Fix Konsep Stres
-
Upload
chaocha-itu-oka -
Category
Documents
-
view
72 -
download
2
description
Transcript of Fix Konsep Stres
KONSEP STRES 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu tentunya pernah mengalami stress. Walaupun stress
terlihat sebagai suatu hal yang negatif, tapi sebenarnya stress juga bisa
menjadi hal yang positif. Hal ini bergantung dari jenis stressnya. Beberapa
orang mengalami stres yang berat yang mungkin menguras tenaga dan
membuat fisik seseorang tersebut lemah sehingga orang tersebut mudah jatuh
sakit. Apabila kondisi sudah sangat ekstrem maka mungkin seseorang terseut
bisa mengalami sakit jiwa. Tapi beberapa orang juga mampu menghadapi
stresor yang dihadapinya dan meningkatkan performanya. Dapat dilihat,
bahwa stress memiliki efek yang berbeda kepada setiap individu. Oleh karena
itu konsep stress penting untuk dipahami secara mendalam sehingga stress
yang terjadi tidak akan merugikan individu tersebut.
B. Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan definisi stress
b. Menjelaskan sumber stress
c. Menjelaskan jenis stress
d. Menjelaskan anatomi dan fisiologi respon tubuh terhadap stress
e. Menjelaskan indikator stress
C. Rumusan Masalah
a. Apa saja definisi stress?
b. Apa saja yang bisa menjadi sumber stress?
c. Apa saja jenis stress?
d. Bagaimana anatomi dan fisiologi respon tubuh terhadap stress?
e. Bagaimana indikator stress?
KONSEP STRES 2
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kajian pustaka yaitu metode dengan menggunakan literatur seperti buku.
Buku tersebut digunakan sebagai sumber ide untuk menggali sebuah
pemikiran maupun gagasan baru yang akan dituangkan dalam setiap bab pada
makalah. Selain buku penulis juga menggunakan referensi yang berasal dari
internet yang menyediakan website terpercaya sebagai sumber sebagai
sumber pengetahuan terbaru, sehingga dapat melengkapi dan membangun
kerangka teori baru yang dapat dikembangkan.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisannya, makalah ini dibagi ke dalam empat bab. Bab I
pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, rumusan masalah, metode
penulisan dan sistematika penulisan. Kemudian Bab II tinjauan pustaka yang
menjelaskan mengenai konsep stress.. Kemudian Bab IV penutup yang
meliputi kesimpulan dan saran.
KONSEP STRES 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Stress
1. Soeharto Heerdjan (1987) berpendapat stress adalah suatu keadaan yang
mendesak atau mencekam yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri
seseorang.
2. Maramis (1999) berpendapat stress adalah segala maasalah atau tuntutan
penyesuaian diri terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan,
ketegangan emosi dan lain – lain.
3. Vincent Cornelli berpendapat bahwa stress adalah gangguan pada tubuh
dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang
dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu.
4. Chapplin (1999) berpendapat stres juga adalah suatu keadaan
tertekan, baik secara fisik maupun psikologis
5. Lazarus & Folkman (1986) berpendapat stres adalah keadaan
internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau
kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan,
tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa stress adalah tekanan yang terjadi pada
diri individu karena adanya perubahan eksternal maupun internal yang
menjadi sebuah ancaman dan mengganggu ketenangan individu.
B. Sumber Stress
Sumber stress atau sesuatu yang dapat menyebabkan stress disebut
sebagai stresor. Berdasarkan penyebabnya, stresor dibagi menjadi 3 jenis yaitu
fisik, psikologis, dan sosial. Stressor fisik merupakan stresor eksternal, berasal
dari luar diri individu seperti kebisingan suara, polusi udara, zat kimia, dan
KONSEP STRES 4
lain – lain. Sedangkan stresor psikologis merupakan stres yang berasal dari
dalam diri individu, seperti frustasi, rasa bersalah dan kecemasan yang
berlebihan, rasa rendah diri, cemburu, dan lain – lain. Kemudian stresor sosial
merupakan jenis stres yang disebabkan karena adanya tekanan dari luar yang
disebabkan oleh interaksi individu dan lingkungannya, contohnya adalah
kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan
lain – lain.
