FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI...
Transcript of FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI...
MANAJEMEN MUTU HOMESCHOOLING KAK SETO
CABANG SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Pendidikan Islam
Jurusan Kependidikan Islam (KI)
Oleh:
AISYAH
NIM: 073311011
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aisyah
NIM : 073311011
Jurusan / Program Studi : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 25 November 2011
Saya yang menyatakan,
Aisyah
NIM. 073311011
iii
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : MANAJEMEN MUTU HOMESCHOOLING KAK SETO
CABANG SEMARANG
Nama : Aisyah
NIM : 073311011
Jurusan : Kependidikan Islam
Program Studi : Kependidikan Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, 12 Desember 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua,
Ismail SM, M.Ag.
NIP: 19711021 199703 1002
Sekretaris,
Dr. Ahwan Fanani, M.Ag.
NIP: 19780930 200312 1001
Penguji I,
Dr. Achmad Sudja’i, M.Ag.
NIP: 19511005 197612 1001
Penguji II,
Siti Tarwiyah, S.S., M.Hum.
NIP: 19721108 199903 2001
Pembimbing I,
Fatkurroji, M.Pd.
NIP: 19770415 200701 1032
Pembimbing II,
Ismail, M.Ag. NIP: 19711021 199703 1 002
iv
v
vi
ABSTRAK
Judul : MANJEMEN MUTU HOMESCHOOLING KAK SETO
CABANG SEMARANG
Penulis : Aisyah
NIM : 073311011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Penerapan manajemen mutu
Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang. 2). Pengembangan manajemen mutu
Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data melalui: Observasi,
Wawancara, Dokumentasi dan Triangulasi data. Analisis data dalam penelitian ini
berupa teknik analisis deskriptif, yaitu metode analisis data yang berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka.
Kesimpulan penelitian meliputi: Pertama, HSKS cabang Semarang
dilaksanakan berdasarkan filosofi sederhana “belajar dapat dilakukan dimana saja,
kapan saja, dan dengan siapa saja”. Untuk menjadi institusi pendidikan yang
selalu menjaga mutu pengembangan kedepan selalu didasarkan pada VISI dan
MISI yang telah di tetapkan. untuk mengawal agar pencapaian VISI sesuai dengan
tuntutan masyarakat maka HSKS Semarang juga membentuk gugus kendali dan
penjaminan mutu (Quality Insurance). Maka hal tersebut diimplementasikan
dalam bentuk PDMI (Plan, Do, Monev, Improvement). Siklus ini merupakan
siklus perbaikan yang never ending, dan berlaku pada semua fase organisasi/
lembaga yang selanjutnya oleh HSKS di perkuat dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur) terkait dengan peraturan-peraturan pada HSKS semarang
sebagai pedoman kerja setiap unit yaitu dapat diketahui dari terlaksananya
beberapa kegiatan yang sesuai dengan dokumentasi (perencanaan),dan selanjutnya
di tindak lanjuti dengan evaluasi bersama. Kedua, Dalam pengembangan
manajemen mutu HSKS cabang Semarang selalu mengutamakan pelayanan yang
berorientasi pada perbaikan terus menerus, dalam gerakannya HSKS Semarang
mengadakan pelatihan kepada para tutor dan wali murid dengan tujuan untuk
pengembangan potensi akademik, personal dan keserasian dalam mendidik anak
baik pada saat di HSKS dengan di rumah. HSKS Semarang memberikan
Pelayanan konsultasi untuk para wali murid dan murid sebagai salah satu bentuk
komunikasi. Pemberian portofolio homeschooler pada siswa setiap selesai
pembelajaran dan angket 3 bulan sekali pada saat parent meeting adalah salah satu
bentuk untuk peningkatan manajemen mutu HSKS.
Selanjutnya, semoga penelitian ini diharapkan menjadi khazanah dan
masukan bagi pengelola HSKS cabang Semarang agar terus meningkatkan
Quality Insurance sehingga menghasilkan produk / output yang lebih berkualitas
di segala bidang, bahan informasi bagi civitas akademika dan semua pihak yang
membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian
skripsi ini dengan judul Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto Semarang.
Syukur Alhamdulillah penulis diberi kekuatan lahir dan batin sehingga dapat
menaungkan dan mencurahkan ide, gagasan serta pemikiran yang akhirnya skripsi
ini dapat terwujud.
Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang jurusan Kependidikan Islam (KI-MPI). Penelitian ini
dapat diselesaikan berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam
rangka penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Mustofa Rahman, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam (KI-
MPI) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang,
yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dan
sekaligus merangkap selaku dosen wali yang memotivasi dan memberi arahan
selama kuliah.
3. Fatkurroji, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
arahan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
porgam S1.
4. Ismail SM, M.Ag., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
porgam S1.
5. Dosen Kependidikan Islam (KI-MPI), dosen dan staf pengajar di Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang membekali peneliti berbagai
pengetahuan.
viii
6. Suharto, M.Pd., selaku Manajer HSKS Semarang yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Segenap staf dan tutor HSKS Semarang yang telah membantu, mengarahkan
dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.
8. Dr. Fatah Syukur, M.Pd yang selalu memberikan arahan, bimbingan, motivasi
serta suport selama kuliah serta selama penyusunan skripsi sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan porgam S1.
9. Ayahanda Drs. H. Ubaidillah dan Ibunda Khaeriyah tercinta terima kasih atas
do’a, nasihat, suport, dukungan serta segala pengorbanan dan kasih sayang
selama ini dalam mendidik dan mengarahkan penulis dengan penuh
kesabaran dan cinta.
10. Adik-adiku tercinta ananda Dedeh Fasihah, Novi Nur Azizah, Yayuk Nur
Khasanah, Nida Dzalatil Illahiyah dan si bungsu Fina Farhatin (Neng) yang
senantiasa memberi canda tawa dan senyum keceriaan sehingga memotivasi
penulis dalam menyelesaikan penelitian dan porgam S1.
11. Keluarga besar KH. Qolyubi Nawawi dan keluarga besar H. Nawawi yang
selalu mendoakan, memberikan motivasi serta suport sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan porgam S1.
12. Keluarga besar Kependidikan Islam (KI-MPI) angkatan 2007 yang telah setia
menemani penulis berproses dan berjuang bersama dalam suka dan duka yang
sarat makna, ini bukanlah akhir dari persahabatan kita, esok masih ada waktu
untuk berjumpa, semoga kita selalu berada dijalan-Nya.
13. Teman-teman Jurusan Kependidikan Islam (KI), PMII, DEMA, EDUKASI
dan HMJB yang selalu setia dalam berjuang dan berproses bersama.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu, memberikan arahan, motivasi, serta suport kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan porgam S1.
Semarang, 25 November 2011
Penulis
Aisyah
073311011
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... ii
PENGESAHAN .......................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ................................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI.
A. Kajian Pustaka…. ...................................................................... 9
B. Kerangka Teoritik....................................................................... 10
1. Manajemen Mutu dalam Dunia Pendidikan.......................... 10
a. Pengertian Manajemen Mutu……. ................................ 10
b. Manajemen Mutu Pada Lembaga Pendidikan
Informal (Homeschooling).. .......................................... 14
c. Prinsip-prinsip Manajemen Mutu .................................. 16
d. Komponen-komponen Manajemen Mutu ...................... 18
e. Karakteristik Manajemen Mutu ..................................... 20
f. Perbaikan yang Berkesinambungan ............................... 22
g. Pentingnya Manajemen Mutu dalam Pendidikan ........... 24
h. Fungsi dan Tujuan Manajemen Mutu ............................ 27
i. Manfaat Manajemen Mutu. ........................................... 28
x
2. Homechooling dalam Dunia Pendidikan .............................. 29
a. Pengertian Homeschooling. .......................................... 29
b. Sejarah Homeschooling ................................................ 32
c. Model-model Homeschooling ....................................... 35
d. Homeschooling vs Sekolah Formal ............................... 36
e. Keunggulan dan Hambatan Homeschooling .................. 36
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian….. .................................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian…... ............................................. 39
C. Sumber Penelitian. .................................................................... 39
D. Fokus Penelitian ....................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data…….... ............................................. 40
F. Teknik Analisis Data…..... ........................................................ 44
BAB IV : Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang
A. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 47
1. Sejarah berdirinya HSKS cabang Semarang ...................... 47
2. Letak Geografis HSKS cabang Semarang .......................... 47
3. Keadaan Pimpinan, Tutor, dan Peserta Didik HSKS
cabang Semarang .............................................................. 49
B. Pembahasan .............................................................................. 51
1. Analisis Penerapan Manajemen Mutu HSKS cabang
Semarang .......................................................................... 52
2. Analisis Pengembangan Manajemen Mutu HSKS
cabang Semarang .............................................................. 59
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................ 72
B. Saran ......................................................................................... 73
C. Penutup ...................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Fasilitas yang dimiliki oleh HSKS cabang Semarang, 51
Tabel 4.2 : Keadaan Piminan Homsechooling Kak Seto cabang Semarang, 42
Tabel 4.3 : Keadaan Tutor Homsechooling Kak Seto cabang Semarang, 43
Tabel 4.4 : Keadaan Peserta Didik HSKS cabang Semarang, 44
Tabel 4.5 : Titik Beda Manajemen Mutu HSKS cabang Semarang Vs
Sekolah Formal, 73
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Proses Manajemen Mutu, 21
Gambar 2.2 : Perbaikan Kualitas Berkesinambungan Dalam Lembaga
Pendidikan, 24
Gambar 2.3 : Manfaat TQM, 39
Gambar 4.1 : Bagan Struktur Organisasi HSKS cabang Semarang, 54
Gambar 4.2 : Standar Operasional Pembelajaran HSKS Cabang
Semarang,67
Gambar 4.3 : Struktur Organisasi yang menerapkan manajemen mutu, 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.1
Salah satu masalah yang sedang kita hadapi adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang. Berbagai usaha telah di usahakan namun belum
menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari fenomena
masih banyaknya peserta didik yang gagal sekolah (drop out), lamanya memperoleh
pekerjaan bahkan banyak yang menjadi pengangguran, merupakan indikator lain
betapa rendahnya mutu pendidikan.
Dalam dunia persaingan global yang tajam saat ini, orang banyak berbicara
tentang “mutu” terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menghasilkan produk
dan/atau jasa. Suatu produk dibuat karena ada yang membutuhkan, dan kebutuhan
tersebut berkembang seiring dengan tuntutan mutu penggunanya.
Suatu produk dan/atau jasa dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi
kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik temunya antara harapan dan kebutuhan
pelanggan dengan hasil produk dan/atau jasa itulah yang disebut “bermutu.” Jadi
ukuran bermutu tidaknya suatu produk dan/atau jasa adalah pada terpenuhi tidaknya
harapan dan kebutuhan pengguna/pelanggan. Semakin tinggi tuntutan pengguna
maka semakin tinggi kualitas mutu tersebut.
Dewasa ini jasa pendidikan memegang peranan vital dalam mengembangkan
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Akan tetapi, minat dan perhatian
pada aspek kualitas jasa pendidikan bisa dikatakan baru berkembang dalam satu
1 Tim Penyusun UURI, Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen serta UURI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm.
72.
2
dekade terakhir. Keberhasilan jasa pendidikan ditentukan dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada para pengguna jasa pendidikan tersebut (peserta
didik/mahasiswa, wali murid dan pelanggan lain).2 Dalam prakteknya, layanan yang
diberikan dalam pendidikan dapat dilakukan melalui antara lain: 1. Pelayanan kepada
peserta didik melalui proses pembelajaran, memberikan informasi, layanan
administrasi dan pendampingan. 2. Layanan kepada orang tua peserta didik (wali
murid) melalui memberikan informasi, layanan administrasi . 3. Layanan kepada
pelanggan lain, melalui sesuai kebutuhan dan kemampuan yang ada.
Mutu pendidikan itu tidak hanya diukur dari mutu keluaran pendidikan secara
utuh (educational outcomes), dan itu dikaitkan dengan konteks dimana mutu itu
ditempatkan dan berapa besar persyaratan tambahan yang diperlukan untuk itu. Mutu
pendidikan juga dapat diukur dari besarnya kapasitas layanan pendidikan dalam
memenuhi customers needs and wants. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi,
maka mutu pendidikan dapat diukur dari besarnya earnings yang diperoleh oleh
lulusan setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu.3
“Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang
dihasilkan. Menurut Stephan Uselac, yang dimaksud mutu bukan hanya produk dan
jasa saja, namun juga mencakup proses, lingkungan dan manusia”.4 Jadi, mutu dapat
didefinisikan sebagai suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa, proses,
lingkungan dan manusia untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan guna
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa mutu adalah segala sesuatu yang dibutuhkan pelanggan (eksternal dan
internal) baik itu produk, jasa, proses, lingkungan maupun manusia. Sedangkan
manajemen mutu adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh organisasi baik itu
2 Eti Rochaety, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). hlm.
110.
3 Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), hlm. 80.
4 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu (Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah
Penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 75.
3
institusi atau perusahaan untuk memastikan bahwa produknya telah sesuai dengan
kebutuhan pelanggan.
