Esai Tentang Pola Diare

5
Esai tentang Pola Diare Subtema: Pola Kejadian Diare Di Kota Pontianak Dalam Kaitannya Dengan Pemakaian Air Yang Tidak Aman Dan Sanitasi Dasar Yang Buruk. Diare merupakan salah satu penyakit yang hingga sekarang masih sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Epidemiologi diare sebagian besar disebabkan karena makanan yang terkontaminasi, konsumsi air minum yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk. Oleh karena itu penanganan terhadap air minum beserta sumber air minumnya dan sanitasi dasar diharapkan mempengaruhi penurunan angka kejadian diare. Angka kejadian diare khususnya di Pontianak masih tinggi, dan kenyataan yang menyedihkan bahwa pada penduduk Pontianak masih banyak yang memakai air yang tidak aman, seperti air sungai Kapuas yang sudah dinyatakan tidak layak dan jenis air permukaan lainnya untuk keperluan hidup sehari-hari (mandi, mencuci, memasak, dan lain-lain). Hal ini menimbulkan pertanyaan, apa hubungan antara pola kejadian diare di Pontianak dalam kaitannya dengan pemakaian air yang tidak aman dan sanitasi yang buruk? Bagaimana cara yang efektif untuk memperbaiki pola hidup masyarakat Pontianak sehingga angka kejadian penyakit khususnya diare dapat menurun? Diare

description

e

Transcript of Esai Tentang Pola Diare

Esai tentang Pola DiareSubtema: Pola Kejadian Diare Di Kota Pontianak Dalam Kaitannya Dengan Pemakaian Air Yang Tidak Aman Dan Sanitasi Dasar Yang Buruk.Diare merupakan salah satu penyakit yang hingga sekarang masih sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Epidemiologi diare sebagian besar disebabkan karena makanan yang terkontaminasi, konsumsi air minum yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk. Oleh karena itu penanganan terhadap air minum beserta sumber air minumnya dan sanitasi dasar diharapkan mempengaruhi penurunan angka kejadian diare. Angka kejadian diare khususnya di Pontianak masih tinggi, dan kenyataan yang menyedihkan bahwa pada penduduk Pontianak masih banyak yang memakai air yang tidak aman, seperti air sungai Kapuas yang sudah dinyatakan tidak layak dan jenis air permukaan lainnya untuk keperluan hidup sehari-hari (mandi, mencuci, memasak, dan lain-lain). Hal ini menimbulkan pertanyaan, apa hubungan antara pola kejadian diare di Pontianak dalam kaitannya dengan pemakaian air yang tidak aman dan sanitasi yang buruk? Bagaimana cara yang efektif untuk memperbaiki pola hidup masyarakat Pontianak sehingga angka kejadian penyakit khususnya diare dapat menurun?Diare

Diare adalah penyakit yang gejalanya buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari atau lebih, dengan konsistensi, atau lebih sering dari yang normal pada beberapa inividu yang biasanya buang air lebih dari 3 kali sehari namun tidak cair konsistensinya. Ini biasanya merupakan gejala adanya infeksi saluran pencernaan, yang dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan parasit. Diare berat akan menyebabkan kehilangan cairan, dan dapat mengancam nyawa, terutama pada anak kecil dan orang yang kekurangan gizi atau memiliki gangguan sistem imunitas. Rute utama infeksi adalah dengan menelan patogen, paling sering karena air minum yang tidak aman, makanan yang terkontaminasi atau kurangnya kebersihan/sanitasi dasar. Angka kejadian diare di Pontianak tinggi yaitu sekitar 900 kasus per bulan. Tingginya insidensi ini menandakan bahwa masyarakat kota Pontianak mungkin mengkonsumsi air yang tidak aman/tidak layak minum, dan mungkin juga karena kurangnya pengetahuan dasar akan sanitasi/kebersihan yang harus dimiliki. Air minumSebagian besar masyarakat kota Pontianak menggunakan air dari PDAM sebagai sumber air minum, mereka mengkonsumsinya setelah diberi perlakuan yaitu merebusnya terlebih dahulu, dan sebagian yang lain menyaring airnya dulu sebelum direbus. Dan ada juga yang membeli air minum kemasan sebagai sumber air minumnya. Namun, masih terdapat sebagian kecil masyarakat yang menggunakan air hujan yang dikumpulkan di atap dan juga air permukaan, misalnya air sungai sebagai sumber air minumnya. Hal ini meningkatkan resiko untuk kejadian diare, dikarenakan air permukaan dan air hujan yang dikumpulkan di atap rentan terjadi kontaminasi bakteri patogen dan kotoran lainnya. Sanitasi dasarSementara pengetahuan dasar tentang kebersihan masyarakat kota Pontianak cenderung sudah baik, hanya saja masih terdapat sebagian kecil orang yang tidak sadar akan pentingnya pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Ada tiga perilaku mendasar yang diakui oleh WHO yang menjadi kunci untuk perilaku hidup bersih, yaitu mencuci tangan dengan sabun atau abu utamanya setelah bersentuhan dengan kotoran, system pembuangan yang aman dari kotoran dan penanganan air bersih dan penyimpanannya. Sebagian besar masyarakat kota Pontianak menggunakan tangki septik dan jamban sebagai tempat pembuangan kotoran toilet, namun terdapat sebagian kecil yang menggunakan sungai sebagai tempat pembuangan kotorannya. Padahal air dari sungai ini masih sering dipakai sebagai sumber air untuk keperluan hidup sehari-hari. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya diare pada siapapun yang menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber airnya.Realita kota Pontianak

