Frak Tur

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa. Masalah yang berhubungan dengan struktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua kelompok usia. Masalah sistem muskuloskeletal biasanya tidak mengancam jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan produktivitas penderita. Masalah tersebut dapat dijumpai di segala bidang praktik keperawatan, serta dalam pengalaman hidup sehari-hari. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kerangka lebih 25% berat badan, dan otot penyusun lebih kurang 50%. Kesehatan dan baiknya fungsi sistem muskuloskeletal sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung, dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang 14

description

fraktur

Transcript of Frak Tur

BAB IPENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.

Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa. Masalah yang berhubungan dengan struktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua kelompok usia. Masalah sistem muskuloskeletal biasanya tidak mengancam jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan produktivitas penderita. Masalah tersebut dapat dijumpai di segala bidang praktik keperawatan, serta dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kerangka lebih 25% berat badan, dan otot penyusun lebih kurang 50%. Kesehatan dan baiknya fungsi sistem muskuloskeletal sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung, dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak. Matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium, dan fluor. Lebih dari 99% kalsium tulang tubuh total terdapat dalam tulang.

Sumsum tulang merah yang terdapat dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha makanik untuk gerakkan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperatur tubuh. (Corwin, 2007).

Keadaan cedera pada suatu bagian sistem muskuloskeletal biasanya menyebabkan cedera atau disfungsi struktur di sekitarnya dan struktur yang dilindungi atau disangganya. Bila tulang patah, otot tidak bisa berfungsi; bila saraf tak dapat menghantarkan impuls ke otot, seperti pada paralisis, tulang tidak dapat bergerak; bila permukaan sendi tak dapat berartikulasi dengan normal, baik tulang maupun otot tak dapat berfungsi dengan baik. Jadi, meskipun fraktur secara primer hanya mengenai tulang, namun juga mengakibatkan cedera pada otot, pembulu darah, dan saraf disekitar daerah fraktur.

Penanganan cedera sistem muskuloskeletal meliputi pemberian dukungan pada bagian yang cedera sampai penyembuhan selasai. Dukungan dapat diperoleh secara eksternal dengan pemberian balutan, plester, bidai, atau gips. Selain itu, dukungan dapat langsung dapat dipasang ke tulang dalam bentuk pin atau plat. Kadang, traksi harus diberikan untuk mengoreksi deformitas atau pemendekan.

Setelah efek cedera segera dan nyeri telah hilang, usaha penanganan difokuskan pada pencegahan fibrosis dan kekakuan pada struktur tulang dan sendi yang cedera. Latihan yang baik dapat melindungi terhadap terjadinya kecacatan tersebut, pada beberapa keadaan, dukungan yang diberikan memungkinkan aktivitas awal. Proses penyembuhan dan pengembalian fungsi dapat dipercepat dengan berbagai bentuk terapi fisik.Pengkajian keperawatan pasien disfungsi muskuloskeletal meliputi evaluasi dampak masalah muskuloskeletal tersebut terhadap pasien. Perawat terpusat pada pasien gangguan muskuloskeletal untuk menjaga kesehatan umumnya, menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-harinya (AKS), dan menangani medalitas pengobatannya homeostatis sistemik harus dipastikan, didorong masukan nutrisi yang optimal, dan masalah yang berhubungan dengan imobilitas harus dicegah. Melalui rencana perawatan individual, perawat membantu pasien mencapai kesehatan maksimal. (Brunner & Suddarth, 2002).

1.2.Tujuan.

1.2.1.Tujuan Umum.

Mahasiswa dapat menerapkan konsep dasar keperawatan gawat darurat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dewasa/anak yang mengalami berbagai perubahan anatomi maupun fisiologi dengan atau tanpa gangguan struktur pada berbagai ilmu terapan lain yang terikat dengan bimbingan mentor/preseptor.

1.2.2.Tujuan Khusus.

Setelah menyelasaikan praktikum/seminar ini mahasiswa mampu:

1. Memahami konsep dasar keperawatan gawat darurat.

2. Menjelaskan definisi fraktur.

3. Menjelaskan etiologi fraktur.

4. Menjelaskan klasifikasi fraktur.

5. Menjelaskan proses penyembuhan tulang.

6. Menjelaskan gejala klinik fraktur.

7. Menjelaskan komplikasi frakttur.

8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang pada fraktur.

9. Menjelaskan penatalaksanaan fraktur.

10. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada fraktur.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS FRAKTUR

2.1.Definisi.

2.1.1.Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luas fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya.

Brunner & Suddarth,( 2002)

2.1.2. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang. Fraktur diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf, dan pembuluh darah) juga mengalami kerusakan.

