ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

47
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu indikator kesehatan Indonesia suatu bangsa ialah derajat kesehatan anak, yang biasa diukur melalui angka kematian anak, berbagai masalah kesehatan anak dari berbagai aspek, masalah diare tentu menjadi fokus utama, disamping penyakit- penyakit lain seperti pneumonia, campak, malaria dan malnutrisi. Oleh sebab itu gejala penyakit dan cara penanganannya perlu dikenali. Penanganan juga bukan hanya membantu penyembuhan, namun juga dapat mencegah timbulnya komplikasi lebih jauh (Depkes RI,2004). Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Penyakit diare merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas pendapatan rendah dan menengah negara. Di negara-negara, seperti penyakit membunuh 4,9 diperkirakan dari 1000 5 tahun lebih muda dari anak- Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012 1

Transcript of ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

Page 1: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu indikator kesehatan Indonesia suatu bangsa ialah derajat

kesehatan anak, yang biasa diukur melalui angka kematian anak, berbagai

masalah kesehatan anak dari berbagai aspek, masalah diare tentu menjadi

fokus utama, disamping penyakit-penyakit lain seperti pneumonia, campak,

malaria dan malnutrisi. Oleh sebab itu gejala penyakit dan cara

penanganannya perlu dikenali. Penanganan juga bukan hanya membantu

penyembuhan, namun juga dapat mencegah timbulnya komplikasi lebih jauh

(Depkes RI,2004).

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat

yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah

satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak.

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare

adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Penyakit diare

merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas pendapatan rendah

dan menengah negara. Di negara-negara, seperti penyakit membunuh 4,9

diperkirakan dari 1000 5 tahun lebih muda dari anak-anak. Menurut catatan

Unicef, setiap 30 detik ada satu balita meninggal karena diare. (M.Bern, 2011)

Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan

angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia

dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap

episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak

untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada

anak (WHO dalam Nguendo Yongsi, 2009).

Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau

sekitar 460 balita setiap harinya. Penyakit diare di negara maju walaupun

sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden

diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

1

Page 2: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

Untuk skala nasional tahun 2008 penderita diare pada tahun tersebut

adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka

ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita

diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia

adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%. (Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2008)

Penyakit diare pada tahun 2006 tercatat sebanyak 173.359 kasus

dengan cakupan tertinggi di Kab. Enrekang (17,94 %), kota Palopo (15,45),

kota Makassar (14,28 %), dan Kab. Soppeng (10,91 %). Jumlah kasus

tertinggi berada pad kelompok umur > 5 thn (92.241 org) dgn kematian

terbanyak pd kelompok umur 1-4 thn sebanyak 17 org. (Profil Kesehatan Sul-

Sel 2008).

Diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor

3 pada bayi serta nomor 5 pada semua umur. Setiap anak di Indonesia

mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun. Dari hasil Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare menempati urutan ke

ketiga penyebab kematian bayi. Penyebab utama kematian karena diare adalah

dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya.

Berdasarkan data angka kesakitan penderita diare di Puskesmas

Antang tahun 2007-2009 menunjukkan bahwa kejadian diare tahun 2007

sebesar 1.618 orang (5.50%), tahun 2008 sebesar 1.671 orang (5,45 %), dan

pada tahun 2009 sebesar 1.185 orang (4,42 %).

Berdasarkan hal tersebut dengan prevalensi kejadian diare yang cukup

tinggi maka kegiatan surveilans penyakit diare sangat penting dilakukan

sebagai langkah awal untuk melakukan pengidentifikasian adanya kasus

Kejadian Luar Biasa (KLB) tanpa disadari oleh petugas kesehatan di

Puskesmas Antang. Dengan identifikasi dini tentang hal tersebut maka

diharapkan tindakan preventif maupun promotif harus dilakukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan dapat menekan angka

kejadian kasus Diare di masa yang akan datang.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

2

Page 3: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan apa yang tlah dijelakan di latarbelakang, maka yang

menjadi rumusan masalah adalah: bagaimana identifikasi Kejadian Luar Biasa

(KLB) Diare di wilayah kerja Puskesmas Antang Tahun 2008-2012.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi kejadian luar biasa penyakit diare di wilayah kerja

Puskesmas Antang Tahun 2008-2012 melalui metode pola minimal-

maksimal.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk melihat distribusi epidemiologi penyakit diare menurut orang,

tempat, dan waktu di wilayah kerja Puskesmas Antang kota

Makassar.

b. Mengetahui kejadian luar biasa penyakit diare di wilayah kerja

Puskesmas Antang tahun 2008-2012 melalui metode pola minimal-

maksimal.

D. MANFAAT

Pelaksanaan Praktek Surveilans tersebut diharapkan dapat memberikan

manfaat :

1. Manfaat praktis : yaitu dapat memberikan informasi bagi pihak instansi

Dinas Kesehatan Kota Makassar, sebagai pedoman dalam memberikan

proiritas perencanaan program dan menentukan arah kebijakan dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan diare.

2. Bermanfaat bagi petugas Surveilans dan Puskesmas Antang pada

khususnya dalam melakukan tindakan invetigasi KLB sehingga dapat

dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan kedepannya.

3. Manfaat bagi peneliti : aplikasi ilmu dan pengalaman berharga serta dapat

menambah wawasan ilmiah bagi penulis untuk memahami proses

penentuan KLB dengan pendekatan epidemiologi yakni pola maksimal

dan minimal pada penyakit diare.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

3

Page 4: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang KLB

Kejadaian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kejadian kesakitan/ kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu( Keputusan Dirjen PPM&PLP

No.451-I/PD.03.04/1991 Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan

Penanggulangan KLB). Sumber data surveialns epidemiologi penyakit

berpotensi KLB bisa didapatkan pada laporan KLB/wabah dan hasil

penyelidikan KLB, ada, epidemiologi KLB dan upaya penanggulanggannya,

surveilans terpadu penyakit berbasis KLB serta sistem peringatan dini KLB di

rumah sakit.

Batasan KLB meliputi arti yang luas :

1. Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut

kronis ataupun penyakit non infeksi.

2. Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk

menentukan jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB.

Hal ini selain karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan

agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan bervariasi

menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang

berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan

penyakit tersebut sebelumnya.

3. Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat

dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun, desa, kecamatan,

kabupaten atau meluas satu propinsi dan negara. Luasnya daerah

sangat tergantung dari cara penularan penyakit tersebut.

4. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi.

KLB dapat terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu

atau beberapa bulan maupun tahun.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

4

Page 5: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

Suatu keadaan dinyatakan luar biasa jika ada unsur sebagai berikut:

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak

dikenal.

2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun

waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).

3. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian 2 kali lipat atau lebih

dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan,

tahun).

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat

atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun

sebelumnya.

Suatu kejadian masalah kesehatan dikatakan KLB jika

penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat. Sedangkan

dikatakan letusan (outbreak) jika kejadian tersebut terbatas dan dapat

ditanggulangi sendiri oleh pemerintah daerah. Pihak yang menyatakan suatu

kejadian merupakan KLB adalah pemerinatah daerah dalam hal ini Kepala

Dinas Kabupaten/Kota.

Selain itu, sumber data lain dalam jaring-jaring surveilans

epidemiologi adalah:

1. Data surveilans terpadu penayakit

2. Data surveilans kasus penyakit berpotensi KLB

3. Data cakupan program

4. Data lingkungan pemukiman dan perilaku, pertanian, meteorologi dan

geofisika.

5. Informasi masyarakat sebagai laporan kewaspadaan KLB

6. Data-data lain yang terkait

Tujuan penyelidikan KLB/wabah

1. Tujuan umum penyelidikan KLB : penanggulangan dan pencegahan,

surveilans (lokal, nasional, internasional), penelitian, pelatihan, menjawab

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

5

Page 6: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

keingintahuan masyarakat, pertimbangan program, kepentingan politik dan

hukum serta kesadaran masyarakat.

2. Tujuan khusus penyelidikan KLB

a. Memastikan diagnosis

b. Memastikan bahwa terjadi KLB/wabah

c. Mengidentifikasi penyebab KLB

d. Mengidentifikasi sumber penyebab

e. Rekomendasi : cepat dan tepat

f. Mengetahui jumalah korban dan populasi rentan, waktu dan periode

KLB, serta tempat terjadinya KLB (variabel orang, waktu, dan tempat)

Faktor pendukung terjadinya KLB/wabah

1. Lemahnya sistem pencegahan dan penanggulangan KLB ataupun wabah

akibat masalah ekonomim, pertukaran kebijakan atau perang saudara.

2. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular tidak efektif.

3. Perpindahan penyakit dari binatang ke manusia.

4. Meningkatnya resistensi antimikroba di masyarakat.

5. Pengungsian penduduk.

Investigasi/penyelidikan KLB/wabah:

1. Persiapan, dikelompokkan dalam tiga kategori:

a. Investigasi : pengetahuan ilmiah, perlengkapan, dan alat.

b. Administrasi: prosedur administrasi termasuk izin dan pengaturan

perjalanan.

c. Konsultasi: peran masing-masing petugas yang turun ke lapanngan.

2. Memastikan adanya wabah

a. Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui

jumlah yag diharapkan membandingkan jumlah saat ini dengan jumlah

beberapa minggu atau bulan atau periode waktu yang sama pada tahun

sebelumnya.

b. Sumber informasi:

Catatan surveilans

Catatan keluar, statistik, kematian dan register

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

6

Page 7: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

Data wilayah di dekatnya atau data wialayah nasional

Survey

3. Memastikan diagnosis

a. Pemastian diagnosis berkaitan erat dengan pemastian adanya wabah.

b. Jika penyebab penyakit sudah diberitahukan oleh tenaga kesehatan

setempat pemeriksaan kembali untuk meyakinkan diagnosis.

c. Pemeriksaan laboratorium.

d. Bial gejala sama dan 15% - 20% mendapatkan konfirmasi

laboratorium tidak perlu pemeriksaan lab.

4. Membuat defenisi kasus

a. Meliputi kriteria klinis yang dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

b. Kriteria klinis adalah tanda yang sederhana dan objektif.

c. Jenis dibagi menjadi tiga, yakni; pasti (confirmed), mungkin

(probable), dan meragukan (possible). Untuk penyakit yang sudah

jelas diagnosisnya, data yang harus diperoleh yaitu: masa inkubasi dan

cara penularan.

d. Bila penyakit yang belum diketahui diagnosisnya, maka:

Ada dugaan tentang peristiwa penyebab wabah harus diterima akal

sehat.

Diperlukan kemampuan, kecerdasan serta kecermatan akal

(common sense) dari penyelidik.

Beberapa patokan dapat dipakai yaitu pencemaran air atau

makanan gangguan pencernaan, penyakit-penyakit saluran

pernafasan, kulit, mata dan selaput lender dan luka atau lesi pada

kuklit binatang dan serangga.

5. Menemukan dan menghitung kasus

a. Kasus yang dilaporkan harus mewakili kasus yang sesungguhnya ada.

b. Penyelidikan harus menggunakan sebanyak mungkin sumber yang ada

untuk menemukan tambahan kasus.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

7

Page 8: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

c. Sumber data: praktek dokter, rumah sakit dan laboratorium.

d. Pada tempat terbatas survei dilakukan pada seluruh populasi.

6. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, dan orang)

a. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu curve epidemic.

b. Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat kejadian.

c. Gambaran kejadian wabah berdasarkan ciri orang terserang.

d. Gambaran distribusi penderita berdasarkan waktu timbulnya gejala

penyakit.

