Family Medicine - TB

27
BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat (2015-2025) adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat diantaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, kesehatan dan budaya sosial. Menurut Hendrik L Blum derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu, Lingkungan, Prilaku, Pelayanan Kesehatan dan Keturunan. Dari keempat faktor tersebut menurut Blum faktor lingkungan dan perilaku adalah faktor yang paling besar mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. 1.2 Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit kronis yang dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menginfeksi paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ lain atau ekstra paru seperti selaput otak, pleura, selaput jantung (pericardium), kulit,tulang, 1

description

IKM

Transcript of Family Medicine - TB

Page 1: Family Medicine - TB

BAB 1

PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat (2015-2025) adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat diantaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan,

kesehatan dan budaya sosial. Menurut Hendrik L Blum derajat kesehatan masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor yaitu, Lingkungan, Prilaku, Pelayanan Kesehatan dan

Keturunan. Dari keempat faktor tersebut menurut Blum faktor lingkungan dan perilaku

adalah faktor yang paling besar mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.1.2

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit kronis yang dikenal sebagai salah satu

penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menginfeksi paru-paru walaupun pada sepertiga

kasus menyerang organ lain atau ekstra paru seperti selaput otak, pleura, selaput jantung

(pericardium), kulit,tulang, persendian, saluran kencing, usus, ginjal, dan alat kelamin.

Penularan terjadi melalui droplet nuklei di udara yang dihasilkan oleh pasien dengan

tuberkulosis paru.3

Di Indonesia tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat.

Indonesia merupakan negara dengan pasien TB Paru terbanyak ke-3 di dunia setelah India

dan Cina, diperkirakan jumlah pasien TB Paru di Indonesia sekitar 10 % dari total jumlah

pasien TB Paru di dunia. Tahun 2009 tercatat 211.753 kasus baru TB Paru di Indonesia.4

Agar tujuan penanggulangan TB dapat tercapai dengan baik maka ditetapkan program

jangka panjang, yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TB dengan

cara memutuskan rantai penularan. Sehingga penyakit TB tidak lagi menjadi masalah

1

Page 2: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

kesehatan masyarakat di Indonesia. Sedangkan tujuan program jangka pendek adalah

menyembuhkan minimal 85 % penderita baru BTA (+), tercapainya cakupan 70 % dari

semua penderita TB yang diperkirakan dan mencegah timbulnya resistensi obat TB di

masyarakat.5

Keberhasilan terhadap upaya yang dilakukan tersebut, perlu adanya strategi kebijakan

pembangunan di bidang kesehatan. Oleh kerana itu Departemen Kesehatan membuat suatu

Pedoman Nasional Penanggulangan TB, salah satu diantaranya kebijakan WHO yaitu dengan

strategi yang direkomendasikan Directly Observed Treadment Shourtcours (DOST).5

Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai pelayanan kesehatan

di tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan

dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat

pelayanan rawat inap, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan

lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memilah

jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya. (The American Academy of Family Physician,

1969; Geyman, 1971; McWhinney, 1981)

Dokter keluarga harus memiliki kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang

lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah :

a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga

b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam

pelayanan kedokteran keluarga

c. Menguasai ketrampilan berkomunikasi

Dan diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien untuk :

a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan

perhatian khusus terhadap peran dan resiko kesehatan keluarga

2

Page 3: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

b. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasama

menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan

penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga

a. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada

penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

Oleh karena itu maka kami melakukan kegiatan field visit ke masyarakat di sekitar

Puskesmas Rancamanyar Untuk mempelajari ketrampilan berkomunikasi dengan masyarakat,

khususnya pasien dan keluarganya guna mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan

yang dialami dan faktor resiko yang terdapat pada keluarga agar dapat mengoptimalkan

pelayanan kesehatan yang akan kami lakukan ketika menjadi dokter kelak.

3

Page 4: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

BAB II

ILUSTRASI KASUS

2.1 Keterangan Umum

Nama : Tn. A.

