Makalah 4 EMG Hipoglikemia.docx
-
Upload
heidiangelika -
Category
Documents
-
view
67 -
download
0
description
Transcript of Makalah 4 EMG Hipoglikemia.docx
MODUL ENDOKRIN METABOLIK GIZI
”Seorang laki-laki yang tiba-tiba kesadarannya menurun”
KELOMPOK IX
0302007034 ARWITA SARI
0302008128 IRFAN SUGIYANTO
0302008163 MIRIA NOOR SHINTAWATI
0302009039 AYU RIZKIYAH
0302009076 DYKA JAFAR HUTAMA PUTRA
0302009109 HEIDI ANGELIKA ANGGARIA
0302009112 HIKMAH SORAYA
0302009120 INDIRA WULANDARI
0302009143 MARGO SEBASTIAN CHANDRA
0302009165 NADYA ANGGUN MOWLINA
0302009180 PENNY NASTITI R L
0302009192 RATIKA YOS WIDYA
0302009206 RIKA SUSANTI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 27 MARET 2013
BAB I
1
PENDAHULUAN
Tutorial modul EMG kasus IV dilaksanakan dalam 2 sesi, sesi pertama pada hari
Senin tanggal 25 Maret 2013 dan sesi kedua hari Selasa tanggal 26 Maret 2013. Jumlah
peserta diskusi pada sesi pertama sepuluh orang dan pada sesi kedua dua belas orang, semua
peserta berperan aktif dalam memberikan pendapatnya tentang topik diskusi. Ketua diskusi
sesi pertama adalah Dyka Jafar Hutama Putra dengan didampingi sekretaris bernama Heidi
Angelika Anggaria. Pada sesi kedua dipimpin oleh Margo Sebastian Chandra dan didampingi
oleh sekretaris Ratika Yos Widya. Topik diskusi ini yaitu “Seorang laki-laki yang tiba-tiba
kesadarannya menurun”.
BAB II
2
LAPORAN KASUS
Tn. Halim, 55 tahun diantar keluarganya ke UGD RS tempat saudara bekerja sebagai
Dokter intalasi Gawat Darurat karena tadi pagi ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri
di tempat tidurnya. Tn. Halim tidak menikah dan tinggal serumah dengan Ibunya. Ayahnya
meninggal dunia 3 tahun yang lalu karena stroke. Menurut keterangan Ibunya, Tn. Halim
selama ini jarang berobat ke Dokter. Walaupun akhir-akhir ini sering terdengar batuk-batuk.
Tetapi sejak 2-3 minggu terakhir Tn. Halim mengeluh tangannya gatal hingga
digaruk-garuk. Akibatnya tangannya menjadi lecet-lecet, 2 hari sebelum ditemukan pingsan,
Tn. Halim pergi ke sebuah klinik 24 jam dan diberi obat glibenklamid, amoxicyclin,
amlodipine dan salep kulit. Tn. Halim menceritakan kepada Ibunya bahwa dokter klinik itu
mengatakan bahwa ia menderita tekanan darah tinggi dan mungkin menderita kencing manis.
Ia dianjurkan jangan banyak makan, terutama gula, garam dan nasi. Ia pun diberi surat
pengantar untuk melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium tetapi hingga hari ini belum
dilakukannya.
Pada pemeriksaan awal didapatkan :
Tn. Halim dalam keadaan soporo koma ( GCS 7 ), kulitnya lembab dan dingin
Suhu : 36,3o C
Pernapasan : 18x/m, reguler
Nadi : 100x/menit
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Tinggi badan : 168 cm
Berat badan : 74 kg
Dari anamnesis lanjutan diketahui bahwa Tn.Halim sebelumnya menelan
glibenklamid 4 tablet, amoxycilin 4 tablet, amlodipine 2 tablet.