Kurva epidemik:

Suatu kurva epidemi dapat memberikan gambaran yang tepat

tentag suatu wabah sehingga kesimpulan dalam batas tertentu dapat

ditarik.

a. Bentuk histogram

b. Dapat digunakan memperkirakan cara penularan penyakit

c. Dapat memperkirakan masa inkubasi suatu penyakit

d. Informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama pada masing-

masing kasus

e. Untuk masa inkubasi yang pendek jam timbulnya gejala

f. Pilihan skala untuk aksis-X

g. Masa prawabah

h. Kurva epidemik dengan satu puncak (point soyrce epidemic)

7. Membuat hipotesis

8. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan kasus kontrol)

9. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan

10. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan

11. Menyampaikan hasil penyelidikan.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

8

Page 9: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

B. Tinjauan Umun Penyakit Diare

1. Pengertian Diarea. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya

frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai

perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah

dan/atau lendir.

b. Syarat disebut diare kalau ada perubahan bentuk feses dan

frekuensinya lebih dari 3 kali sehari. Kalau hanya salah satu,

misalnya hanya tinjanya yang cair, belum bisa disebut diare.

Penelitian menyebutkan bahwa berat feses (tinja) lebih dari 200

gram per hari boleh dibilang mengalami diare.

2. Klasifikasi Diare

Diare terbagi menjadi akut dan kronik, kalau kurang dari 2 minggu

dibilang diare akut, sedangkan lebih dari 2 minggu atau 3 minggu disebut

kronik atau persisten.

a) Diare Akut

Secara operasional, diare akut adalah buang air besar lembek/cair

bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering biasanya

(biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari ) dan berlangsung kurang dari 14

hari.

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6

besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangam ataupun klinis adalah

diare yang disebabkan infeksi dan keracunan, yaitu :

1) Virus

2) Protozoa: giardia lamblia, entamoeba histolitica

3) Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S. Aureus, C.

Perfingen, e.coli, V.Cholera) dan yang menimbulkan inflamasi

usus ( shigella, salmonela sp, yersinia ).

4) Iskemiaintestinal

5) Inflamatory bowel desease

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

9

Page 10: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

6) Kolitis radiasi

b) Diare Kronik ( Persisten )

Diare persisten adalah diare akut yang berlanjut sampai 14 hari atau

lebih.Sesuai dengan batasan bahwa diare persisten adalah diare akut yang

menetap dengan sendirinya etiologi diare sama dengan diare akut. Faktor

risiko berlanjutnya diare akut menjadi diare persisten adalah:

1) Usia bayi kurang dari empat bulan

2) Tidak mendapat ASI

3) Kurang Energi Protein ( KEP )

4) Diare akut dengan etiologi bakteri invasive

5) Tatalaksana diare akut yang tidak tepat

6) Pemakaian antibiotik yang tidak rasional

7) Pemuasaan penderita

3. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare

Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi atau berhubungan dengan

penyakit diare adalah

1) Perilaku/kebiasaan hidup bersih dan sehat Masyarakat pada umumnya

2) Perilaku Hygiene perorangan (personal hygiene).

3) Keadaan lingkungan hidup sekitar, dalam hal ini sanitasi lingkungan

yang kurang baik seprti peneydiaan air minum, ketersediaan jamban,

dan pengelolahan sampah.

4) Keadaan sosial ekonomi keluarga dalam hal ini pengetahuan dan mata

pencaharian masyarakat.

5) Penyakit infeksi lainnya yang masih tinggi.

4. Gejala Diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x

atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:

1) Muntah

2) Badan lesu atau lemah

3) Panas

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

10

Page 11: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

4) Tidak nafsu makan dan

5) Darah dan lendir dalam kotoran

Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan

oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah,

tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.

Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-

gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit

kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja

mengandung darah atau demam tinggi.

Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya

natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama

jantung maupun perdarahan otak.

Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi

ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit

keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang

dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan

shock.

5. Komplikasi

Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi

sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi kelainan elektrolit .

Komplikasi yang sering terjadi ialah :

1) Hipoglikemia

Komplikasi ini lebih sering terjadi pada shigellosis dibanding

penyebab disentri lain hipoglikemia sangat berperan dalam

menimbulkan kematian hipoglikemia terjadi karena gagalnya proses

glukoneogenesis secara klasik menifestasi klinis hipoglikemia adalah

kaki tangan berkeringat dingin, tachikardi dan letargik. Hipoglikemia

berat dapat menimbulkan perubahan kesadaran dan kejang. Tetapi

gejala ini akan tersamar kalau diketemukan komplikasi lain jadi pada

tiap disentri dengan komplikasi harus diperiksa kadar glukosa

darahnya Diagnosis ditegakkan melalui pengukuran kadar gula darah.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

11

Page 12: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

2) Hiponatremia

Komplikasi ini juga banyak terjadi pada Shigellosis dibanding

penyebab lain.Hiponatremia muncul akibat gangguan reabsorpsi

natrium di usus,kematian pasien dengan hipogelikemia sering

dibanding hiponatremia.Manifesrasi klinis hiponatrea adalah hipotonia

dan apati, Kalau berat dapat menimbulkan kejang. Tetapi gejala ini

juga akan bersamar kalau diketemukan komplikasi lain, jadi pada tiapo

disentri dengan komplikasi harus diperiksa kadar natrium

darahnya,Seyogyanya sekaligus diperiksa juga kadar kalium darah.