Pontianak adalah kota terbesar di Kalimantan, bagian Indonesia dari Kalimantan dengan populasi sedikit di atas setengah juta jiwa (524,672 ). Kota ini terletak di atas tanah gambut (campuran pasir-lumpur) dari dataran rendah Kalimantan barat. Salah satu sungai terpanjang di Indonesia, Kapuas, melintasi kota ini. Pontianak tidak memiliki sistem pengolahan air limbah. Hujan dan saluran pembuangan air limbah (termasuk limbah tinja) dari daerah perumahan dan komersial dibuang ke Sungai Kapuas. Air dari Sungai Kapuas sering digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sebagian besar masyarakat kota Pontianak seperti memasak, mencuci dan bahkan kadang-kadang sebagai air minum.

PDAM kota Pontianak menggunakan air sungai sebagai sumber bahan baku airnya . PDAM menyaring air dari sungai dari adanya makromolekul-makromolekul seperti sampah padat dan lain-lain serta melakukan klorinasi. Namun, sayangnya tidak terdapat perlakuan khusus terhadap mikromolekul yang mungkin berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti misalnya kadar garam/air asin dari laut yang ikut terbawa arus sungai. Bahkan dari Koran lokal, air dari PDAM sudah tidak layak minum karena tingginya kadar garam yang jauh melebihi rata-rata kadar normal garam dalam tubuh air (dikutip dari anonim, http://www.antaranews.com/berita/1250597019/javascript:)PDAM hanya dapat memfasilitasi sekitar 65% dari seluruh rumah tangga di kota Pontianak, sehingga sisanya (35%) harus bergantung pada sumber air yang lain, seperti air hujan yang ditampung/dikumpulkan di atap. Namun, air hujan ini juga tidak sehat karena rentannya kontaminasi bakteri dan kotoran di atap mempengaruhi kebersihan air tersebut.PDAM, sebagai distributor terbesar perusahaan air minum di Pontianak, sangat memerlukan peningkatan metode pengolahan air, terutama untuk mikromolekul dalam air sungai Kapuas sebagai sumbernya.

Kesimpulan

Tingginya angka kejadian penyakit diare di kota Pontianak menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang menggunakan air minum yang tidak aman seperti air permukaan sungai serta air hujan yang dikumpulkan sebagai sumber air minumnya padahal sumber air tersebut rentan untuk terjadinya kontaminasi bakteri pathogen, serta kurangnya pengetahuan dan perilaku sanitasi dasar. Untuk itu diperlukan tindakan edukasi tentang pentingnya menggunakan air minum yang aman dikonsumsi dan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai sanitasi dasar yang harus dimiliki.

Dan melihat kondisi air sungai Kapuas yang tidak layak minum dikarenakan air limbah baik itu domestic maupun komersil dibuang ke sungai serta kadar garam yang sangat tinggi dalam tubuh air sungai Kapuas, maka kota Pontianak sangat membutuhkan system pengolahan air limbah dan peningkatan fasilitas dan mutu air PDAM sebagai perusahaan distributor air minum terbesar.