segala Dapat membendung sirkulasi bila terjadi
perhiasan/aksesoris yang ada
pada ekstremitas yang sakit
oedema
2. Evaluasi adanya kualitas nadi
perifer distal terhadap cedera
melalui palpasi. Bandingkan
dengan ekstremitas yang sakit
Penurunan/tidak adanya nadi dapat
menggambarkan cedera vaskuler dan perlunya
evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi.
Waspadai bahwa kadang-kadang nadi dapat
terhambat oleh bekuan halus dimana pulsasi
mungkin teraba. Selain itu perfusi melalui arteri
lebih besar dapat berlanjut setelah
meningkatnya tekanan kumpertemen yang telah
mengempiskan sirkulasi arteriol atau venula otot
3. Kaji aliran kapiler, warna kulit
dan kehangatan distal pada
fraktur
Kembalinya warna harus cepat (3 – 5 detik).
Warna kulit putih menunjukan gangguan
arterial. Sianosis diduga ada gangguan vena.
Nadi perifer, warna kulit, dan sensasi mungkin
normal, meskipun ada sindrom kompertemen
karena sirkulasi supervisial biasanya tidak
dipengaruhi.
4. Lakukan pengkajian
neuromuskuler. Perhatikan
perubahan fungsi motorik/
sensorik untuk melokalisasi
nyeri/ ketidaknyamanan
Gangguan perasaan kesemutan, peningkatan
atau penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi pada
saraf tidak adequate/saraf rusak.
5. Kaji jaringan sekitar akhir gips
untuk titik yang kasar/tekan.
Selidiki rasa terbakar di bawah
gips
Faktor ini disebabkan atau mengindikasikan
tekanan jaringan/iskemia, menimbulkan
kerusakan/nekrosis.
6. Perhatikan keluhan nyeri
ekstremitas untuk tipe cedera
atau peningkatan nyeri pada
gerakan pasif ekstremitas
Perdarahan atau pembentukan edema berlanjut
dalam otot tertutup dengan fasia ketat dapat
menyebabkan gangguan aliran darah dan
iskemia miositis/sindrom kompertemen, perlu
intervensi darurat untuk menghilangkan
tekanan/memperbaiki sirkulasi. Kondisi ini
memerlukan kedaruratan medik dan
memerlukan intervensi segera.
7. Perhatikan tanda iskemia
ekstremitas tiba-tiba, contoh
Penurunan suhu kulit dan
peningkatan nyeri
Dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut) dapat
menyebabkan kerusakan arteri yang berdekatan,
akibat hilangnya aliran darah ke distal
8. Latih pasien untuk secara rutin
latihan jari/sendi distal cedera.
Ambuilasi sesegera mungkin
Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan
pengumpalan darah khususnya pada ekstremitas
bawah.
9. Observasi nyeri tekan,
pembengkakan pada dorsofleksi
kaki
Terdapat peningkatan potensial untuk
tromboflebitis dan emboli paru pada pasiem
immobilisasi selama 5 hari atau lebih
10. Awasi tanda-tanda vital,
perhatikan tanda-tanda sianosis
umum, kulit dingin, perubahan
mental
Ketidakadequatan volume sirkulasi akan
mempengaruhi sistem perfusi jaringan
11. Kolaborasi: kompres es sekitar
fraktur sesuai indikasi
Menurunkan oedema atau pembentukan
hematoma yang dapat mengganggu sirkulasi
4. Resiko gangguan pertukaran gas b.d. perubahan aliran darah/emboli lemak
Tujuan: Mempertahankan fungsi pernafasan adequate dengan kriteria:
- Tidak adanya dispnea/sianosis
- Frekuensi pernafasan dalam batas normal
- GDA dalam batas normal
Intervensi dan rasional
No. Tindakan Keperawatan Rasional
1. Awasi frekuensi pernafasan dan
upayanya. Perhatikan stridor
penggunaan otot bantu, retraksi
terjadinya seanosisi sentral
Takipnea, dispnea, dan perubahan dalam
mental, tanda dini insufisiensi pernafasan dan
mungkin hanya indikator terjadinya emboli
paru pada tahap awal. Masih adanya tanda atau
gejala menunjukan distress pernafasan
luas/cenderung kegagalan.