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 33 tahun

Agama : Islam

Alamat : Wilayah Puskesmas Rancamnyar

Suku : Sunda

Pekerjaan : Buruh

Status : Belum Menikah

Sistem Pembayaran : BPJS

Tgl pemeriksaan : 22 November 2015

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Batuk

Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Pasien mengeluh batuk sejak 6 bulan yang lalu. Batuk dirasakan terus menerus setiap

hari dan lebih sering pada malam hari. Batuk awalnya kering, namun sekarang berdahak

berwarna putih keruh dan kental terkadang disertai darah. Jika sedang serangan batuk yang

terus menerus kadang menyebabkan nyeri dada dan sesak. Keluhan batuk ini tidak disertai

dengan nyeri tenggorokan dan perubahan suara serta benjolan di daerah leher.

4

Page 5: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

Keluhan juga disertai panas badan yang muncul sejak 6 bulan yang lalu bersamaan

dengan batuk, panas badan muncul secara tiba-tiba dan terus menerus, sepanjang hari tanpa

ada perbedaan antara siang dan malam. Keluhan juga disertai keringat malam hari yang

muncul tanpa melakukan kegiatan, mudah lelah dan lemas badan, penurunan nafsu makan

disertai penurunan berat badan, sebanyak 9 kg dari 58 sampai 49 dalam 2 bulan

Temen pasien memiliki riwayat batuk-batuk lama dan terdiagnosis oleh dokter

mengalami penyakit TBC dan sering melakukan aktifitas bersama dengan pasien

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mengaku keluhan seperti ini merupakan keluhan yang pertama kali, Pasien

tidak pernah memiliki riwayat sakit berat lain sebelumnya.

Riwayat kencing manis disangkal oleh pasien

Riayat darah tinggi disangkal oleh pasien

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama

Riwayat Pengobatan :

Pasien sebelumnya sudah berobat ke klinik, dan diberikan obat penurun panas, OBH

dan antibiotik namun keluhan batuk tidak membaik.

Upaya pengobatan

Pasien sudah berobat ke puskesmas 3 hari yang lalu

5

Page 6: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

2.3 Pemeriksaan Fisik

1.3.1 Kesan Umum

Kesadaran : composmentis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

1.3.2 Tanda vital

Tekana Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : Afebris

1.3.3 BMI ( Body Mass Index )

Berat Badan awal : 58 kg

Berat Badan saat ini : 49 kg

Tinggi Badan :166 cm

BMI : 17 kg/m2

1.3.4 Pemeriksaan Khusus

Kepala :

– Bentuk : Simetris

– Wajah : Simetris

– Rambut : hitam, Tidak rapuh

– Mata : Konjungtiva anemis-/-, sklera ikterik -/- refleks cahaya +/+

pupil bulat isokor

– Telinga : Bentuk normal, hiperemis -/-, sekret -/-

6

Page 7: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

– Hidung : Normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis -/-

– Mulut : Mulut: sianosis perioral (-), mukosa anemis (-), faring

hiperemis (-), tonsil T1/T1 tenang, frenulum linguale ikterik (-), stomatitis (-),

candidiasis oral (-)

Leher :

limfadenopati (-)

Retraksi suprasternal (-)

– Toraks :

Bentuk & gerak simetris

Retraksi intercostal (-)

Cor : Bunyi Jantung SI-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo :

Anterior

– Sonor

– VBS kanan = kiri, wheezing -/-, ronki -/-

Posterior

– Sonor

– VBS kanan = kiri, wheezing -/-, ronki -/-

– Abdomen :

◦ Bentuk datar, lembut, massa (-), ascites (-), nyeri tekan (+), bising usus (-),

timpanik seluruh regio abdomen, hepatosplenomegali (-)

Inguinal :

Limpadenopati (-)

– Anogenital :

7

Page 8: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

◦ Tidak dilakukan pemeriksaan

– Ekstrimitas :

◦ Atas :

Akral hangat

CRT < 2”

◦ Bawah :

Akral hangat

CRT < 2”

8

Page 9: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

1.4 KUNJUNGAN RUMAH

– Faktor lingkungan fisik :

a) Luas rumah :

Pasien tinggal dirumah berukuran 8,5 tumbak ???? dengan tembok diruang

utama dicat, tapi selebihnya hanya tembok semen, atap rumahnya dari triplek

dan tidak ada pencahanyaan dari atap rumah. Antara kamar tidur pasien dan

ruang tamu hanya disekat , terdapat 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi, 1

dapur

b) Jumlah penghuni :

Pasien tinggal dengan 6 orang anggota keluarga lainnya.

