Episiotomi BST

download Episiotomi BST

of 21

Transcript of Episiotomi BST

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    1/21

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1 Anatomi Organ Reproduksi Wanita

    1.1.1 Organ Generatif Interna

    Gambar 1. Organ Reproduksi Interna Pada Wanita (Sumber: Wiknjo Sastro, 2002).

    a. Vagina

    Vagina merupakan jaringan membran muskulo membranosa berbentuk tabung yang

    memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung kemih di anterior dan rectum di

    posterior.

    b. Uterus

    Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding tebal yang sebagian tertutup

    oleh peritoneum atau serosa. Berfungsi untuk implantasi, memberi perlindungan dan nutrisi

    pada janin, mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan serta mengendalikan

    pendarahan dari tempat perlekatan plasenta.

    Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas dua bagian yaitu bagian atas

    berbentuk segitiga yang merupakan badan uterus yaitu korpus dan bagian bawah berbentuk

    silindris yang merupakan bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau tuba falopibermula dari kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior dan lateral.

    1

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    2/21

    Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus. Bagian uterus dibawah insersi

    tuba falopi tidak tertutup langsung oleh peritoneum, namun merupakan tempat pelekatan dari

    ligamentum latum. Titik semu serviks dengan korpus uteri disebut isthmus uteri.

    Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan paritas seorang wanita. Sebelumpubertas panjangnya bervariasi antara 2,53,5 cm. Uterus wanita nulipara dewasa panjangnya

    antara 68 cm sedang pada wanita multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita yang pernah

    melahirkan antara 50-70 gram, sedangkan pada wanita yang belum pernah melahirkan 80

    gram atau lebih. Pada wanita muda panjang korpus uteri kurang lebih setengah panjang

    serviks, pada wanita nulipara panjang keduanya kira-kira sama. Sedangkan pada wanita

    multipara, serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga panjang total organ ini.

    Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah sempit disebut dengan kanalis servikalis

    yang berbentuk fusiformis dengan lubang kecil pada kedua ujungnya, yaitu ostium interna

    dan ostium eksterna. Setelah menopause uterus mengecil sebagai akibat atropi miometrium

    dan endometrim. Istmus uteri pada saat kehamilan diperlukan untuk pembentukan segmen

    bawah rahim. Pada bagian inilah dinding uterus dibuka jika mengerjakan section caesaria

    transn peritonealis profunda.

    Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri ovarika. Arteri uterinayang merupakan cabang utama arteri hipogastrika menurun masuk dasar ligamentum latum

    dan berjalan ke medial menuju sisi uterus. Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama,

    yaitu arteri serviko vaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan bagian

    atas vagina. Cabang utama memperdarahi bagian bawah serviks dan korpus uteri. Arteri

    ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam ligamentum latum melalui ligamentum

    infundibulopelvikum. Sebagian darah dari bagian atas uterus, ovarium dan bagian atas

    ligamentum latum.dikumpulkan melalui vena yang didalam ligamentum latum, membentuk

    pleksus pampiniformis yang berukuran besar, pembuluh darah darinya bernuara di vena

    ovarika. Vena ovarika kanan bermuara ke vena cava, sedangkan vena ovarika kiri bermuara

    ke vena renalis kiri.

    Persyarafan terutama berasal dari sitem saraf simpatis, tapi sebagian juga berasal dari sistem

    serebrospinal dan parasimpatis. Cabang-cabang dari pleksus ini mensyarafi uterus, vesika

    urinaria serta bagian atas vagina dan terdiri dari serabut dengan maupun tanpa myelin. Uterus

    disangga oleh jaringan ikat pelvis yang terdiri atas ligamentum latum, ligamentuminfundibolupelvikum, ligamentum kardialis, ligamentum rotundum dan ligamentum

    2

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    3/21

    uterosarkum.

