Emfisema Siap Dikumpulkan Acc

download Emfisema Siap Dikumpulkan Acc

of 22

Transcript of Emfisema Siap Dikumpulkan Acc

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH

EMFISEMA

(Disusun untuk memenuhi tugas sistem Respirasi II )

Disusun oleh:

Aliman M

Eka Budi K

Eka N

Ferry Z

Istiqomah

Kholifatur R

S 1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDIKIA MEDIKA JOMBANG

TAHUN AJARAN

2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Setiap konsep dalam masalah ini juga memerlukan bahasa dan rincian serta berbagai penjelasan yang dapat mempermudah untuk mempelajari dan memahaminya..

Makalah yang berjudul EMFISEMA ini disusun untuk memenuhi tugas sistem RESPIRASI II.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada para pendukung yang memberikan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa kami ucapkan terimakasih juga kepada para pembaca terutama bagi mahasiswa Sekolah Tinggi ilmu kesehatan Insan Cendikia Medika Jombang. Dan tak lupa pula kepada para dosen yang telah membimbing kami menjadi manusia yang berpotensi.

Kritik dan saran pembaca merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi kami dalam menyempurnakan isi makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi panduan bagi mahasiswa.

Jombang, April 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 1

2. Rumusan Masalah 1

3. Tujuan1

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi2

2. Etiologi 3

3. Manifestasi klinik4

4. Komplikasi5

5. Pemeriksaan diagnostik5

6. Penatalaksanaan Medis6

7. Patofisiologi.7

8. Konsep asuhan keperawatan8

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Emfisema paru didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini merupakan tahap akhir proses yang mengalami kemajuan dengan lambat selama beberapa tahun. Pada kenyataannya, ketika pasien mengalami gejala, fungsi paru sering sudah mengalami kerusakan yang irreversibel. Dibarengi dengan bronkitis obstruksi kronik, kondisi ini merupakan penyebab kecacatan.

Merokok merupakan penyebab utama emfisema. Akan tetapi, pada sedikit pasien terdapat predisosisi familial terhadap emfisema yang berkaitan dengan abnormalitas protein plasma, defisiensi-alfa 1, yang merupakan enzim inhibitor, tanpa enzim inhibitor ini, enzim tertentu akan menhancurkan paru. Individu yangsecara genetik sensitif terhadap faktor-faktor lingkungan (merokok, polusi udara, agen-agen infeksius, alergen) dan, pada waktunya mengalami gejala-gejala obstruktif kronis. Sangatpentingbahwa karierdefek genetik ini harus diidentifikasi untuk memungkinkan modifikasi faktorfaktor lingkungan untuk menghambat atau mencegah timbulnya gejala-gejala penyakit. Konseling juga harus diberikan.2. Rumusan Masalah

a. Definisi emfisema.b. Etiologi dari emfisema.c. Tanda gejala yang ditimbulkan dari emfisema.d. Perjalanan penyakit dari emfisema.e. Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan dari emfisema.f. Pemeriksaan diagnostik.g. Penata laksanaan medik3. Tujuan1. Untuk mengetahui definisi dari emfisema.

2. Untuk mengetahui etiologi dari emfisema.

3. Untuk engetahui manifestasi klinik dari emfisema.

4. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit emfisema.5. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan.

6. Untuk mengetahui pemerikasaan yang tepat untuk memastikan diaknosa medik.

7. Untuk mengetahui penata laksanaan medik yang tepat untuk emfisema.

BAB II

PEMBAHASANLAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Emfisiema merupakan salah satu anggota penyakit COPD ( penyakit paru obstruksi kronik), dimana terdapat adanya hubungan etiologi dan semensial antara bronchitis kronik dan emfisema.

Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang ditandai dengan pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai distraksi jaringan.

Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak normal serta destraksi dinding alveolar disertai penurunan elastisitas, kerusakan yang ditimbulkan bersifat irrevelsible.

Emfisema di bagi menurut bentuk asinus yang terserang diantaranya :

1. Merupakan type yang sering muncul menyebabkan kerusakan bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris. Dinding- dinding mulai berlubang, membesar bergabung dan akhirnya cenderung akhirnya satu ruang sewaktu dinding-dinding mengalami integrasi. CLE sering kali lebih besar menyerang bagian atas paru. Tetapi akhirnya cenderung tersebar tidak merata. CLE lebih sering ditemukan pada pria karena rokok.

2. Emfisema panlobular (PLE) / emfisema pancasinar merupakan bentuk morfologik yang lebih jarang, alveolus yang terlatak distal dari bronciolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan sementara.