Analisis : Kepadatan hunian (in house overcrowding) diketahui akan

meningkatkan resiko dan tingkat keparahan penyakit berbasis lingkungan.

Kepadatan hunian dalam suatu rumah dapat menyebabkan infeksi silang

(Cross infektion). Adanya penderita TB paru dalam rumah dengan kepadatan

cukup tinggi, maka penularan penyakit melalui udara ataupun “droplet” akan

lebih cepat terjadi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Djasio Sanropie dkk

tahun 1991 bahwa kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat seperti tidak

sebandingnya luas lantai kamar, jenis lantai, penghuni rumah yang banyak

menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, di mana bila salah satu anggota

keluarga terkena penyakit infeksi seperti TB Paru, maka akan mudah menular

kepada anggota keluarga lain.6

c) Pencahayaan :

Menggunakan pencahayaan lampu bertenaga listrik

9

Page 10: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

d) Ventilasi :

Tidak terdapat lubang ventilasi di dalam rumah hanya terdapat empat jendela

di depan rumah dua jendela disamping kanan pintu masuk berukuran 2 m x

1m yang tidak dapat dibuka dan 2 jendela disamping kiri pintu masuk jendela

tersebut dapat dibuka namun keluargaa pasien jarang membuka jendela

tersebut sehingga sirkulasi udara hanya melalui pintu yang selalu dibuka saat

siang hari. Cahaya matahari tidak masuk ke dalam rumah samasekali karena

rumah pasien menghadap ke utara.

Analisis : Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar Musadad dkk tahun

2001 yang melakukan penelitian hubungan faktor lingkungan rumah dengan

kejadian penularan TB Paru di rumah tangga, dari penelitian tersebut kondisi

didapatkan bahwa kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat seperti rumah

yang tidak masuk sinar matahari mempunyai resiko 3,7 kali dibandingkan

dengan rumah yang dimasuki sinar matahari.6

e) Lantai Rumah :

Di rumah pasien, lantai rumah terbuat sebagian dari semen dan sebagian

menggunakan lantai tanah.

Analisis : Jenis lantai tanah tidak baik dari segi kesehatan, mengingat lantai

tanah ini lembab dan menjadi tempat yang baik untuk berkembang biaknya

kuman TB Paru.6

f) Masalah dalam perilaku Kebersihan :

Rumah dibersihkan minimal setiap hari dan maksimal 2 kali seminggu. Saat

kunjungan kerumah pasien terdapat plastik yang berisi dahak disamping

tempat tidur pasien. Letak barang-barang di rumah tidak rapi dan

10

Page 11: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

bersih.Barang-barang banyak ng tertumpuk dan penataan ruangan sangat

kumuh.

Masalah Lingkungan :

Rumah pasien terletak di lingkungan perumahan yang padat, atapnya dari

seng dan langit-langitnya terbuat dari triplek dan ventilasi udara hanya

terdapat di tembok depan rumah selebihnya semua tembok tertutup, sehinga

sinar matahari tidak masuk ke rumah dan sirkulasi udara tidak baik.

– Faktor lingkungan biologis :

a) Hewan peliharaan :

Pasien tidak memiliki hewan peliharaan.

b) Hewan sekitar rumah : Terdapat banyak nyamuk pada malam hari dan terdapat

kecoa didaerah dapur

– Faktor Dalam Fungsi Psikologis:

Pasien memiliki beban psikologis dikarenakan pasien sebagai tulang punggung

keluarganya dan penghasilan pasien tidak memenuhu kebutuhan sehari hari sehingga

pasien dan keluarga jarang membeli makanan yang bergizi.

– Faktor ekonomi :

Pasien bekerja sebagai penjual sepatu dengan penghasilan 300.000 ber minggu,

penghasilan pasien tersebut digunakan untuk kebutuhan keluarga sehari –hari.