C. Anatomi dan Fisiologi Stres
Sebuah persepsi awam sering menyamakan stres dengan sakit gila,
padahal keduanya itu berbeda. Normalnya, stres diperlukan oleh tubuh karena
dapat memberikan stimulus terhadap pertumbuhan dan perubahan. Dalam hal
tersebut, stres bersifat positif. Namun, stres juga dapat bersifat negatif jika
terlalu lama dan banyak. Biasanya hal tersebut berpengaruh pada penyakit
fisik dan ketidakmampuan koping. Jika sudah seperti itu, pola pikir seseorang
terhadap masalah, pola hubungan dengan orang lain, pandangan terhadap
hidup, bahkan status kesehatan dapat terganggu.
Stres muncul dan terlihat dari luar fisik manusia sebagai suatu
perubahan akibat adanya sebuah stimulus, yaitu stresor. “Stres adalah segala
situasi di mana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk
berespon atau melakukan tindakan.” (Selye, 1976 dalam Potter & Perry,
2005). Perubahan yang tampak dari luar tersebut mengindikasi adanya suatu
mekanisme yang berbeda pula dari dalam diri seseorang ketika terjadi stres.
Hal tersebut berkaitan dengan adaptasi fisiologis
yang selalu mempertahankan homeostatis tubuh.
Oleh sebab itu, akan dibahas lebih lanjut
mengenai anatomi dan fisiologi respon stres pada
manusia.
Mekanisme fisiologis akan memantau
organ tubuh dan mengontrol fungsi tubuh. Ketika
stres, sebagian besar mekanisme tersebut
dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin.
KONSEP STRES 5
Penyesuaian pada frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, suhu tubuh,
tekanan darah, sekresi hormon, keseimbangan cairan, maupun tingkat
kesadaran pun dilakukan. “Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan
dalam mengadaptasi stresor dikontrol oleh madula oblongata, formasi
retikular, dan kelenjar hipofisis.” (Potter&Perry, 2005:477).
1. Medula oblongata
Organ ini mengontrol fungsi vital tubuh, seperti frekuensi jantung,
frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
2. Formasi retikular
Formasi ini merupakan kelompok kecil neuron dalam batang otak
dan medula spinalis. Formasi retikular ini juga mengontrol fungsi vital dan
memantau status fisiologis tubuh dengan tersambung pada traktus sensorik
dan motorik.
KONSEP STRES 6
3. Kelenjar hipofisis
Kelenjar ini melekat pada hipotalamus. Hormon-hormon yang
mengontrol fungsi vital tubuh dan digunakan untuk beradaptasi terhadap
stres diproduksi di kelenjar ini.
Ketika stres terjadi, hipotalamus akan menerima rangsang stres dari
korteks serebral. Hipotalamus membuat medula adrenal simpatik merespon
stres dengan menskresi CRH (Corticotrophin Releasing Hormone). CRH
menstmulasi sel di hipofisis anterior untuk mensekresi ACTH
(Adrenocorticotropic Hormone). ACTH menstimulasi sekresi kortisol dari
korteks adrenal bersamaan dan sekresi ephinephrine dari medula adrenal.
Kortisol akan meningkatkan glukosa, asam amino, dan asam lemak dalam
darah untuk mengatasi stres. Sedangkan ephinephrine akan mengefektifkan
stimulasi saraf simpatis selama merespon stres.
Mekanisme respons stress secara lengkap sebagai berikut:
Stress fisik atau emosional mengaktivasi amygdala yang merupakan
bagian dari sistem limbik yang berhubungan dengan komponen emosional
dari otak. Respon emosional yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang
lebih tinggi di forebrain. Respon neurologis dari amygdala ditransmisikan
dan menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus. Hipotalamus akan
melepaskan hormon CRF (corticotropin- releasing factor) yang
menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH
(adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai gantinya
KONSEP STRES 7
menstimulasi kelenjar adrenal, suatu kelenjar kecil yang berada di atas
ginjal.