Saat ditemukan, Tn.Halim dalam keadaan mengorok dan tidak dapat dibangunkan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening tidak membesar
Kaku kuduk : (-)
Jantung : tidak ada kelainan
Paru : terdengan ronkhi basah halus di paru kanan aaatas
Abdomen : hepar dan lien tak teraba
3
Pemeriksaan lab didapatakan :
Hb : 16 g%
HbA1c : 8,5 %
Leuksit : 9.300/mmHg
Trombosit : 212.000 mm3
SGOT : 42 u/L
SGPT : 65 u/L
Ureum : 40 mg/dl
Kreatinin : 1,2 mg/dl
GDS : 29 mg/dl
Na : 128 meg/l
K : 3,1 meg/l
LED : 80 mm/jam
BAB III
4
PEMBAHASAN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Halim
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : -
Pekerjaan : -
ANAMNESIS :
Riwayat penyakit sekarang
Apakah ada nyeri dada di sebelah kiri? Kalau ada apakah nyerinya menjalar?
Apakah pasien sering buang air kecil (poliuri) terutama pada malam hari?
Apakah nafsu makan pasien bertambah sehingga sering makan (polifagi) dan sering
merasa kehausan sehingga sering minum (polidipsi)?
Apakah pasien mengalami kejang?
Apakah pasien mengalami demam?
Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien mempunyai riwayat hipertensi ataupun DM?
Riwayat penyakit keluarga
Adakah riwayat hipertensi dalam keluarga?
Adakah riwayat DM dalam keluarga?
Apakah dalam keluarga ada yang mengalami gatal-gatal yang serupa?
Apakah ada di lingkungan sekitar yang mempunyai keluhan batuk-batuk seperti
pasien?
Riwayat kebiasaan
Bagaimana pola makan pasien?
Apakah pasien suka berolahraga?
Apakah pasien seorang peminum alcohol?
Apakah pasien sering meminum kafein?
Riwayat pengobatan
Apakah pasien meminum jamu?
HIPOTESIS DAN DAFTAR MASALAH
Masalah Dasar masalah Hipotesis Penyebab
5
Hipoglikemia Kesadaran menurun
(GCS 7; soporokoma)
Kulitnya lembab dan dingin
Suhu menurun
Tekanan darah sistolik tinggi
GDS : 29 mg/dl
- Konsumsi obat
glibenklamid (4 tablet)
- Diduga pasien
mengurangi asupan
karbohidrat atas
perintah dokter
Suspek Hipertensi Tekanan darah 150/80
Dokter sebelumnya memberikan
Amlodipine
- Genetik
- Pola makan dan gaya
hidup yang salah
Obesitas kelas 1 BB : 74
TB : 168
BMI : 26,1
- Pola makan/hidup yang
salah
- Keturunan
- Aktivitas yang kurang
Suspek TB Akhir-akhir ini sering terdengar
batuk-batuk
Paru : terdengar ronkhi basah
halus di paru kanan atas
DM tipe 2
Immunocompromised
Suspek DM tipe 2 HbA1c : 8,5% `- Pola makan dan gaya hidup
-Diebetes melitus
Penurunan kesadaran dapat disebabkan beberapa factor. Pada pasien ini
penurunan kesadaran yang terjadi diduga kuat berasal dari gangguan metabolic, yaitu
hipoglikemia dilihat dari kadar gula darah sewaktu pasien yang mencapai 29 mg/dl.
Koma hipoglikemia terjadi bila kadar glukosa darah < 30 mg/dl sehingga
menyebabkan otak kekurangan nutrisi dari glukosa yang dapat mengakibatkan
kerusakan otak dalam beberapa menit. Pasien ini mengalami koma hipoglikemi yang
diperkirakan akibat konsumsi obat glibenklamid yang berlebihan dan pengurangan
konsumsi karbohidrat/gula. Umumnya pasien akan mengalami hormonal counter
regulation responses pada ambang gula darah menurun mendekati 67 mg/dL,
kemudian akan terjadi gejala-gejala yang dimediasi oleh neurotransmiter otonom
tubuh. Gejala-gejala tersebut seperti tremor, cemas, palpitasi, berkeringat, dan lain-
lain. Ketika glukosa plasma turun dibawah 50 mg/dL, cerebral neuroglykopenia,
kelemahan, pusing, inkordinasi, dan penglihatan kabur akan muncul. Bila counter
6
regulation tidak dapat menaikan kembali nilai gula darah kembali normal dalam tahap
ini, kejang dan koma dapat terjadi seperti pada kasus ini.
