Fr. Verteb. Kiki
-
Upload
resky-maynora -
Category
Documents
-
view
108 -
download
3
Transcript of Fr. Verteb. Kiki
REFARATGAMBARAN RADIOLOGIS FRAKTUR VERTEBRAE
Pembimbing :dr. Josef Siregar , SpRad
Penyusun :Resky MaynoraNim : 0761050078
KEPANITRAAN RADIOLOGIPERIODE JUNI 2012 – 07 JULI 2012
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Tulang adalah suatu bentuk khusus jaringan ikat, ditandai dengan adanya sel
bercabang panjang-panjang dan berlekuk-lekuk/osteosit yang mengisi rongga-
rongga/lakuna dan celah yang kecil/kanalikulus di dalam matrix yang keras yang
terdiri dari serabut kolagen pada jaringan amorf yang mengandung gugusan fosfat
kalsium.
Tulang merupakan tempat penyimpanan kalsium dan fosfat, yaitu 99% dari
seluruh kalsium tubuh dan 90% dari seluruh fosfat tubuh.
Cidera tulang belakang tidak jarang terjadi sebagai akibat kecelakaan kerja,
seperti jatuh dari ketinggian, atau kecelakaan lalu lintas. Vertebra servikal merupakan
vertebra yang paling mudah terkena cidera. Insiden untuk vertebra torakalis lebih
rendah, karena selain pergerakannya lebih terbatas, bagian ini juga mendapat
tambahan penahan dari sangkar costa. Kebanyakan fraktur pada vertebra torakalis
merupakan fraktur kompresi. Daerah vertebra torakolumbal adalah titik tumpu antara
daerah vertebra torakalis yang tidak fleksibel dengan daerah lumbal yang lebih kuat.
Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi trauma, dimana 15% dari seluruh cidera
vertebra terjadi di sini.1
ANATOMI
Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai
penyangga tubuh. Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yang tersusun secara
segmental, yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang torakal, 5 ruas
tulang lumbal, 5 ruas tulang sakral yang telah menyatu, 4 ruas tulang ekor. Setiap ruas
tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain karena adanya dua sendi di
posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Pada pandangan dari samping,
tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah servikal, torakal, dan
lumbal. Keseluruhan vertebra maupun tiap-tiap tulang vertebra berikut diskus
intervertebralisnya bukanlah merupakan satu struktur yang mampu melenting,
melainkan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan gerakan
antarkorpus ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah
yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk
yang membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak
yang lebih besar dari torakal, tetapi makin ke bawah lingkup geraknya semakin kecil.
Setiap ruas tulang belakang terdiri dari korpus di depan dan arkus neuralis di
belakang yang padanya terdapat sepasang pedikel kanan dan kiri, sepasang lamina,
dua sendi, satu prosesus spinosus, serta dua prosesus tranversus. Beberapa ruas tulang
belakang mempunyai bentuk khusus, misalnya tulang servikal pertama yang disebut
atlas dan ruas servikal kedua yang disebut odontoid. Kanalis spinalis terbentuk antara
korpus di bagian depan dan arkus neuralis di bagian belakang. Kanalis spinalis ini di
daerah servikal berbentuk segitiga dan lebar, sedangkan di daerah torakal berbentuk
bulat dan kecil. Bagian lain yang menyokong kekompakan ruas tulang belakang
adalah komponen jaringan lunak, yaitu ligamentum longitudinale anterior,
ligamentum longitudinale posterior, ligamentum flavum, ligamentum interspinosus,
dan ligamentum supraspinosus.
Stabilitas tulang belakang disusun oleh dua komponen, yaitu komponen tulang
dan komponen jaringan lunak yang membentuk satu struktur dengan tiga tiang (pilar).
Yang pertama, yaitu satu tiang atau kolom di depan yang terdiri dari korpus serta
diskus intervertebralis. Yang kedua dan ketiga, yaitu kolom di belakang kanan dan
kiri yang terdiri atas rangkaian sendi intervertebralis lateralis. Secara keseluruhan
dapat diumpamakan sebagai suatu gedung bertingkat dengan tiga tiang utama, satu
kolom di depan dan dua kolom di samping belakang, dengan lantai yang terdiri atas
lamina kanan dan kiri, pedikel, prosesus tranversum, dan prosesus spinosus. Tulang
belakang dikatakan tidak stabil bila kolom vertikal terputus pada lebih dari dua
komponen.