Kelenjar adrenal berisi dua daerah yang berbeda, bagian dalam atau
medulla yang mensekresi adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin
(norepinefrin) dan lapisan luar atau korteks yang mensekresi kortikosteroid
mineral (aldosteron) dan glukokortikoid (kortisol). Secara simultan,
hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem otonom untuk
merangsang respon yang segera terhadap stress. Sistem otonom sendiri
diperlukan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Sistem otonom terbagi dua
yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis bertanggung jawab
terhadap adanya stimulasi atau stress. Reaksi yang timbul berupa
peningkatan denyut jantung, napas yang cepat, penurunan aktivitas
gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis membuat tubuh kembali ke
keadaan istirahat melalui penurunan denyut jantung, perlambatan
pernapasan, meningkatkan aktivitas gastrointestinal. Perangsangan yang
berkelanjutan terhadap sistem simpatis menimbulkan respon stress yang
berulang-ulang dan menempatkan sistem otonom pada ketidakseimbangan.
Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat penting bagi kesehatan tubuh.
Dengan demikian tubuh dipersiapkan untuk melawan atau reaksi
menghindar melalui satu mekanisme rangkap: satu respon saraf, jangka
pendek, dan satu respon hormonal yang bersifat lebih lama.
Seseorang yang mengalami stres juga menampilkan perubahan pada
kondisi fisiknya, beberapa dapat dicontohkan sebagai berikut:
1. perubahan warna rambut menjadi kusam, kecoklatan, memutih sebelum
waktunya, bahkan kerontokan rambut;
2. ketajaman mata terganggu;
3. timbul suara berdenging (tinitis) pada telinga;
4. kemampuan berpikir, konsentrasi, dan mengingat menurun;
5. wajah tegang, dahi berkerut, mimik serius, sukar senyum, dan kulit muka
kedutan (tic facialis);
6. mulut kering dan susah menelan;
KONSEP STRES 8
7. kulit panas atau dingin, keringat berlebih, gatal-gatal, timbul jerawat
berlebihan;
8. sistem pernapasan terganggu (penyempitan saluran napas, otot-otot rongga
dada kurang elastis);
9. sistem kardiovaskular terganggu (jantung berdebar-debar, pembuluh darah
melebar atau menyempit, wajah merah atau pucat);
10. sistem pencernaan terganggu (lambung kembung, mual, dan perih);
11. sistem perkemihan terganggu (frekuensi air seni bertambah);
12. sistem otot dan tulang terganggu (otot sakit, pegal, dan tegang);
13. sistem endokrin terganggu (kadar gula tinggi, menstruasi tidak teratur dan
sakit); serta
14. libido menurun atau meningkat dari biasanya.
Biasanya, manusia terkena stres berkepanjangan akibat dari
tekanan pekerjaan, ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup,
ataupun masalah social. Akan tetapi, mekanisme adaptasi fisiologis ini
hanya dapat memberikan kontrol jangka pendek. Oleh karena itu, stres
yang berkepanjangan dapat menurunkan kapasitas adaptif yang
menyebabkan stres semakin memburuk. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya penyimpangan dan penurunan fungsi tubuh.
D. Jenis Stres
Dinamika kehidupan seringkali membuat manusia menjadi budah
goyah dalam berpikir dan bertindak. Seringkali manusia mempunyai mimpi
atau harapan yang tidak sesuai atau jauh sekali darikenyataan seolah-olah
terdapat jurang pemisah antara mimpi atau harapan tersebut dengankenyataan,
sehingga mimpi atau harapan tersebut tidak tercapai. Contohnya adalah mimpi
atau harapan menjadi pengusaha yang kaya raya dan terkenal, namun pada
kenyataannya adalah hanya sebagai Office Boy di sebuah perusahaan. Contoh
tersebut merupakan contoh yang menunjukkan suatu harapan yang tidak
sesuai atau didasari pada kenyataan. Ketika kenyataan tersebut tidak sesuai
dengan mimpi atau harapan, maka muncullah stress.
