Evaluasi klaster 050313

20
EVALUASI KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DALAM RANGKA REVIEW KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL

Transcript of Evaluasi klaster 050313

Page 1: Evaluasi klaster 050313

EVALUASI KLASTER INDUSTRI PRIORITASDALAM RANGKA REVIEW KEBIJAKAN INDUSTRI

NASIONAL

Page 2: Evaluasi klaster 050313

2

LATAR BELAKANG & TUJUAN1LATAR BELAKANG: Sesuai arahan Perpres No. 28/2008, kebijakan industri nasional ditinjau

kembali setiap 5 tahun, atau setiap waktu apabila dipandang perlu. Salah satu aspek yang perlu dievaluasi adalah strategi operasional pengembangan industri.

Strategi kebijakan perlu dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana strategi tersebut dapat dilaksanakan, hasil-hasil yang dicapainya dan penyesuaian strategi pengembangan industri ke depan.

TUJUAN: Tujuan umum: Evaluasi Kebijakan Industri Nasional.

Tujuan Khusus: Evaluasi implementasi pengembangan industri melalui pendekatan klaster (“Porogram Klaster”).

KELUARAN:(1) Gambaran mengenai keterbentukan kelembagaan klaster dan efektifitas

Program Klaster dalam mendorong perkembangan industri ;

(2) Masukan bagi revisi Kebijakan Industri Nasional (Lampiran PerPres No. 28/2008).

Page 3: Evaluasi klaster 050313

3

METODOLOGI2Evaluasi Program Klaster dilakukan dengan metode kualitatif – deskriptif dengan menganalisis kondisi terkini klaster industri pada lokasi terpilih berdasarkan 6 (enam) indikator berikut:

(1) keterbentukan kelembagaan klaster,(2) konsentrasi dan perkembangan industri pada lokasi klaster;(3) potensi aglomerasi pada lokasi klaster;(4) keterkaitan industri dan kerjasama antar anggota klaster;(5) knowledge spillover di antara anggota klaster; dan(6) peranserta dan bantuan pemerintah.

Analisis didasarkan pada data dan informasi yang dikumpulkan melalui:

(7) presentasi unit pembina klaster;(8) Focus Group Discussion anggota klaster;(9) penyebaran kuesioner kepada anggota klaster; dan(10) pengumpulan data sekunder.

Page 4: Evaluasi klaster 050313

4

Analisis dilakukan terhadap sampel 10 lokasi klaster. Pemilihan sampel diarahkan agar klaster industri dan lokasi klaster terpilih dapat menggambarkan pelaksanaan program klaster secara keseluruhan.Pemilihan sampel dilakukan secara purposive dengan tahapan sebagai berikut:(1) Dipilih 5 dari 6 kelompok besar industri prioritas yaitu: (1) basis industri manufaktur,

(2) industri agro, (3) industri alat angkut, (4) industri elektronika dan telematika dan (5) industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu.Kelima kelompok industri tersebut dianggap dapat merepresentasikan Bangun Industri Nasional masa depan yang tersusun dari basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan.

(2) Dipilih 4 klaster industri dari kelompok basis industri manufaktur, 3 klaster industri dari kelompok industri agro, dan masing-masing satu klaster industri dari ketiga kelompok industri terpilih lainnya.Pemilihan klaster industri dari tiap-tiap kelompok dilakukan didasarkan pada penilaian ahli dan unit pembina memenuhi salah satu dari empat kriteria berikut: memiliki keterkaitan luas ke hulu dan/atau ke hilir; bersifat padat karya; prospektif, berpotensi berkembang pesat di masa depan; dan telah dilakukan pembinaan cukup intensif oleh unit pembina.