Meskipun manajemen mutu dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun
pada dasarnya manajemen mutu itu berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk
memenuhi kepuasan pelanggan. Jadi, dengan demikian manajemen mutu berorientasi
pada proses yang mengintegrasikan semua SDM, pemasok-pemasok, dan para
pelanggan yang ada di lingkungan tersebut.5
“Definisi relative tentang mutu tersebut memiliki dua aspek. Pertama adalah
menyesuaikan diri dengan spesifikasi. Kedua adalah memenuhi kebutuhan
pelanggan. Mutu bagi produsen bisa diperoleh melalui produk atau layanan yang
memenuhi spesifikasi awal yang telah ditetapkan dalam gaya yang konsisten”.6
Manajemen mutu tidak hanya terdapat pada pendidikan formal dan non-
formal, dalam pendidikan informal manajemen mutu atau standar mutu pendidikan
ada, sebagaimana isi dalam Permen No 63 tahun 2009 bab II pasal 9 tentang
“Penjaminan Mutu Pendidikan Informal” yang isinya adalah “Penjaminan mutu
pendidikan informal dilaksanakan oleh masyarakat baik secara perseorangan,
kelompok, maupun kelembagaan”.7 guna untuk memberikan jaminan kepada
pelanggan jasa pendidikan, karena pendidikan informal jelas tercantum dalam pasal 1
No 13 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional-Sisdiknas No.20/2003 yang
isinya adalah “Departemen Pendidikan Nasional menyebut sekolah rumah dalam
pendidikan homeschooling”. Jalur sekolah-rumah ini dikategorikan sebagai jalur
pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.8
5 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu (Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah
Penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 6-7.
6 Edward Sallis Total Quality Manjemen In Education (Manjemen Mutu Pendidikan),
(Yogyakarta: Ircisod, 2008), hlm. 54.
8 Peraturan Mentri No 63 tahun 2009. Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan,
“http://www.linkpdf.com/ebookviewer.php?url=http://daa.ugm.ac.id/images/SK/menteri/permen_200
9_63_penjaminan_mutu.pdf. di akses tanggal 20-11-2010”.
7 Ara Hidayat Dan Imam Machali, Pengelola Pendidikan, (Konsep, Prinsip dan Aplikasi
Mengelola Sekolah dan Madrasah , (Bandung: Pustaka Educa, 2010 , hlm. 355.
4
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
seperti (Homeschooling) berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Meskipun
pemerintah tidak mengatur standar isi dan proses pelayanan pendidikan informal,
namun hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal (sekolah
umum) dan non formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar
nasional pendidikan (pasal 27 ayat 1-2 UU SISDIKNAS No. 20/2003).9
Dengan adanya persaingan yang ada di dunia pendidikan sekarang ini tentu
menuntut sekolah untuk berlomba-lomba menghasilkan output dalam hal ini siswa
yang memiliki daya saing, sehingga banyak sekolah yang muncul dengan
bermacam-macam desain, misalnya sekolah dengan background Islam terpadu (IT),
full day school, berstandar nasional atau bahkan internasional. Dari bermacam-
macam bentuk sekolah ini tentu memiliki manajemen sekolah yang berbeda.
Sedangkan mereka yang kurang puas dengan pendidikan formal cenderung
memilih pendidikan alternatif, yakni sekolah yang bentuk dan metode belajarnya
berbeda dari sekolah formal. Bentuk dari sekolah alternatif sendiri beragam, mulai
kategori anak berkebutuhan khusus (ABK) atau yang dahulu dikenal dengan anak
cacat, homeschooling atau belajar di rumah, sampai sekolah alternatif berbasis
kurikulum alam yang bisa melebar dalam bentuk outbound.10
Dalam hal ini peneliti akan fokus pada salah satu pendidikan alternatif yaitu
pendidikan homeschooling. Salah satu pengertian homeschooling adalah model
pendidikan dimana sebuah keluarga memilih bertanggung jawab sendiri atas
pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah
sebagai basis pendidikan.
Pendidikan yang berkualitas merupakan “condition sine quanon” berupaya
guna memenangkan persaingan global, berasal dari inilah keadaan akan pentingnya
perbaikan mutu sumber daya manusia mulai dilakukan masyarakat. Homeschooling
adalah salah satu upaya untuk itu, dimana pendidikan ini berdiri sendiri secara
9. Seto Mulyadi, Home Schooling Keluarga Kak-Seto, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007),
hlm. 34-35.
10 Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak?! (buku pintar sekolah
alam/outbound, home schooling, dan anak berkebutuhan khusus), (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm.
9.
5
mandiri atau merupakan pendidikan berbasis rumah. Model pendidikan ini menuntut
adanya peran langsung dari orang tua untuk mendidik anak sesuai dengan
perkembangannya. Selain itu, juga disesuaikan dengan zamannya. Misal kalau pada
zaman pra kemerdekaan, bahwa masyarakat pada waktu itu ingin sekali
menghilangkan dominasi dari kolonialisme, sehingga mereka tidak ingin
berkomunikasi dengan ajaran-ajaran orang yang dianggap menjajah. Sedang pada
masa globalisasi saat ini, ketakutan yang ada adalah adanya budaya-budaya yang
negative arus globalisasi, seperti pergaulan bebas, narkoba, dan sebagainya. Dari sini
mereka melihat bahwa rumah adalah tempat aman dalam menjalani proses
pendidikan keluarga sebagaimana Q.S. Al-Luqman ayat 13-14 tentang nasehat-
nasehat Luqman pada anak-anaknya untuk tidak berbuat dzalim.11
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah
kembalimu. (Q.S. Al-Luqman ayat 13-14).12
Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapatkan pendidikan
bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar anak
yang menyenangkan. Kerapkali hal-hal tersebut tidak ditemukan oleh karena itu
muncullah ide orang tua untuk “menyekolahkan” anak-anaknya di rumah. Dalam
perkembangannya berdirilah lembaga sekolah yang disebut sekolah rumah
11
Bulletin LPM Edulasi Quantum, Homeschooling Pendidikan Alternatif. (Semarang, Edukasi
: 2007). hlm. 2-3.
12 Al Qur’an dan Terjemahannya (Arab Saudi: Asy-Syarif Medinah Munawwarah, 1421 H ,
hlm. 654
6
(Homeschooling) atau dikenal juga dengan sekolah mandiri, atau Home Education
atau Home based learning. Homeschooling menjadi tempat harapan orang tua untuk
meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman/agama,
moral serta mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan.13
HSKS merupakan sebuah lembaga pendidikan alternatif yang dalam proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang lebih tematik, aktif, konstruktif,
dan kontekstual, serta belajar mandiri melalui penekanan pada kecakapan hidup (life
skill) dan pemecahan masalah. Sebagai institusi yang bergerak pada bidang jasa
pendidikan HSKS cabang Semarang telah diakui dibawah naungan PNFI
(Pendidikan Non Formal Indonesia) yang bersifat fleksibel.
HSKS cabang Semarang bercermin berdasarkan filosofi sederhana “belajar
dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja”, dengan
mengedepankan kreatifitas, ceria dan inovatif serta mengutamakan pada karakter
building sebagai investasi saat peserta didik terjun dimasyarakat. Dari hal tersebut
pendapat hemat penulis pembelajaran yang dilakukan oleh HSKS tidak hanya pada
seputar pelajaran-pelajaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah tetapi lebih pada
penekanan life skill, bakat dan minta peserta didik dan orang tua. seperti pada yang
tertera pada paragraph diatas. Dalam penerimaan peserta didik HSKS cabang
semarang mempunyai serangkaian SOP (Standar Operasional Prosedur) sebagai
informasi dan data awal bagi pihak sekolah guna menentukan kelas untuk peserta
didik diantara kelasnya adalah kategori ABK, korban bullying, dan kelas akselerasi.
di HSKS cabang Semarang SOP bukan hanya saja pada penerimaan peserta didik,
pada sistem pemebelajaranpun serangkaian standar operasional prosedur diterapkan
guna pencapaian tujuan. Lain halnya dengan manajemen mutu pada homeschooling
Kak Seto cabang Semarang. Istilah yang diterapkan dalam HSKS adalah Quality
Insurance (Penjaminan Mutu) terdapat 4 komponen yaitu adalah 1. Plan
(Perencanaan) 2. Do (proses). 3. Money (Monitoring dan evaluasi). 4. Improvement
(pengembangan).
13
Nugroho Widiasmadi, Spot Capturing (Metode Dasyat Mencetak Otak Super untuk
melejitkan kecerdasan anak), (Yogyakarta: Indonesia Tera.2010). hlm. 205-211.
7
Homeschooling Kak Seto (HSKS) cabang Semarang salah satu lembaga
pendidikan akan menjadi tempat atau tujuan penelitian dikarenakan HSKS tersebut
telah mencantumkan penjaminan mutu akademik berlandaskan pada kementerian
pendidikan nasional. Kerjasama yang baik dari semua komponen HSKS serta
komitmen untuk maju yang dibangun di HSKS tersebut sangat mendukung
tercapainya sistem manajemen mutu.
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti bermaksud
mengadakan penelitian tentang “Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto Cabang
Semarang”. Dengan harapan hasil penelitian ini akan menjadi bahan kajian bagi para
pengelola pendidikan lain yang tertarik menerapkan sistem manajemen mutu
tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Penerapan Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto cabang
Semarang?
2. Bagaimana Pengembangan Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto cabang
Semarang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan Penerapan Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto cabang
Semarang.
2. Menjelaskan Pengembangan Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto cabang
Semarang.
Secara umum penelitian yang berjudul “Manajemen Mutu Homeschooling
Kak Seto Cabang Semarang” ini berguna untuk mengetahui bagaimana manajemen
mutu di Homeschooling Kak Seto cabang Semarang
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:
8
1. Manfaat teoritis
a) Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan langsung
serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selain studi di
perguruan tinggi.
b) Dapat memberikan motivasi kepada para pendidik, pembimbing dan pihak
lembaga agar tercipta manajemen mutu yang inovatif dan kreatif sehingga
dapat memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan pendidikan dan
mendapatkan citra yang baik.
c) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan
pihak-pihak yang berkepentingan.
d) Penelitian ini di harapkan dapat menambah khazanah intelektual, keilmuan.
2. Manfaat praktis
a) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pemimpin dalam
menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan mutu
Homeschooling Kak Seto cabang Semarang.
b) Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangsih pemikiran guna meningkatkan
mutu Homeschooling Kak Seto cabang Semarang.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan dalam penyusunan karya ilmiah (skripsi) ini
tergolong penelitian kualitatif, yaitu “suatu jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau berupa hitungan lainnya”.66
Atau
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.67
Penelitian ini digunakan untuk
mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan manajemen mutu di
Homeschooling Kak Seto cabang Semarang.
“Penelitian ini tergolong sebagai penelitian lapangan (field research) yakni
penelitian yang langsung dilakukan atau pada responden”.68
Oleh karena itu, obyek
penelitiannya adalah berupa obyek di lapangan yang sekiranya mampu memberikan
informasi tentang kajian penelitian. Dalam hal ini peneliti menjadikan
Homeschooling Kak Seto cabang Semarang sebagai obyek penelitian dengan
difokuskan pada pelaksanaan manajemen mutu di Homeschooling Kak Seto cabang
Semarang sehingga mengetahui keunggulan komparatif yang dimiliki dalam
pelaksanaan dan pengembangan manajemen mutu Homeschooling Kak Seto cabang
Semarang.
66
Straus dan Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Daftar Pustaka, 2003),
hlm. 4
67 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
cet. 20, hlm. 6.
68 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002), hlm. 11.
39
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada sebuah lembaga pendidikan yang berlokasi
di Homeschooling Kak Seto cabang Semarang, terletak di Jl. Klenteng Sari No 3
Semarang 50268, Jawa Tengah, Indonesia. Phone dan Fax : +62.+24+7475416.
Penelitian ini dilaksanakan Pada tanggal 02-15 agustus 2011.69
C. Sumber Penelitian
Homeschooling Kak Seto cabang Semarang resmi berdiri ditandai dengan
ditanda tanganinya MoU antara pendiri HSKS semarang yaitu Dr. Ir. H. Nugroho
Widiasmadi, M.Eng dengan HSKS pusat yaitu Dr. Seto mulyadi pada tanggal 3 Juni
2009. HSKS cabang Semarang ini membuka 3 jenjang pendidikan yaitu SD (Sekolah
Dasar) SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Mengenah Atas),
selain itu pula HSKS cabang Semarang membuka kelas keahlian Seperti kelas
robotik, desain, seni, dan lain-lain.
HSKS cabang Semarang yang telah didirikan pada tanggal 3 Juni 2009
dilaksanakan berdasarkan filosofi sederhana “belajar dapat dilakukan dimana saja,
kapan saja, dan dengan siapa saja”. Untuk menjadi institusi pendidikan yang selalu
menjaga mutu pengembangan ke depan selalu mendasarkan VISI dan MISI yang
telah ditetapkan. untuk mengawal agar pencapaian VISI tersebut sesuai dengan
tuntutan masyarakat maka HSKS cabang Semarang juga membentuk gugus kendali
dan penjaminan mutu pendidikan (Academic Quality Insurance).
1. Visi Sekolah
Menjadikan Homeschooling Kak Seto cabang Semarang sebagai salah satu
insitusi pendidikan anak yang unggul dalam menyediakan program pendidikan
bagi anak untuk dapat terampil, memiliki Life Skill, dan karakter yang kokoh
sebagai calon pemimpin bangsa dimasa depan70
69
Brosur Homeschooling Kak Cabang Semarang
70 Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, hlm
I- 1
40
2. Misi Sekolah
a. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi
peserta didik sesuai dengan kebutuhan, gaya belajar, kekuatan dan
keterbatasan yang dimilikinya.
b. Membantu peserta didik menemukan minat dan bakatnya serta
mengembangkan bakat dan minat peserta didik secara optimal.
c. Membentuk peserta didik menjadi manusia pembelajaran seumur hidup
yang mempunyai kepedulian social yang tinggi dan karakter yang kuat.
d. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh hubungan dari pelajaran
yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata.
e. Mengatasi keterbatasan, kelemahan peserta didik dengan melakukan
pendekatan personal.71
Dalam hal ini yang menjadi sumber data adalah manajer, kepala sekolah
mengenai manajemen mutu homeschooling Kak Seto cabang Semarang, koordinator
Penjaminan mutu dan para staf HSKS cabang Semarang dalam hal pelaksanaan dan
pengembangan manajemen mutu HSKS cabang Semarang, orang tua dan perserta
didik selaku konsumen/pelanggan jasa pendidikan di HSKS cabang Semarang
terkait dengan pendapat mengenai manajemen mutu HSKS cabang Semarang.
