Format Laporan Fishew

15
OSMOREGULASI Oleh : Nama : Egia Riska Fazrin NIM : B1J013048 Rombongan : III Kelompok :1 Asisten : Anisa Rahmawati LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

description

jurnal

Transcript of Format Laporan Fishew

OSMOREGULASI

Oleh :

Nama: Egia Riska FazrinNIM : B1J013048Rombongan: IIIKelompok: 1Asisten: Anisa RahmawatiLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN IIKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO2015I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion-ion yang terdapat di dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel permeabel (Nicol, 1967). Osmoregulasi terjadi pada hewan perairan karena adanya perbedaan tekanan osmosis antara larutan di dalam tubuh dan di luar tubuh (Lantu, 2010). Ikan yang dapat beradaptasi pada lingkungan berbeda sering disebut ikan eurihalin misalnya pada ikan sidat. Ikan eurihalin mampu berpindah dari perairan tawar ke perairan laut atau sebaliknya. Ikan stenohalin merupakan ikan yang mampu beraktivitas di lingkungan dengan salinitas sempit, misalnya ikan nilem (Susilo dan Sri, 2007).

Menurut Takei dan Hirose (2001) dalam responnya terhadap perubahan salinitas, pengaturan air dan ion paling sedikit terdapat dua fase yaitu1. Pengaturan segera, yaitu ikan mulai atau menghentikan minum dan meningkatkan atau menurunkan aktivitas transporter ion dan air yang telah ada pada epitel osmoregulasi yang berhadapan dengan perubahan salinitas lingkungan.2. Pengaturan jangka panjang melibatkan modifikasi organ-organ osmoregulasi seperti insang, intestin, dan ginjal. Level pada jaringan dan sel, bila ikan berpindah ke lingkungan laut, sel klorida tipe air tawar hilang, sedangkan sel klorida tipe air laut berdiferensiasi pada insang.

Regulasi ion dan air pada hewan akuatik dapat terjadi secara hipertonik (hiperosmotik), hipotonik (hipoosmotik) atau isotonik (isoosmotik). Bagi golongan ikan potradomous yang bersifat hiperosmotik, air bergerak ke dalam dan ion-ion keluar ke lingkungan perairan melalui cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya terjadi melalui cara dengan sedikit meminum air bahkan tidak minum air sama sekali. Apabila terdapat kelebihan air dalam tubuh, maka air ini dikeluarkan melalui urin. Bagi golongan ikan oseanodromous yang bersifat hipoosmotik terhadap lingkungannya, air mengalir secara osmosis dari dalam tubuhnya melalui ginjal, insang dan kulit ke lingkungannya, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya secara difusi. Bagi golongan ikan eurihalin, pengaturan ion dilakukan secara isoosmotik. Kebanyakan hewan akuatik laut baik invertebrata maupun vertebrata termasuk ke dalam golongan isoosmotik (Lantu, 2010).Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh pada kehidupan organisme akuatik. Salinitas media melalui perubahan osmolaritas media air akan menentukan tingkat kerja osmotik yang dialami dan akan mempengaruhi tingkat pembelanjaan energi. Efek lanjutnya akan menentukan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme akuatik tersebut. Osmolaritas media makin besar dengan peningkatan salinitas. hal tersebut disebabkan peningkatan konsentrasi ion-ion terlarut. Sifat osmotik dari media bergantung pada seluruh ion yang terlarut di dalam media tersebut. Dengan semakin besarnya jumlah ion terlarut di dalam media. tingkat kepekaan osmolaritas larutan akan semakin tinggi pula. sehingga akan menyebabkan makin bertambah besarnya tekanan osmotik media (Karim,2007).1.2 TujuanTujuan dari praktikum osmoregulasi adalah untuk mempelajari osmoregulasi pada hewan eurihalin (hewan yang mampu hidup dalam perairan dengan salinitas yang cukup luas) yaitu ikan nila (Oreochromis sp.) serta hewan stenohalin yaitu ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan kepiting.II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 MateriAlat yang digunakan dalam praktikum osmoregulasi yaitu akuarium, baskom, botol gelas, saringan, jam, spuit injeksi, mikrosentrifuge, tabung hematokrit dan osmometer.

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu benih ikan nila (Oreochromis sp.), ikan nilem (Osteochilus hasselti), kepiting, air laut 20 liter, air tawar 20 liter, EDTA, dan kertas label.2.2 Cara Kerjaa) Pengamatan Toleransi Salinitas

1. Larva ikan nila dan ikan nilem disiapkan masing-masing 10 ekor.

2. Larva ikan ke dimasukkan dalam aqua gelas dengan salinitas 0, 10, 20, 30 ppt untuk perlakuan direct transfer dan secara gradual transfer dengan cara bertahap dari salinitas terkecil sampai terbesar.

