Fisiologi Nifas Dan Penanganannya

download Fisiologi Nifas Dan Penanganannya

of 21

description

for medical student Only

Transcript of Fisiologi Nifas Dan Penanganannya

FISIOLOGI NIFAS DAN PENANGANANNYA

LEMBAR PENGESAHANKATA PENGANTARKATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Allah SWT mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui proses pemecahan dan pengayakan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya Makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang INFEKSI MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia Kesehatan Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan Makalah ini. Semoga Makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun Makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknyaDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN

Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.1-,3

Tabel 1, Pregnancy Risk Assessment Survellance system( Dikutip dari daftar Pustaka No. 4)

BAB II PEMBAHASAN FISIOLOGI NIFAS

A. DEFINISI NIFASMasa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan.5 Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerpurium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. 4Masa Nifas atau puerpuerium dimulai sejak 1 jam setelah lahir nya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari), dan sampai dengan kembali sebelum hamil.1

B. PEMBAGIAN NIFAS1. Puerpurium dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 22. Puerpurium intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 23. Remote puerpurium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan 2

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut : a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu. 5b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. 5c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. 5C. FISIOLOGI NIFAS1. INVOLUSI UTERUS DAN PENGELUARAN LOKHIAUterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil dengan berat 60 gram.Perubahan uterus masa nifas (Involusi uteri)

Tinggi fundus uteri Berat uterus Diameter uterus Palpasi servik

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm Lembut/lunak

7 hari Pertengahan pusat simfisis 500 gram 7,5 cm 2 cm

14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm 1 cm

6 Minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit

Tabel 2, Peruban uterus masa nifas( dikutip dari daftar pustaka no.5)

Gambar 1, Involusi uteri (dikutip dari daftar pustaka no. 11)

Bekas luka implantasi plasenta dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm .Ligamen, vasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu kehamilan dan persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut.5

Gambar 2, Involusi uteri (dikutip dari daftar pustaka no. 4)

Menurut Waryana (2010, p.60), lochea dibagi menjadi : 5a) Lochea rubra Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vornik kaseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan. b) Lochea sanguilenta Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari 3-7 hari persalinan. c) Lochea serosa Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 hari pasca persalinan. d) Lochea alba Cairan putih setelah 2 minggu. e) Lochea purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. f) Locheastasis Lochea yang tidak lancar keluarnya.

2. LAKTASI Menyusui adalah keterampilan yang dipelajarai ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi.selama enam bulan. Sedangkan laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia.6Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai makan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang untuk membangun SDM yang berkualitas Protokol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit kekulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan bila diperlukan, menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan inisiasi menyusu selesai dilakukan. 6

Gambar 3, Perubahan Struktur mamae (dikutip dari daftar pustaka No.6)

Menyusui merupakan gabungan kerja hormon, refleks dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor berikut ini 6a. Laktogenesis Laktogenesis, yaitu permulaaan produksi susu dimulai pada tahap akhir kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveola oleh laktogen plasenta, yaitu suatu substansi yang menyurapai prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara. 6b. Produksi susu Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan jumlah produksi hormon prolaktin yang cukup dihipofisis anterior dan pengeluran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu. 6c. Ejeksi susu Pergerakan susu di alveoli ke mulut bayi merupakan proses yang aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung pada refleks let-down atau refleks ejeksi susu. Refleks let-down secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk menyekresi oksitosin. Di bawah produksi oksitosin, sel-sel disekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui sistem duktus ke dalam mulut bayi. 6d. Kolostrum Kolostrum berwarna kuning kental berfungsi untuk kebutuhan bayi baru lahir. Kolostrum mengandung antibody vital dan nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal bayi. Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi susu ibu antara hari ketiga dan kelima masa nifas Susu ibu 6

Bayi baru lahir yang cukup bulan dan sehat memiliki tiga refleks yang diperlukan agar proses menyusui berhasil yaitu : a. refleks rooting, refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan puting susu apabila diletakkan di payudara. 7b. refleks mengisap yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau pengganti puting susu sampai ke langit keras dan punggung lidah. Refleks ini melibatkan rahang , lidah dan pipi. 7c. Refleks menelan yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menelan areola, sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi. 7

Gambar 4, Hormone Prolactin (Dikutip dari daftar Pustaka No. 8)

Mammae besar, keras,nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu.Kondisi kondisi ibu dilarang menyusui anaknya: 7 Mastitis purulenta Ibu dengan penyakit menular Keadaan umum ibu kurang baik Bayi prematur / imatur