2. Auskultrasi bunyi nafas,
perhatikan terjadinya
ketidaknyamanan, bunyi
Perubahan dalam atau adanya bunyi adventisius
menun-jukan terjadi komplikasi pernafasan,
contoh atelektasis, pneumonia, emboli.
hiperesonan juga adanya
gomericik/tonki
Inspirasi mengorok menunjukan edema jalan
nafas atas dan diduga emboli lemak
3. Atasi jaringan cedera tulang
dengan lembut, khususnya
selama beberapa hari pertama
Ini dapat mencegah terjadinya emboli lemak
(biasanya terlihat pada 12 – 72 jam pertama)
yang erat sehubungan dengan fraktur,
khususnya tulang panjang dan pelvis.
4. Beri motivasi dan bantu dalam
latihan nafas dalam dan batuk.
Reposisi dengan sering
Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi.
Reposisi meningkatan drainase secret dan
menurunkan kongesti pada area paru dependen
5. Perhatikan peningkatan
kegelisahan, kacau, letargi,
stupor
Gangguan pertukaran gas/adanya emboli paru
dapat menyebabakan penyimpangan pada
tingkat kesadaran pasien seperti terjadinya
hipoksemia/asisdosis
6. Observasi sputum untuk tanda
adanya darah
Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru
7. Insfeksi kulit untuk ptekie pada
axila
Ini adalah karakteristik paling nyata dari tanda
embloli lemak, yang tampak dalam 2 – 3 hari
setelah cedera
8. Kolaborasi: Beri O2, awasi hasil
lab, beri obat sesuai indikasi;
kortikosteroid, heparin dosis
rendah
Meningkatan sediaan O2 untuk oksigenasi
optimal jaringan
5. Gangguan mobilitas fisik b.d. nyeri daerah fraktur
Tujuan: Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas fisik dengan kriteria: mampu
melakukan aktivitas.
Intervensi dan rasional
No. Tindakan Keperawatan Rasional
1. Kaji derajat immobilitas yang
dihasilkan oleh cedera atau
pengobatan dan memperhatikan
persepsi pasien terhadap
immobilisasi
Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan
diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik
aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk
meningkatkan kemajuan kesehatan
2. Dorong partisipasi pada Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan
aktivitas terapiotik atau relaksasi.
Pertahankan rangsangan
lingkungan, contoh; radio, TV,
barang milik pribadi, jam, kalender,
kunjungan keluarga atau teman
energi, menfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan
membantu menurunkan isolasi sosial
3. Instruksikan pasien untuk/bantu
dalam rentang gerak pasien/aktif
pada ekstremitas yang sakit dan
yang tidak sakit
Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang
untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi, mencegah
kontraktor/atrofi dan resporpsi kalsium karena
tidak digunakan
4. Dorong penggunaan latihan
isometric mulai dengan tungkai
yang tak sakit
Kontraksi otot isometric tanpa menekuk sendi
atau menggerakkan tungkai dan membantu
mempertahankan kekuatan dan masa otot.
Catatan: Latihan ini dikontraindikasikan pada
perdarahan akut/edema
5. Berikan papan kaki, bebat
pergelangan, gulungan
trokanter/ tangan yang sesuai
Berguna dalam mempertahankan posisi
fungsional ekstremitas, tangan/kaki, dan
mencegah komplikasi (contoh: kontraktur/kaki
jatuh)
6. Tempatkan dalam posisi
telentang secara periodik bila
mungkin, bila traksi digunakan
menstabilkan fraktur tungkai
bawah
Menurunkan resiko kontraktor fleksi panggul
7. Instruksikan/dorong
menggunakan trapeze dan
“Pasca posisi” untuk fraktur
tungkai bawah
Memudahkan gerakan selama
hygiene/perawatan kulit, dan penggantian linen;
menurunkan ketidaknyamanan dengan tetap
datar di tempat tidur. “Pasca posisi” melibatkan
penempatan kaki yang tidak sakit datar di
tempat tidur dengan lutut menekuk sementara
menggenggam trapeze dan mengangkat tubuh
dari tempat tidur
8. Bantu.dorong perawatan diri/
kebersihan (contoh; mandi,
Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi,
meningkatkan kontrol pasien dalam situasi, dan
mencukur) meningkatkan kesehatan diri langsung.