Glasgow Coma Scale memberikan nilai dalam kisaran 3-15, pasien dengan
kisaran nilai 3-8 biasanya dikatakan dalam keadaan koma. Untuk orang dewasa
nilainya adalah sebagai berikut1 :
Eye(membuka mata) nilai
- Spontan 4
- Terhadap bicara (suruh pasien buka mata) 3
- Dengan rangsangan nyeri 2
- Tidak ada reaksi 1
Verbal (respon bicara)
- Baik dan tak ada disorientasi 5
- Kacau 4
(dapat bicara dalam kalimat,namun ada disorientasi waktu dan tempat)
- Tidak tepat 3
(dapat mengucapkan kata-kata, namun ada tidak berupa kalimat dan tidak tepat)
- Mengerang 2
(tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang)
- Tidak ada jawaban 1
Movement (respon motorik)
- Menurut perintah 6
- Mengetahui lokasi nyeri 5
- Reaksi menghindar 4
- Reaksi fleksi 3
- Reaksi ektensi 2
- Tidak ada reaksi 1
Sehingga pasien ini masuk dalam keadaan koma, karena memiliki GCS 7.
Pada pemeriksaan, tekanan darah pasien 150/80 mmHg sehingga pada kasus
ini kami golongkan dalam Hipertensi Stage I. Tekanan darah tinggi merupakan
masalah pada pasien ini mengingat faktor resiko stroke ialah Hipertensi dengan
obesitas. Kami menduga penyebab hipertensi pada pasien ini pertama faktor genetik,
mengingat ayahnya yang meninggal karena stroke, dan yang kedua ialah pola makan
dan gaya hidup pasien ini sendiri.2
7
Klasifikasi tekanan darah menurut
JNC VII
mmHg
Normal <120 mmHg dan <80 mmHg
Pre hipertensi 120-139 mmHg atau 80-89 mmHg
Hipertensi grade I 140-159 mmHg atau 90-99 mmHg
Hipertensi grade 2 140-159 mmHg atau 90-99 mmHg
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres,
alkohol atau garam dalam makanan, bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-
orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan
tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah
biasanya akan kembali normal. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsi
kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya
ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Pada pemeriksaan paru, terdengar ronchi basah halus di paru kanan atas,
ronchi basah halus terdengar seperti gesekan rambut yang diduga pasien menderita
tuberculosis diperkuat dengan keluhan batuk-batuk beberapa hari terakhir.
Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit self limiting disease pada orang dengan sistem
imun yang kuat. Pasien yang terkena TB diperkirakan merupakan pasien dengan
gangguan imunitas seperti HIV/AIDS ataupun DM. Pada DM, akan terjadi penekanan
sistem imun yang dapat memudahkan terjadinya infeksi TB ataupun relaps nya TB
yang sebelumnya dorman pada tubuh penderita.
Kecurigaan akan DM menguat, begitu mendapatkan hasil HbA1C pasien (8,5
%) yang tinggi. Nilai ini menunjukan bahwa nilai gula darah pasien yang tinggi dan
menyebabkan terjadi proses glukosilasi pada hemoglobin telah terjadi sejak minimal 3
bulan yang lalu. Nilai HbA1C memang bukan suatu standart yang dapat membuat kita
menengakan diagnosis DM, karena itu kelompok kami akan menganjurkan
pemeriksaan tambahan lagi untuk membuktikan DM yang diderita pasien, selain dari
gejala gatal-gatal dan terapi oleh dokter terdahulu.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan umum : -
2. Kesadaran : Soporo koma (GCS 7)
8
3. Tanda vital
a. Nadi : 100x/menit (N=60-100x/menit)
b. Tekanan darah : 150/80 mmHg hipertensi stage 1 menurut JNC VII
c. Pernapasan : 18x/menit (N=16-20x/menit)
d. Suhu : 36,3°C subnormal (N=36,5-37,20C)
4. Antropometri :
TB : 168 cm BMI= BB = 74 = 26,22
Overweight
BB :74 Kg TB(m)2 2,8224
5. Kulit : -
6. Kepala dan wajah
a. Kepala : -
b. Mata : -
c. Telinga : -
d. Hidung : -
e. Mulut : -
7. Leher
a. Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
b. Kelenjar getah bening leher : Tidak membesar, kaku kuduk (-)
8. Thorax
a. Jantung : Tidak ada kelainan.