– Faktor social :

Lokasi rumah pasien berhimpitan dengan rumah tetangga. Dalam pengamatan

terdapat interaksi yang baik antara lingkungan sekitar dengan pasien maupun keluarga

pasien. Tidak didapatkan adanya pengasingan terhadap pasien dan keluarga serta

keluarga pasien menjaga komunikasi dengan warga sekitar.

11

Page 12: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

– Faktor perilaku

a) Makan

Pasien jarang makan, hanya 1 kali sehari. Pasien mengatakan tidak nafsu

makan. Pasien tidak pilih-pilih makanan tetapi biasanya makan apa yang

tersedia. Jarang sekali makan daging, biasanya hanya dengan tahu, telur,

ataupun sayur. Pasien mengkonsumsi buah-buahan bila ada yang memberi.

Analisis : penelitian Elvina Karyadi 2002 dari penelitian tersebut disimpulkan

bahwa pengidap TB Paru sebagian besar menderita gizi kurang (IMT<18,

5kg/m2). Terjadi hubungan timbal balik antara penyakit infeksi dengan

keadaan gizi kurang. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi, dan

keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi.

b) Rokok :

Pasien tidak meroko tetapi ada anggota keluarga yang merokok.

c) Olahraga :

Pasien jarang melakukan aktifitas fisik. Pasien hanya berbaring di kasur. Pasien

bergerak hanya ketika ke kamar mandi.

d) Jamu :

Pasien tidak mengkonsumsi jamu-jamuan.

e) Pengobatan :

Upaya pasien untuk berobat ke puskesmas sejak awal bulan november. Pasien

awalnya tidak mendapat pengobatan TB hanya antibiotik biasa. Ketika semakin

lama batuk semakin berat dan menjadi berdarah pasien baru dicek dahak dan

ternyata positif TB Paru sehingga dimulai terapi sejak bulan november .

12

Page 13: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

1.5 Diagnosis Holistik

Aspek Personal :

Pasien jarang memakam makanan yang bergizi, jarang berolahraga

Aspek Klinik :

Pasien bernama Tn.A, berusia 33 tahun menderita penyakit Tuberkulosis Paru

Aspek Individual :

Pasien merupakan tulang punggung keluarga yang harus memenuhui kebutuhan 6

anggota keluarganya.

Aspek Psikososial :

Keluarga berpenghasilan rendah, masalah kebersihan rumah yang kurang dan

tidak sehat, serta lingkungan perumahan yang padat.

13

Page 14: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

1.5 Penilaian Struktur dan Komposisi Keluarga

Keluarga terdiri atas 2 generasi dengan kepala keluarga bernama Tn. W berusia 70

tahun, dan ibu bernama Ny. M berusia 65 tahun. Bentuk keluarga adalah keluarga inti

(nuclear). Dari perkawinan ini mereka mempunyai empat orang anak yang terdiri dari

anak pertaman pasien bernama Tn. Cepi berusia 35 tahun, anak kedua pasien bernama

Ny. N berusia 34 tahun, anak ketiga pasien bernama Tn.A (Pasien) berusia 33, anak

terakhir pasien bernama Tn. H berusia 29 tahun.

GENEOGRAM

14

Page 15: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

1.6 POHON MASALAH

15

Tuberkulosis Paru

Host EnvironmentAgent

Penghasilan tidak mencukupi

Tidak dapat membeli makanan bergizi

Asupan nutrisi tidak terpenuhi

Rumah tidak memiliki

ventilasi yang memadai dan

lembab

Cahaya matahari tidak dapat

masuk

Bakteri TB dapat berkembang di dalam rumah

Bakteri Mikobakterium

Tuberkulosis

Sosioekonomi rendah

Jenis kelamin & usia

Mempermudah terkena infeksi

Pendidikan rendah

Pengetahuan tentang penyakit menular rendah

Gizi kurang

daya tahan tubuh rendah

Jenis kelamin & usia

Aktivitas meningkat

Risiko tertular penyakit TB

Banyak berinteraksi

Page 16: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

TAMBAHAN MASUKIN KE SOSEK :

Hal ini disebabkan daya tahan tubuh yang rendah, begitu juga kebutuhan akan rumah yang

layak huni tidak di dapatkan, ditambah dengan penghuni yang ramai dan sesak. Keadaan ini

akan mempermudah penularan penyakit terutama penyakit saluraN pernafasan seperti

penyakit TB Paru.

