FISIOLOGI TIDUR.doc

18
FISIOLOGI TIDUR Tidur Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses deaktivasi Susunan saraf pusat. Jadi, seseorang yang tertidur, susunan saraf pusatnya sedang bekerja. Dimana neuron-neuron di substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut sebagai pusat tidur (sleep center). Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut sebagai pusat penggugah (arousal center). Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu Tipe Rapid Eye Movement (REM) dan Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM). Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam. Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi dalam empat stadium, antara lain: Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini dianggap stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran kumparan tidur yang khas,

Transcript of FISIOLOGI TIDUR.doc

Page 1: FISIOLOGI TIDUR.doc

FISIOLOGI TIDUR

Tidur Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya

waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama

sirkadian. Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses deaktivasi Susunan saraf pusat.

Jadi, seseorang yang tertidur, susunan saraf pusatnya sedang bekerja. Dimana neuron-neuron di

substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi. Bagian susunan saraf pusat

yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang

otak yang disebut sebagai pusat tidur (sleep center). Bagian susunan saraf pusat yang

menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut

sebagai pusat penggugah (arousal center). Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu Tipe Rapid Eye

Movement (REM) dan Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM).

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh

fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-

6 kali siklus semalam. Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi

dalam empat stadium, antara lain:

Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini dianggap

stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran kumparan tidur yang

khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yang disebut

gelombang teta.

Stadium 2, berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur. EEG

menggambarkan gelombang yang berbentuk pilin (spindle shaped) yang sering dengan

frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal sebagai

kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan mudah.

Stadium 3, berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan

gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5 siklus perdetik, yaitu

gelombang delta. Orang tidur dengan sangat nyenyak, sehingga sukar dibangunkan.

Stadium 4, berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran EEG hampir sama

dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada jumlah gelombang delta. Stadium

Page 2: FISIOLOGI TIDUR.doc

3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur dalam, atau delta sleep, atau Slow Wave Sleep

(SWS) Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak

dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM.

Gelombang otak berubah sesuai dengan pertambahan usia. Pada usia lanjut tidur NREM

stadium 1 dan 2 cenderung meningkat, aktivitas gelombang alfa menurun, sementara pada

stadium 3 dan 4 aktivitas gelombang delta menurun atau hilang. Sehingga kondisi terjaga yang

dapat timbul 2-4 kali selama tidur normal pada dewasa muda, pada orang tua akan meningkat.

Orang tua lebih mudah terjaga oleh stimulasi internal atau eksternal dan lebih menyolok pada

pria dibandingkan wanita. Narkolepsi atau jatuh tertidur sebentar pada siang hari juga meningkat

frekuensinya pada usia tua. Kontinuitas tidur berkurang sehingga menurunkan efisiensi tidur

sebanyak 20% dibandingkan dewasa muda. Walau sebenarnya rata-rata waktu tidur total pada

usia lanjut hampir sama dengan dewasa muda, tapi orang tua lebih banyak menghabiskan waktu

di tempat tidur, selain karena efisiensi tidur yang berkurang, juga karena merasa lebih letih dan

merasa harus lebih banyak tidur. Pada usia lanjut juga terjadi perubahan siklus sirkadian. Dewasa

muda umumnya mengantuk pada jam 10-11 malam lalu tertidur selama 8-9 jam, terbangun

sekitar jam 6-8 pagi. Pada usia lanjut jam biologik menjadi lebih pendek, fase tidur lebih maju,

sehingga orangtua memulai tidur lebih awal dan bangun lebih awal pula. Selain itu orangtua

sering terbangun pada malam hari sehingga bangun pagi terasa tak segar, siang hari mengalami

kelelahan dan lebih sering tertidur sejenak. Waktu tidur malam tampak lebih kurang sehingga

mereka merasa mengantuk sepanjang hari. Gejala ini sering disalahartikan sebagai kecemasan

atau depresif. Walaupun demikian perlu dibedakan dengan gangguan tidur spesifik karena

gangguan medis atau psikiatrik tertentu. Perubahan keadaan hormonal yang berjalan sesuai

siklus sirkadian seperti pola tidur juga berubah sesuai usia. Sekresi melatonin berkurang.

