BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat (2015-2025) adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat diantaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan,
kesehatan dan budaya sosial. Menurut Hendrik L Blum derajat kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh empat faktor yaitu, Lingkungan, Prilaku, Pelayanan Kesehatan dan
Keturunan. Dari keempat faktor tersebut menurut Blum faktor lingkungan dan perilaku
adalah faktor yang paling besar mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.1.2
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit kronis yang dikenal sebagai salah satu
penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menginfeksi paru-paru walaupun pada sepertiga
kasus menyerang organ lain atau ekstra paru seperti selaput otak, pleura, selaput jantung
(pericardium), kulit,tulang, persendian, saluran kencing, usus, ginjal, dan alat kelamin.
Penularan terjadi melalui droplet nuklei di udara yang dihasilkan oleh pasien dengan
tuberkulosis paru.3
Di Indonesia tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat.
Indonesia merupakan negara dengan pasien TB Paru terbanyak ke-3 di dunia setelah India
dan Cina, diperkirakan jumlah pasien TB Paru di Indonesia sekitar 10 % dari total jumlah
pasien TB Paru di dunia. Tahun 2009 tercatat 211.753 kasus baru TB Paru di Indonesia.4
Agar tujuan penanggulangan TB dapat tercapai dengan baik maka ditetapkan program
jangka panjang, yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TB dengan
cara memutuskan rantai penularan. Sehingga penyakit TB tidak lagi menjadi masalah
1
Home Visite Tuberkulosis Iin
kesehatan masyarakat di Indonesia. Sedangkan tujuan program jangka pendek adalah
menyembuhkan minimal 85 % penderita baru BTA (+), tercapainya cakupan 70 % dari
semua penderita TB yang diperkirakan dan mencegah timbulnya resistensi obat TB di
masyarakat.5
Keberhasilan terhadap upaya yang dilakukan tersebut, perlu adanya strategi kebijakan
pembangunan di bidang kesehatan. Oleh kerana itu Departemen Kesehatan membuat suatu
Pedoman Nasional Penanggulangan TB, salah satu diantaranya kebijakan WHO yaitu dengan
strategi yang direkomendasikan Directly Observed Treadment Shourtcours (DOST).5
Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai pelayanan kesehatan
di tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan
dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat
pelayanan rawat inap, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan
lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memilah
jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya. (The American Academy of Family Physician,
1969; Geyman, 1971; McWhinney, 1981)
Dokter keluarga harus memiliki kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang
lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah :
a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga
b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam
pelayanan kedokteran keluarga
c. Menguasai ketrampilan berkomunikasi
Dan diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien untuk :
a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan
perhatian khusus terhadap peran dan resiko kesehatan keluarga
2
Home Visite Tuberkulosis Iin
b. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasama
menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga
a. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada
penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Oleh karena itu maka kami melakukan kegiatan field visit ke masyarakat di sekitar
Puskesmas Rancamanyar Untuk mempelajari ketrampilan berkomunikasi dengan masyarakat,
khususnya pasien dan keluarganya guna mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan
yang dialami dan faktor resiko yang terdapat pada keluarga agar dapat mengoptimalkan
pelayanan kesehatan yang akan kami lakukan ketika menjadi dokter kelak.
3
Home Visite Tuberkulosis Iin
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1 Keterangan Umum
Nama : Tn. A.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 33 tahun
Agama : Islam
Alamat : Wilayah Puskesmas Rancamnyar
Suku : Sunda
Pekerjaan : Buruh
Status : Belum Menikah
Sistem Pembayaran : BPJS
Tgl pemeriksaan : 22 November 2015
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Batuk
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien mengeluh batuk sejak 6 bulan yang lalu. Batuk dirasakan terus menerus setiap
hari dan lebih sering pada malam hari. Batuk awalnya kering, namun sekarang berdahak
berwarna putih keruh dan kental terkadang disertai darah. Jika sedang serangan batuk yang
terus menerus kadang menyebabkan nyeri dada dan sesak. Keluhan batuk ini tidak disertai
dengan nyeri tenggorokan dan perubahan suara serta benjolan di daerah leher.
