LP Konsep Diri Fix

download LP Konsep Diri Fix

of 35

description

hvzkbckjasd

Transcript of LP Konsep Diri Fix

LAPORAN PENDAHULUANPADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

A. Konsep Dasar Konsep Diri1. PengertianKonsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya, masalahnya serta lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah mahluk bio-psiko-sosio-spiritual yang uth dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain. Menurut para ahli, definisi dari konsep diri, yaitu :

1. Stuart & Sundeen,1998 Konsep diri merupakan suatu pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain.

2. Sunaryo, 2004 Konsep diri merupakan Cara individu melihat pribadinya secara utuh,menyangkut aspek fisik,emosi, intelektual,sosial dan spritual, termasuk didalamnya persepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksinya dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tertentu, serta tujuan, harapan, dan keinginan individu itu sendiri. (Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin,2008)

Konsep diri juga merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui oleh individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri diluspengaruhi oleh pengalaman interpersonal dal kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu terhadap stimulus atau stesor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra tubuh, idea diri, harga diri, identitas dan peran.

2. Komponen Konsep DiriTerdapat empat komponen konsep diri, yaitu : 1) Gambaran Citra Diri

Gambaran atau citra diri (body image) mencangkup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas,femininitas dan maskualinitas, keremajaan, kesehatan dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan struktur atau penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri memeliki akar psikolog yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia. Citra diri mempengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri lainnya. Selain citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat memengaruhi sikap seseorang, misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan sebagainya

2) Harga Diri

Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.

3) Peran

Peran adalah serangkaian perilau yang diharapkan oleh msyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat, misalnya sebagai orang tua, atasan, teman dekat dan sebagainya. Setiap peran berhubungan dengan pemenuhan harapan-harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat dipenuhi, rasa percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi harapann atas peran dapat menyebabkan penurunan harga diri atau terganggunya konsep diri seseorang.

4) Identitas Diri

Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sendiri suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencangkup konsistensi seorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan dan keunikan dibandingkan dengan orang lain. Identitas sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar seorang dari orang lain mengenai dirinya. Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan yang intim karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubungannya dengan orang lain. Seksualitas merupakan bagian dari identitas. Identitas seksual merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan mencangkup orlentasi seksual. (A.Aziz Alimul, 2009)3. Jenis Konsep DiriMenurut Calhoum dan Acocella (1990), dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.1) Konsep Diri Positif

Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervarisi. Individu yang memiliki konsep diri positif yang dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yanbg sesuai dengan relatif, yaitu dengan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.

2) Konsep Diri Negatif

Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:

a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya.

b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisaterjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.4. Perkembangan Konsep DiriKonsep diri belum ada sejak bayi dilahirkan, tetapi berkembang secara bertahap, saat bayi dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mempunyai nama sendiri, pakaian sendiri. Anak mulai dapat mempelajari dirinya, yang mana kaki, tangan, mata dan sebagainya serta kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh-kembang anak. Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan maupun tidak mampu, perasaan di terimah atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasikan dan meniru perilaku orang lain yang diinginkan serta merupakan pendorong yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau penghargaan yang pantas. Dengan demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan perkembangan kepribadiaan seseorang. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar bekalang penerimaannya sukses, konsep diri yang positif bersal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang meladaptif. Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stresor, dengan adanya stresor akan menyebabkan ketidakkeseimbangan dalam diri sendiri. Dalam menguasai ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat mambangun ataupun kopik yang bersifat merusak. (Suliswati,dkk,2005)

Konsep diri mencangkup konsep, keyakinan, dan pendirian yang ada dalam pengetahuan seseorang tentangdirinya sendiri dan yang memengaruhi hubungan individu tersebut dengan orang lain. Konsep diri tidak ada sejak lahir tapi berkembang perlahan-lahan sebagai hasil pengalaman unik dengan diri sendiri, dengan orang yang berarti dan dengan sesuatu yang nyata dilingkungan. Bagaimanapun konsep diri bisa atau tidak bisa merefleksikan realita. Pada masa bayi, konsep diri terutama adalah kesadaran tentang eksistensi mandiri seseorang yang dipelajari dimasa lalu sebagai hasil dari kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. Proses ini menjadi lebih aktif selama masa toldler ketika anak telah menggali batasan kemampuan mereka dan dampaknya kepada orang lain. Anak usia sekolah lebih menyadari perbedaan diantara orang, lebih sensitif dengan tekanan sosial, dan menjadi lebih sibuk memikirkan masalah kritikan-diri dan evaluasi-diri. Selama masalah remaja awal, anak lebih berfokus pada perubah fisik dan emosi yang terjadi dan pada penerimaan teman sebaya. Konsep diri diperjalas selama masa remaja akhir ketika anak muda mengatur konsep diri mereka disekitar nilai, tujuan, dan kompetensi yang didapat selama anak kanak-kanak. (Donna L. Wong, dkk 2009).

Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi kedalam beberapa tahap, yaitu : 1-1 tahun Menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain.

