FRAKTUR

31
FRAKTUR PENGERTIAN Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang bisa disrap oleh tulang ETIOLOGI 1. Trauma Langsung Yaitu apabila fraktur terjadi pada tulang dimana bagian tersebut mendapat trauma, misalnya benturan atau pukulan pada lengan bawah menyebabkan fraktur pada tulang ulna da radius. Fraktur demikian sering menyebabkan fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring 2. Trauma Tidak Langsung Yaitu apabila fraktur terjadi pada tulang yang jauh dari tempat terjadinya trauma, misalnya jatuh tertumpu pada tangan menyebabkan fraktur klavikula 3. Proses Patologis Terjadi akibat kelemahan dan kelainan pada tulang, misalnya karena osteoporosis dan osteomielitis KLASIFIKASI Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi, tetapi untuk alasan yang praktis dibagi menjadi beberapa kelompok , yaitu: 1. Berdasarkan keadaan luka a. Fraktur tertutup

Transcript of FRAKTUR

Page 1: FRAKTUR

FRAKTUR

PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh tekanan

eksternal yang datang lebih besar dari yang bisa disrap oleh tulang

ETIOLOGI

1. Trauma Langsung

Yaitu apabila fraktur terjadi pada tulang dimana bagian tersebut mendapat trauma,

misalnya benturan atau pukulan pada lengan bawah menyebabkan fraktur pada tulang

ulna da radius. Fraktur demikian sering menyebabkan fraktur terbuka dengan garis

patah melintang atau miring

2. Trauma Tidak Langsung

Yaitu apabila fraktur terjadi pada tulang yang jauh dari tempat terjadinya trauma,

misalnya jatuh tertumpu pada tangan menyebabkan fraktur klavikula

3. Proses Patologis

Terjadi akibat kelemahan dan kelainan pada tulang, misalnya karena osteoporosis dan

osteomielitis

KLASIFIKASI

Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi, tetapi untuk alasan yang praktis dibagi menjadi

beberapa kelompok , yaitu:

1. Berdasarkan keadaan luka

a. Fraktur tertutup

Apabila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,

disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh

b. Fraktur terbuka

Apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena

ada perlukaan kulit

2. Berdasarkan garis patahan

a. Fraktur komplit

Apabila garis patahan melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

korteks tulang

Page 2: FRAKTUR

b. Fraktur inkomplit

Apabila garis patahan tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti:

Hair line fraktur

Buckle atau tonus fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan

kompresi tulang spongiosa di bawahnya

Green stick fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks

lainnya yang terjadi pada tulang panjang

3. Berdasarkan arah garis patahan

a. Fraktur transversal

Yaitu fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat

tauma angulasi atau langsung

b. Fraktur oblique

Yaitu fraktur yang arah garis patahannya membentuk sudut terhadap sumbu

tulang dan merupakan akibat trauma angulasi

c. Fraktur spiral

Yaitu fraktur yanng arah garis patahannya berbentuk spiral yang disebabkan

trauma rotasi

d. Fraktur kompresi

Yaitu fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang

ke arah permukaan lain

e. Fraktur avulsi

Yaitu fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada

insersinya pada tulang

4. Berdasarkan jumlah garis patahan

a. Fraktur komunitif

Yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

b. Fraktur segmental

Yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan

c. Fraktur multipel

Yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang

sama

5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang

a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser)

Page 3: FRAKTUR

Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih

utuh

b. Fraktur displaced (bergeser)

Terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi

atas:

Dislokasi ad longitudinam cum contraction (pergeseran searah sumbu

dan overlapping)

Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)

Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh)

MANIFESTASI KLINIS

Nyeri

Perubahan bentuk

Bengkak

Peningkatan temperatur lokal

Pergerakan abnormal

Krepitasi

Kehilangan fungsi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan rontgen

Untuk menentukan lokasi/luasnya fraktur atau trauma

Scan tulang.