Page 5: Evaluasi klaster 050313

5

Berdasarkan kriteria tersebut, evaluasi program klaster difokuskan pada 10 lokasi klaster industri berikut:1. Klaster industri baja di Cilegon, Banten;2. Klaster industri petrokimia berbasis olefin di Banten (Anyer – Merak –

Cilegon – Serang);3. Klaster industri TPT di Majalaya, Bandung;4. Klaster industri alas kaki di Jawa Timur;5. Klaster industri gula di Jawa Timur;6. Klaster industri pengolahan kopi di Liwa, Lampung Barat;7. Klaster industri furnitur kayu di Jepara, Jawa Tengah;8. Klaster industri perkapalan di Surabaya;9. Klaster industri pompa air di Ceper dan Juwana, Jawa Tengah; dan10. Klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia di Bandung dan

sekitarnya.

Page 6: Evaluasi klaster 050313

6

PELAKSANAAN PROGRAM KLASTER3 Sejak 2005, pengembangan industri lebih diarahkan pada pengembangan dengan

pendekatan klaster. Pada 2006 dan 2007 dilakukan: diagnosis dan penyusunan roadmap pengembangan klaster; inisiasi, sosialisasi dan mobilisasi pembentukan kelembagaan beberapa klaster industri.

Perpres No. 28/2008 semakin memperkuat dasar hukum pelaksanaan Program Klaster: dibuat sejumlah peraturan menteri mengenai panduan pengembangan (roadmap) industri prioritas yang menjadi arahan pengembangan klaster industri selanjutnya.

Dalam pelaksanaannya, banyak program bersifat sektoral dan tidak terkait langsung dengan upaya pengembangan klaster industri. Di beberapa lokasi, program klaster dilakukan dalam bentuk kajian industri, promosi investasi dan pembangunan prasarana pendukung.

Di beberapa lokasi diberikan pelatihan dan work shop; bantuan alat produksi, dan fasilitasi pemasaran. Fasilitasi langsung tersebut biasanya dilakukan pada klaster dimana anggotanya sebagian besar industri skala kecil dan menengah.

Fasilitas dan bantuan juga diberikan untuk mendukung aktifitas dan kegiatan kelembagaan klaster. Di beberapa lokasi, program klaster dilakukan oleh pemerintah daerah (dinas perindustrian dan perdagangan) dengan dukungan pemerintah pusat (Kementrian Perindustrian).

Page 7: Evaluasi klaster 050313

7

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI4

Kajian ini tidak dimaksudkan untuk mengevaluasi dampak Program Klaster terhadap perkembangan sektor industri. Namun program klaster diyakini berpengaruh positif terhadap perkembangan sektor industri, setidaknya dapat menghambat momentum penurunan pertumbuhan industri. Program klaster mulai dilaksanakan pada saat terjadi momentum

penurunan pertumbuhan industri (2006) dan KIN ditetapkan ketika terjadi krisis global (2008). Sektor industri mulai memperlihatkan perkembangan menggembirakan setelah kurang lebih satu tahun KIN ditetapkan.

Sejak 2006 ekspor produk industri tumbuh stabil dengan rata-rata 16.1% /thn sampai 2008. Pada 2009 ekspor produk industri mengalami penurunan 17% namun setelah itu tumbuh dengan laju lebih tinggi dari pada saat sebelum krisis.

Selama 2001-2011 penyerapan tenaga kerja di sektor industri bertambah 2.5 juta orang. Kontribusi sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja nasional relatif stabil pada kisaran 13%.

Page 8: Evaluasi klaster 050313

8

Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 2001-2012.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 42001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pert. GDP, annual Industri, total Industri non migasPolynomial trend - ind nonmigas

Sejak 2001, sektor industri tumbuh berfluktuasi dengan kecenderungan berubah-ubah. Pada 2001-2004 terjadi peningkatan pertumbuhan, kemudian (karena krisis global) turun hingga mencapai titik terendah pada 2009. Momentum peningkatan pertumbuhan baru muncul di awal 2010, dan nampaknya terus berlanjut hingga 2012

Page 9: Evaluasi klaster 050313

9

EVALUASI PROGRAM KLASTER5TANTANGAN DAN KENDALA:Pelaksanaan Program Klaster tidak selalu dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana; rencana aksi yang ditetapkan dalam roadmap tidak selalu dapat dilaksanakan optimal. Tantangan dan kendala muncul di antaranya karena: Keterbatasan kewenangan, sumber daya (SDM dan

anggaran), dan rendahnya kesadaran pemangku kepentingan termasuk pelaku industri sendiri:Pengembangan klaster industri memerlukan mobilisasi dukungan dari berbagai pihak khususnya terkait dengan sumber daya manusia pada kelembagaan klaster dan unit pembina. Keterbatasan sumber daya menyebabkan cluster body dan fasilitator tidak berfungsi optimal dan perkembangan klaster tidak dimonitor secara seksama.