Pengertian sumber data dalam penelitian menurut Suharsimi adalah subyek dari
mana data diperoleh.72
Dengan adanya sumber data maka data yang diperlukan
dalam penelitian ini akan mudah diperoleh.
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan terhadap bagaimana pelaksanaan dan
pengembangan manajemen mutu Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau
keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen
populasi yang akan mendukung penelitian, atau cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Sehubungan dengan penelitian lapangan terhadap
71
Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, hlm
I- 1-2
72 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm. 129.
41
studi kasus, maka untuk mendapatkan data-data yang dimaksudkan, perlu dilakukan
dengan proses terjun langsung di lokasi penelitian yakni melalui observasi,
interview, dokumentasi, maupun dengan pencatatan lapangan. Sedangkan untuk
memperkuat teori-teori yang dipakai, maka peneliti melengkapi dengan penelitian
kepustakaan (library research).
Beberapa metode yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data di
antaranya:
1. Metode Observasi (Pengamatan)
“Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati
perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang, serta kemudian dapat
dilakukan penilaian atas perubahan tersebut”.73
“Sanafiah Faisal mengklasifikasikan observasi menjadi 3 yaitu: observasi
berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan
tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak
berstruktur (unstructured observation)”.74
Peneliti dalam hal ini akan menggunakan observasi terus terang dan tersamar,
dimana peneliti akan mengamati dan mengetahui secara langsung bagaimana
manajemen mutu yang diterapkan di HSKS cabang Semarang, serta menjelaskan
faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan manajemen mutu tersebut, letak
geografis, sarana prasarana, tutor, administrator dan peserta didik.
Peneliti juga akan mengobservasi bagaimana kondisi lembaga tersebut serta
bagaimana perkembangannya untuk masa depan.
2. Metode Interview (Wawancara)
“Interview adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Ciri utama dari interview adalah adanya kontak langsung dengan cara tatap
73
Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004), hlm. 63.
74 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 310.
42
muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee)”.75
“Untuk memperoleh informasi yang tepat dan objektif, setiap interviewer harus
mampu menciptakan hubungan baik dengan interviewe”.76
Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana kondisi HSKS
Cabang Semarang tersebut serta untuk memperoleh kejelasan dari proses observasi
yang bersifat mendukung data penelitian. Peneliti akan menggunakan wawancara
tidak terstruktur, dimana pihak-pihak yang terkait akan diwawancarai diminta
informasinya terkait dengan manajemen mutu HSKS cabang Semarang.
“Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan”.77
Tentu saja kreativitas pewawancara
sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung
dari pewawancara. Jenis interview ini cocok untuk penelitian sebuah kasus.
Peneliti dalam wawancara ini akan mendata pihak-pihak mana saja yang akan
menjadi objek penelitian yang akan memperkuat data yang diperoleh, karena dari
pihak-pihak tersebut dapat diperoleh data-data yang valid. Metode wawancara
tersebut akan peneliti gunakan untuk memperoleh jawaban dari pihak-pihak tersebut
di atas.
3. Metode Dokumentasi
“Dokumen merupakan catatan peristiwa lampau. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif”.78
“Schatzman dan Strauss menegaskan bahwa dokumen historis merupakan
bahan penting dalam penelitian kualitatif. Menurut mereka, sebagai bagian dari
75
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).
hlm. 317.
76 Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 165
77 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). hlm.227.
78 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).
hlm. 329.
43
metode lapangan, peneliti dapat menelaah dokumen historis dan sumber-sumber
sekunder lainnya untuk menjelaskan sebagian aspek situasi tersebut”.79
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
fasilitas pendukung dalam pelaksanaan sistem manajemen mutu. Data dapat berupa
foto, tulisan, check list maupun dokumen-dokumen yang penting lainnya, yang mana
data tersebut dapat memperkuat proses pelaksanaan manajemen mutu tersebut.
4. Metode Triangulasi Data
“Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada”.80
Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data.
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap suatu data”.81
Dalam penelitian kualitatif, teknik triangulasi dimanfaatkan sebagai
pengecekan keabsahan data yang peneliti temukan dari hasil wawancara peneliti
dengan informan kunci dan dibandingkan dengan hasil wawancara dengan beberapa
informan lainnya dan kemudian peneliti mengkonfirmasikan dengan studi
dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian serta hasil pengamatan peneliti di
lapangan sehingga kemurnian dan keabsahan data terjamin.82
Triangulasi Pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan pengecekan data
yang berasal dari hasil wawancara dengan Manajer HSKS cabang Semarang,
79
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 195-196.
80 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).
hlm. 330.
81 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 330.
82 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial (Kuantitatif Dan Kualitatif ),
(Jakarta: GP. Press, 2009), hlm. 230-231.
44
koordinator penjamin mutu dan para staf HSKS cabang Semarang, wali murid dan
peserta didik HSKS cabang Semarang.
Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti telah lagi dengan
hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa penelitian untuk mengetahui
bagaimana manajemen mutu yang ada di Homeschooling Kak Seto cabang
Semarang.
Setelah keempat metode tersebut di atas terlaksana, maka data-data yang
dibutuhkan akan terkumpul. Peneliti diharapkan untuk mengorganisasi dan
mensistematisasi data agar siap dijadikan bahan analisis.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam sebuah penelitian merupakan bagian yang sangat penting
karena dengan analisis inilah data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam
memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir dalam penelitian.
Analisis data merupakan proses mencari dan menata data dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman
peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang
lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan
dengan berupaya mencari makna (interpretasi).83
Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga dalam hal ini peneliti
menggunakan metode analisis yang disebut analisis data kualitatif. Menurut Bogdan
dan Biklen analisis data kualitatif dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.84
Peneliti dalam hal ini akan menyusun secara sistematis data-data yang telah
diperoleh dari hasil observasi, interview serta dokumentasi yang kemudian
83
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hlm.
104.
84 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 248.
45
dilanjutkan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan bagaimana
implementasi dari manajemen mutu Homeschooling Kak Seto cabang Semarang.
Analisis data penelitian kualitatif, dapat dilakukan melalui langkah-langkah,
diantaranya sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang
peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak,
apabila peneliti mampu menerapkan metode obsevasi, wawancara atau dari berbagai
dokumen yang berhubungan dengan Homeschooling Kak Seto cabang Semarang.
Selama proses reduksi data peneliti dapat melanjutkan ringkasan,
pengkodean, menemukan tema, reduksi data berlangsung selama penelitian di
lapangan sampai pelaporan penelitian selesai.
2. Melaksanakan Display Data atau Penyajian Data
Biasanya dalam penelitian, kita mendapatkan data banyak. Data yang kita
dapat tidak mungkin kita paparkan secara keseluruhan. Untuk itu, dalam penyajian
data dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis, atau simultan
sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan yang
diteliti.
3. Verifikasi/Mengambil Kesimpulan.
Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan
display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk
menerima masukan. penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali
dengan data di lapangan dengan cara merefleksikan kembali, peneliti dapat bertukar
pikiran dengan teman sejawat, triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat
dicapai.85
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
85
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial (Kuantitatif Dan Kualitatif ), hlm.
222-224.
46
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian
berada di lapangan.86
Oleh karena itu, dalam analisis data ini peneliti menggunakan analisis
deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan
menginterpretasikan bagaimana implementasi manajemen mutu pada Homeschooling
Kak Seto cabang Semarang.
86
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
hlm. 345.
47
BAB IV
MANAJEMEN MUTU HOMESCHOOLING
KAK SETO CABANG SEMARANG
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang
Berdirinya HSKS Semarang pada tanggal 3 Juni 2009 ditandai dengan
ditandatanganinya MoU antara pendiri HSKS cabang Semarang yaitu Dr. Ir. H.
Nugroho M.Eng dengan HSKS Pusat yaitu Dr. Seto Mulyadi.
Motivasi didirikannya HSKS ini didasarkan pada pengalaman pendiri dalam
dunia pendidikan baik formal atau non formal. Pengalaman pendiri dimulai sejak
tahun 1999 sampai sekarang sebagai dosen Universitas Pandanaran Semarang dan
juga di Universitas Wahid Hasyim Semarang. Menurut beliau Pengalaman yang
sangat menarik ketika beliau mendirikan pendidikan lingkungan untuk anak yang
dikemas dalam program wisata, dimana kawasan wisata yang disiapkan merupakan
wahana pembelajaran bagi setiap pengunjung untuk peduli akan lingkungan.
Kawasan wisata yang disiapkan sejak sebelas tahun silam yaitu tepatnya
tahun 2000 dengan konsep ekowisata (ecotourism) dengan nama Ekowisata Taman
Air Indonesia (ETASIA).87
Animo masyarakat terhadap wahana alami ini cukup besar, hal ini terlihat
dari kunjungan berbagai sekolah khususnya TK, SD, dan SMP. pengunjung sebagian
besar dari Surakarta, Klaten, Boyolali, Semarang, Salatiga dan bahkan dari luar
propinsi seperti Yogyakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Program wisata disiapkan
dengan kurikulum terpadu bagaimana para siswa dapat langsung berinteraksi untuk
menyentuh lingkungan khususnya air diantaranya untuk mencari satwa air seperti
udang kali dan belut air. Serta mengenal tumbuhan air seperti papyrus, stok, teratai,
kegiatan lain seperti menanam padi, memandikan kerbau dan lain sebagainya.
Peserta juga dikenalkan dengan konsep entrepreneurship untuk bidang usaha
restorisasi mulai dari pemeliharaan ikan, pengelolaan, dan penyajian.
87
Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, hlm
I- 2-3
48
Program pendidikan lingkungan yang dikemas dalam ekowisata tersebut
ternyata telah mampu melahirkan putra-putri yang berkarakter pada masa pendidikan
yang lebih tinggi, tidak heran bahwa pemenang olimpiade biologi, fisika dan
pemenang kejuaraan dari tingkat propinsi atau nasional bahkan internasional pernah
tercatat mengikuti program pendidikan lingkungan tersebut.
Maka dengan pengalaman sebelas tahun melihat pendidikan yang seirama
dengan konsep ini, Kak Seto yang peduli akan anak dipandang sebagai tokoh yang
konsisten dalam dunia tersebut. Pemikirannya pun sangat konstruktif termasuk dalam
pemikiran memenuhi hak anak pada pendidikan. Konsep HSKS sangat tepat untuk
dijadikan payung dalam rangka program yang sedang dirintis, sehingga dengan seijin
Kak Seto maka terjadilah kesepakatan kerja sama untuk mendirikan Homeschooling
Kak Seto cabang Semarang.88
2. Letak Geografis Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang
Lokasi di HSKS cabang Semarang, terletak di Jl. Klenteng Sari No 3
Kelurahan. Padalangan, Kecamatan. Banyumanik, Semarang 50268, Jawa Tengah.
Fasilitas yang dimiliki HSKS cabang Semarang terdapat pada tabel 4.1.89
Tabel 4.1
Fasilitas yang dimiliki oleh HSKS cabang Semarang
NO. FASILITAS LUAS AREA
1. Gedung sekolah 700m2
2. Ruang kelas 150 m
2 (6 kelas/indoor)
100 m2
(outdoor)
3. Front Office 25 m2
4. Ruang kantor dan Guru 100 m2
5. ruang perpustakaan dengan koleksi
2500 judul buku
25 m2
6. Ruang keterampilan 50 m2
7. Out bound area 20.000 m2
(2 Ha)
8. Gedung pertemuan 1000m2
88
Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, hlm
I- 3-8
89 Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, hlm
II- 24-30
49
9. Mobil operasional 1 buah avanza
10. Lapangan olahraga & kolam
renang
1000m m2
3. Keadaan Pimpinan, Tutor dan Pesrta Didik Homeschooling Kak Seto
cabang Semarang
Keadaan Pimpinan HSKS cabang Semarang sebagai berikut:90
Tabel 4.2
Keadaan Piminan Homsechooling Kak Seto cabang Semarang
No NAMA JABATAN KOMPETENSI / PENGALAMAN
1. Drs. H. Much
Sahid
Pembina I Mantan kepala sekolah SMA 5
Semarang
Mantan kepala bidang pendidikan
menengah umum Kanwil
Depdikbud Jateng
Ketua dewan pendidikan Nasional
Boyolali
2. Hj. Sri Mulyati
S.Pd
Pembina II Mantan kepala sekolah SMA N 1
Boyolali
Mantan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Komisi Pendidikan
Kab.Boyolali
3. Dr. Ir. H.
Nuroho W
Asmadi,
M.Eng
Direktur Mantan pembatu Rektor III
Unwahas
Mantan pembatu Rektor I Unwahas
Kepala Lemlit Unwahas
4. Dra. Krisna
Soeswanti
M.Si
Wakil Direktur
& Koordinator
Mutu
Akademik
Dosen tidak tetap Unwahas
Konsultan bidang pemberdayaan
masyarakat
5. Suhato, S.Pd Koordinator
Kepala Sekolah
(Akademisi)
Praktisi pendidikan
6. Age Ayu
Merdiani
Manajer
(Administrasi/
keuangan/
pemasaran)
Ass. Dosen psikologi UNDIP
7. Fitriyono Administrasi &
Keuangan Praktisi pajak, Administrator &
Keuangan
90
Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, hlm
II- 3-5
50
Keadaan Tutor HSKS cabang Semarang sebagai berikut:
Tabel 4.3
Keadaan Tutor Homsechooling Kak Seto cabang Semarang91
NO. NAMA ALAMAT KOMPETISI
1. Suharto, S.Pd Jl. Ki Ageng Selo No %
Grobogan
IPA/ Biolagi.