Hormon ini berperan juga dalam mengontrol irama sirkadian. Sekresinya terutama pada malam

hari, berhubugan dengan rasa mengantuk. (kaplan)

KLASIFIKASI

Menurut Diagnostic And Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke empat (DSM-IV)

mengklasifikasikan gangguan tidur berdasarkan kriteria diagnostik klinik dan perkiraan etiologi.

Tiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV adalah:

Page 3: FISIOLOGI TIDUR.doc

1. GANGGUAN TIDUR PRIMER

Gangguan tidur primer terdiri atas dissomnia dan parasomnia. Dissomnia adalah suatu

kelompok gangguan tidur yang heterogen termasuk Insomnia primer, Hipersomnia primer,

Narkolepsi, Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan dan Gangguan tidur

irama sirkadian. Parasomnia adalah suatu kelompok gangguan tidur termasuk Gangguan

mimpi menakutkan (nightmare disorder), Gangguan teror tidur, Gangguan tidur berjalan.

a. Dissomnia

Dissomnia Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran tidur

(failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep),

bangun terlalu dini atau kombinasi diantaranya.

- Insomnia primer, ditandai dengan keluhan sulit masuk tidur atau

mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini

berlangsung paling sedikit satu bulan. Menyebabkan penderitaan yang bermakna

secara klinik atau impairment sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.

Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental

lainnya. Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik

umum atau zat. Seseorang dengan insomnia primer sering mengeluh sulit masuk

tidur dan terbangun berkali-kali. Bentuk keluhan tidur bervariasi dari waktu ke

waktu. Misalnya, seseorang yang saat ini mengeluh sulit masuk tidur mungkin

suatu saat mengeluh sulit mempertahankan tidur. Meskipun jarang, kadang-

kadang seseorang mengeluh tetap tidak segar meskipun sudah tertidur.

- Hipersomnia primer, merupakan rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari

yang berlangsung sampai sebulan atau lebih. Rasa kantuk yang berlebihan

(terkadang disebut mabuk tidur´) dapat berbentuk kesulitan untuk bangun setelah

1. Gangguan tidur primer,

2. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lain

3. Gangguan tidur lain, khususnya gangguan tidur akibat kondisi medis umum

atau yang disebabkan oleh zat.

Page 4: FISIOLOGI TIDUR.doc

periode tidur yang panjang (biasanya 8-12 jam tidur). Meskipun banyak dari kita

yang merasa mengantuk sepanjang hari, orang dengan hipersomnia primer

memiliki periode rasa kantuk yang lebih parah dan bertahan lebih lama

mengakibatkan kesulitan untuk melakukan fungsi sehari-hari karena sulit untuk

bangun tidur.

- Narkolepsi, ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari

pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari

1 jam, setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang kembali 2- 3 jam

berikutnya. Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan fase REM 30-70%. Pada

serangan tidur dimulai dengan fase REM. Berbagai bentuk narkolepsi: Narkolepsi

kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang sementara baik sebagian atau

seluruh otot tubuh. Hypnagogic halusinasi auditorik/visual adalah halusinasi pada

saat jatuh tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga, kemudian ke kerangka

pikiran normal. Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis pada saat

masuk tidur sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan ototnya.

Gangguan ini merupakan kelainan heriditer, kelainannya terletak pada lokus

kromoson 6 didapatkan pada orang-orang Caucasian white dengan populasi lebih

dari 90%, sedangkan pada bangsa Jepang 20-25%, dan bangsa Israel 1:500.000.

Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki dan wanita. Kelainan ini diduga

terletak antara batang otak bagian atas dan kronik pada malam harinya serta tidak

rstorasi seperti terputusnya fase REM.

- Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan (sleep apnea).

Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway

obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Apnea tidur adalah

gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yang berlangsung selama lebih dari

10 detik. Dikatakan apnea tidur patologis jika penderita mengalami episode apnea

sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30 episode apnea selama semalam.