4
Home Visite Tuberkulosis Iin
Keluhan juga disertai panas badan yang muncul sejak 6 bulan yang lalu bersamaan
dengan batuk, panas badan muncul secara tiba-tiba dan terus menerus, sepanjang hari tanpa
ada perbedaan antara siang dan malam. Keluhan juga disertai keringat malam hari yang
muncul tanpa melakukan kegiatan, mudah lelah dan lemas badan, penurunan nafsu makan
disertai penurunan berat badan, sebanyak 9 kg dari 58 sampai 49 dalam 2 bulan
Temen pasien memiliki riwayat batuk-batuk lama dan terdiagnosis oleh dokter
mengalami penyakit TBC dan sering melakukan aktifitas bersama dengan pasien
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengaku keluhan seperti ini merupakan keluhan yang pertama kali, Pasien
tidak pernah memiliki riwayat sakit berat lain sebelumnya.
Riwayat kencing manis disangkal oleh pasien
Riayat darah tinggi disangkal oleh pasien
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama
Riwayat Pengobatan :
Pasien sebelumnya sudah berobat ke klinik, dan diberikan obat penurun panas, OBH
dan antibiotik namun keluhan batuk tidak membaik.
Upaya pengobatan
Pasien sudah berobat ke puskesmas 3 hari yang lalu
5
Home Visite Tuberkulosis Iin
2.3 Pemeriksaan Fisik
1.3.1 Kesan Umum
Kesadaran : composmentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
1.3.2 Tanda vital
Tekana Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : Afebris
1.3.3 BMI ( Body Mass Index )
Berat Badan awal : 58 kg
Berat Badan saat ini : 49 kg
Tinggi Badan :166 cm
BMI : 17 kg/m2
1.3.4 Pemeriksaan Khusus
Kepala :
– Bentuk : Simetris
– Wajah : Simetris
– Rambut : hitam, Tidak rapuh
– Mata : Konjungtiva anemis-/-, sklera ikterik -/- refleks cahaya +/+
pupil bulat isokor
– Telinga : Bentuk normal, hiperemis -/-, sekret -/-
6
Home Visite Tuberkulosis Iin
– Hidung : Normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis -/-
– Mulut : Mulut: sianosis perioral (-), mukosa anemis (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1/T1 tenang, frenulum linguale ikterik (-), stomatitis (-),
candidiasis oral (-)
Leher :
limfadenopati (-)
Retraksi suprasternal (-)
– Toraks :
Bentuk & gerak simetris
Retraksi intercostal (-)
Cor : Bunyi Jantung SI-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
Anterior
– Sonor
– VBS kanan = kiri, wheezing -/-, ronki -/-
Posterior
– Sonor
– VBS kanan = kiri, wheezing -/-, ronki -/-
– Abdomen :
◦ Bentuk datar, lembut, massa (-), ascites (-), nyeri tekan (+), bising usus (-),
timpanik seluruh regio abdomen, hepatosplenomegali (-)
Inguinal :
Limpadenopati (-)
– Anogenital :
7
Home Visite Tuberkulosis Iin
◦ Tidak dilakukan pemeriksaan
– Ekstrimitas :
◦ Atas :
Akral hangat
CRT < 2”
◦ Bawah :
Akral hangat
CRT < 2”
8
Home Visite Tuberkulosis Iin
1.4 KUNJUNGAN RUMAH
– Faktor lingkungan fisik :
a) Luas rumah :
Pasien tinggal dirumah berukuran 8,5 tumbak ???? dengan tembok diruang
utama dicat, tapi selebihnya hanya tembok semen, atap rumahnya dari triplek
dan tidak ada pencahanyaan dari atap rumah. Antara kamar tidur pasien dan
ruang tamu hanya disekat , terdapat 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi, 1
dapur
b) Jumlah penghuni :
Pasien tinggal dengan 6 orang anggota keluarga lainnya.