Matematika
2. Hana
Kusmawati, S.Pd
Jl. Al Munawaroh Gg. Serayu II
No. 8 Banjarnegara
IPS/ Bahasa
Indonesia
3. Muhamad Iqbal
B, S.Pd
Jl. Raya Patemon Kompleks
Masjid At-Taqwa
IPS/ Geografi
/Sejarah
4. Miftah Ichtiyarini
S.Si
Jl. Stonen Timur No. 77 Gajah
Mungkur Semarang
IPA/ Kimia
/ Biologi
5. Muhamad Anggi
S.Pd
Jl. Raya Timur Pasar Balaoma
No. 20 Kel. Karangjati kec.
Tarub, Kab. Legal
IPS/ Ekonomi
6. Badrus Soleh
S.Pd
Griya Ananda Jl. Cempaka
Timur Sekaran Gunung Pati
Semarang
IPS/ Matematika/
Ekonomi
7. M. Dwi
Fakhrudin S.Pd
Jl. Raya Sekaran Patemon
Rt.01/Rw. VI Gunung Pati
Semarang
IPA/Matematika/
Fisika
8. Rika Rahma
S.Pd
Jl. Gurami Raya 34 Ungaran IPS/ Bahasa
Ingris
Keadaan peserta didik HSKS cabang Semarang sebagai berikut:
Tabel 4.4
Keadaan Peserta Didik HSKS cabang Semarang92
No. Jenjang Kelas Pogram Jumlah
Siswa DL Komunitas
1.
SD
1 - 4 4
2. 2 1 7 6
3. 3 2 8 6
4. 4 2 4 2
5. 5 - 6 6
6. 6 - 6 6
7.
SMP
7 2 8 10
8. 8 2 6 8
9. 9 - 6 6
10. SMA 10 2 10 12
91
Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, hlm
III- 11
92 Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, hlm
III- 12-14
51
11. 11 5 15 20
12. 12 9 6 15
Jumlah Total Siswa HSKS 101
Bagan Struktur Organisasi HSKS cabang Semarang sebagai berikut:
Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi HSKS cabang Semarang93
B. Pembahasan
Sebagaimana yang telah tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini
untuk Mendeskripsikan bagaimana pengelola HSKS cabang Semarang menerapkan
manajemen mutu di lembaga mereka, serta memberikan gambaran yang jelas tentang
pengembangan manajemen mutu di HSKS cabang Semarang. Oleh karena itu dalam
Bab IV ini penulis menganalisis dua hal tersebut sesuai dengan metode yang
digunakan yaitu menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Dalam hal ini penulis menganalisis dua aspek pokok yaitu. Pertama,
mengenai penerapan manajemen mutu. Kedua, tentang pengembangan manajemen
mutu HSKS cabang Semarang. melalui analisis fungsi manajemen yang terdiri dari
93
Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, hlm
II- 2
52
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan),
dan controlling (pengawasan) dalam penerapan manajemen mutu pada HSKS cabang
Semarang dalam meningkatkan akuntabilitas lembaga pendidikan sehingga
mengetahui faktor pendukung dan faktor keterbatasan manajemen mutu HSKS
cabang Semarang dan proses penelitian.
1. Analisis Penerapan Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto cabang
Semarang
Penerapan manajemen mutu secara efektif di lembaga pendidikan
memerlukan sistem yang terstruktur dan terdokumentasi secara baik. Setiap lembaga
yang menerapkan manajemen mutu yang sudah berjalan dengan baik umumnya akan
memiliki dokumentasi penerapan manajemen mutu yang baik. yaitu memiliki
panduan mutu, panduan prosedur dan panduan instruksi kerja.
Tujuan dari penerapan manajemen mutu HSKS cabang Semarang adalah
memberikan kepuasan kepada pelanggan yang arahnya untuk peningkatan mutu.
Jadi, dalam hal ini manajemen ditata sedemikian rupa agar pelanggan merasa puas
dengan hasilnya.
Manajemen Mutu pada HSKS cabang Semarang dikembangkan berdasarkan
pada suatu model proses dengan menggunakan “Komponen-komponen Manajemen
Mutu, Karena komponen manajemen mutu tersebut merupakan dasar penerapan
manajemen mutu, yang menunjang suatu evolusi menuju terciptanya lembaga
pendidikan yang baik dan dengan menekankan pada kepuasan pelanggan”.94
Komponen-komponen manajemen mutu yang dapat menunjang atau
memfasilitasi suatu evolusi menuju terciptanya lembaga pendidikan yang lebih baik
adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan yang berorientasi pada mutu
Manajer puncak harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan secara
terpadu dengan memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif,
menggunakan data, dan mengidentifikasi orang-orang (SDM, Dalam
94
Mulyono, MA, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar Ruzz
Media, 2008), hlm. 306
53
implementasi TQM sebagai kunci proses manajemen, manajer puncak berperan
sebagai penasehat, guru dan pimpinan).95
Penulis menilai proses kepemimpinan di HSKS cabang Semarang bisa
dikategorikan sebagai kepemimpinan yang akomodatif. Berdasarkan struktur
organisasi (Tercantum dalam gambar 4.1) dapat dilihat bahwa manajer dalam hal
ini mempunyai tugas koordinatif dan instruktif kepada kepala sekolah, wali-wali
kelas yang dapat dilihat dalam bagan (Tercantum dalam gambar 4.1) dan manajer
juga berkedudukan sebagai top management (manajer puncak), yang harus
memberikan bukti ikrar pelibatannya pada pengembangan dan penerapan
manajemen mutunya dan terus-menerus memperbaiki keefektifannya dengan cara:
1) menyampaikan ke semua staf HSKS akan pentingnya memenuhi persyaratan
pelanggan serta undang-undang dan peraturan.
2) menetapkan kebijakan mutu melalui SOP sebagai landasan utama.
3) memastikan sasaran mutu yang ditetapkan.
4) melakukan tinjauan manajemen dan
5) memastikan tersedianya sumber daya.
Menurut hemat peneliti manajer HSKS cabang Semarang memanage
semua bagian unit kerja dengan dibantu oleh Koordinator manajemen mutu dan
para kepala sekolah. Tanggung jawab Koordinator manajemen mutu dan para
kepala sekolah dapat mencakup sebagai penghubung dengan pihak luar dalam
masalah yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu seperti contoh yang
disampaikan oleh tutor bahasa Indonesia kak Hana Kusumawati adalah proses
pembelajaran yang berlangsung ketika siswa tidak hadir tanpa keterangan dan
keadaan siswa yang tidak seperti biasanya, hal itu akan di komunikasikan oleh
tutor kepada wali kelas kemudian wali kelas menghubungi wali murid mencari
informasi akan hal tersebut.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Perwujudan mutu berdasarkan pada keterampilan setiap pegawai dalam
merencanakan, mengorganisasi, membuat, mengevaluasi dan mengembangkan
95
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan. hlm.302
54
barang/jasa sebagaimana tuntutan pelanggan. Pemahaman dan keterampilan
pegawai menjadi kunci untuk mewujudkan hal itu melalui aplikasi pemahaman
dan kemampuannya. Perkembangan tuntutan pelanggan inilah yang terus
berkembang dan harus direspon positif oleh manajer puncak melalui penyiapan
SDM/pegawai yang kompeten dalam bidangnya.96
Pemborosan terbesar dalam sebuah organisasi adalah kekeliruan
menggunakan keahlian orang-orangnya secara tepat. Mempergunakan uang
untuk pelatihan tenaga kerja adalah penting, namun yang lebih penting lagi
adalah melatih dengan standar terbaik dalam kerja. Pelatihan adalah alat kuat dan
tepat untuk perbaikan mutu.97
Pada bagian ini merupakan perwujudan komitmen dalam perbaikan terus
menerus melalui penyiapan SDM yang kompeten, kredibel dan profesional.
Upaya ini selalu dilakukan dan dilaksanakan rutin oleh HSKS cabang Semarang
setiap satu bulan sekali yang di beri istilah Tutor Gathering untuk memfasilitasi
para staf dan tutor HSKS guna menunjang kinerja dan pengetahuannya.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnya dalam program
pembelajaran maka HSKS cabang Semarang mengadakan pelatihan baik untuk
para orang tua siswa dan para tutor. Pelatihan tersebut diharapkan antara orang
tua murid dan tutor mempunyai kesamaan khususnya anak berkebutuhan khusus.
Kegiatan ini merupakan suatu bentuk pelayanan HSKS cabang Semarang
pada masyarakat Semarang dan sekitarnya khususnya dalam bidang pendidikan.
Peningkatan SDM tenaga pengajar perlu ditingkatkan terus. Hal ini sesuai dengan
program penjaminan mutu pendidikan untuk mewujudkan VISI HSKS cabang
Semarang.
Pelatihan dan pendidikan yang dilakukan oleh HSKS cabang Semarang
bersifat Kondisional sesuai dengan kebutuhan dan pelaksanaannya hampir
tergolong rutin setiap tahunnya. Pelatihan dan pendidikan yang dilakukan bersifat
pengetahuan dan keterampilan, mulai dari pelatihan dan pendidikan yang
96
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan. hlm.302.
97 Edward Sallis, Total Quality Management in Education, hlm 58
55
berkaitan dengan pembelajaran, pengenalan karakteristik anak, serta tentang cara
menghadapi dan memperlakukan para peserta didik yang membutuhkan
pelayanan khusus.
Salah satu contoh pelatihan yang dilaksanakan oleh HSKS cabang
Semarang adalah Pelatihan Penatalaksanaan prilaku bagi anak berkebutuhan
khusus. Pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan kemauan serta
kemampuan pada diri anak-anak berkebutuhan khusus tersebut, dalam hal
komunikasi, bersosial, berempati, dan berkonsentrasi. Tata laksana yang di
tempuh mengadopsi metode ABA (Applied Behavior Analysis) dan konsep ABC
(Antecedent Behavior Consequence).98
c. Struktur Pendukung
“Manajer puncak akan memerlukan dukungan untuk melakukan
perubahan yang dianggap perlu dalam melaksanakan strategi pencapaian
mutu”.99
Komponen ini merupakan strategi dalam pencapaian mutu, perencanaan
dan perumusan program sekolah seperti program rutinan, program semester dan
program tahunan serta standar operasional prosedur (SOP) sebagai penunjang
penerapan dan pengembangan manajemen mutu.
Dalam komponen ini HSKS cabang Semarang selalu berusaha
mengedepankan perencanaan yang matang sebagai wujud komitmen mutu.
Dilihat dari proses perumusan dan perencanaan yang dipersiapkan untuk jangka
waktu satu tahun kedepan dengan tanpa melupakan evaluasi sebagai control
pelaksanaan.
Adapun struktur pendukung sebagai pelaksanaan manajemen mutu antara
lain adalah :
1) Kurikulum HSKS cabang Semarang
Kurikulum HSKS Cabang Semarang mengacu kepada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) selain itu kurikulum yang diterapkan adalah
98
Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, hlm
IV- 12-13. 99
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan. hlm.303.
56
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang di dukung oleh HSKS
cabang Semarang. Dalam kegiatan tutorial kedua acuan tersebut disusun dan
disampaikan dengan metode HSKS cabang Semarang sehingga dirasa
berbeda dengan sekolah formal, sehingga peserta didik mengikuti
pembelajaran dengan menyenangkan.
2) Proses pembelajaran
Metode pembelajaran pada HSKS cabang Semarang adalah
menggunakan pendekatan yang lebuh tematik, aktif, kontekstual serta
belajar mandiri melalui penekanan kepada kecakapan hidup dan
keterampilan dalam memecahkan masalah. Untuk itulah proses
pembelajaran di HSKS cabang Semarang dilakukan menyenangkan tidak
terpaku dengan akademik.
3) Komunitas
Komunitas merupakan proses pembelajaran dimana peserta
dikumpulkan di sebuah kelas untuk belajar sambil bersosialisasi dengan
teman-temannya. Dalam komunitas jadwal belajar peserta di tentukan oleh
tutorial.
4) Distance learning (Belajar Jarak Jauh)
Merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar di rumah
dengan modul dan orang tua yang berperan besar sebagai pendidiknya. Dalam
distance learning jadwal belajar disusun sesuai kesepakatan antara peserta
dengan orang tua.
5) Tutor Visit
Merupakan metode pembelajaran dimana peserta belajar di rumah dan
didampingi oleh tutor. Dalam tutor visit jadwal belajar disusun sesuai dengan
kesepakatan antara peserta, orang tua dan tutor.100
6) Project Class
Merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar melakukan
percobaan-percobaan ilmiah dan keterampilan lainnya. Dimana dengan
melakukan project class peserta dapat mengembangkan kreatifitasnya.
100
Brosur Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang
57
7) Menonton Pertunjukan
Merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar ,melalui
pertunjukan film , teater, orkestra, seni drama, seni lawak, seni music, seni
modern / tradisional dan konser musik.
8) Parent Meeting
Pertemuan tiga bulanan antara wali murid, dengan manajemen dan
tutor HSKS, dimana Kak Seto selaku Pembina HSKS akan menyempatkan
hadir untuk mendiskusikan perkembangan belajar anak didiknya.
9) Outing
Merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar diluar kelas
baik berupa kunjungan ke tempat terbuka maupun tertutup, seperti kebun raya,
kebun satwa, ekowisata, agrowisata, industry manufacturing, museum,
puspitek, pusat seni, peninggalan purbakala. Dan sebagainya.101
d. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu organisasi yang berorientasi pada mutu perlu
ditempuh dengan cara yang bervariasi agar pesan yang di komunikasikan dapat
tersampaikan secara efektif dan manajer puncak dapat berkomunikasi kepada
seluruh pegawai mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk
melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu.