    Ligamentum latum meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidakbanyak mengandung

    jaringan ikat. Ligamentum infundibolupelvikum merupakan ligamentum yang menahan tuba

    falopi yang berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum kardinale mencegah supaya

    uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan berjalan dari serviks dan puncak

    vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara

    lain vena dan arteria uterine. Ligamentum uterosakrum menahan uterus supaya tidak

    bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan

    kanan, sedang ligamentum rotundum menahan uterus antefleksi dan berjalan dari sudut

    fundus uteri kiri dan kanan ke daerah ingunal kiri dan kanan.

    1. Serviks Uteri

    Serviks merupakan bagian uterus yang terletak di bawah isthmus di anterior batas atas

    serviks yaitu ostium interna, kurang lebih tingginya sesuai dengan batas peritoneum pada

    kandung kemih. Ostium eksterna terletak pada ujung bawah segmen vagina serviks yaitu

    portio vaginalis. Serviks yang mengalami robekan yang dalam pada waktu persalinan setelah

    sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler, atau menyerupai bintang. Serviksmemiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri dari jaringan kolagen, jaringan elastin

    serta pembuluh darah. Selama kehamilan dan persalinan, kemampuan serviks untuk

    meregang merupakan akibat pemecahan kolagen.Mukosa kanalis servikalis merupakan

    kelanjutan endometrium. Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumner yang menempel

    pada membran basalis yang tipis.

    2. Korpus Uteri

    Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu endometrium, miometrium dan peritoneum.

    Endometrium

    Endometrium merupakan bagian terdalam dari uterus, berupa lapisan mukosa yang melapisi

    rongga uterus pada wanita yang tidak hamil. Endometrium berupa membran tipis berwarna

    merah muda, menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat akan terlihat ditembusi oleh

    banyak lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar uterine. Tebal endometrium 0,55 mm.

    Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar

    3

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    4/21

    yang didalamnya terdapat banyak pembuluh darah. Kelenjar uterine berbentuk tubuler dalam

    keadaan istirahat menyerupai jari jemari dari sebuah sarung tangan. Sekresi kelenjar berupa

    suatu cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga uterus tetap lembab.

    Miometrium

    Miometrium merupakan lapisan dinding uterus yang merupakan lapisan muskuler.

    Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus, terdiri kumpulan otot

    polos yang disatukan jaringan ikat dengan banyak serabut elastin di dalamnya. Selama

    kehamilan miometrium membesar namun tidak terjadi perubahan berarti pada otot serviks.

    Dalam lapisan ini tersusun serabut otot yang terdiri atas tunikla muskularis longitudinalis

    eksterna, oblique media, sirkularis interna dan sedikit jaringan fibrosa.

    Peritonium

    Peritoneum merupakan lapisan serosa yang menyelubungi uterus, dimana peritoneum

    melekat erat kecuali pada daerah di atas kandung kemih dan pada tepi lateral dimana

    peritoneum berubah arah sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.

    1.1.2 Organ Generatif Eksterna

    Gambar 2: Organ Reproduksi Eksterna Pada Wanita

    a. Mons Veneris

    4

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    5/21

    Mons veneris adalah bagian menonjol diatas simfisis. Pada wanita dewasa ditutupi oleh

    rambut kemaluan. Pada wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas

    simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.

    b. Labia Mayora (bibir-bibir besar)

    Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan lemak serupa

    dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan belakang kedua labia mayora bertemu dan

    membentuk kommisura posterior.

    c. Labia Minora (bibir-bibir kecil)

    Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.Ke depan kedua

    bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis dan dibawah klitoris

    frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk fossa navikulare.

    Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea dan urat saraf yang

    menyebabkan bibir kecil sangat sensitif dan dapat mengembang.

    d. Klitoris

    Kira-kira sebesar kacang ijo tertutup oleh preputium klitoridis, terdiri atas glans klitoridis,

    korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.Glans klitoridis

    terdiri atas jaringan yang dapat mengembang ,penuh urat saraf dan amat sensitif.

    e. Vulva

    Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi dimuka oleh

    klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum; embriologik

    sesuai sinus urogenitalis.Di vulva 1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium uretra

    eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang kemih dikiri dan kanan bawahnya dapat dilihat dua ostia skene.Sedangkan di kiri dan bawah dekat

    fossa navikular terdapat kelenjar bartholin, dengan ukuran diameter 1 cm terletak dibawah

    otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang bermuara di

    vulva. Pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah lendir.

    f. Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra

    5

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    6/21

    Terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm ,lebar 1-2 cm

    dan tebal 0,51- 1cm; mengandung pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio

    kavernosus dan muskulus konstriktor vagina.Saat persalinan kedua bulbus tertarik ke atas ke

    bawah arkus pubis, tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cedera

    dan timbul hamatoma vulva atau perdarahan.

    g. Introitus Vagina

    Mempunyai bentuk dan ukuran berbeda , ditutupi selaput dara (hymen). Himen mempunyai

    bentuk berbeda beda.dari yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang- lubang atau

    yang ada pemisahnya(septum);konsistensinya dari yang kaku sampai yang lunak sekali.

    Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah

    dilalui oleh 2 jari.Umumnya himen robek pada koitus.Robekan terjadi pada tempat jam 5 atau

    jam 7 dan sampai dasar selaput dara. Sesudah persalinan himen robek pada beberapa tempat.

    h. Perineum

    Terletak antara vulva dan anus , panjangnya rata-rata 4 cm.

    1.2 Adaptasi Fisiologis Pada Post Partum

    a. Proses Involusi

    Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi.

    Proses dimulai setelah plasenta keluar akibat konstraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir

    persalinan tahap III, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan

    fundus bersandar pada promontorium sakralis. Ukuran uterus saat kehamilan enam minggu

    beratnya kira15 kira 1000 gr. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus kurang lebih 1 cm diatasumbilikus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam.

    Pada hari keenam fundus normal berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis fubis.

    Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul sejati lagi, beratnya kira-kira

    500 gr, dua minggu beratnya 350 gr, enam minggu berikutnya mencapai 60 gr

    b. Konstraksi Uterus

    6

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    7/21

    Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, diduga adanya penurunan

    volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis pascapartum dicapai akibat kompresi

    pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan

    pembekuan. Hormon desigen dilepas dari kelenjar hipofisis untuk memperkuat dan mengatur

    konstraksi. Selama 1-2 jam I pascapartumintensitas konstraksi uterus bisa berkurang dan

    menjadi tidak teratur, karena untuk mempertahankan kontraksi uterus biasanya disuntikkan

    aksitosan secara intravena atau intramuscular diberikan setelah plasenta lahir

    c. Tempat Plasenta

    Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vaskuler dan trombosis menurunkan

    tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan

    endometrium menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan

    parut yang menjadi karakteristik penyembuhan luka. Proses penyembuhan memampukan

    endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi untuk

    kehamilan dimasa yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu

    ketiga pascapartum, kecuali bekas tempat plasenta (Bobak, 2004: 493).

    d. Lochea

    Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah lalu

    menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam

    pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah

    maksimal yang keluar selama menstruasi.

    Lochea rubra mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran

    menyembur menjadi merah muda dan coklat setelah 3-4 hari (lochea serosa). lochea serosa

    terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah

    bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lochea alba). Lochea alba

    mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan bakteri. Lochea alba bertahan

    selama 2-6 minggu setelah bayi lahir

    e. Serviks

    Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pascapartum, serviks memendek dan

    konsistensinya lebih padat kembali kebentuk semula. Muara serviks berdilatasi 10 cm,

    sewaktu melahirkan, menutup bertahap 2 jari masih dapat dimasukkan Muara serviks hari

    7

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    8/21

    keempat dan keenam pascapartum

    f. Vagina dan Perinium

    Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mucosa vagina dan hilangnya

    rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum

    hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir . Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu

    keempat

    g. Payudara

    Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil

    (estrogen, progesteron, human chrorionic gonadotropin, prolaktin, dan insulin) menurun

    dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga atau keempat pascapartum terjadi pembengkakan

    (engorgement). Payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti

    pembuluh darah menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya

    dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Apabila bayi belum

    menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu.

    Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi

    berubah dari hari kehari. Sebelum laktasi dimulai, payudara terasa lunak dan keluar cairankekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara

    terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama 48 jam, susu putih

    kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat dikeluarkan dari puting susu

    h.Laktasi

    Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelanjar untuk

    menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas. Ari-ari

    mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon placenta) yang menghambat

    pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas, hormone placenta tak ada lagi sehingga terjadi

    produksi ASI. Sempurnanya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun sebelumnya di

    payudara sudah terbentuk kolostrum yang bagus sekali untuk bayi, karena mengandung zat

    kaya Gizi dan antibodi pembunuh kuman.

    i. Sistem Endokrin

    8

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    9/21

    Selama postpartum terjadi penurunan hormon human placenta latogen (HPL), estrogen dan

    kortisol serta placental enzime insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga

    kadar gula darah menurun pada masa puerperium. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar

    estrogen meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari wanita yang

    menyusui pascapartum hari ke-17

    j. Sistem Urinarius

    Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan

    peningkatan fungs ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan

    akan mengalami penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali

    normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan

    kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati hiperemis dan

    edema. Kontraksi kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir

    k. Sistem Cerna

    Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan ringan.

    Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah

    bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama tiga hari setelah ibu

    melahirkan yang disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

    pada awal masa pascapartum. Nyeri saat defekasi karena nyeri diperinium akibat episiotomi,

    laserasi, atau hemoroid

    l. Sistem Kardiovaskuler

    Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya turun sampai mencapai

    volume sebelum hamil. Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat

    sepanjang hamil. Setelah wanita melahirkan meningkat tinggi selama 30-60 menit, karenadarah melewati sirkuit uteroplasenta kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung normal

    ditemukan pemeriksaan dari 8-10 minggu setelah wanita melahirkan

    m. Sistem Neurologi

    Perubahan neurologi selama puerperium kebalikan adaptasi neourologis wanita hamil,

    disebabkan trauma wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa baal dan kesemutan pada jari

    dialami 5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir. Nyeri kepala pascapartumdisebabkan hipertensi akibat kehamilan, strees dan kebocoran cairan serebrospinalis. Lama

    9

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    10/21

    nyeri kepala 1-3 hari dan beberapa minggu tergantung penyebab dan efek pengobatan.

    n. Sistem Muskuloskeletal

    Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama hamil berlangsung terbalik pada masa

    pascapartum. Adaptasi membantu relaksasi dan hipermeabilitas sendi dan perubahan pusat

    berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah

    wanita melahirkan

    o. Sistem Integumen

    Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir;

    hiperpigmentasi di aerola dan linea tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit

    meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang

    seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar dan

    epulis berkurang sebagai respon penurunan kadar estrogen.Pada beberapa wanita spider nevi

    bersifat menetap

    1.3 Definisi Episiotomi

    Post Partum adalah masa yang dimulai dari persalinan dan berakhir kirakira setelah 6

    minggu, tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam

    waktu tiga bulan (Wiknjosastro, 2002: 237). Nifas dibagi menjadi 3 yaitu pertama

    puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan, kedua

    adalah puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-

    8 minggu, ketiga adalah remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

    sehat sempurna (Mochtar,R .1998:115).

    Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina (Bobak,

    2004: 244). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa postpartum dengan episiotomi

    adalah suatu masa yang dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu

    dimana pada waktu persalinan dilakukan tindakan insisi pada perineum yang bertujuan untuk

    melebarkan jalan lahir dan memudahkan kelahiran.