Analisis : Kepadatan hunian (in house overcrowding) diketahui akan
meningkatkan resiko dan tingkat keparahan penyakit berbasis lingkungan.
Kepadatan hunian dalam suatu rumah dapat menyebabkan infeksi silang
(Cross infektion). Adanya penderita TB paru dalam rumah dengan kepadatan
cukup tinggi, maka penularan penyakit melalui udara ataupun “droplet” akan
lebih cepat terjadi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Djasio Sanropie dkk
tahun 1991 bahwa kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat seperti tidak
sebandingnya luas lantai kamar, jenis lantai, penghuni rumah yang banyak
menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, di mana bila salah satu anggota
keluarga terkena penyakit infeksi seperti TB Paru, maka akan mudah menular
kepada anggota keluarga lain.6
c) Pencahayaan :
Menggunakan pencahayaan lampu bertenaga listrik
9
Home Visite Tuberkulosis Iin
d) Ventilasi :
Tidak terdapat lubang ventilasi di dalam rumah hanya terdapat empat jendela
di depan rumah dua jendela disamping kanan pintu masuk berukuran 2 m x
1m yang tidak dapat dibuka dan 2 jendela disamping kiri pintu masuk jendela
tersebut dapat dibuka namun keluargaa pasien jarang membuka jendela
tersebut sehingga sirkulasi udara hanya melalui pintu yang selalu dibuka saat
siang hari. Cahaya matahari tidak masuk ke dalam rumah samasekali karena
rumah pasien menghadap ke utara.
Analisis : Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar Musadad dkk tahun
2001 yang melakukan penelitian hubungan faktor lingkungan rumah dengan
kejadian penularan TB Paru di rumah tangga, dari penelitian tersebut kondisi
didapatkan bahwa kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat seperti rumah
yang tidak masuk sinar matahari mempunyai resiko 3,7 kali dibandingkan
dengan rumah yang dimasuki sinar matahari.6
e) Lantai Rumah :
Di rumah pasien, lantai rumah terbuat sebagian dari semen dan sebagian
menggunakan lantai tanah.
Analisis : Jenis lantai tanah tidak baik dari segi kesehatan, mengingat lantai
tanah ini lembab dan menjadi tempat yang baik untuk berkembang biaknya
kuman TB Paru.6
f) Masalah dalam perilaku Kebersihan :
Rumah dibersihkan minimal setiap hari dan maksimal 2 kali seminggu. Saat
kunjungan kerumah pasien terdapat plastik yang berisi dahak disamping
tempat tidur pasien. Letak barang-barang di rumah tidak rapi dan
10
Home Visite Tuberkulosis Iin
bersih.Barang-barang banyak ng tertumpuk dan penataan ruangan sangat
kumuh.
Masalah Lingkungan :
Rumah pasien terletak di lingkungan perumahan yang padat, atapnya dari
seng dan langit-langitnya terbuat dari triplek dan ventilasi udara hanya
terdapat di tembok depan rumah selebihnya semua tembok tertutup, sehinga
sinar matahari tidak masuk ke rumah dan sirkulasi udara tidak baik.
– Faktor lingkungan biologis :
a) Hewan peliharaan :
Pasien tidak memiliki hewan peliharaan.
b) Hewan sekitar rumah : Terdapat banyak nyamuk pada malam hari dan terdapat
kecoa didaerah dapur
– Faktor Dalam Fungsi Psikologis:
Pasien memiliki beban psikologis dikarenakan pasien sebagai tulang punggung
keluarganya dan penghasilan pasien tidak memenuhu kebutuhan sehari hari sehingga
pasien dan keluarga jarang membeli makanan yang bergizi.
– Faktor ekonomi :
Pasien bekerja sebagai penjual sepatu dengan penghasilan 300.000 ber minggu,
penghasilan pasien tersebut digunakan untuk kebutuhan keluarga sehari –hari.
– Faktor social :
Lokasi rumah pasien berhimpitan dengan rumah tetangga. Dalam pengamatan
terdapat interaksi yang baik antara lingkungan sekitar dengan pasien maupun keluarga
pasien. Tidak didapatkan adanya pengasingan terhadap pasien dan keluarga serta
keluarga pasien menjaga komunikasi dengan warga sekitar.
