Endometriosis Luka Parut Episiotomi

2
ENDOMETRIOSIS LUKA PARUT EPISIOTOMI : PENTINGNYA DIAGNOSIS DINI DAN PENCEGAHAN REKURENSI (Laporan Kasus) Edwin Armawan , Budi I. Santoso, Junizaf Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen/KSMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Abstrak Tujuan : untuk meningkatkan kewaspadaan dokter dengan jalan menggambarkan kesulitan diagnosis dan pengelolaan endometriosis luka parut episiotomi sehingga tindakan dapat lebih tepat dan cepat serta untuk mencegah rekurensi. Tempat : Departemen/KSMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Metode : Laporan kasus disertai pengkajian literatur dari Medline tahun 1966 hingga 2006 Hasil : wanita usia 32 tahun dirujuk dari RSUD Lampung dengan keluhan benjolan yang hilang timbul dan semakin nyeri dan membengkak sesuai dengan siklus haid sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan ini disertai dengan nyeri perut bawah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya. Benjolan terletak di perineum kiri dibawah bekas luka episiotomi. Permukaan kulit daerah benjolan tidak mengalami perubahan. Episiotomi dilakukan saat persalinan anak pertama 5 tahun yang lalu. Pemberian leuprolide asetat 2 siklus tidak mengurangi keluhan penderita, maka diputuskan untuk operasi. Riwayat operasi di RSUD Lampung : Februari 2004 dilakukan Histerektomi totalis + Salpingoovarektomi Dextra (PA : adenomiosis corpus uteri + partial hidrosalping), karena keluhan masih dirasakan maka dilakukan marsupialisasi kista dinding vagina posterior (PA: Hemangioma cavernosum). Penderita dirujuk ke RSCM Januari 2005 karena keluhan masih dirasakan dan tidak hilang dengan pemberian analgetik. Pada pemeriksaan klinis : masa berfluktuatif dibawah luka parut episiotomi perineum kiri yang nyeri tekan terutama saat haid dengan diameter 3cm. Hasil pemeriksaan penunjang di RSCM Jakarta : USG : tunggul vagina (+), uterus (-), ovarium kiri normal; MRI pelvis :

Transcript of Endometriosis Luka Parut Episiotomi

Page 1: Endometriosis Luka Parut Episiotomi

ENDOMETRIOSIS LUKA PARUT EPISIOTOMI :PENTINGNYA DIAGNOSIS DINI DAN PENCEGAHAN

REKURENSI (Laporan Kasus)

Edwin Armawan, Budi I. Santoso, Junizaf

Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen/KSMF Obstetri dan GinekologiFakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

AbstrakTujuan : untuk meningkatkan kewaspadaan dokter dengan jalan menggambarkan kesulitan diagnosis dan pengelolaan endometriosis luka parut episiotomi sehingga tindakan dapat lebih tepat dan cepat serta untuk mencegah rekurensi. Tempat : Departemen/KSMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo JakartaMetode : Laporan kasus disertai pengkajian literatur dari Medline tahun 1966 hingga 2006Hasil : wanita usia 32 tahun dirujuk dari RSUD Lampung dengan keluhan benjolan yang hilang timbul dan semakin nyeri dan membengkak sesuai dengan siklus haid sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan ini disertai dengan nyeri perut bawah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya. Benjolan terletak di perineum kiri dibawah bekas luka episiotomi. Permukaan kulit daerah benjolan tidak mengalami perubahan. Episiotomi dilakukan saat persalinan anak pertama 5 tahun yang lalu. Pemberian leuprolide asetat 2 siklus tidak mengurangi keluhan penderita, maka diputuskan untuk operasi. Riwayat operasi di RSUD Lampung : Februari 2004 dilakukan Histerektomi totalis + Salpingoovarektomi Dextra (PA : adenomiosis corpus uteri + partial hidrosalping), karena keluhan masih dirasakan maka dilakukan marsupialisasi kista dinding vagina posterior (PA: Hemangioma cavernosum). Penderita dirujuk ke RSCM Januari 2005 karena keluhan masih dirasakan dan tidak hilang dengan pemberian analgetik. Pada pemeriksaan klinis : masa berfluktuatif dibawah luka parut episiotomi perineum kiri yang nyeri tekan terutama saat haid dengan diameter 3cm. Hasil pemeriksaan penunjang di RSCM Jakarta : USG : tunggul vagina (+), uterus (-), ovarium kiri normal; MRI pelvis : suspek sikatriks perineum kiri; EMG : suspek neuropathi pain e.c motorik sensorik neuropathi. Diberikan terapi hormonal (progestagen dan danazol) selama 8 bulan secara bergantian. Keluhan hilang pada awal terapi tetapi kemudian kembali dirasakan. Diputuskan untuk dilakukan perineoplasty dan pengangkatan masa di perineum. Masa berupa jaringan ikat disertai jaringan lemak dan bekuan darah berukuran 3x2x0,5cm (PA : endometriosis perineum). Pasien dirawat selama 1 minggu dan keluhan hilang.Kesimpulan : endometriosis luka parut episiotomi jarang terjadi dan sulit didiagnosis secara klinis dan hanya dapat ditegakkan dengan pengambilan jaringan untuk pemeriksaan histopatologis. Penatalaksanaan operatif masih merupakan pilihan terapi untuk mencegah rekurensi.Kata kunci : endometriosis, luka parut, episiotomi.