Emg Kel 1= Hipertiroid Makalah
-
Upload
rizkidiantifitri -
Category
Documents
-
view
150 -
download
18
Transcript of Emg Kel 1= Hipertiroid Makalah
LAPORAN HASIL DISKUSI
MODUL ENDOKRIN, METABOLIK dan GIZI
SEORANG WANITA DENGAN KELUHAN JANTUNG BERDEBAR DAN NYERI DADA
Kelompok I
030.07.001 A. Hadi Pradipta
030.07.021 Anindya Dinovita
030.08.011 Ahmad Fauzi
030.08.041 Ario Wahyu Pamungkas
030.08.071 Citra Anggraeny
030.08.091 Elfira
030.08.101 Fembriya Tenny Utami
030.08.121 Heru Alfares
030.08.161 Mikael Stevan Jodjana
030.08.211 Riski Dianti Fitri
030.08.251 Vilma Swari
030.08.281 Muhamad Redzuan Bin Jokir
030.08.291 Nor Azlyza Bt Ahmad Moin
030.07.171 Muhammad Rifri Sjahrir
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 23 Maret 2011
BAB I
1
PENDAHULUAN
Diskusi pertama pada modul Endokrin Metabolik dan Gizi ini mencoba meninjau tentang
kasus seorang wanita yang mengeluh sering berdebar-debar
Diskusi ini berlangsung selama 2 hari, yaitu pada tanggal 18 Maret 2011 pada pukul 10.00
WIB dan pada tanggal 21 Maret 2011 pada pukul 13.00 WIB, keduanya berlangsung selama 1
jam 50 menit.
Pada diskusi pertama dan kedua, jumlah peserta sebanyak 14 mahasiswa, dengan diketuai
oleh Muhammad Rifri Sjahrir dan dibantu oleh Vilma Swari sebagai sekretaris pada diskusi
pertama dan diskusi sesi kedua. Tutor pada kesempatan kali ini adalah dr. Jan Theodor Rusch
sebagai tutor pada sesi I dan dr. Winarsih sebagai tutor pada sesi II
Pada saat diskusi berlangsung, beberapa kali terjadi perbedaan pendapat antara peserta
diskusi, namun semua dapat diselesaikan dengan baik.
BAB II2
LAPORAN KASUS
Sesi 1
Ke Poliklinik tempat saudara bekerja sebagai dokter, datang Ny. Ana 39 tahun yang
diantar suaminya dengan keluhan jantungnya kadang-kadang berdebar dan dadanya terasa nyeri
sejak beberapa bulan terakhir.
Saat ini jantungnya kembali berdebar dan tadi pagi ia seperti akan pingsan. Sebenarnya
Ny. Ana pernah berobat ke dokter dan dinyatakan menderita penyakit jantung. Ia diberi obat
yang harus diminumnya 3x sehari.
Tetapi setelah beberapa hari Ny. Ana menghentikan meminum obat itu karena menyebabkannya
sakit kepala. Ia pun mendapat obat lain yang diminum sekali sehari. Tetapi itupun dihentikannya
setelah hampir seminggu karena perutnya terasa sakit dan pedih dan nafsu makannya hilang.
Beberapa hari yang lalu tinjanya berwarna hitam.
Pada awal pertemuan didapatkan :
- Ny. Ana tampak sakit sedang, kurus, kelihatan cemas
- Suhu : 37,8 C
- TD : 155/85 mmHg
- Gula Darah Sewaktu : 170 mg/dl
- Nadi : 112 x/menit, tidak teratur, vol. berubah-ubah
- Pernafasan : 20 x/menit
Sesi 2
Pada anamnesis lanjutan, didapatkan Ny. Ana juga mengeluh tubuhnya semakin kurus,
sudah 3 tahun Ny. Ana tidak mendapat haid lagi. Nafsu makannya biasa namun ia sulit tidur.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Ny. Ana tampak cemas, kurus, dengan pandangan matanya yang terus diarahkan ke dokter.
Kelenjar tiroid membesar pada inspeksi maupun palpasi.
Paru-paru tidak ada kelainan
3
Jantung : HR sulit ditentukan
Irama tidak teratur sama sekali
BJ I dan II tidak konstan
Bising (-)
Abdomen : lemas, Hepar dan Lien tidak teraba
Ekstremitas : -/-
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :
Hb : 10,5 g/dl
Lekosit : 6300 mm3 EKG : QRS rate : 120x/menit
SGOT : 36 u/L Pada lead II panjang tidak tampak gel. P
SGPT : 45 u/L ST elevasi/depresi (-)
Ureum : 40 mg/dl Gelombang Q patologis (-)
Kreatinin : 0,7 mg.dl
C X R : CTR = 62% dengan elongatio aorta.