3) Sepsis

Komplikasi ini paling sering menyebabkan kematian dibandingkan

komplikasi lainnya data dari ICCDR menunjukkan 28,8 % dari 239

kasus kematian akibat Shigellosis meninggal karena sepsis. Pengertian

sepsis saat ini telah berubah.dulu sepsid didefinisikan sebagai

bakteriemia yang disertai gejala klinis, sekarang bakteriemia tidak lagi

merupakan persyaratan diagnosis sepsis . Asalkan Ditemukan

manifestasi umum infeksi yang disertai gangguan fungsi organ

multipel sudah dianggap ada sepsis, gangguan fungsi organ multipel

sudah dianggap ada sepsis, gangguan fungsi organ multipel dapat

ditimbulkan mediator kimiawi, endotoksin, eksotoksin atau

septikemianya sendiri manifestasi umum/ganguan fungsi organ

multipel ini dapat berupa hiperpireksi, cutis marmoratae (akibat

distensi kapiler), menggigil, gaduh gelisah, proteinuria dan lain

sebagainya. Yang paling menonjol terjadinya gangguan sirkulasi yang

menimbulkan syok septik. Gangguan fungsi organ multipel ini akan

berlanjut menjadi gagal organ multipel, syok menjadi ireversibel,

Gagal organ multiple hampir selalu diikuti kematian, Syok septik

sangat sulit diobati, jadi untuk mencegah kematia kita harus

mengambil tindakan intensif pada tahap awal dimanabaru muncul

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

12

Page 13: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

tanda umum infeksi yang berat dan gangguan fungsi organ belum

menonjol. Bakteriemia pada disentri dengan sepsis jarang yang

disebabkan langsung oleh shigella/kuman penyebab disentri lain, lebih

banyak disebabkan invasi bakteri enterik. Jadi dalam memilih

antibiotik disamping memberikan antibiotik yang dapat membunuh

penyebab disentrinya, kita juga harus memberikan antibiotik yang

dapat mengatasi bakteri enterik yang berinvasi ini Diagnosis

ditegakkan berdasarkan temuan klinis gejala umum infeksi serta

gangguan fungsi organ multipel dibantu dengan temuan pemeriksaan

penunjang leukopenia atau leukositosis, disertai hitung jenis yang

bergeser ke kiri adanya granulasi toksi trombositepenia anemia dan

CFP positif juga terjadi ganguan faktor pembekuan: penurunan kadar

protrombin fibrinogen, faktor VIII, serta manifestasi disseminated

intravascular coagulation ( DIC ) dan bakteriemia.

4) Kejang dan Ensefalopati

Kejang yang muncul pada disentri tentu saja dapat berupa kejang

deman sederhana (KDS), tetapi kejang dapat merupakan bagian dari

ensefalopati, dengan kumpulan gejala hiperpireksi penurunan

kesadaran dan kejang yang dapat membedakannya dengan KDS ,

ensefalopati muncul akibat toksin Shiga/Sit diagnosis ditegakkan

berdasarkan temuan klinis.

5) Sindrom Uremik Hemolitik

Sindrom ini ditandai dengan trias anemi hemolitik akibat

mikroangiopati, gagal ginjal akut dan trombositopeni. Anemia

hemolitik akut ditandai dengan ditemukannya fragmentosit pada

sediaan hapus, Gagal ginjalakut ditandai oleh oliguria perubahan

kesadaran dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin. Trombositopea

dapat meninbulkan gejala perdarahan spotan. Manifestasi perdarahan

juga dan disebabkan oleh mikroangiopati,yang dapat berlanjut

menjadi Dissemination Intravasculair Coagulation (DIC) kematian

dapat disebabkan oleh terjadinya gagal ginjal akut dan gagal jantung.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

13

Page 14: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis yang memastikan

adanya trombositopenia, anemia hemolitik akut, serta kreatinin.

6) Pneumonia

Komplikasi pneumoni bisa juga terjadi pada disentri terutama yang

disebabkan oleh Shigella. Dari laporan ICDDR,B pada penderita yang

meninggsl karena disentri, 32 % ditemukan pneumoni setelah

dilakukan otopsi diagnosisditegakkan sesuai standar yang berlaku.

7) Kurang Energi Protein ( KEP )

Disentri terutama karena shigella bisa menyebabkan gangguan gizi

atau kurang energi protein ( KEP ) pada anak yang belum baik baik

gizinya, hal ini bisa terjadi karena asupan makanan yang kurang

pemakaian kalori yang meningkat karena proses radang dan hilang

nutrien, khususnya protein selama diare. Dipihak lain kurang energi

protein ( KEP ) sendiri mempermudah terjadinya disentri . Desentri

yang terjadi selama atau sesudah menderita campak sangat cepat

menimbulkan KEP. Diagnosis ditegakkan sesuai standar. Pengukuran

berat badan serta kadar albumen darah secara berkala dapat

menggambarkan derajat progresi timbulnya kurang Energi Protein

(KEP).

6. Upaya Penanggulangan Penderita Diare

Pada prinsipnya penanganan penderila diare akut adaiah pemberian cairan

dan makanan serta pengobatan medicamentosa yang hanya diberikan untuk

kasus - kasus tertentu yang jelas penyebabnya.

WHO telah menetapkan 4 (empat) unsur utama penanggulangan diare akut

adalah :

a) Pemberian cairan sebagai upaya rehidrasi oral untuk mencegah maupun

mengobati dehidrasi.

b) Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa terutama ASI selama

diare dan dalam masa penyembuhan.

c) Tidak menggunakan anti diare sementara, anti biotik, maupun anti

mikroba hanya untuk kasus tersangka kolera disenteri dan amubiasis.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

14

Page 15: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

d) Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarga

tentang upaya rehidrasi oral ( URO ) dirumah.

a. Mencegah Terjadinya Dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah

dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga

yang dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup.

Macam Cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :

1) Kebiasaan setempat dalam mengobati diare

2) Tersedianya cairan sari makanan yang cocok

3) Jangkauan pelayanan Kesehatan

4) Tersedianya oralit

Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan ,

berikan air matang.

b. Mengobati Dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera

dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan

yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat,

penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat

sebelum dilanjutkan terapioral.

Anak yang diare membutuhkan lebih banyak cairan untuk mengganti

cairan yang hilang melalui tinja dan muntah. Pemberian cairan yang tepat

dengan jumlah memadai merupakan modal utama mencegah dehidrasi.

Dehidrasi harus dicegah, pemberian cairan pada anak diare adalah inti dari

terapi diare itu sendiri. Cairan harus diberikan sedikit demi sedikit dengan

frekuensi sesering mungkin. Tidak ada yang lebih utama dalam terapi

diare selain pemberian cairan.

Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan

mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga

dapat mengganti elektrolit yang ikut hilang bersama cairan. Cairan yang

biasa disebut sebagai cairan rumah tangga ini harus segera diberikan pada

saat anak mulai diare. Berikan cairan dengan sendok, sesendok tiap 1-2

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

15

Page 16: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

menit. Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan minum langsung dari

gelas/cangkir dengan tegukan yang sering. Jika terjadi muntah, ibu dapat

menghentikan pemberian cairan selama kurang lebih 10 menit, selanjutnya

cairan diberikan perlahan-lahan (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit).

Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang

memberantas penyebab diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia

untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu

menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.

c. Memberi makanan

1) Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk

oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan.

2) Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI.

3) Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari

biasanya.

4) Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat

makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna

sedikit sedikit tetapi sering.

5) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

d. Mengobati masalah lain

Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain,

maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap

mengutamakan rehidrasi.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

16

Page 17: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

A. VISI DAN MISI PUSKESMAS ANTANG

1. Visi

Menjadi salah satu Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan

yang terjangkau dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan dalam

lingkungan sehat.

2. Misi

a) Meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan pelayanan yang

cepat, tepat dan tejangkau yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur

secara bertahap, berkesinambungan dan terarah.

b) Menyiapkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan

keterampilan, serta dedikasi yang tinggi.

c) Memasyarakatkan sikap hidup sehat dengan menggunakan paradigm

sehat sebagai landasan program kegiatan.

B. KEADAAN GEOGRAFIS

1. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Antang

a. Kondisi Geografis

Puskemas Antang terletak di kelurahan Antang kecamatan

Manggala kota Makassar dengan luas wilayah kerja 371 Ha. Wilayah

kerjanya kelurahan Antang dengan jumlah RW sebanyak 11 dan 61 .

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Antang adalah

sebagai berikut:

Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Manggala;

Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Bangkala;

Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Borong;

Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Tello dan kecamatan

Biringkanaya.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

17

Page 18: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

Adapun gambar wilayah kerja Puskesmas Antang dapat dilihat

pada peta wilayah kerja Puskesmas Antang pada gambar 1.

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Antang

b. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Antang pada tahun 2008

sebanyak 22.197 jiwa terdiri dari 11.399 jiwa laki-laki dan 10.798 jiwa

perempuan dengan 5170 KK.

Tabel 3.1. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kecamatan Manggala Tahun 2011

NO RWJUMLAH

PENDUDUKKEPALA

KELUARGA1 RW I 4043 10902 RW II 2681 3343 RW III 1927 2714 RW IV 2127 8395 RW V 1548 4756 RW VI 1663 4467 RW VII 1409 2348 RW VIII 981 1819 RW IX 3762 23610 RW X 1072 372

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

18

Page 19: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

11 RW XI 984 687Total 22197 5170

Sumber: Data sekunder, Profil Puskesmas Antang 2012

Tabel 3.2. Jumlah Penduduk menurut Kelompok UmurDi Wilayah Kerja Puskesmas Antang Tahun 2011

No. Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-11 388 1,12 1 -4 1336 3,33 5-10 3.046 18,94 11-15 3.107 19,35 16-20 2.751 17,06 21-25 1.182 7,37 26-30 679 4,28 31-35 715 4,49 36-40 707 4,410 41 -45 734 4,611 46-50 777 4,812 51 -55 775 4,812 >56 945 5,9

Jumlah 22.197 100Sumber : Profil Puskesmas Antang Tahun 2012

Adanya perberdaan jumlah penduduk dengan jumlah yang sebenamya

disebabkan oleh adanya perpindahan penduduk. Adapun laju pertumbuhan

penduduk diwilayah kerja Puskesmas Antang tahun 2011 adalah 2,25 %.

C. KEPADATAN PENDUDUK

Kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahtraan

rakyat khususnya anak dan masalah sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena

masalah faktor gizi yang berhubungan dengan lingkungan, perumahan,

sanitasi yang kotor serta berbagai wabah penyakit menular. Disamping itu

kepadatan penduduk merupakan lambing perkembangan suatu daerah. Untuk

wilayah kerja penduduk adalah 22.197 jiwa/317Ha = 70 jiwa/Ha. Sedangkan

jumlah KK sebanyak 3.357KK.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

19

Page 20: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil pengumpulan data dari Puskesmas Antang Kota Makassar diperoleh

data tentang distribusi Penderita penyakit Diare sebagai berikut:

1. Distribusi Penyakit Diare Menurut Orang (Umur)

Distribusi Penderita Penyakit Diare menurut kelompok umur Puskesmas

Antang pada tahun 2008-2012 dapat dilihat dan dicermati dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Ditribusi Penderita Penyakit Diare Menurut Kelompok Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kota Makassar

Tahun 2008-2012

Tahun

Golongan Umur0-7

Hr

8-28 Hr

1-11 Bln

1-4 Thn

5-9 Thn

10-14 Thn

15-19 Thn

20-44 Thn

45-54 Thn

55-59 Thn

60-69 Thn

> 70 Thn

2008 0 0 243 610 263 89 61 300 43 15 29 18

2009 4 58 198 308 167 68 64 170 93 23 24 8

2010 0 2 268 514 166 61 41 221 51 19 22 14

2011 0 3 220 647 163 55 45 258 52 15 33 14

2012 0 4 198 661 174 69 44 307 62 17 29 12

Grafik 4.1. Penyakit Diare Menurut Kelompok Umur Di Puskesmas Antang Kota Makassar Tahun 2008-2012

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

20

Page 21: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

0-7 Hr

8-28 Hr

1-11 Bln

1-4 Thn

5-9 Thn

10-14

Thn

15-19

Thn

20-44

Thn

45-54

Thn

55-59

Thn

60-69

Thn

> 70 Thn

0

100

200

300

400

500

600

700

20082009201020112012

Tahun

Berdasarkan tabel dan grafik 4.1. kelompok umur yang paling banyak

menderita diare adalah umur 1-4 tahun dimana jumlah penderita 610 orang

untuk tahun 2008, 308 orang tahun 2009, 514 orang tahun 2010, untuk tahun

2011 sebanyak 647 orang dan 661 orang untuk tahun 2012. Dapat dilihat juga

bahwa kasus penderita diare tinggi pada kelompok umur 20-44 tahun. Dimana

kasus tertinggi terdapat pada tahun 2008 kasusnya mencapai 300 orang

penderita (17,95%) dan pada tahun 2012 dengan jumlah penderita mencapai

307 orang (19,46%) serta untuk kasus terendah terjadi pada tahun 2009

dengan 170 penderita (14,43%). Sedangkan untuk penderita diare terendah di

setiap tahunnya terdapat pada golongan umur > 70 tahun. Dimana masing-

masing penderita setiap tahunnya 18 orang pada tahun 2008, 8 orang pada

tahun 2009, 14 orang pada tahun 2010 dan 2011, serta 12 orang pada tahun

2012.