3. Masing-masing salinitas diamati selama 10, 20, 30, dan 40 menit untuk perlakuan direct transfer.

4. Jika larva ikan masih hidup dilanjutkan pengamatan sampai 24, 48, 72, 96 jam dan dilakukan juga pengamatan untuk gradual transfer .

5. Sintasan ikan dihitung.b) Pengukuran Kapasitas Osmoregulasi

1. Ikan nila dan kepiting disiapkan.

2. Darah ikan nila dan kepiting diambil menggunakan spuit injeksi yang sudah dibasahi EDTA dari bagian jantung atau vena caudalis atau pangkal ekor.

3. Darah ikan nila disentrifugasi di eppendorf dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan plasma darahnya.

4. Osmolalitas plasma dan mdium dari ikan nila dan kepiting diukur menggunakan osmometer.

5. Nilai kapasitas osmoregulasi dari ikan nila dan kepiting dihitung.III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Laju Digesti pada Ikan Lele (Clarias batrachus)Kelompok03060

X% BLxY% BLyZ% BLz

1

2

3

4

5

6

Grafik 3.1. Osmolalitas KepitingPerhitungan (kelompok 5) :

Berat: 0 menit (x) = BL xx 100% =

BLx3.2 PembahasanMenurut Nawangsari (1988), konsentrasi garam yang semakin tinggi akan menyebabkan air yang terdapat dalam tubuh ikan keluar, sehingga ikan akan mengalami dehidrasi dan dapat mengalami kematian. Hal ini seuai dengan percobaan yang dilakukan, ikan nilem hanya mampu hidup sampai salinitas 15 ppt dan ketika salinitas dinaikkan menjadi 25 ppt, ikan nilem mati. Ikan nilem tidak dapat lagi mengisotonikkan kondisi tubuhnya dengan lingkungan karena kadar garam yang terlalu tinggi. Derajat toleransi ikan stenohalin tergantung pada lamanya hewan tersebut berada di lingkungan itu. Ketahanan ikan air tawar selain dipengaruhi oleh faktor tersebut juga dipengaruhi oleh faktor suhu tubuh dan kondisi lingkungan (Harris, 1992).Osmoregulasi adalah sejumlah mekanisme yang terlibat untuk mengatur perbedaan konsentrasi antara intrasel dan ekstrasel (Kashiko, 2000). Peran osmoregulasi adalah mengeluarkan dan membuang hasil sampingan dari metabolisme yang dapat mengganggu kerja enzim dalam reaksi metabolik. Osmoregulasi juga mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh, mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh, serta mengatur kadar ion H atau pH cairan tubuh (Wulangi, 1993). Konsentrasi cairan tubuh hewan selalu berbeda dengan yang ada dilingkungannya, sehingga hewan harus berusaha menyeimbangkannya. Mekanismenya yaitu dengan menurunkan permeabilitas membran atau kulitnya, serta menurunkan gradien kosentrasi antara cairan tubuh dan lingkungannya. Meningkatnya penggunaan energi untuk osmoregulasi akan menurunkan porsi energi untuk pertumbuhan, dengan demikian omoregulasi memiliki hubungan berbanding terbalik dengan pertumbuhan dalam hal penggunaan energi. Pertumbuhan akan maksimal pada kondisi salinitas yang optimal (Wulangi, 1993).Berdasarkan kemampuan osmoregulasinya, hewan dikelompokkan menjadi (Affandi, 2002) :1. Osmoregulator adalah kelompok organisme yang mengatur osmolaritasnya sendiri, tidak tergantung dengan lingkungan sekitarnya, dibagi menjadi 2 kelompok hewan :

a) Euryhaline, yaitu organisme osmoregulator yang mampu beradaptasi dengan berbagai kadar garam (toleransinya besar), diantaranya ikan nila (Oreochromis sp.) dan ikan salmon.

b) Stenohaline, yaitu organisme osmoregulator yang toleransinya kecil terhadap perubahan kadar garam , diantaranya ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan lele (Clarias batrachus).

2. Osmokonformer, yaitu organisme yang mempunyai osmolaritas kurang lebih sama dengan lingkungan sekitarnya. Ikan yang hidup di air laut dan air tawar masing-masing memiliki cara adaptasi yang khusus. Ikan air laut tidak dapat bertahan hidup, jika dipindahkan ke air tawar, demikian pula sebaliknya. Tekanan osmosis sel-sel tubuh ikan air tawar lebih tinggi dibandingkan tekanan osmosis air dilingkungannya, karena kadar garam sel tubuh ikan air tawar lebih tinggi daripada kadar garam air lingkungannya. Menurut hukum osmosis, larutan akan berpindah dari yang bertekanan osmosis rendah (encer) ke larutan yang bertekanan osmosis tinggi (pekat). Berdasarkan hal tersebut, banyak air yang masuk ke tubuh ikan melalui selsel tubuh ikan. Cairan tubuhnya harus dijaga agar tetap seimbang, sehingga ikan tersebut beradaptasi dengan cara sedikit minum dan mengeluarkan banyak urine (Soewolo, 1997).

