Farmakologi Diare
-
Upload
etn-centre -
Category
Documents
-
view
92 -
download
3
description
Transcript of Farmakologi Diare
DIARE (BERAK-BERAK) DAN TERAPINYA
Diare merupakan salah satu gangguan kesehatan yang umum terjadi dilingkungan kita. Diare
sering dianggap gangguan penyakit yang ringan, namun penanganan yang tidak tepat dan
atau terlambat dapat dan sering kali menimbulkan kematian. Diare dapat disebabkan oleh
berbagai jenis virus dan bakteri.
Ada empat mekanisme patofisiologi diare yang dihubungkan dengan empat kategori diare,
yaitu:
1. Sekretorik
2. Osmotik
3. Eksudatif
4. Perubahan transit usus
Sedangkan manajemen diare difokuskan untuk mencegah kehilangan cairan dan elektrolit
yang berlebihan, memberi perawatan, mengatasi timbulnya gejala dan menghilangkan
penyebab, serta mengobati penyakit sekunder yang ditimbulkannya jika ada.
Diare umumnya bermula dengan tiba-tiba dan jika tanpa tindakan pengobatan akan
menghilang dengan sendirinya setelah 1 atau 2 hari. Dalam beberapa kasus diare dapat
bersifat menular. Dan ada kalanya diare merupakan pertanda adanya gangguan penyakit
sistemik tertentu.
Untuk memahami apa itu diare, perlu diketahui sebuah definisi yang jelas mengenai diare
ini. Namun berbagai referensi memberikan definisi diare yang cukup beragam. Namun secara
umum diare dapat didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi
tinja dibandingkan dengan pola normal. Frekuensi dan konsistensi tinja/feses pada beberapa
orang memang bervariasi. Diet barat umumnya menghasilkan tinja seberat 100-300 gram
perhari.
Jumlah tinja yang dihasilkan sangat tergantung pada jumlah bahan nonabsorbable (tak
terserap) yang dikonsumsi seseorang. Diet budaya timur seperti di Afrika sangat
memungkinkan menghasilkan feses yang lebih besar dari 300 gram perhari karena tingginya
sayuran kaya serat yang tak terabsorpsi yang mereka konsumsi.
Diare dapat dihubungkan/berhubungan dengan penyakit dalam usus atau sebagai gejala
dari penyakit lain diluar usus. Sebagai contoh disentri basiler berhubungan langsung dengan
usus, sedangkan diabetes melitus dapat menyebabkan diare neuropatik. Diare dapat bersifat
akut atau kronis. Diare akibat infeksi umumnya bersifat akut, sedangkan diare neuropatik
bersifat kronis. Akut atau kronisnya diare memiliki penyebab patofisiologi yang sama yang
akan membantu dalam pemilihan tindakan perawatan.
Epidemiologi
Epidemiologi diare bervariasi pada negara maju dan berkembang. Diare merupakan
masalah gastrointestinal utama ditempat-tempat seperti panti penitipan anak, panti jompo,
yang mungkin karena faktor usia yang terlalu muda atau lanjut usia ditambah faktor
lingkungan yang kurang baik telah menjadikannya sebagai faktor resiko diare.
Virus dan bakteri merupakan salah satu penyebab diare yang menular. Bakteri yang dapat
menyebabkan diare diantaranya Shigella, Salmonela, Campylobacter, Staphylococcus dan E.
Colie. Keracunan makanan adalah penyebab lain terjadinya diare. Di negara-negara
berkembang, diare merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak.
Patofisiologi
Dalam keadaan puasa, sekitar 9 liter cairan memasuki usus halus setiap harinya. 2 liter
diantaranya diperoleh dari makanan dan sisanya merupakan hasil sekresi internal. Karena
adanya makanan, duodenum menjadi hipertonik. Ketika makanan mencapai ileum, maka
osmolalitasnya menyesuaikan dengan osmolalitas plasma, dimana sebagian besar
karbohidrat, lemak dan protein diserap. Volume ileum menurun sekitar 1 liter setelah
makanan memasuki kolon. Jika kapasitas penyerapan air kecil, maka kolon akan menerima
kelebihan sisa makanan yang masih banyak mengandung air dari usus besar, sehingga terjadi
diare. Kolon hanya menyerap air sekitar 100 ml perhari.
