FISIOLOGI TIDUR.doc
Transcript of FISIOLOGI TIDUR.doc
FISIOLOGI TIDUR
Tidur Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya
waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama
sirkadian. Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses deaktivasi Susunan saraf pusat.
Jadi, seseorang yang tertidur, susunan saraf pusatnya sedang bekerja. Dimana neuron-neuron di
substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi. Bagian susunan saraf pusat
yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang
otak yang disebut sebagai pusat tidur (sleep center). Bagian susunan saraf pusat yang
menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut
sebagai pusat penggugah (arousal center). Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu Tipe Rapid Eye
Movement (REM) dan Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM).
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh
fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-
6 kali siklus semalam. Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi
dalam empat stadium, antara lain:
Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini dianggap
stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran kumparan tidur yang
khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yang disebut
gelombang teta.
Stadium 2, berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur. EEG
menggambarkan gelombang yang berbentuk pilin (spindle shaped) yang sering dengan
frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal sebagai
kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan mudah.
Stadium 3, berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan
gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5 siklus perdetik, yaitu
gelombang delta. Orang tidur dengan sangat nyenyak, sehingga sukar dibangunkan.
Stadium 4, berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran EEG hampir sama
dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada jumlah gelombang delta. Stadium
3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur dalam, atau delta sleep, atau Slow Wave Sleep
(SWS) Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak
dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM.
Gelombang otak berubah sesuai dengan pertambahan usia. Pada usia lanjut tidur NREM
stadium 1 dan 2 cenderung meningkat, aktivitas gelombang alfa menurun, sementara pada
stadium 3 dan 4 aktivitas gelombang delta menurun atau hilang. Sehingga kondisi terjaga yang
dapat timbul 2-4 kali selama tidur normal pada dewasa muda, pada orang tua akan meningkat.
Orang tua lebih mudah terjaga oleh stimulasi internal atau eksternal dan lebih menyolok pada
pria dibandingkan wanita. Narkolepsi atau jatuh tertidur sebentar pada siang hari juga meningkat
frekuensinya pada usia tua. Kontinuitas tidur berkurang sehingga menurunkan efisiensi tidur
sebanyak 20% dibandingkan dewasa muda. Walau sebenarnya rata-rata waktu tidur total pada
usia lanjut hampir sama dengan dewasa muda, tapi orang tua lebih banyak menghabiskan waktu
di tempat tidur, selain karena efisiensi tidur yang berkurang, juga karena merasa lebih letih dan
merasa harus lebih banyak tidur. Pada usia lanjut juga terjadi perubahan siklus sirkadian. Dewasa
muda umumnya mengantuk pada jam 10-11 malam lalu tertidur selama 8-9 jam, terbangun
sekitar jam 6-8 pagi. Pada usia lanjut jam biologik menjadi lebih pendek, fase tidur lebih maju,
sehingga orangtua memulai tidur lebih awal dan bangun lebih awal pula. Selain itu orangtua
sering terbangun pada malam hari sehingga bangun pagi terasa tak segar, siang hari mengalami
kelelahan dan lebih sering tertidur sejenak. Waktu tidur malam tampak lebih kurang sehingga
mereka merasa mengantuk sepanjang hari. Gejala ini sering disalahartikan sebagai kecemasan
atau depresif. Walaupun demikian perlu dibedakan dengan gangguan tidur spesifik karena
gangguan medis atau psikiatrik tertentu. Perubahan keadaan hormonal yang berjalan sesuai
siklus sirkadian seperti pola tidur juga berubah sesuai usia. Sekresi melatonin berkurang.
Hormon ini berperan juga dalam mengontrol irama sirkadian. Sekresinya terutama pada malam
hari, berhubugan dengan rasa mengantuk. (kaplan)
KLASIFIKASI
Menurut Diagnostic And Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke empat (DSM-IV)
mengklasifikasikan gangguan tidur berdasarkan kriteria diagnostik klinik dan perkiraan etiologi.
Tiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV adalah:
1. GANGGUAN TIDUR PRIMER
Gangguan tidur primer terdiri atas dissomnia dan parasomnia. Dissomnia adalah suatu
kelompok gangguan tidur yang heterogen termasuk Insomnia primer, Hipersomnia primer,
Narkolepsi, Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan dan Gangguan tidur
irama sirkadian. Parasomnia adalah suatu kelompok gangguan tidur termasuk Gangguan
mimpi menakutkan (nightmare disorder), Gangguan teror tidur, Gangguan tidur berjalan.
a. Dissomnia
Dissomnia Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran tidur
(failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep),
bangun terlalu dini atau kombinasi diantaranya.
- Insomnia primer, ditandai dengan keluhan sulit masuk tidur atau
mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini
berlangsung paling sedikit satu bulan. Menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinik atau impairment sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.
Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental
lainnya. Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik
umum atau zat. Seseorang dengan insomnia primer sering mengeluh sulit masuk
tidur dan terbangun berkali-kali. Bentuk keluhan tidur bervariasi dari waktu ke
waktu. Misalnya, seseorang yang saat ini mengeluh sulit masuk tidur mungkin
suatu saat mengeluh sulit mempertahankan tidur. Meskipun jarang, kadang-
kadang seseorang mengeluh tetap tidak segar meskipun sudah tertidur.
- Hipersomnia primer, merupakan rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari
yang berlangsung sampai sebulan atau lebih. Rasa kantuk yang berlebihan
(terkadang disebut mabuk tidur´) dapat berbentuk kesulitan untuk bangun setelah
1. Gangguan tidur primer,
2. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lain
3. Gangguan tidur lain, khususnya gangguan tidur akibat kondisi medis umum
atau yang disebabkan oleh zat.
periode tidur yang panjang (biasanya 8-12 jam tidur). Meskipun banyak dari kita
yang merasa mengantuk sepanjang hari, orang dengan hipersomnia primer
memiliki periode rasa kantuk yang lebih parah dan bertahan lebih lama
mengakibatkan kesulitan untuk melakukan fungsi sehari-hari karena sulit untuk
bangun tidur.
- Narkolepsi, ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari
pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari
1 jam, setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang kembali 2- 3 jam
berikutnya. Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan fase REM 30-70%. Pada
serangan tidur dimulai dengan fase REM. Berbagai bentuk narkolepsi: Narkolepsi
kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang sementara baik sebagian atau
seluruh otot tubuh. Hypnagogic halusinasi auditorik/visual adalah halusinasi pada
saat jatuh tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga, kemudian ke kerangka
pikiran normal. Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis pada saat
masuk tidur sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan ototnya.
Gangguan ini merupakan kelainan heriditer, kelainannya terletak pada lokus
kromoson 6 didapatkan pada orang-orang Caucasian white dengan populasi lebih
dari 90%, sedangkan pada bangsa Jepang 20-25%, dan bangsa Israel 1:500.000.
Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki dan wanita. Kelainan ini diduga
terletak antara batang otak bagian atas dan kronik pada malam harinya serta tidak
rstorasi seperti terputusnya fase REM.
- Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan (sleep apnea).
Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway
obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Apnea tidur adalah
gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yang berlangsung selama lebih dari
10 detik. Dikatakan apnea tidur patologis jika penderita mengalami episode apnea
sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30 episode apnea selama semalam.