    1.4 Klasifikasi Episiotomi

    Klasifikasi menurut Mansjoer, dkk tahun 1999 macam-macam episiotomi adalah :

    10

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    11/21

    1. Episiotomi mediana/medialis

    Insisi dilakukan ditengah komisura posterior uterus kebawah ke arah anus

    Keuntungan

    Mudah dijahit

    Penyembuhan lebih sempurna

    Nyeri pada nifas tidak seberapa

    Jarang diikuti oleh dispareunia

    Perdarahan lebih sedikit

    Kerugian : dapat menyebabkan rupture perinea totalis

    Karena episiotomy medialis mingkin menjadi rupture perinea totalis maka

    dibuat episiotomy mediolateralis pada beberapa keadaan sebagai berikut :

    Anak besar

    Posisio occipito posterior atau letak defleksi

    Forceps yang sulit

    Perineum yang pendek

    Dilakukan terutama pada anak yang premature

    2. Episiotomi mediolateral

    Insisi dimulai dari komisura posterior kearah lateral atau tuber iskiadikum

    sejauh 4 cm.

    Struktur yang terpotong

    o Kulit dan jaringan sub kulit

    o

    Fasia dan muskulus bulbokavernosus

    11

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    12/21

    o Muskulus perineus transverses

    o Fasia dan muskulus levator ani

    Keuntungannya : jarang menjadi rupture perinea totalis

    Kerugian :

    o Lebih sukar dijahit

    o Penyembuhan anatomi dan fungsional kurang sempurna

    o Nyeri pada hari-hari pertama nifas

    o Kehilangan darah lebih banyak

    o Kadang-kadang menimbulkan dispareunia

    3. Episiotomi lateral

    Insisi dilakukan 1-2 cm diatas komisura posterior kearah samping

    Tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan sedikit relaksasi

    introitus, pendarahan lebih banyak, dan sukar direparasi.

    1.5 Indikasi Episiotomi

    Sedangkan menurut Rusda (2004), indikasi episiotomi berasal dari faktor ibu maupun faktor

    janin.

    Faktor ibu antara lain:

    1. Primigravida

    2. Perinium kaku dan riwayat robekan perinium pada persalinan lalu .

    3. Terjadi peregangan perinium berlebihan misalnya persalinan sungsang, persalinan

    cunam, ekstraksi vakum dan anak besar.

    4. Arkus pubis yang sempit.

    12

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    13/21

    Faktor Janin antara lain:

    1. Janin prematur

    2. Janin letak sungsang, letak defleksi. Janin besar.

    3. Keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin,

    tali pusat menumbung.

    1.6Patofisiologi Episiotomi

    Persalinan dengan episiotomi mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan

    menekan pembuluh syaraf sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas

    sehingga takut BAB dan ini menyebabkan Resti konstipasi.Terputusnya jaringan juga

    merusak pembuluh darah dan menyebabkan resiko defisit volume cairan.Terputusnya

    jaringan menyebabkan resti infeksi apabila tidak dirawat dengan baik kuman mudah

    berkembang karena semakin besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar

    resiko terjadi infeksi.

    Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan ibu berada

    dalam masa nifas.Pada saat masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis.

    Perubahan fisiologis pada ibu akan terjadi uterus kontraksi.Dimana kontraksi uterus bisa

    adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan adekuat apabila kontraksi uterus kuat dimana terjadi

    adanya perubahan involusi yaitu proses pengembalian uterus ke dalam bentuk normal yang

    dapat menyebabkan nyeri/ mules, yang prosesnya mempengaruhi syaraf pada uterus. Dimana

    setelah melahirkan ibu mengeluarkan lochea yaitu merupakan ruptur dari sisa plasenta

    sehingga pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko kuman mudah berkembang.Dikatakan

    tidak adekuat dikarenakan kontraksi uterus lemah akibatnya terjadi perdarahan dan atonia

    uteri.