Terdapat dua macam instabilitas, yaitu instabilitas permanen, yaitu bila
kerusakan melewati diskus atau jaringan lunak, misalnya dislokasi servikal, yang
mutlak memerlukan tindakan bedah untuk stabilisasi, dan instabilitas temporer, yaitu
bila kerusakannya melewati komponen tulang. Dalam hal yang kedua ini, pengobatan
bisa konservatif, misalnya dengan pemasangan gips Minerva atau gips seluruh badan.
BAB II
ISI
DEFINISI
Fraktur adalah keadaan terputusnya kontinuitas permukaan tulang karena daya
trauma yang langsung, yang melampaui batas kelenturan tulang tersebut dan
menyebabkan tulang tersebut menjadi dua fragmen atau lebih.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya fraktur vertebrae antara lain adalah :
Trauma
Stress / fatigue
Spontan / patologik
Fraktur karena trauma dapat terjadi akibat kecelakaan kerja, jatuh dari
ketinggian, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain.
Fraktur stress / fatigue merupakan fraktur yang di sebabkan oleh trauma ringan
yang terjadi berulang kali pada tempat yang sama.
Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah
mengalami proses patologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma
multipel, kista tulang, osteomielitis, osteoporosis, dan lain-lain, sehingga hanya
dengan trauma ringan saja dapat menyebabkan fraktur.
GAMBARAN KLINIS
Gejala klinis untuk orang dengan fraktur tulang belakang antara lain adalah:
Nyeri leher
Nyeri punggung
Kelemahan anggota gerak
Perubahan sensitivitas
DIAGNOSIS
Diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan ditegakkan dengan
pemeriksaan radiologis. Pada anamnesis ditanyakan keluhan fisik seperti nyeri pada
leher, nyeri pada punggung, kelemahan anggota gerak, dan perubahan sensitivitas.
Pada pemeriksaan fisik dilihat apakah ada tanda-tanda patah tulang belakang. Pada
pemeriksaan radiologi dilakukan dengan foto rontgen proyeksi AP dan lateral, dan
bila perlu, tomografi. Bila memungkinkan, dapat dilakukan CT Scan dan MRI.
GAMBARAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan radiologi pada trauma tulang belakang dilakukan berdasarkan
indikasi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada trauma tulang belakang
meliputi :
Pemeriksaan konvensional
Tomografi konvensional
CT Scan atau CT mielo
MRI
Pemeriksaan konvensional masih merupakan pemeriksaan utama dan pemeriksaan
pertama yang harus dilakukan. Pemeriksaan CT Scan dan MRI dilakukan untuk
melengkapi pemeriksaan konvensional untuk evaluasi yang lebih detail atau melihat
kelainan yang tidak dapat dilihat pada pemeriksaan konvensional, misalnya untuk
melihat fraktur dengan CT Scan atau untuk melihat kelainan pada medula spinalis
dengan MRI.
1. Tulang belakang servikal
Pemeriksaan radiologik bergantung pada keadaan pasien. Pada pasien dengan
trauma berat (tidak sadar, fraktur multipel, dan sebagainya) pemeriksaan harus
dilakukan dengan hati-hati dan semua foto harus dibuat dengan berbaring terlentang
dan manipulasi sesedikit mungkin. Foto yang terpenting adalah foto lateral dengan
pasien berbaring dan sinar horizontal.
Biasanya segmen bawah tulang leher (CVI-VII) tertutup oleh bahu. Untuk mengatasi
hal ini bahu direndahkan dengan cara menarik kedua lengan penderita ke bawah.
Proyeksi oblik dapat menambah informasi tentang keadaan pedikel, foramina
intervetebra, dan sendi apofiseal.
Bila keadaan pasien lebih baik, sebaiknya dibuat:
Foto AP, termasuk dengan mulut terbuka untuk melihat C1 dan C2
Foto lateral
Foto oblik kanan dan kiri
Klasifikasi trauma servikal
A. Klasifikasi berdasarkan mekanisme trauma
a. Hiperfleksi
b. Fleksi-rotasi
c. Hiperekstensi
d. Ekstensi-rotasi
e. Kompresi vertical
B. Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan
a. Stabil
b. Tidak stabil
Stabilitas dalam hal trauma tulang servikal dimaksudkan tetap utuhnya komponen
ligament-skeletal pada saat terjadinya trauma sehingga memungkinkan tidak
terjadinya pergeseran satu segmen tulang leher terhadap lainnya.