Selama periodik ini gerakan dada dan dinding perut sangat dominan. Apnea
sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai dengan intermiten penurunan
kemampuan respirasi akibat penurunan saturasi oksigen. Apnea sentral ditandai
oleh terhentinya aliran udara dan usaha pernafasan secara periodik selama tidur,
sehingga pergerakan dada dan dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan
kerusakan pada batang otak atau hiperkapnia. Gangguan saluran nafas (upper
airway obstructive) pada saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan
selama apnea, peningkatan usaha otot dada dan dinding perut dengan tujuan
memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila
memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-
megap atau mendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali
bersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50 detik. Serangan apnea
pada saat pasien tidak mendengkur. Akibat hipoksia atau hipercapnea,
menyebabkan respirasi lebih aktif yang diaktifkan oleh formasi retikularis dan
pusat respirasi medula, dengan akibat pasien terjaga dan respirasi kembali normal
secara reflek. Baik pada sentral atau obstruksi apnea, pasien sering terbangun
berulang kali dimalam hari, yang kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur.
Gangguan ini sering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaan pada
pagi hari.
- Gangguan tidur irama sirkadian . Gangguan dimana penderita tidak dapat tidur
dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tetap.
Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur
badan, plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal
fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidur bangun, dimana
sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama
sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami
pergeseran. Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gang guan
irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat
dikategorikan dua bagian yaitu sementara (acut work shift, Jet lag) dan Menetap
(shift worker). Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah
sebagai berikut:
1. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu
tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan
dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orang-orang tersebut sering
tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari (insomnia
sekunder).
2. Tipe Jet lag ialah mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut
jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone
waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang
terputus-putus.
3. Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang
yang secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan
mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan
gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler
atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM.
4. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat
jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur pada
pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini
merasa cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak normal tetapi
penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk sesuai.
5. Tipe bangun-tidur beraturan
6. Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.
b. Parasomnia
merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian episode yang berlangsung
pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini
sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku dan aksi motorik
potensial, sehingga sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian,
Insidensi ini sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan
mengalami perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa (3%). Ada 3 faktor
utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu: Peminum alkohol, Kurang tidur (sleep
deprivation) dan Stress psikososial Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering
terjadi pada stadium transmisi antara bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas
otot skeletal dan perubahan sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan
kesadaran (konfuosius), dan diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali
terjadi pada stadium 3 dan 4.
- Gangguan tidur berjalan (slepp walking)/somnabulisme Merupakan gangguan
tingkah laku yang sangat komplek termasuk adanya automatis dan semi
purposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat
tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan dalam
beberapa menit dan kembali tidur. Gambaran tipikal gangguan tingkah laku ini
didapat dengan gelombang tidur yang rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama
malam selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Selama serangan, relatif tidak
memberikan respon terhadap usaha orang lain untuk berkomunikasi dengannya
dan dapat dibangunkan susah payah. Pada gambaran EEG menunjukkan irama
campuran terutama theta dengan gelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan
adanya gelombang alpha.
- Gangguan teror tidur merupakan berdiri ditempat tidur yang tampak seperti
ketakutan dan bergerak-gerak. Serangan ini terjadi sepertiga malam yang
berlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Kadang-kadang penderita
tetap terjaga dalam keadaan terdisorientasi, atau sering diikuti tidur berjalan.
Gambaran teror tidur mirip dengan teror berjalan baik secara klinis maupun dalam
pemeriksaan polisomnografy. Teror tidur mungkin mencerminkan suatu kelainan
neurologis minor pada lobus temporalis. Pada kasus ini sering kali terjadi
perubahan sistem otonomnya seperti takhicardi, keringat dingin, pupil dilatasi,
dan sesak nafas.
- Gangguan mimpi menakutkan (nightmare disorder) Merupakan proses terjaga
dari tidur secara berulang karena mimpi yang menakutkan (mimpi buruk). Mimpi
buruk biasanya melibatkan cerita panjang seperti mimpi di mana terdapat
ancaman akan adanya bahaya fisik yang sudah dekat dengan individu, seperti
dikejar, diserang, atau dilukai. Orang yang mengalami biasanya dapat mengingat
mimpi buruk ini dengan jelas pada saat bangun tidur. Meskipun kesadaran
diperoleh segera setelah bangun, kecemasan dan ketakutan tetap bertahan dan
menghalangi mereka untuk tidur kembali. Mungkin setengah dari populasi
dewasa sesekali mengalami mimpi buruk, meskipun masih belum diketahui
persentase dari orang-orang yang mengalami mimpi buruk intensif dan berulang
yang menghasilkan suatu distres emosional. (American)
atau kesulitan berfungsi yang mengacu pada diagnosis gangguan mimpi buruk.