Membedakan dirinya dari lingkungan

3-3 tahun

Mulai mengatakan apa yang dia sukai dan yang tidak disukai

Meningkatkan kemandirian dalam berfikir dan bertindak

Menghargai penampilan dan fungsi tubuh

Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru, dan bersosialisasi.

3-6 tahun

Memiliki inisiatif

Mngenali jenis kelamin

Meningkatkan kesadaran diri

Meningkatkatnya keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan perasaan seperti senang, kecewa dan sebagainya.

Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga

12-20 tahun

Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga tidak lagi dominan

Meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru

Menguatnya identitas nasional

Menyadari kekuatan dan kelemahan

20-40 tahun

Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain Memiliki perasaan yang stabil positif mengenai diri Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung jawab. 40-60 tahun

Dapat menerima perubahan penampilan dan kesehatan fisik

Mengevaluasi ulang tujuan hidup

Merasa nyaman dengan proses penuaanDi atas 60 tahun

Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan

Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya. (A.Aziz Alimul, 2009)

5. Faktor yang Mempengaruhi Konsep DiriKonsep diri individu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor utama adalah perkembangan, keluarga dan budaya, stresor, sumber, riwayat keberhasilan dan kegagalan, serta penyakit.1) PerkembanganSaat individu berkembang, faktor yang mempengaruhi konsep diri berubah. Sebagai contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh kasih sayang, sementara anak-anak membutuhkan kebebasan untuk menggali dan belajar.2) Keluarga dan budayaNilai yang dianut anak kecil sangat dipengaruhi oleh kelarga dan budaya. Selanjutnya, teman sebaya memengaruhi anak dan dengan demikian memengaruhi rasa dirinya. Ketika anak berkonfrontasi dengan membedakan harapan dari keluarga, budaya, dan teman sebaya, rasa diri anak sering kali membingungkan. Sebagai contoh, anak mungkin menyadari bahwa orang tuanya mengharapkan ia tidak minum alkohol dan mengharapkan ia menghadiri layanan agama setiap Sabtu malam. Pada saat bersamaan, teman sebayanya meminum bir dan mendorongnya untuk menghabiskan malam Sabtunya dengan mereka.

3) StresorStresor dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil menghadapi masalah. Di pihak lain, stresor yang berlebihan dapat menyebabkan respon maladaptif termasuk penyalahgunaan zat, menarik diri, dan ansietas. Kemampuan individu untuk menangani stresor sangat bergantung pada sumber daya personal. 4) Sumber DayaIndividu memiliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh sumber daya internal adalah rasa percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan dukungan, pendanaan yang memadai, dan organisasi. Secara umum, semakin besar jumlah sumber daya yang dimiliki dan digunakan individu, pengaruhnya pada konsep diri semakin positif.

5) Riwayat keberhasilan dan kegagalanIndividu yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri mereka sebagai orang yang gagal, sementara individu yang memiliki riwayat keberhasilan memiliki konsep diri yang lebih positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih banyak keberhasilan6) Penyakit Penyakit dan trauma juga dapat memengaruhi konsep diri. Seorang wanita yang telah menjalani mastektomi mungkin memandang diri mereka tidak lagi menarik. Selain itu, kehilangan akibat mastektomi dapat memengaruhi cara ia bertindak dan menilai dirinya sendiri. Individu berespons terhadap stresor, seperti penyakit dan gangguan fungsi akibat penuaan dalam berbagai cara : menerima, menyangkal, menarik diri, dan depresi adalah reaksi yang umum.

B. Tanda dan Gejala1. Keputusasaan

Batasan Karakteristik

Menutup mata

Penurunan afek

Penurunan selera makan

Penurunan respon terhadap stimulus

Penurunan verbalisasi

Kurang inisiatif

Kurang keterlibatan dalam asuhan

Pasif

Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang mengajak bicara

Gangguan pola tidur

Meninggalkan orang yang mengajak bicara

Isyarat verbal (misalnya : isi putus asa, saya tidak dapat, mengehla napas)

2. Gangguan Citra Tubuh

Batasan Karakteristik: Perilaku mengenali tubuh individu

Perilaku menghindari tubuh individu

Perilaku memantau tubuh individu

Respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh (mis: penampilan, struktur, fungsi)

Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis: penampilan, struktur, fungsi)

Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu (mis: perubahan, struktur, fungsi)

Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu dalam penampilanObjektif

Perubahan actual pada fungsi

Perubahan actual pada struktur

Perilaku mengenali tubuh individu

Perilaku memantau tubuh individu

Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan special tubuh terhadap lingkungan

Perubahan dalam keterlibatan social

Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek lingkungan

Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh

Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh

Kehilangan bagian tubuh

Tidak melihat bagian tubuh

Tidak menyentuh bagian tubuh

Trauma pada bagian yang tidak berfungsi

Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh

Subjektif

Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral

Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral

Penekanan pada kekuatan yang tersisa

Ketakutan terhadap reaksi orang lain

Fokus pada penampilan masa lalu

Perasaan negative tentang sesuatu

Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya

Fokus pada perubahan

Fokus pada kehilangan

Menolak memverifikasi perubahan actual

Mengungkapkan perubahan gaya hidup

3. Gangguan Identitas Personal

Batasan Karakteristik Sifat personal kontradiktif

Deskripsi waham tentang diri sendiri

Gangguan citra tubuh

Kebingungan gender

Ketidakefektifan koping

Gangguan hubungan

Ketidakefektifan performa peran

Merasa koping

Merasa aneh

Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri

Ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan eksternal

Ketidakpastian tentang nilai budaya (misalnya : mempertanyakan kepercayaan, agama, dan moral)