Komunikasi yang di terapkan di HSKS cabang Semarang adalah
komunikasi terbuka dan demokratis. Hubungan kekeluargaan yang di terapkan
dalam HSKS cabang Semarang antar manager dengan para staf dan masyarakat
HSKS cabang Semarang yang lainnya membuat keakraban dan simpati satu sama
lain tercipta akan tetapi tidak melupakan batasan-batasan profesionalitas kerja.
e. Ganjaran dan pengakuan
Tim atau individu-individu yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip
mutu dalam proses mutu harus diakui dan diberi ganjaran sebagaimana
101
Brosur Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang
58
kemampuan organisasi, sehingga pegawai lainnya sebagai anggota organisasi
akan mengetahui apa yang diharapkan.
Komponen ini sebagai motivasi untuk para warga HSKS cabang
Semarang agar selalu berprestasi, kreatif. Inovatif dan berkreasi dalam
melaksanakan tugasnya.
Ganjaran dan Pengakuan yang diberikan HSKS cabang Semarang kepada
para tutor yang berprestasi diantaranya adalah kenaikan jabatan, peningkatan
kesejahteraan, pemberian jaminan hari tua dan jaminan kesehatan, hal tersebut
sesuai dengan point-point yang ditetapkan oleh HSKS cabang Semarang
sebagaimana yang dikutip dalam wawancara dengan tutor kak Miftah Ictiyarini.
Sedangkan bagi siswa yang berprestasi baik dalam bidang pengetahuan, keahlian
dan ekstrakurikuler pihak HSKS memberikan penghargaan dengan pemberian
tambahan poin dan piagam sebagai pengakuan atas prestasi yang di raih seperti
yang disampaikan oleh kak Ajeng selaku ketua OSIS HSKS cabang Semarang.
f. Pengukuran
“Menggunakan data hasil pengukuran (evaluasi) menjadi sangat penting
di dalam menetapkan manajemen mutu”.102
Kepuasan pelanggan bisa
disimbolkan dengan pengukuran statistika atau bisa pula dengan feet back baik
dari para pelanggan.
Perbaikan yang berkesinambungan berkaitan dengan komitmen
(Continuous, Quality in improvement atau CQI) dan proses Continuous Proses
Improvement. Komitmen terhadap kualitas dimulai dengan pernyataan dedikasi
pada Visi dan Misi bersama, serta pemberdayaan. Semua persiapan untuk secara
inkuiri mental mewujudkan visi tersebut. Perbaikan yang berkesinambungan
tergantung kepada dua unsur. pertama: mempelajari proses, alat, dan
keterampilan. Kedua: menerapkan keterampilan baru small achievable project,
proses perbaikan berkesinambungan yang dapat dilakukan berdasarkan siklus
PDAC (Plan, Do, Check, Action). Siklus ini merupakan siklus perbaikan yang
never ending, dan berlaku pada semua fase organisasi / lembaga.
102
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan. hlm. 304
59
Komponen ini selalu digunakan oleh HSKS cabang Semarang sebagai
peningkatan mutu. Pemberian portofolio homeschooler (Jurnal Tutorial) kepada
para siswa HSKS cabang Semarang setiap selesai proses pembelajaran dan
Penyebaran angket kepada orang tua siswa dalam 3 bulan sekali pada saat
penerimaan rapot siswa. untuk lebih meyakinkan pengukuran tingkat kepuasan
pelanggan internal dan eksternal HSKS cabang Semarang. Hasil dari angket
tersebut kemudian dijadikan bahan meeting yang dilaksanakan HSKS cabang
Semarang secara periodic dan analisa statistik HSKS cabang Semarang
sebagaimana terlampir.
2. Analisis Pengembangan Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto
Cabang Semarang
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang
pendidikan Nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas
manusia Indonesia secara menyeluruh. Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan diri dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.103
Kekuatan dalam perubahan memperlihatkan fenomena yang terus
berkelanjutan dalam pemenuhan akan perubahan tersebut. Akhirnya akan mendorong
dalam upaya pemilihan strategi yang dapat diterapkan pada kondisi-kondisi yang
terduga maupun tak terduga yang kemudian muncul. Banyak orang mengetahui
kasus seperti ini bukan merupakan kasus pendidikan–sektor swasta, dimana sekolah-
103 Maryono, Peningkatan Manajemen Mutu Pembelajaran di Sekolah,
http://suaraguru.wordpress.com/2009/10/05/peningkatan-manajemen-mutu-pembelajaran- di-
sekolah/. di akses tanggal 28 – 10 - 2011
60
sekolah bersaing dalam menawarkan layanan spesial mereka–tempat– keahlian
orang-orang–hasil (spesifikasi fokus dalam kurikulum), harga–semua ini disebut
sebagai 4Ps (place, people & skills, product, price).104
Akhirnya, keberhasilan strategi sangat bergantung pada kemampuan dalam
kepemimpinan untuk membangun komitmen, menghubungkan strategi dan visi yang
tetap, mengatur sumber-sumber yang mendukung terlaksananya strategi.105
Dalam upaya peningkatan mutu, pendidikan dipandang sebagai lembaga
produksi yang menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh para pelanggannya. Mutu
jasa yang dihasilkan ditentukan oleh sejauh mana dia memenuhi kebutuhan
pelanggan. Agar jasa yang dihasilkan itu secara terus-menerus disesuaikan dengan
kebutuhan pelanggan, maka feedback dari pelanggan sangat penting untuk dijadikan
dasar dalam menentukan derajat mutu yang harus dicapai.
Untuk mencapai derajat mutu yang diinginkan itu, lembaga pendidikan hanya
menggunakan SDM yang terdidik dan yang baik, serta sistem dan pengembangan
produksi jasa yang memiliki nilai tambah yang memungkinkan pelanggan
memperoleh kepuasan yang tinggi.
Perhatian setiap perusahaan atau organisasi tidak lagi hanya terbatas pada
produk saja, namun juga pada aspek proses, SDM, dan lingkungan. Oleh karena itu,
para pelaku bisnis dan produsen harus terus berusaha untuk mengembangkan
konsepsi dan teknologi mutu sejalan dengan trend globalisasi agar dapat
memenangkan persaingan dalam pasar global.
Pada saat ini terdapat tiga konsepsi mutu yang paling populer yang telah
dikembangkan oleh tiga pakar mutu tingkat internasional, yaitu W. Edwards Deming,
Philip B. Crosby, dan Joseph M. Juran.
W. Edwards Deming mendefinisikan mutu adalah apapun yang menjadi
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Philip B. Crosby mendefinisikan mutu adalah
sebagai kesesuaian terhadap persyaratan. Sedangkan Joseph M. Juran mendefinisikan
mutu adalah kesesuaian terhadap spesifikasi.
104
Nanang Fattah dan Mohammad Ali,, http://www.keren.web.id/mendongkrak-mutu-sekolah-
dasar.html. di akses pada tanggal 24 oktober 2011
105 Zulian Yamit, Manajemen Kualitas (Produk dan Jasa), hlm. 142
61
Dalam upaya peningkatan mutu, pendidikan dipandang sebagai lembaga
produksi yang menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh para pelanggannya. Mutu
jasa yang dihasilkan ditentukan oleh sejauh mana dia memenuhi kebutuhan
pelanggan. Agar jasa yang dihasilkan itu secara terus-menerus disesuaikan dengan
kebutuhan pelanggan, maka feedback dari pelanggan sangat penting untuk dijadikan
dasar dalam menentukan derajat mutu yang harus dicapai.
Untuk mencapai derajat mutu yang diinginkan itu, lembaga pendidikan hanya
menggunakan SDM yang terdidik dan yang baik, serta sistem dan pengembangan
produksi jasa yang memiliki nilai tambah yang memungkinkan pelanggan
memperoleh kepuasan yang tinggi.
Tujuan lembaga pendidikan adalah memproduksi jasa yang didistribusikan
kepada semua pelanggan baik internal (guru dan karyawan), dan eksternal
(khususnya yang primer yaitu siswa). Setiap aktivitas yang menjadi jasa yang
diproduksi harus diberikan dalam tingkatan mutu yang lebih tinggi sehingga orang
tua dan masyarakat bangga terhadap anak-anak mereka yang mendapat pendidikan
bermutu tinggi yang mampu bersaing dalam berbagai bidang.106
Menurut hasil wawancara, usaha pengembangan manajemen mutu yang
dilaksanakan homeschooling Kak Seto meliputi :
a. Mengadakan pelatihan untuk para tutor sebagai usaha peningkatan kualitas
personal dan kinerja sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, efisien
dan profesional untuk mencapai tujuan.
b. Mengevaluasi setiap kebijakan yang di telah dirumuskan bersama dan proses
kegiatan lembaga (pembelajaran, pendampingan) secara rutin sehingga hal-hal
yang dirasa kurang mendukung dan tidak sesuai maka akan diperbaharui atau
bahkan diganti sesuai kebutuhan yang bersifat kondisional.
c. Menganalisa kebutuhan atau analisis strategi sebagai pencapaian mutu yang baik.
106
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, hlm. 86
62
2.1. Analisis Pengembangan Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto
Cabang Semarang Melalui Fungsi Manajemen
Untuk dapat mengetahui strategi pengelolaan manajemen mutu pendidikan di
HSKS cabang Semarang, maka dapat dianalisis melalui fungsi-fungsi manajemen
yaitu “POAC” (Planning: perencanaan, Organizing: pengorganisasian, Actuating:
penggerakan, dan Controlling: pengawasan).
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan merupakan kegiatan awal dalam suatu lembaga untuk
menetapkan kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur sumber daya agar hasil yang dicapai
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Perencanaan pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk
melakukan tindakan selama waktu tertentu (sesuai dengan jangka waktu
perencanaan) agar penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan
efisien dan menghasilkan output yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat.
Untuk membangun kerja sama yang baik dan membuat perencanaan
yang tepat, maka diperlukan personil yang berpengalaman dan berpengetahuan
dalam bidang perencanaan agar dapat menentukan dengan tepat apa yang harus
dikerjakan.
Perencanaan pendidikan terutama terkait dengan manajemen mutu
pendidikan di HSKS cabang Semarang adalah perencanaan jangka panjang dan
jangka pendek. Perencanaan jangka panjang HSKS berlaku untuk satu tahun ke
depan, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek dilaksanakan oleh tiap unit
dari Sekolah tersebut dalam waktu tiga bulan.
Adapun perencanaan terkait dengan manajemen mutu di sekolah tersebut
meliputi perencanaan dari tiap unit (distribusi) tersebut di atas dan perencanaan
sekolah yang tercakup dalam sasaran mutu sekolah.
Setelah diadakan penelitian, maka perencanaan manajemen mutu di
HSKS cabang Semarang dapat dikatakan baik dikarenakan perencanaan tersebut
disusun berdasarkan persyaratan-persyaratan yang ada dalam SOP (Standar
63
Operasional Prosedur) dan disesuaikan dengan kondisi sekolah, dan hal itu dapat
dilihat dari seriusnya dan kerja sama yang baik dari semua anggota dari tiap unit
dalam menjalankan sistem tersebut mulai dari pelatihan sampai dengan
pelaksanaan dan pengembangan, terealisasinya perencanaan jangka panjang dan
jangka pendek yang telah disusun, seperti: berjalannya proses pembelajaran
dengan baik dan benar sesuai dengan sasaran mutu sekolah yang telah dibuat
seperti yang dipaparkan sebelumnya, dan sebagainya. Salah satu SOP yang
terdapat pada HSKS cabang Semarang seperti terdapat pada Gambar. 4.2
64
Gambar 4.2
Standar Operasional Pembelajaran HSKS Cabang Semarang
65
b. Organizing (pengorganisasian)
Proses pengorganisasian dapat dibagi ke dalam beberapa tahapan yaitu:
perincian tugas, pembagian tugas, penyatuan tugas, koordinasi tugas, dan
monitoring serta reorganisasi. Jika kelima tahapan tersebut dilaksanakan dengan
baik, maka proses pengorganisasian dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
tujuan (sasaran) yang diinginkan.
Struktur organisasi adalah mekanisme kerja organisasi yang
menggambarkan unit-unit kerjanya dengan tugas-tugas individu di dalamnya
serta kerja sama dengan individu-individu lain.
Struktur organisasi HSKS cabang Semarang (sebagaimana pada gambar
4.1), menggambarkan posisi kerja, pembagian kerja dan jenis kerja yang
dilakukan. Suatu organisasi dapat berperan dan berjalan dengan baik,
memerlukan adanya komponen-komponen yang dapat dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan tugasnya, seperti: dibentuknya struktur organisasi, koordinasi dan
sebagainya.
Untuk menggambarkan struktur jabatan, perlu dipertimbangkan apakah
bagan dari struktur organisasi tersebut sudah mencakup aspek penting dari
struktur, ataukah telah mencerminkan apa yang sebenarnya ada dalam organisasi
secara cermat. Struktur hubungan kerja dalam sekolah disusun berdasarkan atas
asas, tujuan, prinsip dan program-program yang mendasari misi organisasi.
Struktur organisasi dari industri maju yang telah menerapkan manajemen
mutu biasanya ditunjukkan seperti dalam gambar di bawah ini.
66
Gambar 4.3 Struktur Organisasi yang menerapkan manajemen mutu
Gambar tersebut terlihat jelas bahwa terdapat Manajer Pengendalian Mutu
yang berada langsung di bawah Manajer Umum pusat (General Manager).
Manajer Pengendalian Mutu bertanggung jawab kepada Manajer Umum
berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan mutu perusahaan.
Melihat struktur organisasi diatas, maka dapat dikatakan terdapat
kesesuaian dengan struktur organisasi sekolah pada gambar 4.1 di mana manajer
umum pusat dalam sekolah selaku top management, selanjutnya koordinator
pengendalian mutu dijabat oleh wakil direktur, dan posisi selebihnya dapat
ditempati oleh unit-unit yang ada dalam struktur organisasi sekolah. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa HSKS cabang Semarang mempunyai cara
pengorganisasian yang baik sehingga komunikasi antara atasan dan bawahan
dapat dilakukan secara langsung, hal itu dapat dilihat dengan adanya garis
koordinatif dan garis instruktif dalam struktur organisasi sekolah tersebut.
c. Actuating (penggerakan)
Penggerakan adalah kegiatan manajemen untuk membuat orang lain
senang dan dapat bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk bekerjasama dalam
rangka untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan perencanaan dan
pengorganisasian.