Selama periodik ini gerakan dada dan dinding perut sangat dominan. Apnea

sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai dengan intermiten penurunan

kemampuan respirasi akibat penurunan saturasi oksigen. Apnea sentral ditandai

oleh terhentinya aliran udara dan usaha pernafasan secara periodik selama tidur,

Page 5: FISIOLOGI TIDUR.doc

sehingga pergerakan dada dan dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan

kerusakan pada batang otak atau hiperkapnia. Gangguan saluran nafas (upper

airway obstructive) pada saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan

selama apnea, peningkatan usaha otot dada dan dinding perut dengan tujuan

memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila

memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-

megap atau mendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali

bersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50 detik. Serangan apnea

pada saat pasien tidak mendengkur. Akibat hipoksia atau hipercapnea,

menyebabkan respirasi lebih aktif yang diaktifkan oleh formasi retikularis dan

pusat respirasi medula, dengan akibat pasien terjaga dan respirasi kembali normal

secara reflek. Baik pada sentral atau obstruksi apnea, pasien sering terbangun

berulang kali dimalam hari, yang kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur.

Gangguan ini sering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaan pada

pagi hari.

- Gangguan tidur irama sirkadian . Gangguan dimana penderita tidak dapat tidur

dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tetap.

Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur

badan, plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal

fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidur bangun, dimana

sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama

sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami

pergeseran. Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gang guan

irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat

dikategorikan dua bagian yaitu sementara (acut work shift, Jet lag) dan Menetap

(shift worker). Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah

sebagai berikut:

1. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu

tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan

dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orang-orang tersebut sering

Page 6: FISIOLOGI TIDUR.doc

tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari (insomnia

sekunder).

2. Tipe Jet lag ialah mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut

jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone

waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang

terputus-putus.

3. Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang

yang secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan

mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan

gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler

atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM.

4. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat

jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur pada

pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini

merasa cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak normal tetapi

penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk sesuai.

5. Tipe bangun-tidur beraturan

6. Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.

b. Parasomnia

merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian episode yang berlangsung

pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini

sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku dan aksi motorik

potensial, sehingga sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian,

Insidensi ini sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan

mengalami perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa (3%). Ada 3 faktor

utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu: Peminum alkohol, Kurang tidur (sleep

deprivation) dan Stress psikososial Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering

terjadi pada stadium transmisi antara bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas

otot skeletal dan perubahan sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan

kesadaran (konfuosius), dan diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali

terjadi pada stadium 3 dan 4.

Page 7: FISIOLOGI TIDUR.doc

- Gangguan tidur berjalan (slepp walking)/somnabulisme Merupakan gangguan

tingkah laku yang sangat komplek termasuk adanya automatis dan semi

purposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat

tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan dalam

beberapa menit dan kembali tidur. Gambaran tipikal gangguan tingkah laku ini

didapat dengan gelombang tidur yang rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama

malam selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Selama serangan, relatif tidak

memberikan respon terhadap usaha orang lain untuk berkomunikasi dengannya

dan dapat dibangunkan susah payah. Pada gambaran EEG menunjukkan irama

campuran terutama theta dengan gelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan

adanya gelombang alpha.

- Gangguan teror tidur merupakan berdiri ditempat tidur yang tampak seperti

ketakutan dan bergerak-gerak. Serangan ini terjadi sepertiga malam yang

berlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Kadang-kadang penderita

tetap terjaga dalam keadaan terdisorientasi, atau sering diikuti tidur berjalan.

Gambaran teror tidur mirip dengan teror berjalan baik secara klinis maupun dalam

pemeriksaan polisomnografy. Teror tidur mungkin mencerminkan suatu kelainan

neurologis minor pada lobus temporalis. Pada kasus ini sering kali terjadi

perubahan sistem otonomnya seperti takhicardi, keringat dingin, pupil dilatasi,

dan sesak nafas.