2. Distribusi Penyakit Diare Menurut Waktu (Bulan)

Distribusi Penderita Penyakit Diare menurut bulan selama tahun 2008-

2012 di Puskesmas Antang dapat dilihat dan dicermati dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Ditribusi JumlahPenderita Penyakit Diare Menurut Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kota Makassar

Tahun 2008-2012

BulanTahun

2008 2009 2010 2011 2012Januari 163 61 107 79 457

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

21

Page 22: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

Februari 93 56 75 83 388Maret 117 69 11 61 487April 131 139 129 83 108Mei 144 147 156 131 110Juni 0 136 121 136 102Juli 189 55 85 119 135

Agustus 122 57 101 102 127September 114 57 142 176 151Oktober 162 49 142 178 142

November 205 159 115 205 176Desember 141 182 99 161 112

Jumlah 1581 1167 1283 1514 2495

Sumber : Data Sekunder

Dari tabel.4.2 dilihat bahwa pada tahun 2008 penderita kasus diare

mengalami fluktiasi pada bulan Juli (0 menjadi 189 kasus) dan mencapai

puncaknya pada bulan November dengan (205 kasus) kemudian munurun

stabil sampai bulan Februari 2009. Untuk tahun 2009 sendiri tingginya angka

kejadian diare terjadi pada akhir tahun 2009 (182 kasus) kemudian insiden

menurun kembali hingga pada bulan maret 2010 dan merupakan kasus

terendah diare pada tahun yang sama (11 kasus). Pada tahun 2011 kembali

mencapai puncaknya pada bulan November 2011 (205 kasus) dan terus

meningkat sampai bulan Maret 2012 dengan angka kejadian tertinggi yakni

487 insiden.

Sementara untuk distribusi penderita penyakit diare selanjutnya juga

digambarkan secara rinci pada grafik 1 sebagai berikut:

Grafik 4.2. Grafik Penyakit Diare Menurut Bulan Di Puskesmas Antang Kota Makassar Tahun 2008-2012

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

22

Page 23: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

JAN

FEBM

ARAPR

MEI

JUN

JUL

AGSTSEPT

OKTNOV

DES0

100

200

300

400

500

600

20082009201020112012Ju

mal

ah K

asus

Tahun

Berdasarkan grafik 4.2 dapat dilihat bahwa kasus penderita penyakit diare

tertinggi di puskesmas Antang selama (2008-2012) terdapat pada tahun 2012

dimana terjadi peningkatan kasus diare perbulannya yakni pada Bulan Januari -

Maret 2012 dengan jumlah penderita diare mencapai 457 vs 487 orang (19,45%)

dan terendah pada Tahun 2009 dengan total kejadian 1283 kasus.

3. Distribusi Penyakit Menurut Tempat

Distribusi penyakit diare menurut tempat di lokasi studi, tidak tersedia karcna

format pengumpulan data scsuai ketentuan dari Dinas Kesehatan Kota

Makassar tidak mencantumkan data tempat tinggal penderita.

4. Perbandingan Pola Maksimal Dan Minimal (Tahun 2008-2011) Dengan

Tahun 2012

Salah satu cara untuk melihat terjadinya kejadian luar biasa penyakit (KLB)

adalah dengan pola maksimal dan minimal. Data kejadian 5 (lima) tahun

terakhir dikumpul dan dipilah menjadi dua kejadian penderita yaitu jumlah

penderita paling tinggi dan paling kurang menurut bulan kejadian. Data

tersebut selanjutnya dibandingkan dengan kejadian tahun terakhir

Untuk perbandingan pola maksimal dan minimal penyakit diare di

Puskesmas Pattingalloang tahun 2008 - 2012 selengkapnya dalam tabel

berikut:

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

23

Page 24: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

Tabel 4.3.Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Pola Maksimal-Minimal (2008-2011) dan Menurut Tahun 2012 di Puskesmas Antang

Kota Makassar

TahunBulan Kejadian

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

JulAgs

tSpt

OktNov

Des

Minimal 61 56 11 83 131 0 55 57 57 49 115 99Maksimal 163 93 117 139 156 136

189 122

176 178 205 182

2012457 388 487 108 110 102

135 127

151 142 176 112

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada bulan Januari, Februari, Maret

dan Agustus tahun 2012 diprediksi telah terjadi kejadian luar biasa (KLB)

penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Antang Kota Makassar. Dimana

jumlah kasus penderita diare tertitinggi terdapat pada bulan Maret dengan jumlah

penderita sebesar 487 orang. Diikuti Jumlah penderita sebanyak 457 orang (kasus)

atau 18,31% pada bulan Januari, 388 kasus (15,55%) bulan Februari, 127 orang

(5,09%) pada bulan Agustus dari seluruh kejadian kasus diare selama tahun 2012.

Untuk mengetahui dan membuktikan bahwa telah terjadinya Kejadian Luar

Biasa (KLB) penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Antang selama periode

2008-2012 dapat dilihat dari grafik pola minimum dan pola maksimum penyakit

diare sebagai berikut:

Grafik 4.3. Pola Maksimal dan Minimal (2008-2011) dengan Tahun 2012 pada kejadian Diare di Puskesmas Antang

Kota Makassar Tahun 2008-2012

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

24

Page 25: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

JAN

FEB M

AR

APRILM

EI

JUNI

JULI

AGUST

SEPTMOKTB

NOV DES

0

100

200

300

400

500

600

MinimalMaksimal2012

Jum

lah

kasu

s

Pada bulan Januari dan Maret selama tahun 2008 - 2011 jumlah penderita

tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan 2010 dengan jumlah kasus untuk bulan

Januari 2008 sebesar 163 orang sedangkan untuk 2010 hanya mencapai angka 107

orang (kasus), dan untuk bulan Maret 2010 jumlah kasus diare mencapai 111

penderita sedangkan kasus untuk tahun 2008 mencapai 117 orang. Melalui pola

maksimal dan minimal dapat diketahui bahwa teryata pada tahun selam durasi

2008-2012 telah terjadi 4 (empat) kali kejadian luar biasa penyakit diare di

Wilayah Kerja Puskesmas Antang yakni pada bulan Januari Februari, Maret, dan

Agustus.