Kesadaran pelaku industri mengenai pentingnya kerjasama sangat rendah. Kesulitan kordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Pembinaan industri melalui pendekatan klaster melibatkan banyak fihak yang memerlukan kordinasi dengan kementerian dan lembaga pemerintah lain, termasuk pemerintah daerah.

Page 10: Evaluasi klaster 050313

10

1. Keterbentukan Kelembagaan Klaster:Pada 10 lokasi klaster terpilih, hanya pada satu lokasi dimana pokja berfungsi optimal, pada dua lokasi berfungsi dengan kategori “cukup” dan pada lima lokasi berfungsi dengan kategori “moderat” dan pada dua lokasi lain kurang berfungsi

KONDISI & PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

Lokasi Klaster Keberadaan kelembagaan klasterIndustri Alas Kaki, Jatim Berfungsi dan dapat menumbuhkan kerjasama antar anggota

klasterIndustri Pengolahan Kopi, Liwa Berfungsi dan berusaha menumbuhkan kerjasama antar

anggota klasterIndustri Perkapalan, SurabayaIndustri Furniture Kayu, Jepara

Berfungsi memfasilitasi bantuan pemerintah kepada anggota

Industri TPT: MajalayaIndustri Gula, Jawa TimurIndustri Pompa Air, Ceper + Juwana

Industri Telematika, BandungIndustri Baja: Cilegon

Berfungsi minimalIndustri Petrokimia, Banten

Page 11: Evaluasi klaster 050313

11

2. Manfaat Aglomerasi:Pada tiap-tiap lokasi klaster yang ditentukan, aglomerasi terjadi secara alamiah. Namun, manfaat aglomerasi tidak selalu dapat dinikmati oleh peserta klaster.

Lokasi Klaster manfaat aglomerasiIndustri Baja: Cilegon

manfaat aglomerasi besarIndustri Petrokimia, BantenIndustri Perkapalan, SurabayaIndustri TPT: Majalaya

Manfaat aglomerasi cukup

Industri Alas Kaki, JatimIndustri Pompa Air, Ceper + Juwana

Industri Pengolahan Kopi, LiwaIndustri Gula, Jawa TimurIndustri Furniture Kayu, Jepara Manfaat aglomerasi kurangIndustri Telematika, Bandung Manfaat aglomerasi minimal

Page 12: Evaluasi klaster 050313

12

3. Perkembangan Industri pada Lokasi Klaster:2 klaster berkembang cukup baik (dilaporkan terjadi perkembangan jumlah unit usaha & produksi). 5 klaster mengalami perkembangan moderat (terjadi pertumbuhan usaha namun peran klaster belum berpengaruh). Pada 2 klaster, industri cukup berkembang namun peran kelembagaan klaster belum terlihat.

Lokasi Klaster Perkembangan klasterIndustri Alas Kaki, Jatim Kegiatan usaha anggota klaster berkembang cukup baik.

Kelembagaan klaster berperan.Industri Perkapalan, SurabayaIndustri Pengolahan Kopi, Liwa

Usaha berkembang moderat, kelembagaan klaster kurang berperan.

Industri TPT: MajalayaIndustri Furniture Kayu, JeparaIndustri Telematika, BandungIndustri Pompa Air, Ceper + Juwana

Industri Baja: CilegonIndustri berkembang moderat, peran kelembagaan minimal.Industri Petrokimia, Banten

Industri Gula, Jawa Timur Kinerja industri menurun.