3. Merusak alveoli pada lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi dari blebs sepanjang perifer paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumotorak spontan. Panacinar timbul pada orang tua dan klien dengan defisiensi enzim alpha anitripsin. Pada keadaan lanjut, terjadi peningkatan dispnea dan infeksi pulmoner serta sering kali timbul kor pulmonary (CHF bagian kanan). Alpha antitripsin bias juga disebut dengan alpha 1- anti proteashe.

2. Etiologi 1. Asap tembakau/rokok dan polusi udara.

Asap rokok ataupun polusi udara merupakan hal yang paling banyak mempengaruhi. Asap rokok dan polusi udara dapat mengiritasi alveolus yang dapat mengundang mikro organisme untuk menginfeksi, serta asap menimbulkan plak paru yang dapat mengurangi elastisitas.2. Predisposisi genetic (defisiensi alpha 1 antiproteashe).

Didalam paru terdapat keseimbangan antara ezim proteolitik elastase dan anti elastase agar tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan antara keduanya menimbulkan kerusakan pada jaringan elastisitas paru. Struktur paru akan berubah dan timbulah emfisema. Elastase tersebut diantaranya pankreas, sel PMR, dan makrofak alveolar (PAM). Rangsangan pada paru yang menyebabkan peningkatan elastase asap rokok dan infeksi.Hl itu menurunkan aktifitas enzim anti elastase, yaitu enzim alfa 1-protease inhibitor terutama enzim alfa 1-antitripsin menurun, karena ketidak seimbangan ini menyebabkan kerusakan jaringan elastisitas paru.3. keturunan

Belum diketahui jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak pada emfisema kecuali pada penderita dengan defisiensi enzim alfa 1-antitripsin. Kerja enzim ini menetralkan enzim proteolitik yang sering di keluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu kerusakan jaringan lebih jauh dapat di cegah. Defisiensi alpha 1-antitripsin adalah suatu kelainan yang diturunkan SCT autosum resesif. Orang yang sering menderita emfisema paru adalah penderita yang memiliki gen S / Z. emfisema perlu akan lebih cepat timbul bila penderita tersebut merokok. 4. infeksi

Dapat menyebabkan kerusakan paru lebih hebat hingga gejala gejalanyapun menjadi lebih berat. Infeksi saluran pernapasan atas pada seorang penderita bronchitis kronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, dan menyebabkan kerusakan paru bertambah eksaser basi bronchitis kronis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi skunder oleh bakteri.5. Riwayat penyakit paru yang diderita sebelumnya.

Penyakit paru yang biasanya mengarah ke emfisema ialah bronkitis kronik dimana infeksi yang ditimbulkan menyebar ke alveolus sehingga menyebabkan lubang. Usia dalam hal ini memperberat prognosis.3. Manifestasi Klinik

a. Penampilan Umum

1. kurus, warna kulit pucat, dan flattened hemidiafragma2. tidak ada tanda CHF kanan dengan edema dependen pada stadium akhir.

b. Pemeriksaan fisik dan laboratoriium

Pada klien emfisema paru akan ditemukan tanda dan gejala seperti berikut

1. Napas pendek/cepat persisten dengan peningkatan dipsnea

2. Pernafasan sesak3. Bernafas seperti orang meniup balon.4. Infeksi system respirasi

5. Pada auskultasi terdapat penurunan suara napas meskipun dengan napas dalam (aliran udara lambat )6. Produksi sputum dan batuk jarang

7. Hematokrit < 60%8. Ekstansi meningkat dan traktil fremitus biasanya menurun

9. Rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat pengumpulan sekresi

10. Perkusi ditemukan hipersonor11. Anoreksia, penurunan berat badan, kelemahan

12. Vena jugularis mengalami distensi saat ekspirasi13. Pembesaran jantung jarang terjadi kecuali pada keadaan yang sangat parah. Kor pulmonal timbul pada stadium akhir.14. Biasanya memiliki riwayat merokok atau tinggal didaerah yang udaranya tercemar.4. komplikasi1. Hipertensi pulmonal

2. Acidosis respiratoris

3. Peningkatan FRC serta penurunan CV4. Kesulitan bernapas/sesak5. Pemeriksaan diagnostika. Chest X-Ray : dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened diafragma, peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vesikuler / bullae (emfisema), peningkatan suara broncovesikuler (bronchitis), normal ditemukan saat periode remisi (asma).

b. Pemeriksaan fungsi paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dipsnea, menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat disfungsi, dan mengevaluasi efek dari terapi, misalnya bronkodilator.c. Total Lung Capacity (TCL) : meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asma, namun menurun pada emfisema.