Ikan air laut yang hidup alam lingkungan dengan kadar garam yang lebih tinggi daripada dalam tubuhnya. Kadar garam antara air laut di suatu tempat dan tempat lain berbeda. Ikan air laut mempunyai cairan tubuh berkadar garam lebih rendah dibandingkan kadar garam di lingkungannya, sehingga cairan dalam tubuhnya akan keluar menuju lingkungan yang konsentrasi garamnya lebih tinggi. Ikan tersebut beradaptasi dengan cara minum air laut melalui difusi untuk menggantikan air yang hilang dan mengeluarkan urine sangat sedikit (pekat). Hal itu bertujuan untuk menjaga jumlah cairan yang berada di sel-sel tubuhnya. Kelebihan garam dibawa ke insang dimana terdapat sel-sel pensekresi garam yang mentransport keluar tubuh (Soewolo, 1997) . Menurut Widyanti (2009), habitat ikan nila adalah perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan rawa-rawa, akan tetapi karena toleransi ikan nila luas terhadap salinitas (euryhaline), dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang cocok untuk nila adalah 0-35 ppt, namun salinitas yang memungkinkan ikan nila tumbuh optimal adalah 0-30 ppt. Ikan nila masih bisa hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat. Kapasitas osmoregulasi menunjukkan kondisi ikan. Ikan berada dalam kondisi hiperosmotik apabila nilai dari kapasitas osmoregulasi mendekati dua. Nilai kapasitas osmoregulasi yang berkisar satu menunjukkan bahwa ikan nila berada dalam kondisi isoosmotik, dimana ikan dapat menyeimbangkan konsentrasi cairan tubuh dan lingkungannya dengan baik. Apabila nilai kapasitas osmoregulasi dibawah satu, maka ikan tersebut berada dalam kondisi hipoosmotik (Affandi, 2002).

IV. KESIMPULANBerdasarkan hasil dari praktikum dapat disimpulkan bahwa pengaturan ikan nila (Oreochromis sp.) yang termasuk dalam hewan eurihalin yaitu dengan banyak minum air sehingga urinnya pekat sedangkan pada ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan kepiting yang termasuk dalam hewan stenohalin pengaturannya yaitu dengan sedikit minum air sehingga urin yang dikeluarkan encer.DAFTAR REFERENSIAffandi R dan Tang U.M. 2002. Fisiologi Hewan Air. UNRI Press, Pekanbaru.

Harris, C.L. 1992. Concept of Zoology. Harper Collins Publishing Inc, USA.Karim, Muhammad Yusri . 2007. The Effect of Osmotic at Various Medium Salinity on Vitality of Female Mud Crab (Scylla olivacea). Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Jurnal Protein Vol.14.No.1.Th.2007. Kashiko.2000. Kamus Lengkap Biologi. Kashiko Press : Bandung.Lantu, Sartje. 2010. Osmoregulasi pada Hewan Akuatik. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. VI. 1:1-5.

Nawangsari. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.

Nicol, J. A. C. 1967. The Biology of Marine Animals. 2d ed. Wiley-Interscience, New York.

Soewolo. 1997. Fisiologi Hewan. UT, Jakarta.

Susilo, Untung dan Sri Sukmaningrum. 2007. Osmoregulasi Ikan Sidat Anguilla bicolor McClelland pada Media dengan Salinitas Berbeda. Jurnal Sains Akuatik 10(2) : 111-119.

Takei, Y. and S. Hirose. 2001. The Natriuretis Peptide System in Eel : A Key Endocrine System For Euryhalinity. Am. J. Physiol. Regulatory Integrative Comp Physiol. 282 : 940-951.Widyanti, Widy. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Oreochromis niloticus Yang Diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen pada Pakan Berbasis Daun Lamtorogung Leucaena leucocephala. [Skripsi]. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.Wulangi. S. Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbud, Bandung.

1 spasi

_1487784929.xlsChart1

778165

824253

1050370

724739

850165

OSMOLALITAS PLASMA

OSMOLALITAS MEDIUM

SALINITAS

OSMOLALITAS

OSMOLALITAS KEPITING

Sheet1

OSMOLALITAS PLASMAOSMOLALITAS MEDIUMSeries 3

0 PPT7781652

10 PPT8242532

20 PPT10503703

30 PPT7247395

0 PPT850165

To resize chart data range, drag lower right corner of range.