Untuk memperlihatkan fraktur dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak

Arteriogram

Dilakukan bila kerusakan vascular dicurigai

Hitung darah lengkap

Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma

Kreatinin

Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

Profil koagulasi

Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple atau cedera hati

Page 4: FRAKTUR

PENATALAKSANAAN

Prinsip Terapi Fraktur

Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu:

1. Rekognisi atau pengenalan (Price & Wilson, 1985)

Rekognisi yaitu pengenalan mengenai dignosis pada tempat kejadian kecelakaan dan

kemudian di rumah sakit. Riwayat kecelakaan, parah tidaknya, jenis kekuatan yang

berperanan dan deskripsi tentang kejadian tersebut oleh klien sendiri, menentukan

kemungkinan tulang yang patah, yang dialami dan kebutuhan pemeriksaan spesifik

untuk fraktur.

2. Reduksi; pemilihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur (Sabiston, 1984)

- Reposisi.

- Fraktura tertutup pada tulang panjang seringkali ditangani dengan reduksi

tertutup. Untuk mengurangi rasa sakit selama tindakan ini klien dapat diberi

narkotika intravena, obat penenang (sedatif a0 atau anastesia blok saraf lokal).

Pada waktu merencanakan perawatan klien perlu dinilai; keadaan sosial,

kemungkinan dukungan dari keluarga, kemungkinan pengaruh cedera pada

kehidupan klien pada beberapa bulan yang akan datang dan harapan dari klien

sendiri. Perlu diberikan penjelasan tentang adnya kemungkinan reduksi tidak

berhasil, akibat fraktur yang dapat terjadi, periode serta sifat ketidakmampuan

klien. Contoh; klien yang mengalami fraktur pada daerah siku jarang dapat

mengekstensikan lengan sepenuhnya dan “mengunci” sikunya. Jika reduksi

secara manual dan tertutup dengan analgetik lokal tidak berhasil, maka upaya ini

harus dihentikan, klien perlu dirawat di rumah sakit disiapkan untuk anastesi

umum dan direncanakan reduksi di kamar operasi.

- Traksi kontinu; dengan plester felt melekat di atas kulit atau dengan memasang

pin trafersa melalui tulang, distal terhadap fraktur.

- Reduksi terbuka bedah, biasanya disertai sejumlah bentuk fiksasi interna dengan

plat pin, batang atau sekrup.

3. Imobilisasi (Sabiston, 1995) atau retensi reduksi (Wilson & Price, 1985)

Bila reduksi telah tercapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai timbul

penyembuhan yang mencukupi. Berbagai teknik digunakan untuk imobilisasi, yang

tergantung pada fraktur:

- Fraktur impaksi pada humerus proksimal sifatnya stabil serta hanya memerlukan

ambin atau balutan lunak

Page 5: FRAKTUR

- Fraktur kompresi (impaksi) pada vertebra, tepat diterapi dengan korset atau brace

- Fraktur yang memerlukan reduksi bedah terbuka biasanya diimobilisasi dengan

perangkat keras interna, imobilisasi eksternal normalnya tidak diperlukan.

- Fraktur ekstremits dapat diimobilisasi dengan gibs, gibs fiberglas atau dengan

brace yang tersedia secara komersial

Semua pasien fraktur perlu diperiksa untuk menilaian neurology dan vascular.

Adanya nyeri, pucat, prestesia, dan hilangnya denyut nadi pada ekstremitas distal

merupakan tanda disfungsi neurovaskuler.

Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai

imobilisasi dengan ekstrimitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai sampai

reduksi tercapai. Kemudian traksi dilanjutkan sampai ada penyembuhan yang

mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan memakai gibs atau brace.

Sedapat mungkin pembidaian (splinting) harus dilakukan dalam posisi fungsional

sendi yang bersangkutan.

4. Pemulihan fungsi (restorasi) atau rehabilitasi (Price & Wilson 1985, Sabiston 1995)

Sesudah periode imobilisasi pada bagian manapun selalu akan terjadi kelemahan otot

dan kekakuan sendi. Hal ini dapat diatasi dengan aktivitas secara progresif, dan ini

dimudahkan dengan fisioterapi atau dengan melakukan kerja sesuai dengan fungsi

sendi tersebut. Adanya penyambungan yang awal dari fragmen-fragmen sudah cukup

menjadi indikasi untuk melepas bidai atau traksi, akan tetapi penyambungan yang

sempurna (konsolidasi) seringkali berlangsung dalam waktu yang lama. Bila

konsolidasi sudah terjadi barulah klien diijinkan untuk menahan beban atau

menggunakan anggota badan tersebut secara bebas.