Pada paru tidak tampak infiltrat
4
Identitas
Nama : Ny. Ana
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : -
Anamnesis
Keluhan Utama
- Jantungnya kadang-kadang berdebar dan dadanya terasa nyeri sejak tiga bulan terakhir.
Keluhan Tambahan
- Tadi pagi seperti akan pingsan
- Sakit kepala setelah minum obat A
- Perut terasa sakit dan pedih serta nafsu makan hilang setelah minum obat B
- Beberapa hari yang lalu tinjanya berwarna hitam
- Tubuh semakin kurus
- Sulit tidur
- Sudah sejak 3 tahun terakhir tidak mendapat haid
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pernah berobat ke dokter dan dinyatakan menderita penyakit jantung
Riwayat Penyakit Sekarang
- Jantung pasien kembali berdebar dan tadi pagi pasien seperti akan pingsan.
Riwayat Pengobatan
- Pernah mendapat pengobatan jantung dan sakit kepalanya dengan obat yang berbeda tetapi
dihentikan keduanya karena menimbulkan efek samping pada pasien
5
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kurus, kelihatan cemas
Suhu : 37,8⁰C ( Subfebris, N = 36,5⁰-37⁰C )
RR : 20x/menit ( Tachypnoe, N = 14-18x/menit )
Nadi : 112x/menit ( Tachycardia, N = 60-100x/menit) suspek aritmia
TD : 155/85 mmHg (Hipertensi Sistolik, Diastole menurun)
Glukosa Darah Sewaktu: 170 mg/dl (Normal)
Mata :
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar tiroid baik inspeksi maupun palpasi
Jantung Paru : HR sulit ditentukan
Irama tidak teratur sama sekali
BJ I dan II tidak konstan
Pada Thorax Foto ditemukan CTR = 62% dengan elongatio aorta.
Gambaran Paru : Normal
Abdomen : Lemas
Ekstremitas : -/-
Pemeriksaan Laboratorium
TES Hasil Nilai Normal Keterangan
Darah
Hb 10,5 g/dl 12 – 16 g% Anemia
Leukosit 6300/mm3 5000 – 10000/mm3 Normal
SGOT 36 U/L 5 – 40 U/L Normal
SGPT 45 U/L 5 – 41 U/L Meningkat
GDS 170 mg/dl <200 mg/dl Normal
Ureum 40 mg/dL 20 – 40 mg/dL Batas atas
6
Kreatinin 0,7 mg/dL 0,7 – 1,5 mg dL Normal
EKG
QRS Rate 120 x/menit
Lead II Memanjang,
gelombang P (-)
ST elevasi/depresi (-) (-) Normal
Gel Q patologis (-) (-) Normal
Foto Thorax
CTR 62% dengan
elongation aorta
<50% Kardiomegali
Paru Infiltrate (-) (-) Normal
Daftar Masalah
Masalah utama : Merasa jantung kadang-kadang berdebar
Masalah tambahan :
Hipertensi Stage II (JNC VII)
Anemia
Nyeri dada
Tirotoksikosis
Kardiomegali & Elongatio Aorta
Aritmia
Daftar Masalah Dasar Hipotesis
1. Anemia Hb : 10,5 g/dl - Melena
- Kurang Nutrisi (subjektif)
2. Aritmia EKG : pada lead II QRS
memanjang, dan tidak ada
- Hipertiroid
- Penyakit Jantung Koroner
7
gelombang P
PF : HR sulit ditentukan, BJ
I dan II tidak konstan, irama
tidak teratur
3. Nyeri dada Keluhan pasien Penyakit Jantung Koroner
4. Tirotoksikosis Jantung berdebar, kurus,
cemas, sulit tidur,
kewaspadaan meningkat
takikardi
- Hipertiroid
- Efek samping obat
5. Kardiomegali & Elongasi
Aorta
Pada Thorax Foto :
CTR = 62%
Hipertensi
6. Nyeri kepala dan seperti
akan pingsan
Keluhan pasien Penyakit Jantung Koroner
7. Hipertensi TD : 155/85 mmHg (WHO) Hipertensi Sistolik Terisolasi
(JNC VII)
Pemeriksaan tambahan
Anamnesis
1. Sifat nyeri dada : lokasi, pencetus (aktivitas & perubahan posisi), intensitas nyeri, sejak
kapan terjadi nyeri, frekuensi nyeri, ada penjalaran nyeri
2. Obat-obatan yang dikonsumsi
3. Apakah ada lelah saat beraktivitas ? pada penyakit jantung
4. Apakah pernah mengalami penyakit ini sebelumnya ? Apakah ada anggota keluarga
yang pernah mengalami penyakit seperti ini? menentukan faktor resiko
5. Apakah ada keluhan berkeringat berlebih, berat badan menurun dengan pola makan baik,
kelainan kardiovaskuler, diare dan termor, atau insomnia sebelumnya? pada
hipertiroid
8
Pemeriksaan tambahan yang kita rencanakan untuk pasien ini antara lain adalah:
1. Pemeriksaan Laboratorium Thyroid (T3, T4, dan TSH) dan kadar TSI (Ig G) (curiga
Penyakit Grave)
2. Treadmill (curiga PJK)
3. Pemeriksaan Laboratorium Cardiac Enzim. (curiga PJK)
4. Pemeriksaan Exoptalmometer Hertel (curiga Penyakit Grave)
Diagnosis Banding
1. Penyakit Graves
2. Goiter noduler toksik
Diagnosis Kerja
Diagnosis pada pasien ini menurut kelompok kami adalah Hipertiroid dengan Suspek
Penyakit Grave disertai Anemia dan Melena
Komplikasi : Cardiac Arrest dapat terjadi pada pasien diakibatkan irama jantung pasien yang
tidak stabil berkepanjangan.
Tindakan Terapeutik
Pada pasien ini kami merencanakan penatalaksanaan pada keluhan utama pasien yaitu
dengan pemberian obat-obat untuk memperbaiki keadaan umum pasien terlebih dahulu.
Mengatasi perdarahan melena yang dialami pasien lalu setelah itu memberikan pengobatan
antiaritmia, antihipertensi, dan pengobatan tirotoksikosis yang diderita pasien.
Patofisiolo gi
Hipertiroid merupakan keadaan dimana terjadi hipersekresi T 3, T4 d a n
T S I , namun TSH malah turun. Oleh karena TSI yang naik secara signifikan,
maka terjadi hiperplasia tiroid.9
1 . V a s c u l a r b r u i t
Terjadinya hiperplasia itu juga dibarengi oleh pembengkakan pembuluh darah disekitar
Bagian tiroid yang mengalami hiperplasia yaitu diarteri carotis externa d a n
j u g a terjadi hipervaskularisasi. Oleh karena itu, saat di auskultasi didaerah leher
terdengar vascular bruit.
2. Hyperplasia tiroid juga mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid .
S e h i n g g a , s a a t dilakukan palpasi teraba bagian tiroid yang membesar berupa benjolan, dan
akan terlihatdengan mata telanjang bila keadaannya sudah parah. Pembesaran kelenjar tiroid tadi
jugaakan mengakibatkan konsumsi O2 yang lebih banyak.
3. Hipersekresi T3 o l e h s e l f o l i k e l t i r o i d p a d a p a s i e n h i p e r t i r o i d j u g a
m e n g a k i b a t k a n peningkatan jumlah Reseptor adrenergik. Oleh karena itu,
terjadi Respon terhadapReseptor adrenergik berlebih saat hormon T 3
dilepaskan ke jaringan. Dan saat terjadi stimulasi terhadap medula adrenal untuk
biosintesis katekolamin oleh hormon T3 dansaat hormon katekolamin itu dilepaskan, maka
berikut adalah efeknya :
a. Saat hormon Epinefrin dan Norepinefrin dilepaskan ke jaringan dan
berikatandengan reseptor β1, mengakibatkan :
1 . P a d a j a n t u n g , a k a n m e n g a k i b a t k a n p e n i n g k a t a n k e r j a o t o t j a n t u n g ,
s e h i n g g a denyut jantung meningkat bersamaan dengan meningkatnya cardiac output. Oleh
karena itu, terjadi takikardia yang menyebabkan metabolisme basal semakin
meningkat. Karena metabolisme basal naik dan tertimbunnya panas tubuh yang
semakin lama semakin berlebih, maka terjadi intoleransi terhadap panas
dari l i n g k u n g a n . O l e h k a r e n a i t u , p a d a p a s i e n y a n g t e r k e n a h i p e r t i r o i d
u m u m n y a cenderung memilih yang dingin. Selain itu, takikardi tadi juga akan berbanding
lurus dengan peningkatan tekanan darah, serta palpitasi pada pasien hipertiroid umumnya.10
2 . P a d a s i s t e m s a r a f , a k a n t e r j a d i a k s i s y s t e m s a r a f p e r i f e r y a n g l e b i h
c e p a t . M e k a n i s m e k o n t r a k s i o t o t p e r i f e r u m u m n y a d i k o n t r o l l e w a t
s e r e b e l u m d a n ganglion basalis. Namun pada pasien hipertiroid, terjadi
rangsangan berlebihant e r h a d a p g a n g l i o n b a s a l i s . O l e h k a r e n a i t u , p a d a
o t o t y a n g a d a d i e k s t r e m i t a s terjadi kontraksi berlebih saat ada kegiatan
yang akan mengakibatkan tremor.Tremor ini bebeda dengan tremor pada pasien
Parkinson, oleh karena, pada pasienParkinson tremor akan meningkat pada keadaan istirahat.