b. Pulmo : Terdengar ronkhi basah halus di paru kanan atas Suspect TBC
9. Abdomen
a. Nyeri tekan : -
b. Bising usus : -
c. Shifting dulness : -
d. Hepar : Tidak teraba
e. Lien : Tidak teraba
10. Urogenital : -
11. Genitalia eksterna : -
12. Anus dan rectum : -
13. Ekstremitas : -
9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaaan Hasil Batas Normal Keterangan
Hb 16 g% 12 – 16 g% Normal
HbA1c 7% 4-6,7 % Meningkat, untuk
memeriksa kadar
gula darah 2-3
bulan terakhir.
Leukosit 9.300/mm3 5.000-10.000/mm3 Normal
Trombosit 212.000 mmHg 150.000-400.000 Normal
SGOT 42 u/L 5-40 u/L Meningkat, pada
gangguan hati
SGPT 65 u/L 5-41 u/L Meningkat, pada
gangguan hati
Ureum 40 mg/dl 15- 40 mg/dl Normal
Kreatinin 1,2 mg/dl 0,5 - 1,5 mg/dl Normal
Gula darah sewaktu 29 mg/dl < 200 mg/dl Menurun,
menunjukan
adanya
hipoglikemi.
Na 128 meg/L 135-145 meg/L Menurun
K 3,1 meg/L 3,5-5,0 meg/L Menurun
LED 80 mm/jam 0-10 mm/jam Meningkat, Pada
infeksi akut
lokal/sistemik.
Pemeriksaan anjuran3 :
1. Foto thorax
Foto thorax dilakukan untuk menunjang hipotesis TB. Pada pasien telah
ditemukan ronki basah halus di paru kanan atas. Hal ini akan ditunjang oleh foto
thorax untuk diagnosis TB dengan menemukan gambaran infiltrate pada daerah yang
sama dimana merupakan predileksi dari TB.
2. Basil tahan asam (BTA)
Selain foto thorax, kami menganjurkan pemeriksaan BTA untuk memeriksa
10
basil tahan asam. Pemeriksaan ini memang bertujuan untuk menunjang kembali
hipotesis kami, tetapi bukan berarti pengobatan TB menunggu hasil tes ini. Selain
sebagai penunjang, tes ini dapat menentukan tingkat keparahan penyakit pasien
(staging).
DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
kelompok kami mendiagnosis bahwa Tn.Halim mengalami Hipoglikemia disertai
tuberkulosis.
Kelompok kami mendiagnosis Tn.Halim mengalami Hipoglikemia karena
pada anamnesis didapatkan Tuan Halim tidak sadarkan diri di tempat tidurnya dan
sebelum itu Ia didiagnosis oleh dokternya menderita diabetes sehingga dianjurkan
jangan banyak makan, terutama gula, garam dan nasi. Tn. Halim juga memiliki
riwayat mengkonsumsi obat anti diabetik (glibenklamid) yang diminum sebanyak 4
tablet pada malam hari. Sedangkan, pada malam hari otomatis Tn. Halim tidak
mendapat asupan glukosa sama banyaknya seperti saat dia beraktivitas siang hari.
Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan kadar gula darah menurun dan terjadilah
hipoglikemia. Seperti yang diketahui, glibenklamid adalah hipoglikemik oral derivat
sulfonil urea yang bekerja aktif menurunkan kadar gula darah. Glibenklamid bekerja
dengan merangsang sekresi insulin dari pankreas. Oleh karena itu glibenklamid hanya
bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya masih mampu
memproduksi insulin. Pada penggunaan per oral glibenklamid diabsorpsi sebagian
secara cepat dan tersebar ke seluruh cairan ekstrasel, sebagian besar terikat dengan
protein plasma. Pemberian glibenklamid dosis tunggal akan menurunkan kadar gula
darah dalam 3 jam dan kadar ini dapat bertahan selama 15 jam. Glibenklamid
diekskresikan bersama feses dan sebagai metabolit bersama urin.4
Selain itu diagnosis hipoglikemia kelompok kami tegakkan karena pada
pemeriksaan fisik didapatkan kulit Tn.Halim yang lembab dan dingin, kulit yang
lembab dan dingin biasa terjadi pada orang dengan hipoglikemia. Hal ini terjadi
sebagai akibat perangsangan simpatis yang timbul untuk menyesuaikan hipoglikemia
yang dialami oleh Tn.Halim. Kemudian pemeriksaan lain yang menunjang diagnosis
kelompok kami mengenai hipoglikemia adalah pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu, yaitu sebesar 29 mg/dL.
11
Kelompok kami juga menegakkan diagnosis obesitas grade I pada pasien ini,
karena pada penghitungan BMI pasien ini didapatkan hasil sebesar 26,21 dan menurut
standar asia maka BMI 26 sudah termasuk obesitas grade I.
BMI ASIA
Normal 18,5-22,9
Kelebihan BB (overweight) 23-24,9
Obesitas kelas I 25-29,9
Obesitas kelas II >30
Obesitas kelas III -
Kelompok kami juga menegakkan diagnosis bahwa pasien ini mengalami Hipertensi
yaitu berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah Tuan Halim sebesar 150/80
mmHg. Menurut klasifikasi tekanan darah dari JNC VII (2003) tekanan darah Tuan Halim
termasuk kategori hipertensi stage I.
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi stage I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi stage II >160 Atau >100
Pada pasien ini kami juga mencurigai terdapatnya diabetes mellitus karena:
1. Pada anamnesis diketahui pasien sempat berobat ke dokter sebelumnya dan
didiagnosis menderita kencing manis sehingga diberi obat glibenklamid.
2. Selama 2-3 minggu terakhir mengeluh gatal-gatal hingga sering digaruk sehingga
tangannya menjadi lecet.
3. Obesitas (BMI: 26,21)
4. HbA1C: 8,5% (normal: 4-6,7%)
Selain itu kelompok kami juga memiliki kecurigaan bahwa pasien ini menderita TB,
berdasarkan:
1. Pada anamnesis terdapat batuk-batuk.
2. Pada pemeriksaan fisik terdapat ronkhi basah halus di paru kanan atas.
3. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan LED yang meningkat yang kemungkinan
ada infeksi.
Kemudian karena Tuan Halim merupakan seseorang dengan obesitas, kami
mencurigai Tuan Halim juga terdapat dislipidemia yang harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan kadar profil lipid. Apabila terjadi dislipidemia maka hal tersebut
12
mungkin akan menjadi faktor predisposisi terjadinya beberapa penyakit lain seperti,
fatty liver.