B. PEMBAHASAN

1. Pembahasan Distribusi Epidemiologi Penyakit Diare Berdasarkan

Orang (Umur)

Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan.

Insiden paling tinggi terjadi pada golongan umur 6-11 bulan (usia < 5

tahun) yaitu masa pemberian makanan pendamping ASI. Hal ini terjadi

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

25

Page 26: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur dibawah

24 bulan.

Berdasarkan tabel dan grafik 4.1. kejadian penderita diare paling

tinggi dan meningkat pada usia balita dengan rata-rata usia < 5 tahun (0-7

hari, 8-28 hari, 1-11 bulan, hingga 1-4 tahun). Dimana pada tahun 2008

jumlah penderita diare mencapai 853 balita, 568 bbayi pada tahun 2009,

784 bayi pada tahun 2010, dan 870 bayi usia < 5 tahun yang mnederita

diare pada tahun 2010.

Menurut hasil kajian dan pencermatan penulis, tingginya jumlah

penderita pada kelompok umur < 5 tahun dapat disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya yaitu faktor dari ibu mencakup pengetahuan, perilaku

dan hygiene ibu dan faktor dari anak mencakup status gizi dan pemberian

asi eksklusif dan balita sangat rentan terkena diare karena pada kelompok

umur ini merupakan kelompok umur pra-sekolah dimana aktifitas di luar

rumah mulai meningkat, perilaku yang kurang hygienis, kemudian sistem

kekebalan tubuh yang belum sempuma. Adapun Bayi dan balita sangat

rentan pula terkena diare karena pada kelompok umur ini merupakan

kelompok umur pra-sekolah dimana aktifitas di luar rumah mulai

meningkat, perilaku yang kurang hygienis, kemudian sistem kekebalan

tubuh yang belum sempurna.

Pada masa dua tahun pertama kehidupan balita mudah terinfeksi

bakteri misalnya pada proses pengenalan makanan yang terpapar bakteri

tinja, kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi

merangkak. Selain itu karena masih tingginya perilaku hidup yang tidak

sehat, rendahnya sanitasi lingkungan, kurangnya pengetahuan tentang

pencegahan diare oleh ibu-ibu serta semakin terperosoknya perekonomian

rakyat, sehingga pemanfaatan pelayanan kesehatan dan usaha pencegahan

terhadap penyakit semakin berkurang.( Notoatmodjo S)

Selain itu, kebiasaan hidup anak juga juga perlu diperhatikan.

Apakah anak tersebut selalu menjaga kebersihan dengan mencuci tangan

sebelum makan ataupun menggunting kuku. Karena jika hal sepele

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

26

Page 27: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

tersebut diabaikan maka kuman akan mudah masuk ke dalam tubuh

terutama pada usia balita karena daya tahan tubuh mereka masih rendah.

Dari hasil tabel 4.1 menunjukkan bahwa kasus penderita diare tinggi

pada kelompok umur 20-44 tahun. Dimana kasus tertinggi terdapat pada

tahun 2008 kasusnya mencapai 300 orang penderita (17,95%) dan pada

tahun 2012 dengan jumlah penderita mencapai 307 orang (19,46%) serta

untuk kasus terendah terjadi pada tahun 2009 dengan 170 penderita

(14,43%). Umur 20-44 tahun menurut kajian penulis merupakan usia

dewasa dan produktif. Dimana pola makan orang dewasa lebih tinggi

daibanding dengan anak-anak seiring dengan kebutuhan metabolism tubuh

orang dewasa dengan aktvitas yang lebih meningkat pula. Dari aktivitas.

Diare pada orang dewasa biasanya disebabkan karena infeksi virus karena

kerentanan imun tubuh yang menurun akibat aktivitas yang meningkat

sehingga lebih gampang tertular virus, bakteri maupun parasit, dapat juga

terjadi karena keracunan dan faktor alergi. Biasanya pencemaran terjadi

secara oral karena makanan yang tidak hygienis atau kebiasaan tidak

mencuci tangan sebelum makan.

2. Distribusi Epidemiologi Penyakit Diare Berdasarkan Waktu (Bulan)

Angka kejadian diare berfluktuasi sepanjang periode 2008-2012.

Berdasarkan tabel.4.2 dilihat bahwa pada tahun 2008 penderita diare

mengalami fluktiasi pada bulan Juli (0 menjadi 189 kasus) dan mencapai

puncaknya pada bulan November dengan (205 kasus) kemudian munurun

stabil sampai bulan Februari 2009. Untuk tahun 2009 sendiri tingginya

angka kejadian diare terjadi pada akhir tahun 2009 (182 kasus) kemudian

insiden menurun kembali hingga pada bulan maret 2010 dan merupakan

kasus terendah diare pada tahun yang sama (11 kasus). Pada tahun 2011

kembali mencapai puncaknya pada bulan November 2011 (205 kasus) dan

terus meningkat sampai bulan Maret 2012 dengan angka kejadian tertinggi

yakni 487 insiden.

Angka penderita diare di Puskesmas Antang meningkat pada bulan

Juni 2009 dan Januari-Maret 2012 diperkirakan ada hubungannya dengan

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

27

Page 28: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

peralihan musim. Diperkirakan musim Hujan di wilayah Antang terjadi

antara bulan Januari-Juni dan musim kemarau terjadi antara bulan Juli-

Desember. Dimana musim penghujan yang mengakibatkan kondisi

lingkungan berubah menjadi lebih buruk yang memicu timbulnya bibit-

bibit penyakit penyebab diare. Oleh karena itu, penduduk lebih mudah

terserang penyakit diare akibat terkontaminasi bibit penyakit diare

tersebut.