b. Saat hormon Epinefrin dan Norepinefrin dilepaskan ke jaringan dan berikatan dengan reseptor
α1 d a n β 2 m e n g a k i b a t k a n p e n i n g k a t a n G l u k o n e o g e n e s i s , l i p o l i s i s
d a n g l i k o g e n o l i s i s . O l e h k a r e n a i t u , p a d a p a s i e n h i p e r t i r o i d u m u m n y a
b e r a t b a d a n mereka akan mengalami penurunan. Selain itu, Vasodilatasi perifer pun terjadi
diextremitas yang mengakibatkan tangan sering berkeringat.
Dalam sebuah penelitian, didapatkan pula bahwa pada pasien hipertiroid,terbentuk
suatu antibody terhadap kelenjar tiroidnya itu sendiri, yang bernama cytotoxicantibody yang
merangsang peningkatan TSH-R (Thyroid Stimulating Hormone-Receptor) yang ada di
fibroblast mata dan sel folikel tiroid. Peningkatan TSH-R itu jugaakan merangsang limfosit
sehingga mengakibatkan radang pada otot extraocular,proptosis dan diplopia yang meliputi
kemerahan, kongesti dan periorbital edema sehingga mengakibatkan eksopthalmus pada pasien
hipertiroid. Retensi ion Na⁺juga diketahuisebagai penyebab eksopthalmus ini.
11
12
HipertiroidPasien Berdebar (Palpitasi)
Gangguan Irama
(Aritmia)
Kewaspadaan
meningkat (Saraf
simpatis)
Penyakit Jantung
(PJK)
Subfebris (Metabolisme
meningkat)
Hipertensi Sistolik
Terisolasi
Kardiomegali
Peningkatan Gula Darah
(Akibat Glukoneogenesis)
BB Menurun
(Lipolisis )
Sulit Tidur (Insomnia)
Gangguan Hormon
Estrogen 3 Tahun
Vasodilatasi pem.
darah (Pusing + Nyeri
Kepala)
Efek samping Obat
(Amiodarone atau
CCB)
Melena Nyeri Lambung
Perdarahan Lambung
Aspirin
Anemia
Nyeri dada
Pengkajian Masalah
Jantung Berdebar
Jantung berdebar atau palpitasi adalah perasaan berdebar-debar atau denyut jantung yang
cepat atau tidak teratur yang bersifat subjektif. (1) Beberapa orang dengan jantung berdebar tidak
menderita penyakit jantung atau kelainan irama jantung dan penyebab jantung berdebarnya tidak
diketahui. Pada penderita lainnnya seperti pada penyakit jantung dan hipertiroid, jantung
berdebarnya disebabkan oleh kelainan irama jantung (aritmia)
Kemungkinan lain penyebab jantung berdebar adalah anemia. Keadaan anemia
menyebabkan tubuh mengkompensasi dengan menaikkan frekuensi jantung untuk memenuhi
kebutuhan darah ke seluruh tubuh. Hal ini menyebabkan jantung berdebar. Penyakit jantung
seperti perikarditis dan iskemia, hipertensi, dan efek samping obat juga dapat menyebabkan
jantung berdebar.
Seperti akan pingsan
Keadaan seperti akan pingsan dapat disebabkan karena adanya gangguan perfusi darah ke
otak menurun walaupun frekuensi jantung meningkat. Frekuensi jantung yang meningkat
menyebabkan jantung sudah memompa sebelum darah yang masuk ke jantung cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh yang mengakibatkan perfusi ke jaringan termasuk otak menurun dan
hal ini menyebabkan keadaan seperti akan pingsan.