Tahap Penyembuhan Fraktur

1. Stadium pembentukan hematom;

- Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah

yang robek.

- Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (peristeum & otot).

- Terjadi sekitar 1 – 2 x 24 jam.

2. Stadium proliferasi sel/implamasi;

- Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur.

- Sel-sel ini menjadi precusor osteoblast.

- Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang.

Page 6: FRAKTUR

- Prolifferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang.

- Terjadi setelah hari ke 2 kecelakaan terjadi.

3. Stadium pembentukan kallus;

- Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus).

- Kallus memberikan rigiditas pada fraktur.

- Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu.

- Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi.

4. Stadium konsolidasi

- Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu.

- Secara bertahap menjadi tulang mature.

- Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.

5. Stadium remodeling;

- Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur.

- Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast.

- Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, dewasa masih ada tanda penebalan

tulang.

Faktor Yang Menghambat Penyambungan Union

1. Luas fraktur.

2. Reposisi yang tidak memadai.

3. Imobilisasi yang tidak memadai ditinjau dari segi waktu maupun luas imobilisasi.

4. Sepsis atau tindakan pembedahan.

Faktor Yang Mencegah Terjadinya Penyambungan Union

1. Interposisi jaringan lunak seperti otot di antara ujung-ujung fraktur.

2. Imobilisasi yang tidak memadai.

3. Traksi yang berlebihan (distraksi), sehingga mencegah peyambungan oleh callus.

4. Infeksi.

Traksi

Merupakan metode penyembuhan fraktur yang bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang

patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin

Metode Pemasangan Traksi

1. Traksi Manual

Page 7: FRAKTUR

Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Tujuannya adalah untuk perbaikan

dislokasi, mengurangi fraktur, dan dilakukan pada keadaan emergency

2. Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu :

a. Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot.

Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak

waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila

tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

b. Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced

traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal

atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

Kegunaan Pemasangan Traksi

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :

Mengurangi nyeri akibat spasme otot

Memperbaiki dan mencegah deformitas

Immobilisasi

Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).

Mengencangkan pada perlekatannya.

Macam - Macam Traksi

1. Traksi Panggul

Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat

puncak iliaka.

2. Traksi Ekstension (Buck’s Extention)

Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki.

Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk

mengurangi spasme otot.

3. Traksi Cervikal

Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini

biasa dipasang dengan halter kepala.

4. Traksi Russell’s

Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan

untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa

Page 8: FRAKTUR

digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki

dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

5. Traksi khusus untuk anak-anak

Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman

pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang

tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2

minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu

otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

KOMPLIKASI

1. Komplikasi Awal

a. Kerusakan arteri

b. Kompartemen syndrome

c. Fat embolism syndrome

d. Infeksi

e. Avaskuler nekrosis

f. shock

2. Komplikasi Dalam Waktu Lama

a. Nonunion

b. Delayed union

c. Malunion

Masalah Keperawatan:

1. Resiko trauma (tambahan)

2. Nyeri akut

Page 9: FRAKTUR

3. Resiko disfungsi neurovaskular perifer

4. Resiko gangguan pertukaran gas

5. Gangguan mobilitas fisik

6. Resiko kerusakan jaringan kulit

7. Resiko infeksi

Diagnosa Keperawatan:

1. Resiko trauma (tambahan) b.d. kehilangan integritas kulit/fraktur

Tujuan: Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur dengan kriteria:

- Stabilitas pada sisi fraktur

- Pembentukan kalus atau mulai penyatuan fraktur dengan tepat.

