Faal Praktikum

10
PRAKTIKUM PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG TUJUAN: 1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara auskultasi dengan penilaian menurut metode lama dan metode baru “The American Heart Association” ( A.H.A) 2. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara palpasi 3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dan dengan cara palpasi 4. Membandingkan hasil pengukuran darah a. brachialis pada sikap berbaring, duduk dan berdiri 5. Menguraikan pelbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah pada ketiga sikap tersebut diatas 6. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah a. brachialis sebelum dan sesudah kerja otot 7. Menjelaskan pelbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot ALAT YANG DIPERLUKAN: 1. Sfigmomanometer 2. Stetoskop

Transcript of Faal Praktikum

Page 1: Faal Praktikum

PRAKTIKUM

PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG

TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG

TUJUAN:

1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara auskultasi dengan penilaian

menurut metode lama dan metode baru “The American Heart Association”

( A.H.A)

2. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara palpasi

3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dan dengan cara palpasi

4. Membandingkan hasil pengukuran darah a. brachialis pada sikap berbaring,

duduk dan berdiri

5. Menguraikan pelbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan

darah pada ketiga sikap tersebut diatas

6. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah a. brachialis sebelum dan

sesudah kerja otot

7. Menjelaskan pelbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan

sesudah kerja otot

ALAT YANG DIPERLUKAN:

1. Sfigmomanometer

2. Stetoskop

I. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS PADA SIKAP

BERBARING, DUDUK DAN BERDIRI

Berbaring Telentang

1. Suruhlah orang percobaan (OP) berbaring telentang dengan tenang selama 10

menit

Page 2: Faal Praktikum

2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas

orang percobaan

3. Carilah dengan palpasi denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan denyut a. radialis

pada pergelangan tangan kanan orang percobaan

4. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korotkoff dalam

pengukuran tekanan darah OP tersebut

5. Ulangilah pengukuran sub. 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata

dan catatlah hasilnya

Hasil

1. Berbaring terlentang (3x pengukuran)

Fase 1( sistol) : 100 mmHg

Fase 5 : 70 mmHg (diastole) ; jd tekanan pengukuran 1 = 100/70 mmHg

Fase 1 : 110 mmHg

Fase 5 : 75 mmHg ; jd tekanan pengukuran 2 = 110/75 mmHg

Fase 1 : 120 mmHg

Fase 5 : 80 mmHg ;jd tekanan pengukuran 3 = 120 / 80 mmHg

Nilai rata-rata tekanan darah OP pada waktu berbaring = 110 / 75

2. Duduk

Page 3: Faal Praktikum

Fase 1 : 110 mmHg

Fase 5 : 80 mmHg ; jd tekanan pengukuran 1 = 110/80 mmHg

Fase 1 : 120 mmHg

Fase 5 : 80 mmHg ; jd tekanan pengukuran 2 = 120/80 mmHg

Fase 1 : 120 mmHg

Fase 5 : 80 mmHg ; jd tekanan pengukuran 3 = 120 /80 mmHg

Nilai rata-rata tekanan darah OP pada waktu duduk = 120/ 80 mmHg

3. Berdiri

Fase 1 : 110 mmhg

Fase 5 : 70 mmhg ;jd tekanan pengukuran 110/70 mmHg

Fase 1 : 120 mmhg

Fase 5: 80 mmHg; jd tekanan pengukuran 2 120/80 mmhg

Fase1 : 120 mmHg

Fase 5: 80 mmHg ;jd tekanan pengukuran 3= 120/80 mmHg

Tekanan darah rata- rata OP pada waktu berdiri adalah=120 /80 mmHg

PEMBAHASAN

Siklus jantung terdiri dari suatu periode yang di sebut diastolic yaitu periode

relaksasi di mana terjadi pengisian jantung oleh darah. Dan di ikuti oleh satu periode

kontraksi yang di sebut dengan sitolik.

Page 4: Faal Praktikum

Cara yang paling memungkinkan untuk mengukir tekanan sistolik dan tekanan

diastolic jantung adalah dengan mengunakan cara auskultasi. Sebenarnya dalam dunia

medis terdapat cara lain yang mungkin digunakan untuk mengukur tekanan ini adalah

dengan menusukan jarum yang terhubung dengan pengukur tekanan. Prinsip dari cara ini

adalah mengukur langsung tekanan yang terdapat dari dalam arteri, cara ini memiliki

kelebihan yaitu memiliki keakuratan yang lebih baik dibandingkan dengan cara

auskultasi. Cara auskultasi dilakukan dengan menghambat seluruh aliran arteri yang

melewati lengan atas. Dan meletakan stetoskop di daerah lipat siku tepatnya diatas arteri

brakialis. Pada keadaan oskultasi tidak akan terdengar bunyi korotkoff.