Keadaan riwayat anemia juga dapat menyebabkan perfusi darah ke otak menurun akibat
tubuh kekurangan sejumlah darah yang mengakibatkan keadaan seperti akan pingan
Dinyatakan menderita penyakit jantung
Pada riwayat pengobatan pertama diberikan pengobatan untuk keluhan jantung yang
berdebar-debar dan nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan irama jantung yang tidak
teratur sama sekali kemudian bunyi jantung I dan II yang tidak konstan ini diduga pasien
13
mengalami Aritmia sehingga terjadi irama jantung yang sangat cepat teraba. Meningkatnya kerja
otot jantung ini dapat juga disebabkan peningkatan rangsangan simpatis dan efek dari teakanan
darah pasien yang meningkat.
Pada pemeriksaan penunjang foto thorax didapatkan pembesaran jantung yang diukur
dengan rumus Cardio Thoraxic Ratio (lebar terbesar dari jantung / lebar terbesar dari rongga
thorax) yang didapatkan 62% dengan elongasi aorta. Ini menunjukkan dicuriga adanya
pembesaran jantung kiri dikarenakan dicurigai adanya perubahan struktur dan fungsi ventrikel
kiri seiring bertambahya usia, perbedaan jenis kelamin dan penyakit kardiovaskular tanpa adanya
gagal jantung. Terdapat banyak bukti menunjukkan kelainan fungsi diastolik memegang peranan
penting pada gagal jantung. Selain itu dilihat dari tekanan diastolik pasien yang berada dalam
batas bawah normal, dicurigai pasien mengalami gangguan jantung diastolik terjadi peningkatan
kebutuhan metabolisme serta peningkatan tekanan diastolik hal ini disebabkan oleh kekakuan
ventrikel dengan penurunan compliance dan relaksasi.
Kondisi diastolik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iskemia miokard, frekuensi denyut
jantung, kecepatan relaksasi, compliance jantung, hipertrofi dan koordinasi otot dinding jantung
segmental. Hal ini pula yang dapat mengakibatkan pembesaran pada jantung (kardiomegali) dan
perpanjangan dari aorta (elongasi aorta) akibat hipertrofi ventrikel yang terjadi. (1)
Tubuh semakin kurus
Keadaan ini menandakan adanya penurunan berat badan yang terjadi akibat peningkatan
metabolisme tubuh. Pasien dicurigai adanya peningkatan kadar hormon tiroid. Selain
meningkatkan laju metabolisme basal, hormone tiroid juga memodulasi kecepatan banyak reaksi
spesifik yang terlibat dalam metabolisme bahan bakar. Hormon ini dapat mempengaruhi
penguraian karbohidrat, lemak, dan protein. Keadaan ini dapat terjadi akibat beberapa penyebab
seperti pada keadaan peningkatan kadar tiroid (hipertioidisme).
14
Anemia
Pada pasien ini juga mengalami anemia yaitu dilihat dari adanya penurunan pada kadar
hemoglobin pasien. Keadaan ini mungkin disebabkan karena adanya melena pada pasien ini
akibat adanya perdarahan pada lambung pasien. Selain itu anemia pada pasien juga disebabkan
akibat kurangnya intake makanan.
Sulit tidur, tegang dan cemas
Keadaan ini dapat disebabkan oleh pengaruh obat seperti amiodarone ataupun keadaan
gangguan hipertiroidisme. Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem
saraf, terutama SSP semasa anak-anak. Hormon tiroid juga sangat penting untuk aktivitas normal
SSP pada orang dewasa. Kadar hormon tiroid yang abnormal berkaitan dengan perubahan
perilaku. Selain itu kecepatan saraf perifer menghantarkan impuls berkaitan secara langsung
dengan ketersediaan hormon tiroid. (2)
Hipertensi
Tekanan darah tinggi pada Ny. Ana disebabkan efek pada peningkatan ketanggapan
jantung terhadap katekolamin dalam darah. Pada kasus hipertiroid, hormone tiroid meningkatkan
kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung, sehingga curah jantung meningkat. Selain itu,
sebagai respon terhadap beban panas yang dtimbulkan oleh efek kalorigenik hormone tiroid,
terjadi vasodilatasi perifer untuk menyalurkan kelebihan panas tersebut ke permukaan tubuh
untuk dieliminasi ke lingkungan. (3)
Efek samping obat
Sakit kepala yang timbul setelah mengkonsumsi obat A dapat disebabkan karena efek dari
obat A yang bersifat vasodilator pada pembuluh darah di otak sehingga menyebabkan sakit
kepala. Salah satu obat jantung yang mungkin dicurigai diberikan kepada pasien ada Calcium
Channel Blocker yang bersifat vasodilator di arteri perifer dan arteri coronaria jantung. Obat ini
biasa digunakan3x/hari karena masa paruh obatnya yang pendek.