Manajer
Umum
Manajer
Pemasaran
Manajer
Manufakturing
Manajer
Pengendalian
Kualitas
Manajer
Pembelian
Manajer
Desain
Rekayasa
Inspeksi
Proses
Inspeksi
Material
Inspeksi
Akhir dan
Pelayanan
Desain Produk
Baru Riset dan
Pengembangan
67
Penggerakan merupakan kegiatan yang berkaitan erat dengan manusia
dan merupakan masalah yang paling kompleks dan paling sulit dilakukan dari
semua fungsi manajemen. Penggerakan sebagai usaha menggerakkan pegawai
(dalam hal ini tiap unit) agar mau bekerja dengan penuh kesadaran dalam rangka
merealisasi rencana yang telah disusun. Adapun ethos kerja yang diterapkan di
HSKS adalah dengan melaksanakan semua kegiatan dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai tujuan. Upaya maksimal dilakukan saat mengajak
mempengaruhi dengan cara kerja sama dan memotivasi tiap unit agar secara
serius dan bertanggung jawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-
masing.
Tugas menggerakkan dilakukan oleh top management sebagai tugas
untuk melaksanakan fungsi manajerial. Oleh karena itu, top management
memiliki peran yang sangat penting dalam menggerakkan anggotanya sehingga
semua program kerja institusi terlaksana. Maka untuk itu dibutuhkan strategi,
terutama strategi kepemimpinan dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya
yang dimiliki.
Top management selalu memberikan semangat kepada tutor dengan
sentuhan moral (bersifat rohani) serta pendekatan moral perjuangan (bersifat
jasmani) sehingga tutor tergugah hatinya untuk selalu berjuang membentuk
siswa agar berkualitas dibidang Kecakapan Hidup (Life Skill), iman dan takwa
(IMTAQ) serta dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan Sekolah.
Pemimpin dalam hal ini harus mempunyai hubungan dengan bawahan
(unit) yang sifatnya mendukung dan meningkatkan rasa percaya diri dengan
menggunakan kelompok dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
tersebut, dalam hal ini sekolah mempunyai program rutin mingguan yang diberi
istilah Meeting setiap hari senin sore yang di isi dengan pemberian motivasi,
sharing, evaluasi yang diikuti oleh seluruh staf dan tutor HSKS cabang
Semarang.
Kemudian jika dilihat dari aspek kepemimpinan Manager umum.
Kepemimpinan Manager umum HSKS juga sangat efektif. Hal ini terlihat pada
68
semua komponen HSKS mulai dari kepala sekolah, Wakil Kepala sekolah, wali
kelas, tutor dan staf dapat bekerja secara maksimal.
Atas dasar gaya kepemimpinan demokratis manajer tersebut, menurut
peneliti manajer telah memberikan wewenang atau tanggung jawab kepada tiap
unit untuk melaksanakan program kerjanya sesuai dengan apa yang telah mereka
dokumenkan. Jadi, dalam hal ini manajer mempunyai wewenang untuk
mengambil kebijakan yang sesuai dengan sasaran mutu sekolah.
Berdasarkan gaya kepemimpinan demokratis manajer tersebut, maka
dapat dianalisis berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Mampu memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang baik, lancar dan produktif.
2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan secara tepat waktu dan tepat
sasaran.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sehingga
dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan
sekolah dan kependidikan.
4. Mampu menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan pendidikan di sekolah.
5. Bekerja secara kolaboratif dengan tim manajemen
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Controlling (pengawasan)
Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap
diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya organisasi. Pengawasan
dimaksudkan untuk memastikan apakah anggota organisasi sudah
melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien sesuai dengan sasaran mutu
atau tidak.
Pengawasan dalam hal ini dilakukan oleh Koordinator Manajemen
Mutu yang diangkat oleh top management, dimana tugas coordinator
manajemen mutu adalah mengawal dan mengawasi pelaksanaan proses dan
dokumen terkait dengan pembelajaran, informasi dan administrasi yang
69
semuanya itu sudah ada acuannya dalam dokumen SOP yang telah
direncanakan, disepakati bersama dan disosialisasikan pada saat meeting
sebagai pengembangan manajemen mutu HSKS cabang Semarang.
Pengawasan meliputi tindakan untuk menuntun dan memotivasi usaha
pencapaian tujuan maupun tindakan untuk mendeteksi dan memperbaiki
pelaksanaan yang tidak efektif dan tidak efisien dengan cara pencegahan,
perbaikan serta pengembangan baik pada proses pembelajaran, informasi dan
administrasi.
Pengawasan juga digunakan untuk menemukan dan mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan penting terhadap hasil yang ingin dicapai. Jadi
ketika menemukan ketidaksesuaian, maka akan dibahas pada saat meeting
yang diikuti oleh seluruh anggota dari tiap unit dan pihak-pihak yang terkait,
dimana program yang tidak sesuai tersebut apakah perlu
dibatalkan/diperbaiki/diganti dengan program lain seperti contoh dalam
program outing ketika tema outing A yang telah disepakati pada awal tahun
ajaran baru tenyata tidak sesuai dengan kondisi siswa maka akan dibahas
pada saat meeting dan mencari solusi bersama untuk menentukan tema dan
tempat outing yang sesuai dengan kondisi siswa (kutipan wawancara dengan
kepala sekolah SMA dengan panggilan akrab Kak Uus). Meeting
diselenggarakan oleh top management beserta tutor dan staf-staf sesuai aturan
yang telah ditetapkan dalam dokumen. Semua tergantung pada keputusan
dalam meeting bersama dengan mempertimbangkan sasaran mutu yang telah
dibuat.
Penulis mencoba menentukan titik beda manajemen mutu HSKS
cabang Semarang dengan Sekolah Formal.
70
Tabel 4.5
Titik Beda Manajemen Mutu HSKS cabang Semarang Vs Sekolah Formal
No.
Titik Beda Manajemen Mutu HSKS Cabang Semarang
dengan Sekolah Formal
HSKS Cabang Semarang Sekolah Formal
1. Dari segi perencanaan HSKS
memiliki SOP dari tiap-tiap unit salah
satu diantaranya adalah SOP Quality
unsurance, SOP Pembelajaran, SOP
Penerimaan Tamu dan Telpon. Hal
tesebut dijadikan sebagai landasan
awal dalam membuat perencanaan
Sehingga ketika membuat perencanaan
pendidikan sesuai dengan SOP.
Dari segi Perencanaan Sekolah formal
hanya terdapat peraturan umum untuk
semua unit sehingga dalam membuat
perencanaan semua tergantung pada
unit-unit tersebut. Salah satu contoh
diantaranya adalah Perencanaan
manajemen kurikulum format RPP dan
silabus sering terdapat perbedaan satu
dengan yang lain karena tidak ada
standar yang mengikat.
2. Dari segi organizing komunikasi yang
diterapkan adalah komunikasi
kekeluargaan sehingga komunikasi
antara atasan, bawahan dan warga
HSKS dapat dilakukan secara
langsung tanpa melupakam
profesionalisme kerja.
Dari segi organizing komunikasi yang
diterapkan adalah komunikasi formal
yang terikat dengan peraturan.
3. Dari segi Actuating pemberian
motivasi dan sheryng rutin
dilaksanakan setiap 1 minggu sekali
tepatnya pada Hari senin sore.
Dari segi Actuating sekolah formal
biasanya pemberian motivasi setiap 1
semester dan ketika ajaran baru.
4. Dari segi Controlling menurut hemat
penulis HSKS menerapkan
pengawasan melalui acuan dasar yaitu
dengan SOP. Dan evaluasi rutin yang
selalu dilaksanakan pada hari senin
sore sebagai control yang dilakukan.
Dari segi Controlling sekolah formal
setiap 1 semester atau 1 tahun.
2.2.Faktor Pendukung dan Keterbatasan Efektivitas Manajemen Mutu
Homeschooling Kak Seto cabang Semarang
a. Faktor Pendukung
1) Lokasi gedung sekolah yang nyaman. Karena didesain seperti rumah
sehingga siswa merasa senang dan tidak merasa terbebani untuk berangkat ke
sekolah.
2) Kinerja guru yang tinggi dapat terlihat dari semangatnya mengajar dan
mendampingi para siswa dalam proses pembelajaran.
71
3) Motivasi siswa yang tinggi dalam belajar terlihat dari output yang telah
diterima oleh sekolah atau universitas baik negri atau swasta ternama dalam
negri/nasional dan luar negeri/internasional. Output HSKS cabang Semarang
yang tersebar diantaranya adalah seperti dalam negri di UNDIP, UNIKA,
UNAIR sedangkan output yang tersebar diluar negri diantaranya adalah di
Kanada University, Jepang, Australia.
4) Supervisor yang tanggap dalam mengatasi masalah yang ditemui dan sangat
memperhatikan kinerja tutor sehingga tutor selalu termotivasi dalam
melaksanakan tugasnya.
b. Faktor Keterbatasan
1) Para tutor yang masih mempunyai kesibukan di luar lembaga diantaranya ada
beberapa yang sedang melanjutkan studi program S2 sehingga ketika
meeting/evaluasi tidak sepenuhnya bisa hadir. Menurut hemat penulis para
tutor dan karyawan ketika jadwal meeting tidak ada kegiatan di luar jadwal
tersebut sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan
dapat menghasilkan inovasi yang baru.
2) Ada beberapa keluarga homeschooler yang belum mengerti sepenuhnya akan
tugasnya sebagai homeschooler. Hemat penulis HSKS cabang Semarang
harus sering memberikan pengarahan dan penjelasan kepada keluarga
homeschooler sehingga homeschooler mengerti tugas dan tanggung
jawabnya.
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun hambatan-hambatan yang di rasakan oleh peneliti dalam penelitian
ini di antaranya sebagai berikut:
a. Keterbatasan yang dirasakan paling utama bagi peneliti ialah jarak lokasi
penelitian cukup jauh karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki.
b. Keterbatasan kondisi dan kemampuan peneliti untuk mengkaji masalah yang
diangkat.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan tentang Manajemen
Mutu Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Pertama Pelaksanaan manajemen mutu merupakan suatu proses
berkesinambungan dan membutuhkan dukungan dari semua pihak yang terkait
dengan institusi. Quality Insurance telah di terapkan oleh HSKS cabang Semarang
secara baik dan benar, sehingga antara dokumen dengan pelaksanaannya di lapangan
terdapat kesesuaian. Pada akhirnya lembaga tersebut mendapatkan tempat
dimasyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari manajemen lembaga baik dari segi fisik
maupun non fisik, baik dari aspek administrasi maupun proses belajar mengajar
siswa sehingga dihasilkan produk (lulusan) yang berkualitas baik akademik, moral
maupun sosial. Ini adalah wujud nyata dari peningkatan akuntabilitas lembaga HSKS
cabang Semarang atas kepercayaan yang telah diberikan publik pada lembaga
pendidikan.
Kedua Pengembangan manajemen mutu yang dilakukan oleh HSKS cabang
Semarang tidak terlepas dari peran serta dukungan semua warga HSKS cabang
Semarang untuk selalu berusaha melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga
HSKS cabang Semarang lebih dikenal oleh masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat
dari manajemen lembaga yang selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik,
baik dari segi administrasi, konsultasi maupun proses pembelajaran yang
mengahasilakan Output yang berkualitas tidak hanya dari segi Knowlage, Skill akan
tetapi dibekali pula dengan keterampilan life Skill sebagai bekal masa depannya. Dari
segi Pelayanan yang diberikan oleh HSKS cabang Semarang berupa layanan
konsultasi dan administrasi untuk wali murid, karena tanggung jawab pendidikan
bukan hanya terpusat pada lembaga, karena orang tua memiliki peran yang penting di
dalam mendidik anak, dan menghantarkan anak menuju masa depannya. Usaha
pengembangan yang dilakukan oleh HSKS cabang Semarang salah satu caranya
73
adalah menyebarkan angket kepada wali murid setiap 3 bulan pada saat kegiatan
Parent Meeteng dan pemberian portofolio homeschooler (jurnal tutor) kepada siswa
setiap selesai pembelajaran. Sehingga lembaga mendapatkan masukan yang
membangun dan dapat segera memperbaikinya jika ada kekeliruan dan dapat
meningkatkan pelayanan bagi warga HSKS cabang Semarang.
B. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat (ta’dzim) kepada semua pihak, dan demi
suksesnya kegiatan belajar mengajar dan berhasilnya proses penerapan manajemen
mutu HSKS cabang Semarang sehingga dilakukan berjalan dengan lancar dan
memperoleh hasil yang maksimal, maka penulis memberikan saran, antara lain:
1. Bagi Pihak HSKS cabang Semarang
a. Produk (lulusan) sudah dapat dikatakan baik dan berkualitas, maka penulis
hanya memberi saran agar tetap dipertahankan dan tambah ditingkatkan lagi
sehingga menghasilkan produk yang lebih berkualitas di segala bidang.
b. Semua unit yang masuk dalam manajemen mutu khususnya dan pihak-pihak
yang terkait lainnya, sebaiknya menambah pemahaman dan pengetahuan
tentang manajemen mutu sehingga proses penerapan dapat berjalan sesuai
dengan apa yang telah tertulis dalam dokumen.
c. Untuk Koordinator Quality Insurenc Homeschooling Kak Seto cabang
Semarang yang sekarang dijabat oleh Ibu Dra. Krisna agar terus
meningkatkan kualitas HSKS cabang Semarang.