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional

1. Pertahankan tirah

baring/ekstremitas sesuai

indikasi. Beri sokongan sendi di

atas dan di bawah fraktur bila

bergerak/membalik

Meningkatkan stabilitas, menurunkan

kemungkinan gangguan posisi/penyembuhan

2. Letakan papan di bawah tempat

tidur atau tempatkan pasien

pada tempat tidur ortopedik

Tempat tidur lembut/lentur dapat membuat

deformasi gips yang masih basah, mematahkan

gips yang sudah kering atau mempengaruhi

penarikan traksi

3. Sokong fraktur dengan bantal/

gulungan selimut, pertahankan

posisi netral pada bagian yang

sakit dengan bantal pasir, papan

kaki

Mencegah gerakan yang tidak perlu dan

perubahan posisi yang tepat dapat mencegah

deformitas pada gips yang kering

4. Evaluasi pembebat ekstremitas

terhadap resolusi oedema

Pembebat mungkin digunakan untuk

memberikan immobilisasi fraktur dimana

pembengkakkan jaringan berlebihan. Seiring

dengan berkurangnya edema, penilaian kembali

pembebat atau penggunaan gips plester mungkin

diperlukan untuk mempertahankan kesejajaran

fraktur

Page 10: FRAKTUR

5. Pertahankan posisi/integritas

traksi

Traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang

fraktur tulang dan mengatasi tegangan otot atau

pemendekan untuk memudahkan posisi atau

penyatuan. Traksi tulang memungkinkan

penggunaan berat lebih besar untuk Penarikan

traksi daripada digunakan untuk jaringan kulit.

6. Kaji integritas alat traksi

eksternal

Traksi memberikan stabilisasi dan sokongan

kaku untuk tulang fraktur tanpa menggunakan

katrol, tali atau beban memungkinkan mobilisasi

atau kenyamanan pasien lebih besar dan

memudahkan perawatan luka. Kurang atau

berlebihannya keketatan klem atau ikatan dapat

mengubah tekanan kerangka, menyebabkan

kesalahan posisi

2. Nyeri akut b.d. spasme otot/imobilisasi

Tujuan: Nyeri hilang dengan kriteria: Rilek; mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/

istirahat dengan tepat.

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional

1. Pertahankan bagian yang sakit

dengan tirah baring

Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan

posisi tulang/jaringan yang cedera

2. Tinggikan dan dukung

ekstremitas yang terluka

Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan

edema dan menurunkan nyeri

3. Hindari penggunaan sprei/bantal

plastik di bawah ekstremitas

dalam gips

Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena

peningkatan produksi panas dalam gips yang

kering

4. Tinggikan penutup tempat tidur,

pertahankan linen terbuka pada

ibu jari kaki

Mempertahankan kehangatan tubuh tanpa

ketidaknyamanan karena tekanan selimut pada

bagian yang sakit

5. Evaluasi keluhan

nyeri/ketidaknyaman, perhatikan

lokasi dan karakteristik,

termasuk intensitas (skala 0 –

Mempengaruhi pilihan atau pengawasan

keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat

mempengaruhi persepsi atau reaksi terhadap

nyeri

Page 11: FRAKTUR

10). Perhatikan petunjuk nyeri

non verbal

6. Dorong pasien untuk

mendiskusikan masalah

sehubungan dengan cedera

Membantu untuk menghilangkan ansietas.

Pasien dapat merasakan kebutuhan untuk

menghilangkan pengalaman kecelakaan

7. Jelaskan prosedur sebelum

memulai

Memungkinkan pasien untuk mulai secara

mental untuk aktivitas juga berpartisipasi dalam

mengontrol tingkat ketidaknyamanan.

8. Beri obat sebelum perawatan

aktivitas

Meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan

partisipasi.

9. Lakukan dan awasi latihan

rentang gerak pasif/aktif

Mempertahanakan kekuatan atau mobilitas otot

yang sakit dan memudahkan resolusi

implamasi pada jaringan yang cedera

10. Berikan alternatif tindakan

kenyamanan, contoh pijatan-

pijatan punggung, perubahan

posisi

Meningkatkan sirkulasi umum: menurunkan

area tekanan lokal dan kelelahan otot.