15
Selain itu obat yang mungkin juga diberikan pada Ny. Ana adalah pemberian obat anti
aritmia yaitu Amiodarone. Amiodarone adalah obat antiaritmia yang mempengaruhi irama detak
jantung. Amiodarone digunakan untuk membantu menjaga jantung berdetak dengan normalpada
orang yang memiliki gangguan irama jantung tertent. Efek samping obat ini adalah salah satunya
insomnia dan juga gangguan pada tiroid.
Perut sakit dan pedih serta nafsu makan hilang dapat diakibatkanoleh obat-obatan yang
menghambat prostaglandin sebagai proteksi di lambung sehingga mengakibatkan epitel di
lambung teriritasi dan menyebabkan tinja berwarna hitam (melena) Salah satu obat yang dapat
menghambat prostaglandin adalah Aspirin. (4)
Tatalaksana
Pada pasien ini, kami merancang pemberian terapi untuk hipertiroid yang menjadi keluhan
utama pasien, juga terapi lain untuk masalah-masalah yang juga menyertai pasien ini. Selain itu,
pada pasien ini perlu di rawat inap dikarenakan pasien mengalami kelainan irama jantung yang
hanya bisa di lihat dengan peralatan EKG yang tersedia di rumah sakit.
Tatalaksana untuk Hipertiroid :
Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi Hipertiroid apakah termasuk gejala
tirotoksikosis, usia pasien, riwayat alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi
pasien, resiko pengobatan, dan sebagainya.
Pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki keadaan umum pasien:
a. Pemberian cairan tubuh
b. Mengkoreksi adanya kekurangan elektrolit tubuh
c. Tatalaksana anemia pada pasien dengan pemberian suplemen Vit B12 penambah darah.
d. Penatalaksanaan demam pada pasien dengan pemberian asetaminofen untuk menurunkan
demam.
e. Pengobatan Melena : Sukralfat 4x1 sebagai terapi perdarahan pada lambung
16
Pengobatan Tirotoksikosis dapat dikelompokkan dalam Tirostatika, Tirodektomi, dan Yodium
radioaktif.
Golongan ß bloker telah digunakan secara luas untuk fibrilasi atrial pada keadaan
hipertiroid untuk mengontrol respon ventrikel. Propanolol dosis 120-160 mg/hari atau atenolol
dosis 50 mg/hari dapat meringankan gejala palpitasi dan menurunkan denyut jantung pada
penderita yang mengalami sinus takikardi. Propanolol mempunyai kelebihan yaitu dapat
mengurangi konversi T4 menjadi T3 di jeringan perifer. ß bloker intra vena sangat penting untuk
terapi penderita yang mengalami krisis tiroid.9,10
Digitalis juga dapat digunakan untuk mengontrol respon ventrikel tetapi karena
peningkatan klirens digitalis, penurunan sensitivitas obat karena tingginya kadar NaK ATPase sel
serta penurunan tonus saraf parasimpatis sehingga perlu dosis yang tinggi pada penderita
hipertiroid.
Calsium Channel Blocker non dihydropiridine (CCB) oral seperti diltiazem atau
verapamil dapat digunakan untuk mengontrol respon ventrikel. CCB intravena harus dihindari
karena menyebabkan penurunan SVR dan hipotensi. Jika keadaan eutiroid telah terapai,
penderita dapat kembali ke irama sinus tergantung pada umur penderita, durasi fibrilasi atrial,
ukuran atrium kiri dan adanya penyakit jantung lainnya. Pada 2/3 penderita yang mengalami
fibrilasi atrial akan kembali ke irama sinus setelah keadaan eutiroid telah tercapai.