Ada empat mekanisme patofisiologi diare yang dapat menyebabkan terjadinya
keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya diare dan merupakan
mekanisme pendekatan terapi diare adalah :
1. Perubahan transpor ion aktif baik disebabkan oleh penurunan penyerapan natrium
maupun peningkatan sekresi klorida.
2. Perubahan motilitas usus
3. Peningkatan osmolaritas luminal
4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
Diare sekretorik terjadi karena adanya peningkatan zat perangsang yang menyebabkan
peningkatan sekresi maupun penurunan penyerapan air dan elektrolit dalam jumlah besar. Zat
yang dapat menyebabkan peningkatan sekresi diantaranya:
1. vasoaktif intestinal peptide (VIP) pada penderita tumor pankreas
2. diet lemak tak terabsorpsi pada steatorrhea
3. laxatif (pencahar)
4. hormon (seperti sekretin)
5. bakteri racun
6. garam empedu yang berlebihan
Selain meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit, agen-agen tersebut juga menghambat
penyerapan elektrolit. Pada diare sekretorik dapat dihasilkan feses sebanyak lebih dari 1000
gram perhari.
Zat yang sulit diserap mempertahankan cairan usus sehingga mengakibatkan diare
osmotik. Diare ini terjadi melalui proses:
1. malabsorpsi
2. intoleransi laktosa
3. pemberian ion divalen (seperti magnesium pada antasida)
4. konsumsi karbohidrat sukar larut (seperti laktulosa)
Diare ini sangat mudah dibedakan dari diare tipe lainnya, karena diare ini akan berhenti
jika pasien dalam keadaan puasa.
Penyakit inflamasi pada saluran cerna telah mengubah komposisi mukus, lendir, protein
serum dan plasma ke dalam usus, sehingga mengakibatkan terjadinya diare eksudatif.
Perubahan motilitas usus mengakibatkan diare melalui tiga mekanisme berikut :
1. Pengurangan waktu kontak dalam usus halus
2. Pengosongan kolon yang terlalu cepat
3. Pertumbuhan bakteri yang berlebihan
Reseksi usus, operasi bypass dan obat-obatan seperti metoklopramid dapat menyebabkan
diare tipe ini.
Etiologi Pemeriksaan Tinja
Karakteristik tinja penting untuk menilai tipe diare. Frekuensi, volume, konsistensi dan
warna memberi petunjuk tentang diagnosis diare tersebut. Misalnya diare yang dimulai dari
usus halus akan mengahasilkan volume yang besar, berair atau berlemak, berbau busuk, serta
mengandung partikel yang tak tercerna dan biasanya tidak mengandung darah kotor.
Sedangkan diare kolon, volumenya lebih sedikit, berwarna pucat, kadang disertai darah dan
lendir. Rektal telemus dengan flatus terjadi pada diare usus besar.
Gejala Klinis Diare
Umum
Diare akut umumnya akan hilang dalam 72 jam setelah onset. Diare kronis sering mengalami
perpanjangan periode.
Tanda dan Gejala:
1. Timbul mual, demam, sakit kepala, muntah, sakit perut, dan malaise secara tiba-tiba
2. Buang air besar menjadi sering, selama 60-72 jam
3. Nyeri kuadran kanan bawah, kram dan terdengar suara usus, merupakan karakteristik
penyakit usus halus
4. Pada diare usus besar, rasa sakit terasa mencengkram, sensasi sakit dengan telesmus
(tegang dan tidak efektif. Nyeri melokalisasi sebelah kanan, daerah hipogastrikus, atau
sebelah kiri lebih ke bawah.
5. Pada diare kronis, ditandai juga dengan penurunan berat badan, anoreksia, dan kelemahan
kronis
Pemeriksaan
Pemeriksaan akan menemukan hiperperistaltik dengan borborigmi lembut secara umum
maupun lokal.