11. Dorong/ajari teknik manajemen

nyeri, latihan nafas dalam,

sentuhan teraupeti selidiki

keluhan nyeri yang tidak

biasa/tiba-tiba

Memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan rasa kontrol, dan dapat

meningkatkan kemampuan koping dalam

manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk

periode lebih lama

3. Resiko disfungsi neurovaskular perifer b.d. penurunan aliran darah

Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan dengan kriteria:

- Terabanya nadi

- Kulit hangat

- Sensasi normal

- Sensori biasa

- Tanda-tanda vital stabil

- Haluaran urian adequate untuk situasi individu

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional

1. Lepaskan segala Dapat membendung sirkulasi bila terjadi

Page 12: FRAKTUR

perhiasan/aksesoris yang ada

pada ekstremitas yang sakit

oedema

2. Evaluasi adanya kualitas nadi

perifer distal terhadap cedera

melalui palpasi. Bandingkan

dengan ekstremitas yang sakit

Penurunan/tidak adanya nadi dapat

menggambarkan cedera vaskuler dan perlunya

evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi.

Waspadai bahwa kadang-kadang nadi dapat

terhambat oleh bekuan halus dimana pulsasi

mungkin teraba. Selain itu perfusi melalui arteri

lebih besar dapat berlanjut setelah

meningkatnya tekanan kumpertemen yang telah

mengempiskan sirkulasi arteriol atau venula otot

3. Kaji aliran kapiler, warna kulit

dan kehangatan distal pada

fraktur

Kembalinya warna harus cepat (3 – 5 detik).

Warna kulit putih menunjukan gangguan

arterial. Sianosis diduga ada gangguan vena.

Nadi perifer, warna kulit, dan sensasi mungkin

normal, meskipun ada sindrom kompertemen

karena sirkulasi supervisial biasanya tidak

dipengaruhi.

4. Lakukan pengkajian

neuromuskuler. Perhatikan

perubahan fungsi motorik/

sensorik untuk melokalisasi

nyeri/ ketidaknyamanan

Gangguan perasaan kesemutan, peningkatan

atau penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi pada

saraf tidak adequate/saraf rusak.

5. Kaji jaringan sekitar akhir gips

untuk titik yang kasar/tekan.

Selidiki rasa terbakar di bawah

gips

Faktor ini disebabkan atau mengindikasikan

tekanan jaringan/iskemia, menimbulkan

kerusakan/nekrosis.

6. Perhatikan keluhan nyeri

ekstremitas untuk tipe cedera

atau peningkatan nyeri pada

gerakan pasif ekstremitas

Perdarahan atau pembentukan edema berlanjut

dalam otot tertutup dengan fasia ketat dapat

menyebabkan gangguan aliran darah dan

iskemia miositis/sindrom kompertemen, perlu

intervensi darurat untuk menghilangkan

tekanan/memperbaiki sirkulasi. Kondisi ini

memerlukan kedaruratan medik dan

Page 13: FRAKTUR

memerlukan intervensi segera.

7. Perhatikan tanda iskemia

ekstremitas tiba-tiba, contoh

Penurunan suhu kulit dan

peningkatan nyeri

Dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut) dapat

menyebabkan kerusakan arteri yang berdekatan,

akibat hilangnya aliran darah ke distal

8. Latih pasien untuk secara rutin

latihan jari/sendi distal cedera.

Ambuilasi sesegera mungkin

Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan

pengumpalan darah khususnya pada ekstremitas

bawah.

9. Observasi nyeri tekan,

pembengkakan pada dorsofleksi

kaki

Terdapat peningkatan potensial untuk

tromboflebitis dan emboli paru pada pasiem

immobilisasi selama 5 hari atau lebih

10. Awasi tanda-tanda vital,

perhatikan tanda-tanda sianosis

umum, kulit dingin, perubahan

mental

Ketidakadequatan volume sirkulasi akan

mempengaruhi sistem perfusi jaringan

11. Kolaborasi: kompres es sekitar

fraktur sesuai indikasi

Menurunkan oedema atau pembentukan

hematoma yang dapat mengganggu sirkulasi

4. Resiko gangguan pertukaran gas b.d. perubahan aliran darah/emboli lemak

Tujuan: Mempertahankan fungsi pernafasan adequate dengan kriteria:

- Tidak adanya dispnea/sianosis

- Frekuensi pernafasan dalam batas normal

- GDA dalam batas normal

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional

1. Awasi frekuensi pernafasan dan

upayanya. Perhatikan stridor

penggunaan otot bantu, retraksi

terjadinya seanosisi sentral

Takipnea, dispnea, dan perubahan dalam

mental, tanda dini insufisiensi pernafasan dan

mungkin hanya indikator terjadinya emboli

paru pada tahap awal. Masih adanya tanda atau

gejala menunjukan distress pernafasan

luas/cenderung kegagalan.