Penggunaan antikoagulan pada penderita hipertiroid disertai dengan fibrilasi atrial masih
kontroversial. Pada tahun 2004, konferensi ACCP VII (7th American College of Chest
Physicians) yang membahas mengenai terapi anti trombotik dan trombolitik. Beberapa studi
menyatakan bahwa risiko terjadinya tromboemboli dan stroke pada penderita fibrilasi atrial yang
diakibatkan oleh hipertiroid sama dengan yang diakibatkan oleh penyebab yang lain. Tetapi
adanya penyakit jantung lain dan faktor usia dapat meningkatkan risiko tromboemboli. Oleh
karena itu antikoagulan dapat ditunda pemberiannya bila durasi fibrilasi atrial kurang dari 2-3
bulan dan tidak disertai adanya penyakit jantung lainnya. Sehingga dicapai kesepakatan untuk
memberikan terapi anti trombotik berdasarkan adanya faktor risiko terjadinya stroke pada
penderita fibrilasi atrial. Dianjurkan terapi anti koagulan jika fibrilasi atrial tidak segera
17
membaik atau jika ada faktor risiko tambahan terjadinya tromboemboli seperti gagal jantung,
hipertensi dan diabetes mellitus. Dibutuhkan warfarin dengan dosis yang lebih rendah karena
hipertiroid berhubungan dengan peningkatan klirens faktor-faktor pembekuan yang terkait
dengan vitamin K. Diharapkan akan terjadi konversi ke irama sinus bila keadaan eutiroid
tercapai. Pada penderita hipertiroid lama yang berusia tua, fibrilasi atrial terutama yang disertai
dengan penyakit jantung organik, mempunyai risiko tinggi terjadinya tromboemboli, sehingga
diindikasikan pemberian antikoagulan. Aspirin menyebabkan ikatan T3 dan T4 dengan Thyroid
Binding Globulin (TBG) terganggu sehingga kadar hormon bebas meningkat. Efektivitas aspirin
masih bersifat kontroversial.
Propylthiouracil (6-propyl-2-thiourasil) dan Methimazole (1-methyl-mercaptoimidazole)
adalah obat antitiroid yang telah dikenal luas dan telah banyak digunakan. Methimazol bekerja
dengan menghambat sintesis hormon tiroid yaitu dengan mempengaruhi proses yodinasi
sehingga T3 dan T4 menurun. Sedang propylthiouracil (PTU) bekerja dengan menghambat
konversi T4 menjadi T3 didalam kelenjar tiroid dan jaringan perifer. Methimazol digunakan
mulai dengan dosis 15-30 mg sehari, sedang PTU dimulai dengan dosis 300mg sehari terbagi
menjadi 3 dosis.
Jika terapi antitiroid dimulai maka dilakukan evaluasi terhadap fungsi tiroid setiap 4-6
minggu sampai fungsi tiroid stabil atau mencapai keadaan eutiroid. Biasanya setelah 4-12
minggu fungsi tiroid mencapai harga normal dan dosis obat dapat diturunkan untuk
mempertahankan fungsi tiroid dalam batas normal.
Efek samping obat anti tiroid adalah lekopeni, netropeni, trombositopeni, reaksi kutaneus,
atralgia dan keluhan gastrointestinal. Efek samping yang paling menakutkan adalah
agranulositosis. Aganulositosis dengan granulosit kurang dari 500 mm3 didapat pada 0,37%
penderita dengan terapi PTU dan 0,35% penderita dengan methimazol. Kejadian agranulositosis
sering terjadi 3 bulan pertama pemakaian obat antitiroid. (5)
Prognosis
18
- Ad vitam : Dubia Ad Bonam, tergantung atas kepatuhan pasien
menjalankan rencana terapi yang diberikan
- Ad sanationam : Dubia Ad Malam, karena penyakit yang diderita Ny. Ana
memerlukan pengobatan seumur hidup dan rentan untuk mengalami kekambuhan
- Ad functionam : Dubia Ad Malam, karena dampak dari penyakit Ny. Ana
ini dapat mempengaruhi fungsi dari kerja organ yang lain seperti jantung
19
BAB III
PEMBAHASAN
Sebelum diskusi kami mendapatkan informasi kasus berupa seorang wanita yang
mengeluh jantungnya kadang-kadang berdebar dan nyeri dada. Informasi ini masih bersifat
umum dan belum dapat mengarahkan kami kepada suatu diagnosis tertentu . Pada diskusi sesi
pertama, kami mendapatkan informasi berupa keadaan seperti akan pingsan, konsumsi obat
jantung yang mengakibatkan sakit kepala dan perut terasa sakit dan pedih, tekanan darah sistolik
meningkat sementara diastolik dalam batas bawah normal, nadi tidak teratur yang mengarahkan
kami ke keadaan hipertiroid dan penyakit jantung pada Ny.Ana.
Pada diskusi sesi kedua kami mendapat data selanjutnya yang menunjukkan pasien kemungkinan
mengalami hipertoriodisme yang sudah jatuh dalam keadaan tirotoksikosis karena dilihat dari
gejala-gejala dan tanda pada pasien membuat kami memikirkan dua hipotesis untuk kasus ini.
Hipotesis pertama penyebab awalnya Ny.Ana mengalami Penjakit Jantung Koroner karena
dilihat dari dugaan sudah memasuki awal dari periode premenopause yakni gangguan hormonal
dari estrogen yang menurun yang dapat mengakibatkan resiko terkena penyakit jantung koroner.