Ketidakpastian tentang tujuan

Ketidakpastian tentang nilai ideologis (misalnya : mepertanyakan kepercayaan, agama, dan moral)

4. Harga Diri Rendah KronikBatasan Karakteristik : Bergantung pada pendapat orang lain

Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa

Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri

Secara berlebihan mencari penguatan

Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup

Enggan mencoba situasi baru

Enggan mencoba hal baru

Perilaku bimbang

Kontak mata kurang

Perilaku tidak asertif

Sering kali mencari penegasan

Pasif

Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri

Ekspresi rasa bersalah

Ekspresi rasa malu5. Harga Diri Rendah SituasionalBatasan Karakteristik :

Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa

Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi

Perilaku bimbang

Perilaku tidak asertif

Secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini terhadap harga diri

Ekspresi ketidakberdayaan

Ekspresi ketifakbergunaan

Verbalisasi meniadakan diri

6. Kesiapan Meningkatkan Konsep DiriBatasan Karakterisitik Menerima keterbatasan

Menerima kekuatan

Tindakan selaras dengan ekspresi verbal

Mengekspresikan kepercayaan diri dalam kemampuan

Mengekspresikan kepuasan dengan citra tubuh

Mengekspresikan kepuasan dengan identitas pribadi

Mengekspresikan kepuasan dengan performa peran

Mengekspresikan kepuasan dengan rasa berharga

Mengekspresikan kepuasan dengan gagasan tentang diri sendiri

Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diriC. Pohon Masalah (Dalam Bentuk Bagan Berdasarkan Patofisiologi)

D. Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes MMPI

Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) ialah tes kepribadian yang paling banyak digunakan secara luas dalam penelitian dan penilaian dalam psikologi yang memakai skala klinis. Skala klinis merupakan skala dengan penilaian objektif, yaitu bagaimana orang lain menilai individu tersebut. Struktur MMPI yang terdiri dari 567 pertanyaan yang dijawab benar atau salah membutuhkan sekitar 60- 90 menit untuk diselesaikan. MMPI penting karena dapat digunakan untuk membedakan orang yang normal dengan orang yang ada kemungkinan ketidaknormalan dalam kepribadiannya. MMPI sampai saat ini masih sangat dipercaya, terutama di Indonesia sebagai alat resmi diagnosa gangguan jiwa oleh psikiater.2. Electro Encephalography (EEG)

Electro Encephalography (EEG) merupakan pemeriksaan syaraf otak dengan merekam gelombang gelombang otak. EEG adalah pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan di bagian syaraf untuk menentukan adanya kelainan gelombang gelombang di otak secara fungsional. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya : a. Pasien yang mengalami kejang atau yang diduga mengalami kejang.

b. Mengevaluasi efek serebral dari berbagai penyakit sistemik (misalnya keadaan ensefalopati metabolik karena diabetes, gagal ginjal).

c. Melakukan studi untuk mengetahui gangguan tidur (sleep disorder) atau narkolepsi.

d. Membantu menegakkan diagnosa koma.

e. Melokalisir perubahan potensial listrik otak yang disebabkan trauma, tumor, gangguan pembuluh darah (vaskular) dan penyakit degeneratif.

f. Membantu mencari berbagai gangguan serebral yang dapat menyebabkan nyeri kepala, gangguan perilaku dan kemunduran intelektual.

3. CT (Computed Tomography)CT scan adalah test diagnostik yang memiliki informasi yang sangat tinggi.Tujuan utama penggunaan ct scan adalah mendeteksi perdarahan intra cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (space occupying lesions/SOL), edema serebraldan adanyaperubahan struktur otak.

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)MRI adalah sebuah metode pemeriksaan diagnoatik yang mulai digunakan sejak tahun 1980 gambar yang dihasilkan juga merupakan hasil rekonstruksi komputer.Namun berbeda dengan CT-Scan, MRI tidak menggunakan radiasi ion melainkan menggunakan medan magnet dan radiofrekuensi. MRI merupakan studi pilihan bagi evaluasi pada sebagian besar lesi pada otak dan spinal. MRI melakukan scan terhadap nukleus hidrogen yang merupakan atom terbanyak ditubuh manusia.

E. Penatalaksanaan MedisPemberian terapi medis pada kasus gangguan psikososial juga tidak digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinapsis dan mengoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin.

Terdapat banyak jenis antidepresan, salah satunya obat jenisTricyclic Anti Depresan (TCA): Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu untuk meningkatkanreuptakeseorotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.F. Pengkajian KeperawatanAsuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut Tarwoto, 2003 adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian psikologis

a. Status emosional

1) Apakah emosi sesuai perilaku?