PATOFISIOLOGI
Pasien diduga menderita diabetes melitus (DM) tipe 2 dikarenakan kadar HbA1c
sudah lebih dari 6,7%, tetapi belum dapat didiagnosis pasti sebagai DM tipe 2 karena untuk
mendiagnosis juga dibutuhkan kadar dari gula darah puasa > 126 mg/dl dan gula darah post
prandial > 200 mg/dl. Resistensi insulin yang merupakan penyebab DM tipe 2, menyebabkan
ketidakmampuan glukosa untuk masuk ke dalam sel, termasuk sel limfosit yang merupakan
sumber pertahanan tubuh. Sel limfosit yang kekurangan glukosa tidak bekerja dengan baik,
sehingga imunitas tubuh menurun. Imunitas yang menurun mempermudah jalannya infeksi,
sehingga memungkinkan terjadi infeksi kulit ditandai oleh pasien mengeluh gatal-gatal dan
juga infeksi tuberculosis, dicurigai karena pasien sering batuk dan pada pemeriksaan fisik
terdengar ronki basah di paru kanan atas (apex paru). Dengan adanya suspek diabetes melitus
tipe 2, dokter sebelumnya meresepkan Glibenklamid kepada pasien, tanpa melihat hasil
pemeriksaan gula darah puasa dan post-prandial. Seharusnya obat diberikan setelah
didapatkan hasil gula darah puasa dan gula darah post-prandial dan juga obat yang diberikan
harusnya obat first line therapy yang efek samping hipoglikeminya kurang seperti golongan
biguanid, contohnya metformin. Dalam pemberian obat sangat penting pasien di edukasi
sehingga tidak terjadi pemakaian obat yang berlebih sehingga kadar gula darah pasien turun
melampaui batas seharusnya (hipoglikemia) dan menyebabkan penurunan kesadaran pada
pasien. Penurunan kesadaran terjadi akibat kurangnya glukosa menuju ke sistem saraf pusat.
Kurangnya glukosa dalam sel juga menyebabkan pembentukan panas berkurang sehingga
terjadi hipotermia. Kadar gula darah yang turun menyebabkan peningkatan pengeluaran
epinefrin dari medula adrenal untuk merangsang glikogenolisis dan glukoneogenesis di hati.
Pengeluaran epinefrin meningkatkan stimulasi simpatis, termasuk peningkatan kerja
jantung, sehingga terjadi hipertensi (stage I). Peningkatan stimulasi simpatis juga
menyebabkan pengeluaran keringat yang berlebihan sehingga kulit pasien menjadi lembab.
Selain infeksi kulit, imunitas yang turun juga menyebabkan pasien rentan terinfeksi TB. Pada
kasus, kami menduga TB karena keluhan pasien yang batuk-batuk dan hasil auskultasi paru-
paru yang menunjukan adanya ronkhi basah halus di apex paru-paru kanan. Untuk
mendiagnosis lebih lanjut diperlukan pemeriksaan foto thorax.
13
14
PENATALAKSANAAN
15
Hipertensi Stage I
Non Medikamentosa
1. Edukasi dan Terapi Gizi Medik
Edukasi merupakan hal yang penting untuk diberikan kepada pasien.
Pemberitahuan mengenai masalah yang terjadi, penatalaksanaan yang akan dilakukan,
sampai komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada pasien. Pemberitahuan mengenai
pasien harus menaati anjuran dan pengobatan yang telah diberikan, menjaga pola
makan dan hidup yang baik agar mencegah hipoglikemia berulang dan komplikasi
lebih lanjut dari diabetes melitusnya. Edukasi yang dapat diberikan pada pasien ini
adalah :
1. Pencegahan terjadinya hipoglikemia dengan cara memberitahu pasien untuk
makan dan minum obat secara teratur untuk mencegah terjadinya hipoglikemia,
selain itu juga memberitahukan ciri-ciri hipoglikemia seperti tangan yang dingin
dan lembab, kepala terasa pusing sampai ingin pingsan adalah ciri-ciri dari
hipoglikemia apabila pasien mengalami gejala seperti itu pasien harus segera
mendapat asupan glukosa segera seperti meminum tehmanis dsb.
2. Gizi medik :
Diet rendah garam, hal ini ditujukan untuk dapat membantu mengurangi
hipertensi pada pasien ini. Intake Natrium yang sedikit dapat membantu tidak
terjadinya retensi Na dan air yang menyebabkan kepekatan volume darah
sehingga tekanan darah dapa tberkurang.
Membatasi asupan karbohidrat dan lemak juga konsumsi tinggi serat
Sebaiknya asupan karbohidrat pasien diganti dengan makanan yang indeks
glikemiknya rendah.