2. Bagi Pihak Luar
a. Hendaknya masyarakat selalu memberikan arahan atau masukan yang
bermanfaat sehingga HSKS Semarang menjadi lembaga pendidikan yang
terbaik dan terunggul di berbagai bidang, guna tercapainya evaluasi diri.
b. Hendaknya pemerintah dapat senantiasa menjadi pengayom dan
memperhatikan perkembangan dan kesejahteraan bagi semua pihak HSKS
(baik guru maupun siswa) melihat biaya pendidikan sekarang yang semakin
mahal.
74
c. Untuk lembaga HSKS pusat, hendaknya selalu menjalin hubungan yang
harmonis dengan pihak HS sehingga HSKS Semarang menjadi lembaga yang
berhasil guna dan berdaya guna di kancah Nasional maupun internasional.
C. Penutup
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Robbi atas segala nikmat
dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis hanya dengan pertolongan
dan ridho Allah SWT, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini, dan berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya, penulis memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi yang sederhana ini. akhirnya
penulisan skripsi yang berjudul “Manajemen Mutu Homeschooling Kak Seto
Cabang Semarang” ini dapat selesai tepat waktu.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Semoga bantuan
baik berupa doa, Suport, materi maupun tenaga dan pikiran yang telah diberikan
kepada penulis mendapat balasan dan diterima sebagai amal saleh di hadapan Allah
SWT.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan yang tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan sebab tiada gading
yang tak retak dan tidak ada manusia yang tidak berbuat salah. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Wa Allahu a’lam bi
al-shawab.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur‟an dan Terjemahannya Arab Saudi: Asy-Syarif Medinah Munawwarah,
1421 H.
Arcaro, Jerome S., Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-Prinsip Perumusan dan
Tata Langkah Penerapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
--------------, Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Brosur Homeschooling Kak Cabang Semarang
Bulletin LPM Edukasi Quantum, Homeschooling Pendidikan Alternatif.
Semarang, Edukasi : 2007.
Danim, Sudarwan, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003.
Echols, John M., dan Hassan Shadily, 2003, An English-Indonesian Dictionary,
Cet. XXV, Jakarta: PT Gramedia, 2003.
Fattah, Nanang, dan Mohammad Ali,, http://www.keren.web.id/mendongkrak-
mutu-sekolah-dasar.html. di akses pada tanggal 24 oktober 2011
Gaspersz, Vincent, Total Quality Management, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2001.
Ghafur, Hanief Saha, Manajemen Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Di
Indonesia „‟Suatu Analisis Kebijakan”, Jakarta, Sinar Grafika Offset:
2008.
Hasan, M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
Hidayat, Ara dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip dan
Aplikasi dalam mengelola Pendidikan Sekolah dan Madrasah, Bandung,
Pustaka Educa :2010.
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kuantitatif Dan
Kualitatif , Jakarta: GP. Press, 2009.
Kho, Loy, Homeschooling Untuk Anak Kenapa Tidak?, Yogyakarta,
Kanisius:2007.
Laporan Akhir Tahun Ajaran 2009-2010 Homeschooling Kak Seto Cabang
Semarang.
Maryono, Peningkatan Manajemen Mutu Pembelajaran
di Sekolahhttp://suaraguru.wordpress.com/2009/10/05/peningkatan-manajemen-
mutu-pembelajaran-di-sekolah/
Mashudi, Pelaksanaan Manajemen Mutu Kegiatan Ekstrakurikuler Di SD Islam
Al Azhar BSB Semarang.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,
1996,
Mulyadi, Seto, Home Schooling Keluarga Kak-Seto, Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2007.
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008.
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar
Ruzz Media, 2008.
Mutowi, Ibrahim Ishmat dan Amin Ahad Hasan, Al-Ushul al Idariyah li al
Tarbiyah Ar-Riyad: Dar al Syuruq, 1996.
Nilna, Homeschooling Pendidikan Berbasis Keluarga.
http://www.pustakanilna.com/pendidikan-anak/homeschooling-
pendidikan-berbasis-keluarga/. Diskses 11 Januari 2011.
Peraturan Mentri No 63 tahun 2009. Tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan,
“http://www.linkpdf.com/ebookviewer.php?url=http://daa.ugm.ac.id/imag
es/SK/menteri/permen_2009_63_penjaminan_mutu.pdf. di akses tanggal
20-11-2010”.
Rochaety, Eti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara:
2008.
S, Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Sagala, Syaiful, Manajemen Strategik Dalam Meningkatkan Mutu pendidikan,
Bandung, Alfabeta:2009.
Sallis, Edward, Total Quality Manjemen In Education Manjemen Mutu
Pendidikan, Yogyakarta: Ircisod, 2008.
Santoso, Satmoko Budi, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak?! buku pintar sekolah
alam/outbound, home schooling, dan anak berkebutuhan khusus,
Jogjakarta: Diva Press, 2010.
Straus dan Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Daftar Pustaka,
2003.
Subagyo, Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004.
Sugian, Syahu O, Kamus Manajemen mutu, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sularso dan Nurdijanto, Pengaruh Penerapan Total Quality Management
Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia,
“http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/19414/4/Chapter%20II.pdf.
Sumardiono, Homeschooling A Lesp For Better Learning Lompatan Cara
Belajar, Jakarta, PT.Alex Media Komputindo: 2007.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Manajemen Pendidikan Alfabeta, Bandung:2009.
Tim Penyusun UURI, Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen serta UURI No 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, Bandung: Citra Umbara, 2006.
Tjiptono, F., dan A. Diana,, Total Quality Management TQM edisi revisi,
Yogyakarta: Andi Offset, 2003.
Ubaidillah, Khasan, Penerapan Sistem Manajemen Mutu Iso 9001:2000 Pada Ma
NU Banat Kudus. Tahun 2009.
Ulum, Abdullah Nasih, Pedoman Pendidikan Dalam Islam, penerjemah Hery
Noer Ali, Bandung, Asyafi’i: 1996.
Umiarsi dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Daerah,
Yogyakarta, Ircisod, 2010.
Umiarsi dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Daerah, .
116.
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta, Bumi
Aksara:2009, cet.I.
--------------, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006.
Widiasmadi, Nugroho, Spot Capturing Metode Dasyat Mencetak Otak Super
untuk melejitkan kecerdasan anak, Yogyakarta: Indonesia Tera.2010.
Yamit, Zulian, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Yogyakarta: Ekonisia,
2001.
Yusuf, Musfirotun, Manajemen Pendidikan Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Andi
Offset, 2005.
PEDOMAN WAWANCARA
No. Rumusan
masalah Pedoman wawancara Informan
1. Bagaimana
penerapan
manajemen
mutu HSKS
Semarang?
1.1. Apa makna dan tujuan dari
Visi, Misi yang di terapkan
oleh HSKS Semarang?
1. Manajer
1.2. Apa makna dari filosofi
yang di pegang oleh HSKS
Semarang?
1. Manajer
1.3. Pola komunikasi seperti
apa yang di terapkan oleh
HSKS Semarang?
1. Manajemer
2. Coordinator
mutu
3. Wali murid
4. Tutorial
5. Karyawan
6. Peserta didik
1.4. Bagaimana HSKS
Semarang melakukan
control dalam kinerja para
orang yang
disekelilingnya?
1. Manajer
2. Coordinator
mutu
3. Tutorial
4. Wali murid
5. Peserta didik
1.5. Berapa biaya/tarif yang
yang di keluarkan oleh
keluarga HS ?
1. Coordinator
mutu
2. Wali murid
1.6. Peserta didik HS dari
kalangan keluarga apa?
1. Manajer
1.7. Gaya kepemimpinan yang
seperti apa yang di
terapkan oleh HSKS
Semarang?
1. Tutorial
2. Coordinator
mutu
3. Wali murid
4. Peserta didik
1.8. Bagaiamana kerja tim antar
departemen di HSKS
Semarang?
1. Manajer
2. Coordinator mutu
3. Peserta didik
1.9. Apakah jaminan yang di
janjikan sesuai dengan
harapan pelanggan?
1. Wali murid
2. Peserta didik
3. Tutorial
1.10. Apakah pelayanan telah
memuaskan dan sesuai
dengan harapan (layanan
pembelajaran, fasilitas dan
bimbingan konseling) di
HSKS Semarang.
1. Wali murid
2. Peserta didik
3. Tutorial
1.11. Bagaimana model prinsip-
prinsip TQM yang
dikembangkan oleh HSKS
Semarang ?
1. Coordinator
mutu
2. Bagaimana
perkembangan
dari manajemen
mutu HSKS
Semarang
2.1. Apakah pelayanan telah
memuaskan dan sesuai
dengan harapan (layanan
pembelajaran, fasilitas dan
bimbingan konseling) di
HSKS Semarang.
1. Wali murid
2. Peserta didik
3. Tutorial
2.2. Apa saja yang menjadi
struktur pendukung Mutu
di HSKS Semarang
(program persemester,
tahunan, rutinan dan
jangka panjang)?
1. Coordinator
mutu
2. Tutorial
2.3. Apa kelebihan dari control
tersebut salah satunya
adalah dari input dan
prosesnya?
1. Manajer
2. Coordinator
mutu
3. Tutorial
4. Wali murid
5. Peserta didik
2.4. Sistem evaluasi yang
seperti apa yang di
terapkan di HSKS
Semarang dan kapan
dilaksanakannya?
1. Manajer
2. Coordinator
mutu
3. Tutorial
4. Wali murid
2.5. Apakah ada penghargaan
dan pegakuan terhadap
hasil kinerja untuk orang-
orang disekelilingnya di
HSKS Semarang?
1. Manajer
2. Tutorial
3. Peserta didik
2.6. Pendidikan dan pelatihan
apa saja yang dilakukan
oleh HSKS Semarang?
1. Manajer
2. Coordinator
mutu
3. Tutorial
HASIL WAWANCARA
(DENGAN HSKS CABANG SEMARANG)
Hari : Rabu
Tanggal : 10 Agustus 2010
Waktu : Pukul 09.00-15.30WIB
Tempat : Ruang Manajer HSKS Cabang Semarang
Informan : 1. Manajer HSKS Cabang Semarang Kak Ito
2. Koordinator QI Ibu Krisna
3. Kepala sekolah SMA Kak Uus
4. Wali kelas Kak Hana
5. Tutor Kak Pipt
6. Wali murid Ibu Yaya
7. ketua OSIS Kak Ajeng
8. Siswa ABK Kak Lewi
1. Apa makna dan tujuan dari Visi, Misi yang di terapkan oleh HSKS Cabang
Semarang?
Menurut ibu Krisna Visi, Misi yang di terapkan di dalam HSKS
Cabang Semarang sama dengan HSKS pusat.
2. Apa makna dari filosofi yang dipegang oleh HSKS Cabang Semarang?
Menurut Kak Ito “dengan belajar kita agar cerdas, kreatif dan ceria
dalam mengembangkan otak kanan. Senada dengan yang disampaikan oleh
ibu Krisna “cerdas dalam materi/akademik, kreatif mengembangkannya pada
kehidupan nyata materi yang di berikan dan ceria dalam kegiatannya”,
3. Pola komunikasi seperti apa yang di terapkan oleh HSKS Cabang Semarang?
Menurut Kak Uus pola komunikasi yang di terapkan :
a. Setiap hari senin sore meeting bersama kepala sekolah bersama tutor untuk
evaluasi 1 Minggu sebelumnya dan untuk merencanakan 1 Minggu ke
depannya.
b. Manajerial, direksi dengan manajer beserta kepala sekolah dilaksanakan
setiap hari Sabtu jam 11 siang
c. HSKS Cabang Semarang dengan Wali murid dilaksanakan 3 bulan sekali
selain itu wali kelas di tuntut kontinu komunikasi yang langsung
berhubungan dengan wali murid.
Komunikasi yang diterapkan oleh HSKS Cabang Semarang secara
terbuka, jika ada masalah langsung di pecahkan dalam forum. komunikasi ini
belum termasuk dengan layanan konsultasi wali murid. Karena HSKS Cabang
Semarang berbeda dengan sekolah formal. Di sekolah formal lebih
menekankan pada aspek akademik sedangkan di HSKS Cabang Semarang
menekankan pada aspek pertama psikologis yang kedua akademis. Karena
konsep HSKS Cabang Semarang adalah sekolah rumah jadi orientasinya pada
perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan undang-undang sistem
pendidikan nasional meningkatkan potensi sesuai dengan apa yang dimiliki
oleh anak.
Keaktifan dan peran orang tua ditekankan dan dinilai oleh HSKS
Cabang Semarang hal tersebut masuk pada Penilaian rapor itu. Walaupun anak
pintar tapi orang tua cuek maka HSKS Cabang Semarang tidak dapat
memberikan nilai yang bagus.
Menurut kak Hana dan kak pipit komunikasi diterapkan adalah pola
langsung baik itu di luar ataupun di kelas Cuma jika di kelas lebih formal. Jika
sesama tutor dan manajemen komunikasi kekeluargaan tanpa melupakan
profesionalisme.
Menurut ketua OSIS komunikasi HSKS Cabang Semarang bagus
karena menerapkan prinsip kekeluargaan tidak hanya yang di ajarkan berbau
akademik tetapi juga pendekatan, tapi akademiknya seperti apa semua bisa
sharing kapan pun baik dengan manajer, tutor sekalipun dalam pelajaran jika
merasa belum nyaman bagaimana caranya agar nyaman terlebih dahulu
dengan pelajaran itu sendiri agar yang didapatkan tidak sia-sia. Kelebihan
adalah komunikasi dan Controlnya sangat detail jadi dalam hal menangani
anak itu tepat.