3. PERUBAHAN SISTEM TUBUH LAINa) Perubahan sistem pencernaan Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan. Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perinium, jangan sampai lepas dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan tiga sampai empat hari setelah persalinan. 4b) Perubahan perkemihan Urine pada masa nifas biasanya dikeluarkan berlebihan(poliuria) yang terjadi anatra hari ke-2 sampai hari ke-5. Hal ini diakibatkan karena retensi air dalam kehamilan yang sekarang dikeluarkan dan dapat mencapai 3 liter/hari. 9Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan .4

c) Sistem HematologiPada saat fase nifas, terdapat perubahan pada sistem hematologi, diantaranya lekositosis dan tombositosis: 4 leukositosis (s.d 30.000/mm3)selama & sesudah persalinan trombositosis akhir minggu pertama kembali normald) Perubahan Psikisi. Fase Taking in (1-2 hari post partum) Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada diri dan tubuhnya sendiri. Mengulang-ulang, menceritakan pengalaman proses bersalin yang dialami. Wanita yang baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur dengan gejala lelah, cepat tersinggung, campur baur dengan proses pemulihan .10ii. Fase hold period (3-4 hari post partum) Ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuan menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu 10iii. Fase Letting go Pada fase ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS. Ibu mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi, begitu juga adanya grefing karena dirasakan dapat mengurangi interaksi sosial tertentu.10

BAB IIIPERAWATAN DAN PENANGANAN FASE NIFAS

A. TUJUAN Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan kesejahtaraan fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu, mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009). 12

B. PROGRAM DAN KEBIJAKAN TEKNISPada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi.12

Kunjunganwaktutujuan

16- 8 jam setelah persalinanmencegah perdarahan masa nifas

mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan

memberikan ASI awall

mencegah Bayi mengalami Hipotermi

26 hari setelah persalinanmemastikan involusi uterus berjalan normal, fundus dibawah umbilikus ,dll

menilai ada tandanya demam, infeksi, dan perdarahan abnormal

memastikan ibu cukup istirahat

memberikan konseling mengenai asuhan bayi, tali pusat

32 minggu setelah persalinansama seperti 6 hari

46 minggu setelah persalinanmenanyakan tentang penyulit-penyulit setelah kelahiran

memberikan konseling KB

Tabel 2, Program kebijakan Teknis (Dikutip dari daftar pustaka No. 12)

C. PENILAIAN KLINIKBerupa anamnesis dan Pemeriksaan kondisi ibu.Anamnesis terdiri dari:12a. Riwayat ibu Nama, umur(identitas) Keluhan saat ini Menyusui? dllb. Riwayat sosial ekonomi Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu Kebiasaan minum, merokok, dll dllc. Riwayat bayi Menyusui Keadaan tali pusat BAK dan BAB

Pemeriksaan Kondisi IbuUmumPayudaraPerut/uterusVulva/perineum

TTVputing susuposisi uteruspengeluaran lochia

tanda edemanyeri tekankontraksi uteruspenjahitan laserasi

reflexabsesukuran kandung kemihLuka

varicespengeluaran asihemoroid

Tabel 3, Pemeriksaan kondisi ibu (Dikutip dari daftar pustaka No. 12)

D. TINDAKAN UNTUK ASUHAN NIFAS NORMALTindakanDeskripsi dan keterangan

Kebersihan dirianjuran kebersihan seluruh tubuh

mengajarkan cara membersihkan daerah kemaluan( dari depan ke belakang)

mengganti pembalut 2 kali sehari

mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin

bilamana ada luka luka episiotomi , hindari menyentuh daerah tsb.

IstirahatAnjurkan ibu untuk beristirahat cukup

sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan.

kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI

Latihandiskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal

jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti:

dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam, dan angkat dagu ke dada: tahan satu hitungan sampai 5. rileks dan ulangi 10 kali

untuk memperkuat tonus otot vagina(senam kegel)

dan banyak lain cara untuk latihan

Giziibu menyusui harus:

mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein , mineral dan vitamin yang cukup

minum sedikit 3 liter air setiap hari

pil zat besi setidak nya 40 hari pasca persalinan

minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin tersebut ke bayi melalui ASI

Perawatan payudaramenjaga payudara tetap bersih dan kering

menggunakan BH yang menyokong payudara

apabila puting lecet lakukan perawatan dan apabila lecet dapat diistirahatkan puting yang lecet selama 24 jam, ASI diminumkan dengan sendok

untuk menghilangkan nyeri dapat minum PCT 500 mg 4-6 jam

apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:

pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit

urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan dengan arah "Z" menuju puting

keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak

susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan

Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui

payudara dikeringan

Hubungan perkawinan/rumah tanggasecara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau da jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.

keluarga berencanaidealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurang nya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali

Tabel 4, Tindakan Asuhan nifas Normal (Dikutip dari daftar pustaka No. 12)E. Postnatal exercisesLatihan Postnatal sangat penting untuk berbagai alasan. Misalnya, mereka akan mencegah masalah peredaran darah, membantu untuk menghindari ketidaknyamanan perineal dan edema dan memperkuat perut dan otot-otot perineum, dan dapat membantu untuk mencegah masalah dalam kehamilan dan persalinan di masa depan. itu latihan harus dimulai sehari setelah bayi lahir dan dilanjutkan sampai bayi setidaknya berusia tiga bulan.13

Gambar 5 , Postnatal exercises( Dikutip dari daftar pustaka No.13)

BAB IV PATOLOGI PADA FASE NIFAS

A. SUBINVOLUSI UTERISesudah persalinan uterus yang berat nya 1000 gram akan mengecil sampai 40 gram- 60 gram dalam 6 minggu. Proses ini dinamakan involusi uterus. Sub-involusi proses mengecilnya uterus terganggu. Atau tidak sesuai dengan waktu dimana seharus nya uterus sudah mengecil susuai umur atau hari nifas seorang ibu. Faktor penyebab: Sisa plasenta Endometritis Mioma Uteri, dllAndrew and colleagues menyebutkan 25 kasus perdarhan yang terjadi antara hari ke -7 dan hari ke-40 post partum berhubungan dengan Nonivoluted uretroplacental arteries. Biasanya disebabkan karena terdapatnya trombus pada arteri dan lapisan endotel arteri yang tipis. 14

B. DEMAM PASCA PERSALINANDemam pasca persalinan atau demam nifas aatau morbiditas puerperalis meliputi demam yang timbul pada masa nifas oleh sebab apa pun, menurut Joint committee on maternal welfare defisini demam pasca persalinan ialah kenaikan suhu tubuh >= 38 C yang terjadi selama 2 hari pada 10 hari pertama pasca persalinan, kecuali pada 24 jam pertama persalinan, dan diukur dari mulut sekurang-kurangnya 4 kali sehari.141. Riwayat/SejarahInfeksi nifas berawal dari Hippocrates( abad ke -5 SM). Dalam diskusi nya tentang perempuan, De Muliebrum Morbis, Hippocrates menjelas kan tentang kondisi ini dan menduga keadaan ini akibat tertahannya isi perut/usus.14Ignaz Semmelweis (1841) mencatat bahwa perempuan yang melahirkan dikamar bersalin di Wina dan ditolong bidan hanya sedikit yang mengalami kematian akibat infeksi nifas(2 %) jika dibandingkan oleh dokter(16 %). Hal ini diduga karena hubungan eratnya dengan tindakan dokter yaitu Otopsi yang dikerjakan terhadap wanita yang telah meninggal, sedangkan bidan tidak. Dan maka setelah itu diwajib kan untuk mencuci tangan terlebih dahulu. 142. Faktor ResikoBerkaitan dengan: Faktor status sosioekonomi: dihubungkan dengan gizi yaitu anemia serta kencederungan tempat tinggal dan cara merawat diri. 14 Proses persalinan: partus lama, ketuban pecah, korioamnionitis, dll. 14 Tindakan persalinan: Seksio sesarea(5-30 x lebih besar dengan resikok endometritis 12- 51 % lebih besar). Tindakan episiotomi, ekstraksi dengan alat. 143. Bakteriologi: kebanyakan infeksi disebabkan oleh bakteri asli yang memang berada pada jalan lahir, Contoh : Grup A streprokokus Beta hemolitikus. 144. Cara terjadi nya infeksi 14 Tangan pemeriksa Droplet infection karena kontaminasi alat Nasokomial Infeksi intrapartum5. Pencegahan 14 Selama kehamilan: perbaikan status gizi Selama persalinan : berhubungan dengan tindakan dan lamanya. Melakukan dekontaminasi dan penyucian Selama Nifas : perawatan luka pada jalan lahir6. MetritisInfeksi uterus pada saat pascapersalinan dikenal dengan endometritis, endomiometritis, dan endoparametritis. Saat ini dipakai adalah istilah metritis untuk infeksi pada uterus post partum. 14Persalinan dengan seksio sesarea merupakan faktor presdisposisi utama timbulannya metritis dan erat kaitanna dengan status sosioekonomi penderita. 14Patogenesis terjadinya metritis karena masuk nya bakteri penyebab pada daerah implantasi plasenta. 14a) Infeksi Luka operasiKejadian infeksi luka operasi pasca tindakan seksio sesarea berkisar antar 3 15 % dengan rata-rata 6% . faktor resiko timbulnya hal tersebut dikarenakan obesitas, diabetes, pengobatan dengan Kortikosteroid, anemia, dan hematom pada luka. 14b) Dehisensi Luka OperasiDehinsensi adalah terbukanya jahitan pada fasia abdomen. Disebabkan karena infeksi dan dengan gejala keluarnya serosanguinus dan biasana terjadi pada hari ke 5. 14c) Selulitis parametriumBiasa nya terjadi pada pasien yang mengalami seksio sesara, dapat terjadi hal ini dengan keluhan nyeri, dan demam mengggil, dan biasanya terjadi unilaterald) Infeksi perineum, vagina dan serviks. 14Infeksi pada luka episiotomi merupakan kejadian yang cukup jarang, bila terjadi infeksi, maka kemungkinan dehincence harus dipertimbangkan. Ramin dan kawan-kawan(1992) melaporkan timbulnya 0,5% dehisens pada luka episiotomi. 14 Gejala klinik: nyeri pada daerah terinfeksi dan disuria dengan atau tanpa retensi urine, flour yang purulen, dan demam. 14 Tatalaksana: prinsip infeksi adalah drainase dan pemberian antibiotika, dan bila infeksi sudah hilang dan timbul jaringan granulasi maka dapat dilakukan penjahitan sekunder. 14