2. Latihan Jasmani
Pasien ini sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga agar
memaksimalkan kerja tubuh untuk mengolah karbohidrat. Untuk menyesuaikan intake
makanan dengan penggunaan energi yang harus seimbang. Pasien ini harus dianjurkan latihan
jasmani dengan menggunakan prinsip CRIPE system yaitu Continous Rhytmical Interval
Progressive Endurance.
a. Continous: jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan teratur minimal
3-5x/minggu, dengan durasi 30-60 menit
b. Rhytmical : melakukan jenis olahraga yang berirama agar tubuh tetap melakukan
gerakan
c. Interval : olahraga dilakukan tetap ada jeda
16
d. Progressive : dengan intensitas dimulai dari ringan hingga sedang (60-70% Maximum
Heart Rate)
e. Endurance : dipilih jenis latihan yang aerobic untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
Medikamentosa
a. Pada pasien ini yang paling utama dilakukan adalah mengatasi hipoglikeminya.
b. Obat Anti-TB5
17
Hipoglikemia
SADAR
Beri larutan gula murni 20-
30 g
Minum gula-gula (bukan
pemanis atau gula diet / gula
diabetes)
Obat DM stop sementara
Pantau glukosa darah 1-2
jam
Pertahankan gula darah
~200 mg/dL (apabila
sebelumnya tidak sadar
Cari penyebab
TIDAK SADAR
Suntik 50 cc Dx 40% bolus
Infus Dx 10% 6 jam / kolf
Pantau gula darah tiap ½ jam
BELUM SADAR
GD masih < 100 mg/dL
Ulangi suntik 50 ml Dx 40%
Pantau gula darah tiap ½ jam
BELUM SADAR
Ulangi suntik 50 ml Dx 40%
Pantau gula darah tiap ½ jam
BELUM SADAR GD~200mg/dL
Suntik hidrokortison 100 mg per 4
jam selama 12 jam atau
deksametason 100 mg iv bolus
dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam
Manitol 1v 1½ - 2 g/kgBB
setiap 6-8 jam
Cari penyebab lain kesadaran
menurun
Berupa : Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E).
i. Untuk TB paru sputum BTA positif baru bentuk TB paru berat
Fase awal : 2 SHRZ (EHRZ)
Fase lanjutan : 6 HE
ii. TB ekstraparu (berat):
Fase awal: 2 SHRZ (EHRZ)
Fase lanjut : 4 HR
iii. TB paru BTA-negatif
Fase awal: 2 SHRZ (EHRZ)
Fase lanjutan : 4 H3R3
c. Obat anti diabetes : di berikan glibenklamid 1x sehari.
PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
KOMPLIKASI
1. Kerusakan Sel Otak
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal
rendah. Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap rendahnya kadar gula
darah. Hal ini disebabkan karena glukosa merupakan sumber energi utama bagi otak.
Jika kadar gula darah menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak, koma, dan
kematian.
2. Aterosklerosis
Hal ini terjadi karena pasien termasuk obesitas tipe 1 yang merupakan factor resiko
cukup besar untuk terjadinya gangguan metabolism lipid sehingga akan menyebabkan
penumpukan plak yang menyempitkan lumen vascular.
3. Diabetes Melitus
Akibat dari kadar gula darah yang meninggi karena gangguan metabolisme glukosa
dalam sel. Pada pasien ini kemungkinan terjadi DM tipe II diakibatkan ada beberapa
factor resiko yang terpenuhi pada pasien ini seperti obesitas, usia, HBA1c yang tinggi
BAB IV
18
TINJAUAN PUSTAKA
HIPOGLIKEMI
DEFINISI
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau
kadar glukosa darah turun dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L).
ETIOLOGI
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh :
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas.
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal.