KONSEP STRES 9
Seyle dalam Green (2002) menyatakan jenis stress berdasarkan sifatnya
antara lain:
1. Eustress
Eustress merupakan stress yang positif, yang mana eustress ini
merupakan bentuk stress yang memberikan efek positif kepada seseorang,
yaitu biasanya memberikan tenaga kepada seseorang tanpa disadari, dan
orang-orang menggunakan stress ini untuk keberuntungan. Contohnya adalah
seorang anak kecil yang berlatih sepeda namun mengalami kegagalan terus
menerus. Tetapi, dia melihat teman-temannya hamper semua mahir
mengendarai sepeda, akhirnya karena melihat hal itu, dia terpacu untuk bisa
mengendarai sepeda. Pada contoh tersebut, sebenarnya anak kecil tersebut
mengalami stress yaitu karena kegagalannya dalam berlatih, namun ketika itu
muncullah motivasi yang memacunya untuk terus berusaha berlatih sampai
dia benar-benar mahir mengendarai sepeda seperti teman-temannya.
2. Distress
Distress merupakan kebalikan dari Eustress yaitu stress yang bersifat
negative. Inilah stress yang dimaksudkan oleh sebagian orang ketika mereka
menggunakan kata stress. Pada distress ini, lebih mengacu pada hal-hal yang
negative, menggunakan emosi-emosi negative seperti marah, kesal, dendam,
dan sebagainya daripada menggunakan akal sehat untuk berpikir. Seseorang
yang mengalami distress, cenderung mengasihani diri sendiri, mudah lelah
dan tidak dapat berpikir dengan jernih.
3. Hyperstress
Hyperstress merupakan kondisi dimana seseorang mengalami stress
yang berlebihan, dan stress ini sangat merugikan bagi seseorang yang tidak
bisa mengendalikan stress ini. Bila jumlah stressnya masih bisa dikendalikan,
maka orang yang mengalami stress ini dapat belajar untuk menghindari
distress, bahkan jika mampu maka dapat mengubahnya menjadi eustress.
KONSEP STRES 10
Akan tetapi, bila jumlahnya berada pada tingkat hyperstres, maka mengurangi
stress lebih penting daripada mengelola stress.
American Psichology Association menyatakan ada tiga jenis stress, yaitu:
1. Stress akut
Stress akut disebabkan oleh sesuatu yang mengecewakan atau membuat
khawatir pada masa lalu dan membuat tekanan atau kekhawatiran di masa
depan. Contohnya, peserta lomba akan lebih bersemangat saap melihat peserta
lain. Hal ini menyebabkan mereka mengalami stress akut yang akan memicu
produksi adrenalin dan mendorong untuk menghasilkan energy lebih banyak
demi hasil akhir yang terbaik. Namun, stress ini dalam jangka pendek dan
akan menyebabkan kelelahan. Gejala akibat stress akut meliputi distress emosi
(mudah marah, depresi dan kecemasan), rasa sakit dan nyeri pada otot
(ketegangan otot, sakit kepala, punggung dan rahang), masalah pada perut dan
usus seperti konstipasi, diare, perut kembung, irritable bowel syndrome, mual
dan mulas). Situasi stress saat ini dapat mengarah pada naiknya detak jantung,
migraine, telapak tangan berkeringat dan nyeri dada.
2. Stress Akut Episodik
Stress ini disebabkan karena kekhawatiran yang terjadi secara terus
menerus dan menilai segala sesuatu dengan negative. Akhirnya yang
mengalami stress ini akan merasa tegang, cemas tanpa alasan jelas. Gejalanya
berupa sakit kepala yang menetap, migraine, hipertensi, dan jantungan.
Terkadang banyak orang dalam kondisi ini merasa hubungan interpersonal,
pekerjaan mereka dan rumah menjadi hal yang sangat menegangkan.
Seseorang dengan kondisi ini cenderung bereaksi berlebihan, mudah marah,
emosi, mudah tersingggung, dan tegang. Orang yang mengalami kondisi
seperti ini beranggapan bahwa hal ini adalah normal. Hal ini akan menjadi
kebiasaan, kepribadian, dan gaya hidup mereka padahal seharusnya mereka
segera membuat perubahan positif pada dirinya.