Carpenito, (1999)

2.1.3. Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang.

Dongoes, (2000)

2.2.Etiologi.

2.2.1.Trauma (80%) oleh kecelakaan.

2.2.2.Degenerasi.

2.2.3.Patologis.

2.3. Klasifikasi fraktur.

2.3.1.Berdasarkan pola fraktur.

2.3.1.1.Tertutup (simpel) adalah fraktur sederhana dengan kondisi kulit sekitar fraktur tetap utah, tulang tidak menusuk kulit.

2.3.1.2.Terbuka (cmpound) terjadi perlukaan didaerah fraktur sehingga terdapat kontak antara udara luar dan tulang, terdapat tiga kategori:

1. Grade I : tusukan dan kerusakan jaringan minimal.

2. Grade II : tusukan mengenai massa otot.

3. Grade III : luka lebih besar antara 6-8 cm dengan kerusakan pada pembulu darah, saraf, otot, dan kulit.

Komplit (complete) garis fraktur menyilang/memotong seluruh tulang sepanjang periosteum.

Sebagian (incomplete) meliputi hanya sebagian retakan pada sisi tulang.

Displaced. Fregmen tulang terpisah dengan kesegarisan tulang lain.

Communited. Lebih dari satu garis fraktur, fregmen tulang pecah, terpisah-pisah.

Impacted (telescopi) atau kompresi, yaitu sebagian fragmen tulang menusuk bagian fragmen yang lain.

Patologis, fraktur yang disebabkan kerusakan dalam tulang, misalnya: neoplasma, osteoporosis.

Greenstick, fraktur pada sebagian fragmen tulang dan sebagian lain tetap utuh.

2.3.2.Berdasarkan lokasi fraktur.

2.3.2.1.Colles fraktur, jarak bagian distal fraktur lebih kurang 1 cm dari permukaan sendi.

2.3.2.2.Articular fraktur, meliputi permukaan sendi.

2.3.2.3.Extracapsular fraktur, dekat sendi tetapi tidak masuk kedalam sendi.

2.3.2.4.Intracapsular fraktur, didalam capsul sendi.

2.3.2.5.Apiphyseal fraktur, terjadi pada pusat ossifikasi.

2.4.Proses penyembuhan tulang.

2.4.1.Formasi hematoma (48-72 jam)

Darah mengumpul sekitar tulang yang patah sehingga terbentuk hematoma. Terbentuk jaringan-jaringan fibrin yang akan menjadi tempat untuk fibroblas berkembang dan membentuk jaringan kapiler baru.

2.4.2.Proliferasi sel

Beberapa hari (5 hari) berfoliperasi dan refensiasi fibrokartilago, hyaline pada tempat fraktur kemudian menjadi osteogenesis.

2.4.3.Formasi procallus (6-10 hari)

Setelah cedera jaringan granulasi berubah menjadi formasi prokalus berbentuk kartilago dan matriks tulang. Tejadi penyembuhan ujung tulang dengan cepat tetapi belum kuat.

2.4.4.Ossifikasi (3-10 minggu)

Kalus berubah menjadi tulang, terjadi kalus yang permanent yang kaku karena menjadi defosit garam kalsium, pertama pada eksternal kalus (antara korteks dan periosteum.

2.4.5.Konsidolasi dan remodeling

Terbentuk tulang yang kuat akibat aktivitas osteoblast dan osteoklast. Pembentukan tulang sesuai dengan hukum wolffs: struktur tulang terbentuk sesuai dengan fungsinya yaitu adanya tekanan dan tarikan, waktu yang dibuthkan sampai 1 tahun.

2.5.Patoflow Etiologi:

Trauma, degeneratif, patologis

Fraktur

Jaringan lunakjaringan sarafjaringan kulittulang vetebrae

Rusak/terputusnyaterputusnyaterputusnyapembentukan

Kontinuitaskontinuitaskontinuitas kuliteritrosit terganggu

Pembuluh darahjaringan saraf

Invansi kumanHb menurun

Perdarahanstimulasi nyeri

(Histamin, serotinin, bradikinin)

Resti anemia

Volume darah

resti infeksi

berkurangcotek cerebral

inflamasi lokal

Resti syokSaraf motorikprogtasladinhistamin, serotinin

Hipovolemik

Nyerihipotalamushipotalamus

Defisit volume

cairanintoleransi

gangguan

aktivitas

thermoregulasi

gangguan mortalitas peningkatan penyerapan

gangguan eliminasi

& mordalitas ususH2O & Elektrolit

bowel: konstipasi

Di usus besar

Abnormalitas feces kerasPeristaltik usus

(