2) Apaka klien dapat mengendalikan emosi?

3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?

4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?

5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?

b. Konsep diri

1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?

2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?

3) Apakah klien suka akan dirinya?

c. Cara komunikasi

1) Apakah klien mudah merespon?

2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?

3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?

4) Apakah kien menolak untuk memberi respon?

d. Pola interaksi

1) Kepada siapa klien mau berinteraksi?

2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?

3) Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?

2. Pengkajian sosial

a. Pendidikan dan pekerjaan

1) Pendidikan terakhir

2) Keterampilan yang mampu dilakukan

3) Pekerjaan klien

4) Status keuangan

b. Hubungan sosial

1) Teman dekat klien

2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?

3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?

c. Faktor kultur sosial

1) Apakah agama dan kebudayaan klien?

2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?

3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?

d. Pola hidup

1) Dimana tempat tinggal klien?

2) Bagaimana tempat tinggal klien?

3) Dengan siapa klien tinggal?

4) Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?

e. Keluarga

1) Apakah klien sudah menikah?

2) Apakah klien sudah mempunyai anak?

3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?

4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?

5) Bagaimana tingkat kecemasan klien?

Dalam mengkaji konsep diri, perawat mengumpulkan data objektif dan subjektif yang berfokus pada stresor konsep diri baik yang akurat maupun potensial dan pada perilaku yang berkaitan dengan perubahan konsep diri. Contoh stresor yang mungkin dirasakan perawat selama mengumpulkan riwayat keperawatan termasuk kehilangan pekerjaan, awitan penyakit kronis atau tunawisma. Data objektif selanjutnya termasuk perilaku yang diperlihatkan oleh klien, seperti preokupasi terhadap perubahan citra tubuh, keengganan untuk mencoba hal hal baru, dan interaksi verbal dan non verbal antara klien dengan orang lain (misalnya pengeksperian rasa malu atau kegagalan untuk melihat pada bagian tubuh yang mengalami perubahan). Data subjektif dikumpulkan untuk menentukan pandangan klien tentang diri dan lingkungan. Persepsi orang terdekat adalah sumber data yang penting. Bagaimana keluarga dan orang terdekat merasakan respons klien terhadap ancaman pada harga diri?

Pengkajian keperawatan harus mencakup pertimbangan tentang perilaku koping sebelumnya, sifat, besar, dan intensitar stresor dan sumber internal dan eksternal klien. Sering kali perawat lupa untuk mengkaji bagaimana klien mengatasi stresor di masa lalu. Koping klien bisa saja melalui penghindaran terhadap masalah, pengumpulan informasi, membedakan keputusan tentang diri mereka terhadap masalah, pengumpulan informasi, membedakan keputusan tentang diri mereka terhadap orang terdekat untuk membuat, menyangkal, dan sebagainya. Tidak semua masalah ditunjukkan dengan cara yang sama oleh klien, tetapi sering kali seseorang menggunakan pola koping yang signifikan. Catatan medis klien adalah sumber data objektif lainnya yang dapat menunjukkan riwayat koping negatif melalui penggunaan alkohol atau bahan terlarang lainnya.

Juga penting untuk mengkaji aktivitas peningkatan kesehatan yang dilakukan klien. Misalnya, apakah klien menghadiri kelompok duka cita atau kelompok bercerai untuk mendapat dukungan selama peristiwa hidup yang menegangkan? Suatu tinjauan tentang sumber didalam komunitas klien dan keinginan atau minat klien dalam menggunakan sumber komunitas juga membantu dalam menetapkan rencana perawatan. Rumah sakit dan perawatn komunitas harus mewaspadai sumber untuk rujukan klien karena perawatan tidak berakhir dengan berakhirnya perawatan dirumah.

Contoh Pertanyaan Pengkajian Konsep Diri

Pertanyaan dari PerawatRespon khas yang menunjukkan Harga Diri Rendah

IDENTITAS

Jika Anda tidak mengetahui diri Anda, bagaimana mungkin Anda akan menggambarkan diri Anda kepada Saya?Jawaban yang menunjukkan penghinaan tentang diri sendiri (misalnya, Saya tidak terlalu baik, Saya bukan apa apa, atau Saya terlalu kurus, gemuk, jelek.)

CITRA TUBUH

Apakah ada sesuatu tentang tubuh Anda yang Anda ubah? Jika ya, perubahan apa?Adalah normal bagi seseorang untuk membuat komentar tentang atribut spesifik, seperti Hidung saya terlalu panjang atau Paha saya terlalu gemuk. Jika jawabannya berfokus pada banyak hal, ini tidak sehat.

Jawaban yang menunjukkan perbedaan dari apa sebenarnya orang tersebut juga menyebabkan kekhawatiran, seperti Berat badan saya 75kg ;ebih ringan, atau Jika saya bukan Hispanik, menunjukkan ketidaknyamanan yang besar.

HARGA DIRI

Bagaimana perasaan Anda tentang diri Anda?