KONSEP STRES 11
3. Stress Kronis
Jenis stress ini kaan meningkat sewaktu-waktu dan dapat menghasilkan
efek jangka panjang. Sebagian besar stress kronis disebabkan oleh trauma
yang mereka temukan sulit untuk dilupakan sehingga terus mengganggu
kehidupan sehari-hari. Penyebab lain yang memicu terjadinya stress ini karena
kemiskinan, disfungsional kehidupan keluarga, hubungan yang tidak bahagia
dan perasaan tertipu. Stress kronis berasal dari perasaan putus asa dan
menyerah atau trauma dimasa kecil yang mempengaruhi sisa hidupnya. Hal
paling buruk dan stress kronin ini adalah orang menjadi terbiasa dan berpikir
bahwa perilaku itu normal. Stress kronik ini dapat melemahkan mental dan
fisik serta membutuhkan komitmen ditambah dengan kerja keras serta waktu
untuk pulih kembali. Stress ini dapat diobatidengan bantuan aktif pemeriksaan
diri dan bantuan professional.
Menurut Heyle, Rosenmeh dan Chesney dalam Sunaryo (2002) meninjau
jenis stress berdasarkan tipe kepribadian individu yaitu, Tipe A (vulnerable)
dan Tipe B (immune).
1. Tipe A
Tipe A ini merupakan tipe yang rentan/vurnerable, coro-cirinya
a. Cita-cita tinggi (ambisius)
b. Suka menyerang, bersaing
tapi tidak sehat
c. Banyak jabatan rangkap
d. Cakap memimpin dalam
berorganisasi
e. Mudah empati tetapi
mudah musuhan
f. Suka bekerja sendiri ketika
ada tantangan
g. Emosional
h. Terlalu percaya diri
i. Mudah tersinggung
j. Kurang ramah
KONSEP STRES 12
k. Sulit dipengaruhi
l. Berusaha kear
m. Self control kuat
n. Terlalu waspada
o. Disiplin waktu ketat
p. Kurang rileks
q. Tidak mudah bergaul
r. Sifatnya kaku
2. Tipe B
Tipe B ini merupakan tipe yang kebal/immune, cirri kepribadiannya:
a. Cita-cita yang wajar, berkompetisi secara sehat, tidak memaksakan diri,
emosi terkendali
b. Self confident wajar
c.Cara bicara tenang
d. Ada keseimbangan waktu dan istirahat
e.Tidak merasa paling benar
f. Bertindak tenang pada waktu yang tepat
g. Mudah bekerjasama dan bergaul
h. Sikap memimpin akomodatif dan manusiawi
i. Melepaskan masalah pekerjaan saat libur
j. Mampu bertahan
k. Mampu mengendalikan diri
E. Indikator Stres
Selain jenis-jenis stress, terdapat pula indicator stress yang dapat
diperhatikan ketika mengkaji seseorang yang sedang mengalami stress atau
stress yang berkepanjangan. Adapun beberapa indicator stress yang dimaksud
ialah sebagai berikut (Potter dan Perry, 2005).
KONSEP STRES 13
1. Indikator Fisologis
Indikator ini timbul dari berbagai system, tiap individu memiliki
indicator fisiologis berbeda-beda. Selama tahap, misalnya terdapat keluhan
fisik seperti mual, muntah, diare, sakit kepala, penampilan fisik berubah,
postur tubuh menjadi tidak tegap, gaya berpakaian dan berdandan berubah.
Hal ini menunjukkan hubungan antara stress berkepanjangan dengan penyakit
kardiovaskuler dan gastrointentinal. Beberapa kasus kanker, gangguan
imunologis juga sakit kepala (migraine), kepenatan dan mudah tersinggung
berkaitan dengan stressor berkepanjangan dan tidak terselesaikan.
2. Indikator Perkembangan
Stress berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Dalam bentuk yang ekstrim, stress yang
berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
a. Bayi atau Anak Kecil
1) Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, maka
kehidupan mereka mampu mengembangkan harga diri, rendah hati,
mengembangkan rasa percaya, beradaptasi dengan lingkungan dan
akhirnya belajar respon koping adaptif yang sehat.
2) Jika orang tua atau lingkungan menghambat anak untuk
mengembangkan rasa otonom. Anak dapat mengalami stress yang
ditandai dengan ketergantungan terhadap orang lain dan inaktif pasif
perilakunya.
b. Anak-Anak Usia Sekolah
Mereka menyadari akumulasi dari pengetahuan dan penugasan
keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan dan harga diri
melalui hubungan. Pada tahap ini, adanya stress ditunjukkan dengan
ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk berteman.