Tes Laboratorium
1. Pemeriksaan feses meliputi mikroorganisme, darah, lendir, lemak, osmolarias, PH,
konsentrasi elektrolit dan mineral
2. Pemeriksaan serologi antibodi menunjukan peningkatan titer antibodi pada periode 3-6
hari. Pengujian ini tidak spesifik
3. Volume feses total harian
4. Visualisasi langsung dengan endoskopi dan biopsi usus untuk menilai kemungkinan
adanya kolitis atau kanker
5. Pemeriksaan radiologi membantu menilai kondisi inflamasi dan neoplastik.
Obat-obat yang Dapat Menyebabkan Diare
1. Laksatif (pencahar)
2. Antasida yang mengandung magnesium
3. Antineuroplastik
4. Auranofin (garam emas)
5. Antibiotik; klindamisin, tetrasiklin, sulfonamid, semua antibiotik spektrum luas
6. Antihipertensi; reserpin, guanetidin, metildopa, guanabenz, guanadrel
7. Kolinergik; bethanechol, neostigmin
8. Obat jantung; quinidin, digitalis, digoksin
9. Obat-obat antiibflamasi nonsteroid; prostaglandin, kolkhisin
Pencegahan
Untuk pencegahan diare akut akibat virus, dapat dicegah dengan cara menghindari lokasi
wabah diare tersebut. Sedangkan untuk diare akut akibat bakteri dapat dicegah dengan
penanganan bahan makanan yang baik, sanitasi air dan lingkungan.
Terapi
Terapi Non Farmakologis
Diet merupakan prioritas utama dalam penanganan diare. Menghentikan konsumsi
makanan padat dan susu perlu dilakukan. Rehidrasi dan maintenance air dan elektrolit
merupakan terapi utama yang harus dilakukan hingga episode diare berakhir. Jika pasien
kehilangan banyak cairan, rehidrasi harus ditujukan untuk menggantikan air dan elektrolit
untuk komposisi tubuh normal. Sedangkan pada pasien yang tidak mengalami deplesi
volume, pemberian cairan bertujuan untuk pemeliharaan cairan dan elektrolit.
Pemberian cairan parenteral perlu dilakukan untuk memasok air dan elektrolit jika pasien
mengalami muntah dan dehidrasi berat, selain untuk mencegah terjadinya hipernatremia.
Terapi Farmakologis
Berbagai obat yang digunakan dalam terapi diare dimasukan dalam kategori berikut:
antimotilitas, adsorben, antisekretori, antibiotik, enzim dan mikroflora usus. Obat yang
digunakan ini tidak menyembuhkan, namun bersifat paliatif (meringankan)
1. Opiat dan derivatnya. Opiat dan derivatnya meringankan gejala diare dengan cara
menunda transit isi intraluminal atau dengan meningkatkan kapasitas usus, sehingga
memperpanjang waktu kontak dan penyerapan. Enkefalin, uatu zat opiat endogen, yang
mengatur gerakan fluida didalam mukosa dengan merangsang proses penyerapan.
Dampak buruk penggunaan opiat adalah adanya resiko ketergantungan dan kemungkinan
memperburuk diare akibat infeksi. Opiat umumnya bekerja melalui mekanisme sentral
dan perifer kecuali pada loperamid. Loperamid merupakan antisekretori yang bekerja
pada sistem perifer dengan menghambat pengikatan protein kalsium pada kalmodulin dan
mengendalikan sekresi klorida. Loperamid tersedia dalam sediaan kapsul 2 mg atau
larutan 1 mg/5 ml. Dosis lazim dewasa adalah 4 mg peroral pada awal pemakaian diikuti
2 mg setiap setelah devekasi hingga 16 mg perhari. Dephenoksilat adalah agen opiat lain
yang digunakan dalam penanganan diare. Tersedia dalam sediaan tablet 2,5 mg atau
larutan 2,5 mg/5 ml. Dosis pada orang dewasa 3 sampai 4 kali sehari 2,5-4 mg, dengan
maksimum dosis 20 mg perhari. Selain itu defoksin, suatu turunan defenoksilat juga
sering digunakan sebagai kombinasi dengan atropin. Dosis pemakaian pada dewasa
adalah 2 mg pada awal pemakaian selanjutnya 1 mg setiap setelah devekasi, dosis
maksimum 8 mg perhari.
2. Absorbens. Absorbens digunakan untuk mengatasi munculnya gejala diare. Dalam
kerjanya, absorben bekerja secara tidak spesisfik dengan menyerap air, nutrisi, racun,
maupun obat. Pemberian adsorben bersama obat lain, akan menurunkan bioavailabilitas
obat lain tersebut. Polikarbofil terbukti efektif mampu menyerap 60 kali beratnya. Dosis
pada orang dewasa adalah 4 kali sehari 500 mg hingga maksimum 6 gram perhari.
Adsorben lain yang dapat digunakan adalah Campuran kaolin-pektin dengan dosis 30-120
ml setiap setelah buang air besar, atau attapulgit dengan dosis 1200-1500 mg setiap
setelah buang air besar.