2. Auskultrasi bunyi nafas,

perhatikan terjadinya

ketidaknyamanan, bunyi

Perubahan dalam atau adanya bunyi adventisius

menun-jukan terjadi komplikasi pernafasan,

contoh atelektasis, pneumonia, emboli.

Page 14: FRAKTUR

hiperesonan juga adanya

gomericik/tonki

Inspirasi mengorok menunjukan edema jalan

nafas atas dan diduga emboli lemak

3. Atasi jaringan cedera tulang

dengan lembut, khususnya

selama beberapa hari pertama

Ini dapat mencegah terjadinya emboli lemak

(biasanya terlihat pada 12 – 72 jam pertama)

yang erat sehubungan dengan fraktur,

khususnya tulang panjang dan pelvis.

4. Beri motivasi dan bantu dalam

latihan nafas dalam dan batuk.

Reposisi dengan sering

Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi.

Reposisi meningkatan drainase secret dan

menurunkan kongesti pada area paru dependen

5. Perhatikan peningkatan

kegelisahan, kacau, letargi,

stupor

Gangguan pertukaran gas/adanya emboli paru

dapat menyebabakan penyimpangan pada

tingkat kesadaran pasien seperti terjadinya

hipoksemia/asisdosis

6. Observasi sputum untuk tanda

adanya darah

Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru

7. Insfeksi kulit untuk ptekie pada

axila

Ini adalah karakteristik paling nyata dari tanda

embloli lemak, yang tampak dalam 2 – 3 hari

setelah cedera

8. Kolaborasi: Beri O2, awasi hasil

lab, beri obat sesuai indikasi;

kortikosteroid, heparin dosis

rendah

Meningkatan sediaan O2 untuk oksigenasi

optimal jaringan

5. Gangguan mobilitas fisik b.d. nyeri daerah fraktur

Tujuan: Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas fisik dengan kriteria: mampu

melakukan aktivitas.

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional

1. Kaji derajat immobilitas yang

dihasilkan oleh cedera atau

pengobatan dan memperhatikan

persepsi pasien terhadap

immobilisasi

Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan

diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik

aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk

meningkatkan kemajuan kesehatan

2. Dorong partisipasi pada Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan

Page 15: FRAKTUR

aktivitas terapiotik atau relaksasi.

Pertahankan rangsangan

lingkungan, contoh; radio, TV,

barang milik pribadi, jam, kalender,

kunjungan keluarga atau teman

energi, menfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan

membantu menurunkan isolasi sosial

3. Instruksikan pasien untuk/bantu

dalam rentang gerak pasien/aktif

pada ekstremitas yang sakit dan

yang tidak sakit

Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang

untuk meningkatkan tonus otot,

mempertahankan gerak sendi, mencegah

kontraktor/atrofi dan resporpsi kalsium karena

tidak digunakan

4. Dorong penggunaan latihan

isometric mulai dengan tungkai

yang tak sakit

Kontraksi otot isometric tanpa menekuk sendi

atau menggerakkan tungkai dan membantu

mempertahankan kekuatan dan masa otot.