    Perubahan fisiologis dapat mempengaruhi payudara dimana setelah melahirkan terjadi

    penurunan hormone progesteron dan estrogen sehingga terjadi peningkatan hormon prolaktin

    yang menghasilkan pembentukan ASI dimana ASI keluar untuk pemenuhan gizi pada bayi,

    apabila bayi mampu menerima asupan ASI dari ibu maka reflek bayi baik berarti proses

    laktasi efektif.sedangkan jika ASI tidak keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu yaitubayi menolak, bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat berarti proses laktasi tidak

    13

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    14/21

    efektif.

    1.7 Manifestasi Klinis

    1. Laserasi Perineum

    Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan didefinisikan berdasarkan

    kedalaman robekan :

    a. Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)

    b. Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)

    c. Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)

    d. Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior) .

    2. Laserasi Vagina

    Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina cenderung mencapai dinding lateral

    (sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai levator ani.

    3. Cedera Serviks

    Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar. Laserasi serviks akibat

    persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan pendarahan

    minimal.

    1.8 Perbaikan Episiotomi

    a. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan

    pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan

    b. Jika infeksi, buka dan drain luka

    c. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan

    berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam dalam 48

    jam

    14

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    15/21

    1.9 Komplikasi

    a. Pendarahan

    Karena proses episiotomi dapat mengakibatkan terputusnya jaringan sehingga merusak

    pembuluh darah terjadilah pendarahan.

    b. Infeksi

    Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomi berhubungan dengan ketidaksterilan alat-

    alat yang digunakan.

    c. Hipertensi

    Penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.

    Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan.

    d. Gangguan psikososial

    Kondisi Psikososial mempengaruhi integritas keluarga dan menghambat ikatan emosional

    bayi dan ibu. Bberapa kondisi dapat mengancam keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayi.

    15

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    16/21

    BAB II

    ILUSTRASI KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Silvia Oktaviani Suami

    Umur : 18 tahun Nama : Doni Irfan

    Pendidikan : SMP Umur : 22 tahun

    Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMA

    Agama : Islam Pekerjaan :Buruh

    Suku : Minang

    Alamat : Seberang Palinggam

    No MR : 77 18 41

    ANAMNESIS

    Keluhan Utama :

    Seorang pasien perempuan 18 tahun datang ke RSUP M. Djamil Padang pada tanggal 29Januari 2012 jam 01.20 WIB kiriman RSUD Padang dengan diagnosis G1P0D0H0 aterm +letak sunsang.

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    - Pasien merasa kesakitan dan ingin mengedan sejak 15 menit yang lalu

    - Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 12 jam yang lalu

    - Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak 12 jam yang lalu sebelum masuk

    Rumah sakit

    - Keluar air-air yang banyak sejak 8 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit dan

    membasahi kain sarung berbau amis warna jernih

    - Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada

    - Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu

    16

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    17/21

    - HPHT lupa, taksiran Partus tidak dapat ditentukan

    - Gerakan anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu

    - ANC teratur ke bidan puskesmas 4x, pertama kali hamil usia 3 bulan.

    -

    Riwayat hamil muda : mual ( - ),muntah ( - ), perdarahan ( - )- Riwayat hamil tua : mual ( - ), muntah ( - ), perdarahan ( - )

    - Riwayat menstruasi : menarche usia 12 tahun, siklus teratus 1xsebulan, selama 5-6

    hari, ganti duk 2-3x/hari, nyer haid ( - )

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    - Tidak pernah menderita penyakit paru, jantung, hipertensi, Diabetes Melitus, dan

    Hati.