Page 13: Evaluasi klaster 050313

13

4. Keterkaitan & Kerjasama antar Anggota:Hanya pada 2 klaster terjadi kerja sama yang kuat (dalam bentuk kerjasama produksi, pengadaan input, distribusi dan pembangunan fasilitas bersama). Kerja sama antar anggota klaster umumnya bersifat temporer dan hanya menyangkut pemanfaatan fasilitas dan/atau bantuan pemerintah. Pada 2 klaster, praktis tidak terjadi kerja sama antar anggota.Lokasi Klaster Kerjasama antar anggota klaster

Industri Alas Kaki, Jatim Terjadi kerja sama kuat dalam produksi pengadaan input dan pemasaran dan pembangunan fasilitas. Industri Furniture Kayu, Jepara

Industri Perkapalan, Surabaya

Kadang-kadang ada kerja sama.

Industri TPT: MajalayaIndustri Pengolahan Kopi, LiwaIndustri Pompa Air, Ceper + Juwana

Industri Gula, Jawa TimurAda kerjasama pada tingkat terbatas.Industri Telematika, Bandung

Industri Baja: CilegonAda kerjasama pada tingkat minimal.Industri Petrokimia, Banten

Page 14: Evaluasi klaster 050313

14

5. Knowledge spillover:Knowledge spillover terencana hanya dilakukan dalam bentuk “pembinaan” dan pelatihan. Knowledge spillover dalam bentuk pemanfaatan bersama hasil R&D untuk inovasi yang dilakukan secara terencana nampaknya belum terjadi.

Lokasi Klaster Knowledge spilloverIndustri Alas Kaki, Jatim

Pelatihan dan bimbingan + terjadi spillover tidak terencana.Industri TPT: MajalayaIndustri Furniture Kayu, JeparaIndustri Pengolahan Kopi, Liwa

Ada pelatihan dan bimbingan dari pemerintah atau lembaga lain.

Industri Telematika, BandungIndustri Pompa Air, Ceper + Juwana

Industri Perkapalan, SurabayaSangat terbatasIndustri Gula, Jawa Timur

Industri Baja: CilegonHampir tidak terjadi knowledge spillover antar anggotaIndustri Petrokimia, Banten

Page 15: Evaluasi klaster 050313

15

6. Manfaat Bantuan Pemerintah:Pada 2 lokasi klaster, peran pemerintah sangat besar pada penguatan kelembagaan klaster, kerja sama dan upaya mendorong pertumbuhan industri. Pada 5 klaster lain, penguatan kelembagaan klaster, kerjasama antar anggota dan pertumbuhan industri perlu dukungan lebih besar dari pemerintah. Pada 3 klaster lain, peran pemerintah perlu dipertegas kehadirannya.

Lokasi Klaster Dukungan pemerintah pada pengembangan klasterIndustri Alas Kaki, Jatim Ada dukungan intensif pada pembentukan dan penguatan

kelembaaan klaster dan/atau kepada pelaku industri.Industri Perkapalan, SurabayaIndustri Pengolahan Kopi, Liwa

Ada dukungan pembentukan dan penguatan kelembagaan dan fasilitasi kerjasama namun intensitasnya perlu ditingkatkan.

Industri Furniture Kayu, JeparaIndustri TPT: MajalayaIndustri Gula, Jawa TimurIndustri Pompa Air, Ceper + Juwana

Industri Telematika, Bandung Fasilitasi kerjasama dan dukungan kelembagaan relatif kecil.Industri Baja: Cilegon

Fasilitasi kerjasama dan dukungan kelembagaan minimal.Industri Petrokimia, Banten

Page 16: Evaluasi klaster 050313

16

KESIMPULAN41. Pelaksanaan Program Klaster telah diupayakan sesuai Roadmap, namun

karena keterbatasan kewenangan dan sumberdaya dan lemahnya komitmen stakeholder menyebabkan rencana aksi yang telah ditetapkan tidak dapat dilaksanakan secara optimal;

2. Kelembagaan klaster secara formal telah terbentuk dan fasilitator ada pada setiap lokasi klaster, namun keberadaan lembaga-lembaga tersebut belum dapat meningkatkan kerjasama antar anggota klaster;

3. Perkembangan klaster tidak dipantau dengan seksama; perkembangan industri pada lokasi klaster tidak diketahui secara pasti. Indikator makro perkembangan sektor industri memperlihatkan perkembangan positif namun perlu upaya lebih keras untuk mendorong pertumbuhan dan ekspor.