11
Home Visite Tuberkulosis Iin
– Faktor perilaku
a) Makan
Pasien jarang makan, hanya 1 kali sehari. Pasien mengatakan tidak nafsu
makan. Pasien tidak pilih-pilih makanan tetapi biasanya makan apa yang
tersedia. Jarang sekali makan daging, biasanya hanya dengan tahu, telur,
ataupun sayur. Pasien mengkonsumsi buah-buahan bila ada yang memberi.
Analisis : penelitian Elvina Karyadi 2002 dari penelitian tersebut disimpulkan
bahwa pengidap TB Paru sebagian besar menderita gizi kurang (IMT<18,
5kg/m2). Terjadi hubungan timbal balik antara penyakit infeksi dengan
keadaan gizi kurang. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi, dan
keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi.
b) Rokok :
Pasien tidak meroko tetapi ada anggota keluarga yang merokok.
c) Olahraga :
Pasien jarang melakukan aktifitas fisik. Pasien hanya berbaring di kasur. Pasien
bergerak hanya ketika ke kamar mandi.
d) Jamu :
Pasien tidak mengkonsumsi jamu-jamuan.
e) Pengobatan :
Upaya pasien untuk berobat ke puskesmas sejak awal bulan november. Pasien
awalnya tidak mendapat pengobatan TB hanya antibiotik biasa. Ketika semakin
lama batuk semakin berat dan menjadi berdarah pasien baru dicek dahak dan
ternyata positif TB Paru sehingga dimulai terapi sejak bulan november .
12
Home Visite Tuberkulosis Iin
1.5 Diagnosis Holistik
Aspek Personal :
Pasien jarang memakam makanan yang bergizi, jarang berolahraga
Aspek Klinik :
Pasien bernama Tn.A, berusia 33 tahun menderita penyakit Tuberkulosis Paru
Aspek Individual :
Pasien merupakan tulang punggung keluarga yang harus memenuhui kebutuhan 6
anggota keluarganya.
Aspek Psikososial :
Keluarga berpenghasilan rendah, masalah kebersihan rumah yang kurang dan
tidak sehat, serta lingkungan perumahan yang padat.
13
Home Visite Tuberkulosis Iin
1.5 Penilaian Struktur dan Komposisi Keluarga
Keluarga terdiri atas 2 generasi dengan kepala keluarga bernama Tn. W berusia 70
tahun, dan ibu bernama Ny. M berusia 65 tahun. Bentuk keluarga adalah keluarga inti
(nuclear). Dari perkawinan ini mereka mempunyai empat orang anak yang terdiri dari
anak pertaman pasien bernama Tn. Cepi berusia 35 tahun, anak kedua pasien bernama
Ny. N berusia 34 tahun, anak ketiga pasien bernama Tn.A (Pasien) berusia 33, anak
terakhir pasien bernama Tn. H berusia 29 tahun.
GENEOGRAM
14
Home Visite Tuberkulosis Iin
1.6 POHON MASALAH
15
Tuberkulosis Paru
Host EnvironmentAgent
Penghasilan tidak mencukupi
Tidak dapat membeli makanan bergizi
Asupan nutrisi tidak terpenuhi
Rumah tidak memiliki
ventilasi yang memadai dan
lembab
Cahaya matahari tidak dapat
masuk
Bakteri TB dapat berkembang di dalam rumah
Bakteri Mikobakterium
Tuberkulosis
Sosioekonomi rendah
Jenis kelamin & usia
Mempermudah terkena infeksi
Pendidikan rendah
Pengetahuan tentang penyakit menular rendah
Gizi kurang
daya tahan tubuh rendah
Jenis kelamin & usia
Aktivitas meningkat
Risiko tertular penyakit TB
Banyak berinteraksi
Home Visite Tuberkulosis Iin
TAMBAHAN MASUKIN KE SOSEK :
Hal ini disebabkan daya tahan tubuh yang rendah, begitu juga kebutuhan akan rumah yang
layak huni tidak di dapatkan, ditambah dengan penghuni yang ramai dan sesak. Keadaan ini
akan mempermudah penularan penyakit terutama penyakit saluraN pernafasan seperti
penyakit TB Paru.