Catatan: Latihan ini dikontraindikasikan pada

perdarahan akut/edema

5. Berikan papan kaki, bebat

pergelangan, gulungan

trokanter/ tangan yang sesuai

Berguna dalam mempertahankan posisi

fungsional ekstremitas, tangan/kaki, dan

mencegah komplikasi (contoh: kontraktur/kaki

jatuh)

6. Tempatkan dalam posisi

telentang secara periodik bila

mungkin, bila traksi digunakan

menstabilkan fraktur tungkai

bawah

Menurunkan resiko kontraktor fleksi panggul

7. Instruksikan/dorong

menggunakan trapeze dan

“Pasca posisi” untuk fraktur

tungkai bawah

Memudahkan gerakan selama

hygiene/perawatan kulit, dan penggantian linen;

menurunkan ketidaknyamanan dengan tetap

datar di tempat tidur. “Pasca posisi” melibatkan

penempatan kaki yang tidak sakit datar di

tempat tidur dengan lutut menekuk sementara

menggenggam trapeze dan mengangkat tubuh

dari tempat tidur

8. Bantu.dorong perawatan diri/

kebersihan (contoh; mandi,

Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi,

meningkatkan kontrol pasien dalam situasi, dan

Page 16: FRAKTUR

mencukur) meningkatkan kesehatan diri langsung.

9. Berikan/bantu dalam mobilisasi

dengan kursi roda, kruk, tingkat,

sesegera mungkin. Instruksikan

keamanan dalam menggunakan

alat mobilitas,

Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah

baring (contoh; flebitis) dan meningkatkan

penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.

Belajar memperbaiki cara menggunakan alat

penting untuk mempertahankan mobilisasi

optimal dan keamanan pasien.

10. Awasi TD dengan melakukan

aktivitas. Perhatikan keluhan

pusing

Hipotensi postural adalah masalah umum

menyertai tirah baring lama dan dapat

memerlukan intervensi khusus (contoh

kemiringan meja dengan peninggian secara

bertahap sampai posisi gerak)

11. Ubah posisi secara periodik dan

dorong untuk latihan batuk/nafas

dalam

Mencegah/menurunkan insiden komplikasi

kulit/ pernafasan (contoh dekubitus, antelektasis,

pneumonia)

12. Auskultasi bising usus. Awasi

kebiasaan eliminasi dan berikan

keteraturan defekasi runin.

Tempatkan pada pispot, bila

mungkin, atau menggunakan

bedpan fraktur. Berikan privasi

Tirah baring, penggunaan analgesik, dan

perubahan dalam kebiasaan diet dapat

memperlambat peristaltic dan menghasilkan

konstipasi. Tindakan keperawatan yang

memudahkan eliminasi dapat

mencegah/membatasi komplikasi. Bedpan

fraktur membatasi fleksi panggul dan

mengurangi tekanan lumbal/gips ekstremitas

bawah

13. Dorong peningkatan masukan

cairan sampai 2000 – 3000

ml/hari termasuk air asam/jus

Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan

resiko infeksi urinarius, pembentukan batu, dan

konstipasi

14. Berikan diet tinggi protein,

karbohidrat, vitamin dan

mineral. Pertahankan Penurunan

kandungan protein sampai

setelah defekasi pertama

Pada adanya cedera muskulesketal, nutrisi yang

diperlukan waktu penyembuhan berkurang

dengan cepat, sering mengakibatkan Penurunan

berat badan sebanyak 20-30 pon selama traksi

tulang. Ini dapat mempengaruhi massa otot,

tonus, dan kekuatan. Catatan: makanan protein

m,eningkatkan kandungannya pada usus halus,

Page 17: FRAKTUR

mengakibatkan pembentukan gas konstipasi,

sehingga fungsi GI harus secara penuh

membaik sebelum makanan berprotein

meningkat

15. Tingkatkan jumlah diet kasar.

Batasi makanan pembentukan

gas

Penambahan bulk pada fases membantu

mencegah konstipasi. Makanan pembentuk gas

dapat menyebabkan distensi abdominal,

khususnya pada adnya Penurunan mobilitas

usus

16 Kolaborasi

Konsul dengan ahli terapi

fisik/okupasi dan/atau

rehabilitasi spesialis

Berguna dalam membuat aktivitas

individual/program latihan. Pasien dapat

memerlukan bantuan jangka panjang dengan

gerakan kekuatan, dan aktivitas yang

mengandalkan berat badan, juga penggunaan

alat, contoh, walker, tingkat, meninggikan

tempat duduk di toilet, tingkat

pengambil/penggapai, khususnya alat makan

Lakukan program defekasi

(pelunak feses, edem, lakstif)

sesuai indikasi

Dilakukan untuk meningkatkan evakuasi usus

Rujuk ke perawat spesialis

psikiatrik klinikal/ahli terapi

sesuai indikasi

Pasien/orang terdekat memerlukan tindakan

intesif lebih untuk menerima kenyataan kondisi

prognosis, immobilisasi lama, mengalami

kehilangan kontrol

6. Resiko kerusakan integritas kulit b.d. pemasangan traksi pen, kawat, sekrup

Tujuan: Mencegah kerusakan integritas kulit dengan kriteria:

- Mencapai penyembuhan sesuai waktu

- Ketidaknyamanan hilang.