9. Berikan/bantu dalam mobilisasi
dengan kursi roda, kruk, tingkat,
sesegera mungkin. Instruksikan
keamanan dalam menggunakan
alat mobilitas,
Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah
baring (contoh; flebitis) dan meningkatkan
penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.
Belajar memperbaiki cara menggunakan alat
penting untuk mempertahankan mobilisasi
optimal dan keamanan pasien.
10. Awasi TD dengan melakukan
aktivitas. Perhatikan keluhan
pusing
Hipotensi postural adalah masalah umum
menyertai tirah baring lama dan dapat
memerlukan intervensi khusus (contoh
kemiringan meja dengan peninggian secara
bertahap sampai posisi gerak)
11. Ubah posisi secara periodik dan
dorong untuk latihan batuk/nafas
dalam
Mencegah/menurunkan insiden komplikasi
kulit/ pernafasan (contoh dekubitus, antelektasis,
pneumonia)
12. Auskultasi bising usus. Awasi
kebiasaan eliminasi dan berikan
keteraturan defekasi runin.
Tempatkan pada pispot, bila
mungkin, atau menggunakan
bedpan fraktur. Berikan privasi
Tirah baring, penggunaan analgesik, dan
perubahan dalam kebiasaan diet dapat
memperlambat peristaltic dan menghasilkan
konstipasi. Tindakan keperawatan yang
memudahkan eliminasi dapat
mencegah/membatasi komplikasi. Bedpan
fraktur membatasi fleksi panggul dan
mengurangi tekanan lumbal/gips ekstremitas
bawah
13. Dorong peningkatan masukan
cairan sampai 2000 – 3000
ml/hari termasuk air asam/jus
Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan
resiko infeksi urinarius, pembentukan batu, dan
konstipasi
14. Berikan diet tinggi protein,
karbohidrat, vitamin dan
mineral. Pertahankan Penurunan
kandungan protein sampai
setelah defekasi pertama
Pada adanya cedera muskulesketal, nutrisi yang
diperlukan waktu penyembuhan berkurang
dengan cepat, sering mengakibatkan Penurunan
berat badan sebanyak 20-30 pon selama traksi
tulang. Ini dapat mempengaruhi massa otot,
tonus, dan kekuatan. Catatan: makanan protein
m,eningkatkan kandungannya pada usus halus,
mengakibatkan pembentukan gas konstipasi,
sehingga fungsi GI harus secara penuh
membaik sebelum makanan berprotein
meningkat
15. Tingkatkan jumlah diet kasar.
Batasi makanan pembentukan
gas
Penambahan bulk pada fases membantu
mencegah konstipasi. Makanan pembentuk gas
dapat menyebabkan distensi abdominal,
khususnya pada adnya Penurunan mobilitas
usus
16 Kolaborasi
Konsul dengan ahli terapi
fisik/okupasi dan/atau
rehabilitasi spesialis
Berguna dalam membuat aktivitas
individual/program latihan. Pasien dapat
memerlukan bantuan jangka panjang dengan
gerakan kekuatan, dan aktivitas yang
mengandalkan berat badan, juga penggunaan
alat, contoh, walker, tingkat, meninggikan
tempat duduk di toilet, tingkat
pengambil/penggapai, khususnya alat makan
Lakukan program defekasi
(pelunak feses, edem, lakstif)
sesuai indikasi
Dilakukan untuk meningkatkan evakuasi usus
Rujuk ke perawat spesialis
psikiatrik klinikal/ahli terapi
sesuai indikasi
Pasien/orang terdekat memerlukan tindakan
intesif lebih untuk menerima kenyataan kondisi
prognosis, immobilisasi lama, mengalami
kehilangan kontrol
6. Resiko kerusakan integritas kulit b.d. pemasangan traksi pen, kawat, sekrup
Tujuan: Mencegah kerusakan integritas kulit dengan kriteria:
- Mencapai penyembuhan sesuai waktu
- Ketidaknyamanan hilang.