d. Kapasitas inspirasi : menurun pada emfisema.

e. FEVI / FVC : rasio tekanan volume ekspirasi (FVC) menurun pada bronchitis dan asma.

f. Arterial blood gasses (ABGs) : menunjukkan proses penyakit kronis, sering kali PaO2 menurun dan PaCO2 normal/ meningkat (bronchitis kronis dan emfisema), tetapi sering kali menurun pada asma, pH normal/ asidosis, alkalosis respiratori ringan skunder terhadap hiperfentilasi (emfisema sedang / asma).g. Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronki saat inspirasi, kolaps bronchial pada tekanan ekspirasi ( emfisema ), pembesaran kelenjar mucus ( bronchitis ).

h. Darah Lengkap : terjadi peningkatan hemoglobin ( emfisema berat ) dan eosinofil ( asma )

i. Kimia Darah : alpha 1- antitripsin kemungkinan kurang pada emfisema primer

j. Sputum Kultur : untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen, sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan untuk menentukan penyakit keganasan atau alergi.k. Elektrokardiogram (ECG) : defiasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asma berat), atrial disritmia (bronchitis), gelombang P leads II, III, dan AVF panjang, tinggi (pada bronchitis dan empisema), dan aksis QRS vertikel (emfisema).

l. Exercise ECG, stress test : membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi pernapasan, mengevaluasi keefektifan obat bronkodilator, dan merencanakan / evaluasi program.

6. Penatalaksanaan Medis

Klien dengan emfisema rentan terhadap infeksi bakteri paru, penyebab infeksi yang sering adlah S. Pneumonia, H. Influinzae, dan Branhamella catarrhalis. Terapi anti mikroba yang diberikan antara lain: 1. Tetrasiklin

2. Amficilin

3. Amoxilin

4. Trimetroprim-sulfametazol (bactrim)Terapi kortikosteroid tetap diberikan untuk melebarkan bronkiolus (bronko dilator) dan untuk membuang sekresi dengan dosis yang disesuaikan untuk menjaga dosis serendah mungkin dikarenakan banyaknya komplikasi yang ditimbulkan. Terapi oksigen mutlak diberikan untuk memudahkan ventilasi perfusi pada paru. Kekurangan oksigen dapat teratasi dengan terapi oksigen rendah untuk meningkatkan PaO2 hingga antara 65-80mmHg. Pada emfisema berat dapat diberikan selama 16 jam, 24 jam lebih baik. Modalitas ini dapat menghilangkan gejala-gejala klien dan memperbaiki kuwalitas hidup klien.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian

A. Identitas Pasien

Emfisema menyerang 2 kali lebih banyak laki-laki dari pada wanita diarenakan karena pria perokok berat. juga lebih banyak menyerang pada orang orang yang bekerja dengan resiko polusi udara tinggi, dan orang yang bertempat tinggal di daerah pabrik.

B. Riwayat penyakit sekarang

1. Keluhan utama

Kebanyakan penderita emfisema mengeluhkan sulit bernafas ( dipsneu ), dan di perburuk oleh infeksi bakteri yang menyebabkan inflamasi sehingga akumulasi sekret bertambah yang menimbulkan keluhan batuk disertai dahak.

2. Riwayat penyakit sekarang

Pada umumnya klien mengeluh sesak setelah beraktifitas hal ini dikarenakan kerusakan alveolus dengan volume yang membesar dan elastisitas paru yang berkurang menyebabkan pertukaran gas yang tidak efektif.

C. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit yang sering diderita pada klien ini adalah Bronkitis kronis yang menjalar ke alveolus. Serta biasanya disebabkan oleh penyakit kongenital dengan kekeurangan enzim Alfa 1-anti tripsin.

D. Riwayat penyakit keluarga

Belum diketahui secara pasti apakah faktor keturunan berperan atau tidak pada emfisema kecuali pada penderita defisiensi enzim Alfa 1-antitripsin.

E. Pola kegiatan sehari hari

Pasien memiliki kecenderungan memiliki kebiasaan untuk merokok berat.

F. Pemeriksaan fisik

1. Breathing ( pernafasan ) / B1

Inspeksi:

pada klien ini terlihat adanya peningkatan usaha dan frekwensi pernafasan serta penggunaan otot bantu nafas. Pada inspeksi , klien biasanya nampak mempunyai bentuk dada barrel chest, hipertrofi otot dan pernafasan dengan bibir. Pernafasan abnormal tidak efektif dan penggunaan otot bantu pernapasan. Pada tahap lanjut, dipsneu terjadi pada saat aktifitas bahkan pada aktifitas kehidupan sehari hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen disertai demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernafasan. Terdapat sianosis dan terdapat pula retraksi fosaklavikular saat inspirasi

.