3. Antisekretori. Bismut subsalisilat terbukti memeliki efek antisekretori, antiinflamasi dan
antibakteri. Sediaan obat ini adalah tablet kunyah 262 mg/tablet atau 262 mg/5 ml larutan.
Dosis pada orang dewasa adalah 2 tablet atau 30 ml larutan setiap 30 menit untuk 1
sampai 8 dosis perhari. Oktreotide suatu analog somatostatin endogen sintesis digunakan
untuk mengatasi gejala karsinoid tumor dan vasoaktif peptida yang disekresikan tumor.
Dosis oktreotide bervariasi tergantung indikasi. Oktreotide menghambat banyak aktivitas
hormon gastrointestinal sehingga penggunaanya banyak menimbulkan efek samping.
4. Produk Lain. Sediaan laktobacilus (Enpac, Synerlac, Lacteol 5) dapat menggantikan
mikroflora usus, sehingga membantu mengembalikan fungsi normal usus dalam keadaan
tertentu, seperti penggunaan antibiotic berkepanjangan dan infeksi monilia serta
mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen. Namun, diet produk yang mengandung
200-400 mg laktosa atau dekstrin sama efektifnya dengan memproduksi rekolonisasi flora
normal. Selain itu antikolinergik seperti atropin juga dapat membantu memperpanjang
transit usus.
5. Tinidazol (Fasigyn) dan Metronidazol (Flagyl) digunakan pada giardiasis dan disentri
amuba. Juga sebelum dan sesudah bedah digestif sebagai profilaksis dan terapi terhadap
infeksi anaerob.
6. Natamisin (Pimafucin) dan nistatin (Mycostatin) secara oral dipakai untuk mengobati
infeksi monilia usus yang dapat disebabkan dosis besar dan/atau terapi anti-biotik
berkepanjangan.
Pengobatan Diare yang Tepat (referensi lain)
1. Tidak selamanya diare itu buruk. Sebenarnya diare adalah mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Racun yang dihasilkan oleh virus, bakteri, parasit
dan sebagainya akan dibuang keluar bersama dengan tinja yang encer.
2. Kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit penting adalah penyebab kematian
pada penderita diare. Kondisi yang disebut dehidrasi ini berbahaya karena dapat
menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan kesadaran pasien. Jangan
anggap remeh, kalau tidak diatasi bisa menimbulkan kematian.
3. Sebagian besar diare akut (diare mendadak) pada anak dapat disembuhkan hanya
dengan pemberian cairan dan meneruskan pemberian makanan saja. Oleh sebab itu, inti
dari pengobatan diare adalah memberikan cairan untuk menghindari terjadi dehidrasi.
4. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi)
dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah
makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan
dengan klinis pasien.
5. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab
diare. seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan
spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.
6. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter
akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri,
parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum
sesuai petunjuk dokter
7. Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat
menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
Penggolongan Obat Diare
1. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti
antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
a. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap
sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan.
Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua
syarat ideal tersebut.
b. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat
motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.
Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya
diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang
sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi
terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
c. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli &
Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-
anak maupun dewasa.
d. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik,
secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap
toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan
melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan
integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol
urin pada anak dengan diare akut.
2. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan
diare dengan beberapa cara:
a. Zat penekan peristaltik (antimotilitas), sehingga memberikan lebih banyak waktu
untuk reabsorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin
(difenoksilat/memiliki kerja opiat dan loperamida/tidak memiliki kerja opiat),
antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna), kodein fosfat adalah analgesik
narkotik dan mengurangi nyeri diare.
Reaksi yang merugikan :
1) Takar lajak dapat menimbulkan mual, muntah, konstipasi, dan depresi
respiratori.
2) Dapat timbul adiksi dengan kodein fosfat.
3) Lomotil juga mengandung atropine (pelindung terhadap kelebihan dosis).
Karena itu dapat berakibat mulut kering dan takhikardia.
b. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin)
dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
c. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap
(adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang
adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga
musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan
suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat
antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
3. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali
mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
4. Agens Hidrofilik, agens ini memiliki kapasitas tinggi mengabsorpsi air dalam usus. Bila
meminum obat ini, gunakan air sesedikit mungkin. Misalnya karboksimetil selulosa
(Isogel), Sterkulia (Normacol), Psyllium (Metamucil), Methylcellulose (Cellulose), dan
mucus tumbuhan, dan kulit frangula (Granocol).