Berbeda halnya menurut manajer HSKS Cabang Semarang mengenai
komunikasi yang diterapkannya, beliau mengungkapkan bahwa tidak pernah
menganggap atasan atau bawahan, seorang manajer tidak akan berdiri tegak
tanpa adanya karyawan sebaliknya karyawan tidak akan pernah mampu bisa
arahan dari manajer, semua adalah partner yang mempunyai VISI MISI yang
sama kemudian menerapkan dalam pola kesatuan jadi tidak ada batasan2
bawahan dan atasan tanpa melupakan profesionalitas.
Sedangkan menurut Koordinator mutu bahwa Komunikasi yang
dilakukan di HSKS Cabang Semarang menyesuaikan dengan anak melakukan
pendekatan dengan anak di tinjau melihat situasi dan kondisi anak. Kemudian
komunikasi yang di pakai yang nyaman.
4. Bagaimana HSKS Cabang Semarang melakukan control pada orang yang di
sekelilingnya?
KAK Uus mengatakan HSKS Cabang Semarang mempunyai quality
insurance. Yang didalamnya terdapat Plan, Do, Monev dan improvement jadi
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengembangkan. jaminan
kualitas yang HSKS Cabang Semarang tawarkan kepada orang tua murid.
Ada kegiatan outing yang mempunyai acuan tidak hanya mengunjungi
tempat-tempat tertentu yang tidak mempunyai relevansi, semua terukur
relevansinya dengan pembelajaran ketika dia di sekolah. Kegiatan yang
dilaksanakan oleh HSKS Cabang Semarang bermanfaat, pendekatan yang di
lakukan adalah pendekatan kontekstual teaching dan learning jadi
pembelajaran tidak hanya berupa teori, verbalisasi tetapi juga melihat
langsung di lapangan dan anak mengalami sendiri.
Sedangkan kontrol kepada OSIS menurut Kak Ajeng Setiap kumpul
OSIS ada tutor yang mendampingi kak Eko selaku pembina OSIS. Dan di
setiap kumpul pasti ada laporan baik sebelum atau sesudah rapat berupa
tulisan/notulen dan lisan kepada pembina baik jumlah yang datang ataupun
rencana dan evaluasi itu sendiri.
Sedangkan dari segi Quality Insurance menurut koordinator mutu
menyatakan bahwa Quality control, ada perencanaan, penerapan dan evaluasi
sesuai dengan SOP. Portofolio homeschooler, project class, yang menilai
adalah kepala sekolah. Akademik Quality insurance, setiap minggu rapat. ada
perbaikan-perbaikan yang sekiranya belum cocok dari kasus-kasus yang
terjadi. dari setiap kegiatan meminta laporan sebagai kontrol, sedangkan
kontrol dari HSKS pusat adalah setiap setengah semester yang didalamnya
berupa sharing bersama agar lebih baik lagi.
Jika menurut manajer kontrol yang dilakukan Melalui absen kehadiran
dan meeting dimana semua bidang melaporkan atas tugasnya masing-masing.
5. Latar kalangan keluarga HSKS Cabang Semarang?
Guru, Dokter, Dosen, Duta besar, Pilot, Pengusaha. dan sebagainya.
6. Gaya kepemimpinan yang seperti apa yang di terapkan oleh HSKS Cabang
Semarang?
Menurut para informan Gaya kepemimpinan yang di terapkan adalah
gaya kepemimpinan demokratis.
7. Bagaimana kerja tim antar departemen di HSKS Cabang Semarang?
Menurut kak Uus Organisasi pada HSKS Cabang Semarang bukan
superman tapi super tim, jika Superman pintar sendiri, tapi jika super tim
membagi kepentingan orang. manajemen HSKS Cabang Semarang sesuai
dengan latar belakang pendidikan mereka, bakat apa yang dimiliki atau soft
skill apa yang dimiliki. Manajernya berasal dari S2 MSDM, keuangan berasal
dari keuangan, tutornya sesuai dengan latar belakang pendidikannya
kesimpulannya di HSKS Cabang Semarang sesuai dengan profesionalitas.
8. Apakah pelayanan telah memuaskan dan sesuai dengan harapan (layanan
pembelajaran, fasilitas dan bimbingan konseling) di HSKS Cabang Semarang?
Kak Ajeng dan Kak Lewi berpendapat pelayanan yang di berikan
sudah memuaskan karena dari sisi pelayanan kapan pun siswa membutuhkan
pihak HSKS Cabang Semarang membantu dan menolong, dari sesi akademik
dan kurikulum sudah memenuhi tidak berbeda dengan sekolah formal hanya
saja perbedaannya adalah kuantitas saja untuk intensitas HSKS Cabang
Semarang dengan sekolah formal sama, pelayanan konseling 24 jam di bantu
tidak hanya di dalam sekolah bahkan di luar sekolah pun dilayani.
Sedangkan menurut para tutor dan kepala sekolah pelayanan yang di
berikan berupa pemenuhan kebutuhan fasilitas pengajaran seperti alat peraga,
laboratorium, ruang multimedia, area hotspot, honorium semua dicukupi oleh
HSKS Cabang Semarang. karena manajemen yang di terapkan manajemen
terbuka.
9. Bagaimana model prinsip-prinsip TQM yang dikembangkan oleh HSKS
Cabang Semarang?
Di dalam quality insurance terdapat plan, do, money dan improvement,
di mana setiap staf dan tutor dalam setiap bulan ada perencanaan (paln), do
pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan karena perencanaan di tulis
mulai dari program yang akan dilaksanakan, anggaran, baru setelah itu monev
(monitoring dan evaluasi) memonitoring proses-proses di dalam HSKS
Cabang Semarang melaksanakan perencanaanya kemudian membuat evaluasi
dimana kekurangan-kekurangan dan kelebihan dari perencanaan dan
pelaksanaan tersebut mana yang akan di pertahankan dan mana yang perlu di
tindak lanjuti. selanjutnya HSKS Cabang Semarang melakukan improvement,
improvement bukan artinya ketika HSKS Cabang Semarang sudah bagus
improvement berhenti pada satu titik, tetapi HSKS Cabang Semarang mampu
mengimprovisasikan/mengembangkan bagaimana lebih baik dan baik lagi,
bagaimana konsep-konsep yang sesuai dikembangkan dan yang tidak sesuai di
ganti dengan yang lebih baik dan bervariasi. Prinsip yang lainnya adalah
dinamis dan fleksibel.
a. Struktur pendukung QI
SDM, Dana mencukupi, SOP
b. Hambatan QI
Ketika rapat koordinasi terkadang ada yang tidak hadir, karena ada
beberapa tutor yang sedang melanjutkan pendidikan. Solusinya ada
notulen sehingga yang tidak hadir untuk mempelajarinya sendiri.
Hambatan siswa yang ingin masuk ke sekolah formal karena di
HSKS Cabang Semarang yang dipelajari hanya mata pelajaran yang
diujikan dan solusi yang sekarang sedang direncanakan akan d adakan
mata pelajaran agama, olahraga dan bahasa daerah.
c. Kelebihan QI
Dinamis, punya aturan tetapi jika tidak sesuai maka akan di
perbaiki Terus memantau, perbaikan terus menerus.
10. Apa saja yang menjadi struktur pendukung Mutu di HSKS Cabang Semarang?
Koordinator QI Salah satu struktur pendukung di HSKS Cabang
Semarang adalah SOP (Standar Operasional Prosedur) yang menjadi
landasan dasar dari berbagai hal, macam-macam SOP antara lain: SOP
pembelajaran Bagaimana tata cara orang tersebut di jamin mutunya dari
belajar sampai pulang, SOP penerimaan murid tata cara penanganan mulai
terapi dan sebagainya..
a. Apa latar belakang dirumuskannya SOP?
1) HSKS pusat mengatakan HS tidak seragam tetapi berwarna-warni
sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah di mana HS itu
berdiri, walaupun HS itu sama HSKS tapi satu daerah dengan yang
lain itu berbeda.
2) HSKS Cabang Semarang sebagai lembaga jasa yang di terapkan adalah
kepuasan dari pelayanan kepada masyarakat dari itulah di buat
peraturan yang di bentuk menjadi SOP.
b. Pelaksanaan SOP?
1) Pemantauan terus menerus seperti melekat, dari proses ada
pemantauan dan dari situ dilakukan perbaikan-perbaikan.
Menurut Kak Uus struktur pendukung yang ada pada HSKS Cabang
Semarang antara lain sebagai berikut:
a. Fasilitas lengkap
b. SDM berkualitas tidak hanya dari segi akademik tetapi mengetahui
karakteristik anak karena awal anak masuk di tes sidik jari guna
mengetahui bakat dan mintanya.
c. Quality insurance
d. Program outing setiap 1 bulan sekali
e. Melengkapi apa yang di formal tidak ada dengan program yang berbeda
f. Mengacu pada DIKNAS, hanya saja HSKS Cabang Semarang
mengembangkannya sendiri tidak lepas dari koridor tersebut.
11. Sistem evaluasi yang seperti apa yang di terapkan di HSKS Cabang Semarang
dan kapan dilaksanakannya?
Menurut Kak Uus ada beberapa evaluasi yang di terapkan untuk tutor
dan kepala sekolah setiap hari senin, manajerial setiap hari sabtu Dan evaluasi
untuk orang tua HSKS Cabang Semarang memberikan angket kepada orang
tua murid ketika parents meeting selain orang tua konsultasi kepada wali
kelasnya. Dari pihak manajemen juga memberikan evaluasi berupa angket
yang disana mencakup berbagai macam item dari manajemen, keuangan, tutor
mengajar, akademis, kegiatan dan berbagai aspek yang berkaitan dengan
pembelajaran. Angket tersebut menjadi salah satu introspeksi diri bagi HSKS
Cabang Semarang untuk improvement jadi benar-benar objektif dinilai oleh
pihak luar. Karena orang tua sebagai pemakai jasa.
Sedangkan evaluasi untuk peserta didik, melalui ulangan harian, UTS,
UAS, Post test, free test, yang terpenting laporan perkembangan akademik
anak. Jadi tiap periode HSKS Cabang Semarang membuat laporan
perkembangan anak. karena di HSKS Cabang Semarang evaluasi tidak hanya
dari 1 arah saja maka setelah pembelajaran di berikan portofolio agar
mengetahui perasaan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan hal tersebut
dijadikan evaluasi untuk tutor bukan hanya saja tutor yang mengevaluasi diri
tetapi siswa mengevaluasi tutor.
Sedangkan untuk evaluasi yang dilakukan oleh QI menurut
koordinator mutu Dilihat dari perencanaan maka akan terlihat, jadi dari situlah
dapat di tindak lanjuti dengan perbaikan dan di setiap 6 bulan sekali ada
outing dan mereka membuat laporan. Kontrol ke wali murid.
12. Apakah ada penghargaan dan pengakuan terhadap hasil kinerja untuk orang-
orang disekelilingnya di HSKS Cabang Semarang?
Menurut para tutor dan manajer penghargaan tersebut berupa reward
baik berupa finansial dan material.
Sedangkan menurut Kak Ajeng, penghargaan yang diberikan untuk
para peserta didik yang berprestasi bukan berupa nominal tetapi motivasi dan
pendampingan penuh serta sertifikat.
13. Pendidikan dan pelatihan apa saja yang dilakukan oleh HSKS Cabang
Semarang?
HSKS Cabang Semarang memanggil ahli-ahli dari luar contohnya
mengikuti program NLP (neuro linguistik programming), pelatihan
penatalaksanaan anak berkebutuhan khusus jadi dari Kak Krisno melatih tutor
dalam langkah menangani anak berkebutuhan khusus. Ketika di parents
meeting mendatangkan ahli contohnya dr. Guan ahli neurologi dan saraf dari
Singapura memberikan wawasan, psikiater dari UNDIP untuk memberikan
pelatihan kepada tutor untuk meningkatkan kualitas kepada SDM HSKS
Cabang Semarang Pelatihan dilihat dari kebutuhan rutinnya 3 bulan sekali.
Pelatihan dan pendidikan yang dilakukan HSKS Cabang Semarang melihat
dari kebutuhan dan kondisi dari HSKS Cabang Semarang sendiri.
14. Perbedaan yang di rasakan dengan sekolah formal itu apa menurut anda?
Menurut Kak Ajeng ketika sebelum mengikuti HSKS Cabang
Semarang kurang mempunyai percaya diri dan lebih banyak menyendiri
Pendekatan yang dilakukan sangat intens maka lama kelamaan mulai berbaur
dan berani di depan orang. Jika di sekolah formal dari segi akademik tidak
diragukan lagi akan tetapi pendekatan yang dilakukan di masing-masing siswa
dirasa sangat kurang Masalah pribadi yang mengganggu kenyamanan di
sekolah kurang di tindak lanjuti, tetapi jika di HSKS Cabang Semarang
perhatian tersebut didapatkan jadi hubungan baik dengan teman sejawat atau
dengan tutor tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi di luar sekolah pun
terjalin, karena mendapatkan kenyamanan yang tidak dapat kan di sekolah
formal.
BIODATA
Data Pribadi
Nama : AISYAH
NIM : 073311011
Jurusan : KEPENDIDIKAN ISLAM (KI)
TTL : TANGERANG, 19 FEBRUARI 1990
Telp/HP : 085 718 474 827
Judul Skripsi : MANAJEMEN MUTU HOMESCHOOLING KAK SETO
CABANG SEMARANG
Lulus Munaqosah : Senin, 12 Desember 2011
IPK : 3.45
Nama Ayah : Drs. H. UBAIDILLAH
Pekerjaan Ayah : DOSEN / GURU
Alamat : Desa. RENGED RT. 01/ RW. 01
Kel. KRENGED
Kec. KRESEK
Kab. TANGERANG
Biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagai dasar
pembuatan Ijazah dan Transkrip serta data lain yang diperlukan. Apabila ada kesalahan
data yang saya sampaikan, maka resiko akan saya tanggung sendiri.
Semarang, 20 Desember 2011
AISYAH
NIM. 073311011