KONSEP STRES 14
c. Remaja
Biasanya berusaha mengembangkan rasa identitas yang kuat dan
penerimaan dikalangan teman sebaya. Tahap ini memiliki banyak stressor,
seperti konflik dorongan seksual, dan standar perilaku yang diharapkan.
Konflik yang berkepanjangan ini dikarenakan sebagai ketidaktegasan,
kebingungan, pemberontakan, depresi atau ansietas.
d. Dewasa Muda
Tahap ini mengharuskan mereka menyiapkan diri untuk karir, harus
hidup mandiri, memulai hidup untuk berkeluarga. Stressor yang berkembang
antara soal tanggungjawab pekerjaan dan keluarga. Stressor mencakup
konflik antara harapan dan realitas.
e. Usia Setengah Baya
Mampu membangun keluarga, menciptakan karir yang stabil,
merawat orang tua mereka, dapat mengontrol keinginanm stressor yang
dialami, mereka sering mengeluh karena adanya keletihan tubuh, penyakit
ringan (influenza), depresi, ketidakpuasan interaksi keluarga.
f. Usia Lanjut
Mereka harus berusaha beradaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan/teman hidup.
Usia dewasa tua, harus menyesuaikan diri terhadap perubahan penampilan
fisik dengan fungsi fisiologis. Hal ini tentu akan meneganggkan dapat
memperburuk kesehatan yang ada, ditambah lagi dengan masalah emosional
ketika dipindahkan ke panti jompo.
3. Indikator Perilaku Emosional
Kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks diantara
banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan dilakukan
dengan memeriksa gaya hidup, stressor klien, pengalaman terdahulu dengan
stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran dan
KONSEP STRES 15
konsep diri. Indikatornya dapat dilihat dari rasa control terhadap peristiwa
kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari
tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan.
4. Indikator Intelektual
Indikator yang diamati melalui kemampuan kognitif/pengetahuan
dan keterampilan. Penilaian kognitif individu terhadap situasi juga
memungkinkan menjadi tidak akurat. Stress dapat menghambat komunikasi
antara klien dengan orang lain, sehingga terjadi peningkatan ketergantungan
dengan orang lain.
5. Indikator Sosial
Stressor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang
mempengaruhi klien dan keluarga secara keseluruhan, misalnya suku
Afrika-Amerika lebih memilih untuk mendapat dukungan social dari
anggota keluarga dibandingkan dengan bantuan professional.
6. Indikator Spiritual
Stress yang dapat menimbulkan kemarahan pada Tuhan atau
individu menganggap bahwa stressor yang muncul adalah bagian dari
hukuman. Stressor seperti penyakit akut atau kematian orang-orang
tersayang dapat mengganggu makna hidup seseorang dan menyebabkan
depresi. Hal yang terpenting dalam ndikator ini adalah terjadi perubahan
antara nilai dan keyakinan.
F. Respon Stres
Individu secara keseluruhan terlibat dalam merespons dan mengadaptasi
stress. Namun demikian, sebagian besar dari riset tentang stress berfokus pada
respons psikologis atau emosional dan fisiologis, meski dimensi ini saling
tumpang tindih dan berinteraksi dengan dimensi lain.
KONSEP STRES 16
1. Respon Fisiologis
Riset klasik yang dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah
mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stress yaitu local adaptation
syndrome (LAS) dan general adaptation syndrome (GAS) (Potter & Perry,
2005). LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh lainnya
terhadap stres karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya.
Sedangkan GAS adalah respon pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap
stres. Berikut penjelasan lebih mendetail mengenai LAS dan GAS.
a. LAS
LAS memiliki karakter yaitu hanya terjadi setempat,
adaptif/diperlukan stresor untuk menstimulasi, berjangka pendek, serta
restoratif/membantu memulihkan homeostatis region.
Dua respons setempat, yaitu respons refleks nyeri dan respons
inflamasi merupakan bagian dari LAS.
Respons Refleks Nyeri adalah respon setempat dari sistem
saraf pusat nyeri (Potter & Perry, 2005). Respon ini bersifat adaptif
dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respon ini
melibatkan reseptor sensoris, saraf sensoris yang menjalar ke medulla
spinalis, neuron penghubung dalam medulla spinalis, saraf motorik
yang menjalar dari medulla spinalis, serta otot efektor. Contoh respon
refleks nyeri yaitu refleks tangan dari permukaan panas dan keram
otot.