- Gangguan mimpi menakutkan (nightmare disorder) Merupakan proses terjaga

dari tidur secara berulang karena mimpi yang menakutkan (mimpi buruk). Mimpi

buruk biasanya melibatkan cerita panjang seperti mimpi di mana terdapat

ancaman akan adanya bahaya fisik yang sudah dekat dengan individu, seperti

dikejar, diserang, atau dilukai. Orang yang mengalami biasanya dapat mengingat

mimpi buruk ini dengan jelas pada saat bangun tidur. Meskipun kesadaran

diperoleh segera setelah bangun, kecemasan dan ketakutan tetap bertahan dan

menghalangi mereka untuk tidur kembali. Mungkin setengah dari populasi

dewasa sesekali mengalami mimpi buruk, meskipun masih belum diketahui

persentase dari orang-orang yang mengalami mimpi buruk intensif dan berulang

yang menghasilkan suatu distres emosional. (American)

Page 8: FISIOLOGI TIDUR.doc

atau kesulitan berfungsi yang mengacu pada diagnosis gangguan mimpi buruk.

Mimpi buruk sering dihubungkan dengan pengalaman traumatis dan umumnya

lebih sering terjadi ketika individu berada dalam kondisi stress. Mimpi buruk

biasanya muncul saat tidur REM. Biasanya muncul pada larut malam atau

menjelang subuh. Meskipun mimpi buruk dapat berisi aktivitas motorik yang

hebat, seperti melarikan diri dari serangan, para pemimpi menunjukkan sedikit

aktivitas otot. Proses biologis yang sama yang mengaktifkan mimpi (termasuk

mimpi buruk) akan menghambat gerakan tubuh, mengakibatkan suatu jenis

kelumpuhan. (American)

2. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANNGUAN MENTAL /

PSIKIATRIK LAIN

Pada depresi berat dapat dijumpai latensi REM yang pendek, menurunnya tidur stadium 4

dan kehilangan waktu tidur total. Onset tidur relatif normal, tapi sering terbangun lebih awal

di pagi hari dan sulit tidur kembali. Pada anxietas terjadi perpanjangan`latensi tidur, tidur

gelisah disertai mimpi yang menakutkan dan serangan panik muncul selama tidur itu sendiri.

Pada psikosis dapat dijumpai insomnia atau mengantuk yang berlebihan. Pasien mungkin

menunjukkan perpanjangan latensi tidur, pengurangan tidur delta, latensi REM yang pendek.

Kondisi demensia dan delirium ditandai oleh peningkatan durasi dan frekuensi terjaga

malam hari, peningkatan tidur stadium 1, berkurangnya gelombang lambat (stadium 3 dan 4)

dan tidur REM, mengantuk berlebihan di luar masa tidur dan sering serangan tidur sejenak.

(American)

3. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI MEDIS UMUM

Tiap jenis gangguan tidur dapat disebabkan oleh kondisi medik umum seperti gangguan

gastrointestinal, asma, bronkitis, nyeri kepala, nyeri karena artritis, neoplasma, infeksi,

kelainan degeneratif, kelainan endokrin (diabetes melitus, hipertiroid), kelainan jantung

(gagal jantung), arteriosklerosis dan kelainan neurologis. Kelainan medik umum ini sering

Page 9: FISIOLOGI TIDUR.doc

didapat pada usia tua. Keluhan tidur yang dapat timbul berupa kesulitan untuk tertidur,

sering terbangun malam hari dan keluhan lainnya.

Menurut PPGD – III gangguan tidur dikelompokan berdasarkan etiologi gangguan tidur

non-organik. Yang termasuk kelompok ini adalah:3

a. Dysomnia adalah kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah jumlah,

kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional, misalnya: insomnia,

hipersomnia, gangguan jadwal tidur-jaga.

b. Parasomnia adalah peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur (pada kanak-

kanak hal ini terkait terutama dengan perkembangan anak, sedangkan pada dewasa

terutama pengaruh psikogenik).

Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan lainnya, baik

mental atau fisik. walaupun gangguan tidur yang spesifik terlihat secara klinis berdiri sendiri

sejumlah faktor psikiatri dan atau fisik yang terkait memberikan kontribusi pada kejadiannya.

Secara umum adalah lebih baik membuat diagnosis gangguan tidur yang spesfik bersamaan

dengan diagnosis lain yang relevan untuk menjelaskan secara adekuat atau patofisiologinya.

(Kaplan).