Apakah Anda memenuhi apa yang Anda inginkan dalam hidup Anda sejauh ini?Pertanyaan tentang tidak menyukai diri sendiri atau tidak mencapai apa yang seseorang harapkan juga menyebabkan kekhawatiran. Mengungkapkan ketidakberdayaan atau keputusasaan menunjukkan sitres diri.

PERAN

Apakah Anda pikir Anda telah mampu menjadi (seorang ibu, anak perempuan, seorang istri, seorang suami, seorang ayah, anak laki laki) dalam keluarga Anda dengan cara yang Anda inginkan?Perasaan tidak puas dalam peran menimbulkan stres konsep diri.

G. Diagnosa Keperawatan1. Keputusasaan

a. DefinisiKondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingan sendiri

b. Batasan Karakteristik

Menutup mata

Penurunan afek

Penurunan selera makan

Penurunan respon terhadap stimulus

Penurunan verbalisasi

Kurang inisiatif

Kurang keterlibatan dalam asuhan

Pasif

Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang mengajak bicara

Gangguan pola tidur

Meninggalkan orang yang mengajak bicara

Isyarat verbal (misalnya : isi putus asa, saya tidak dapat, mengehla napas)

c. Faktor yang Berhubungan

Diasingkan

Penurunan kondisi fisiologis

Stres jangka panjang

Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual

Kehilangan kepercayaan pada nilai penting

Pembatasan aktivitas jangka panjang

Isolasi sosial2. Gangguan Citra Tubuh

a. Definisi: konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu

b. Batasan Karakteristik:

Perilaku mengenali tubuh individu

Perilaku menghindari tubuh individu

Perilaku memantau tubuh individu

Respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh (mis: penampilan, struktur, fungsi)

Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis: penampilan, struktur, fungsi)

Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu (mis: perubahan, struktur, fungsi)

Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu dalam penampilan

Objektif

Perubahan actual pada fungsi

Perubahan actual pada struktur

Perilaku mengenali tubuh individu

Perilaku memantau tubuh individu

Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan special tubuh terhadap lingkungan

Perubahan dalam keterlibatan social

Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek lingkungan

Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh

Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh

Kehilangan bagian tubuh

Tidak melihat bagian tubuh

Tidak menyentuh bagian tubuh

Trauma pada bagian yang tidak berfungsi

Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh

Subjektif

Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral

Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral

Penekanan pada kekuatan yang tersisa

Ketakutan terhadap reaksi orang lain

Fokus pada penampilan masa lalu

Perasaan negative tentang sesuatu

Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya

Fokus pada perubahan

Fokus pada kehilangan

Menolak memverifikasi perubahan actual

Mengungkapkan perubahan gaya hidup

c. Faktor yang Berhubungan:

Biofisik, kognitif

Budaya, tahap perkembangan

Penyakit, cedera

Perceptual, psikososial, spiritual

Pembedahan, trauma

Terapi penyakit

3. Gangguan Identitas Personal

a. Definisi

Ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri yang utuh dan terintegrasi.

b. Batasan Karakteristik

Sifat personal kontradiktif

Deskripsi waham tentang diri sendiri

Gangguan citra tubuh

Kebingungan gender

Ketidakefektifan koping

Gangguan hubungan

Ketidakefektifan performa peran

Merasa koping

Merasa aneh

Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri

Ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan eksternal

Ketidakpastian tentang nilai budaya (misalnya : mempertanyakan kepercayaan, agama, dan moral)

Ketidakpastian tentang tujuan

Ketidakpastian tentang nilai ideologis (misalnya : mepertanyakan kepercayaan, agama, dan moral)

c. Faktor Yang Berhubungan

Harga diri rendah kronik

Indoktrinasi pemujaan

Diskontinuitas budaya

Diskriminasi

Disfungsi proses keluarga

Mengonsumsi zat kimia toksik

Inhalasi zat kimia toksik

Kondisi manik

Gangguan kepribadan ganda

Sindrom otak organik

Prasangka

Gangguan psikiatrik (misalnya : psikosis, depresi, gangguan disosiatif)

Krisis situasional

Harga diri rendah situasional

Perubahan peran sosial

Tahap perkembangan

Tahap pertumbuhan

Penggunaan obat psikoaktif4. Risiko Gangguan Identitas Personal

a. Definisi

Risiko ketidakmampuan mempertahankan persepsi diri yang terintegrasi dan komplet

b. Faktor Risiko

Harga diri rendah kronik

Indoktrinasi pemujaan

Diskontinuitas budaya

Diskriminasi

Disfungsi proses keluarga

Mengonsumsi zat kimia toksik

Inhalasi zat kimia toksik

Kondisi manik

Gangguan kepribadian ganda

Sindrom otak organik

Prasangka

Gangguan psikiatrik (misalnya : psikosis, depresi, gangguan disosiatif)

Krisis situasional

Harga diri rendah situasional

Perubahan peran sosial

Tahap perkembangan

Tahap pertumbuhan

Penggunaan obat psikoaktif5. Harga Diri Rendah Kronik

a. Definisi Evaluasi diri/perasaan negative tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama.b. Batasan Karakteristik : Bergantung pada pendapat orang lain

Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa

Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri

Secara berlebihan mencari penguatan

Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup

Enggan mencoba situasi baru

Enggan mencoba hal baru

Perilaku bimbang

Kontak mata kurang

Perilaku tidak asertif

Sering kali mencari penegasan

Pasif

Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri

Ekspresi rasa bersalah

Ekspresi rasa malu

c. Faktor yang Berhubungan :

Ketidakefektifan adaptasi terhadap kehilangan

Kurang kasih saying

Kurang persetujuan

Kurang keanggotaan dalam kelompok

Persepsi ketidaksesuaian antara norma budaya dan diri

Persepsi ketidaksesuaian antara norma spiritual dan diri

Persepsi kurang rasa memiliki

Persepsi kurang dihargai oleh orang lain

Gaangguan psikiatrik

Kegagalan berulang

Penguatan negative berulang

Peristiwa traumatic

Situasi traumatic6. Harga Diri Rendah Situasionala. Definisi

Perkembangan persepsi negative tentang harga diri sebagai respons terhadap situasi saat ini.

b. Batasan Karakteristik :

Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa

Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi

Perilaku bimbang

Perilaku tidak asertif

Secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini terhadap harga diri

Ekspresi ketidakberdayaan

Ekspresi ketifakbergunaan

Verbalisasi meniadakan diri

c. Faktor yang Berhubungan :

Perilaku yang tidak selaras dengan nilai

Perubahan perkembangan

Gangguan citra tubuh

Kegagalan

Gangguan fungsional

Kurang penghargaan

Kehilangan

Penolakan

Perubahan peran social7. Risiko Harga Diri Rendah Situasional

a. Definisi

Berisiko mengalami persepsi negative tentang harga diri sebagai respons terhadap situasi saat ini

b. Faktor risiko

Perilaku tidak selaras dengan nilai

Penurunan kendali terhadap lingkungan

Perubahan perkembangan

Gangguan citra tubuh

Kegagalan

Gangguan fungsi

Riwayat ditinggalkan

Riwayat penganiayaan

Riwayat ketidakberdayaan yang dipelajari

Riwayat pengabaian

Kurang pengenalan

Kehilangan

Penyakit fisik

Penolakan

Perubahan peran sosial

Harapan diri tidak realistis8. Kesiapan Meningkatkan Konsep Diri

a. Definisi

Pola persepsi atau gagasan tentang diri yang memadai untuk kesejahteraan dan dapat ditingkatkan.

b. Batasan Karakterisitik

Menerima keterbatasan

Menerima kekuatan

Tindakan selaras dengan ekspresi verbal

Mengekspresikan kepercayaan diri dalam kemampuan

Mengekspresikan kepuasan dengan citra tubuh

Mengekspresikan kepuasan dengan identitas pribadi

Mengekspresikan kepuasan dengan performa peran

Mengekspresikan kepuasan dengan rasa berharga

Mengekspresikan kepuasan dengan gagasan tentang diri sendiri

Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diri

H. Rencana KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria Hasil (NOC)Intervensi (NIC)

1KeputusasaanSetelah 3x24 jam interaksi diharapkan:

Kriteria Hasil

a. Pengendalian diri terhadap depresi : tindakan personal untuk meminimalkan sifat melankolis dan mempertahankan ketertarikan terhadap peristiwa hidupb. Tingkat depresi : tingkat keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat dalam peristiwa hidupc. Harapan : optimisme yang secara pribadi memuaskan dan mendukung kehidupand. Keseimbangan alam perasaan: penyesuaian yang tepat terhadap kecenderungan emosi yang dominan dalam berespons terhadap situasie. Energi psikomotor : dorongan dan energi individu untuk mempertahankan aktivitas kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan keamanan personalf. Kualitas hidup : tingkat persepsi positif terhadap situasi hidup saat inig. Keinginan untuk hidup : keinginan, semangat, dan upaya untuk bertahan hiduph. Menunjukkan semangat untuk hidupNIC

a. Kaji dan dokumentasikan kemungkinan bunuh dirib. Pantau afek dan kemampuan membuat keputusanc. Kaji kebutuhan spirituald. Pantau nutrisi : asupan dan berat badane. Dukung partisipasi aktif dalam aktivitas kelompok untuk memberikan kesempatan terhadap dukungan sosial dan penyelesaian masalahf. Buat agenda waktu bersama pasien untuk memberi kesempatan dalam mengeksplorasi tindakan koping

g. Gali bersama pasien faktor yang berkontribusi terhadap perasaan keputusasaanh. Rekomendasikan meluangkan waktu beberapa saat di luar ruangan setiap hari ; untuk pasien rawat inap, letakkan tempat tidur di dekat jendelai. Beri penguatan positif terhadap perilaku yang menunjukkan inisiatif, seperti kontak mata, membuka diri, penurunan jumlah waktu tidur, perawatan diri, peningkatan nafsu makanj. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi area harapan dalam hidupnyak. Bantu pasien mengembangkan spiritual dirinyal. Terapkan panduan meninjau hidup atau nostalgia, jika perlum. Hindari menutupi kebenarann. Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri sendirio. Dorong hubungan terapeutik dengan orang terdekat