Respons Inflamasi. Respons inflamasi distimulasi oleh trauma
dan infeksi dimana respon ini menghambat penyebaran inflamasi dan
meningkatkan penyembuhan dengan tanda-tanda kalor, tumor, rubor,
dan dolor. Respon inflamasi terjadi dalam tiga fase yaitu perubahan
dalam sel dan sistem sirkulasi. Pada awalnya, penyempitan pembuluh
darah terjadi pada tempat cedera untuk mengendalikan perdarahan.
Hampir secara bersamaan dilepaskan kinin untuk meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga memungkinkan masuknya protein,
cairan, dan leukosit ke tempat yang mengalami cedera. Pada titik ini
KONSEP STRES 17
aliran darah setempat menurun, menjaga leukosit di tempat cedera
untuk melawan infeksi.
Fase kedua ditandai oleh pelepasan eksudat dari luka. Eksudat
adalah kombinasi cairan, sel-sel, dan bahan lainnya yang dihasilkan di
tempat cedera. Eksudat biasanya dilepaskan di tempat cedera, yang
mungkin luka terpotong, lecet, atau insisi bedah. Fase terakhir adalah
perbaikan jaringan oleh regenerasi dan pembentukan jaringan parut.
Regenerasi menggantikan sel-sel yang rusak dengan sel-sel identis atau
sel-sel serupa. Selama adaptasi, respon inflamasi melindungi tubuh
dari infeksi dan meningkatkan penyembuhan.
b. GAS
GAS melibatkan sistem tubuh seperti sistem saraf otonom dan
sistem endokrin. GAS dikenal sebagai respon neuroendokrin. GAS
terdiri dari tiga tahap yaitu:
1) Reaksi alarm/reaksi peringatan
Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari
tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor. Secara fisiologi,
respon stres adalah pola reaksi saraf dan hormon yang bersifat
menyeluruh dan tidak spesifik terhadap setiap situasi apapun yang
mengancam homeostatis (Sherwood, 2001).
Terjadi peningkatan hormonal yang luas dalam reaksi ini sehingga
cenderung pada respon melawan dan menghindar, seperti curah
jantung, ambilan oksigen, dan frekuensi pernapasan meningkat,
pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan bidang visual yang lebih
besar, dan frekuensi jantung meningkat untuk menghasilkan energi
lebih banyak. Namun, jika stresor terus menetap setelah reaksi
alarm makan individu tersebut akan masuk pada tahap resisten.
2) Tahap resisten
Dalam tahap ini tubuh kembali stabil, kadar hormon, frekuensi
jantung, tekanan darah, dan curah jantung kembali ke tingkat
normal. Individu terus berupaya untuk menghadapi stresor dan
KONSEP STRES 18
memperbaiki kerusakan. Akan tetapi jika stresor terus menetap
seperti pada kehilangan darah terus menerus, penyakit
melumpuhkan, penyakit mental parah jangka panjang, dan
ketidakberhasilan mengadaptasi maka individu masuk ke tahap
kehabisan energi.
3) Tahap kehabisan tenaga
Tahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi
melawan stres dan ketika energi yang diperlukan untuk
mepertahankan adaptasi sudah habis (Potter & Perry, 2005). Jika
tubuh tidak mampu untuk mempertahankan dirinya terhadap
dampak stresor, regulasi fisiologis menghilang, dan stres tahap
berlanjut, maka akan terjadi kematian.
Tabel. Perubahan Hormon Utama selama Respon Stres (Sherwood, 2001)
Hormon Perubahan Tujuan
Epinefrin Naik - Memperkuat sistem
saraf simpatis untuk
mempersiapkan
tubuh “fught in
flight”
- Memobilisasi
simpanan karbohidrat
dan lemak;
meningkatkan kadar
glukosa dan asam
lemak darah
CRH-ACTH-kortisol Naik Memobilisasi simpanan
energi dan bahan
pembangun metabolik
untuk digunakan jika
diperlukan; meningkatkan
KONSEP STRES 19
glukosa, asam amino
darah, dan asam lemak
darah ACTH;
mempermudah proses
belajar dan perilaku
Glukogen Naik Bekerja bersama untuk
meningkatkan gkukosa
darah dan asam lemak
darah
Insulin Turun
Renin angiotensin
aldosteron
Naik Menahan Garam dan H2O
untuk meningkatkan
volume plasma; membantu
mempertahankan tekanan
darah jika terjadi
pengeluaran akut plasma
Vasopresin Naik Vasopresin dan
angostensin II
menyebabkan
vasokontriksi arteriol
untuk meningkatkan
tekanan darah; Vasopresin
membantu proses belajar
2. Respon Psikologis
Gangguan atau ancaman, baik yang actual atau yang dicerap,
menimbulkan frustasi, ansietas, dan ketegangan (Kline-Leidy, 1990).