Kemudian muncul gejala penyakit jantung seperti berdebar-debar dan nyeri dada yang akhirnya
diobati dengan obat untuk menormalkan kembali frekuensi jantung seperti amiodarone ataupun
Calcium Chanel Blocker. Efek samping dari kedua obat ini dapat meningkatkan vasodilatasi
pembuluh darah otak dan dapat menyebabkan disfungsi tiroid dalam pemakaian dosis yang tidak
sesuai sehingga menimbulkan manifestasi klinis sebagai tirotoksikosis. Efek samping yang
ditimbulkan seperti sakit kepala yang di timbulkan obat ini menunjukkan ketidakefektifan obat
sehingga penggunaan di stop oleh Ny.Ana.
Untuk menghilangkan efek obat dari obat pertama diberikan aspirin sebagai obat sakit kepala
pasien. Ternyata medikasi kedua menyebabkan tinja berwarna hitam atau melena dikarenakan
efek aspirin yang dapat menghambat pembentukan prostaglandin II yang berfungsi sebagai
sitoprotektor bagi lambung. Untuk memastikan hipotesis ini diperlukan anamnesis tambahan
yang lebih lengkap tentang frekuensi dan konsistensi tentang nyeri dada yang dialami oleh
20
pasien & hasil pemeriksaan cardiac enzym untuk menyingkirkan kemungkinan adanya Penyakit
Jantung Koroner pada Ny. Ana.
Untuk hipotesis kedua kami yaitu adanya hipertiroidisme yang sudah lama diderita oleh Ny. Ana
jauh sebelum gejala premenopause yang diderita pasien datang. Jadi kemungkinan Ny. Ana
mengalami hipertiroidisme berkepanjangan yang menyebabkan gejala tirotoksikosis seperti
takipneu, takikardia, suhu subfebris, kewaspadaan meningkat dan Ny. Ana mengalami
peningkatan kerja jantung akibat efek dari hormone tiroid yang dapat menyebabkan palpitasi,
ketidak teraturan bunyi jantung, dan hipertensi sistolik. Untuk memastikan hipotesis ini maka
diperlukan pemeriksaan penunjang yang lebih lengkap seperti pemeriksaan kadar tiroid darah
(T3, T4, dan TSH) serta uji serum immunoglobulin serum TSI pada pasien, serta pemeriksaan
tambahan Exophtalmometer Hertel untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit autoimun pada
kasus penyakit Grave.
21
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Hauser, Kasper., Longo, Braunwald., Jameson, Fauci. Harrison’s Principles of Internal
Medicine, 16th edition, Vol.II. McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America :
2005.
2. Aru W S, Setiyohadi B, Alwi I et al, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III,
Edisi ke-IV. Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : 2006.
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta : 2001
4. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins Basic pathology. 7th edition. Saunders.
Pennsylvania. 2003.
5. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid II.
Edisi VI. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2006 . hal 1229
22
BAB V
PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Kesimpulan
Dari data-data yang tersedia, kelompok kami menarik hipotesa utama bahwa pasien
tersebut menderita Hipertiroid dengan Suspek Penyakit Graves yang meninmbulkan berbagai
gejala yang dialami pasien, termasuk diantaranya adanya aritmia jantung, subfebris, tachypnoe,
dan hipertensi pada pasien.
Berdasarkan hipotesa tersebut dan kondisi pasien yang diketahui saat ini, kami
merencanakan penatalaksanaan pada pasien ini berupa tatalaksana diagnostik dan terapeutik.
Adapun tatalaksana diagnostik yang kami rencanakan pada pasien antara lain pemeriksaan
tambahan untuk memastikan adanya hipertiroid, penyakit Graves dan juga jenia penyakit jantung
yang sudah lama di derita pasien. Sedangkan tatalaksana terapeutik yang kami rencanakan
adalah antiaritmia, antihipertensi, dan obat untuk mengatasi melena dan anemia pasien.
Diharapkan tatalaksana yang kami berikan memberikan dampak positif bagi kesembuhan pasien.
Penutup
Demikianlah laporan hasil diskusi kasus pertama kelompok I yang berjudul “Seorang
wanita dengan keluhan jantung berdebar dan nyeri dada” ini kami buat. Kami menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Tak ada gading yang tak retak,
seperti itu pula lah makalah kami ini, maka izinkanlah kami menyampaikan permohonan maaf
yang sebesar-besarnya atas kesalahan kami tersebut.
Atas perhatian yang telah diberikan oleh para dosen sekalian, kami dari kelompok I
menyampaikan terima kasih
23