Trauma hiperfleksi
1. Subluksasi anterior
Terjadi robekan pada sebagian ligament di posterior tulang leher ligament
longitudinal anterior utuh. Termasuk lesi stabil. Tanda penting pada subluksasi
anterior adalah adanya angulasi ke posterior (kifosis) local pada tempat kerusakan
ligament. Tanda - tanda lainnya:
Jarak yang melebar antara prosesus spinosus
Subluksasi sendi apofiseal
2. Bilateral interfacetal dislocation
Terjadi robekan pada ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamen di
posterior tulang leher. Lesi tidak stabil. Tampak dislokasi anterior korpus vertebra.
Dislokasi total sendi apofiseal.
3. Flexion tear drop fracture dislocation
Tenaga fleksi murni ditambah komponen kompresi menyebabkan robekan
pada ligament longitudinal anterior dan kumpulan ligament posterior disertai fraktur
avulsi pada bagian antero-inferior korpus vertebra. Lesi tidak stabil. Tampak tulang
servikal dalam fleksi:
Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian antero-inferior korpus vertebra
Pembengkakan jaringan lunak pravertebral
4. Wedge fracture
Vertebra terjepit sehingga berbentuk baji. Ligament longitudinal anterior dan
kumpulan ligament posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.
5. Clay shoveler’s fracture
Fleksi tulang leher dimana terdapat kontraksi ligamen posterior tulang leher
mengakibatkan terjadinya fraktur oblik pada prosesus spinosus; biasanya pada CVI-
CVII atau Th1.
Trauma fleksi rotasi
Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun terjadi
kerusakan pada ligament posterior termasuk kapsul sendi apofiseal yang
bersangkutan.
Tampak dislokasi anterior korpus vertebra. Vertebra yang bersangkutan dan
vertebra proksimalnya dalam posisi oblik, sedangkan vertebra distalnya tetap dalam
posisi lateral.
Trauma hiperekstensi
1. Fraktur dislokasi hiperekstensi
Dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus artikularis, lamina, dan prosesus
spinosus. Fraktur avulse korpus vertebra bagian postero-inferior. Lesi tidak stabil
karena terdapat kerusakan pada elemen posterior tulang leher dan ligament yang
bersangkutan.
2. Hangman’s fracture
Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior CII terhadap CIII.
Trauma ekstensi-rotasi
Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi.
Fraktur kompresi vertical
Terjadinya fraktur ini akibat diteruskannya tenaga trauma melalui kepala,
kondilus oksipitalis, ke tulang leher.
1.Bursting fracture dari atlas (Jefferson’s fracture)
2.Bursting fracture vertebra servikal tengah dan bawah
2. Tulang belakang torakal dan lumbal
Pemeriksaan radiologik rutin untuk trauma tulang belakang torakal dan lumbal
adalah proyeksi AP dan lateral. Bila trauma berat, maka foto dibuat dengan pasien
tidur telentang dan foto lateral dibuat dengan sinar horizontal.
Fraktur vertebra torakal bagian atas dan tengah jarang terjadi, kecuali bila
trauma berat atau ada osteoporosis. Karena kanalis spinal di daerah ini sempit, maka
sering disertai kelainan neurologik. Mekanisme trauma biasanya bersifat kompresi
atau trauma langsung. Pada kompresi terjadi fraktur kompresi vertebra, sedangkan
pada trauma langsung dapat timbul elemen posterior vertebra, korpus vertebra, dan
iga di dekatnya. Pada fraktur kompresi tampak korpus vertebra berbentuk baji pada
foto lateral.
Pada foto AP, adanya pelebaran bayangan mediastinum di daerah yang
bersangkutan menunjukkan adanya hematom paravertebral. Pada daerah torakolumbal
dan lumbal, mekanisme trauma dapat bersifat fleksi, ekstensi, rotasi, atau kompresi
vertical. Trauma fleksi merupakan yang paling sering dan menimbulkan fraktur
kompresi.
Trauma rotasi paling sering terjadi pada vertebra torakolumbal (Tx-L1) dan
dapat
menimbulkan fraktur dislokasi disebabkan karena kerusakan pada elemen posterior
vertebra.
Pengendara mobil yang memakai sabuk pengaman dapat mengalami seat-belt
injury (Chance fracture) di daerah lumbal bila kendaraan yang melaju cepat
mendadak direm. Trauma vertebra terjadi karena fleksi tulang belakang dan
menyebabkan kerusakan pada elemen posterior vertebra.