4. Hanya sebagian kecil dari kelembagaan klaster yang berfungsi dan dapat mendorong kerjasama antar anggota klaster. Kebanyakan lembaga klaster berfungsi sebagai fasilitator atau “wakil pemerintah” dalam membantu anggota klaster.

Page 17: Evaluasi klaster 050313

17

5. Aglomerasi secara alamiah terjadi pada semua lokasi klaster. Namun modal sosial masih sangat kurang sehingga aglomerasi belum memunculkan manfaat optimal bagi pelaku industri di lokasi tersebut.

6. Kerjasama antar anggota klaster masih sangat terbatas pada pemanfaatan fasilitas bersama yang disediakan pemerintah atau lembaga lain (pelatihan, bantuan modal dan alat produksi, dll).

7. Knowledge spillover dalam bentuk pemanfaatan bersama hasil R&D untuk inovasi yang dilakukan secara terencana, masih jarang terjadi.

8. Hanya beberapa klaster yang berkembang cukup baik (ada pertumbuhan unit dan skala usaha dan kelembagaan klaster berperan mendorong pertumbuhan tersebut). Kebanyakan klaster industri berkembang moderat, ada pertumbuhan usaha namun peran kelembagaan klaster belum terasa.

9. Pada lokasi klaster tertentu, pemerintah berperan besar pada penguatan kelembagaan, kerja sama antar anggota dan mendorong pertumbuhan industri. Pada banyak lokasi klaster, peran dan dukungan pemerintah perlu diperluas.

Page 18: Evaluasi klaster 050313

18

REKOMENDASI41. Kesadaran pelaku industri tentang pentingnya Klaster Industri perlu

ditingkatkan. Terutama pada pelaku industri pada lokasi pengembangan klaster, termasuk pelaku industri berskala besar.

2. Pelaksanaan Program Klaster perlu ditekankan pada upaya membangun modal sosial: membangun trust (sikap saling percaya) di antara pelaku industri untuk berkerja-sama, bersinergi dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing.

3. Peran kelompok kerja dan fasilitator klaster perlu ditekankan pada pembangunan kerja sama antar pelaku industri dan antara pelaku industri dengan anggota klaster lainnya.

4. Program Klaster perlu lebih difokuskan pada industri-industri tertentu demi tercapainya klaster industri seperti yang diharapkan.

5. Pada industri-industri yang kurang berkembang melalui pendekatan klaster hendaknya dicarikan bentuk kebijakan industri lain yang lebih sesuai dengan karakteristik industri yang bersangkutan.

Page 19: Evaluasi klaster 050313

19

6. Perlu diidentifikasi area-area di mana pelaku industri dapat melakukan kerja sama, sehingga manfaat aglomerasi dapat dirasakan maksimal.

7. Pembangunan klaster industri perlu memperhatikan karakteristik industri dan lokasi atau wilayah klaster. Program Klaster perlu dilaksanakan secara berkesinambungan disertai pemantauan perkembangan usaha pada lokasi klaster.

8. Keberadaan working group, kelompok kerja dan forum kerja sama dan fasilitator klaster perlu dievaluasi dan lebih diberdayakan sehingga dapat lebih mendorong kerja sama antar anggota dan memantau perkembangan klaster termasuk perkembangan pelaksanaan rencana aksi yang telah ditetapkan.

9. Pada industri-industri skala besar yang lokasinya tersebar pada beberapa propinsi seperti industri gula, baja, petrokimia dan lain-lain, pendekatan sektoral dapat lebih ditekankan selain pengembangan dengan pendekatan klaster.

10. Aglomerasi industri kecil perlu didukung dengan kemudahan pasokan bahan baku dengan menghadirkan industri pemasok bahan baku, fasilitasi kerjasama logistik dan pemasaran.

Page 20: Evaluasi klaster 050313

20