1.7 Kesimpulan

Berdasarkan dari teori Hendrik L, Blum dan Segitiga Epidemiologi diatas

dapat digambarkan bahwa Penyakit TB Paru memiliki banyak faktor resiko yang

mempengaruhi yaitu, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan,

Host, Agent, dan Environment. Status kesehatan akan tercapai secara optimal

bilamana semua faktor tersebut secara bersama-sama dalam kondisi yang optimal

pula. Bila salah satu faktor saja terganggu maka akan berpengaruh terhadap kejadian

TB Paru itu sendiri.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu hubungan Perilaku dan Kondisi

Sanitasi Rumah dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Kota Solok Tahun 2011

Hasil analisis kasus Tuberkulosis Paru pada pasien menunjukkan bahwa penyebab penyakit

pasien diakibatkan gabungan antara faktor Agent, faktor individu, faktor lingkungan.

1. Faktor Agent :

Mikobakterium Tuberkulosis

2. Faktor individu :

Faktor sosioekonomidan pendidikan

Pengetahuan Pengetahuan tentang penyakit menular rendah

Gizi Rendah

16

Page 17: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

menurunnya imunitas

3. Faktor lingkungan :

Lingkungan sekitar rumah padat

Tidak adanya ventilasi

Tidak ada cahaya matahari yang masuk

1.8 Pemecahan Masalah

Intervensi yang dapat dilakukan meliputi :

Untuk meningkatkan perilaku masyarakat menjadi perilaku yang baik hidup bersih

dan sehat haruslah dimulai dari peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan

melakukan tindakan, perubahan ini dapat terbentuk jika informasi tentang TB Paru

sering diterima dan sampai kepada masyarakat. Proses dalam menyampaikan

informasi dilakukan oleh Dinas Kesehatan yaitu dengan melakukan penyuluhan

tentang pencegahan bagi masyarakat yang belum sakit sedangkan bagi yang tertular

TB diberikan penyuluhan agar makan obat teratur dan menjaga perilaku hidup bersih

agar tidak menularkan TB Paru.

Dinas Kesehatan juga dapat menyebarkan media informasi seperti leaflet, poster dll,

agar semua lapisan masyarakat dapat tersentuh dengan informasi tetang TB Paru.

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan melatih kader untuk menoingkatkan

surveilans penemuan kasus, dan membantu mencegah penularan penyakit TB.

Bagi petugas kesehatan diharapkan agar meningkatkan program survei TB paru

kelapangan dalam pelacakan kasus, serta juga juga lebih giat mengontrol pasien TB

paru agar tidak terjadi penularan penyakit.

Bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti factor-faktor atau variabel lain yang

mempengaruhi kejadian Tuberkulosis Paru di Kota Solok.

UNTUK PASIEN

17

Page 18: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

- Mengupayakan pasien untuk rutin berobat

- Memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas fisik

- Mengedukasi pasien agar memakai masker walaupun di dalam ruangan atau di dalam

rumah agar tidak menularkan penyakit ke orang lain di sekitarnya

- Mengedukasi keluarga serta masyarakat di lingkungan sekitar pasien agar menggunakan

masker ketika berinteraksi dengan pasien sehingga dapat mencegah penularan

18

Page 19: Family Medicine - TB

Home Visite Tuberkulosis Iin

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoadmojo S, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta, 2002

2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya

: Jakarta, 2002

3. Fauci B, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison's Principles of Internal

Medicine. 17 ed: The McGraw-Hill Companies; 2008. 1

4. Depkes RI, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2,

Cetakankedua, Jakarta.

5. Depkes, RI. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta, 2005

6. Suyono, pokok Bahan Modul Perumahan dan pemukiman Sehat, Pusdiknakes,

2005

19