Mimpi buruk sering dihubungkan dengan pengalaman traumatis dan umumnya
lebih sering terjadi ketika individu berada dalam kondisi stress. Mimpi buruk
biasanya muncul saat tidur REM. Biasanya muncul pada larut malam atau
menjelang subuh. Meskipun mimpi buruk dapat berisi aktivitas motorik yang
hebat, seperti melarikan diri dari serangan, para pemimpi menunjukkan sedikit
aktivitas otot. Proses biologis yang sama yang mengaktifkan mimpi (termasuk
mimpi buruk) akan menghambat gerakan tubuh, mengakibatkan suatu jenis
kelumpuhan. (American)
2. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANNGUAN MENTAL /
PSIKIATRIK LAIN
Pada depresi berat dapat dijumpai latensi REM yang pendek, menurunnya tidur stadium 4
dan kehilangan waktu tidur total. Onset tidur relatif normal, tapi sering terbangun lebih awal
di pagi hari dan sulit tidur kembali. Pada anxietas terjadi perpanjangan`latensi tidur, tidur
gelisah disertai mimpi yang menakutkan dan serangan panik muncul selama tidur itu sendiri.
Pada psikosis dapat dijumpai insomnia atau mengantuk yang berlebihan. Pasien mungkin
menunjukkan perpanjangan latensi tidur, pengurangan tidur delta, latensi REM yang pendek.
Kondisi demensia dan delirium ditandai oleh peningkatan durasi dan frekuensi terjaga
malam hari, peningkatan tidur stadium 1, berkurangnya gelombang lambat (stadium 3 dan 4)
dan tidur REM, mengantuk berlebihan di luar masa tidur dan sering serangan tidur sejenak.
(American)
3. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI MEDIS UMUM
Tiap jenis gangguan tidur dapat disebabkan oleh kondisi medik umum seperti gangguan
gastrointestinal, asma, bronkitis, nyeri kepala, nyeri karena artritis, neoplasma, infeksi,
kelainan degeneratif, kelainan endokrin (diabetes melitus, hipertiroid), kelainan jantung
(gagal jantung), arteriosklerosis dan kelainan neurologis. Kelainan medik umum ini sering
didapat pada usia tua. Keluhan tidur yang dapat timbul berupa kesulitan untuk tertidur,
sering terbangun malam hari dan keluhan lainnya.
Menurut PPGD – III gangguan tidur dikelompokan berdasarkan etiologi gangguan tidur
non-organik. Yang termasuk kelompok ini adalah:3
a. Dysomnia adalah kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah jumlah,
kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional, misalnya: insomnia,
hipersomnia, gangguan jadwal tidur-jaga.
b. Parasomnia adalah peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur (pada kanak-
kanak hal ini terkait terutama dengan perkembangan anak, sedangkan pada dewasa
terutama pengaruh psikogenik).
Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan lainnya, baik
mental atau fisik. walaupun gangguan tidur yang spesifik terlihat secara klinis berdiri sendiri
sejumlah faktor psikiatri dan atau fisik yang terkait memberikan kontribusi pada kejadiannya.
Secara umum adalah lebih baik membuat diagnosis gangguan tidur yang spesfik bersamaan
dengan diagnosis lain yang relevan untuk menjelaskan secara adekuat atau patofisiologinya.
(Kaplan).