DIAGNOSIS

Dalam diagnosis gangguan tidur ada beberapa kriteria yang dijabarkan menurut DSM-IV

atau PPGDJ – III. Namun disini penulis lebih menjabarkan diagnosis menurut PPGDJ – III.

PPGDJ – III mengelompokan gangguan tidur non-organik terdiri dari:

1. F51.0 Insomnia non-organik

2. F51.1 Hipersomia non-organik

3. F51.2 Gangguan jadwal tidur jaga non-organik

4. F51.3 Somnambulisme (sleep walking)

5. F51.4 Teror tidur (night terrors)

6. F51.5 Mimpi buruk (nightmares)

Page 10: FISIOLOGI TIDUR.doc

7. F51.8 Gangguan tidur non-organik lainnya

8. F51.9 Gangguan tidur non-organik YTT (Yang Tidak Tergolongankan)

F51.0 Insomnia non-organik

F51.0 Hiperinsomnia non-organik

Pedoman Diagnostik :

Hal tersebut dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur atau

kualitas tidur yang burukb. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu salama minimal satu bulanc. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan

terhadap akibatnya pada malam hari sepanjang siang harid. Ketidakpuasanan terhadap kuantitas dan kualitas tidur menyebabkan

penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.

Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti jiwa lain seperti depresi, anxietas atau obsesi tidak menyebabkan diagnosis insominia diabaikan. Semua ko-morbiditas harus dicantumkan karena membutuhkan terapi sendiri.

Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria diatas (seperti pada transient insomnia) tidak didiagnosis disini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut atau gangguan penyesuaian.

Pedoman Diagnostik :

Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:a. Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur

(tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness).

b. Terjadi setiap hari selama 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi sosial dan pekerjaan.

c. Tidak ada gejala tambahan “narkolepsy” (cataplexy, sleep paralysis, hypnagogic hallucination) atau bukti klinis untuk “sleep apnoe” (nocturnal breath cessation, typical intermittent snoring sound, etc).

d. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukan gejala rasa kantuk pada siang hari

Bila hipersomnia hanya merupakan satu gejala dari gangguan jiwa lain, misalnya gangguan afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang mendasarinya. Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomia merupakan keluhan yang dominan dari penderita gangguan jiwa lainnya.

Page 11: FISIOLOGI TIDUR.doc

F51.2 Gangguan jadwal tidur jaga non-organik

F51.3 Somnambulisme (sleep walking)

Pedoman Diagnostik

Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:

a. Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya

pada sepertiga awal tidur malam dan terus berjalan-jalan (kesadaran berubah)

b. Selama satu episode, individu menunjukan wajah bengong (blank, staring face),

relatif tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi

keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita hanya dapat disadarkan atau

dibangunkan dari tdurnya dengan susah payah.

c.

Somnambulisme harus dibedakan dari serangan epilepsi psikomotor dan fugue

disosiatif.

Pedoman Diagnostik :

Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:a. Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchorny) dengan pola

tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat.b. Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hiperinsomina pada waktu

kebanyakan orang jaga, dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang dalam kurun waktu yang lebih pendek

c. Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas dan waktu tidur yang menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.

Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti anxietas, depresi, hipomania, tidak menutup kemungkinan diagnosis gangguan jadwal tidur-jaga non-organik, yang penting adanya dominasi gambaran klinis gangguan ini pada penderita. Apabila gejala gangguan jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat diagnosis gangguan jiwa secara terpisah.

Page 12: FISIOLOGI TIDUR.doc

F51.4 Teror tidur (night terrors)

F51.5 Mimpi buruk (nightmares) (rusdli)

F51.8 Gangguan tidur non-organik lainnya

F51.9 Gangguan tidur non-organik YTT (Yang Tidak Tergolongankan)

1. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 2007. Normal sleep and sleep disorder in Comprehensive

Textbook of Psychiatry vol.2 10th edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore.

pg.786-790

2. American Psychiatry Association. 1994. Sleep Disorder in Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorder, 4th ed. DSM-IV. Birtish Libary: Washington DC . Pg.551-

607

3. Maslim R. 2001. Ganguan Tidur Non-organik dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan

Jiwa. Rujukan Ringkasan dari PPGDJ-III. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-

UNIKA Atmajaya: Jakarta. hal.92-96