1.7 Kesimpulan
Berdasarkan dari teori Hendrik L, Blum dan Segitiga Epidemiologi diatas
dapat digambarkan bahwa Penyakit TB Paru memiliki banyak faktor resiko yang
mempengaruhi yaitu, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan,
Host, Agent, dan Environment. Status kesehatan akan tercapai secara optimal
bilamana semua faktor tersebut secara bersama-sama dalam kondisi yang optimal
pula. Bila salah satu faktor saja terganggu maka akan berpengaruh terhadap kejadian
TB Paru itu sendiri.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu hubungan Perilaku dan Kondisi
Sanitasi Rumah dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Kota Solok Tahun 2011
Hasil analisis kasus Tuberkulosis Paru pada pasien menunjukkan bahwa penyebab penyakit
pasien diakibatkan gabungan antara faktor Agent, faktor individu, faktor lingkungan.
1. Faktor Agent :
Mikobakterium Tuberkulosis
2. Faktor individu :
Faktor sosioekonomidan pendidikan
Pengetahuan Pengetahuan tentang penyakit menular rendah
Gizi Rendah
16
Home Visite Tuberkulosis Iin
menurunnya imunitas
3. Faktor lingkungan :
Lingkungan sekitar rumah padat
Tidak adanya ventilasi
Tidak ada cahaya matahari yang masuk
1.8 Pemecahan Masalah
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi :
Untuk meningkatkan perilaku masyarakat menjadi perilaku yang baik hidup bersih
dan sehat haruslah dimulai dari peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
melakukan tindakan, perubahan ini dapat terbentuk jika informasi tentang TB Paru
sering diterima dan sampai kepada masyarakat. Proses dalam menyampaikan
informasi dilakukan oleh Dinas Kesehatan yaitu dengan melakukan penyuluhan
tentang pencegahan bagi masyarakat yang belum sakit sedangkan bagi yang tertular
TB diberikan penyuluhan agar makan obat teratur dan menjaga perilaku hidup bersih
agar tidak menularkan TB Paru.
Dinas Kesehatan juga dapat menyebarkan media informasi seperti leaflet, poster dll,
agar semua lapisan masyarakat dapat tersentuh dengan informasi tetang TB Paru.
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan melatih kader untuk menoingkatkan
surveilans penemuan kasus, dan membantu mencegah penularan penyakit TB.
Bagi petugas kesehatan diharapkan agar meningkatkan program survei TB paru
kelapangan dalam pelacakan kasus, serta juga juga lebih giat mengontrol pasien TB
paru agar tidak terjadi penularan penyakit.
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti factor-faktor atau variabel lain yang
mempengaruhi kejadian Tuberkulosis Paru di Kota Solok.
UNTUK PASIEN
17
Home Visite Tuberkulosis Iin
- Mengupayakan pasien untuk rutin berobat
- Memotivasi pasien untuk melakukan aktivitas fisik
- Mengedukasi pasien agar memakai masker walaupun di dalam ruangan atau di dalam
rumah agar tidak menularkan penyakit ke orang lain di sekitarnya
- Mengedukasi keluarga serta masyarakat di lingkungan sekitar pasien agar menggunakan
masker ketika berinteraksi dengan pasien sehingga dapat mencegah penularan
18
Home Visite Tuberkulosis Iin
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoadmojo S, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta, 2002
2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya
: Jakarta, 2002
3. Fauci B, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison's Principles of Internal
Medicine. 17 ed: The McGraw-Hill Companies; 2008. 1
4. Depkes RI, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2,
Cetakankedua, Jakarta.
5. Depkes, RI. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta, 2005
6. Suyono, pokok Bahan Modul Perumahan dan pemukiman Sehat, Pusdiknakes,
2005
19
Top Related