DIAGNOSIS
Dalam diagnosis gangguan tidur ada beberapa kriteria yang dijabarkan menurut DSM-IV
atau PPGDJ – III. Namun disini penulis lebih menjabarkan diagnosis menurut PPGDJ – III.
PPGDJ – III mengelompokan gangguan tidur non-organik terdiri dari:
1. F51.0 Insomnia non-organik
2. F51.1 Hipersomia non-organik
3. F51.2 Gangguan jadwal tidur jaga non-organik
4. F51.3 Somnambulisme (sleep walking)
5. F51.4 Teror tidur (night terrors)
6. F51.5 Mimpi buruk (nightmares)
7. F51.8 Gangguan tidur non-organik lainnya
8. F51.9 Gangguan tidur non-organik YTT (Yang Tidak Tergolongankan)
F51.0 Insomnia non-organik
F51.0 Hiperinsomnia non-organik
Pedoman Diagnostik :
Hal tersebut dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur atau
kualitas tidur yang burukb. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu salama minimal satu bulanc. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari sepanjang siang harid. Ketidakpuasanan terhadap kuantitas dan kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti jiwa lain seperti depresi, anxietas atau obsesi tidak menyebabkan diagnosis insominia diabaikan. Semua ko-morbiditas harus dicantumkan karena membutuhkan terapi sendiri.
Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria diatas (seperti pada transient insomnia) tidak didiagnosis disini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut atau gangguan penyesuaian.
Pedoman Diagnostik :
Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:a. Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur
(tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness).
b. Terjadi setiap hari selama 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi sosial dan pekerjaan.
c. Tidak ada gejala tambahan “narkolepsy” (cataplexy, sleep paralysis, hypnagogic hallucination) atau bukti klinis untuk “sleep apnoe” (nocturnal breath cessation, typical intermittent snoring sound, etc).
d. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukan gejala rasa kantuk pada siang hari
Bila hipersomnia hanya merupakan satu gejala dari gangguan jiwa lain, misalnya gangguan afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang mendasarinya. Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomia merupakan keluhan yang dominan dari penderita gangguan jiwa lainnya.
F51.2 Gangguan jadwal tidur jaga non-organik
F51.3 Somnambulisme (sleep walking)
Pedoman Diagnostik
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
a. Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya
pada sepertiga awal tidur malam dan terus berjalan-jalan (kesadaran berubah)
b. Selama satu episode, individu menunjukan wajah bengong (blank, staring face),
relatif tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi
keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita hanya dapat disadarkan atau
dibangunkan dari tdurnya dengan susah payah.
c.
Somnambulisme harus dibedakan dari serangan epilepsi psikomotor dan fugue
disosiatif.
Pedoman Diagnostik :
Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:a. Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchorny) dengan pola
tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat.b. Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hiperinsomina pada waktu
kebanyakan orang jaga, dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang dalam kurun waktu yang lebih pendek
c. Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas dan waktu tidur yang menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti anxietas, depresi, hipomania, tidak menutup kemungkinan diagnosis gangguan jadwal tidur-jaga non-organik, yang penting adanya dominasi gambaran klinis gangguan ini pada penderita. Apabila gejala gangguan jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat diagnosis gangguan jiwa secara terpisah.
F51.4 Teror tidur (night terrors)
F51.5 Mimpi buruk (nightmares) (rusdli)
F51.8 Gangguan tidur non-organik lainnya
F51.9 Gangguan tidur non-organik YTT (Yang Tidak Tergolongankan)
1. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 2007. Normal sleep and sleep disorder in Comprehensive
Textbook of Psychiatry vol.2 10th edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore.
pg.786-790
2. American Psychiatry Association. 1994. Sleep Disorder in Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder, 4th ed. DSM-IV. Birtish Libary: Washington DC . Pg.551-
607
3. Maslim R. 2001. Ganguan Tidur Non-organik dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan
Jiwa. Rujukan Ringkasan dari PPGDJ-III. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
UNIKA Atmajaya: Jakarta. hal.92-96