Dalam menentukan tekanan darah dengan cara auskultasi ,tekanan dalam manset

mula-mula dinaikkan sampai tekanan diatas arteri sistolik. Selama tekanan ini lebih tinggi

daripada tekanan sistolik ,arteri brakialis tetap kolaps dan tidak ada darah yang mengalir

kedalam arteri yang lebih distal sepanjang bagian siklus tekanan yang manapun .oleh

karena itulah, tidak akan terdenga bunyi korotkoff dibagian arteri yang lebih distal.

Namun kemudian tekanan dalam manset secara bertahap dikurangi. Begitu tekanan

dalam manset menurun dibawah tekanan sistolik akan ada darah yang mengalir melalui

arteri yang terletak dibawah manset elama puncak tekanan sistolik dan kita mulai

mendegar bunyi berdetak dalam arteri antecubiti yang sinkron dengan denyut jantung.

Begitu bunyi terdengar , nilai tekanan yang ditunjukkan oleh manometer yang

dihubungkan dengan manset kira-kira sama dengan tekanan sistolik.(Guyton, 2007).

Bila tekanan dalam manset diturunkan lebih lanjut ,terjadi perubahan kualitas bunyi

berdetaknya menjadi berkurang namun lebih berirama dan bunyinya lebih kasar.

Kemudian,akhirnya sewaktu tekanan dalam manset turun sampai sama dengan tekanan

diastolik ,arteri tersebut tidak tersumbat lagi.

Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam empat fase

yang berbeda :

Fase I : timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama

makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula

nadaletupan.

Page 5: Faal Praktikum

Fase II : bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20

mmHg berikutnya.

Fase III : bunyi sedikit berubah dalam kualitas, tetapi menjadi jelas dan keras selama

penurunan tekan 5-7 mmHg berikutnya.

Fase IV : bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Setelah

itu bunyi menghilan.

Fase V : titik dimana bunyi menghilang

Gambar diatas merupakan gambar ilustrasi dari cara pengukuran tekanan darah.

Selain itu gambar diatas juga menampilkan kekerasan bunyi yang mungkin timbul pada

bagian antara tekanan sistolik dan tekanan diastolic.

Page 6: Faal Praktikum

Pada percobaan ini hasil pengukuran tekanan darah pada OP berbeda dalam

berdalam berbagai posisi.tekanan darah orang coba ketika berbaring 110/75 mmHg dan

meningkat ketika duduk dan berdiri menjadi 120/80 mmHg. Peningkatan ini

menunjukkan bahwa posisi tubuh berpengaruh terhadap tekanan darah meskipun pada

saat perubahan posisi dari duduk ke berdiri tidak mengalami perubahan karena mungkin

diopengaruhi oleh beberapa factor misalnya kesalahan pengukuran atau kurangnya

keakuratan alat. Peningkatan tekanan darah ini terjadi karena adanya gaya gravitasi yang

memepengaruhi tekanan pompa jantung lain halnya pada saat berbaring letak estermitas

atas dan bawah sejajar dengan jantung sehingga kecepatan aliran darah standar. Tapi bila

dalam keadaan berdiri bagian ekstermitas atas dan kepala lebih tinggi dari jantung

sehingga agar supaya darah dapat sampai ke tempat yang dituju dengan pasokan yang

sama dengan pada waktu berbaring, maka diperlukan tekanan pompa yang besar sehingga

sehingga curah meningkat kemudian aliran balik vena meningkat dan sleanjutnya

meningkatkan tekanan darah. Faktor gravitasi jyuga mempengaruhi tekanan di arteri

perifer dan kapiler, selain pengaruhnya pada vena. Misanya, pada seseorang yang berdiri

dam mempunyai tekanan arteri rata-rata 100mmHg pada tingkatan setinggi jantung akan

mempunyai tekanan arteri di kaki sekitar 190mmHg. Karena itu bila seseorang

menyatakan bahwa tekanan arterinya sebesar 100 mmHg, hal ini umumnya berarti bahwa

tekanan tersebut merupakan tekanan pada tingkatan gravitasi setinggi jantung, tetapi

tidak berlaku pada pembuluh arteri di tempat lain.

Selain pengaruh gravitasi ada factor lain yang secara umum mempengaruhi tekanan darah

misalnya :

Curah jantung

Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi

sekuncup dan frekuensi jantungnya).

Tekanan Perifer terhadap tekanan darah

Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan perifer

memiliki beberapa faktor penentu :

Page 7: Faal Praktikum

(1) Viskositas darah.

Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan

terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas :

pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.

(2) Panjang pembuluh

Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah.

(3) Radius pembuluh; dan msh byk factor fisiologis lain yang turut berpengaruh terhadap

perubahan tekanan darah selain posisi tubuh.

Kesimpulan

Pengukuran tekanan darah dalam berbagai posisi baik berbaring,duduk, dan

berdiri, memberi hasil yang berbeda, pada keadaan tertidur, semua tekanan pada arteri

memiliki tekanan yang sama, sedangkan pada saat berdiri tekanan pada kaki tentu akan

menjadi lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung, sedangkan pada daerah kepala

tekanan arteri akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tekanan yang terdapat di

jantung.