C. ASPEK PSIKOLOGIK PADA NIFASPsikosis pasca persalinan terjadi dalam 1-2 dalam 1000 persalinan. Merupakan gangguan mental yang berat yang memerlukan perawatan yang serius karena perempuan tersebut dapat melukai dirinya atau pun bayina. Gejala timbul umumnya dari beberappa hari sampai 4-6 minggu pasca persalinan. Gejala dapat berupa tidak tidur, mudah tersingging, dan sebagainya dimana adanya gangguan organik sudah disingkirkan. Dikenal berbagi macam kelainan psikiatrik pada ibu hamil. 15 Anxietas Personality disorder Major mood disorderPostpartum blues, dinamakan juga postnatal blues atau baby blues adalah ganggu mood yang menyertai suatu persalinan. Biasanya terjadi pada hari ke-3 sampai ke 10 dan umumnya terjadi akibat perubahan hormonal. Umum terjadi kira-kira antara 10-17 % dari perempuan. Ditandai dengan menangis, mudah tersinggung, cemas, dan menjadi pelupa. 15 Skizofrenia Psikosis post partum: 15 Kejadian : 1-4 % Gejala: depresi, manic, skizofrenia, atau skizoaffective Perhatikan : faktor genetik, dan faktor biologik 25 % berulang pada kehamilan berikutnya Pengobatan: psikoterapi, antidepresan, antipsikotik ECT

BAB VKESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA1. Hadijono S R. Asuhan Nifas Normal In: Ilmu Kebidanan.Ed IV.Bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta 2010. P.356-652. ochtar,R : Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi I, ed-2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1991. hal : 129-132

3. Sterweil P, Nygren P, Chan BK, Helfand M. System1. ACOG. ACOG Practice Bulletin: Clinical Management Guidelines for Obstetrician-Gynecologists Number 76, October 2006: postpartum hemorrhage. Obstetrics and gynecology 2006;108:1039-47

4. Cunningham G, Leveno K , Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K. The puerperium. Williams Obstetrics . Ed 23rd. Philadelphia: Mcgraw Hill Professional. 2009. P 646-61.

5. Anonymous . Definition of puerperium. Diunduh pada tanggal 6 mei 2014. Available on http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=7922

6. ?

7. Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta: EGC, 20008. Silbernagl S. Lang F. Color Atlas of Pathophysiology, Thieme : Stuttgart, Newyork. 2000. P.260.

9. Wirakusumah F, Mose J, Krisnadi S, Et all. Peurperium obstetri fisiologi ilmu kesahatan Reproduksi. Ed 2. Jakarta. EGC. 2001. P 187-95

10. ?

11. Anymous. Involution. Diunduh pada tanggal 5 mei 2014. Available on: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/involution

12. Bari S A, Andriaansz G, Waspodo D, Edt. Buku acuan Nasional pelayanan kesahatan maternal dan neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. 2006. P 122-31.

13. Anonymous. Essential Antenatal, Perinatal and Postpartum Care .WHO. 2002. p.296. Available on http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0013/131521/E79235.pdf

14. Effendi J.S, Pribadi A . Demam Pascapersalinan In: Ilmu Kebidanan.Ed IV.Bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta 2010. P.643-58.

15. Hadijanto, Bantuk. Aspek Psikologik pada kehamilan, persalinan,dan Nifas. In: Ilmu Kebidanan.Ed IV.Bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta 2010. P.858-65