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    - Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular, keturunan, dan

    kejiwaan

    Riwayat Perkawinan :

    1x (tahun 2011)

    Riwayat Kehamilan/abortus/persalinan: 1/0/0

    Riwayat Kontrasepsi : tidak ada

    Riwayat Imunisasi :

    TT 2x sebelum menikah dan selama kehamilan

    Riwayat konsumsi obat-obatan, alkohol, dan merokok : tidak ada

    17

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    18/21

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum : baik

    Kesadaran : CMC

    Tekanan Darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 80x/i

    Suhu : 37C

    Nafas : 21x/i

    Sianosis : tidak ada

    Tinggi Badan : 155 cm

    Berat Badan : 60 kg (saat hamil) 50 kg (sebelum hamil)

    Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

    Leher : JVP 5-2 H2O

    THT : tidak ada kelainanDada : Cor/Pulmo dalam batas normal

    Abdomen : status obstetrikus

    Genitalia : status obstetrikus

    Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik

    STATUS OBSTETRIKUS

    Muka : Kloasma gravidarum

    Mammae : Membesar, tegang, areola mammae hiperpigmentasi, colostrums ( + )

    Abdomen :

    - Inspeksi : Tampak membuncit sesuai usia kehamilan

    Linea mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum ( + ), sikatrik ( - )

    - Palpasi : L1 : TFU teraba 3 jari di bawah processus xifoideus

    18

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    19/21

    Teraba massa bulat keras

    L2 : Tahanan terbesar janin berada disebelah kiri

    Bagian kecil janin teraba disebelah kanan

    L3 : Teraba massa besar lunak, noduler

    L4 : Sulit dinilai

    TFU : 25 cm

    TBJ : 2695 gram

    His : 4-5x 55/i

    - Perkusi : Timpani

    - Auskultasi : BU ( + ) N, DJJ = 158x/i

    Genitalia :

    - Inspeksi : V/U tenang

    - VT : Pembukaan lengkap, ketuban ( - ), sisa jernih, mekonium ( + )

    Teraba bokong sacrum kiri melintang H III IV

    - UPD : Promontorium sulit dinilaiLinea Innominata sulit dinilai

    Os sacrum sulit dinilai

    Dinding samping panggul sulit dinilai

    Spina ischiadika sulit dinilai

    Os coccygeus mudah digerakkan

    Arkus pubis >90

    - UPL : DIT dapat dilalui 1 tinju dewasa ( >10,5 cm )

    Kesan : Panggul luas

    DIAGNOSIS

    G1P0A0H0 parturient aterm kala II

    Janin hidup tunggal, intrauterine, letak sunsang H III-IV

    19

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    20/21

    SIKAP

    Kontrol Keadaan Umum, Vital Sign, PJJ, His

    Posisi Litotomi

    Pimpin Mengejan

    R/ partus pervaginam

    Jam 01.35 lahir bayi laki-laki secara spontan Bracht dengan

    BB : 2544 gram

    PB : 47 cm

    A/S : 7/8

    Plasenta lahir spontan lengkap 1 buah, berat 500 gram ukuran 16x17x2,5 cm

    Panjang tali pusat 50cm insersi P/C

    R/ Luka episiotomy dijahit dan dirawat

    Perdarahan 80 cc

    D/ P1A0H1 post partus matures spontan Bracht

    Anak Ibu baik

    20

  • 7/22/2019 Episiotomi BST

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Buku Acuan NasionalPelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka

    Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001; 455458 .

    Albar, E. Perawatan Luka Jalan Lahir, Ilmu Bedah Kebidanan, Edit. H. Wiknjosastro,

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2000; 170-187.

    Benson RC, Pernoll ML. Hand book of Obstetric & Gynaecology , Mc Graw-Hill, Inc, 9 th

    ed, 1994;362-372.

    Cunningham FG, Mac Donald PC, Gan NF et al. Williams Obstetrics, 20 th ed. Appleton and

    Lange, 1997; 342-345

    Craigo S.D, Kapernick P.S , Current Obstetric and Gynaecology Diagnosis and Treatment

    8th ed.Prentice Hall International Inc.1994;222-223.

    Dutta DC,Text Book of Obstetric.4th Ed.New Central Book Agency (P)

    Ltd.,Calcutta.India.1998;605-608.

    Arias F.Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery.2nd Ed.Mosby Year Book

    Inc.USA.1993;434-435.