Palpasi:

Ekspansi meningkat taktil fremitus menurun

Perkusi:

Didapatkan suara normal (sonor) sampai dengan hipersonor. Dan diafragma menurun, pekak hati menurun (dibawah iga ke enam), pekak jantung menurun

Auskultasi:

Sering didapatkan bunyi nafas ronki jika ada pnumpukan sekret.

Wheezing jika terjadi penyempitan bronkiolus. Namun pada umumnya suara nafas melemah2. Blood (sirkulasi) / B2

Pada emfisema lanjut terjadi JVP meningkat, syok kardiogenik yang disebabkan oleh payah jantung, nadi lemah cepat dan hipotensi.3. Brain (otak) / B3

Kesadaran komposmentis, nyeri kepala disebabkan oleh gangguan perfusi serebral akibat kekurangan oksigen

4. Bladder (ginjal) / B4

Normal, tidak ada gangguan pantau intake dan output.

5. Bowel (pencernaan) / B5

Respon sistemik yang ditimbulkan dari berupa mual intake nutrisi tidak adekuat, malaise berat badan menurun, penurunan lingkar lengan,dan bising usus terkadang menurun.

6. Bone (tulang) / B6

Kelemahan yang diakibatkan respon sistemik dan intake nutrisi yang berkurang, berat badan yang menurun juga disebabkan oleh intake nutrisi yang berkurang.

1. Patofisiologi

ANALISA DATA

NoDATAETIOLOGIMASALAH KEPERAWATAN

1

DS:

a. Px mengatakan susah bernafas ( dipsneu )

b. Px sulit mengeluarkan sekret

DO:

a. Px terklihat sulit bernafas

b. Penggunaan alat bantu pernafasan

c. Batuk dengan sekret minimal

d. Auskultasi ronki

e. Px terlihat tidak mampu mengeluarkan sekretEmfisema

Penurunan elastisitas bronkus

Bronko kontriksi

Penurunan batuk

sekret tertahan

akumulasi sekret

Bersihan jalan nafas tidak efektif

2DS:

a. Px mengeluh sesak nafas

DO:

a. Px menggunakan otot bantu pernafasan

b. Px bernafas dengan bibir

c. Px sianosis relatif

d. Hipertropi otot pernafasan

e. Barrel chest

f. Penigkatan frekuensi nafasg. Suara nafas melemah

h. Refreksi fosa supraklavikula saat bernafasEmfisema

Pembesaran alveolus

Elastisitas alveolus

Ekspirasi sulit

Peningkatan CO2 di alveolus

sesak

Kerusakan pertukaran gas

3DS:

a. Px mengatakan tidak nafsu makan

DO:

a. BB ( - ) 10%-20%

b. Px terlihat tidak menghabiskan makan

c. Penyrunan lingkar lengan

d. Px lemasEnfisema

Sesak

Respon sistemik

Nafsu makan menurun

Asupan nutrisi berkurangKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Dianosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret, penurunan kemampuan batuk, bronco kontriksi,

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan volume alveolus , hipoksemia secara reversible.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan

No Diagnosa keperawatan (NANDA)Perencanaan

Tujuan (NOC)Intervensi (NIC)

1Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :

Bronkospasme;

Peningkatan produksi sekret (sekret yang tertahan, kental);

Menurunnya energy/fstinguel;

Ditandai dengan :

Klien mengeluh sulit untuk bernafas;

Perubahan kedalaman/ jumlah nafas, penggunaan otot bantu pernafasan;

Suara nafas abnormal seperti wheezing,ronchi, dan crackles; Batuk (persisten) dangan/tanpa produksi sputum;Status respirasi : kepatenn jalan nafas dengan skala.(1-5)

Setelah diberikan perawatan selamahari, dengan kriteria:

Tidak ada demam;

Tidak ada cemas;

RR dalam batas normal;

Irama nafas dalam batas normal;

Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas;

Bebas dari suara nafas tambahan;a. Manajemen jalan nafas.

b. Penurunan kecemasan.

c. Aspiration precaution.

d. Fisioterapi efektif.

e. Latihan batuk efektif.

f. Terapi oksigen.

g. Pemberian posisi.

h. Monitoning respirasi.

i. Surveillance.

j. Monitoring tanda vital.

2Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan;

Kurangnya suplai oksigen (obstruksi jalan napas);

Destruksi alveoli;

Ditandai dengan;

Dispnea;

Confusion,lemah;

Tidak mamapu mengeluarkan sekret; Nilai ABGs abnormal(hipoksia dan hiperkapnia); Perubahan tanda vital; Menurunnya toleransi terhadap aktivitas;Status respirasi: pertukaran gas dengan skala ..(1-5) setelah diberikan perawatan selama.hari dengan kriteria:

Status mental dalam batas normal;

Bernafas dengan mudah;

Tidak ada sinosis;

PaO2 dan PaCO2 dalam batas normal;

Saturasi O2 dalam rentang normal;a. Manajemen asam dan basa tubuh.b. Manajemen jalan napas.c. Latihan batuk efektif.d. Tingkatan aktivitas.e. Terapi oksigen.f. Monitoring respirasi.g. Monitoring tanda vital.

No Diagnose keperawatan

(NANDA)Perencanaan

Tujuan (NOC)Intervensi (NIC)

3Ketidakkeseimbangan nutrisi:

Kurang dari kebutuhan tubuh yang berhungan dengan :

Dispnea, fatigue;

Efek samping pengobatan;

Produksi sputum;

Anoreksia,nausea/vomiting.Ditandai dengan:

Penurunan berat badan;

Kehilangan masa otot, tonus, otot jelek;

Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa;

Tidak bernafsu untuk makan,tidak tertarik makan.Statu nutrisi: intake cairan dan makanan gas dengan skala(1-5) setelah diberikan perawatan selamahari dengan kriteria:

Asupan makan adekuat,dengan skala..(1-5);

Intake cairan peroral adekuat,dengan skala(1-5);

Intake cairan adekuat, dengan skala(1-5).

Status nurtisi: intake nutrient gas dengan skala(1-5) setelah diberikan perawatan selamahari dengan kriteria:

Intake kalori adekuat, dengan skala..(1-5);

Intake protein, karbohidrat,dan lemak adekuat, dengan skala(1-5).

kontrol berat badan dengan skala(1-5) setelah diberikan perawat selamahari dengan kriteria:

Mampu memelihara intake kalori secara optimal(1-5) (menunjukkan);

Mampu memelihara keseimbangan cairan (1-5) (menunjukan);

Mampu mengontrol asupan makan secara adekuat (1-5) (menunjukkan).a. Manajemen cairan.

b. Monitoring cairan.

c. Status diet.

d. Manajemen gangguan makan.

e. Manajemen nutrisi.

f. Terapi nutrisi.

g. Konseling tanda vital.

h. Kontroling nutrisi.

i. Terapi menelan.

j. Monitoring tanda vital.

k. Bantuan untuk meningkatkan BB.

l. Manajemen berat badan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Emfisiema merupakan salah satu anggota penyakit COPD ( penyakit paru obstruksi kronik), dimana terdapat adanya hubungan etiologi dan semensial antara bronchitis kronik dan emfisema.

Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang ditandai dengan pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai distraksi jaringan.

Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak normal serta destraksi dinding alveolar. Emfisema dapat di diaknosis secara tepat dengan menggunakan CT scan.

Beberapa penyebab dari penyakit empisema adalah asap tembakau dan polusi udara, predisposisi genetic (defisiensi alpha 1- antiprotease), merokok, keturunan, infeksi dan faktor faktor yang belum diketahuiB. SARAN

Hindari merokok jika tidak ingin terkena penyakit emfisema, karena penyakit ini dapat mengganggu mobilitas dan kinerja paru-paru diamana paru yang sudah rusak tidak dapat pulih kembali. Apabila telah terdapat gejala emfisema segera periksa ke dokter karena pengobatan lebih cepat lebih baik untuk menghindari kerusakan alveolus yang lebih meluas.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C,dkk. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &suddarth. EGC: Jakarta.Wilkinson, Judith M. (2006). Buku saku diagnosis keperawatan dengan interviensi NIC dan kriteria hasil NOC. EGC: Jakarta.Muttaqin, Arif.dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika: Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran. Bandung.

Merokok, polusi udara

genetik

Ketidak seimbangan elastase & anti elastase

Mk. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Nafsu makan menurun

Hipertropi otot bantu nafas

Mk. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Tahanan PD pulmo

Payah jantung

Vol alveolus >>

FRC >> & RV >>

Bronkiolus menyempit

CV>

Penyempitan bronkiolus

Kerusakan pd alveolus

Alveolus melebar

Alveolus melebar

Daya paru menurun

Dg defisiensi anti elastase

Bronkitis akut

EMFISEMA

Perubahan septum alveolus

Defisiens alpha 1-anti protease

Daya elastisitas paru menurun

Plak alveolus

Infasi mikro organisme

Iritasi mukosa

Inflamasi pd daerah bronkus,bronkiolus