Intervensi dan rasional
No. Tindakan Keperawatan Rasional
1. Kaji kulit untuk luka terbuka,
benda asing, kemerahan,
Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit
dan masalah yang mungkin disebabkan oleh
perdarahan, perubahan warna
kelabu, memutih
alat pemasangan gips atau bebat/traksi, atau
pembentukan edema yang membutuhkan
intervensi medik lanjut.
2. Masase kulit dan penonjolan
tulang. Pertahankan tempat tidur
kering dan babas kerutan
Menurunkan tekanan pada area yang peka
berisiko abrasi atau kerusakan kulit
3. Ubah posisi dengan sering Mengurangi tekanan konstan pada area yang
sama dan meminimalkan resiko kerusakan
kulit.
4. Kaji posisi cincin bebat pada
alat traksi
Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan
cidera kulit
5. Untuk traksi kulit + perawatan
Bersihkan kulit dengan air
sabun hangat
Menurunkan kadar kontamisasi kulit
Beri tintur benzoin Kekuatan kulit untuk penggunaan traksi kulit
Gunakan plester traksi kulit Plester traksi melingkari tungkai dapat
mempengaruhi sirkulasi.
Lebarkan plaster sepanjang
tungkai
Traksi dimasukkan dalam garis dengan akhir
plester yang bebas
Tandai garis dimana plester
keluar sepanjang ekstremitas
Memungkinkan untuk pengkajian cepat
terhadap benda yang terselip
Letakan bantalan pelindung di
bawah kaki dan di atas tonjolan
tulang
Meminimalkan tekanan pada area ini
Balut lingkar tungkai Memberikan tarikan traksi yang tepat tanpa
mempengaruhi sirkulasi
Palpasi jaringan yang diplester
tiap hari
Bila area di bawah plester tekan diduga ada
iritasi kulit dan siapkan untuk membuka sistem
balutan
Lepaskan traksi kulit tiap 24
jam
Mempertahankan integritas kulit
7. Resiko infeksi b.d. kerusakan kulit
Tujuan: Tidak terjadi infeksi dengan kriteria:
- Penyembuhan luka sesuai waktu
- Bebas drainase porulen
- Bebas iritema
- Bebas demam
Intervensi dan rasional
No. Tindakan Keperawatan Rasional
1. Inspeksi kulit untuk adanya
iritasi/ robekan kontinuitas
Pen atau kawat tidak harus dimasukkan melalui
kulit yang terinfeksi, kemerahan atau abrasi
(dapat menimbulkan infeksi tulang)
2. Kaji keluhan peningkatan nyeri Dapat mengidikasikan timbulnya infeksi
lokal/nekrosis jaringan, yang dapat
menimbulkan osteomielitis
3. Beri perawatan steril sesuai
protokol
Dapat mencegah kontaminasi silang dan
kemungkinan infeksi.
4. Kaji tonus otot, reflek tendon Kekakuan otot, spasmetonik otot rahang, dan
disfagia menunjukan terjadinya tetanus
5. Selidiki nyeri tiba-tiba,
keterbatasan gerak, oedema
Dapat mengidikasikan osteomielitis
6. Lakukan prosedur isolasi Adanya drainase purulen akan memerlukan
kewaspadaan luka/linen untuk mencegah
kontaminasi silang
7. Kolaborasi: Periksa lab, beri
antibiotik sesuai indikasi
Pemeriksaan lab dapat menentukan kelainan
yang terjadi. Antibiotik spectrum luas dapat
digunakan secara profilaktik/dapat ditunjukkan
pada mikroorganisme khusus