2. Gangguan Citra Tubuh

NOC

a. Body Image

b. Self esteem

Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:

Kriteria Hasil

a. Body image positif

b. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal

c. Mendeskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh

d. Mempertahankan interaksi socialNIC

Body image enhancement

a. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya

b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya

c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dalam prognosis penyakit

d. Dorong klien mengungkapkan perasaannya

e. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu

f. Fasilitas kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

3. Gangguan Identitas PersonalNOC

a. Distorted Throught Self-Control

b. Identity

c. Self-Mutilation Restraint

Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:Kriteria Hasil

a. Mengungkapkan secara verbal tentang identitas personalb. Mengungkapkan secara verbal penguatan tentang identitas personalc. Memperlihatkan kesesuaian perilaku verbal dan non verbalNIC

a. Pantau pernyataan pasien tentang harga dirinyab. Nilai apakah pasien percaya diri terhadap penilaiannya

c. Pantau frekuensi ungkapan verbal yang negatif terhadap diri sendiri

d. Dorong pasien untuk mengungkapkan secara verbal konsekuensi dari perubahan fisik dan emosi yang mempengaruhi konsep diri

e. Berikan perawatan dengan sikap yang tidak menghakimi, mempertahankan privasi, dan martabat pasien

f. Libatkan psien dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan

g. Bina komunikasi dengan pasien sejak masuk rumah sakit

h. Fasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif

i. Dorong pasien untuk mengidentifikasi kekuatan

j. Berikan pengalaman yang dapat meningkatkan otonomi pasien, jika perlu

k. Hindari memberi kritik negatif

l. Tunjukkan rasa percaya terhadap kemampuan pasien untuk menghadapi situasi

m. Dorong pasien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri

4. Risiko Gangguan Identitas PersonalNOCa. Distorted Throught Self-Controlb. Identityc. Self-Mutilation Restraint

Setelah 3x24 jam interaksi diharapkan:

Kriteria Hasil

a. Mengungkapkan secara verbal tentang identitas personalb. Mengungkapkan secara verbal penguatan tentang identitas personalc. Memperlihatkan kesesuaian perilaku verbal dan non verbalNICBehaviour Management : Self-Harma. Dorong pasien untuk mengungkapkan secara verbal konsekuensi dari perubahan fisik dan emosi yang mempengaruhi konsep diriFamily Involvement Promotion

a. Bina hubungan dengan pasien sejak masuk ke rumah sakit

b. Fasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif

c. Menjadi penghubung antara pasien dan keluarga

Self-Awareness Enhancement

a. Pantau pernyataan pasien tentang harga dirinyab. Nilai apakah pasien percaya diri terhadap penilaiannya c. Pantau frekuensi ungkapan verbal yang negatif terhadap diri sendirid. Dorong pasien untuk mengidentifikasi kekuatane. Berikan pengalaman yang dapat meningkatkan otonomi pasien, jika diperlukanf. Hindari memberi kritik negatifg. Dorong pasien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri

5. Harga Diri Rendah KronisSetelah 3x24 jam interaksi diharapkan:

Kriteria Hasila. Tingkat depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan hilang minat dalam peristiwa hidupb. Kualitas hidup : tingkat persepsi positif tentang situasi hidup saat inic. Harga diri : penilaian diri tentang penghargaan dirid. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbale. Mempertahankan postur tubuh tegakf. Mempertahankan kontak matag. Menerima kritik dari orang lainNICa. Pantau pernyataan pasien tentang harga diri b. Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilaian diric. Pantau frekuensi ucapan peniadaan dirid. Ajarkan keterampilan untuk bersikap positif melalui bermain peran, model peran, diskusi, dsbe. Tentukan batasan tentang ucapan negatif (misalnya : menyangkut frekuensi, isi pembicaraan, dan pendengar)f. Beri penguatan atas kekuatan diri yang diidentifikasikan oleh pasieng. Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lainh. Hindari tindakan yang dapat mengusik pasieni. Bantu penyusunan tujuan yang realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggij. Bantu pasien mengkaji kembali persepsi negatif tentang dirinyak. Beri penghargaan atau pujian atas kemajuan pasien dalam mencapai tujuanl. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri

6. Harga Diri Rendah SituasionalNOC

a. Body image, disturbedb. Coping, ineffectivec. Personal identity, disturbedd. Health behaviour, riske. Self esteem situasional, lowSetelah 3x24 jam interaksi diharapkan:

Kriteria Hasil

a. Adaptasi terhadap ketunandayaan fisik : respon adaptif klien terhadap tantangan fungsional penting akibat ketunandayaan fisik

b. Resolusi berduka : penyesuaian dengan kehilangan aktual atau kehilangan yang akan terjadi

c. Penyesuaian psikososial : perubahan hidup : respon psikososial adaptif individu terhadap perubahan bermakna dalam hidup

d. Menunjukkan penilaian pribadi tentang harga diri

e. Mengungkapkan penerimaan diri

f. Komunikasi terbuka

g. Mengatakan optimisme tentang masa depan

h. Menggunakan strategi koping efektifNICSelf Esteem Enhancement

a. Tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien untuk mengatasi situasib. Dorong pasien mengidentifikasi kekuatan dirinyac. Ajarkan keterampilan perilaku yang positif melalui bermain peran, model peran, diskusid. Dukung peningkatan tanggung jawab diri, jika diperlukane. Buat statement positif terhadap pasienf. Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negatifg. Dukung pasien untuk menerima tantangan barh. Kaji alasan-alasan untuk mengkritik atau menyalahkan diri sendirii. Kolaborasi dengan sumber-sumber lain (petugas dinas sosial, perawat spesialis klinis, dan layanan keagamaan)