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa hati
Secara umum, hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan
obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi
pada penderita diabetes dan berhubungandengan obat. Hipoglikemia yang tidak
berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagimenjadi:
a) Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa.
b) Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan, bia
sanya karbohidrat
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea)
yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darah.Penderita
diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi karena sel-
sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan kelenjar adrenalnya
tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan
mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah. Pentamidin yang
digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS juga bisa menyebabkan hipoglikemia.
Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diam-
diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemia untuk dirinya. Pemakaian alkohol
dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan
hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor. Olah raga dalam waktu
yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan hipoglikemia. Puasa yang lama
bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain (terutama penyakit
kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol.
19
Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak
dapat mempertahankan kadar gula darah yang adekuat.
KLASIFIKASI
Hipoglikemi akut menunjukkan gejala dan triad whipple merupakan panduan
klasifikasi klinis hipoglikemia yang bermanfaat. Triad tersebut meliputi:
a) keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah,
b) kadar glukosa darah yang rendah (<3mmol/L hipoglikemia pada diabetes)
c) hilangnya secara cepat keluhan- keluhan sesudahkelainan biokimiawi dikoreksi.
TANDA DAN GEJALA
Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori : gejela
adrenergik dan gejala sistem saraf pusat.
a) Hipoglikemia ringan : Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti : perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi dan rasa lapar.
b) Hipoglikemia sedang : Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fisik pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi,
sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta
lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, prilaku yang tid
ak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi semua gejala
ini(disamping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
c) Hipoglikemia berat : Fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasihi
poglikemia yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup prilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan
melepaskan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang
menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan,gemetaran, pingsang, jantung
berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan
menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, prilaku yang tidak biasa, tidak
mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
20
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisaterjadi
secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang
memakai insulin atau obat hipoglikemik peroral. Pada penderita tumor
pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadinya pada pagi hari setelah puasa semalaman,
terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi.
Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama
serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
DIAGNOSA
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50mg/
dL. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil
pemeriksaan kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat
kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika
dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan
pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap insulin.
TATALAKSANA
Tujuan pengobatan adalah secepat mungkin mengembalikan glukosa plasma
ke kadar yang normal. Penyebab hipoglikemi baik obat hipoglikemi oral atau insulin
harus segera dihentikan. Pada keadaan hipoglikemi dimana penderita masih sadar,
cukup diberikan minuk air gula atau diberikan permen. Pada penderita yang dalam
keadaan koma segera diberikan suntikan intravena dektrosa 40% sebanyak 50ml.
Bila masih belum sadar pemberian dekstrosa 40% dapat diulangi. Dilanjutkan
dengan pemberian infuse dektrosa 10%, khusus pada mereka yang mendapat obat
sulfonylurea sebaiknya infuse dektrosa 10% diteruskan selama 48 jam.
21
BAB V
KESIMPULAN
Demikian hasil diskusi kelompok kami yang telah kami sajikan dalam bentuk
makalah ini. Kesimpulan kelompok kami, Tn. Halim menderita Hipoglikemi dengan
TBC berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium yang
telah disajikan pada kasus ini.
Terimakasih kepada Tuhan YME atas berkah dan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasi kepada tutor yang telah memberikan
waktunya untuk membimbing kami dan terimakasih kepada semua anggota kelompok
yang telah berpartisipasi aktif dalam proses diskusi ini maupun pembuatan makalah.
Kami mohon maaf atas keterbatasan dan ketidaksempurnaan makalah ini, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dari para dosen untuk menyempurnakan
keterbatasan kami serta menambah wawasan kami selaku mahasiswa.
22
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. University of North Caroline. Glasgow Coma Scale.
[http://www.unc.edu/~rowlett/units/scales/glasgow.htm, Accessed on March 25, 2013
2. JNC VII. The Stage of Hypertension.
[http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension.htm, Accessed on March 26, 2013
3. Fischbach FT, Dunning MB. A manual of laboratory and diagnostic tests. 8th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008
4. [www. http://dechacare.com/Gilbenclamide-P562.html, Accessed on March 26,2013
5. Amin Z, Bahar A. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. In: Sudoyo AW, Editors. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI;2006;p.,2243
23