Diare di Indonesia dapat ditemukan sepanjang tahun, namun dapat

mengalami kenaikan frekuensi oleh pengaruh musim. Pada musim

kemarau, sumber air bersih sangat terbatas dan sanitasi lingkungan sangat

buruk hal ini merupakan salah satu faktor resiko terjadinya diare.

Sementara, pada musim penghujan banyak sumber air yang tercemar oleh

genangan air kotor dan keadaan udara menjadi sangat lembab sehingga

dapat memicu pertumbuhan bakteri.

3. Kejadian Luar Biasa Penyakit Diare

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis dengan pendekatan pola

maksimal dan minimal sesuai tabel dan grafik 4.4 menunjukkan bahwa

telah terjadi 4 kali KLB diare di Puskesmas Antang kota Makassar pada

bulan Januari, Februari, Maret dan Agustus 2012. Ini menunjukkan bahwa

perlu kewaspadaan dan tindakan tanggap darurat menghadapi kasus

tersebut sehingga kecenderungannya tidak mengalami peningkatan.

Pencermatan lebih jauh menunjukkan bahwa hampir setiap tahun selama

2008-2012 jumlah penderita diare pada bulan-bulan tersebut selalu

meningkat dan termasuk dalam kelompok 4 (tiga) besar jumlah kejadian

diare berdasarkan bulan dalam tahun berjalan. Namun yang paling

menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya (2008-2011)

adalah pada bulan Januari dan Maret.

Kenaikan jumlah penderita diare pada bulan Januari dan Maret 2012

adalah yang tertinggi selama bulan teresebut dalam kurun waktu 2008-

2012. Jumlah penderita menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan

dan melebihi jumlah dari yang biasanya. Sekalipun demikian pihak

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

28

Page 29: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

Puskesmas Antanag tidak mengetahui kalau hal tersebut termasuk kategori

KLB. Hal ini terjadi karena masih rendahnya pemahaman petugas

survailans dan menganggap bahwa pada bulan tersebut kasus sering tinggi.

Karakteristik geografi wilayah kerja Puskesmas Antang yang terdiri dari

dataran rendah dan faktor sosial ekonomi masyarakat, serta pengetahuan

/kesadaran masyarakat tentang polah hidup bersih dan sehat masih kurang

diduga menjadi faktor penyebab tingginya kasus diare setiap bulan.

Sedianya penulis dapat melihat lebih jauh distribusi penyakit diare

berdasarkan tempat termasuk wilayah pulau dan darat, namun karena

sistim pencatatan di Puskesmas Antang yang belum memadai sehingga

penulis sulit menemukan data yang diharapkan. Data yang ada adalah

yang sesuai dengan format pelaporan yang baku dari Dinas Kesehatan

Kota Makassar.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian data distribusi diare tahun 2008-2012 yang

diperoleh pada studi di Puskesmas Antang, dapat disimpulkan bahwa:

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

29

Page 30: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

1) Melalui pola maksimal dan minimal dapat diketahui bahwa teryata

pada tahun 2012 terjadi 4 (empat) kali kejadian luar biasa penyakit

diare di Wilayah Kerja Puskesmas Antang yakni pada bulan Januari

Februari, Maret, dan Agustus.

2) Kejadian penderita diare paling tinggi dan meningkat pada usia balita

dengan rata-rata usia < 5 tahun (0-7 hari, 8-28 hari, 1-11 bulan, hingga

1-4 tahun) dan usia 20-44 tahun karena pada kelompok umur < 5

merupakan kelompok umur pra-sekolah dimana aktifitas di luar rumah

mulai meningkat, perilaku yang kurang hygienis, dan merupakan masa

pemberian makanan pendamping ASI kemudian sistem kekebalan

tubuh yang belum sempurna pada usia itu. Sedang untuk Usia 20-44

tahun dikaitkan dengan kejadian diare dikarenakan peningkatan pola

makan dan aktivitas bertambah. Biasanya jugapencemaran terjadi

secara oral karena makanan yang tidak hygienis atau kebiasaan tidak

mencuci tangan sebelum makan juga disebabkan keracunan dan faktor

alergi.

3) Kejadian diare di Puskesmas Antang meningkat pada bulan Juni 2009

diperkirakan ada hubungannya dengan peralihan musim. Diperkirakan

musim Hujan di wilayah Antang terjadi antara bulan Januari-Juni dan

musim kemarau terjadi antara bulan Juli-Desember. Dimana musim

penghujan yang mengakibatkan kondisi lingkungan berubah menjadi

lebih buruk yang memicu timbulnya bibit-bibit penyakit penyebab

diare. Oleh karena itu, penduduk lebih mudah terserang penyakit diare

akibat terkontaminasi bibit penyakit diare tersebut.

B. SARAN

1. Mengingat diare lebih banyak menyerang bayi dan balita, maka perlu

diadakan pencegahan berupa penyuluhan-penyuluhan bagi ibu dan anak

mengenai perilaku hidup sehat, Hygiene individu, Kesehatan Ibu dan

Anak, Gizi, dan lain-lain.

2. Pemerintah agar lebih memperhatikan program kesehatan lingkungan

melalui pembangunan jamban percontohan disertai sosialisasi tentang

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

30

Page 31: ISI Pola Max Min Diare PKM Antang 2012 (Fachri Latif)

persyaratan sanitasi jamban kepada masyarakat sehingga masyarakat

diharapkan dapat mengupayakan kondisi jamban yang memenuhi

syarat.

3. Distribusi epidemiologi berdasarkan tempat ini perlu dilakukan untuk

melihat daerah-daerah yang tingkat kejadiannya tinggi, agar fokus dapat

dilakukan di daerah itu. Hal ini karena penyakit mempunyai

kecenderungan ditemukan pada tempat-tempat tertentu.

4. Keterbatasan sumber daya manusia dalam hal pengolahan dan analisis

data secara komputerisasi sebaiknya dilakukan pelatihan khusus dalam

hal ini.

5. Format pelaporan penyakit agar dilengkapi lebih detail, sehingga bisa

menghasilkan analisis yang lebih tajam untuk perbaikan pelayanan

kesehatan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

31