Body Image Enhancement

Counseling

a. Mengguakan proses pertolongan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau mendukung koping, pemecahan masalah

Coping Enhancement

7.Risiko Harga Diri Rendah SituasionalNOC

a. Body image, disturbedb. Coping, ineffectivec. Personal identity, disturbedd. Health behaviour, riske. Self esteem situasional, lowSetelah 3x24 jam interaksi diharapkan:

Kriteria Hasil

a. Adaptasi terhadap ketunandayaan fisik : respon adaptif klien terhadap tantangan fungsional penting akibat ketunandayaan fisik

b. Resolusi berduka : penyesuaian dengan kehilangan aktual atau kehilangan yang akan terjadi

c. Penyesuaian psikososial : perubahan hidup : respon psikososial adaptif individu terhadap perubahan bermakna dalam hidup

d. Menunjukkan penilaian pribadi tentang harga diri

e. Mengungkapkan penerimaan diri

f. Komunikasi terbuka

g. Mengatakan optimisme tentang masa depan

h. Menggunakan strategi koping efektifNIC

Self Esteem Enhancement

Tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien untuk mengatasi situasia. Dorong pasien mengidentifikasi kekuatan dirinyab. Ajarkan keterampilan perilaku yang positif melalui bermain peran, model peran, diskusic. Dukung peningkatan tanggung jawab diri, jika diperlukand. Buat statement positif terhadap pasiene. Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negatiff. Dukung pasien untuk menerima tantangan barg. Kaji alasan-alasan untuk mengkritik atau menyalahkan diri sendirih. Kolaborasi dengan sumber-sumber lain (petugas dinas sosial, perawat spesialis klinis, dan layanan keagamaan)

Body Image Enhancement

Counseling

a. Mengguakan proses pertolongan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau mendukung koping, pemecahan masalah

Coping Enhancement

8Kesiapan Meningkatkan Konsep DiriSetelah 3x24 jam interaksi diharapkan:

Kriteria Hasila. Citra tubuh : persepsi tentang penampilan dan fungsi tubuh individub. Otonomi pribadi : tindakan pribadi pada individu yang kompeten untuk melatih kepemimpinan dalam keputusan hidupc. Harga diri : penilaian diri tentang harga dirid. Verbalisasi tentang penerimaan dirie. Penerimaan pujian dari orang lainNICa. Kaji bukti konsep diri positif (misalnya : alam perasaan, citra tubuh positif, kepuasan terhadap tanggung jawab peran, persepsi tentang kepuasan terhadap diri sendiri secara umum)b. Pantau pernyataan pasien tentang harga diric. Tentukan kepercayaan diri pasien terhadap penilaian sendirid. Ajarkan keterampilan perilaku positif melalui bermain peran, model peran, diskusi, dsbe. Bantu klien mengantisipasi perubahan perkembangan dan perubahan situasional yang dapat mempengaruhi performa peran dan harga dirif. Tunjukkan rasa percaya terhadapa kemampuan pasien untuk menangani situasig. Dorong pasien menerima tantangan baruh. Beri penguatan atas kekuatan pribadi yang diidentifikasi pasieni. Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lainj. Bantu menetapkan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggik. Beri penghargaan atau puji kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan

I. Referensi Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Wong, Donna L., Dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediaktrik. Jakarta: EGC

Hidayat, A.Aziz Alimun 2002. Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta : EGC

Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Ed 3

Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC

Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta : MediAction .2015

Nama Pembimbing / CI: Nama Mahasiswa

.....

NIPNIM

Nama Pembimbing / CT

.

NIP.Faktor Predisposisi

Faktor Presipitasi

Ketergantungan pada orang lain

Stessor (perasaan ditolak dari lingkungan)

Ideal diri tidak realistis

Kehilangan objek (sanak saudara)

Perubahan penampilan

Kehilangan pekerjaan,kehilangan peran, perceraian

Perasaan tidak mampu

Koping individu tidak efektif

Kehilangan fungsi/bagian tubuh

Mengkritik diri sendiri

Ketidak efektifan koping

Umpan balik positif dari lingkungan sekitar

Risiko Gangguan Identitas Personal

Trauma

Harga Diri Rendah

Menerima kenyataanbalik positif dari lingkungan sekitar

Diskriminasi

Menarik diri

Persiapan meningkatkan konsep diri

Gangguan Citra Tubuh

Gangguan Identitas Personal

Inisiatif berkurang, perasaan hampa

Persepsi positif terhadap perubahan

Keputusasaan