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang
untuk menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaan
stress dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan
dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan
berhasil.
KONSEP STRES 20
Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau desdruktif.
Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk
menyelesaikan konflik. Bahkan ansieta dapat konstruktif; misalnya,
ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat ancaman sehingga seseorang
dapat melakukan tindakan untuk mengurangi keparahannya.
Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan
pemecahan masalah, kepribadian, dan situasi yang sangat berat,
kemampuan untuk berfungsi. Ansietas dapat juga bersifat desdruktif
(misalnya jika seseorang tidak mampu bertindak melepaskan diri dari
stressor). Sama halnya, penyalahgunaan alcohol atau obat-obatan dapat
dipandang sebagai perilaku adaptif; dalam kenyataanya, hal ini malah
meningkatkan stress dan bukan menurunkan stress.
KONSEP STRES 21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stres adalah segala situasi dengan tuntutan non specific yang
mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Stresor adalah
stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stresor menunjukkan suatu
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa kebutuhan fisiologis,
psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan dan kebutuhan kultural. Stresor
secara umum dapat diklasifikasikan sebagai internal atau eksternal. Stresor
internal berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan stresor eksternal berasal dari
luar diri seseorang. Setiap makhluk hidup pernah mengalami stres dalam
hidupnya. Stimulus yang diberikan oleh stres ikut berperan dalam perubahan dan
pertumbuhan individu. Manusia merupakan makhluk yang selalu berespon dan
beradaptasi terhadap stres. Respon stres bersifat adaptif dan protektif. Respon
stres yang melibatkan respon anatomi dan fisiologis perlu dipelajari lebih
mendalam karena pada saat memberikan asuhan keperawatan seorang perawat
tidak hanya memandang stres sebagai bagian dari respon psikologis, sosial, dan
spiritual namun juga respon biologis, yaitu mencakup respon anatomi dan
fisiologis.
B. Saran
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berperan dalam
meningkatkan kualitas status kesehatan klien dengan memperhatikan aspek
biopsikososial klien. Penting bagi perawat untuk mengetahui stresor yang menjadi
pencetus perubahan bagi klien. Selain itu perawat harus memperhatikan respon
stres yang ditunjukkan oleh klien yang melibatkan respon anatomi dan fisiologis,
dan membantu klien untuk mengatasi stresor tersebut.
KONSEP STRES 22
REFERENSI
Crisp, Jackie. (2001). Potter and Perry’s Fundamental of Nursing. Sydney:
Mosby Harcourt Health Science Company
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2007). Basic Nursing Essentials for Practice 6th ed.
St louis, Missouri: Mosby Elsevier
Sunaryo ( 2002). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Montague, S.E., Watson, R., and Herbert, R.A. (2005). Physiology for Nursing
Practice, 3rd edition. Philadelphia: Elsevier.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts,
Process, and Practice, 4th edition, diterjemahkan oleh Yamin Asih. Jakarta:
EGC.
Rhoades, R.A., and Tanner, G,A. (1995). Human Physiology. United States of
America: Little, Brown, and Company.
Seeley, R.R., Stephens, T.D., and Tate, P. (2002). Essentials of Anatomy and
Physiology, 4th edition. New York: McGraw-Hill Higher Education.
Sherwood, L. (2001). Human Physiology: from Cell to Systems, 2nd edition,
diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.
Shier, D., Butler, J., and Lewis, R. (2000). Hole’s Essentials of Human Anatomy
and Physiology, 7th edition. New York: McGraw-Hill Higher Education.
Utama, H., dkk. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.