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional

1. Kaji kulit untuk luka terbuka,

benda asing, kemerahan,

Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit

dan masalah yang mungkin disebabkan oleh

Page 18: FRAKTUR

perdarahan, perubahan warna

kelabu, memutih

alat pemasangan gips atau bebat/traksi, atau

pembentukan edema yang membutuhkan

intervensi medik lanjut.

2. Masase kulit dan penonjolan

tulang. Pertahankan tempat tidur

kering dan babas kerutan

Menurunkan tekanan pada area yang peka

berisiko abrasi atau kerusakan kulit

3. Ubah posisi dengan sering Mengurangi tekanan konstan pada area yang

sama dan meminimalkan resiko kerusakan

kulit.

4. Kaji posisi cincin bebat pada

alat traksi

Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan

cidera kulit

5. Untuk traksi kulit + perawatan

Bersihkan kulit dengan air

sabun hangat

Menurunkan kadar kontamisasi kulit

Beri tintur benzoin Kekuatan kulit untuk penggunaan traksi kulit

Gunakan plester traksi kulit Plester traksi melingkari tungkai dapat

mempengaruhi sirkulasi.

Lebarkan plaster sepanjang

tungkai

Traksi dimasukkan dalam garis dengan akhir

plester yang bebas

Tandai garis dimana plester

keluar sepanjang ekstremitas

Memungkinkan untuk pengkajian cepat

terhadap benda yang terselip

Letakan bantalan pelindung di

bawah kaki dan di atas tonjolan

tulang

Meminimalkan tekanan pada area ini

Balut lingkar tungkai Memberikan tarikan traksi yang tepat tanpa

mempengaruhi sirkulasi

Palpasi jaringan yang diplester

tiap hari

Bila area di bawah plester tekan diduga ada

iritasi kulit dan siapkan untuk membuka sistem

balutan

Lepaskan traksi kulit tiap 24

jam

Mempertahankan integritas kulit

7. Resiko infeksi b.d. kerusakan kulit

Tujuan: Tidak terjadi infeksi dengan kriteria:

- Penyembuhan luka sesuai waktu

Page 19: FRAKTUR

- Bebas drainase porulen

- Bebas iritema

- Bebas demam

Intervensi dan rasional

No. Tindakan Keperawatan Rasional

1. Inspeksi kulit untuk adanya

iritasi/ robekan kontinuitas

Pen atau kawat tidak harus dimasukkan melalui

kulit yang terinfeksi, kemerahan atau abrasi

(dapat menimbulkan infeksi tulang)

2. Kaji keluhan peningkatan nyeri Dapat mengidikasikan timbulnya infeksi

lokal/nekrosis jaringan, yang dapat

menimbulkan osteomielitis

3. Beri perawatan steril sesuai

protokol

Dapat mencegah kontaminasi silang dan

kemungkinan infeksi.

4. Kaji tonus otot, reflek tendon Kekakuan otot, spasmetonik otot rahang, dan

disfagia menunjukan terjadinya tetanus

5. Selidiki nyeri tiba-tiba,

keterbatasan gerak, oedema

Dapat mengidikasikan osteomielitis

6. Lakukan prosedur isolasi Adanya drainase purulen akan memerlukan

kewaspadaan luka/linen untuk mencegah

kontaminasi silang

7. Kolaborasi: Periksa lab, beri

antibiotik sesuai indikasi

Pemeriksaan lab dapat menentukan kelainan

yang terjadi. Antibiotik spectrum luas dapat

digunakan secara profilaktik/dapat ditunjukkan

pada mikroorganisme khusus